Anda di halaman 1dari 74

Workshop Strategi Penyelesaian Tuntutan

Pasien Atas Dugaan Malpraktek


Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE
Curriculum Vitae
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes, S.H, M.H Experience

Doktor – Dokter – Lawyer – Lecturer


Akademisi | Dosen Hukum Kesehatan
Praktisi & Pengalaman Perumahsakitan n Dosen Pascasarjana Magister Hukum UNPAB | 2016 – Skrg
1. Founder Achilles Health Law Firm (AHLI) n Dosen Pascasarjana Magister Hukum NTU Academy Nomensen
2. Anggota Badan Pengawas RS Provsu | 2021 – Skrg n Dosen IKKES Helvetia – Prodi Administrasi Rumah Sakit dan AKK
3. Direktur PT. Sri Pamela Medika Nusantara | 2021 - 2023 n Dosen Pascasarjana Magister Hukum Univ. Prima Indonesia
4. Direktur RSU Bunda Thamrin | 2020 – 2021
Organisasi Perumahsakitan
5. Direktur Utama PT. RMH (Regina Maris Hospital) | 2018 - 2021
6. Direktur RSU Sarah | 2015 – 2019 n Kompartemen Hukum PERSI PUSAT | 2021 – Skrg
7. Konsultan JICA KPPIP-SF (Japan) | 2016 - 2019 n Kompartemen Hukum ARSSI PUSAT | 2022 – Skrg
8. Kepala Pelayanan Medis RS Sarah | 2014 – 2015 n Ketua ARSSI SUMUT | 2022 – Skrg
9. Kepala Bag. Legal & Umum RS Khusus Mata SMEC | 2013 – 2014
Organisasi Profesi Dokter
n Ketua BHP2A PB IDI Jakarta | 2022 – Skrg
n Sekretaris MKEK IDI Wilayah SUMUT | 2016 – Skrg
n Pengurus PB IDI Jakarta | 2016 – 2018
n LAFKESPRI – LAM KPRS
Organisasi Hukum Kesehatan
n Ketua DPW MHKI SUMUT | 2021 – Skrg
n Pengurus ADHKI (Asosiasi Dosen Hukum Kesehatan Indonesia) | 2016 – Skrg
n Ketua DPP MHKI Bid. Kajian Hukum Perumahsakitan | 2018 – Skrg
n Pengurus LAFAI (Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia) | 2019 - Skrg
n Direktur LPKM MHKI SUMUT | 2016 – 2019

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H | email : beni.unpab@gmail.com | IG : @benisatria_dr
Dugaan Malpraktik
Penyelesaian Tuntutan atas Dugaan Malpraktik
(( SIMULASI DUGAAN KASUS ETIK-MEDIKOLEGAL))
Ibu RK Berkonsultasi dengan dokter EG yang melakukan praktik bedah plastic & rekonstruksi wajah
dan dilakukan pemasangan implant pada area hidung dan dagu di Klinik. Setelah dilakukan operasi
pada malam harinya pasien merasakan demam, panas dingin, menggigil, kaku dan sakit pada area
wajah dan pagi hari menghubungi dokter melalui WA melaporkan kondisi yang dialami dan dijawab

Diskusi
agar segera kontrol besok. Esok harinya pasien kontrol dan dilakukan Tindakan pembukaan Gips
pada hidung terlihat adanya benjolan akibat implant pada ujung hidung yang tidak wajar dalam
kondisi seperti akan jebol. Dikarenakan rasa sakit yang tidak tertahankan dan adanya benjolan
akibat implant pada ujung hidung yag tidak wajar serta sakit di dagu serta kaku, sakit dan sulit

Kasus
berbicara maka ibu RK Kembali kepada dokter EG yang melakukan praktik bedah plastic &
rekonstruksi wajah di Klinik dan meminta untuk dilakukan Tindakan mengurangi rasa sakit dan
melepas implant yang terpasang. Dokter melakukan Tindakan melepaskan implan pada hidung dan
dagu namun terdapat lubang di dalam mulut di area bibir pada dagu yang belum tertutup jahitan
sehingga menimbulkan rasa sakit, infeksi dan tidak nyaman.

12 hari paska Tindakan operasi, pasien menemui dokter EG yang melakukan praktik bedah plastic
& rekonstruksi wajah di Klinik utk meminta pertanggungjawaban dan menanggung biaya
pengobatan atau bedah yang akan dilakukan oleh dokter bedah di Rumah Sakit/Klinik lain karena
sudah tidak mempercayai kemampuan dokter EG yang melakukan praktik bedah plastic &
rekonstruksi wajah dan meminta Kembali biaya yang sudah dibayarkan kepada klinik baik
seluruhnya atau Sebagian untuk biaya pengobatan di RS/Klinik lain dikarena Tindakan operasi yang
dilakukan oleh dokter EG yang melakukan praktik bedah plastic & rekonstruksi wajah tidak diperoleh
hasil yang diharapkan bahkan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa dan terdapat lubang di dalam
mulut di area bibir pada dagu yang belum tertutup jahitan namun dokter tidak bersedia membiaya
pengobatan dan tidak bersedia mengembalikan uang yang sudah dibayarkan bahkan terkesan tidak
bertanggungjawab, tidak beriktikad baik dan terkesan menghindar.

Akhirnya pasien memutuskan melakukan visum di RSK dan melaporkan kepada pihak kepolisian.
Sengketa Medik
Identifikasi
1. Unsur Kerugian Pasien
Apakah ada 2. Unsur Kesalahan Dokter
Pelanggaran ETIK, 3. Hak Pasien yang tidak terpenuhi
DISIPLIN atau HUKUM 4. Kewajiban Pasien Yang tidak dilakukan
5. Hak Dokter yang tidak terpenuhi
yang dilakukan oleh
6. Kewajiban Dokter yang Tidak dilakukan
dokter EG yang 7. Apakah ada Tindakan yang menyimpang / salah / lalai
melakukan Praktik 8. Apakah ada hubungan kerugian tersebut dengan Tindakan dokter
Bedah Plastik? 9. Apa Langkah terbaik untuk menyelesaikan sengketa tersebut
Tabel Analisa Konflik
NAMA:

ISU:

MASALAH: 1.
(upayakan untuk
mengidentifikasi 2.
sebanyak mungkin) ....
....

