Anda di halaman 1dari 25

Journal Reading

Interaksi antara Polimorfisme Fungsional Alkohol - Metabolisme


Gen dalam Perlindungan terhadap Alkoholisme

Oleh :

Fathina Zuhda 1010313015


Deky Hidayatul Akbar 1110312043
Insi Hidayatul Husna 1210312103
Putri Pratiwi 1210313022
M. Bintang Ilhami 1210313055
Ridha Sukma Dewi 1310311128
Atessa Agra 1310311119
Ulvayanti Syahmar 1310311134
Rizqi Auliya Lubis 1310311114
Nudiya Dina R 1310311108
Intan Kartika Sari 1310311147
Firlando Riyanda 1310311139

Preseptor :
dr. Taufik Hidayat, M.Sc, Sp.F

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL. PADANG
2017
Interaksi antara Polimorfisme Fungsional Alkohol - Metabolisme Gen dalam

Perlindungan terhadap Alkoholisme

Ringkasan

Gen yang mengkode enzim utama dari metabolisme alkohol, yaitu ADH (Alkohol

dehidrogenase) dan ALDH (Aldehid dehidrogenase), yang menunjukkan

polimorfisme fungsional. Varian alel ADH2*2 dan ADH3*1, yang mengkode

isoform adh aktivitas tinggi dan alel ADH2*2, yang mengkode isoform ADH

aktivitas tinggi dan alel ADH2*2, yang mengkode bentuk aktivitas rendah dari

ALDH2, yang melindungi alkoholisme pada orang Asia Timur.Untuk menyelidik

kemungkinan interaksi antar gen-gen protektif ini, kami mengenotipkan 340

alkoholik dan 545 kontrol orang Han Cina yang tinggal di Taiwan pada lokus ADH2,

ADH3, dan ALDH2. Setelah pengaruh ALDH2*2 dikontrol, analisis regresi logistik

multipelmengindikasikan bahwa variasi alel ADH3 menunjukkan tidak ada efek

signifikan pada risikoalkoholisme.Hal ini diperkirakan karena ikatan tidak seimbang

antara ADH3*1 dan ADH2*2 homozigositas ALDH2*2, terlepas dari genotip

ADH2*2 yang melindungi secara penuh alkoholisme, tidaka ada individu yang

menunjukkan homozigositas seperti ini ditemukan diantara alkoholik.Analisis regresi

logistikenam kombinasi gentotip tersisa dari lokus polimorfik ADH2 dan ALDH2

mengindikasikan bahwa individu pembawa satu atau dua kopi ADH2*2 dan kopi

ALDH2*2 memunyai risiko paling rendah (0,04-0,05) untuk alkoholisme,

dibandingkan dengan genotip ADH2*1/*1 dan ALDH2*1/*1. Risiko penyakit yang

berasosiasi dengan ADH2*2/*2-ALDH2*2/*1 muncul sebagai setengah penyakit


yang berasosiasi dengan genotip ADH2*1/*2-ALDH2*1/1. Hasilnya menunjukkan

bahwa proteksi alel ADH2*2 diduga independen terhadap alel ALDH2*2.

Pendahuluan

Alkoholisme dipercayai sebagai suatu kelainan yang multifaktorial dan poligenik

melibatkan interaksi antara gen dengan gen serta gen dengan lingkungan. Eliminasi

etanol sebagian besar terjadi karena adanya oksidasi menjadi asetildehid dan asetat,

terutama dikatalisasi oleh alkohol dehidrogenase (ADH) dan aldehid dehidrogenase

(ALDH). Kedua enzim menunjukan polimorfisme genetik dan variasi etnik

Empat gen dari kelompok alkohol dehidrogenase, dikodekan untuk enzim

kelas I (ADH1-3) dan kelas II (ADH4), secara signifikan terlibat di dalam

metabolisme etanol pada hati (Han etal 1998; Yin et al. 1999). Kelas I ADHs adalah

enzim homo-/heterodimeric yang mengandung subunit α, β, or γ dengan nilai Km

rendah (<5mM); kelas II 𝜋𝜋 ADH mempunyai nilai Km menengah, 34 mM (Jo¨ rnvall

and Ho¨o¨ g 1995; Edenberg and Bosron 1997). Tiga allelic yang berbeda terdapat

pada lokus ADH2: ADH2*1, ADH2*2, dan ADH2*3, masing-masing dikodekan

subunits dari β1, β2, dan β3. Dua varian yang terdapat pada lokus ADH3: ADH3*1 dan

ADH3*2, masing-masing dikodekan dengan γ1 dan γ2. ADH2*1 merupakan alel

dominan diantara populasi dunia yang paling terbanyak dipelajari (∼ 90%), dan

ADH2*2 merupakan alel utama di populasi Asia Timur (∼ 70%). ADH2*3 ada pada

populasi asli Africa (∼ 20%) namun nampak sangat jarang di antara kelompok etnis

lainnya. ADH3*1 merupakan alel utama diantara orang Asia Timur dan Afrika (∼

90%), sedangkan di kulit putih hampir sama didistribusikan dengan ADH3*2 (Smith
1986; Agarwal dan Goedde 1992). Baik ADHs β2β2 dan β3β3 memperlihatkan 30-40

kali lipat lebih besar Vmax untuk oksidasi etanol daripada β1β1, dan Vmax untuk γ1γ1

kira-kira dua kali lipat dari γ2 γ2 (Bosron et al. 1983; Yin et al. 1984; Burnell et al.

