Anda di halaman 1dari 10

Makalah Biokimia

Gangguan Metabolisme Purin

Disusun oleh:

Margareta Novi W.

12-117

Medaliana Hartini

12-118

Ira Yosida

12-119

Richard Andrison S.

12-120

Desion Sudi

12-121

Giovani Anggasta F.

12-122

Vinsensia Septima R.Y.

12-123

Maria Faustina S.

12-125

Kevien Arditanoyo

12-126

Buana Cahya

12-127

Yohanes Bintang

12-128

UNIVERSITAS SANATA DHARMA


YOGYAKARTA
2013
BAB I

PENDAHULUAN
Gout atau pirai telah dikenal sejak pada abad ke-5 sebelum masehi, dan telah dikenal
sebagai penyakit raja-raja dikarenakan kebiasaan mereka yang mengkonsumsi makanan yang
enak, namun sekarang asam urat bisa menyerang siapa saja, dari muda sampai tua. Umumnya
yang sering terserang gout adalah kaum laki-laki karena kaum laki laki memiliki kadar asam
urat dalam darah yang memang lebih tinggi daripada perempuan. Di Indonesia pun, asam urat
diderita pada usia yang lebih dini dibanding di negara-negara barat, dan 32 persen asam urat
terjadi pada pria di bawah usia 34 tahun.
Kemudian, apakan asam urat itu? Asam urat adalah hasil produksi tubuh dan merupakan
bagian dari metabolisme purin, sehingga keberadaannya bisa normal dalam darah dan urin.
Dalam keadaan normal, produk buangan ikut terbuang melalui urine atau saluran ginjal,
termasuk asam urat. Jika keadaan ini tidak berlangsung normal, asam urat yang diproduksi akan
menumpuk dalam jaringan tubuh. Akibatnya terjadi penumpukan kristal asam urat pada daerah
persendian sehingga menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.
Oleh karena itu kadar asam urat di dalam darah bisa meningkat bila seseorang terlalu
banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi seperti ekstrak daging, kerang,
dan jeroan seperti hati ginjal, limpa, paru dan otak. Begitu pula masyarakat yang tinggal di
perkotaan banyak yang menjalani pola makan serba mewah, tetapi salah. Misalnya,
mengkonsumsi makanan berprotein tinggi atau beralkohol, yang tentunya juga bisa menjadi
penyebab utama penyakit asam urat.
Gout disebabkan karena hiperurisemia yang muncul karena dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal berkaitan dengan regulasi metabolisme purin yang
menghasilkan asam urat dalam tubuh sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan makanmakanan atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Makalah ini akan membahas faktor internal
dari hiperurisemia yang berkaitan dengan gangguan metabolisme purin dalam tubuh.

BAB II
1 | Page

GOUT
Gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan berulang dari
artritis yang terasa sangat nyeri. Gout bisa disebabkan oleh gangguan metabolisme protein purin
yang menyebabkan asam urat dalam darah meningkat dan kristal asam urat terbentuk dalam
sendi atau tempat lainnya. Biasanya penyakit ini menyerang pada umur 40 sampai 50 tahun
(Bangun, A., 2011).
Gout sendiri disebabkan karena pengumpulan asam urat (uric acid) yang berlebihan
didalam badan. Perlu diketahui bahawa asam urat ini diperlukan oleh badan kita dan dalam
keadaan normal, sehingga badan kita akan memecahkan purine ini menjadi asam urat. Tetapi
apabila ginjal gagal untuk mengeluarkan asam urat ini dari tubuh atau sistem tubuh
menghasilkan terlalu banyak asam urat di dalam badan yang menyebabkan ginjal tidak mampu
menampung jumlah asam urat yang perlu diekskresikan, maka asam urat ini akan berkumpul dan
menjadi semakin banyak sehingga meresap ke bagian sendi lalu menjadi jenuh dan mengkristal
(supersaturated dan crystallized). Gout sering terjadi pada mata kaki, lutut, pergelangan tangan
dan siku (Misnadiarly, 2008).
Yang dimaksud dengan asam urat adalah kristal-kristal yang terbentuk sebagai hasil
metabolisme zat purin. Purin merupakan salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada
inti sel semua makhluk hidup. Purin terdapat dalam tubuh kita, terdapat juga pada makanan yang
berasal dari hewan dan tumbuhan (daging, jeroan, sayur, buah, kacang, dsb.). Selain itu, purin
juga bisa dihasilkan dari perusakan sel-sel tubuh yang terjadi baik secara normal ataupun karena
penyakit tertentu.
Asam urat merupakan agen pereduksi yang kuat seperti asam askorbat sehingga asam
urat berfungsi sebagai zat antioksidan. Kadar asam urat dalam serum yang normal pada pria 3.47.2 mg/dL dan pada wanita 2.4-6.1 mg/dL (Misnadiarly, 2008)

BAB III

2 | Page

MEKANISME NORMAL

Bagan 1. Mekanime Normal Metabolisme Purin (Sumber : Chol, H.K., Mount, D.B., Reglnato, A.M.,
2005)

Jalur sintesis de novo dimulai dari ribose-5-phosphate yang ditambah dengan ATP
menghasilkan PRPP (5-phosphoribosyl 1-pyrophosphate) dengan bantuan katalis PRPP
synthetase. PRPP akan diubah menjadi IMP. Disinilah jalur de novo berakhir.
Jalur selanjutnya adalah salvage pathway atau jalur daur ulang yang dimulai dari IMP
yang diubah menjadi GMP (guanosine monophosphate) dan AMP (adenosine monophosphate)
dan inosine. Selain dari dibentuk dari IMP, GMP juga dibentuk dari GTP (guanine 3-phosphate).
GMP yang terbentuk ini akan diubah menjadi guanin dengan bantuan katalis enzim
5nukleotidase. Sebagian guanosine yang terbentuk akan diubah menjadi guanine dan sebagian
akan masuk ke dG (deoxyguanosine) yang merupakan tempat penyimpanan atau pool guanosine
mono-, di- and tri-phosphate. Guanine yang terbentuk sebagian akan dirubah menjadi xanthine
yang nantinya akan diubah menjadi asam urat. Sedangkan Guanine yang lainnya akan diubah
kembali menjadi GMP. Dalam hal ini GMP selain digunakan sebagai bahan pembentukan

3 | Page

guanosine juga berfungsi sebagai feedback inhibition (penghambatan kembali) PRPP menjadi
IMP.
Selain dari dibentuk dari IMP, AMP juga dibentuk dari ATP (adenosine 3-phosphate).
Kemudian AMP yang telah terbentuk akan diubah menjadi adenosine dan dikatalisis oleh enzim
5nukleotidase, sebagian adenosine yang terbentuk akan disimpan dalam dA (deoxyadenosine)
yang merupakan tempat penyimpanan atau pool adenine mono-, di- and tri-phosphate. Sebagian
adenosine juga akan diubah menjadi adenine. Adenine yang telah dihasilkan tersebut akan
diubah menjadi AMP oleh APRT (adenine phosphoribosyltransferase) dan PRPP. AMP tersebut
selain digunakan sebagai bahan pembentukan IMP dan adenosine juga memiliki fungsi sebagai
feedback inhibition (penghambatan kembali) PRPP menjadi IMP.
Sebagian dari adenosine yang terbentuk akan diubah menjadi inosine dengan bantuan
adenosine monophosphate deaminase (AMPD). Inosine yang terbentuk juga dapat diubah
menjadi hypoxanthine. Sebagian hipoxanthine akan diubah menjadi xanthine dengan bantuan
xanthineoxidase, xanthine yang terbentuk ini akan diubah menjadi asam urat. Sisa dari
hipoxanthine tersebut akan diubah kembali menjadi IMP dengan bantuan HGPRT (Hypoxanthine
guanine phosphoribosyltransferase) dan PRPP. Dalam hal ini IMP juga berfungsi dalam
menghambat pengubahan PRPP menjadi IMP.

4 | Page

BAB IV
MEKANISME ABNORMAL
Pertama, hiperuricemia dapat disebabkan karena peningkatan aktivitas katalitik dari
PRPPS yang dikarenakan mutasi pada gen PRPS1 pada kromosom x rantai panjang (q) posisi
22.3. Saat PRPPS banyak maka pembentukan PRPP dari ribosa-5-phospat akan semakin banyak.
Dengan PRPP yang banyak maka pembentukan IMP yang merupakan salah satu bahan awal
asam urat akan semakin banyak, dengan begitu asam urat yang terbentuk akan semakin banyak
dan kemungkinan terjadi gout semakin besar.

Bagan 2. Peningkatan Aktivitas Katalitik PRPPS

Kedua, hiperuricemia dapat disebabkan karena insensitifitas penghambatan PRPPS oleh


ADP (Adenin Di-Phospat) dan GDP (Guanosin Di Phospat) yang dikarenakan mutasi pada gen
PRPS1 pada kromosom x rantai panjang (q) posisi 22.3. Pada metabolisme normal, ketika
pembentukan PRPP berlebihan, maka pembentukan ADP dan GDP akan meningkat juga. Enzim
PRPPS secara otomatis akan dihambat dengan ADP dan GDP ketika kadar kedua zat tersebut
sudah cukup sehingga produksi PRPP akan berkurang. Ketika produksi PRPP berkurang, enzim
5 | Page

PRPPS akan diaktivasi oleh phospat untuk kembali berproduksi. Jika PRPPS tidak sensitif pada
penghambatan padahal kadar ADP dan GDP sudah cukup maka PRPPS akan terus memproduksi
PRPP tanpa bisa dihentikan, jika produksi PRPP meningkat maka produksi IMP, Inosin,
Hipoxanthine, Xanthine dan asam urat juga akan meningkat. Dengan peningkatan produksi asam
urat akan menyebabkan kadar asam urat akan meningkat.

Bagan 3. Insensitifitas penghambatan PRPPS oleh ADP (Adenin Di-Phospat) dan GDP
(Guanosin Di Phospat)

Ketiga, hiperuricemia dapat disebabkan karena defisiensi HGPRT yang dikarenakan


mutasi pada gen HPRT1 pada kromosom x rantai panjamg (q) posisi 26.2. Pada metabolisme
normal, HGPRT akan mengubah hypoxanthine menjadi IMP kembali sehingga kadar
hypoxanthine bisa terkontrol. Jika HGPRT mengalami mutasi dan mengakibatkan produksi
HGRPT berkurang maka pembentukan kembali IMP dari hypoxanthine tidak dapat berjalan
maksimal sehingga hypoxanthine yang terbentuk akan masuk ke reaksi pembentukan xanthine
dan akhirnya membentuk urate, sehingga asam urat dalam tubuh semakin banyak dan
kemungkinan terjadi gout akan semakin besar

6 | Page

Bagan 4. Defisiensi HGPRT

Keempat, hiperuricemia dapat disebabkan karena insensitifitas penghambatan AMPD


oleh GDP dan Phosphat yang disebabkan adanya mutasi pada gen AMPD1 pada kromosom 1
rantai pendek (p) posisi 13.2. Pada metabolisme normal, ketika pembentukan inosine dari
adenosine berlebihan, maka pembentukan xanthine yang akan dirubah menjadi IMP lalu menjadi
phospat dan GDP akan meningkat juga. Enzim AMPD secara otomatis akan dihambat dengan
phospat dan GDP ketika kadar kedua zat tersebut sudah cukup sehingga produksi inosine akan
berkurang. Ketika produksi AMPD berkurang, enzim PRPPS akan diaktivasi oleh ADP untuk
kembali berproduksi. Jika AMPD tidak sensitif terhadap penghambatan padahal kadar phospat
dan GDP sudah cukup maka AMPD akan terus mengubah adenosine menjadi inosine tanpa bisa
dihentikan, maka produksi inosin akan meningkat, hal ini akan mengakibatkan pembentukan
asam urat akan semakin meningkat dan asam urat yang terbentuk akan semakin banyak dan
kemungkinan terjadi gout akan semakin besar.

7 | Page

G DP da nFo sf at

Bagan 5. Insensitifitas penghambatan AMPD oleh GDP dan Phosphat

8 | Page

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, A., 2011, Pengobatan Ajaib Untuk Rematik dan Asam Urat, Indonesia Publishing
House, Jakarta, hal. 16, 24-26.
Chol, H.K., Mount, D.B., Reglnato, A.M., 2005, Pathogenesis of Gout, Annals of Internal
Medicine, vol 143, pp. 499-516.
Curto, R., Void, E.O., Cascante, M., 1998, Analysis of Abnormalities in Purine Metabolism
Leading to Gout and to Neurological Dysfunctions in Man, Biochem. J., vol 329, pp.
477-487.
Misnadiarly, A. S., 2008, Mengenal Penyaki Arthritis, edisi 12, Mediakom, Jakarta, hal. 1.
Stout, J.T., Caskey, C.T., 1985, HPRT: Gene Structure, Expression, and Mutation, Annual
Reviews, vol 19, pp. 127-148.
U.S. National Library of Medicine, 2013, AMPD1, http://ghr.nlm.nih.gov/gene/AMPD1, diakses
tanggal: 28 November 2013.
U.S. National Library of Medicine, 2013, PRPS1, http://ghr.nlm.nih.gov/gene/PRPS1, diakses
tanggal: 28 November 2013.
U.S. National Library of Medicine, 2013, HPRT1, http://ghr.nlm.nih.gov/gene/HPRT1, diakses
tanggal: 28 November 2013.
Zoref,

E.,

Vries,

A.D.,

Sperling,

O.,

1975,

Mutant

Feedback-Resistant

Phosphoribosylpyrophosphate Synthetase Associated with Purine Overproduction and


Gout, The Journal of Clinical Investigation, vol 56, pp. 1093-1099.

9 | Page

Anda mungkin juga menyukai