URAIAN SINGKAT KASUS


Prosedur Penanganan Kasus Dugaan
DOKTER / RUMAH SAKIT / FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
1. Lakukan verifikasi terhadap pelaporan/ pengaduan untuk mengetahui status pengadu/teradu.
2. Berkoordinasi dengan Manajemen/Organisasi Profesi/ Kuasa Hukum/ Konsultan Hukum
terkait Pengaduan
3. Lakukan Audit Medis / Audit Pelayanan / Sidang Komite Medis / KK / KEHRS
4. Klarifikasi dengan cara memanggil para teradu teradu secara bergantian.
5. Menganalisa kasus (Pelanggaran Etik – Disiplin – Hukum )
6. Apabila didapat ketidaksesuaian dengan standar pelayanan medis dan/atau SOP dan/atau
etika profesi yang dilakukan oleh tenaga medis/tenaga kesehatan, dilakukan pembinaan
terhadap yang bersangkutan.
7. Untuk kasus lainnya baik antara dokter- non dokter maupun antar dokter dilakukan mediasi
sampai menghasilkan akta kesepakatan.
8. Untuk kasus yang sudah masuk ke MKDKI atau Penegak hukum lainnya, Manajemen /
Organisasi Profesi melakukan pendampingan dan pembelaan.
9. Mencarikan dan/atau berkoordinasi dengan pengacara bila diperlukan.
10. Pembinaan dilakukan terhadap tenaga medis dan tenaga Kesehatan agar kasus tidak terulang
dan diharapkan dapat memberikan motivasi pada anggota yang yang bermasalah.
11. Pesan penting : setiap mengetahui / mendapat informasi penting masalah medis profesi atau
patut diduga akan timbul “medical dispute”, upaya pertama adalah :
a. Melokalisir berita atau masalah!.
b. “Pemberitaan” / informasi untuk pihak manapun hanya melalui “satu pintu” yang sudah
ditunjuk.
STRATEGI / ALUR
Penyelesaian Komplain Keluhan Langsung / Tak Langsung

SENGKETA Termasuk kasus – kasus yang Potensial “Bermasalah”

MEDIS di RS

SG
LN
Kumpulkan Data (RM, dll)

N
HA
Siapkan case review (Komite Medis, SMF, dokter, perawat,
Komite Etik & Hukum)

LU
ATA

KE
D
AN
L
PU
M
KU Sesuai Standar

ANDAR Apakah Tindakan sesuai Standar (Standar


uai ST Profesi, Prosedur, Etik?)
Ses

PENJELASAN KEPADA PASIEN /


KELUARGANYA
Alur Penanganan Sengketa Medik di RS
IDENTIFIKASI Susun
PEMERIKSAAN
Ketidakpuasan KRONOLOGI
oleh Komite Medis
Pasien/Keluarga Awal

X Berat/Fatal
X N
Sedang O
MEDIASI
NEGOSIASI R
Ringan
M
No Case A
Norma: Etik, Disiplin, Hukum
Gradasi Kasus Sumber : M. Luthfie Hkim
Alur Pembelaan Hukum
bagi Terduga Pelaku Kelalaian Medik

Perdamaian Dark number

Pelaporan Negosiasi o Lapor Polisi


Pemeriksaan oleh
Pengaduan Kepada o Gugat Perdata
Komite Medis
Manajemen Mediasi o Pengaduan MKDKI
Start o Pengaduan MKEK
Pembelaan o Keluhan Media

Manajemen segera turun tangan dan memimpin


penanganan pengaduan, tidak boleh membiarkan tenaga medis
melakukan penyelesaian sendiri menghadapi pasien/keluarganya
Sumber : M. Luthfie Hkim
KEMAMPUAN DASAR SEORANG
STAFF LEGAL RS / BIRO HUKUM RS
DALAM PENGELOLAAN SENGKETA MEDI DI RUMAH SAKIT

1. Cakap Berkomunikasi
2. Mampu mengkonstatasi atau mengekakkan
fakta suatu kasus
3. Kuat dalam Berpendapat
4. Terampil bermediasi / bernegosiasi
5. Menguasai Teknik Legal Drafting
6. Menguasai Teknik Litigasi

KEMAMPUAN
D A S A R
Hak & Kewajiban
Para PIHAK
Perubahan Masyarakat
1. Semakin materialistis & 4. Semakin litigious (gemar
hedonistis menuntut dokter, tenaga
kesehatan dan RS)

2. Semakin memahami
haknya, namun celakanya, 5. Semakin melihat dokter
tidak diimbangi oleh bukan sebagai partnership
peningkatan pemahaman dalam mengatasi masalah
mereka tentang risiko kesehatannya.
medik.

3. Lebih terpapar dengan


6. Semakin tinggi penghargaannya
istilah Malpraktek
terhadap prinsip-prinsip
konsumerisme, antara lain “he who
pays the piper calls the tune”.
(pahami) Alasan Pasien Menuntut
Memahami HAK nya Lack of communication
Pasien lebih memahami Hubungan antara dokter dan
haknya daripada pasien kurang atau tidak baik
kewajibannya (lack of communication)

Kesadaran Hukum Tinggi Kepercayaan Hilang


Meningkatnya kesadaran hukum Kepercayaan pasien terhadap dokter
masyarakat. hilang,

Tidak sesuai Harapan / Ketidakpuasan Pelayanan tidak menyenangkan


Hasil pengobatan tidak memenuhi harapan Pelayanan atau ucapan yang tidak
/ Rasa ketidakpuasan masyarakat, menyenangkan,
HAK PASIEN
Pasal 27 PP No 47 Columns
Tahun 2021 tentang 1. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang bcrlaku di Rumah Sakit;
11. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan
yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap

Penyelenggaraan
2. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban
Pasien;
3. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur,
Infographic
penyakit yang dideritanya;
12. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan
bidang dan tanpa diskriminasi;
4. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu
yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu
Pasien lainnya;
Perumahsakitan sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;
14. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya
selama dalam perawatan di Rumah Sakit;
5. memperoleh layanan yang efektif dan efisien 15. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan
sehingga Pasien terhindar dari kerugian fisik dan Rumah Sakit terhadap dirinya;
materi; 16. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak

Dalam PP No 47 tahun
6. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut;
yang didapatkan; 17. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
7. memilih dokter, dokter gigi, dan kelas perawatan Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang
2021 dijelaskan lebih sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit;
tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana; dan
rinci mengenai semua 8. meminta konsultasi tentang penyakit yang
dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai
18. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak
sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak
kewajiban Rumah surat izin praktik baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit;
dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

sakit dan hak pasien 9. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit


yang diderita termasuk data medisnya; Hak Pasien JUGA termasuk;
10. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan
a. mendapatkan akses terhadap isi rekam medis.
tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, b. hak untuk memberikan persetujuan atau menolak
alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang menjadi bagian dalam suatu penelitian kesehatan.
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan c. dikecualikan bagi Pasien dengan kondisi tertentu
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan; sesuai dengan 'standar dan ketentuan peraturan
perundang-undangan
HAK Pasien
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap
peraturan yang bcrlaku di Rumah Sakit; penyakit yang dideritanya;
2. Memperoleh informasi tentang hak dan 12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
kewajiban Pasien; 13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu
dan tanpa diskriminasi; Pasien lainnya;
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu 14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya
sesuai dengan standar profesi dan standar selama dalam perawatan di Rumah Sakit;
prosedur operasional; 15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien Rumah Sakit terhadap dirinya;
sehingga Pasien terhindar dari kerugian fisik dan 16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak
materi; sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut;
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan 17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
yang didapatkan; Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang
7. Memilih dokter, dokter gigi, dan kelas perawatan tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang ataupun pidana; dan
berlaku di Rumah Sakit; 18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak
dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
surat izin praktik baik di dalam maupun di luar perundang-undangan.
Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit
yang diderita termasuk data medisnya; Hak Pasien JUGA termasuk;
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan a. mendapatkan akses terhadap isi rekam medis.
tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, b. hak untuk memberikan persetujuan atau menolak
alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang menjadi bagian dalam suatu penelitian kesehatan.
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan c. dikecualikan bagi Pasien dengan kondisi tertentu
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan; sesuai dengan 'standar dan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Untuk Pemenuhan Hak Pasien, Rumah Sakit WAJIB;

1. Menyediakan Unit Pengaduan


2. Unit pelayanan pengaduan melakukan pengumpulan informasi, klarifikasi, dan
penyelesaian keluhan pasien atas ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit dan/atau prosedur pelayanan di Rumah Sakit.
3. Keluhan atau pengaduan harus ditindaklanjuti secara cepat, adil, dan objektif

PEMENUHAN!!
HAK PASIEN
ALASAN MENGAPA

PASIEN TIDAK PUAS


dan kemudian menuntut

ü Pasien tidak menerima


informasi atau tidak mengerti
informasi yang diterima

ü Pasien Yakin bahwa Tindakan


Medis tidak sesuai dengan standar

ü Pasien merasa tidak ditangani


dengan baik
Alasan Pasien
ü Pasien merasa dipulangkan Tidak Puas
sebelum benar – benar sembuh (Dicken, 2000)
ü Pasien tergolong chronic complainer
Kewajiban Pasien & Hak RS

Setiap pasien mempunyai


Kewajiban terhadap Rumah Sakit
atas pelayanan yang diterimanya

Pasal 31 ayat (1) UU 44/2009 ttg RS Pasal 29 UU 29/2004

RS Boleh menolak Pasien (Pasal 29 UU No 44


tahun 2009 ttg Rumah Sakit huruf(k)) jo pasal 2
ayat (1) huruf k : RS mempunyai kewajiban
menolak keinginan pasien yang
bertentangan dengan standar profesi dan
etika serta peraturan perundang-undangan
Kewajiban PASIEN
Dalam menerima pelayanan dari Rumah
Hak Menerima / Sakit, Pasien mempunyai kewajiban:
Menolak (ps 56 UU 36/2009) ü (a) mematuhi peraturan yang
Setiap orang berhak menerima berlaku di Rumah Sakit
atau menolak sebagian atau
seluruh tindakan pertolongan ü (f) mematuhi rencana terapi yang
yang akan diberikan direkomendasikan oleh Tenaga
kepadanya setelah menerima Kesehatan di Rumah Sakit dan disetujui
dan memahami informasi oleh Pasien yang bersangkutan setelah
mengenai tindakan tersebut
secara lengkap. mendapatkan penjelasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;

Hak Menerima / ü (g) menerima segala konsekuensi


atas keputusan pribadinya untuk
Menolak TIDAK menolak rencana terapi yang
BERLAKU (ps 56 UU 36/2009) direkomendasikan oleh Tenaga
Kesehatan dan/atau tidak mematuhi
Hak menerima atau menolak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku pada: petunjuk yang diberikan oleh Tenaga
1. penderita penyakit yang penyakitnya Kesehatan untuk penyembuhan penyakit
dapat secara cepat menular ke dalam atau masalah kesehatannya;
masyarakat yang lebih luas;
2. keadaan seseorang yang tidak PP No 47/2021 jo pasal 27 PMK No 4/2018
sadarkan diri; atau
3. gangguan mental berat.
Kewajiban PASIEN

memberikan informasi mengenai


mematuhi peraturan yang berlaku kemampuan finansial dan jaminan
di Rumah Sakit. 01 05 kesehatan yang dimilikinya;

mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oieh


menggunakan fasilitas Rumah Sakit tenaga kesehatan di Rumah Sakit dan disetujui oleh
secara bertanggung jawab 02 06 Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
penjelasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya


menghormati hak Pasien lain, pengunjung, untuk menoiak rencana terapi yang direkomendasikan oleh
dan hak tenaga kesehatan serta petugas tenaga kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang
lainnya yang bekerja di Rumah Sakit; diberikan oleh tenaga kesehatan untuk penyembuhan
03 07 penyakit atau masalah kesehatannya;

memberikan informasi yang jujur, lengkap dan


akurat sesuai dengan kemampuan dan
memberikan imbalan jasa atas pelayanan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya; yang diterima.
04 08
Hak Rumah Sakit
Menerima Imbalan Jasa
Menentukan jumlah SDM Serta menentukan remunerasi, insentif
Menentukan jumlah, jenis dan 01 02 dan penghargaan sesuai dengan
kualifikasi SDM sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
Klasifikasi Rumah Sakit undangan

Menerima Bantuan Melakukan Kerjasama dengan Pihak Lain


Menerima bantuan dari pihak lain 03 04 Dalam rangka pengembangan
sesuai dengan ketentuan peraturan Pelayanan.
perundang - undangan
Menggugat Mendapatkan Perlindungan Hukum
Menggugat Pihak yang 05 06 Dalam melaksanakan pelayanan
mengakibatkan kerugian kesehatan.

Mempromosikan Yankes Mendapatkan INSENTIF PAJAK


Mempromosikan pelayanan kesehatan 07 08 Bagi Rumah Sakit Publik dan Rumah
yang ada di Rumah Sakit sesuai Sakit yang ditetapkan sebagai Rumah
dengan ketentuan peraturan perundang Sakit Pendidikan.
- undangan
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT
Columns
1. Memberikan informasi yang benar tentang 9. melaksanakan sistem rujukan
pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat 10. menolak keinginan Pasien yang bertentangan dengan

Pasal 27 PP No 47 Tahun 2021


Infographic
2. memberi pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan
standar profesi dan etika serta ketentuan peraturan
perund ang-urrdangan ;
11. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur
tentang Penyelenggaraan bidang standar pelayanan Rumah Sakit mengenai hak dan kewajiban Pasicn;
3. memberikan pelayanan gawat darurat kepada 12. menghormati dan melindungi hak Pasien;
Perumahsakitan Pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya; 13. melaksanakan etika Rumah Sakit;
4. berperan aktif dalam memberikan pelayanan 14. memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan
kesehatan pada bencana, sesuai dengan penanggulangan bencana;

Dalam PP No 47 tahun kemampuan pelayanannya;