1989). Perbedaan kinetik ADH allozim dapat dikaitkan dengan satu substitusi asam

amino tunggal (di β2, his untuk di β2; di β3 cys untuk arg-369 di β1; dan di γ1, arg

untuk gln-271 di γ2) yang dapat mempengaruhi disosiasi koensim nikotinamide

adenin dinucleotide (NADH), sebuah langkah membatasi laju dalam katalisis (Eklund

et al. 1987; Stone et al. 1993; Hurley et al. 1994). Pertukaran ile//val-349 kedua untuk

γ1/γ2 nampaknya tidak mengubah aktivitas enzim, karena lokasinya jauh dari tempat

yang aktif (Eklund et al. 1987). Polimorfisme fungsional diatas dihasilkan oleh

substitusi nukleotida tunggal yang terjadi pada ekson 3 dariADH2*2, ekson 9 dari

ADH2*3, dan ekson 6 dari ADH3*2 ( Smith 1986; Yoshida et al. 1991). Gen kelas I-

ADH dan kelas II-ADH telah dipetakan ke lengan panjang kromosom 4 di bagian

4q2123 (Smith 1986; Yoshida et al. 1991). Gen kelas I-ADH berkelompok dalam

susunan formasi yang berurutan, mencakup ∼ 80 kb, sesuai urutan 5’-ADH3-ADH2-

ADH1-3’ (Yasunami et al.1990).

Aldehid dehidrogenase pada manusia sangat kompleks. Bentuk utama yang

bertanggung jawab untuk oksidasi asetildehid di hati adalah ALDH2 mitokondrial

Km-rendah (0,20 µM) dan enzim ALDH1 sitosol (33 µM). Terdapat single-nucleotide

polymorphism (SNP) fungsional antara 12 exon pada gen ALDH2, menghasilkan

perubahan glu/lys pada posisi 487. Kira-kira setengah populasi Asia Timur membawa

varian alel ALDH2*2, yang jarang terlihat pada kelompok etnis lain sejauh ini.

Yoshida et al. (1983) melaporkan defisiensi ALDH1 pada sampel hati orang Jepang,
namun, observasi ini tidak dapat dibuktikan dalam beberapa penelitian menggunakan

sejumlah besar sampel orang Jepang (n = 174; Takase et al. 1989) dan China (n =

142; Yin et al., unpublished data), yang menunjukan bahwa defisiensi ALDH1

mungkin merupakan mutasi yang jarang terjadi atau merupakan artefak dari

pengolahan hati postmortem. Defisiensi ALDH1 tidak pernah ditemukan pada hati

orang berkulit putih. Gen ALDH1 dan ALDH2 telah dipetakan menjadi kromosom

9q21 dan 12q24. Laporan terakhir menunjukan bahwa variasi rekombinan ALDH2

menunjukan peningkatan 260 kali pada Km untuk NAD+ dan penurunan 11 kali pada

Vmax jika dibandingkan dengan enzim Variasi subunit juga menghasilkan penurunan

aktivitas enzim dan peningkatan degradasi enzim. Struktur X-ray ALDH2

menunjukan bahwa substitusi lys terhadap glu-487 dapat mengakibatkan ikatan ion

dengan arg475 dari dimer didepannya, sehingga secara tidak langsung dapat

mengurangi aktivitas enzim. (Steinmetz et al. 1997). Oleh karena itu, munculnya

dominan pada pati gel elektroforesis, varian ALDH2*2 dalam ekspresi aktivitas

enzim dapat diterangkan oleh aktivitas enzim homo dan heterotetrametrik pada

sampel hati ALDH2*1/*2 heterozigot yang berada dibawah batas deteksi pewarnaan

gel. Subjek yang memiliki defisiensi aktivitas ALDH2 mengalami peningkatan level

asetildehid dalam darah dengan manifestasi muka merah (facial flusing) dan takikardi

setelah konsumsi produk alkohol (Mizoi et al. 1979; Harada et al. 1981). Reaksi

sensitivitas diinduksi alkohol ini serupa dengan reaksi tidak menyenangkan yang

disebabkan konsumsi alkohol pada pasien yang diterapi dengan ALDH inhibitor

disulfiram (Sellers et al. 1981).


Frekuensi alel ADH2*2, ADH3* 1, dan ALDH2*2 secara signifikan menurun

pada pecandu alkohol dibandingkan dengan populasi umum orang Asia Timur,

termasuk etnis Han Cina, Korea, dan Jepang. Homozigositas ALDH2*2 itu sendiri,

terlepas dari polimorfisme fungsional pada ADH2 dan ADH3, bersifat protektif

terhadap alkoholisme karena tidak ada individu dengan genotip ini yang ditemukan

diantara pecandu alkohol (~ 10% di antaranya berasal dari genotipe heterozigot).

Proteksi penuh oleh homozigositas ALDH2*2/*2 telah ditunjukan pada sensitivitas

alkohol dosis rendah yang berasal dari akumulasi besar asetildehid di darah dalam

waktu yang lama. Penelitian terkait polimorfisme fungsional melibatkan enzim

metabolisme alkohol lainnya seperti sitokrom P450 2E1 (CYP2E1) dan alkoholisme

sejauh ini negatif. Oleh karena itu, bukti molekular genetik terakhir mendukung

hipotesis yang diajukan oleh Thomasson et al. (1991) bahwa ADH2*2, ADH3*1, dan

ALDH2*2 melindungi individu terdahap perkembangan alkoholisme melalui

meningkatkan produksi atau menurunkan sekresi asetildehid, metabolit yang memicu

reaksi yang tidak diinginkan.

