Anda di halaman 1dari 22

Masalah Etik pada

penanganan pasien
COVID-19 di ICU
Oleh:
Dr. Syarifah Hidayah Fatriah, SpFM
Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal
Curriculum Vitae
Pendidikan Formal
- Pendidikan Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal, Universitas Indonesia,
lulus tahun 2017
- S1-profesi Kedokteran Umum Universitas Riau, lulus tahun 2012

Organisasi
- Sekretaris MKEK IDI Wilayah Riau periode 2019-2022
-Sekretaris Bidang II IDI Cabang Pekanbaru periode 2019-2022

Riwayat Pekerjaan
→ Ketua Komite Etik dan Hukum RS Santa Maria Pekanbaru
→ Sekretaris Subkomite Etik dan Disiplin Profesi , Ketua SubKomite Kredensial RS
Santa Maria Pekanbaru
→ Kepala Instalasi Kamar Jenazah RS Santa Maria Pekanbaru
→ Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Riau
Pendahuluan
• Etik →disiplin ilmu yg mempelajari baik buruk atau benar-salahn
ya suatu sikap dan atau perbuatan seseorang individu atau
institusi dilihat dari moralitasnya.

Kaidah dasar moral :

1. Prinsip Autonomy
2. Prinsip Beneficence
3. Prinsip non-maleficence
4. Prinsip Justice
Perbedaan Hukum,Etik dan Disiplin
Pidana Perdata Etik Disiplin
Kitab Undang- Kitab Undang-undang Kode Etik Kedokteran Peraturan Konsil
undang Hukum Hukum Perdata Indonesia (KODEKI) Kedokteran Indonesia (KKI)
Pidana

Pasal 359-361 KUHP Pasal 1365-1367KUHP Perdata KODEKI terdiri dari 21 Pasal Konsil kedokteran Indonesia nomor 17/KKI/KEP/
VII/2006 tentang pedoman penegakan disiplin
profesi kedokteran terdiri dari 28 point pelangg
aran

Pengadilan Pidana Pengadilan Perdata MKEK MKDKI

Contoh kasus: Contoh Kasus: Contoh kasus: Contoh kasus:


pada pasal 359-361KUHP yang m -Gugatan ganti rugi -“celetukan maut” -Melakukan praktik kedokteran dengan tidak ko
engancam -kehilangan pendapatan yang akan diteri -Memuji diri mpeten.
seseorang dengan ma, kesakitan dan penderitaan -Rahasia medis pasien -Tidak merujuk pasien kepada
pidana apabila
-kerugian financial seperti -dll dokter atau dokter gigi lain yang
melakukan
biaya pengobatan memiliki kompetensi sesuai
kelalaian sehingga
mengakibatkan seseorang lain lu -dll
ka, luka berat
atau mati
KODE ETIK KEDOKTERAN (KODEKI)
ICU (Intensive Care Unit)
• Etika Kedokteran
Berdasarkan falsafah dasar “saya akan senantiasa mengutamakan
kesehatan pasien, tidak merugikan pasien dan berorientasi untuk
dapat secara optimal, memperbaiki kondisi kesehatan pasien”

Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010


Masalah Etik Pada Pasien COVID di ICU
Kasus Pasien COVID-19 di ICU
Ilustrasi singkat kasus:

Di RS XXX, Pasien didiagnosis status probable oleh DPJP, indikasi ICU COVID-19,
pasien dinyatakan meninggal dan hasil swab belum ada.
Pemulasaran jenazah dilakukan sesuai protokol COVID-19
Beberapa jam setelahnya hasil swab dinyatakan negatif (namun jenazah telah dimakamkan)
Keluarga tidak terima dan minta dilakukan Exhumation/penggalian kubur agar makam
dipindahkan ke pemakaman keluarga.
Kasus Pasien COVID-19 di ICU
Ilustrasi singkat kasus:

Di RS ZZZ, pasien dengan diagnosis konfirmasi COVID-19 dan dirawat di ICU COVID-
19 kondisi mengalamai perburukan dan dinyatakan meninggal
Keluarga tidak terima dan memaksa pemulasaraan jenazah di rumah.
Masalah Etik Pada Pasien COVID di ICU
1. Penyampaian Informasi penyakit Menular
❖Pemberian informasi yang tidak lengkap pada pasien baik disengaja maupun tidak
disengaja cenderung menjadi awal dari sebuah sengketa medik.

❖Dokter harus menghindari anggapan bahwa pasien dan keluarganya sudah


tahu tentang kondisi kesehatannya.

❖Prinsip Autonomy
❖Prinsip beneficience
❖Prinsip Justice
2. Penyampaian Informasi Diagnosis Penyakit dalam kondisi
Terminal

• Informasi tentang diagnosis penyakit terminal, meskipun disampaikan


dengan sangat komunikatif dan santun → tetap akan dicerna sebagai
berita buruk

• Prinsip Beneficence
3. Rekam Medis
Etik → dilarang melakukan pencatatan mundur dan pengubahan catatan dalam rekam medis agar
disesuaikan dengan hasil layanan yg terjadi. Tiga masalah etik terkait pengungkapan informasi, yaitu;

Penyalahgunaan Pelanggaran privasi


Pelanggaran prinsip surat persetujuan yang terjadi sebagai
kebutuhan tahu atau otorisai yg akibat dari prosedur
(need-to-know tidak tertentu pengungkapan
principle) (blanket sekunder (secondary
authorization) release)
4. Malpraktik Medis
Untuk dapat menuntut penggantian kerugian karena kelalaian, maka penggugat harus dapat membuktik
an adanya empat unsur berikut :

Adanya pelanggaran kewajiban


terhadap pasien

Melanggar standar pelayanan medik yang


lazim dipakai

Penggugat menderita
kerugian

Kerugian tersebut disebabkan


tindakan di bawah standar
Hasil yang tidak diharapkan di bidang medik sebenarnya dapat
diakibatkan oleh beberapa kemungkinan yaitu:

❖Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri, tidak berhubungan


dengan tindakan medis yg dilakukan dokter
❖Hasil dari suatu risiko yang tidak dapat dihindari. Risiko tersebut harus
diinformasikan terlebih dahulu
❖Hasil dari suatu kelalaian medik
❖Hasil dari suatu kesengajaan (ini hampir tidak mungkin terjadi di dunia
kedokteran)
Prinsip untuk mengurangi risiko hukum, antara lain:

1.Pencegahan di tingkat rumah sakit dan individu


2.Peningkatan keselamatan pasien
3.Surat Ijin Praktik (SIP)
4.Kompetensi dan kewenangan harus sesuai
5.Tindakan mengikuti standar profesi, bidang kompetensi,
dan standar prosedur operasi
6.Informed Consent (persetujuan dan penolakan tindakan
medis), Rekam medis
7.Hati-hati
8.dll
Kesimpulan
Mengetahui adanya Etik Kedokteran dapat meningkatkan pemahaman
tenaga kesehatan bahwa pekerjaannya memiliki resiko.

Tenaga kesehatan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas dan


menuntun tenaga kesehatan untuk mengetahui mana yang baik/tidak
sekaligus memberikan memberikan rasa aman.

Diperlukan upaya pencegahan agar profesi kedokteran aman dari


tuntutan pasien yg tidak puas
THANK YOU
Insert the Subtitle of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai