Insiden Sentinel Di RS Dalam Tinjauan Perspektif Hukum DR Beni
Insiden Sentinel Di RS Dalam Tinjauan Perspektif Hukum DR Beni
Konsultan Hukum Perumahsakitan RSU BUNDA THAMRIN Medan Organisasi Hukum Kesehatan
Konsultan Hukum Perumahsakitan RSU GRANMEDISTRA Lubuk Pakam n Ketua Umum DPW MHKI SUMUT | 2021 – Skrg
n ADHKI (Asosiasi Dosen Hukum Kesehatan Indonesia) | 2016 – Skrg
Konsultan Hukum Perumahsakitan RSU INANTA P. Sidimpuan n Ketua DPP MHKI Bid. Kajian Hukum Perumahsakitan | 2018 – 2021
Konsultan Hukum Perumahsakitan RSU SEMBIRING Deli Serdang n Pengurus LAFAI (Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia) | 2019 - Skrg
n Ketua MHKI SUMUT Bid. Hukum Rumah Sakit | 2015 – 2021
Konsultan Hukum Perumahsakitan RSU MITRA MEDIKA GROUP
Dr. dr. Beni Satria., M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE | Ketua BHP2A PB IDI| email : beni.unpab@gmail.com
Lembah Mesopotamia (Babylonia)
Code of
Hammurabi 2500
SM
Salah satu aturannya, seorang dokter
atau tabib akan kehilangan tangannya
jika pasien yang ditanganinya
meninggal
1 dari 7
Di Amerika Serikat,
hampir 1 dari 7 dokter
pernah merasakan
tuntutan medicolegal
KepMenKes No HK.01.07/MENKES/503/2020
Tentang Komite Nasional Keselamatan Pasien
UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 43 UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
Asas dan tujuan penyelenggaraan praktik kedokteran yang
menjadi landasan yang didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, Pasal 53 UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
keadilan, kemanusiaan, keseimbangan serta perlindungan dan Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan
keselamatan pasien; penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga, harus
mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding
kepentingan lainnya.
UU No 29 Tahun 2004
Praktik Kedokteran
Pasal 1 angka 10
Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
dokter atau dokter gigi
Pasal 2
Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan
didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan,
keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan pasien.
(penjelasan : perlindungan dan keselamatan pasien adalah
bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran tidak hanya
memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi harus mampu
memberikan peningkatan derajat kesehatan dengan tetap
memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien.
Penjelasan UU No 29/2004
asas dan tujuan penyelenggaraan praktik kedokteran yang
menjadi landasan yang didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat,
keadilan, kemanusiaan, keseimbangan serta perlindungan dan
keselamatan pasien.
UU No 36 Tahun 2009
Pasal 53 85% 35% 65% 45%
Kepala RS seorang Tenaga Medis Memiliki Izin Tenaga Medis & Tenaga Kesehatan
2. Kepala atau direktur rumah sakit harus 5. Seluruh tenaga medis di rumah sakit yang
seorang tenaga medis yang mempunyai menyelenggarakan pelayanan kesehatan
kemampuan dan keahlian di bidang (pemberi asuhan) memiliki Surat Tanda
perumahsakitan; Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) yang
masih berlaku atau surat tugas sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan;
• Direktur rumah sakit secara kolaboratif mengoperasionalkan rumah sakit bersama dengan para
pimpinan, kepala unit kerja, dan unit pelayanan untuk mencapai visi misi yang ditetapkan serta
memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan pengelolaan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien, pengelolaan kontrak, serta pengelolaan sumber daya.