Hipotesis ini juga menyiratkan bahwa tiga gen metabolisme alkohol dapat

bertindak secara sinergis dalam metabolisme etanol untuk menghasilkan lebih banyak

asetaldehid dan karenanya, lebih banyak perlindungan. Untuk saat ini, seorang

analisis sistematis tentang kemungkinan interaksi antara variasi alel di lokus ADH2,

ADH3, dan ALDH2 telah berkurang. Pada faktanya, hasil yang bertentangan ada di

beberapa observasi pendahuluan dan terpisah-pisah. Higuchi et al. (1995)

menunjukkan ada sebuah interaksi antara fungsional polimorfisme dari ALDH2 dan

ADH2 yang rentan terhadap alkohol di antara Jepang. Chen et al. (1996) melaporkan
bahwa ADH2*1, ADH3*2, dan ALDH2*1 secara independen mempengaruhi risiko

kecanduan alkohol di kalangan masyarakat Han Cina. Argumen diatas telah dibantah

oleh Osier et al. (1999) bahwa baru-baru ini mengamati frekuensi perbedaan dari

fungsional polimorfisme ADH3 pada pecandu alkohol Han Cina dan kontrol dapat

dipertanggungjawabkan oleh hubungan ketidakseimbangan dengan ADH2. Oleh

karena itu, hubungan ketidakseimbangan antara ADH2 dan ADH3, serta dominasi

varian ALDH2*2 (yaitu, bahwa homozigositas dan heterozigositas untuk ALDH2*2

dapat, secara individu, sepenuhnya atau sebagian melindungi tehadap keganasan

pecandu alkohol), harus dianggap menjadi pertimbangan untuk menjelaskan

kemungkinan interaksi antara gen–gen metabolisme alkohol dengan pecandu alkohol.

Untuk mengatasi pertanyaan kompleks ini, kami membandingkan frekuensi haplotipe

ADH2 dan ADH3 dengan stratifikasi genotipe ALDH2 pada total 885 pecandu

alkohol dan kontrol dari keturunan Han Cina di Taiwan dan telah dilakukan logistik

regresi ganda untuk mengevaluasi relatif risiko pecandu alkohol dalam individu yang

membawa kombinatorial genotipe ALDH2*1/*1 atau ALDH2*1/*2 dengan salah satu

dari tiga alllotypes ADH2 yang berbeda.

Metode dan Material

Terdapat dua kelompok subjek dari Han China. Diagnosis dan statistic manual

mental disorder (DSM) dilakukan berdasarkan ketergantungan alcohol. Pasien

diambil dari rumah sakit umum Taipei dengan sampel 150 orang (pembagiannya pada

laki-laki 136 orang dan perempuan 14 orang dengan SD umur 39 ± 11 tahun periode

1994 -1997) dan pusat psikiatri Taipei jumlah sampel 141 dengan jumlah laki- laki

130 orang dan perempuan 11 orang SD umur 40 ± 10 tahun periode 1994-1995.


Pasien kontrol pada penelitian ini adalah mahasiswa medis, mahasiswa kedokteran

gigi dan farmasi yang berjenis kelamin laki-laki di pusat medis pertahanan nasional.

Sebagian besar dari siswa yang berpartisipasi adalah tidak peminum alkohol dan

hanya beberapa yang meminum alkohol sesekali.

Genom DNA diambil dari leukosit seperti yang dijelaskan pada penelitian

lain. Penentuan dari nukleatida- nukleatida polimorfik dari gen ADH2, ekson 6 gen

ADH3 dan ekson 12 gen ALDH2 dilakukan seperti penelitian sebelumnya dengan

menggunakan mutagenesis reaksi berantai polymerase (PCR dan pembatasan

fragmen panjang polimorfisme RFLP)

Perbedaan genotip dan alel untuk polimorfisme terpisah dihitung dengan

penghitungan langsung dengan uji x2. Program statistik statXact 4.0 (Cytel software

cooperation) digunakan untuk reaksi ukuran sampel kecil pada beberapa kelompok

genotip pecandu alkohol. Fungsi polimerfisme pada ADH dan ALDH digunakan

untuk evaluasi kecanduan alkohol dengan mengguanakan regresi multiple logistic.

Pada kodominan ALDH2, alelotipe untuk ADH2, ADH3 dan ALDH2 dan

disimbolkan dengan 3 variabel (0,1,2) dan jenis homozygote biasa dipilih untuk

setiap lokus sebagai kelompok referensi. Karena kerja ALDH2*2 tampak dominan

pada ekspresi aktivitas enzim. Dua model regresi logistik dirancang.. model pertama

dominasi lengkap genotype ALDH2*1/*2 dan ALDH2*2/*2 digabungkan menjadi

satu kelompok. Pada model partial dominasi ALDH2*1/*1, ALDH 2*1/*2, ALDH

2*2/*2 ditetapkan sebagai variabel lanjutan masing-masing 1,0, 0,2, 0. Enam

kombinasi genotype ADH2 dan ALDH2 dievaluasi untuk risiko pengembangan

alkoholisme dengan regresi logistik (3 kombinasi dengan genotype ALDH2*2/*2


homozygote dikeluarkan). Analisis x2 dan analisis regresi logistik dilakukan dengan

program statistik SPSS (release 8.0.0).

Frekuensi haplotype dan koefisiensi hubungan disequilibriumco dari gen

ADH2 dan ADH3 direspon dengan menggunakan program ARLEQUIN (1997).

Metode haplotype yang dikembangkan digunakan untuk mengevaluasi secara

signifikan kemungkinan terjadinya polimorfisme dalam menentukan kerentanan

terhadap alkohol.

Hasil

Genotip dan distribusi alel ADH2, ADH3, dan ALDH2 tidak ditemukan

berbeda secara signifikan diantara 3 subkelompok alkoholik Cina han yang direkrut

dari dua rumah sakit (tabel 1), salah satunya adalah lokasi perekrutan sebuah studi

yang lebih kecil yang dilaporkan ditempat lain (Thomasson et al 1991). Sub

kelompok alkoholik dan kelompok gabungan berbeda secara signifikan dari kontrol

dalam variasi allel yang terpisah pada lokus gen metabolisme alkoholik (tabel 1).