5. menyediakan sarana dan pelayanan bagi
15. melaksanakan program pemerintah di bidang
kesehatan, baik secara regional maupun nasional;
masyarakat tidak mampu atau miskin; 16. membuat daftar tenaga medis yang melakukan
2021 dijelaskan lebih 6. melaksanakan fungsi sosial dengan memberikan
fasilitas pelayanan Pasien tidak mampu/miskin,
praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga
kesehatan lainnya;
rinci mengenai semua pelayanan gawat darurat tanpa uang muka,
ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan
17. menyusun dan melaksanakan peraturan internal
Rumah Sakit;
kewajiban Rumah sakit kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi
kemanus,iaan;
18. melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi
semua petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan

dan hak pasien 7. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar


mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai
tugas; dan
19. memberlakukan seluruh lingkungan Rumah Sakit
acuan dalam melayani Pasien sebagai kawasan tanpa rokok.
8. menyelenggarakan rekam medis
menyediakan sarana dan prasarana umum yang
layak antara lain sarana ibadah, parkir, ruang Dalam melaksanakan kewajiban Rumah Sakit
tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rumah Sakit harus
menyusrri, anak-anak, dan lanjut usia menyelenggarakan tata kelola Rumah Sakit dan tata
kelola klinis yang baik.
Perlindungan
HUKUM
terhadap
DOKTER
UU No 29 Tahun 2004 pasal 50

UU No 29 tahun 2009 Pasal 50;


Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak :
a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional;
c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; dan
d. menerima imbalan jasa.
Kewajiban DOKTER
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban:

(a) Pelayanan Medis sesuai Standar


memberikan pelayanan medis sesuai
dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan
medis pasien; (d) Memberikan Pertolongan Darurat
melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang bertugas dan mampu
(b) Merujuk Pasien melakukannya; dan
merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain
yang mempunyai keahlian atau kemampuan
yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan; (.e) Menmbah Ilmu
menambah ilmu pengetahuan dan
mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
atau kedokteran gigi.
(.c) Menjaga Rahasia
merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia;
Tanggungjawab ETIK Dokter
Kewajiban Patuh terhadap KODEKI
Kepatuhan dan ketundukan sebagaimana dimaksud Pasal 13 dan
cakupan pasal (1) termasuk dalam upaya kerja sosial, penanganan
bencana dan Kerjasama lainnya. kode Etik Kedokteran Indinesia
termasuk kode etik yang disusunoleh perhimpunan dokter spesialis
Pasal 8 dan/atau seminat dalam naungan IDI.
KODEKI
Pasal 8 KODEKI
“ Setiap dokter wajib dalam setiap praktik medisnya,
memberikan pelayanan secara kompeten dengan kebebasan
teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
Pasal 2 (campasion) dan penghormatan atas martabat manusia”
KODEKI
Pasal 2 butir (5)
Dalam hal terjadi dilema etik dalam pemberian pelayanan
Undur kesehatan setiap dokter wajib bersikap sesuai keutamaan
Diri Bersikap professional
Profesio
nal Dokter secara Etis dapat Mengundurkan Diri
Dokter secara etis dapat mengundurkan diri dari kerjasama
jika memiliki alasan kuat dan selanjutnya hal tersebut
secara baik kepada pemimpin tim agar kepentingan pasien
tidak terabaikan.
SENGKETA
MEDIK
SENGKETA
Gambaran secara Umum

Faktor Individual
Bentuk Sengketa Berbagai faktor individual maupun
Bentuk sengketa beraneka pengaruh lingkungan dapat
60% ragam dan keaneka ragam 80% menguasai emosi para pihak yang
annya menentukan inti per bersengketa melalui pertentangan
masalahan
tertentu yang kadang-kadang tidak
dapat diselesaikan dalam waktu
singkat

Dibutuhkan APS Negosiasi


Diperlukan alternatif Beberapa bentuk sengketa
50% penyelesaian sengketa (APS), 40% dapat diselesaikan dengan
baik melalui bentuk-bentuk melakukan negosiasi
APS tertentu maupun melalui langsung oleh para pihak
arbitrase tanpa bantuan pihak ketiga
Defenisi SENGKETA
Sengketa
Perbedaan kepentingan antara
individu atau Lembaga pada
objek yang sama yang
dimanifestasikan dalam
hubungan – hubungan di antara
mereka.
Defenisi SENGKETA
Sengketa Klinis
Ketidaksepahaman para pihak
menyangkut pelayanan atau Tindakan
klinis yang berdampak pada paket
manfaat dan/atau pembayaran klaim yang
terjadi dalam pelayanan Kesehatan pada
penyelenggaraan program JKN (PMK No
17/2019 ps 1 ay(4)).
Sengketa MEDIK
Sengketa antara Pasien dan Tenaga Kesehatan atau Pasien dengan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan/ RS

Hasil Pengobatan Tidak dapat dibedakan


Bersengketa tentang hasil Sering tidak dapat dibedakan antara
pengobatan atau hasil pelayanan pelanggaran etik, pelanggaran
medis/ farmasi disiplin dan pelanggaran hukum

pasien Subjektif
Pihak yang dirugikan adalah pasien Dimulai dari kegagalan komunikasi,
hasil yang melawan hukum, diakhiri
ketidakpuasan yang bersifat subjektif
Sengketa MEDIS

Perbedan Tafsir Ketidakpuasan


Akibat Perbedaan Akibat Ketidakpuasan
Penafsiran

Kesalahpahaman Ketidakjelasan Tidak terduga


Akibat Kesalah Akibat Ketidakjelasan Akibat kejadian tidak
pahaman pengaturan terduga
Sengketa MEDIS
TINDAK PIDANA
mendasarkan ketentuan dalam Pelanggaran Disiplin
hukum pidana (INDISIPLINER)
mendasarkan ketentuan hukum
administrasi/profesionalitas
Perbuatan Melawan Hukum kedokteran
(PMH: onrechtsmatige daad)
mendasarkan ketentuan hukum Pelanggaran Etik
perdata. mendasarkan ketentuan kode etik
profesi.
S E N G K E TA
M E D I K
Persoalan Terbesar dalam Sengketa MEDIK
Akibatnya terjadi ketidakpastian dalam Penegakkan HUKUM

Keterbatasan Dokter tidak Banyak MAFIA


Kasus Perdata
Pengetahuan Aparat memahami HUKUM
di geser ke
penegak Hukum ttg Hub masalah
PIDANA
Dokter- Pasien Hukum
Sengketa
Medik
Jenis Sengketa Medik
1. Ethical Malpractice
2. Legal Malpractice, yaitu :
1. Administrative Malpractice
2. Criminal Malpractice (pidana)
3. Civil Malpractice (perdata)

Bentuk Sanksi
Ethical Malpractice Criminal Malpractice
Berupa kata, Bahasa, isyarat, Berupa hukuman bada, denda
atau Tindakan tertentu, yang atau hukuman
kesemuanya itu merefleksikan
ketidak senangan komunitas

Administratif Malpractice Civil Malpractice


Berupa sanksi administrative Berupa membayar ganti rugi
atau disiplin kepada pasien
Tanggung Jawab Perdata

Ada Luka /
Ada
KEMATIAN SENGKETA
Cacat Terjadi
Tanggung Jawab Perdata muncul bila
pelayanan Kesehatan tidak JUJUR,
Merugikan atau Mengambil Hak Orang lain
Juris praecepta sunt haec; honeste vivere,
Ada alterum non laedere, suum cuique
kerugian
materil bagi tribuere)
pasien
Ada Pelanggaran tidaj saja terhadap Hukum Positif tetapi
juga pada Kepantasan dan Kepatutan.

