Tinjauan Kepustakaan
Pendahuluan
Hipomagnesemia secara klinis adalah kekurangan magnesium dalam tubuh yang ditandai
oleh serum magnesium kurang dari 0,7 mmol/L (9,5,4). Interval kadar magnesium normal 0,75-
0,96 mmol/L dan rata-rata sekitar 0,85 mmol/L (4). Magnesium merupakan mineral penting bagi
tubuh manusia yang berperan dalam proses regulasi seluler dan juga sebagai kofaktor yang
berperan dalam berbagai reaksi metabolisme tubuh sebanyak 300 koenzim (3,5).
Penderita dengan hipomagnesemia dapat meningkatkan resiko dan progresifitas dari
penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) apabila dibandingkan dengan penderita
hipomagnesemia tanpa diabetes (9). Secara klinis hipomagnesemia berhubungan dengan resiko
komplikasi kronis pada pasien DMT2 (seperti retinopati, nefropati, ulkus pada kaki, hipertensi,
gangguan pembekuan darah, stress oksidatif, dan jantung koroner) (1,2), dapat menyebabkan
gangguan pada hampir semua organ tubuh, serta menyebabkan komplikasi fatal seperti aritmia,
vasospasme arteri coroner, dan kematian mendadak. (1,5,6). Kadar magnesium yang rendah pada
tubuh menyebabkan peningkatan semua resiko komplikasi pada DMT2 dan meningkatkan semua
penyebab kematian DMT2 (3,2). Keadaan ini perlu pemantauan rutin pada populasi dan
progresifitas pengembangan penyakit penderita hipomagnesemia pada DMT2 serta
penatalaksanaan pengobatan kondisi tersebut (3,5,6).
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang membutuhkan perawatan medis
multidisiplin jangka panjang. Pemantauan setiap potensi faktor penyulit secara ketat dan
mendapatkan perawatan pengobatan yang memadai sehingga dapat membatasi bertambah
parahnya komplikasi penyakit DM (5,100). Secara global lebih dari 300 juta orang menderita
DMT2 dan prevalensinya diprediksi meningkat hingga 600 juta orang (8,9). Pada tahun 2000 di
Negara AS angka kejadian DMT2 dilaporkan sebagai penyebab keenam kematian. Pada tahun
1940 sudah diketahui ada hubungan antara hipomagnesemia dengan peningkatan resiko dan
2
komplikasi pada pasien DMT2. Angka kejadian hipomagnesemia pada DMT2 dengan
komplikasi kronis sekitar 14-48% dibandingkan 2,5-15% pada hipomagnesemia tanpa DMT2
(1,4), dan pada wanita kejadiannya lebih tinggi dari pada laki-laki 2:1 (1,6).
Hipomagnesemia dapat memperburuk kontrol glikemik pasien DMT2 dan
hipomagnesemia menyebabkan insulin resisten serta mengurangi kadar magnesium (1,5,9),
sehingga penderita hipomagnesima DMT2 dapat masuk ke dalam vicious circle. Asupan
magnesium yang tinggi, dapat mengurangi terjadinya hipomagnesemia pada DMT2. Pemberian
suplementasi magnesium selama 16 minggu dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan
memperbaiki kontrol metabolisme tubuh (6).
Identifikasi hipomagnesemia secara dini dengan pengukuran magnesium secara berkala
adalah cara terbaik untuk mengetahui kejadian hipomagnesemia pada DMT2 dan dapat
memantau perkembangan penyakitnya (5.6). Apabila diikuti dengan penatalaksanaan pengobatan
yang lebih komprehensif dan diimbangi dengan pola hidup sehat, dengan demikian kontrol
glikemik menjadi lebih baik, dan dapat menunda tahapan akhir penyakit komplikasi DMT2
(1,3,5).
Mengingat mortalitas dan morbiditas pada hipomagnesemia DMT2 tinggi, dan
memerlukan perawatan jangka panjang serta biaya cukup besar, maka pada tinjauan pustaka ini
akan dibahas pendekatan diagnosis dan terapinya sehingga dapat meningkatkan kualitas dan
harapan hidup penderita hipomagnesemia pada pasien dengan DMT2.
Epidemilogi
Hipomagnesemia sering dikaitkan dengan kontrol glikemik yang buruk, nefropati, dan
obesitas (4). Peningkatan jumlah penderita DM disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, proses
menjadi tua, urbanisasi, dan meningkatnya penderita obesitas oleh karena kurang aktifitas fisik
dan gangguan dalam serum seperti hipomagnesemia, hipokalsium, hipokalemia, kontrol glikemik
yang buruk dan progresifitas dari penyakit DMT2 (4,7).
Penderita DMT2 mencapai 90-95% dari semua kasus yang terdiagnosis diabetes dan
kejadian hipomagnesemia meningkat pada DMT2 dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes
(1). Keadaan hipomagnesemia ini sering diabaikan dan tidak terobati sehingga dapat berakibat
fatal (1,5). Keadaan ini apabila mendapat penanganan yang tepat dan penatalaksanaan
pengobatan yang spesifik dengan asupan magnesium yang cukup dapat menurunkan resiko
3
menderita DMT2 sekitar 33%. Pemberian suplemem magnesium pada DMT2 menyebabkan
peningkatan insulin sensitif dan kontrol metabolik menjadi lebih baik (8,9). Mekanisme
hipomagnesemia dapat menyebabkan diabetes belum dipahami dengan baik perlu penelitian
lebih lanjut untuk memahami peran magnesium pada DMT2 (9,8).
Insiden
Insiden Diabetes Melitus tipe 2 menduduki peringkat ke 7 diseluruh dunia. CDC
.ada 26 juta orang penderita DMT2 dan 79 juta orang pre DMT2. IDF ada
366 juta pada tahun 2011 dan pada tahun 2030 diperkirakan meningkat menjadi 552 juta orang.
Di Negara India penderita DMT2 lebih dari 62 juta orang dan pada tahun 2030 diperkirakan
menjadi 79 juta 400.000 jiwa (30). Negara Indonesia pada tahun 1955 di daerah urban penderita
DMT2 ada 5,69 % dan di daerah rural 1,1% dari jumlah penduduk, perbedaan ini disebabkan
oleh perbedaan pola gaya hidup yang dapat memicu terjadinya DMT2 (1,100). WHO
memprediksi di Negara Indonesia akan menduduki peringkat ke 5 dunia pada tahun 2025 akan
mencapai 12,4 juta orang menderita DMT2, dan 25-29% pasien DMT2 mempunyai kadar
magnesium yang rendah (7).
Efek magnesium pada proses biologis yaitu dalam proses glikolisis posporilasi oksidatif,
metabolisme nukleotida, sintesis protein, dan omst pospoinositol. Efek magnesium pada proses
imunologi yaitu granulosit oksidatif proliferasi limfosit dan endotosin untuk monosit, sedangkan
hipomagnesemia berkorelasi dengan peningkatan IL-1, TNF alfa, makrofag, interferon gamma,
dan substain P (3,5). Apabila terjadi kekurangan magnesium dapat menyebabkan perubahan
biokimia pada organ tubuh. Konsentrasi magnesium pada organ sehat sangat konsisten,
sedangkan 25-29% pada pasien DMT2 menunjukkan konsentrasi magnesium yang rendah (7).
Ada hubungan terbalik antara tingkat magnesium serum dengan kontrol glikemik,
dikatakan magnesium yang lebih tinggi memberikan resiko rendah untuk komplikasi DMT2 (7).
Pemberian suplemen magnesium selama periode 4 minggu dapat meningkatkan penangan
hipoglikemik pada usia lanjut tanpa diabetes dan pada DMT2 suplemen magnesium per oral
selama periode 16 minggu dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan meningkatkan kontrol
metabolismenya (1,7).
Etiologi
Penyebab hipomagnesemia adalah multifaktorial seperti kurangnya asupan makanan yang
mengandung magnesium, disfungsi metabolisme makanan, hiperfiltrasi glomerulus, diuresis
osmotik, asidosis metabolik berulang. Hipofosfatemia, hipokalemia, (1,6,4 lihat
page2tabelmayor causa of hipomg)
c. Pada tubular flow folume reekspresion dan hiperfiltrasi glomerulus dapat meningkatkan
sekresi mg ditubular proksimal dan Tal (1,4)
d. Magnesium reabsorbsi sejajar dengan natrium reabsorbsi dan aliran tinggi melalui tal,
dapat mengurangi reabsorbsi natrium dn mg di segmen ini, serta insulin dapat
menigkatkan reabsorbsi di tal. Kekurangan atau resistensi insulin dapat meningkatkan
sekresi mg di segmen ini (1,6,11 hal 11 2983).
e. Gangguan metabolism
Berbagai gangguan metabolism dapat meningkatkan ekskresi mg urin. Hypokalemia pada
segment tal dapat mengurangi na,k,cl dan dapat mengurangi reabsorbsi di DCT (1,2,4)
Hipofosfatemia dapat menurunkan penyerapan di DCT. Metabolic asidosis perannya
meningkatkan konsentrasi mg, dan ultrafiltrasi mg menghambat serapan mg seluler di
DCT (1,4). Defisiensi insulin atau resistensi insulin memiliki anti mg urin di Tal dan
DCT, hipoalbuminemia dapat menurunkan serum total magnesium (1,2,6)
f. Penggunaan diuretika. Pada umunya penggunaan diuretic pada px DM akan terjadi
peningkatan mg urin, penggunann thiazide dan furosemide pd sindrom barter dan
gitelman menyebabkan penurunan eksresi TRPM 6 dan peningkatan mg urin. (1,4,6)
g. Lainnya
Penggunaan antibiotika (aminoglikosida, ampoterisin, dan anti jamur) dapat
menyebabkan peningkatan sekresi mg ginjal (1,6).
Metabolisme normal mg
A. Metabolism Gi tract
Di AS diet mg rata-rata 250-350mg mg dikonsumsi. Pada orang sehat perlu
mengkonsumsi mg 0,15-0,22 mmol/kg/hari untuk tetap seimbang. Mg dialam banyak
terdapat pada sayur hijau, sereal, biji2an, kacang2an, dan coklat, kandungan menengah
mg terdapat pada sayur2an, buah2an, daging dan ikan (6).
Mg diserap dalam saluran pencernaan 25-65%, terjadi terutama di usus kecil, dengan
melibatkan reseptor TRPM6 (reseptor transient potensi channel melastatin-6) dan mutasi
TRPM6 ada hubungan dengan kejadian hipomg dan hipoCa (1,6).
B. Metabolism Ginjal
Magnesium disaring melalui glomerulus dan 15-25% diserap dalam tubulus proksimal
dan 65-75% mg diserap melalui jalur paraselin1 (TAL) (1, gambar1). Paraselin 1 terkait
dengan hipomg, hipercalceuri dan nefrolitiasis, hormone paratiroid, kalsitonin, glucagon,
dan hormone antidiuretic, dapat meningkatkan transportasi di tal. Insulin berperan di
segmen nefron dan meningkatkan transepitel, meningkatkan mg reabsopsi di DCT,
diserap kembali sekitar 5-10%. Reabsorpsi mg di DCT dipakai untuk menentukan
konsentrasi mg urin (1, gambar1).
C. DCT
Reabsorpsi mg di dct (1, lihat gambar2) melalui reseptor TRPM6 melibatkan hormone
peptide ( PTH, glucagon, dan vasopressin). Insulin dapat meningkatkan penyerapan mg
intraseluler, melalui tyrosine kinase insulin yang akan mengaktifkan produksi CAMP
(1,gambar2).