Keduanya laki-laki alkoholik (n=315) dan perempuan alkoholik (n=25) menunjukkan

perbedaan yang signifikan, dibandingkan dengan laki-laki kontrol, dalam distribusi

genotype dan alel dari ADH2, ADH3, dan ALDH2 (p ≤ 0,006; data tidak

ditampilkan). Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara kelompok alkoholik

pria dan wanita, kecuali perbedaan marginal (p= 0,048) dalam jumlah alel ADH2. Ini

mungkin karena jumlah kelompok wanita yang sedikit. Frekuensi alel ADH2 * 1

(0.27) dan ADH2 * 2 (0.73) secara kebetulan dekat dengan ALDH2 * 2 (0.24) dan

ALDH2 * 1 (0.76) dalam kontrol Cina Han. Frekuensi iniserupa dengan yang

dilaporkan pada populasi Jepang (Higuchi dkk.1995). Ini mencatat hasil


perbandingan antara alkoholik dan kontrol yang ditunjukkan pada tabel 1, dan juga

pada analisis berikutnya, kemungkinan merupakan perkiraan konservatif, karena

siswa dipilih sebagai kontrol. Alkoholisme biasanya didiagnosis dikemudian hari di

Taiwan (Helzerdkk., 1990), dan, oleh karena itu, kekuatan untuk menentukan

perbedaan harus dikurangi sedikit, karena rentan dalam beberapa kontrol yang lebih

muda bisa terungkap di kemudian hari. Ini memungkinkan pengurangan dalam

kekuatan bisa diminimalisir dengan pemakaian jumlah sampel yang besar, seperti

yang kita lakukan dalam penelitian ini, mengingat tingkat prevalensi ketergantungan

alkohol seumur hidup rendah di Taiwan, ~3% (Helzerdkk 1990).


Untuk mengetahui apakah efek ADH2 dan genotip ADH3 tidak bergantung

pada genotipe ALDH2, kami membandingkan subkelompok yang berisi individu

homozigot untuk alel ALDH2 * 1 (tabel 2). Semua individu ini diprediksi memiliki

aktivitas ALDH2 normal. Di antara subjek ini, perbedaan antara alkoholik dan

kontrol dalam jumlah alel ADH2 * 2 dan alel ADH3 * 1 tetap sangat signifikan. Ini

sesuai dengan pengamatan sebelumnya, yang dibuat dengan ukuran sampel yang

lebih kecil, pada alkoholik Cina Han dan Jepang (Thomasson dkk., 1991; Nakamura

dkk. 1996). Untuk lebih mengevaluasi peran terpisah dari polimorfisme fungsional

ADH2, ADH3, dan ALDH2 dalam predisposisi alkoholisme, analisis regresi logistic

dilakukan, mengasumsikan model dominasi yang berbeda untuk ALDH2 (tabel 3).

Karena tidak ada interaksi parameter yang secara statistic signifikan dalam tiga model

logistik, hanya efek utama dari gen terpisah yang dianalisis. Model kodominans itu

didasarkan pada asumsi bahwa aktivitas campuran dari ALDH2E / K homo dan

heterotetramer yang terbentuk dari kombinasi acak dari subunit E dan K mewakili

nilai rata-rata aktivitas ALDH2E (enzim tipe yang biasa dengan asam glutamat pada

posisi 487) dan ALDH2K (tipe varian yang mengandung lys-487). Model dominasi

lengkap mengasumsikan kedua ALDH2K homotetramer dan enzim ALDH2K / E

heterotetramer menjadi tidak aktif. Model dominasi parsial mengiasumsikan enzim

varian homotetramer menjadi tidak aktif tetapi diasumsikan enzim heterotetrameric

memiliki beberapa aktivitas residual. Sebagai pengaruh dari gen ADH2 dan gen

ALDH2 yang disesuaikan, variasi alel pada lokus ADH3 gagal pada ketiga model

yang diuji untuk menunjukkan pengaruh yang signifikan (23 - .56) terhadap risiko

alkoholik. Sebaliknya, genotip ADH2 * 1 / * 2 dan ADH2 * 2 /* 2 menunjukkan


perlindungan yang sangat signifikan (Rasio odds, .12-.19; IK 95%, .07 -30)

dibandingkan dengan genotipe ADH2 * 1 / * 1. Efek gen ADH2 tampak independen

untuk ALDH2, karena rasio odds tetap hampir tidak berubah dengan model yang

berbeda dari dominasi ALDH2. Kekuatan genotip ALDH2 * homozigot 2 /* 2 untuk

perlindungan terhadap alkoholisme tidak mencapai signifikansi (p= .36) pada model

codominance, ternyata karena tidak ada individu dengan genotipe itu ditemukan di

antara alkoholisme.

Keterkaitan disekuilibrium dan frekuensi haplotipe relatif ADH2 dan ADH3

pada alkoholisme dan kontrol diperkirakan dan dievaluasi untuk mengetahui apakah

sebuah pengaruh gen ADH3 polimorfik pada kerentanan alkoholisme dibatalkan oleh

ADH2. Genotip ALDH2 dikelompokkan untuk menghilangkan kemungkinan

pembaur dengan varian ALDH2 * 2 dalam menilai hubungan antara haplotype

dengan alkoholisme. Baik alkoholik maupun kontrol menunjukkan

ketidakseimbangan keterkaitan yang signifikan ADH2 dan ADH3 (p≤ .013) (tabel 4).