Dalam pelayanan Kesehatan bisa terjadi Guguatan Hukum


Ada
Karena;
Kewajiban
1. Ada Kewajiban Tidak terpenuhi
tidak dipenuhi
2. Ada Kerugian Materiil
3. Ada Luka/ cacat
4. Ada Kematian
Dimensi sengketa PERDATA Medik
Sengketa Perdata Medis terdiri dari beberapa UNSUR;

Menyimpang Kerugian
Menyimpang dari Standar Profesi Ada Kerugian.
Kedokteran

Kelalaian Kausalitas
Adanya kelalaian/ kurang hati – hati Ada hubungan kausal antara Tindakan
meskipun hanya culpa levis (ringan) medis dengan kerugian yang
diakibatkan oleh Tindakan tersebut
Tanggung Jawab HUKUM
Dalam Pelayanan KESEHATAN

KESENGAJAAN Strict Liability

Tanggungjawab Hukum tanpa


Tanggungjawab Hukum
Unsur Kesengajaan & Kelalaian
dengan Unsur Kesengajaan
( Strict Liability )

KELALAIAN PEMBIARAN

Tanggungjawab Hukum Tanggungjawab Hukum karena


dengan Unsur KELALAIAN Pembiaran
PEMBUKTIAN
PIDANA MEDIK
Membuktikan unsur – unsurnya :
1. Actus reus (Perbuatan tercela )
2. Mens rea (sikap batin yang salah)
3. Adanya kelalaian dan pembiaran

Pembuktian PERDATA

1. Secara Langsung, membujktikan unsur – unsur Tort


a. Duty
b. Dereliction of duty
c. Damage
d. Direct causation between damage and dereliction of cuty
Modern Portfolio
2. Secara Tak Langsung;
Designed Menggunakan doktrin Res Ips Loquitor (mis : ditemukan
gunting dalam Perut )
Sengketa Medik dalam
Pelayanan Kesehatan

Banyak terjadi Karena

1. Komunikasi Buruk
2. Pengetahuan & Skill
Terbatas
3. Pandang Enteng atau
Meremehkan
4. Pembiaran
Penyelesaian
SENGKETA MEDIK
SENGKETA
Tindakan yang akan dilakukan Terjadinya Sengketa
Kemudian pertimbangkanlah dan tetapkan Sengketa dapat terjadi setiap saat akibat timbulnya
tindakan-tindakan apa dan bentuk sikap keadaan sekilas tampak tidak berarti dan kecil
yang bagaimana yang harus dipersiapkan sehingga terabaikan. Dan biasanya muncul tiba-tiba
dan tidak disangka-sangka, atau dapat terjadi tanpa
diperhitungkan sebelumnya

Ada Penengah
Peraturan Khusus SENG
Perlu juga dipertimbangkan peraturan Sejak awal kehidupan, manusia telah terlibat
khusus mana yang berlaku walaupun di
KETA pertentangan dan bersamaan dengan itu sejarah
dalam perjanjian tidak ditetapkan secara hukum dapat saja diketemukan seseorang yang
tegas hukum dan peraturan mana yang bertindak sebagai penengah untuk menyelesaikan
terkait dengan sengketa tersebut sengketa yang timbul secara adil dan tidak
memihak

Teliti Identifikasi Masalah


Berikutnya diteliti apakah ada perjanjian Sebelum kita terlibat dalam suatu sengketa, maka sebelum
atau kontrak, dan bila ada bagian mana melakukan sesuatu sebaiknya pertama-tama perlu
yang mengatur sengketa tersebut mengidentifikasi masalah yang pokok. Tetapkan dulu pihak
mana atau siapa yang dapat dibebani tanggung jawab dan
teliti statusnya.
Standar Profesi

¡ Pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk


dalam menjalankan profesi secara baik

standar profesi berarti berbuat secara teliti/hatihati


menurut ukuran medik, sebagai seorang dokter yang
memiliki kemampuan rata-rata (average) dibanding
dengan dokter dari keahllian medik yang sama, dalam
situasi dan kondisi yang sama dengan sarana upaya
yang sebanding/proporsional dengan tujuan konkrit
tindakan medik tersebut
Tipe dokter dalam memberikan pelayanan :
¡ Enggan menjawab walau pasien bertanya
Tidak kooperatif. Pasien sulit mempercayai

¡ Bersedia menjawab apabila ditanya dan hanya menjawab sebatas


pertanyaan pasien
Tipe ini mungkin tidak membuka peluang kepada pasien bertanya
kalau menganggap pendidikan pasien rendah

¡ Bersedia menjawab pertanyaan pasien, mau bertanya serta menambah


informasi-informasi lain yang sesuai dengan tujuan kesehatan pasien
Merupakan gambaran yang diharapkan, ideal, sabar mendengar dan
pandai menggali informasi, pandai berempati, sehingga pasien percaya
penuh kepada dokter dalam upaya penyembuhan penyakitnya
Pasien yang cerdas

Di negara maju pasien diharapkan mempersiapkan diri


sebelum berkunjung kedokter dengan mengisi formulir
riwayat kesehatan ( health Story ) sejujur-jujurnya. Antara
lain :
1. kondisi kesehatan diri dan riwayat penyakit keluarga
2. Kebiasaan kehidupan sehari.
3. Masih mengkonsumsi obat-obatan tertentu
4. Pernah mengalami operasi
5. Kehamilan
6. Melampirkan dokumen hasil pemeriksaan yang pernah
dilakukan
Aspek hukum hubungan dokter-pasien.

¡ Dokter dan pasien adalah 2 subjek hukum yang terkait


dalam hukum
¡ Ke duanya membentuk baik hubungan medik maupun
hubungan hukum
¡ Pelaksanaan keduanya diatur dalm peraturan tertentu
agar terjadi keharmonisan
¡ Hubungan hukum antara dokter dan pasien ada 2
macam :
1. Hubungan karena kontrak ( transaksi terapeutik )
2. Hubungan karena undang-undang
Insvanning
VERBINTENIS

Undang Undang Praktik Kedokteran

No 29 Tahun 2004
Praktik Kedokteran Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara
Adalah Hubungan dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan
kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan
KESEPAKATAN penyakit dan pemulihan kesehatan.

PASAL 39 UU PRADOK NO 29/2004


Insvanning Verbintenis
Pasal 61 UU No 36 Tahun 2014
Upaya Yankes
Melaksanakan upaya pelayanan
Dalam menjalankan praktik, Tenaga Kesehatan yang Kesehatan terbaik dengan tidak
memberikan pelayanan langsung kepada Penerima menjanjikan hasil
Pelayanan Kesehatan harus melaksanakan upaya
Pelayanan Kesehatan terbaik dengan tidak
menjanjikan hasil.