Patofisiologi hipomg
Hipomg serum mempengaruhi dm melalui aktivasi non insulin dm (4,gambar1 hal3). Hipomg
sering dikaitkan dengan kontrol glikemik yg buruk, nefropati, dan obesitas. Mekanisme hipomg
dapat menyebabkan atau memperburuk diabetes yg ada, belum diketahui mekanismenya, tetapi
7
hipomg dpt menyebabkan perubahan transportasi glukosa seluler, menurunkan sekresi pancreas,
menyebabkan interaksi reseptor insulin (1,4,5). Homeostasis mg diatur secara ketat dan
tergantung pada keseimbangan penyerapan usus, ekskresi ginjal, dan genetic (5,9). Hubungan
insulin dengan hipomg merupakan hubungan yg kompleks. Insulin mengatur homeostasis mg
dan sebaliknya mg penentu insulin, metabolism glukosa, dan resistensi insulin adalah faktor
resiko utama untuk dmt2 dan berbagai gangguan metabolic lainnya. Hipomg juga dikaitkan
dengan peningkatan konsentrasi TNT alpa dan untuk post reseptor resistensi insulin. Hipomg
dapat memperburuk kontrol glikemik diabetes sehingga dapat membentuk sebuah lingkaran
setan (vicious circle) (4,9).
Insulin resisten
Insulin sentivitas dalam fisiologi sel normal
Peningkatan insulin resistance patofisiologi mayor dari perkembangan DMT2
Pada subjek sehat: insulin meningkatkan produksi glikogen di hati, sistesis lipid di
jaringan adiposa, dan pengambilan glukosa di otot
Insulin resistance:
mengurangi spesifikasi reseptor insulin yg tersusun dari 2 alfa subunit dan
2 beta subunit
Mengikat residu tirosin dari beta subunit menjadi autofosforilasi
Mengaktifkan signal jaringan dalam sel
8
c. K-ATP channel
K-ATP regulator utama pd membran sel beta pankreas
Kurangnya konsentrasi intraseluler Mg2+ hipomagnesemia pd DMT2
menurunkan MgATP dan MgADP menghambat K-ATP channel dan sekresi
insulin
f. L-Type Ca 2+ Channel
Penghambatan K-ATP channel oleh peningkatan level ATP depolarisasi membran
aktifasi Ca2+
Antara Intraseluler dan ekstraseluler Mg2+ menghambat L-type Ca2+ channel
Hipomagnesemia akan meningkatkan aktifitas L-type channel
g. Insulin visikel rilis
Insulin vesicle release tergantung ikatan Ca2+
Defisiensi Mg2+ mengubah rasio Ca2+ dan Mg2+ resistensi insulin
h. Perspektif novel
i. Mg2+ defisiensi menstimulasi pelepasan insulin oleh sel beta pankreas
j. Mengapa pasien hipomagnesemia DMT2 terjadi penurunan sekresi insulin?
a. K-ATP dan L type Ca Channel diekskresi ke dalam sel jantung sehingga tidak
merepresentatifkan efek Mg2+ di pankreas
b. Aktifitas Mg2+ channel jangka pendek tidak mewakili jangka panjang Mg2+
defisiensi
c. Pada tingkat transkripsi, Mg2+ meningkatkan sintesis insulin
d. Fokus pada efek intraseluler Mg2+, sehingga efek ekstra seluler Mg2+ tidak
diketahui
e. Mg2+ merupakan regulator utama dari sintesa protein dan proliferasi sel
mengatur viabilitas sel beta
f. Defisiensi Mg2+ mungkin mempengaruhi beberapa faktor termasuk K+, Ca+ dan
secara tidak langsung mempengaruhi signal insulin
3. homeostasis magnesium
Homeostasis seluler mg
Sintesa protein dan DNA dipengaruhi oleh intraselulr Mg2+
Studi dari eritrosit
11
Body hemeostasis mg
Homeostasis Mg2+ dalam tubuh difasilitasi oleh internal absorpsi, penyimpanan Mg2+ di
tulang, dan ekskresi Mg2+ di renal
Sebagian besar Mg2+ direabsorpsi di tubulus proksimal dan ascending Loop of Henle
Pasien dengan TRPM6 mutasi mendapatkan hipomagnesemia dengan hipokalsemia
sekunder
Insulin regulation
Hipomagnesemia pada DMT2 disebabkan oleh kekurangan Mg2+ di ginjal
Th1933 peningkatan serum Mg2+ dan Na selama pengobatan insulin
Th 1960an terapi insulin sintetis, insulin mengatur reabsorpsi Mg2+ di ginjal
TRPM6
TRPM6 ditemukan sebagai target molekuler pada signal insulin Th2012
Hipomagnesemia merangsang ekspresi TRPM6, sulit untuk membedakan efek
hipomagnesemia dan DMT2 dalam studi ini
Na+_Cl- Cotransporter
Hipotesis:
Hiperinsulinemia pada DMT2 meningkatkan aktivasi NCC dan Renal Na+
reabsorpsi di ginjal memberikan kontribusi hipertensi pada pasien DMT2 (75%)
Diabetes-DCT Paradox
Insulin resisten menjelaskan penurunan aktivitas TRPM6 dan hipomagnesemia
pada DMT2
Pada DMT2 reabsorpsi Na+ dan Mg2+ di DCT meningkatakan reabsorpsi Na+
dan menurunkan reabsorpsi Mg2+
Kir4.1 dan Na+_K+_ATPase
Diabetik retinopati berhubungan dengan insulin yg mengatur channel Kir4.1 di retina
Kir4.1 regulator penting Na+ dan Mg2+ transport di DCT
12
Reaksi biokimia
Hipomg sering dihungkan dengan beberapa kelainan biokimia seperti hipokalemia,
hipokalsemia, dan alkalosis metabolic. Pada terapi diuretic, diare, dan wasting
kelainan ginjal dapat menurunkan konsentrasi kalium dan magnesium. Penurunan
kadar mg serum dapat menurunkan aktivasi ATP sehingga menurunkan jumlah
konsentrasi potasium dan mnurunkan kadar kalium, kejadian hipokalemia
menandakan kondisi parah dari hipomg DMT2 atau kurang dari 1,2 mg/dl (5).
DIAGNOSIS
Diagnosis hipomg ditegakkan melalui penilaian klinis pasien dan ditemukan konsentrasi serum
mg kurang 1,6 mg/dl atau lebih 2Sd dibawah rata2 populasi umum. Apabila konsentrasi serum
mg normal, tetapi pasien menunjukkan gejala hipomg dmt2 maka sebaiknya dialkukan tes
14
biokimia lainnya (1,5). Penurunan konsentrasi hipomg sudah cukup untuk mendiagnosis
hipomagnesemia dan ada hubungan terbalik antara kontrol glikmik dengan konsentrasi serum
magnesium (5). Hipomng oleh karena peningkatan ekskresi di urin dapat dipakai sebagai
diagnosis awal hipomagnesemia.
Penatalaksanaan hipomg
Tujuan utama dalam penatalaksanaan px hipomg pada DMT2 adalah dengan mencegah penyakit
yang sudah ada berlanjut menjadi progresif dan terjadi kecacatan, yang disebabkan oleh
kegagalan organ atau jaringan. Penatalaksaan pengobatan dengan cara meningkatkan asupan
suplemen mg. Peningkatan kadar mg pada dmt2 dapat menurunkan progresifitas dan komplikasi
kronis pada dmt 2, serta penurunan kasus srroke pada pasien laki-laki dengan hipertensi (2,4).
Kekurangan magnesium dapat menurunkan sensitivitas insulin dan dengan asupan suplemen mg
selama 4 minggu dapat meningkatkan stabilitas glukosa pada orang tua dengan hipomg tanpa
dm, dan pada pasien hipomgdengan dmt2. Pemberian suplemen mg selama 16minggu, akan
terjadi peningkatan sensitivitas insulin dan metabolismenya serta peningkatan penyerapan
magnesium (1,4,5). Manajemen hipomg pada pasien DM dengan meningkatkan intake mg pada
makanan, control of diabetic gastroporesis, oral supplementation, gastro intestinal loss, reducing
renal loss (no4. Tabel 2, 1 tabel2)
a. Optimalisasi penyerapan gastrointestinal. Asupan mg yg diperlukan 400-420 mg/kg/hari
pada pria dewasa dan 320 mg/kg/hari pada wanita, lebih tinggi pada ibu hamil dan
menyusui (4). Asupan mg dpt dioptimalkan dengan cara mengendalikan disfungsi gi tract
otonom sehingga dapat meningkatkan asupan makanan yg mengandung mg. modifikasi
gaya hidup sehat dengan cara mengkonsumsi makanan kecil yg mengandung mg
sewaktu-waktu bukan makananbesar tiga kali sehari. Diet tinggi magnesium dengan
makan-makanan mengandung mg seperti biji-bijian utuh, buah-buahan sayur-sayuran
serta sereal (4). Kontrol kadar glukosa yg ketat dan penggunan obat prokinetik (seperti
mitoclorperamid, domperidon, dan erythromycin) untuk meningkatkan motilitas lambung
pada pasien dm. eksplorasi lambung pada kasus toksin botolinium pylorus. Pada pasien
diare dan sembelit yang berat diterapi dengan makanan yg berserat, gluten, dan
pembatasan laktusa. Cara lainnya seperti pemberian kolesteramin, clonidine,
comatostatin enzim pancreas, antibiotka metronidazole. (1,tabel2, 5,6).
