Oleh :
Preseptor :
dr. Taufik Hidayat, M.Sc, Sp.F
Ringkasan
Gen yang mengkode enzim utama dari metabolisme alkohol, yaitu ADH (Alkohol
isoform adh aktivitas tinggi dan alel ADH2*2, yang mengkode isoform ADH
aktivitas tinggi dan alel ADH2*2, yang mengkode bentuk aktivitas rendah dari
alkoholik dan 545 kontrol orang Han Cina yang tinggal di Taiwan pada lokus ADH2,
ADH3, dan ALDH2. Setelah pengaruh ALDH2*2 dikontrol, analisis regresi logistik
ADH2*2 yang melindungi secara penuh alkoholisme, tidaka ada individu yang
logistikenam kombinasi gentotip tersisa dari lokus polimorfik ADH2 dan ALDH2
mengindikasikan bahwa individu pembawa satu atau dua kopi ADH2*2 dan kopi
Pendahuluan
melibatkan interaksi antara gen dengan gen serta gen dengan lingkungan. Eliminasi
etanol sebagian besar terjadi karena adanya oksidasi menjadi asetildehid dan asetat,
metabolisme etanol pada hati (Han etal 1998; Yin et al. 1999). Kelas I ADHs adalah
and Ho¨o¨ g 1995; Edenberg and Bosron 1997). Tiga allelic yang berbeda terdapat
subunits dari β1, β2, dan β3. Dua varian yang terdapat pada lokus ADH3: ADH3*1 dan
dominan diantara populasi dunia yang paling terbanyak dipelajari (∼ 90%), dan
ADH2*2 merupakan alel utama di populasi Asia Timur (∼ 70%). ADH2*3 ada pada
populasi asli Africa (∼ 20%) namun nampak sangat jarang di antara kelompok etnis
lainnya. ADH3*1 merupakan alel utama diantara orang Asia Timur dan Afrika (∼
90%), sedangkan di kulit putih hampir sama didistribusikan dengan ADH3*2 (Smith
1986; Agarwal dan Goedde 1992). Baik ADHs β2β2 dan β3β3 memperlihatkan 30-40
kali lipat lebih besar Vmax untuk oksidasi etanol daripada β1β1, dan Vmax untuk γ1γ1
kira-kira dua kali lipat dari γ2 γ2 (Bosron et al. 1983; Yin et al. 1984; Burnell et al.
1989). Perbedaan kinetik ADH allozim dapat dikaitkan dengan satu substitusi asam
amino tunggal (di β2, his untuk di β2; di β3 cys untuk arg-369 di β1; dan di γ1, arg
adenin dinucleotide (NADH), sebuah langkah membatasi laju dalam katalisis (Eklund
et al. 1987; Stone et al. 1993; Hurley et al. 1994). Pertukaran ile//val-349 kedua untuk
γ1/γ2 nampaknya tidak mengubah aktivitas enzim, karena lokasinya jauh dari tempat
yang aktif (Eklund et al. 1987). Polimorfisme fungsional diatas dihasilkan oleh
substitusi nukleotida tunggal yang terjadi pada ekson 3 dariADH2*2, ekson 9 dari
ADH2*3, dan ekson 6 dari ADH3*2 ( Smith 1986; Yoshida et al. 1991). Gen kelas I-
ADH dan kelas II-ADH telah dipetakan ke lengan panjang kromosom 4 di bagian
4q2123 (Smith 1986; Yoshida et al. 1991). Gen kelas I-ADH berkelompok dalam
Km-rendah (0,20 µM) dan enzim ALDH1 sitosol (33 µM). Terdapat single-nucleotide
perubahan glu/lys pada posisi 487. Kira-kira setengah populasi Asia Timur membawa
varian alel ALDH2*2, yang jarang terlihat pada kelompok etnis lain sejauh ini.
Yoshida et al. (1983) melaporkan defisiensi ALDH1 pada sampel hati orang Jepang,
namun, observasi ini tidak dapat dibuktikan dalam beberapa penelitian menggunakan
sejumlah besar sampel orang Jepang (n = 174; Takase et al. 1989) dan China (n =
142; Yin et al., unpublished data), yang menunjukan bahwa defisiensi ALDH1
mungkin merupakan mutasi yang jarang terjadi atau merupakan artefak dari
pengolahan hati postmortem. Defisiensi ALDH1 tidak pernah ditemukan pada hati
orang berkulit putih. Gen ALDH1 dan ALDH2 telah dipetakan menjadi kromosom
9q21 dan 12q24. Laporan terakhir menunjukan bahwa variasi rekombinan ALDH2
menunjukan peningkatan 260 kali pada Km untuk NAD+ dan penurunan 11 kali pada
Vmax jika dibandingkan dengan enzim Variasi subunit juga menghasilkan penurunan
menunjukan bahwa substitusi lys terhadap glu-487 dapat mengakibatkan ikatan ion
dengan arg475 dari dimer didepannya, sehingga secara tidak langsung dapat
mengurangi aktivitas enzim. (Steinmetz et al. 1997). Oleh karena itu, munculnya
dominan pada pati gel elektroforesis, varian ALDH2*2 dalam ekspresi aktivitas
enzim dapat diterangkan oleh aktivitas enzim homo dan heterotetrametrik pada
sampel hati ALDH2*1/*2 heterozigot yang berada dibawah batas deteksi pewarnaan
gel. Subjek yang memiliki defisiensi aktivitas ALDH2 mengalami peningkatan level
asetildehid dalam darah dengan manifestasi muka merah (facial flusing) dan takikardi
setelah konsumsi produk alkohol (Mizoi et al. 1979; Harada et al. 1981). Reaksi
sensitivitas diinduksi alkohol ini serupa dengan reaksi tidak menyenangkan yang
disebabkan konsumsi alkohol pada pasien yang diterapi dengan ALDH inhibitor
pada pecandu alkohol dibandingkan dengan populasi umum orang Asia Timur,
termasuk etnis Han Cina, Korea, dan Jepang. Homozigositas ALDH2*2 itu sendiri,
terlepas dari polimorfisme fungsional pada ADH2 dan ADH3, bersifat protektif
terhadap alkoholisme karena tidak ada individu dengan genotip ini yang ditemukan
alkohol dosis rendah yang berasal dari akumulasi besar asetildehid di darah dalam
metabolisme alkohol lainnya seperti sitokrom P450 2E1 (CYP2E1) dan alkoholisme
sejauh ini negatif. Oleh karena itu, bukti molekular genetik terakhir mendukung
hipotesis yang diajukan oleh Thomasson et al. (1991) bahwa ADH2*2, ADH3*1, dan
Hipotesis ini juga menyiratkan bahwa tiga gen metabolisme alkohol dapat
bertindak secara sinergis dalam metabolisme etanol untuk menghasilkan lebih banyak
asetaldehid dan karenanya, lebih banyak perlindungan. Untuk saat ini, seorang
analisis sistematis tentang kemungkinan interaksi antara variasi alel di lokus ADH2,
ADH3, dan ALDH2 telah berkurang. Pada faktanya, hasil yang bertentangan ada di
menunjukkan ada sebuah interaksi antara fungsional polimorfisme dari ALDH2 dan
ADH2 yang rentan terhadap alkohol di antara Jepang. Chen et al. (1996) melaporkan
bahwa ADH2*1, ADH3*2, dan ALDH2*1 secara independen mempengaruhi risiko
kecanduan alkohol di kalangan masyarakat Han Cina. Argumen diatas telah dibantah
oleh Osier et al. (1999) bahwa baru-baru ini mengamati frekuensi perbedaan dari
fungsional polimorfisme ADH3 pada pecandu alkohol Han Cina dan kontrol dapat
karena itu, hubungan ketidakseimbangan antara ADH2 dan ADH3, serta dominasi
ADH2 dan ADH3 dengan stratifikasi genotipe ALDH2 pada total 885 pecandu
alkohol dan kontrol dari keturunan Han Cina di Taiwan dan telah dilakukan logistik
regresi ganda untuk mengevaluasi relatif risiko pecandu alkohol dalam individu yang
Terdapat dua kelompok subjek dari Han China. Diagnosis dan statistic manual
diambil dari rumah sakit umum Taipei dengan sampel 150 orang (pembagiannya pada
laki-laki 136 orang dan perempuan 14 orang dengan SD umur 39 ± 11 tahun periode
1994 -1997) dan pusat psikiatri Taipei jumlah sampel 141 dengan jumlah laki- laki
gigi dan farmasi yang berjenis kelamin laki-laki di pusat medis pertahanan nasional.
Sebagian besar dari siswa yang berpartisipasi adalah tidak peminum alkohol dan
Genom DNA diambil dari leukosit seperti yang dijelaskan pada penelitian
lain. Penentuan dari nukleatida- nukleatida polimorfik dari gen ADH2, ekson 6 gen
ADH3 dan ekson 12 gen ALDH2 dilakukan seperti penelitian sebelumnya dengan
penghitungan langsung dengan uji x2. Program statistik statXact 4.0 (Cytel software
cooperation) digunakan untuk reaksi ukuran sampel kecil pada beberapa kelompok
genotip pecandu alkohol. Fungsi polimerfisme pada ADH dan ALDH digunakan
Pada kodominan ALDH2, alelotipe untuk ADH2, ADH3 dan ALDH2 dan
disimbolkan dengan 3 variabel (0,1,2) dan jenis homozygote biasa dipilih untuk
setiap lokus sebagai kelompok referensi. Karena kerja ALDH2*2 tampak dominan
pada ekspresi aktivitas enzim. Dua model regresi logistik dirancang.. model pertama
satu kelompok. Pada model partial dominasi ALDH2*1/*1, ALDH 2*1/*2, ALDH
terhadap alkohol.
Hasil
Genotip dan distribusi alel ADH2, ADH3, dan ALDH2 tidak ditemukan
berbeda secara signifikan diantara 3 subkelompok alkoholik Cina han yang direkrut
dari dua rumah sakit (tabel 1), salah satunya adalah lokasi perekrutan sebuah studi
yang lebih kecil yang dilaporkan ditempat lain (Thomasson et al 1991). Sub
kelompok alkoholik dan kelompok gabungan berbeda secara signifikan dari kontrol
dalam variasi allel yang terpisah pada lokus gen metabolisme alkoholik (tabel 1).
genotype dan alel dari ADH2, ADH3, dan ALDH2 (p ≤ 0,006; data tidak
pria dan wanita, kecuali perbedaan marginal (p= 0,048) dalam jumlah alel ADH2. Ini
mungkin karena jumlah kelompok wanita yang sedikit. Frekuensi alel ADH2 * 1
(0.27) dan ADH2 * 2 (0.73) secara kebetulan dekat dengan ALDH2 * 2 (0.24) dan
ALDH2 * 1 (0.76) dalam kontrol Cina Han. Frekuensi iniserupa dengan yang
Taiwan (Helzerdkk., 1990), dan, oleh karena itu, kekuatan untuk menentukan
perbedaan harus dikurangi sedikit, karena rentan dalam beberapa kontrol yang lebih
kekuatan bisa diminimalisir dengan pemakaian jumlah sampel yang besar, seperti
yang kita lakukan dalam penelitian ini, mengingat tingkat prevalensi ketergantungan
homozigot untuk alel ALDH2 * 1 (tabel 2). Semua individu ini diprediksi memiliki
aktivitas ALDH2 normal. Di antara subjek ini, perbedaan antara alkoholik dan
kontrol dalam jumlah alel ADH2 * 2 dan alel ADH3 * 1 tetap sangat signifikan. Ini
sesuai dengan pengamatan sebelumnya, yang dibuat dengan ukuran sampel yang
lebih kecil, pada alkoholik Cina Han dan Jepang (Thomasson dkk., 1991; Nakamura
dkk. 1996). Untuk lebih mengevaluasi peran terpisah dari polimorfisme fungsional
ADH2, ADH3, dan ALDH2 dalam predisposisi alkoholisme, analisis regresi logistic
dilakukan, mengasumsikan model dominasi yang berbeda untuk ALDH2 (tabel 3).
Karena tidak ada interaksi parameter yang secara statistic signifikan dalam tiga model
logistik, hanya efek utama dari gen terpisah yang dianalisis. Model kodominans itu
didasarkan pada asumsi bahwa aktivitas campuran dari ALDH2E / K homo dan
heterotetramer yang terbentuk dari kombinasi acak dari subunit E dan K mewakili
nilai rata-rata aktivitas ALDH2E (enzim tipe yang biasa dengan asam glutamat pada
posisi 487) dan ALDH2K (tipe varian yang mengandung lys-487). Model dominasi
memiliki beberapa aktivitas residual. Sebagai pengaruh dari gen ADH2 dan gen
ALDH2 yang disesuaikan, variasi alel pada lokus ADH3 gagal pada ketiga model
yang diuji untuk menunjukkan pengaruh yang signifikan (23 - .56) terhadap risiko
untuk ALDH2, karena rasio odds tetap hampir tidak berubah dengan model yang
perlindungan terhadap alkoholisme tidak mencapai signifikansi (p= .36) pada model
codominance, ternyata karena tidak ada individu dengan genotipe itu ditemukan di
antara alkoholisme.
pada alkoholisme dan kontrol diperkirakan dan dievaluasi untuk mengetahui apakah
sebuah pengaruh gen ADH3 polimorfik pada kerentanan alkoholisme dibatalkan oleh
ketidakseimbangan keterkaitan yang signifikan ADH2 dan ADH3 (p≤ .013) (tabel 4).
Dalam membandingkan frekuensi haplotipe ADH2 dan ADH3 pada alkoholik dan
pada kontrol (tabel 5), perbedaan yang signifikan (p≤.4.4 x 10-5) ditemukan pada
ADH3 dikendalikan. Perbedaan ini tidak ditemukan pada penelitian sebelumnya yang
dikontrol untuk alel ADH3 * 2, namun ukuran sampel penelitian tersebut kecil (Osier
dikendalikan, variasi alel pada ADH3 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
(p=.06- .66) antara alkoholik dan kontrol, menyarankan bahwa efek ADH3 yang
diamati (tabel 1 dan 2) disebabkan oleh disequilibrium hubungan allel ADH2 dan
lokus tersebut dianalisis dengan regresi logistik (tabel 6). Tiga kombinasi genotipe
paling sedikit untuk mengembangkan penyakit (rasio odds 0,04) dan individu ADH2
Sampai saat ini, gen ADH dan ALDH adalah gen yang berkaitan dengan
alkoholisme. Gen itu mempengaruhi kerentanan terhadap penyakit. Salah satu yang
utama alasannya adalah bahwa baik genotipe dan fenotipe variasi alel pada lokus ini
alkoholisme adalah perilaku yang kompleks yang dipengaruhi oleh banyak gen dan
namun disisi lain alkohol mempunyai efek merugikan bagi otak dan tubuh.
metabolisme etanol. Adanya asetaldehida ini dapat mencegah orang untuk minum
(Mizoi et al 1979; Harada et al 1981; Peng et al. 1999). Ini menjelaskan alasan
mengenai kemungkinan hubungan biologis dan lingkungan, orang Cina Han (di
antaranya Frekuensi alel ALDH2 * 2 adalah 0,24; Lihat tabel 1) yang tinggal di
lebih rendah ~8 kali lipat daripada penduduk asli Atayal (di antaranya frekuensi alel
ALDH2*2 adalah 0,05; Hwu dkk. 1990; Thomasson dkk. 1994). Penting untuk
ini dapat dikaitkan dengan total berkurangnya aktivitas ALDH2, dihasilkan dari dua
salinan mutasi, yang menyebabkan subjek menjadi hilang atau memediasi konsumsi
proteksi parsial yang ditemukan pada alkoholisme Cina Han hanya sekitar 10% -18%.
(Versus 40% kontrol; lihat tabel 1). Menariknya, frekuensi heterozigot pada populasi
alkoholik nampaknya meningkat pada periode antara tahun 1989 dan 1997. Sebuah
pengamatan serupa terlihat di antara alkoholisme Jepang oleh Higuchi dkk. (1994).
penentu biologis lainnya, seperti polimorfisme fungsional dari gen ADH, serta faktor
lengkap (Crabb et al. 1989; Singh dkk. 1989) dan dominasi parsial (Xiao Et al. 1995,
1996; Wang et al. 1996) varian subunit ALDH2K karena kehilangan aktivitas
tetramer dari enzim seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sampel hepar dari
ALDH2 * 1/*1 yang spesifik dalam sampel hepar tersebut, yang diukur dengan 3 mM
Dkk, data tidak dipublikasikan). Tingkat aktivitas spesifik ini dekat dengan yang
diprediksi dari studi model garis sel transduksi (Xiao et al 1996). Model dominasi
parsial telah dibuktikan secara mencolok oleh profil asetaldehid darah yang berbeda
ditemukan pada subjek dengan ALDH2 allelotypes yang berbeda, namun dengan
genotipe ADH2 dan ADH3 identik mengikuti rendahnya dosis alkohol yang
digunakan (Peng et al, 1999). Tampaknya jelas bahwa ALDH2 mitokondria dan
terhadap alkoholisme telah menjadi masalah yang menarik dan kontroversial. Secara
teori, jects sub putih akan menjadi yang terbaik untuk menguji hipotesis ini; kekuatan
untuk mendeteksi perbedaan antara genotipe lebih besar dalam putih, karena
*1,dan tidak adanya efek pengganggu dari ALDH2 *2.Hasil penelitian dari hubungan
berarti bahwa efek dari ADH3 polimorfisme pada pensity pro untuk alkoholisme
adalah netral atau sangat kecil. Namun, asosiasi positif ketika ALDH2 genotipe
adalah con- dikendalikan untuk ditemukan konsisten antara Asia Timur, termasuk
et al 1996 ). Temuan bertentangan telah clar- ified oleh analisis regresi logistik ganda
dari ADH3, ADH2, dan ALDH2 ditampilkan dalam tabel 3.Sebagai ADH2
genotipetelah disesuaikan, variasi alel pada ADH3 tidak menunjukkan efek yang
signifikan pada risiko kecanduan alkohol, terlepas dari yang model ALDH2
Nulli- dari pengaruh ADH3 pada kerentanan Asia Timur untuk alkoholisme dapat
sepenuhnya berasal keberadaan linkage disequilibrium antara ADH3 dan ADH2 (tabel
4 dan 5).Diamati tion pengurangan- yang signifikan dalam frekuensi ADH3 * 1 pada
pecandu alkohol sebagai com- dikupas dengan kontrol (tabel 2) disebabkan oleh
hubungan untuk ADH2 * 2 (tabel 5).The ADH2 variasi alel adalah ficient suf- untuk
menjelaskan berbagai tingkat kerentanan terhadap alkoholisme.Oleh karena itu, hasil
kami telah dikonfirmasi dan memperluas sebelumnya temuan oleh Osier et al. (1999).
Mengingat sekitar dekat ADH2 dan ADH3 lokus, yang hanya ~15 kb terpisah
antara polimorfisme fungsional dan netral dari dua lokus antara berbagai populasi
(table 4; Edman dan Maret 1992; Higuchi 1994; Chen et al 1996, 1997;..Osier et al
1999). Penjelasan yang mungkin untuk kurangnya pengaruh ADH3 pada kerentanan
1983; Yin et al. 1984), (b) ekspresi rendah subunit g dalam hati(~20% yang dari
subunit b dalam hal kandungan protein; Yin et al, data tidak dipublikasikan), dan (c)
oleh gression ulang logistik dari enam genotipe kombinasi antara coholics al dan
8,3 kali lipat risiko lebih kecil, masing-masing, untuk alkoholisme daripada yang
efek* ADH2 2 alel pada risiko alkoholisme tampaknya menjadi aditif dalam ALDH2
ALDH2 * 1 / * 2 ditunjukkan untuk berunding ~ 3kali lipat risiko kurang dari ALDH2
/ * 1-ALDH2 * 1 / * 2 genotipe memiliki 1,7 kali lipat risiko lebih besar dibandingkan
risiko relatif alkoholisme dalam dua genotipe ini, regresi logistik ganda dari enam
signifikan(P 0,013) dari referensi jenis genoTip (data tidak ditampilkan). Subyek
* 2 memiliki 20- dan 25-kali lipat risiko lebih kecil untuk holisme alco-, masing-
1 (tabel 6). Ini akan menunjukkan bahwa kombinasi dari varian fungsional di kedua
ADH2 dan ALDH2 menganugerahkan 2-7 kali lipat risiko kurang dari melakukan tiga
*1.Untuk mengevaluasi pengaruh relatif pada risiko kecanduan alkohol dari ADH2 *
2 dan ALDH2 *2,penyelidikan lebih lanjut, seperti studi keluarga menilai penetrasi
relatif dari alel varian, yang diperlukan. Namun, efek dari ADH2 * 2 dan ALDH2 * 2
pada risiko alkoholisme tampaknya independen satu sama lain. Kesimpulan ini
didasarkan pada temuan sebagai berikut: (a) kemungkinan rasio genotipe ADH2 * 1 /
ALDH2 dominasiditerapkan (tabel 3); (b) kemungkinan rasio dari gen- kombinasi
otypes ADH2 * 1 / * 2-ALDH2 * 1 / * 2 dan ADH2 * 2 / * 2- ALDH2 * 1 / * 2
ADH2 * 1 / * 1- ALDH2 * 1 / *2,0,12 # 0,33 = 0,04); (c) rasio ganjil dan 95% interval
kepercayaan untuk ADH2 * 1 / * 2 dan ADH2 * 2 / * 2 diperoleh untuk (a) dan (b) di
atas hampir identik; (d) besaran pengurangan frekuensi haplotipe dari ADH3 * 1-2 * 2
dan peningkatan frekuensi haplotipe dari ADH3 * 1-2 * 1 di antara coholics al versus
kontrol tetap hampir unchan- ged, terlepas dari ALDH2 genotipe(tabel 5, karena
ALDH2 * 1 / *1,0,452 0,711 = 0,64 dan 0,376 0,192 = 2,0, masing-masing, dan untuk
ALDH2 * 1 / * 2, 0,421 0,697 = 0,60 dan 0,386 0,209 = 1,8, masing-masing). Efek
independen dari polimorfisme fungsional ADH2 dan ALDH2 pada alkoholisme dapat
melalui jalur akumulasi asetaldehid di darah setelah menelan alkohol seperti pada
ALDH2. (Mizoi dkk. 1979; Harada dkk. 1981; Peng dkk. 1999). Selama konsumsi
asetaldehid darah, yang hampir mendekati nol pada orang Jepang dengan
ALDH2*1/*1 homozigot (pada dosis 0.4 g/kg ethanol; Mizoi dkk. 1994) dan suku
Han di Cina (pada dosis 0.5 g/kg ethanol, Yin dkk., data tidak dipublikasikan). Kadar
eliminasi dari darah pada konsentrasi etanol jenuh untuk kelas I ADHs juga tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan diantara tiga genotip ADH2 (Mizoi dkk.
1994). Perubahan warna wajah menjadi kemerahan yang diinduksi konsumsi alkohol
berhubungan dengan polimorfisme ALDH2 dan tidak dengan ADH2, dengan dosis
rendah 0.3 g/kg ethanol (Yin dkk., data tidak dipublikasikan). Oeh karena itu, temuan
terbaru yang dibahas disini tidak mendukung hipotesis lama yang menyatakan
peran yang penting dalam etiologi alkoholisme pada pecandu alkohol ALDH2 *1/*2
heterozigot. Hal ini berdasarkan observasi pada pecandu alkohol di Jepang dengan
ALDH2*1/*2 yang menunjukkan frekuensi ADH2*1/*1 yang lebih tinggi 2,4 kali
lipat daripada pecandu alkohol dengan ALDH2*1/*1 (total pecandu alkohol). Dalam
(108/283) dan 0.386 (22/57). Frekuensi halotipe ADH3*1-2*1 pada pecandu alkohol
yang membawa ALDH2*1/*1 dan ALDH2*1/*2 juga hampir sama: 0.376 dan 0.386,
(tabel 5). Oleh karena itu tidak terdapat interaksi khusus antara ADH2 polimorfik dan
ALDH2. Higuchi dkk. (1995) menemukan bahwa bagi pecandu alkohol di Jepang
dengan ALDH2*1/*2 odd rasio dari ADH2*1/*1 sangat tinggi. (2.1), sedangkan
signifikan pada resiko alkoholisme pada ADH2*1/*1 dan ALDH2*1/*2. Chen dkk.
(1996) baru-baru ini melaporkan bahwa polimorfisme fungsional dari ADH2, ADH3,
dan ALDH2 secara independen mempengaruhi resiko penyakit pada pecandu alkohol
di suku Han di Cina hasil ini didapatkan dari regresi logistik multipel menggunakan
alkoholisme dan variasi alel ADH2*2 baru saja ditemukan pada kelompok etnis lain
di China (Shen et al 1997), dan penduduk asli Atayal dari Taiwan (Thomasson et al.
1994). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa ADH2 mempengaruhi
a. Keterlibatan organ target selain hati pada kelas I ADH, seperti otak (Zimatkin
b. Target substrat dari kelas I ADH mungkin tidak berhubungan dengan etanol
(Consalvi Et al. 1986; Svensson dkk. 1999), dan norepinefrin (Ma˚ rdh et al
1985).
kelompok gen ADH pada populasi orang Amerika berkulit putih dan orang Indian
Amerika (Long et al 1998 ; Reich et al. 1998). Hubungan antara ADH2*3 dan
alkoholisme pada populasi kulit hitam belum ditemukan walaupun hubungan antara
ADH2*2 dan alkoholisme pada kelompok etnik lain sudah ditemukan. Penelitian
lebih lanjut pada kelompok etnik yang bervariasi perlu dilakukan untuk menjelaskan
Perbedaan frekuensi ADH3 yang terdapat pada pecandu alkohol dengan kelompok
homozigot, perlindungan oleh dua salinan ADH2*2 dua kali lebih kuat daripada satu
salinan alel. Pada pemeriksaan dengan mengkombinasikan efek ADH2 dan genotip
melindungi dari penyakit, terlepas dari ada tidaknya polimorfisme ADH2. Variasi alel
ADH 2*2 melindungi dari alkoholisme melalui mekanisme yang masih perlu diteliti
lebih lanjut.