• Fokus pada Bab TKRS mencakup:
1. Representasi Pemilik/Dewan Pengawas
2. Akuntabilitas Direktur Utama/Direktur/Kepala Rumah Sakit
3. Akuntabilitas Pimpinan Rumah Sakit
4. Kepemimpinan Rumah Sakit Untuk Mutu dan Keselamatan Pasien
5. Kepemimpinan Rumah Sakit Terkait Kontrak
6. Kepemimpinan Rumah Sakit Terkait Keputusan Mengenai Sumber Daya
7. Pengorganisasian dan Akuntabilitas Komite Medik, Komite Keperawatan, dan Komite
Tenaga Kesehatan Lain
8. Akuntabilitas Kepala unit klinis/non klinis
9. Etika Rumah Sakit
10. Kepemimpinan Untuk Budaya Keselamatan di Rumah Sakit
11. Manajemen risiko
12. Program Penelitian Bersubjek Manusia di Rumah Sakit
Laporan Insiden Keselamatan Pasien
KNC
KTC
Laporan IKP (Internal)
Pelaporan secara tertulis setiap kejadian
sentinel, kejadian nyaris cedera (KNC) atau
kejadian tidak diharapkan (KTD) atau kejadian KPC
tidak cedera (KTC) atau Kondisi Potensial
cedera signifikan/serius (KPC) yang menimpa
pasien.
Penguatan e-report IKP
LATAR BELAKANG TUJUAN MANFAAT
UU NO 44 TAHUN 2009 Tentang
Rumah Sakit UMUM :
Menurunkan kejadian Insiden
Keselamatan Pasien dan 1. Diperolehnya Peta
PMK No 11 Tahun 2017 tentang Meningkatkan Mutu Pelayanan
Keselamatan Pasien
Nasional angka insiden
2. Pembelajaran dan best
practice
KMK No
HK.01.07/Menkes/321/2018 tentang KHUSUS : 3. Penetapan Langkah –
KNKP • Terlaksananya system Pelaporan Langkah praktis
• Terlaksananya Pembelajaran Keselamatan pasien
Pedoman Keselamatan Pasien Rs untuk mencegah Kejadian yang
dan Pelaporan sama terulang lagi
Keselamatan PASIEN
Sistem Lebih Aman
Suatu sistem yang membuat asuhan pasien
lebih aman,
Ruang Aman
Pencegahan
Lingkup
“Kriteria standar penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (4)
huruf d merupakan kegiatan mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang telah
ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis insiden,
dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien, meliputi;
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Insiden Keselamatan Pasien (IKP)
• MENGAKIBATKAN, atau
• BERPOTENSI
PASIEN INSIDEN
MENGAKIBATKAN
CEDERA YANG DAPAT
DICEGAH
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Perlindungan HUKUM bagi Rumah Sakit
Pasal 30 UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Setiap Rumah Sakit berhak mendapatkan PERLINDUNGAN
HUKUM dalam melaksanakan pelayanan kesehatan,
menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
PMK No 11/2017
Keselamatan Pasien
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Kesalahan Vital Tabung
# Kelalaian Oksigen Kosong
Kesalahan tidak
didasari oleh niat Kelalaian
untuk melakukan
kesalahan. Ini
Perawat
berbeda dengan Salah
Pelanggaran
Suntik Obat
Secara hukum,
tingkat kelalaian
dibedakan menjadi 2 Perawat
dua, yaitu yang
bersifat ringan
dibui 2 Tahun
(culpa levis) Karena Salah
dan yang bersifat
Berat (culpa lata)
Suntik
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
“Tiada
Pertanggungjawaban
Tanpa Kesalahan”
“
Orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan
“
(dijatuhi hukuman) kalau dia tidak melakukan
perbuatan (melawan hukum) - Moeljatno
Azas Pertanggungjawaban
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Pertanggungjawaban atas Kesalahan/ Kelalaian
Pasal 46 UU No 44/2009
tentang Rumah Sakit
“Rumah Sakit bertanggungjawab
secara hukum semua kerugian
yang ditimbulkan atas kelalaian Pasal 1365 KUH Perdata
yang dilakukan oleh Tenaga
“Tiap Perbuatan yang melanggar
Kesehatan di Rumah Sakit” Hukum dan membawa kerugian
kepada orang lain mewajibkan
orang yang menimbulkan kerugian
itu karena kesalahannya untuk
menggantikan kerugian tersebut”
“Seseorang tidak hanya bertanggungjawab
atas kerugian yang disebabkan perbuatannya
sendiri, melainkan juga atas kerugian yang
Pasal 1366 KUH Perdata
disebabkan perbuatan2 orang2 yang menjadi
tanggungjawabnya atau disebabkan barang2 Setiap orang bertanggungjawab bukan
yang berada dibawah pengawasannya” hanya atas kerugian yang disebabkan
perbuatan2 melainkan juga atas
Pasal 1367 KUH Perdata kerugian yang disebabkan kelalaian
atau kesembronoannya.
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Tanggungjawab RUMAH SAKIT
Rumah Sakit wajib melindungi dan
memberikan bantuan hukum bagi
semua petugas Rumah sakit dalam
melaksanakan tugas, dilaksanakan
dengan;
3. Advokasi Hukum
Memberikan Advokasi Hukum
Pasal 53
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
PP 47/2021
Dalam UU Kesehatan & UU PRADOK
Diatur selalu di dasari;
“KESALAHAN”
“KELALAIAN”
Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara
kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan
atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang
diterimanya (ps 58 ayat (1) UU No 36/2009)
MKDKI
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan
ada tidaknya KESALAHAN yang dilakukan dokter dan
dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran
dan kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi.
Pasal 77 UU No 36/2014 ttg Tenaga Kesehatan Pasal 84 UU No 36/2014 ttg Tenaga Kesehatan
Setiap Penerima Pelayanan Kesehatan yang dirugikan (1) Setiap Tenaga Kesehatan yang melakukan kelalaian
akibat kesalahan atau kelalaian Tenaga Kesehatan berat yang mengakibatkan Penerima Pelayanan
dapat meminta ganti rugi sesuai dengan ketentuan Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana
Peraturan Perundang-undangan penjara paling lama 3 (tiga) tahun.
Preventable error
Sebagian kesalahan medis sebenarnya dapat dicegah
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Membuktikan ada tidak Perbuatan Kesalahan
dari Tindakan Kedokteran (JD Peter)
03. Direct
Causation
01. Duty (Kewajiban) (Penyebab Langsung)
Duty adalah Kewajiban dari seorang dokter utk
Harus dibedakan antara cause in fact dengan
mempergunakan segala ilmu, kepandaiannya untuk
proximate cause.
penyembuhan, atau setidaknya meringankan beban
Cause in fact : mempermasalahkan apakah
penderitaan berdasarkan standar profesi medis
perbuatan dokter yang mengakibatkan kerugian
(inspanning verbintennis)
(kematian/ luka) pada pasien disebabkan oleh
tindakan dokter dlm melakukan pelayanan medis.
Proximate cause : Mempermasalahkan batas –
02. Breach
of Duty batas ruang lingkup tanggungjawab dokter yang
dihubungkan dengan akibat – akibat perbuatannya.
(Penyimpangan dari Lazimnya utk membuktikan cause in fact, ;
Kewajiban) 1) Pasien (penyidik dan penuntut umum) harus
membuktikan bahwa kelalaian yg diderita oleh
Apabila menyimpang dari standar pasien tidak akan terjadi apabila dokter tidak lalai.
profesi medis maka dokter dapat 2). Perilaku dokter merupakan factor substansial
dipersalahkan. Dapat dipersalahkan bagi terjadinya akibat tersebut
dlm arti dapat dikenai tuntutan hokum
krn dlm dunia kedokteran tidak ada 04. Damage (Kerugian)
kepastian seperti matematika. Harus Sesuai asas hukum de minis non curat lex , bahwa hukum tidak
dibuktikan terlebih dahulu adanya mencampuri hal – hal yang sepele. Maka kerugian dlm malpraktik
hubungan antara mati/ luka dengan medik haruslah kerugian yang bersifat fatal atau sangat
kesalahan/ kelalaian yang dilakukan merugikan pasien. Misalnya, kematian atau luka berat, apabila
oleh dokter. seorang dokter telah melakukan kewajiban tetapi hanya
mengakibatkan kerugian atau dampak yang tidak berarti maka hal
tsb tdk dapat dikategorikan sebagai kesalahan (Medical
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com Negligence)
bentuk KELALAIAN
Malpractice
yaitu kelalaian atau tidak berhati-hatj dalam
menjalankan kewajibannya (salah obat, salah pasien).
Malfeasance
yaitu apabila seseorang melakukan suatu Maltreatment
tindakan yang bertentangan dengan hukum atau yaitu melakukan cara penanganan secara
melakukan perbuatan yang tidak patut (misalnya, sembarangan (misalnya karena kurang
melakukan aborsi tanpa indikasi medis). terampil atau karena ketidaktahuan, lalu
melakukan prosedur operasi secara salah)
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Tingkat KELALAIAN
01. KELALAIAN RINGAN
Tingkat Kelalaian
dibedakan menjadi; Kelalaian yang bersifat ringan (culpa levis) yaitu apabila seseorang tidak
melakukan apa mestinya akan dilakukan oleh orang yang biasa, wajar, dan
RINGAN & BERAT berhati-hati, atau justru melakukan apa yang oleh orang lain yang wajar tidak
akan dilakukan, dalam situasi yang sama yang meliputi keadaan tersebut.
Kelalaian yang bersifat kasar atau berat (culpa lata) yaitu apabila
seseorang dengan sadar dan dengan sengaja tidak melakukan sesuatu yang
sepatutnya dilakukan atau melakukan sesuatu yang sepatutnya tidak
dilakukan.
Misalnya, pasien gawat darurat tidak dilayani karena tidak membayar uang
muka
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
TINDAK PIDANA
Muh. Endriyo Susila, S.H., MCL, PhD *
MEDIK
“Medical offence refers to any offence Ruang Lingkup
committed by medical practitioner in the
course of medical treatment” (tindak tindak pidana Medik;
pidana medik adalah tindak pidana yang
dilakukan oleh tenaga medik dalam 1. Subyek tindak pidana medik
pelaksanaan tindakan medik)
(pelakunya) adalah tenaga
medik;
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H 2. Perbuatan tersebut dilakukan
Tindak Pidana Medik adalah suatu perbuatan dalam konteks pelaksanaan
yang bertentangan dengan hukum yang terjadi tindakan medik (dilakukan
antara pengguna jasa pelayanan medik dengan oleh tenaga medik dalam
pelaku jasa pelayanan medik dalam kedudukan professionalnya,
menjalankan praktik kedokteran dan dilakukan bukan sebagai individu).
dengan kesalahan (schuld) oleh orang yang
mampu bertanggungjawab .
• Muh. Endriyo Susila, SH, MCL, PhD dalam Asas Legalitas Dalam Tindak Pidana Medik
• Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H dalam Perlindungan hukum terhadap dokter atas dugaan melakukan tindak pidana medik Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
14/PUU- XII/2014 tentang Pengujian Konstitusionalitas Pasal 66 ayat (3) dihubungkan dengan ajaran sifat melawan hukum materiil.
Asal Legalitas
Dalam Tindak
Pidana Medik
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
ADA 3 FAKTOR UNTUK MENUNTUT
SESEORANG BERSALAH ATAU TIDAK
(MENURUT : HERMIEN HADIATI KOESWADJI)
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Alasan Pembenar
dan Alasan Pemaaf
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Alasan Penghapus sifat Melawan Hukum
Pasal 48 KUHP
Daya paksa dalam arti
keadaan darurat ;
Pasal 48 KUHP
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Alasan Penghapus PIDANA
Alasan penghapus pidana (strafuitsluitings-gronden) lazim dibagi dalam dua jenis yaitu;
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Alasan Pembenar & Pemaaf
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
P E R TA N G G U N G J AWA B A N
R U M A H S A K I T D A N
T E N A G A K E S E H A T A N A T A S K E L A L A I A N
Kewajiban Rumah Sakit
Pasal 36 UU No 44 Tahhun 2009
Rumah Sakit harus menyelenggarakan Tata Kelola Rumah Sakit dan Tata Kelola Klinis
Yang Baik.