15
Kadar serum mg<1,30 meq/L, penderita berada dalam resiko tertinggi dan fatal bisa
menyebabkan kematian, semakin rendah kadar serum mg, semakin buruk prognosisnya. Kadar
hipomg dikaitkan dengan kondisi pasien sakit kritis, sepsis, dan mempunyai prognosis buruk.
Ada hubungan signifikan antara hipomg dengan kebutuhan ventilasi mekanik pada unit
perawatan intensif berkepanjangan dan peningkatan moratalitas pada populasi pasien ini.
Penelitian ayoclinic sebanyak 65.974 orang pasien dewasa yang dirawat di rumah sakit dengan
hipomagnesemia, tingkat mortalitas mencapai 1,8% pada kadar mg 1,7-1,89 mg/dl, 2,2% dengan
kadar mg 1,5-1,69 mg/dl, dan tingkat mortalitas mencapai 2,4% pada kadar mg <1,5mg/dl.
RINGKASAN
Hipomagnesemia secara klinis adalah kekurangan magnesium dalam tubuh secara total
yaitu serum mg <0,7mmol/L. Hipomg seringdikaitkan dengan kejadian pada peningkatan resiko
komplikasi DMT2 (seperti retinopati, nefropati, ulkus kaki, dan kontrol glikemik). Angka
kejadian hipomg pada dmt2 berkisar 14-48% pada populasi DMT2. Penyebab hipomg adalah
multifactorial seperti gangguan neuropati gastrointestinal, gangguan renal mg wasting, ggn
metabolic penggunaan diuretic, dan penggunaan antibiotic seperti glukotida dan ampetheresin.
Magnesium sangat penting untuk mengoptimalkan tyrosine kinase untuk metabolic glukosa, dan
mg juga berperan dalam pathogenesis DM itu sendiri. Asupan mg pada makanan yang tidak
memadai dikaitkan dengan peningkatan resiko terjadinya intoleran glukosa pada DMT2 dan
dikaitkan dengan kontrol glikemik yg buruk. Hipomg jg menyebabkan resistensi insulin dan
mengurangi berbagai fungsi kofaktor DM. Mekanisme mg pada sekresi insulin dan resistensi
insulin masih belum diketahui. Peran penting insulin dalam regulasi mg reabsorpsi melalui
TRPM6 di ginjal dimana insulin resistensi menyebabkan menurunnya reabsorpsi di ginjal dan
menyebabakan terjadinya wasting urin magnesium. Penatalaksaaan hipomagnesemia adalah
mengidentifikasikan secara dini px hipomg, surveillance ketat pasien DMT2 sehingga hipomg
dapat mengurangi kondisi yg merugikan. Meningkatkan kondisi umum pasien bila
memungkinkan untuk menahan resiko progresifitas memburuknya pasien hipomg pada DMT2.
Hipomg dapat diterapi dengan larutan mg per oral atau meningkatkan asupan makanan yg
mengandung mg. ada hubungan terbalik antara kejadian DM dengan asupan makanan yg
mengandung mg. asupan mg pada makanan dipakai dalam pencegahan dan komplikasi kronis
DM. masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami peran mg serum pada
DMT2.
17
DAFTAR PUSTAKA