Dalam membandingkan frekuensi haplotipe ADH2 dan ADH3 pada alkoholik dan

pada kontrol (tabel 5), perbedaan yang signifikan (p≤.4.4 x 10-5) ditemukan pada

genotipe ALDH2 * 1 / * 1 dengan variasi alel pada ADH2 ketika polimorfisme

ADH3 dikendalikan. Perbedaan ini tidak ditemukan pada penelitian sebelumnya yang

dikontrol untuk alel ADH3 * 2, namun ukuran sampel penelitian tersebut kecil (Osier

dkk.,1999). Seperti ditunjukkan pada tabel 5, ketika polimorfisme ADH2

dikendalikan, variasi alel pada ADH3 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

(p=.06- .66) antara alkoholik dan kontrol, menyarankan bahwa efek ADH3 yang
diamati (tabel 1 dan 2) disebabkan oleh disequilibrium hubungan allel ADH2 dan

ADH3 (tabel 5).

Untuk mengevaluasi interaksi antara polimorfisme fungsional pada ADH2

dan ALDH2 dalam kaitannya dengan alkoholisme, enam genotype kombinatorial

lokus tersebut dianalisis dengan regresi logistik (tabel 6). Tiga kombinasi genotipe

lain yang mengandung homozigot ALDH2*2 / * 2 diekslusikan, karena tidak adanya

individu dengan genotype tersebut dalam kelompok alkoholik. Dibandingkan dengan

yang memiliki kedua ADH2 * 1 / * 1 dan ALDH2 * 1 / * 1, subjek membawa sisa

lima genotype kombinasi yang memamerkan derajat variasi perlindungan melawan

alkoholisme, dengan individu ADH2 * 2 / * 2- ALDH2 * 1 / * 2 memiliki risiko

paling sedikit untuk mengembangkan penyakit (rasio odds 0,04) dan individu ADH2

* 1 / * 1-ALDH2 * 1 / * 2 memiliki risiko terbesar (Rasio odds 0,33).


Diskusi

Sampai saat ini, gen ADH dan ALDH adalah gen yang berkaitan dengan

alkoholisme. Gen itu mempengaruhi kerentanan terhadap penyakit. Salah satu yang

utama alasannya adalah bahwa baik genotipe dan fenotipe variasi alel pada lokus ini

telah diketahui. Keterkaitan kompleks antara polimorfisme fungsional dari gen

metabolisme alkohol ditunjukkan distudi ini mengilustrasikan konsep bahwa

alkoholisme adalah perilaku yang kompleks yang dipengaruhi oleh banyak gen dan

juga oleh faktor sosiokultural (Cloninger 1987; Goldman 1993).

Perilaku alkoholisme dapat dipengaruhi oleh kenikmatan pada penggunanya

namun disisi lain alkohol mempunyai efek merugikan bagi otak dan tubuh.

Asetaldehida, konsentrasi tinggi di dalam tubuh diproduksi oleh kesalahan

metabolisme etanol. Adanya asetaldehida ini dapat mencegah orang untuk minum

berlebihan karena efek kardiovaskular yang tidak menyenangkan dengan gejala

subjektif yang ditimbulkan sehingga mengurangi risiko perkembangan alkoholisme

(Mizoi et al 1979; Harada et al 1981; Peng et al. 1999). Ini menjelaskan alasan

mengenai kemungkinan hubungan biologis dan lingkungan, orang Cina Han (di

antaranya Frekuensi alel ALDH2 * 2 adalah 0,24; Lihat tabel 1) yang tinggal di

Taiwan menunjukkan prevalensi ketergantungan alkohol mempunyai masa pakai

lebih rendah ~8 kali lipat daripada penduduk asli Atayal (di antaranya frekuensi alel

ALDH2*2 adalah 0,05; Hwu dkk. 1990; Thomasson dkk. 1994). Penting untuk

diketahui, determinan biologi tunggal yaitu ALDH2*2/*2 homozigot, tampak sebagai

faktor defensif terhadap perkembangan alkoholisme (tabel 1; Higuchi et al 1994). Hal

ini dapat dikaitkan dengan total berkurangnya aktivitas ALDH2, dihasilkan dari dua
salinan mutasi, yang menyebabkan subjek menjadi hilang atau memediasi konsumsi

alkohol karena sebelumnya mengalami reaksi yang tidak menyenangkan setelah

mengkonsumsi alkohol (Peng et al 1999). Gen ALDH2*1/*2 heterozigot sebagai

proteksi parsial yang ditemukan pada alkoholisme Cina Han hanya sekitar 10% -18%.

(Versus 40% kontrol; lihat tabel 1). Menariknya, frekuensi heterozigot pada populasi

alkoholik nampaknya meningkat pada periode antara tahun 1989 dan 1997. Sebuah

pengamatan serupa terlihat di antara alkoholisme Jepang oleh Higuchi dkk. (1994).

Temuan ini menunjukkan bahwa di antara pecandu alkohol ALDH2 * 1 / * 2, faktor

penentu biologis lainnya, seperti polimorfisme fungsional dari gen ADH, serta faktor

sosiokultural semakin berkontribusi terhadap perkembangan penyakit. Baik dominasi

lengkap (Crabb et al. 1989; Singh dkk. 1989) dan dominasi parsial (Xiao Et al. 1995,

1996; Wang et al. 1996) varian subunit ALDH2K karena kehilangan aktivitas

tetramer dari enzim seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sampel hepar dari

pembedahan dengan genotipe ALDH2*1/*2 menunjukkan adanya ~ 20% aktivitas

ALDH2 * 1/*1 yang spesifik dalam sampel hepar tersebut, yang diukur dengan 3 mM

asetaldehida, sedangkan aktivitas spesifik ALDH2*2/*2 hepar tidak terdeteksi (Yin

Dkk, data tidak dipublikasikan). Tingkat aktivitas spesifik ini dekat dengan yang

diprediksi dari studi model garis sel transduksi (Xiao et al 1996). Model dominasi

parsial telah dibuktikan secara mencolok oleh profil asetaldehid darah yang berbeda

ditemukan pada subjek dengan ALDH2 allelotypes yang berbeda, namun dengan

genotipe ADH2 dan ADH3 identik mengikuti rendahnya dosis alkohol yang

digunakan (Peng et al, 1999). Tampaknya jelas bahwa ALDH2 mitokondria dan

ALDH1 sitosolik terutama bertanggung jawab untuk oksidasi asetaldehida di


Homozigot ALDH2*1/*1 dan ALDH2*2/2 individu masing-masing dan bahwa

aktivitas ALDH2 residual, ditambah dengan ALDH1, berkontribusi untuk

menghilangkan asetaldehida dalam heterozigot selama konsumsi alkohol.


Keterlibatan polimorfisme fungsional pada ADH3 lokus dalam kerentanan

terhadap alkoholisme telah menjadi masalah yang menarik dan kontroversial. Secara

teori, jects sub putih akan menjadi yang terbaik untuk menguji hipotesis ini; kekuatan

untuk mendeteksi perbedaan antara genotipe lebih besar dalam putih, karena

distribusi hampir homogen ADH3 * 1 dan ADH3 *2,hampir pemerataan ADH2

*1,dan tidak adanya efek pengganggu dari ALDH2 *2.Hasil penelitian dari hubungan

antara ADH3 variasialeldan alkoholisme di berbagai populasi ropean Uni Eropa-

sejauh ini negatif (Couzigou et al 1990;. Gilder et al 1993;.Pare s et al 1994.).Ini

berarti bahwa efek dari ADH3 polimorfisme pada pensity pro untuk alkoholisme

adalah netral atau sangat kecil. Namun, asosiasi positif ketika ALDH2 genotipe

adalah con- dikendalikan untuk ditemukan konsisten antara Asia Timur, termasuk

China Han (tabel 2; Thomasson et al 1991;..Chen et al 1996). Dan Jepang (Nakamura

et al 1996 ). Temuan bertentangan telah clar- ified oleh analisis regresi logistik ganda

dari ADH3, ADH2, dan ALDH2 ditampilkan dalam tabel 3.Sebagai ADH2

genotipetelah disesuaikan, variasi alel pada ADH3 tidak menunjukkan efek yang

signifikan pada risiko kecanduan alkohol, terlepas dari yang model ALDH2

dominasiditerapkan. Hal ini sesuai dengan temuan negatif di kalangan pecandu

alkohol putih (Couzigou et al 1990;. Gilder et al 1993;.Pare s et al 1994.).Fikasi

Nulli- dari pengaruh ADH3 pada kerentanan Asia Timur untuk alkoholisme dapat

sepenuhnya berasal keberadaan linkage disequilibrium antara ADH3 dan ADH2 (tabel

4 dan 5).Diamati tion pengurangan- yang signifikan dalam frekuensi ADH3 * 1 pada

pecandu alkohol sebagai com- dikupas dengan kontrol (tabel 2) disebabkan oleh

hubungan untuk ADH2 * 2 (tabel 5).The ADH2 variasi alel adalah ficient suf- untuk
menjelaskan berbagai tingkat kerentanan terhadap alkoholisme.Oleh karena itu, hasil

kami telah dikonfirmasi dan memperluas sebelumnya temuan oleh Osier et al. (1999).

Mengingat sekitar dekat ADH2 dan ADH3 lokus, yang hanya ~15 kb terpisah

(Yasunami et al. 1990), adalah wajar untuk melihat keterkaitan ketidakseimbangan

antara polimorfisme fungsional dan netral dari dua lokus antara berbagai populasi

(table 4; Edman dan Maret 1992; Higuchi 1994; Chen et al 1996, 1997;..Osier et al

1999). Penjelasan yang mungkin untuk kurangnya pengaruh ADH3 pada kerentanan

terhadap alkoholisme (A) perbedaan jauh lebih kecil di Vmax meliputi:.nilaiuntuk

etanol oxi- dation dari allozymes gg dibandingkan dengan allozymes bb (Bosron et al

1983; Yin et al. 1984), (b) ekspresi rendah subunit g dalam hati(~20% yang dari

subunit b dalam hal kandungan protein; Yin et al, data tidak dipublikasikan), dan (c)

variasi individu yang besar dalam penghapusan alkohol (Kalant. 1996).

Interaksi antara polimorfisme fungsional ADH2 dan ALDH2 telah dievaluasi

oleh gression ulang logistik dari enam genotipe kombinasi antara coholics al dan

kontrol (tabel 6).Sebagai ALDH2 * 1 / * 1 genotipe dikendalikan untuk, subyek

dengan heterozigot ADH2 * 1 / * 2 danhomozigot ADH2* 2 / * 2 memiliki 5.3- dan

8,3 kali lipat risiko lebih kecil, masing-masing, untuk alkoholisme daripada yang

usual- ketik ADH2 * 1 / * 1 individu. Karena rasio odds* ADH2 2 / * 2-ALDH2 * 1 /

* 1 genotipe adalah sekitar setengah dari ADH2 * 1 / * 2-ALDH2 * 1 / * 1 genotipe,

efek* ADH2 2 alel pada risiko alkoholisme tampaknya menjadi aditif dalam ALDH2

* 1 / * 1 individu. Ketika ADH2 * 1 / * 1 genotipe yang con- dikendalikan untuk,

ALDH2 * 1 / * 2 ditunjukkan untuk berunding ~ 3kali lipat risiko kurang dari ALDH2

* 1 / *1.Mengingat tection pro lengkap terhadap alkoholisme oleh ALDH2 * 2 / *2,itu


adalah esting antar untuk menemukan bahwa individu dengankombinatorial ADH2* 1

/ * 1-ALDH2 * 1 / * 2 genotipe memiliki 1,7 kali lipat risiko lebih besar dibandingkan

dengan ADH2 * 1 / * 2-ALDH2 * 1 / * 1 (tabel 6). Untuk memvalidasi perbandingan

risiko relatif alkoholisme dalam dua genotipe ini, regresi logistik ganda dari enam

genotipe kombinasi telah dianalisa lebih lanjut dengan ADH2 * 1 / * 2-ALDH2 * 1 /