Penjelasan pasal 61 UU No 36/2014

Praktik Tenaga Kesehatan dilaksanakan dengan kesepakatan berdasarkan


Kesepakatan hubungan kepercayaan antara Tenaga Kesehatan dan Penerima Pelayanan
Praktik Tenakes dilaksanakan Kesehatan dalam bentuk upaya maksimal (inspanningsverbintenis)
dengan KESEPAKATAN pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
berdasarkan hubungan pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan sesuai dengan Standar
KEPERCAYAAN Pelayanan Profesi, Standar Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan
kebutuhan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan.
Mediasi dalam UU Nomor 36 Tahun 2009

Pasal 29 Penjelasan ps 29 Penjelasan ps 29 MEDIASI

Pj Pj
Pasal MEDI
pasal pasal
29 ATOR
29 29

“Dalam hal tenaga “Mediasi dilakukan Mediasi dilakukan “Cara Penyelesaian


kesehatan diduga bila timbul sengketa bertujuan untuk Sengketa melalui
melakukan kelalaian antara tenaga menyelesaikan Proses Perundingan
dalam menjalankan kesehatan pemberi sengketa di luar untuk memperoleh
profesinya, kelalaian pelayanan pengadilan oleh kesepakatan para
tersebut harus kesehatan dengan Mediator yang pihak dengan dibantu
diselesaikan terlebih pasien sebagai disepakati oleh para oleh Mediator”
dahulu melalui penerima pelayanan pihak.”
MEDIASI.” kesehatan.”
Mediasi dalam KUH Perdata
Pasal 130 ayat (1)
“Jika pada hari yang ditentukan itu kedua belah pihak
datang, maka pengadilan negeri dengan pertolongan ketua
mencoba akan memperdamaikan mereka.”
Pasal 130
ayat 1
Pasal 130 ayat (2)
“Jika perdamaian yang demikian itu dapat dicapai, maka pada waktu
sidang diperbuat sebuah surat tentang itu, dalam mana kedua belah
pihak dihukum akan menaati perjanjian yg dibuat itu, surat mana
akan berkekuatan & akan dijalankan sebagai putusan yang biasa.”
Pasal 130
ayat 2
Penerapan Pasal 130 KUH Perdata
Tidak berjalan sebagaimana dikehendaki oleh pembuat
Tujuan UU, sehingga : (1) Perkara menumpuk, (2) Sengketa
Mediasi Pasal 130 berkepanjangan
KUH
Perdata Tujuan Mediasi

Mediasi dilakukan bertujuan untuk


menyelesaikan sengketa di luar pengadilan
oleh mediator yang disepakati oleh para pihak.

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE | email : beni.unpab@gmail.com
PERMA Nomor 1
Tahun 2016
Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

Perma 1/2016 hanya berlaku untuk MEDIASI yang


terkait dengan proses berperkara di Pengadilan baik
dalam lingkungan peradilan UMUM maupun
Peradilan AGAMA (ps 2 ayat 1)

Setiap Hakim, Mediator, Para Pihak dan/atau Kuasa


Hukum WAJIB mengikuti Mediasi (ps 3 ayat 1)

Semua sengketa Perdata (termasuk verzet, partif


verzet, derden verzet) wajib melakukan mediasi
kecuali ditentukan lain (ps 4 ayat 1)

Dimungkinkan kehadiran melalui komunikasi audio


visual jarak jauh (ps 5 ayat 3)

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE | email : beni.unpab@gmail.com
Alternatif Dispute Resolution
KONSOLIDASI NEGOSIASI
Suatu penyelesaian di mana para Proses konsensus yang digunakan
pihak berupaya aktif mencari para pihak untuk memperoleh

K Konsolidasi
penyelesaian dengan bantuan pihak
ke tiga. istilah konsiliasi sering
diartikan sama dengan mediasi,
padahal penyelesaian sengketa
kesepakatan di antara mereka
(Gary Goodpaster)

ARBITRASI dengan konsiliasi lebih mengacu

M
kepada cara penyelesaian sengketa
melalui konsensus di antara para
KoMeNA
A
pihak, sedangkan pihak ke tiga hanya
bertindak netral, berperan secara aktif
maupun tidak aktif.
MEDIASI
MEDIASI ARBITRASI

N
NEGOSIASI Proses negosiasi pemecahan Suatu bentuk lain dari proses
masalah di mana pihak luar yang ajudikasi privat. Penyelesaian
tidak memihak (impartial) dan melalui arbitrase umumnya dipilih
netral bekerja sama dengan pihak untuk sengketa kontraktual, baik
yang bersengketa untuk yang bersifat sederhana maupun
membantu mereka memperoleh kompleks.
kesepakatan dengan memutuskan
PERUNDINGAN, ARBITRASE dan LITIGASI
PENYELESAIAN
SENGKETA
LITIGASI MEDIASI

Menang-kalah Win-win

Prosedur kaku Fleksibel

Waktu lama Singkat

Penyelesaian
Biaya mahal Murah

Terbuka Tertutup, rahasia


SENGKETA
ü Kehendak sendiri
(mencalonkan diri)

ü Ditunjuk oleh Penguasa


(misalnya wakil dari para
pihak yang bersengketa)

ü Diminta oleh kedua belah


pihak

Penunjukkan Pihak
Ketiga sebagai
Mediator
Unsur Unsur MEDIASI
Pengertian mediasi
mengandung unsur-
unsur sebagai berikut

MEDIASI MEDIATOR MEDIATOR TUJUAN MEDIASI

Mediasi adalah sebuah Mediator bertugas Mediator tidak mempunyai untuk mencapai atau
proses penyelesaian membantu para pihak kewenangan membuat menghasilkan kesepakatan
sengketa berdasarkan yang bersengketa untuk keputusan selama yang dapat diterima oleh
pihak-pihak yang bersengketa
perundingan. mencari penyelesaian. perundingan berlangsung. guna mengakhiri sengketa.
Asas MEDIASI
M PENDAFTARAN MEDIASI

Pendaftaran Mediasi terkait pengadilan, sejak awal sudah didaftarkan


perkaranya. Mediasi di luar pengadilan, bila gagal untuk lanjutkan litigasi
harus daftar. Bila berhasil, untuk jadi akta perdamaian juga harus daftar

AKTA PERDAMAIAN MENGAKIRI PERKARA


Akta perdamaian bersifat final, Kesepakatan damai
memiliki kekuatan hukum yg bersifat mengakhiri perkara.
tetap & tidak ada upaya Bila tidak dibuat akta
hukum lanjutan perdamaian, perkara
(banding/kasasi), & mengikat,
dicabut atau telah selesai
dg klausul2 sebagai dasar
pelaksanaan putusan yg
memberikan beban kewajiban
hukum & menuntut kepatuhan
subjek hukum

