BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini ditemukan sekitar 160 mutasi bersama dengan lebih dari 400 varian
biokimia telah dijelaskan (Cappellini, 2008). Varian G6PD oleh WHO telah
diklasifikasikan ke dalam empat kateoti tergantung pada aktivitas residu enzim dan
manifestasi klinis.
B. Permasalahan
2. Manfaat. Adapun manfaat kajian ini yaitu mengetahui tingkat urgensi dari
deteksi dini defisiensi G6PD pada prajurit yang menerima pengobatan penyakit
malaria , sehingga tidak terjadi komplikasi dan gangguan kesehatan yang
mampu menurunkan kinerja prajurit saat bertugas.
BAB II
TINJAUAN DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Tinjauan Konseptual
Pengertian G6PD
Pada sel eritrosit terjadi metabolisme glukosa untuk menghasilkan energi (ATP)
yang digunakan untuk kerja pompa ionik dalam rangka mempertahankan milieu ionik
yang cocok bagi eritrosit. Pembentukan ATP ini berlangsung melalui jalur Embden
Meyerhof yang melibatkan sejumlah enzim seperti glukosa fosfat isomerase dan
piruvat kinase, sebagian kecil glukosa mengalami metabolisme dalam eritrosit melalui
jalur heksosa monofosfat dengan bantuan enzim G6PD untuk menghasilkan glutation
yang penting untuk melindungi hemoglobin dan membran eritrosit dari oksidan.
Defisiensi enzim piruvat kinase, glukosa fosfat isomerase dan G6PD dapat
mempermudah dan mempercepat hemolisis. Yang paling sering mengalami defisiensi
adalah G6PD (Rinaldi, 2009)
Awalnya varian G6PD ditandai secara biokimia menurut aktivitas enzim dalam
eritrosit, mobilitas elektroforesis, Michaelis Konstan, pemanfaatan analog substrat dan
termostabilitas (Zhao, 2010).
GSH dihasilkan melalui jalur fosfat pentosa, seperti diuraikan di atas, melindungi
hanya terhadap stres oksidan dalam eritrosit. Dalam eritrosit yang normal tanpa
tekanan G6PD, aktivitas G6PD hanya sekitar 2% dari total kapasitas. Ini
meningkatkan kemungkinan terhadap tantangan dari stres oksidan dan GSH
dipertahankan pada tingkat stabil. Namun, eritrosit defisiensi G6PD telah sangat
mengurangi aktivitas G6PD (10 sampai 20% dari normal pada G6PD A(-) dan 0
sampai 10% dari normal pada G6PD Mediteranian dan varian serupa). Peningkatan
stress oksidan dapat menyebabkan penipisan GSH ditandai sebagai kemampuan dari
defisiensi G6PD untuk menghasilkan NADPH terlampaui oleh tingginya kehilanan
GSH (Greene, 1993)
Stres oksidan tidak terkompensasi dalam eritrosit normal (atau lebih mudah
dalam eritrosit defisiensi G6PD) menghasilkan oksidasi hemoglobin menjadi methem-
globin, pembentukan Heinz body, dan kerusakan membran. Jika terjadi sangat berat
akan mengakibatkan hemolisis, sementara bila terjadi lebih ringan tetapi stres oksidan
tidak terkompensasi akan mengurangi kemampuan eritrosit dan meningkatkan
kemungkinan bahwa eritrosit akan dikeluarkan dari sirkulasi ke sistem
retikuloendotelial. Akibat hilangnya eritrosit , hematopoiesis ditingkatkan karena tubuh
berusaha untuk mempertahankan fungsi normal vaskular, dan ada banyak retikulosit
yang dikeluarkan (eritrosit muda dilepaskan dari sumsum tulang). Retikulosit biasanya
mencapai kurang dari 1% eritrosit total, tapi berikut hemolisis dapat terdiri sampai 15%
dari eritrosit (Greene,1993).
Manifestasi Klinik
Aktivitas G6PD yang normal menurun hampir 50% pada waktu usia eritrosit
mencapai 120 hari. Pada Tipe A- penurunan ini terjadi sedikit lebih cepat dan lebih
cepat lagi pada ras Afrika (Rinaldi,2009).
atau aktivitas individu. Beberapa gangguan klinis, seperti diabetes dan infark miokard
dan latihan fisik berat, telah dilaporkan memicu hemolisis pada individu defisiensi
G6PD, walaupun paparan bersama antara infeksi atau oksidan obat dapat
menyebabkan hal ini. Mekanisme yang tepat yang meningkatkan sensitifitas terhadap
kerusakan oksidatif menyebabkan hemolisis tidak sepenuhnya diketahui. Penyebab
hemolisis akut pada defisiensi G6PD ditandai dengan kelelahan, sakit punggung,
anemia, dan jaundice. Peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi, laktat dehidrogenase,
dan retikulositosis adalah marker kelainan tersebut (cappellini, 2008).
Gambar 2. Daftar obat-obatan dan bahan kimia yang dapat menyebabkan hemolisis
pada pasien penderita G6PD
Adapun manifestasi klinis defisiensi G6PD berupa Anemia hemolitik dan non
hemolitik.
1. Anemia hemolitik
Terjadi setelah paparan obat atau bahan kimia. Umumnya, setelah satu
sampai tiga hari terpapar bahan bahan tersebut, penderita akan mengalami
demam, letargi, kadang disertai gejala gastrointestinal. Hemoglobinuria
merupakan tanda kardinal, terjadi hemolisis intravaskular ditandai dengan
terbentuknya urin berwarna merah gelap hingga coklat. Kemudian timbul ikterus
dan anemia disertai takikardia. Dapat terjadi komplikasi apabila terdapat
penyakit dasar berupa gangguan hepar seperti hepatitis
Sejauh ini, berbagai metode penyaringan (skrining test) untuk mendeteksi G6PD
telah dilaporkan, termasuk metode fluent (Beutler 1966; Beutler & Mitchell 1968) dan
formazan menggunakan substrat 3-(4,5-dimetil-2-tiazolil) 2,5-diphenyl-2H-tetrazolium
bromida (MTT) dan pembawa hidrogen, phenazine methosulfate (PMS) (Fairbank &
Beutler 1962; Fuji et al 1984; Hirono et al 1998). Namun, semua memliki berbagai
kendala untuk aplikasi aktual di lapanan, terutama metode formazan MTT atau PMS,
dimana reaksi MTT yang tidak spesifik terhadap hemoglobin memerlukan persiapan
alat uji yang melelahkan dan menyita waktu. Selain itu, formazan yang dibentuk oleh
MTT tidak larut dalam air, dan oleh karena itu, metode ini agak sulit untuk diterapkan.
B. Kerangka Konseptual
REAGEN
PENELITIAN
ANALISA DATA
8
BAB III
METODE KAJIAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Kajian. Dengan adanya kajian ini, diharapkan mampu mengetahui tingkat
urgensi dari pendeteksian dini defisiensi G6PD pada prajurit yang akan melaksanakan
terapi pengobatan malaria di daerah endemik, sehingga mampu mengurangi resiko
terjadinya hemolisis pada sel darah serta komplikasi penyakit.
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
B. Rekomendasi
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, dalam menyusun
kajian ini dengan keterbatasan sumber-sumber yang tentunya dapat
dipertanggungjawabkan. Kami membutuhkan saran dan rekomendasi untuk
menyempurnakan tulisan ini sebagai pedoman kegiatan penelitian dan
pengembangan bidang insani yang akan kami laksanakan, demi mendapatkan hasil
yang maksimal.
Demikian tulisan ini dibuat, dengan segala kekurangan dan keterbatasan dari
kami. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dalam kegiatan penelitian ini. Adanya tulisan ini diharapkan
mampu memacu ide inovatif dalam kegiatan penelitian dan pengembangan bidang
insani dengan penerapan teknik diagnosa seperti skrinning test guna mendukung
tugas pokok TNI AD. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dam dapat dijadikan salah
satu pertimbangan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan TNI AD.
10
DAFTAR PUSTAKA
Rinaldi,I. dan Sudoyo,A.W., 2009, Anemia Hemolitik Non Imun,Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi V: 1157-59
Suhartati, Tri Martini, Notopuro H, 2006. Analisis Defisiensi Enzim Glukose 6 Fosfat
dehidrogenase (G6PD) pada Riwayat Kehamilan dengan Keuguran di Rumah
Sakit Katolik St.Vincentius A Paulo Surabaya. Folia Medica Indonesiana.
KAJIAN
TENTANG