*1,manfaat di- dari ADH2 * 1 / * 1-ALDH2 * 1 / *1,sebagai kelompok

referensi.TheADH2* 1 / * 1-ALDH2 * 1 / * 2 genotipe ditemukan tidak secara

signifikan berbeda dari ADH2 * 1 / * 2- ALDH2 * 1 / * 1 genotipe(P= 0,145),

sedangkan ing remain- genotipe kombinasi masih menunjukkan perbedaan yang

signifikan(P 0,013) dari referensi jenis genoTip (data tidak ditampilkan). Subyek

yang mobil-rying ADH2 * 1 / * 2-ALDH2 * 1 / * 2 dan ADH2 * 2 / * 2- ALDH2 * 1 /

* 2 memiliki 20- dan 25-kali lipat risiko lebih kecil untuk holisme alco-, masing-

masing, dibandingkan dengan mereka yang membawa ADH2 * 1 / * 1-ALDH2 * 1 / *

1 (tabel 6). Ini akan menunjukkan bahwa kombinasi dari varian fungsional di kedua

ADH2 dan ALDH2 menganugerahkan 2-7 kali lipat risiko kurang dari melakukan tiga

genotipe kombinasi lain yang termasuk baik ADH2 * 1 / * 1 atau ALDH2 * 1 /

*1.Untuk mengevaluasi pengaruh relatif pada risiko kecanduan alkohol dari ADH2 *

2 dan ALDH2 *2,penyelidikan lebih lanjut, seperti studi keluarga menilai penetrasi

relatif dari alel varian, yang diperlukan. Namun, efek dari ADH2 * 2 dan ALDH2 * 2

pada risiko alkoholisme tampaknya independen satu sama lain. Kesimpulan ini

didasarkan pada temuan sebagai berikut: (a) kemungkinan rasio genotipe ADH2 * 1 /

* 2 dan ADH2 * 2 / * 2 tetap hampir tidak berubah, berapapun kembali model

ALDH2 dominasiditerapkan (tabel 3); (b) kemungkinan rasio dari gen- kombinasi
otypes ADH2 * 1 / * 2-ALDH2 * 1 / * 2 dan ADH2 * 2 / * 2- ALDH2 * 1 / * 2

tampaknya dekat dengan produk dihitung dari kemungkinan rasio genotipe

komponen (lihat tabel 6, karena ADH2 * 1 / * 2-ALDH2 * 1 / * 1 dan ADH2 * 1 / * 1-

ALDH2 * 1 / *2,0,19 # 0,33 = 0,06 dan untuk ADH2 * 2 / * 2-ALDH2 * 1 / * 1 dan

ADH2 * 1 / * 1- ALDH2 * 1 / *2,0,12 # 0,33 = 0,04); (c) rasio ganjil dan 95% interval

kepercayaan untuk ADH2 * 1 / * 2 dan ADH2 * 2 / * 2 diperoleh untuk (a) dan (b) di

atas hampir identik; (d) besaran pengurangan frekuensi haplotipe dari ADH3 * 1-2 * 2

dan peningkatan frekuensi haplotipe dari ADH3 * 1-2 * 1 di antara coholics al versus

kontrol tetap hampir unchan- ged, terlepas dari ALDH2 genotipe(tabel 5, karena

ALDH2 * 1 / *1,0,452 0,711 = 0,64 dan 0,376 0,192 = 2,0, masing-masing, dan untuk

ALDH2 * 1 / * 2, 0,421 0,697 = 0,60 dan 0,386 0,209 = 1,8, masing-masing). Efek

independen dari polimorfisme fungsional ADH2 dan ALDH2 pada alkoholisme dapat

diartikan bahwa mekanisme utama proteksi molecular ADH2 tidak berlangsung

melalui jalur akumulasi asetaldehid di darah setelah menelan alkohol seperti pada

ALDH2. (Mizoi dkk. 1979; Harada dkk. 1981; Peng dkk. 1999). Selama konsumsi

alkohol, variasi alel ADH2 tidak menyebabkan peningkatan signifikan kadar

asetaldehid darah, yang hampir mendekati nol pada orang Jepang dengan

ALDH2*1/*1 homozigot (pada dosis 0.4 g/kg ethanol; Mizoi dkk. 1994) dan suku

Han di Cina (pada dosis 0.5 g/kg ethanol, Yin dkk., data tidak dipublikasikan). Kadar

eliminasi dari darah pada konsentrasi etanol jenuh untuk kelas I ADHs juga tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan diantara tiga genotip ADH2 (Mizoi dkk.

1994). Perubahan warna wajah menjadi kemerahan yang diinduksi konsumsi alkohol

berhubungan dengan polimorfisme ALDH2 dan tidak dengan ADH2, dengan dosis
rendah 0.3 g/kg ethanol (Yin dkk., data tidak dipublikasikan). Oeh karena itu, temuan

terbaru yang dibahas disini tidak mendukung hipotesis lama yang menyatakan

ADH2*2 yang mengkode subunit β2 beraktivitas tinggi, mengakibatkan muka

memerah (Stamatoyannopoulos dkk. 1975) dan reaksi disforia lainnya melalui

akumulasi asetaldehid dalam darah yang mempengaruhi kebiasaan minum

(Thomasson dkk. 1991).