WAKTU SINGKAT BIAYA RINGAN


Waktu singkat Biaya ringan
MEDIASI
IKTIKAD BAIK
Mediasi merupakan tata cara
berdasarkan itikad baik SEJAK TIMBUL SENGKETA
Mediasi dapat dilakukan sejak saat
04 timbulnya sengketa sampai saat sengketa
02 dihadapkan kepada hakim atau arbiter
MEDIASI dan sebelum putusan akhir dijatuhkan.
Mediasi merupakan suatu proses damai dimana
01 03
para pihak yang bersengketa meyerahkan
penyelesaiannya kepada seorang mediator
DAPAT DITERIMA
(seseorang yang mengatur pertemuan antara
pihak-pihak yang bersengketa) untuk mencapai Prosesnya dapat diterima dan
hasil akhir yang adil, tanpa membuang biaya mampu untuk melakukan
yang terlalu besar, akan tetapi tetap effektif dan penyesuaian dalam berbagai
diterima sepenuhnya oleh kedua belah pihak keadaan
yang bersengketa secara sukarela.

BENTUK INTERVENSI DAMAI


Mediasi merupakan bentuk intervensi
damai yang khusus walaupun tidak
banyak pihak yang berhasil sebagai
mediator
Kesepakatan MEDIASI

04
Para pihak yang bersengketa bersepakat 05
bahwa mediator akan melakukan proses Tanggal kesepakatan
mediasi menurut aturan, pokok dan syarat Nama, alamat, profesi mediator
sebagai berikut: misalnya menunjuk
MEDIATOR

02 03
Bentuk sengketa Para pihak yang bersengketa bersepakat
secara tertulis untuk menunjuk mediator
dan mediator menerima secara tertulis
penunjukan penyelesaian sengketa yang
dihadapi para pihak
01
Nama, alamat, pekerjaan/usaha
para pihak
Bentuk Kesepakatan MEDIASI
Klausul ALTERNATIF
Klausul BAKU Para pihak yang bersengketa dengan ini bersepakat
bahwa apabila ada pihak yang bersengketa
• Mediator menerima penunjukan dan memberitahukan kepada mediator bahwa ia ingin
menyetujui untuk melakukan mediasi
mengakhiri mediasi atau bahwa mediator harus
menurut pedoman mediasi terlampir
memutuskan bahwa suatu penyelesaian tidak
dimungkinkan, maka pihak yang bersengketa atau
• Para pihak yang bersengketa dengan ini
mediator harus memberitahukan kepada pihak yang
bersepakat bahwa jika suatu pihak yang bersengketa lainnya dan mediator bahwa mediasi akan
bersengketa memberitahukan mediator
diakhiri. Setelah menerima pemberitahuan tersebut akan
bahwa ia menginginkan untuk mengakhiri ALTERNATIF memberitahukan (masukan nama disini dan status
mediasi atau jika mediator memutuskan
seseorang yang berwenang seperti direktur pelaksana
bahwa tidak mungkin tercapai
dari perusahaan, atau sebagai alternatif mediator itu
penyelesaian, maka pihak yang sendiri dapat dicantumkan), yang setelah menerima
bersengketa atau mediator
pemberitahuan tersebut harus menunjuk seorang atau
memberitahukan pihak yang bersengketa
lebih menjadi arbiter untuk menyelesaikan sengketanya
atau mediator bahwa mediasi tidak dapat BAKU
dilanjutkan
Para pihak yang bersengketa mengikat diri mereka
secara bersama-sama untuk membayar imbalan jasa
mediator

Para pihak sepakat untuk membebaskan mediator dari


tanggung jawa hukum akibat mediasi yang diberikan dan
memberi ganti rugi atas semua klaim, tuntutan, biaya,
kerusakan dan lain-lain sebagai akibat dari hasil mediasi
Kesalahan
Kelalaian
Kelalaian bukan Pelanggaran/Kejahatan

Prof. dr. M. Jusuf Hanafiah SpOG


Kelalaian bukanlah suatu pelanggaran hukum
atau kejahatan, jika kelalaian itu tidak sampai
membawa kerugian atau cedera kepada orang
lain dan orang itu dapat menerimanya.

Ini berdasarkan prinsip hukum De minimis


noncurat lex yang berarti hukum tidak
Prof. dr. M. Jusuf Hanafiah SpOG
mencampuri hal-hal yang dianggap sepele. Malpraktek medik yaitu kelalaian seorang dokter untuk
mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan
Tetapi jika kelalaian itu mengakibatkan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang
kerugian materi, mencelakakan bahkan yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama. Yang
merenggut nyawa orang lain, maka ini dimaksud dengan kelalaian disini ialah sikap kurang hati-hati
diklasifikasikan sebagai kelalaian berat melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa
(culpa lata), serius dan criminal. yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan
melakukannya dalam situasi tersebut. Kelalaian diartikan pula
dengan melakukan tindakan kedokteran di bawah standar
pelayanan medik.

Dr. dr. Beni Satria., M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE | Ketua BHP2A PB IDI| email : beni.unpab@gmail.com
Kesalahan
Kesalahan
Kesalahan adalah sesuatu yang bersifat tidak sengaja.
Kesalahan tidak didasari oleh niat untuk melakukan
kesalahn. Ini berbeda dengan Pelanggaran.

Melekat pada Manusia


Kesalahan, kekeliruan, kehilafan, atau apapun
sebutannya adalah sesuatu yang melekat
sebagai kekurangan manusia.
Pelanggaran
Seseorang yang melanggar berarti secara
sadar menginginkan sesuatu untuk terjadi.

Tidak Ada Niat


Tidak seorang pun dokter, perawat, farmasi
dan tenaga kesehatan berniat melakukan Contoh;
kesalahan. Misalnya, seorang pengemudi mobil dgn sadar terus
mengendari laju kenderaan manakala lampu lalu lintas
masih berwarna merah. Lain halnya dgn pengendara
yang buta warna yang tidak berhenti karena salah
dalam menanggapi warna merah dipersepsikan
sebagai hijau. Ini bukan pelanggaran, tetapi suatu
kesalahan karena tidak didasari oleh niat.

Dr. dr. Beni Satria., M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE | Ketua BHP2A PB IDI| email : beni.unpab@gmail.com
Kesalahan; commison/ommison
Ommision error
Adalah tidak melakukan suatu
Commision
prosedur atau tindakan yang
seharusnya dilakukan

Commision

Ommision
Commision error
Adalah suatu kesalahan yang terjadi
karena seseorang tidak melakukan
dengan benar. Berdasarkan Penelitian, Ommision
terjadi 3 kesalahan dari 1.000
pembacaan.

Commision dan Ommision error dapat terjadi karena seseorang tidak memiliki
pengetahuan yang memadai, salah interpretasi data klinis, salah mendiagnosis,
atau salah dalam menimbang (clinical judgement error).
Dr. dr. Beni Satria., M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE | Ketua BHP2A PB IDI| email : beni.unpab@gmail.com
Kesalahan atau ERROR
istilah – istilah Kesalahan/error Kesalahan Mengakibatkan Kerugian
iatrogenic adverse events, negligence, Kesalahan medis yang mengakibatkan kerugian bagi pasien
preventable error, prefentable adverse disebut Adverse event (atau disebut pula cedera medis,
events dan unpreventable error/ harm, KTD, dsb). Penelitian para pakar kesehatan
adverse events menyebutkan; sebenarnya 50 % KTD bersifat dapat dicegah
(Preventable adverse events) dan sisanya tidak dapat
dicegah (Unpreventable adverse events)

Akibat Sebagian KTD Iatrogenik


Kesalahan atau Error dapat mengakibatkan Sebagian KTD Iatrogenik (cedera medis
cedera medis, KTD atau tidak sama sekali yang berkaitan dengan penggunaan alat
medis, pemberian obat) dapat merupakan
kesalahan atau bukan suatu kesalahan.

Dapat/ Tidak dapat di cegah Sebagian KTD berhubungan dengan kelalaian


Sebagian kesalahan medis sebenarnya Sebagian kecil kesalahan yang mengakibatkan
dapat dicegah (Preventable error) dan KTD/ cedera medis berhubungan dengan
sebagian tidak dapat dicegah Kelalaian atau Negligence.
(Unpreventable errors)

Dr. dr. Beni Satria., M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE | Ketua BHP2A PB IDI| email : beni.unpab@gmail.com
Kelalaian
Ada beberapa bentuk kelalaian dalam bahasa Inggris.
Yaitu : Malfeasance, Misfeasance, Nonfeasance, Malpractise, Maltreatment, Criminal Negligence.

Malfeasance
yaitu apabila seseorang melakukan suatu tindakan
yang bertentangan dengan hukum atau
melakukan perbuatan yang tidak patut (misalnya,
melakukan aborsi tanpa indikasi medis).
Malpractise
Misfeasance yaitu kelalaian atau tidak berhati-hati dalam
menjalankan kewajibannya (salah obat, salah
yaitu melaksanakan tindakan secara tidak benar. pasien).

Nonfeasance Maltreatment
yaitu tidak melakukan suatu tindakan yang yaitu melakukan cara penanganan secara
sebenamya ada kewajiban untuk melakukan sembarangan (misalnya karena kurang terampil
(misalnya, kelalaian tidak merujuk pasien, kelalaian atau karena ketidaktahuan, lalu melakukan prosedur
tidak berkonsultasi). operasi secara salah)

Criminal Negligence
yaitu suatu sikap acuh tak acuh, dengan sengaja, atau sikap yang tidak
peduli terhadap keselamatan orang lain, walaupun ia mengetahui bahwa
tindakannya bisa mengakibatkan cedera atau merugikan orang lain
(misalnya, mencoba prosedur baru yang sifatnya coba – coba ,
tersembunyi, atau belum teruji keefektifannya tanpa sepengetahuan atau
Dr. dr. Beni Satria., M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE | Ketua BHP2A PB IDI| email : beni.unpab@gmail.com
seizin pasien).
Kelalaian MEDIK
Pelanggaran Standar
Ada Pelanggaran Standar

FATAL Tidak Hatui - hati


Ada akibat yang Fatal Ada indikasi tidak bekerja
hati - hati
BERULANG
Dilakukan berulang kali
Tidak Kompeten
Dilakukan dengan tidak
kompeten
Pembiaran & Penelantaran MEDIK

Kelalaian Pembiaran Medik


TANGGUNG JAWAB TANGGUNG JAWAB
HUKUM DENGAN UNSUR HUKUM KARENA
KELALAIAN. PEMBIARAN (304 KUHP &
531 KUHP)

Kesengajaan Kelalaian Strict liability Pembiaran Medik Penelantaran

Kesengajaan Strict Liability Penelantaran Medik


TANGGUNG JAWAB TANGGUNG JAWAB TANGGUNG JAWAB HUKUM
HUKUM DENGAN UNSUR HUKUM TANPA UNSUR KARENA PENELANTARAN
KESENGAJAAN KESENGAJAAN & (Pasal 190 UU No 36/2009)
KELALAIAN (STRICT
LIABILTY)
Harus dapat Di BEDAKAN
KELALAIAN MEDIK
RESIKO MEDIK
kesalahan atau kelalaian yang di
sengaja atau tidak sengaja oleh sebuah hal yang muncul
tenaga medis yang menimbulkan karena perjalanan/sifat
kerugian kesehatan dan penyakit atau karena keadaan
keselamatan pasien. konstitusi tubuh manusia.

KEGAGALAN MEDIK KECELAKAAN MEDIK


usaha sudah keras namun tidak Kalau usaha sudah diperkirakan namun
memberikan hasil yang memuaskan, terjadi kecelakaan maka tidak ada
antara lain oleh karena Risiko Medik tanggungjawab hukum

PEMBIARAN MEDIK
melanggar kepatutan
PIDANA UMUM & Alat Bukti
1. Keterangan Saksi

PIDANA UMUM
2. Surat atau Dokumen
1. Dilakukan oleh POLRI
sebagai bagian dari
Peradilan Pidana
2. Lex Generalis 3. Keterangan AHLI
3. Delik Materiil : KUHP
4. Delik Formil : KUHAP
5. Lex spesialis sering
tidak digunakan oleh
Alat Bukti
penyidik sebagai lex 184 KUHAP 4. Petunjuk
spesialis kecuali pasal
84 UU No 36 Tahun
2014 tentang Tenaga
Kesehatan
5. Pengakuan Tersangka
Pidana Medik (bukan) Pidana Umum
Mens Rea
Sukar mencari dengan niat atau motif jahat (Mens Rea)

Sukar dibuktikan
Unsur Sengaja Sukar dibuktikan

Pemahaman Proses Pembuktian


Membutuhkan pemahaman yang mendalam terhadap proses
untuk membuktikan adanya kelalaian dan pembiaran medik

Persamaan Kedudukan dalam Hukum (equality before the law)


Persamaan kedudukan dalam hukum harus dilaksanakan namun
butuh pendekatan yang berbeda dalam Pidana Medik
PIDANA UMUM
BUKAN
PIDANA MEDIK
Bila digunakan pendekatan pidana umum sukar
dibuktikan
• Perlu pendekatan pengayaan pendekatan
pidana medik
• Pendekatan Pembuktian 5 (lima) Pintu;
1. Bekerja Tanpa Kompetensi
2. Adanya Pelanggaran Standar
3. Ada Kerugian (meninggal, cacat,
atau luka berat atau kerugian materiil)
4. Ada bukti dilakukan berulang kali
5. Ada kelalaian kasar yang tidak perlu
dibuktikan
THANK YOU
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H

Anda mungkin juga menyukai