Nakamura dkk. (1996) memperkirakan bahwa alel ADH2*1 mempunyai

peran yang penting dalam etiologi alkoholisme pada pecandu alkohol ALDH2 *1/*2

heterozigot. Hal ini berdasarkan observasi pada pecandu alkohol di Jepang dengan

ALDH2*1/*2 yang menunjukkan frekuensi ADH2*1/*1 yang lebih tinggi 2,4 kali

lipat daripada pecandu alkohol dengan ALDH2*1/*1 (total pecandu alkohol). Dalam

penelitian ini, didapatkan pecandu alkohol homozigot untuk ADH2*1 dengan

ALDH2*1/*1 dan ALDH2*1/*2 menunjukkan frekuensi yang hampir sama 0.382

(108/283) dan 0.386 (22/57). Frekuensi halotipe ADH3*1-2*1 pada pecandu alkohol

yang membawa ALDH2*1/*1 dan ALDH2*1/*2 juga hampir sama: 0.376 dan 0.386,

(tabel 5). Oleh karena itu tidak terdapat interaksi khusus antara ADH2 polimorfik dan

ALDH2. Higuchi dkk. (1995) menemukan bahwa bagi pecandu alkohol di Jepang

dengan ALDH2*1/*2 odd rasio dari ADH2*1/*1 sangat tinggi. (2.1), sedangkan

ADH2*2/*2 dan ADH2*1/*2 sekitar ∼0.1–0.3, menunjukkan bahwa ADH2*1/*1

homozigot dapat mengatasi efek protektif dari ALDH2*1/*2 heterozigot sebagai

faktor predisposisi terhadap alkoholisme. Oleh karena itu tidak terdapatefek

signifikan pada resiko alkoholisme pada ADH2*1/*1 dan ALDH2*1/*2. Chen dkk.

(1996) baru-baru ini melaporkan bahwa polimorfisme fungsional dari ADH2, ADH3,
dan ALDH2 secara independen mempengaruhi resiko penyakit pada pecandu alkohol

di suku Han di Cina hasil ini didapatkan dari regresi logistik multipel menggunakan

variable kontinu daripada menggunakan pengkodean dengan variable-dummy

dengan jumlah pecandu alkohol yang tidak memadai.(n=46)

Hubungan antara mengurangi konsumsi alkohol atau mengurangi resiko

alkoholisme dan variasi alel ADH2*2 baru saja ditemukan pada kelompok etnis lain

yang terutama membawa ALDH2 * 1 / * 1, termasuk orang Australia keturunan

Eropa (Whitfield et al 1998), Yahudi di Israel (Neumark et al 1998), orang Mongolia

di China (Shen et al 1997), dan penduduk asli Atayal dari Taiwan (Thomasson et al.

1994). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa ADH2 mempengaruhi

kerentanan terhadap alkoholisme terlepas dari ALDH2. Mekanisme molecular dari

efek ADH2 masih belum jelas. Terdapat beberapa penjelasan

a. Keterlibatan organ target selain hati pada kelas I ADH, seperti otak (Zimatkin

dan Deitrich 1997), dan jantung dimana hanya allozim ββ yang

diekspresikan (Yin 1994).

b. Target substrat dari kelas I ADH mungkin tidak berhubungan dengan etanol

konvensional / asetaldehid, contoh : alkohol/aldehid merupakan metabolit

dari dopamin neurotransmitter (Ma˚rdh dan Vallee 1986), serotonin

(Consalvi Et al. 1986; Svensson dkk. 1999), dan norepinefrin (Ma˚ rdh et al

1985).

c. Polimorfisme fungsional potensial dari high-Km class II pp ADH dapat

berinteraksi dengan ADH2 dalam mempengaruhi metabolisme etanol di hati


(Li et al.1977) dan / atau amina biogenic di otak (Consalvi et al. 1986; Ma˚

rdh et al. 1986; Svensson et al. 1999)

Baru-baru ini hasil survey genomewide mendapatkan hasil lokus protektif

pada kromosom 4 yang berpengaruh pada resiko ketergantungan alkohol. termasuk

kelompok gen ADH pada populasi orang Amerika berkulit putih dan orang Indian

Amerika (Long et al 1998 ; Reich et al. 1998). Hubungan antara ADH2*3 dan

alkoholisme pada populasi kulit hitam belum ditemukan walaupun hubungan antara

ADH2*2 dan alkoholisme pada kelompok etnik lain sudah ditemukan. Penelitian

lebih lanjut pada kelompok etnik yang bervariasi perlu dilakukan untuk menjelaskan

mekanisme variasi alel ADH2 dalam mempengaruhi faktor predisposisi alkoholisme.

Kesimpulan : Polimorfisme fungsional ADH2, ADH3, dan ALDH2

menunjukkan pola pengaruh yang kompleks pada kerentanan terhadap alkoholisme.

Perbedaan frekuensi ADH3 yang terdapat pada pecandu alkohol dengan kelompok

kontrol terlihat dari ketidakseimbangannya dengan ADH2. Pada ALDH2*1/*1

homozigot, perlindungan oleh dua salinan ADH2*2 dua kali lebih kuat daripada satu

salinan alel. Pada pemeriksaan dengan mengkombinasikan efek ADH2 dan genotip

ALDH2 , proteksi oleh ADH2*1/*2- ALDH2*1/*1 tidak jauh berbeda dengan

ADH2*1/*1-ALDH2*1/*2. ADH2*1/*2- ALDH2*1/*2 dan ADH2*2/*2-

ALDH2*1/*2 menunjukkan penurunan resiko alkoholisme 20-25 kali yang lebih

rendah daripada ADH2*1/*1-ALDH2*1/*1. Homozigositas ALDH2*2/*2 dapat

melindungi dari penyakit, terlepas dari ada tidaknya polimorfisme ADH2. Variasi alel

ADH 2*2 melindungi dari alkoholisme melalui mekanisme yang masih perlu diteliti

lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai