Anda di halaman 1dari 46

Insiden Sentinel di RS

Dalam Perspektif Hukum


Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE
Curriculum Vitae
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes, S.H, M.H(Kes) Experience

Surveior Akreditasi RS LAM - KPRS


Akademisi | Dosen Hukum Kesehatan
n Dosen Pascasarjana Magister Hukum Kesehatan UNPAB
Praktisi & Pengalaman Perumahsakitan
n Dosen Pascasarjana Magister Hukum NTU Academy Nomensen
1. Direktur PT. Sri Pamela Medika Nusantara | 2021 - Skrg n Dosen IKKES Helvetia – Prodi Administrasi Rumah Sakit dan AKK
2. Direktur RSU Bunda Thamrin | 2020 – 2021 n Dosen Pascasarjana Magister Hukum Univ. Prima Indonesia
3. Direktur Utama PT. RMH (Regina Maris Hospital) | 2018 - 2021
4. Direktur RSU Sarah | 2015 – 2019 Organisasi Perumahsakitan
5. Kepala Pelayanan Medis RS Sarah | 2014 – 2015 n Ketua ARSSI cabang Sumatera Utara | 2022 - Skrg
6. Kepala Bag. Legal & Umum RS Khusus Mata SMEC | 2013 – 2014 n Pengurus PERSI Pusat Kompartemen Hukum| 2021 - Skrg
n Sekretaris PERSI Daerah SUMUT | 2018 – 2021

Organisasi Profesi Dokter


Anggota Badan Pengawas Rumah Sakit (BPRS) Provsu | 2021 – skrg
n Ketua BHP2A Pengurus Besar IDI | 2022 – Skrg
Anggota TKMKB BPJS Kesehatan Divre I SUMUT | 2014 – Skrg n Sekretaris MKEK IDI Wilayah SUMUT | 2016 – 2021
n Pengurus IDI Wilayah SUMUT | 2009 – 2016
Konsultan JICA – KPPIP SF (Japan) | 2016 – 2018 n Pengurus PB IDI Jakarta | 2016 – 2018 | 2022 – 2025

Konsultan Hukum Perumahsakitan RSU BUNDA THAMRIN Medan Organisasi Hukum Kesehatan
Konsultan Hukum Perumahsakitan RSU GRANMEDISTRA Lubuk Pakam n Ketua Umum DPW MHKI SUMUT | 2021 – Skrg
n ADHKI (Asosiasi Dosen Hukum Kesehatan Indonesia) | 2016 – Skrg
Konsultan Hukum Perumahsakitan RSU INANTA P. Sidimpuan n Ketua DPP MHKI Bid. Kajian Hukum Perumahsakitan | 2018 – 2021
Konsultan Hukum Perumahsakitan RSU SEMBIRING Deli Serdang n Pengurus LAFAI (Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia) | 2019 - Skrg
n Ketua MHKI SUMUT Bid. Hukum Rumah Sakit | 2015 – 2021
Konsultan Hukum Perumahsakitan RSU MITRA MEDIKA GROUP
Dr. dr. Beni Satria., M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE | Ketua BHP2A PB IDI| email : beni.unpab@gmail.com
Lembah Mesopotamia (Babylonia)

Code of
Hammurabi 2500
SM
Salah satu aturannya, seorang dokter
atau tabib akan kehilangan tangannya
jika pasien yang ditanganinya
meninggal
1 dari 7
Di Amerika Serikat,
hampir 1 dari 7 dokter
pernah merasakan
tuntutan medicolegal

90 % KTD tdk dilaporkan


Lebih dari 90 % kesalahan (masih) focus Siapa Yang Salah
dan cedera medis atau KTD Kalau toh sebuah KTD dibahas di forum yang dipersoalkan adalah siapa yang
tidak pernah dilaporkan 01 salah dan bukan menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana kesalahan
dapat terjadi.

Prinsip KESELAMATAN PASIEN


Prinsip kesalamatan pasien, sebagaimana dikatakan SAZAMA : :The finding
02 of human error is likely to be the start of an investigation, not its conclution”
(masih) Budaya Menyalahkan (Menemukan kesalahan petugas baru merupakan langkah awal bukan suatu
kesimpulan).
Budaya menyalahkan dan ketakutan terhadap tuntuan medicolegal Solusi
membuat para dokter dan rumah sakit atau pemberi pelayanan tidak 03 Solusi yang bisa dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan dan skill SDM.
pernah belajar dari kesalahan. kesalahan merupakan bagian dari proses pembelajaran. Kompetensi tidak
diperoleh begitu saja dalam sekejap, bahwa setiap pengetahuan dan kompetensi
dokter diperoleh melalui proses yang panjang
Insiden Sentinel
KTD yang mengakibatkan kematian, cedera permanen, atau cedera berat
yang temporer dan atau cedera berat yang temporer dan membutuhkan
intervensi untuk mempetahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis,
yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit atau keadaan pasien.
Dasar Hukum
PP No 47 Tahun 2021 ttg Penyelenggaraan
Bidang Perumahsakitan (ps 33, 38, 40, 58, 62, 65) Peraturan Menteri
Kewajiban Rumah Sakit memberikan pelayanan kesehatan Keputusan Menteri Kesehatan
yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan Pasien sesuai dengan standar
pelayanan Rumah Sakit dilakukan melalui penerapan KepMenKes NO HK.01.07/MENKES/1128/2022
standar keamanan dan keselamatan Pasien; Tentang STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT

KepMenKes No HK.01.07/MENKES/503/2020
Tentang Komite Nasional Keselamatan Pasien

Undang Undang PMK No. 11 Th 2017 Tentang Keselamatan Pasien


Kesehatan & Rumah Sakit
PMK No. 169/MENKES/PER/VIII/2011
Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit (sudah dicabut)

UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 43 UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
Asas dan tujuan penyelenggaraan praktik kedokteran yang
menjadi landasan yang didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, Pasal 53 UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
keadilan, kemanusiaan, keseimbangan serta perlindungan dan Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan
keselamatan pasien; penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga, harus
mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding
kepentingan lainnya.
UU No 29 Tahun 2004
Praktik Kedokteran
Pasal 1 angka 10
Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
dokter atau dokter gigi

Pasal 2
Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan
didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan,
keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan pasien.
(penjelasan : perlindungan dan keselamatan pasien adalah
bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran tidak hanya
memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi harus mampu
memberikan peningkatan derajat kesehatan dengan tetap
memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien.

Penjelasan UU No 29/2004
asas dan tujuan penyelenggaraan praktik kedokteran yang
menjadi landasan yang didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat,
keadilan, kemanusiaan, keseimbangan serta perlindungan dan
keselamatan pasien.
UU No 36 Tahun 2009
Pasal 53 85% 35% 65% 45%

(1) Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan


untuk menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan dan
keluarga.

(2) Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan


untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit suatu
kelompok dan masyarakat.

(3) Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) harus mendahulukan
pertolongan keselamatan nyawa pasien
dibanding kepentingan lainnya.
UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Pasal 43: Keselamatan Pasien

Standar Keselamatan Pasien


(1) Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
Pelaporan IKP
(4) Pelaporan insiden keselamatan pasien sebagaimana dimaksud
Standar Keselamatan Pasien pada ayat (2) dibuat secara anonim dan ditujukan untuk mengkoreksi
sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.
(2) Standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah Diatur dengan Permenkes No 11 tahun 2017
dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar keselamatan pasien
Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.
(3) Rumah Sakit melaporkan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada
komite yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh Menteri.
K E S E L A M ATA N
P A S I E N
M A N A J E M E N R E S I K O

Pasal 2 Permenkes No 11 tahun 2017


Tentang Keselamatan Pasien

Pengaturan Keselamatan Pasien bertujuan untuk meningkatkan


mutu pelayanan fasilitas pelayanan Kesehatan melalui penerapan
manajemen risiko dalam seluruh aspek pelayanan yang
disediakan oleh fasilitas pelayanan Kesehatan.

Pasal 9 ayat 2 point b


Permenkes No 11 Thn 2017 Setiap fasilitas pelayanan Kesehatan harus melakukan pengumpulan
data kinerja yang antara lain terkait dengan pelaporan insiden,
akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, dan keuangan
KMK No 1128 Tahun 2022
Akreditasi
bahwa dalam rangka upaya peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit dan keselamatan pasien
Rumah Sakit
sehingga tercapai tata kelola rumah sakit dan tata
institusi pelayanan kesehatan yang kelola klinis yang baik, serta sebagai pelaksanaan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan program pembangunan kesehatan nasional, perlu
perorangan secara paripurna yang dilakukan akreditasi sesuai dengan standar akreditasi
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat
Peningkatan Mutu Internal
Peningkatan Mutu Internal (Internal
Pelayanan Kesehatan Bermutu Continous Quality Improvement) yaitu
Dalam memberikan pelayanan, rumah rumah sakit melakukan upaya peningkatan
sakit harus memperhatikan mutu dan mutu secara berkala antara lain
keselamatan pasien. Pelayanan kesehatan penetapan, pengukuran, pelaporan dan
yang bermutu adalah pelayanan yang evaluasi indikator mutu serta pelaporan
memiliki karakter aman, tepat waktu, insiden keselamatan pasien.
efisien, efektif, berorientasi pada pasien,
adil dan terintegrasi.

Standar akreditasi rumah sakit tdd Atas


Peningkatan Mutu Internal standar yang dikelompokkan;
Pemenuhan mutu pelayanan di rumah sakit
dilakukan dengan dua cara yaitu • kelompok manajemen rumah sakit;
peningkatan mutu secara internal dan • kelompok pelayanan berfokus pada pasien;
peningkatan mutu secara eksternal. • kelompok sasaran keselamatan pasien; dan
• kelompok program nasional.
Tujuan • Untuk meningkatkan mutu dan keselamatan

KMK 1128 pasien di rumah sakit.


• Menjadi acuan bagi lembaga independen

Tahun 2022 penyelenggara akreditasi rumah sakit dan rumah


sakit dalam penyelenggaraan akreditasi rumah
sakit.
• Menjadi acuan bagi Kementerian Kesehatan,
dinas kesehatan daerah provinsi, dan dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota dalam
pembinaan dan evaluasi mutu dan keselamatan
pasien di rumah sakit.
KMK No 1128 Tahun 2022
Rumah sakit yang mengajukan permohonan survei akreditasi paling sedikit harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Memiliki Izin Memiliki Kerjasama Pihak ketiga Limbah B3


1. Rumah sakit memiliki perizinan berusaha 4. Rumah sakit memiliki kerja sama dengan
yang masih berlaku dan teregistrasi di pihak ketiga yang mempunyai izin sebagai
Kementerian Kesehatan; pengolah dan/atau sebagai transporter limbah
B3 yang masih berlaku atau izin alat pengolah
limbah B3;

Kepala RS seorang Tenaga Medis Memiliki Izin Tenaga Medis & Tenaga Kesehatan
2. Kepala atau direktur rumah sakit harus 5. Seluruh tenaga medis di rumah sakit yang
seorang tenaga medis yang mempunyai menyelenggarakan pelayanan kesehatan
kemampuan dan keahlian di bidang (pemberi asuhan) memiliki Surat Tanda
perumahsakitan; Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) yang
masih berlaku atau surat tugas sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan;

Memiliki Izin IPLC Pemenuhan Sarpras


3. Rumah sakit memiliki Izin Pengelolaan 7. Pemenuhan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan
Limbah Cair (IPLC) yang masih berlaku; Mutu & Keselamatan Pasien (SPA) minimal 60% berdasarkan ASPAK dan telah
tervalidasi 100% oleh Kementerian Kesehatan atau dinas
6. Rumah sakit bersedia melaksanakan kesehatan daerah setempat sesuai dengan
kewajiban dalam meningkatkan mutu dan kewenangannya.
keselamatan pasien; dan
KMK No 1128 Tahun 2022 - TKRS
Rumah sakit yang mengajukan permohonan survei akreditasi paling sedikit harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

• Direktur rumah sakit secara kolaboratif mengoperasionalkan rumah sakit bersama dengan para
pimpinan, kepala unit kerja, dan unit pelayanan untuk mencapai visi misi yang ditetapkan serta
memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan pengelolaan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien, pengelolaan kontrak, serta pengelolaan sumber daya.
• Fokus pada Bab TKRS mencakup:
1. Representasi Pemilik/Dewan Pengawas
2. Akuntabilitas Direktur Utama/Direktur/Kepala Rumah Sakit
3. Akuntabilitas Pimpinan Rumah Sakit
4. Kepemimpinan Rumah Sakit Untuk Mutu dan Keselamatan Pasien
5. Kepemimpinan Rumah Sakit Terkait Kontrak
6. Kepemimpinan Rumah Sakit Terkait Keputusan Mengenai Sumber Daya
7. Pengorganisasian dan Akuntabilitas Komite Medik, Komite Keperawatan, dan Komite
Tenaga Kesehatan Lain
8. Akuntabilitas Kepala unit klinis/non klinis
9. Etika Rumah Sakit
10. Kepemimpinan Untuk Budaya Keselamatan di Rumah Sakit
11. Manajemen risiko
12. Program Penelitian Bersubjek Manusia di Rumah Sakit
Laporan Insiden Keselamatan Pasien

Laporan IKP ke KNKP (eksternal)


Pelaporan secara anonym dan elektronik ke
Sentinel, KTD KNKP, setiap kejadian sentinel, kejadian tidak
diharapkan (KTD) atau yang terjadi pada pasien
dan telah dilakukan analisa penyebab,
rekomendasi dan solusinya.

KNC

KTC
Laporan IKP (Internal)
Pelaporan secara tertulis setiap kejadian
sentinel, kejadian nyaris cedera (KNC) atau
kejadian tidak diharapkan (KTD) atau kejadian KPC
tidak cedera (KTC) atau Kondisi Potensial
cedera signifikan/serius (KPC) yang menimpa
pasien.
Penguatan e-report IKP
LATAR BELAKANG TUJUAN MANFAAT
UU NO 44 TAHUN 2009 Tentang
Rumah Sakit UMUM :
Menurunkan kejadian Insiden
Keselamatan Pasien dan 1. Diperolehnya Peta
PMK No 11 Tahun 2017 tentang Meningkatkan Mutu Pelayanan
Keselamatan Pasien
Nasional angka insiden
2. Pembelajaran dan best
practice
KMK No
HK.01.07/Menkes/321/2018 tentang KHUSUS : 3. Penetapan Langkah –
KNKP • Terlaksananya system Pelaporan Langkah praktis
• Terlaksananya Pembelajaran Keselamatan pasien
Pedoman Keselamatan Pasien Rs untuk mencegah Kejadian yang
dan Pelaporan sama terulang lagi
Keselamatan PASIEN
Sistem Lebih Aman
Suatu sistem yang membuat asuhan pasien
lebih aman,

Ruang Lingkup; Pencegahan


meliputi : asesmen risiko, identifikasi dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis Sistem oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan Asuhan tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
tindak lanjutnya Pasien Lebih seharusnya diambil

Ruang Aman
Pencegahan
Lingkup

Implementasi Solusi Insiden Keselamatan Pasien


IKP
Serta implementasi solusi Insiden Keselamatan Pasien adalah
Implementasi Insiden
untuk meminimalkan setiap kejadian yang tidak disengaja dan
timbulnya risiko dan Solusi Keselamatan kondisi yang mengakibatkan atau
Pasien berpotensi mengakibatkan cedera yang
dapat dicegah pada pasien
Kriteria Standar Program Peningkatan Keselamatan Pasien (pasal 9 PMK No 11/2017)

“Kriteria standar penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (4)
huruf d merupakan kegiatan mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang telah
ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis insiden,
dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien, meliputi;

b. Pengumpulan data kinerja


a. Perancangan (desain)
Setiap fassyankes harus melakukan
Setiap fasyankes harus melakukan pengumpulan data kinerja yg
proses perancangan (desain) yang antara lain terkait dengan
baik; pelaporan insiden, akreditasi,
manajemen resiko, utilisasi, mutu
pelayanan dan keuangan

c. Evaluasi semua Insiden d. Analisis perubahan sistem (redesain)


Setiap fasyankes harus melakukan
Setiap fasyankes harus menggunakan
evaluasi semua insiden dan secara
semua data dan informasi hasil evaluasi
proaktif melakukan evaluasi 1 (satu)
dan analisis untuk menentukan perubahan
proses kasus resiko tinggi setiap
system (redesain) atau membuat system
tahun
baru yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin
Penanganan Insiden
Pasal 15, 16, 17 PMK No 11 Tahun 2017

Penanganan Insiden Penanganan Insiden


Setiap fasyankes harus melakukan Penanganan insiden dilakukan kegiatan
penanganan insiden dan melakukan berupa pelaporan, verifikasi, investigasi,
penanganan kejadian sentinel dan analisis penyebab insiden tanpa
menyalahkan, menghukum dan
mempermalukan seseorang (pasal 16 ayat (3))
Kejadian Sentinel
Kejadian sentinel merupakan kejadian tidak Tim Keselamatan Pasien (TKP)
diharapkan (KTD) yang mengakibatkan
kematian, cedera permanen, atau cedera berat TKP bertanggungjawab langsung kepada
yang temporer dan membutuhkan intervensi pimpinan fasyankes. Keanggotaan TKP
untuk mempertahankan kehidupan, baik fisik paling sedikit td atas; unsur manajemen
maupun psikis, yang tidak terkait dengan fasyankes, dan unsur klinisi di fasyankes
perjalanan penyakit atau keadaan pasien atau
dapat disebabkan hal lain selain Insiden INSIDEN
Tim Keselamatan Pasien (TKP)

Penanganan Insiden • TKP dapat dikembangkan menjadi Komite


Keselamatan pasien fasyankes sesuai dengan
Ditujukan utk meningkatkan kualitas pelayanan kebutuhan dadn kemampuan.
Kesehatan dan keselamatan pasien, melalui • Dalam hal TKP belum dibentuk krn keterbatasan
pembentukan tim keselamatan pasien yang ditetapkan tenaga, fasyankes harus memiliki petugas yg
oleh Pimpinan fasyankes sebagai pelaksana kegiatan bertanggungjawab thdp keselamatan pasien sesuai
penanganan insiden kebutuhan dan kemampuan (ps 17 ayat (4,5))
tugas Tim Keselamatan Pasien
1. Menyusun kebijakan dan pengaturan
di bidang keselamatan pasien untuk
ditetapkan oleh pimpinan fasilitas 5. Melakukan pencatatan, pelaporan insiden,
pelayanan kesehatan analisis insiden termasuk melakukan RCA, dan
mengembangkan solusi untuk meningkatkan
keselamatan pasien
2. Mengembangkan program
keselamatan pasien di fasilias 6. Memberikan masukan dan pertimbangan
pelayanan kesehatan kepada pimpinan fasilitas pelayanan Kesehatan
dalam rangka pengambilan keputusan
3. Melakukan Motivasi, edukasi, keselamatan pasien
konsultasi, pemantauan dan penilaian
tentang penerapan program 7. Membuat laporan kegiatan kepada pimpinan
keselamatan pasien di fasyankes fasilitas pelayanan Kesehatan, dan

8. Mengirimkan laporan insiden secdara


4. Melakukan pelatihan keselamatan
kontiniu melalui e-reporting sesuai dengan
pasien bagi fasilitas pelayanan
pedoman pelaporan insiden
kesehatan

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Insiden Keselamatan Pasien (IKP)

• MENGAKIBATKAN, atau
• BERPOTENSI

PASIEN INSIDEN
MENGAKIBATKAN
CEDERA YANG DAPAT
DICEGAH

• KEJADIAN YANG AKIBAT


TIDAK DISENGAJA,
dan
• KONDISI Tidak
Diharapkan
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
HAK Perlindungan HUKUM Tenakes
DOKTER / DOKTER GIGI TENAGA KESEHATAN PERAWAT BIDAN

ps 50 UU No 29/2004 ps 57 UU No 36/2014 ps 36(a) UU No 38/2014 ps 60 UU No 4/2019


Memperoleh Memperoleh Memperoleh Memperoleh
PERLINDUNGAN PERLINDUNGAN HUKUM PERLINDUNGAN HUKUM PERLINDUNGAN HUKUM
HUKUM sepanjang sepanjang melaksanakan sepanjang melaksanakan sepanjang melaksanakan
melaksanakan tugas Tugas Sesuai dengan tugas sesuai STANDAR tugas sesuai dengan
sesuai dengan standar STANDAR PROFESI, PELAYANAN, STANDAR Kompetensi, Kewenangan,
profesi dan standar STANDAR PELAYANAN PROFESI, STANDAR dan mematuhi kode etik,
prosedur operasional; PROFESI, STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL, standar profesi, standar
PROSEDUR OPERASIONAL dan KETENTUAN PERATURAN pelayanan profesi dan
PERUNDANG-UNDANGAN standar prosedur operasional

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Perlindungan HUKUM bagi Rumah Sakit
Pasal 30 UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Setiap Rumah Sakit berhak mendapatkan PERLINDUNGAN
HUKUM dalam melaksanakan pelayanan kesehatan,
menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan

Pasal 45 UU No 44 tahun 2009


(1) RS tidak bertanggungjawab secara hukum apabila pasien
dan/atau keluarga menolak atau menghentikan pengobatan
yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya
penjelasan medis yang komprehensif
(2) Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan
tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.

Penentuan bahwa adanya penyimpangan dari


standar profesi medis (deliction of the duty)
adalah sesuatu yang didasarkan atas fakta –
fakta secara kasuistis yang harus
dipertimbangkan oleh para ahli dan saksi ahli.

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
PMK No 11/2017
Keselamatan Pasien

01 Keselamatan Pasien 02 Insiden Keselamatan Pasien


Adalah suatu sistem yang membuat asuhan Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya
pasien lebih aman, meliputi; disebut INSIDEN, adalah setiap kejadian yang
• Asesmen Resiko tidak disengaja dan kondisi yang
• Identifikasi dan Pengelolaan Resiko mengakibatkan atau berpotensi
• Pelaporan dan Analisis insiden, mengakibatkan cedera yang dapat dicegah
• Kemampuan Belajar dari Insiden, dan pada pasien.
• Tindak lanjut, serta
• Implementasi solusi
Untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
Tindakan atau tidak mengambil Tindakan yang
seharusnya diambil.
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
1. Administrasi Klinis
2. Proses / Prosedur
TIPE
3. Dokumentasi INSIDEN
4. Infeksi Nasokomial
5. Proses Medikasi / Cairan Infus 9. Alat Medis
6. Darah / Produk Darah 10. Perilaku Pasien
7. Gizi / Nutrisi 11. Pasien Jatuh
8. Oksigen / Gas Medis 12. Pasien Kecelakaan
13. Infrastruktur/ Sarana /
Bangunan
14. Sumber Daya/ Manajemen
15. Laboratorium
16. dll
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Jenis INSIDEN

Kejadian Kejadian Tidak Kondisi Potensial


SENTINEL
Suatu kejadian yang
Cedera / KTC Cedera / KPC
tidak diinginkan yang
menyebabkan Insiden yang sudah Kondisi yang
kematian atau terpapar kepada berpotensial cedera
Kejadian serius pasien tapi tidak signifikan tapi belum
menimbulkan cedera terjadi insiden.

Kejadian Tidak Kejadian Nyaris


Diharapkan/ KTD Cedera / KNC

Insiden yang Insiden yang belum


mengakibatkan terpapar pada Pasien
cedera pada Pasien

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Kesalahan Vital Tabung
# Kelalaian Oksigen Kosong

Kesalahan tidak
didasari oleh niat Kelalaian
untuk melakukan
kesalahan. Ini
Perawat
berbeda dengan Salah
Pelanggaran
Suntik Obat
Secara hukum,
tingkat kelalaian
dibedakan menjadi 2 Perawat
dua, yaitu yang
bersifat ringan
dibui 2 Tahun
(culpa levis) Karena Salah
dan yang bersifat
Berat (culpa lata)
Suntik
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
“Tiada
Pertanggungjawaban
Tanpa Kesalahan”

Orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan


(dijatuhi hukuman) kalau dia tidak melakukan
perbuatan (melawan hukum) - Moeljatno

Azas Pertanggungjawaban

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Pertanggungjawaban atas Kesalahan/ Kelalaian

Pasal 46 UU No 44/2009
tentang Rumah Sakit
“Rumah Sakit bertanggungjawab
secara hukum semua kerugian
yang ditimbulkan atas kelalaian Pasal 1365 KUH Perdata
yang dilakukan oleh Tenaga
“Tiap Perbuatan yang melanggar
Kesehatan di Rumah Sakit” Hukum dan membawa kerugian
kepada orang lain mewajibkan
orang yang menimbulkan kerugian
itu karena kesalahannya untuk
menggantikan kerugian tersebut”
“Seseorang tidak hanya bertanggungjawab
atas kerugian yang disebabkan perbuatannya
sendiri, melainkan juga atas kerugian yang
Pasal 1366 KUH Perdata
disebabkan perbuatan2 orang2 yang menjadi
tanggungjawabnya atau disebabkan barang2 Setiap orang bertanggungjawab bukan
yang berada dibawah pengawasannya” hanya atas kerugian yang disebabkan
perbuatan2 melainkan juga atas
Pasal 1367 KUH Perdata kerugian yang disebabkan kelalaian
atau kesembronoannya.

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Tanggungjawab RUMAH SAKIT
Rumah Sakit wajib melindungi dan
memberikan bantuan hukum bagi
semua petugas Rumah sakit dalam
melaksanakan tugas, dilaksanakan
dengan;
3. Advokasi Hukum
Memberikan Advokasi Hukum

1. Konsultasi Hukum 4. Pendampingan Sengketa


Memberikan Konsultasi Hukum Memberikan Pendampingan dalam
penyelesaian sengketa medik.
2. Mediasi dan Peradilan
Memfasilitasi Proses Mediasi dan 5. Alokasi Anggaran
Proses Peradilan. Mengalokasikan anggaran untuk
pendanaan proses hukum dan ganti
rugi.

Pasal 53

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
PP 47/2021
Dalam UU Kesehatan & UU PRADOK
Diatur selalu di dasari;

“KESALAHAN”
“KELALAIAN”
Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara
kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan
atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang
diterimanya (ps 58 ayat (1) UU No 36/2009)

MKDKI
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan
ada tidaknya KESALAHAN yang dilakukan dokter dan
dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran
dan kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi.

MEDIASI (Ps 29 UU No 36/2009)


Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan
kelalaian dalam menjalankan profesinya, kelalaian
tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui
MEDIASI.
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Kelalaian # Kesalahan

Pasal 77 UU No 36/2014 ttg Tenaga Kesehatan Pasal 84 UU No 36/2014 ttg Tenaga Kesehatan
Setiap Penerima Pelayanan Kesehatan yang dirugikan (1) Setiap Tenaga Kesehatan yang melakukan kelalaian
akibat kesalahan atau kelalaian Tenaga Kesehatan berat yang mengakibatkan Penerima Pelayanan
dapat meminta ganti rugi sesuai dengan ketentuan Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana
Peraturan Perundang-undangan penjara paling lama 3 (tiga) tahun.

Pasal 78 UU No 36/2014 ttg Tenaga Kesehatan


Dalam hal tenaga Kesehatan diduga melakukan Pasal 84 UU No 36/2014 ttg Tenaga Kesehatan
Kelalaian dalam menjalankan Profesinya yang
menyebabkan kerugian kepada penerima pelayanan (2) Jika kelalaian berat sebagaimana dimaksud
Kesehatan, perselisihan yang timbul akibat pada a yat (1) mengakibatkan kematian, setiap
Kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih Tenaga Kesehatan dipidana dengan pidana penjara
dahulu melalui Penyelesaian Sengketa di Luar paling lama 5 (lima) tahun.
Pengadilan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang – undangan.

Pasal 29 UU No 36/2009 ttg Kesehatan Pasal 58 UU No 36/2009 ttg Kesehatan


Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian (1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus seseorang, tenaga Kesehatan dan/atau penyelenggara
diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi. Kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat Kesalahan
atau Kelalaian dalam Pelayanan Kesehatan yang
diterimanya
istilah Kesalahan (Error)
Ada berbagai istilah dalam praktik kedokterna yang kira – kira juga berarti “kesalahan”, seperti : Mistake, error, wrong, fault, guilt, unjust, nor morally right, etc.

iatrogenic adverse events Preventable adverse events


Sebagian KTD Iatrogenik (cedera medis Penelitian para pakar kesehatan
yang berkaitan dengan penggunaan alat menyebutkan; sebenarnya 50 % KTD
medis, pemberian obat) dapat merupakan bersifat dapat dicegah (Preventable
kesalahan atau bukan suatu kesalahan adverse events) dan sisanya tidak dapat
dicegah (Unpreventable adverse events).

Negligence Unpreventable error/adverse events.


Sebagian kecil kesalahan yang mengakibatkan sebagian tidak dapat dicegah. Kesalahan medis
KTD/ cedera medis berhubungan dengan yang mengakibatkan kerugian bagi pasien disebut
Kelalaian atau Negligence. Adverse event (atau disebut pula cedera medis,
harm, KTD, dsb)

Preventable error
Sebagian kesalahan medis sebenarnya dapat dicegah

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Membuktikan ada tidak Perbuatan Kesalahan
dari Tindakan Kedokteran (JD Peter)

03. Direct
Causation
01. Duty (Kewajiban) (Penyebab Langsung)
Duty adalah Kewajiban dari seorang dokter utk
Harus dibedakan antara cause in fact dengan
mempergunakan segala ilmu, kepandaiannya untuk
proximate cause.
penyembuhan, atau setidaknya meringankan beban
Cause in fact : mempermasalahkan apakah
penderitaan berdasarkan standar profesi medis
perbuatan dokter yang mengakibatkan kerugian
(inspanning verbintennis)
(kematian/ luka) pada pasien disebabkan oleh
tindakan dokter dlm melakukan pelayanan medis.
Proximate cause : Mempermasalahkan batas –
02. Breach
of Duty batas ruang lingkup tanggungjawab dokter yang
dihubungkan dengan akibat – akibat perbuatannya.
(Penyimpangan dari Lazimnya utk membuktikan cause in fact, ;
Kewajiban) 1) Pasien (penyidik dan penuntut umum) harus
membuktikan bahwa kelalaian yg diderita oleh
Apabila menyimpang dari standar pasien tidak akan terjadi apabila dokter tidak lalai.
profesi medis maka dokter dapat 2). Perilaku dokter merupakan factor substansial
dipersalahkan. Dapat dipersalahkan bagi terjadinya akibat tersebut
dlm arti dapat dikenai tuntutan hokum
krn dlm dunia kedokteran tidak ada 04. Damage (Kerugian)
kepastian seperti matematika. Harus Sesuai asas hukum de minis non curat lex , bahwa hukum tidak
dibuktikan terlebih dahulu adanya mencampuri hal – hal yang sepele. Maka kerugian dlm malpraktik
hubungan antara mati/ luka dengan medik haruslah kerugian yang bersifat fatal atau sangat
kesalahan/ kelalaian yang dilakukan merugikan pasien. Misalnya, kematian atau luka berat, apabila
oleh dokter. seorang dokter telah melakukan kewajiban tetapi hanya
mengakibatkan kerugian atau dampak yang tidak berarti maka hal
tsb tdk dapat dikategorikan sebagai kesalahan (Medical
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com Negligence)
bentuk KELALAIAN
Malpractice
yaitu kelalaian atau tidak berhati-hatj dalam
menjalankan kewajibannya (salah obat, salah pasien).

Malfeasance
yaitu apabila seseorang melakukan suatu Maltreatment
tindakan yang bertentangan dengan hukum atau yaitu melakukan cara penanganan secara
melakukan perbuatan yang tidak patut (misalnya, sembarangan (misalnya karena kurang
melakukan aborsi tanpa indikasi medis). terampil atau karena ketidaktahuan, lalu
melakukan prosedur operasi secara salah)

Misfeasance. Criminal negligence


yaitu melaksanakan tindakan yaitu suatu sikap acuh tak acuh, dengan
secara tidak benar. sengaja, atau sikap yang tidak peduli terhadap
keselamatan orang lain, walaupun ia
mengetahui bahwa tindakannya bisa
mengakibatkan cedera atau merugikan orang
Nonfeasance lain (misalnya, mencoba prosedur baru yang
yaitu tidak melakukan suatu tindakan yang sifatnya coba- Coba, tersembunyi, atau belum
sebenamya ada kewajiban untuk melakukan teruji keefektifannya tanpa sepengetahuan
(misalnya, kelalaian tidak merujuk pasien, atau seizin pasien).
kelalaian tidak berkonsultasi).

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Tingkat KELALAIAN
01. KELALAIAN RINGAN
Tingkat Kelalaian
dibedakan menjadi; Kelalaian yang bersifat ringan (culpa levis) yaitu apabila seseorang tidak
melakukan apa mestinya akan dilakukan oleh orang yang biasa, wajar, dan
RINGAN & BERAT berhati-hati, atau justru melakukan apa yang oleh orang lain yang wajar tidak
akan dilakukan, dalam situasi yang sama yang meliputi keadaan tersebut.

Misalnya, dokter bedah lalai tidak mengonsultasikan pasiennya yang


memiliki riwayat sakit jantung kepada dokter spesialis jantung, karena
menurut pengamatannya tidak ada problem dengan status sistem
kardiovaskularnya.
02. KELALAIAN BERAT

Kelalaian yang bersifat kasar atau berat (culpa lata) yaitu apabila
seseorang dengan sadar dan dengan sengaja tidak melakukan sesuatu yang
sepatutnya dilakukan atau melakukan sesuatu yang sepatutnya tidak
dilakukan.

Misalnya, pasien gawat darurat tidak dilayani karena tidak membayar uang
muka

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
TINDAK PIDANA
Muh. Endriyo Susila, S.H., MCL, PhD *
MEDIK
“Medical offence refers to any offence Ruang Lingkup
committed by medical practitioner in the
course of medical treatment” (tindak tindak pidana Medik;
pidana medik adalah tindak pidana yang
dilakukan oleh tenaga medik dalam 1. Subyek tindak pidana medik
pelaksanaan tindakan medik)
(pelakunya) adalah tenaga
medik;

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H 2. Perbuatan tersebut dilakukan
Tindak Pidana Medik adalah suatu perbuatan dalam konteks pelaksanaan
yang bertentangan dengan hukum yang terjadi tindakan medik (dilakukan
antara pengguna jasa pelayanan medik dengan oleh tenaga medik dalam
pelaku jasa pelayanan medik dalam kedudukan professionalnya,
menjalankan praktik kedokteran dan dilakukan bukan sebagai individu).
dengan kesalahan (schuld) oleh orang yang
mampu bertanggungjawab .

• Muh. Endriyo Susila, SH, MCL, PhD dalam Asas Legalitas Dalam Tindak Pidana Medik
• Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H dalam Perlindungan hukum terhadap dokter atas dugaan melakukan tindak pidana medik Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
14/PUU- XII/2014 tentang Pengujian Konstitusionalitas Pasal 66 ayat (3) dihubungkan dengan ajaran sifat melawan hukum materiil.
Asal Legalitas
Dalam Tindak
Pidana Medik

Nulla Poena Sine Lege

Tidak ada pidana tanpa ketentuan pidana menurut


undang-undang .

Nulla Poena Sinne Crimin

Tidak ada pidana tanpa perbuatan pidana

Nullum Crimen Sine Poen Legally

Tidak ada perbuatan pidana tanpa pidana menurut undang-


undang

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
ADA 3 FAKTOR UNTUK MENUNTUT
SESEORANG BERSALAH ATAU TIDAK
(MENURUT : HERMIEN HADIATI KOESWADJI)

01. MENS REA


KEADAAN BATIN SESEORANG YANG BETUL-
BETUL TIDAK MENYADARI PERBUATAN ITU
DILARANG OLEH UNDANG- UNDANG

02. ADA HUBUNGAN


ADA HUBUNGAN ANTARA BATIN PELAKU
DENGAN PERBUATANNYA, ADA 2 ;
ü DOLUS (SENGAJA);
• Kesengajaan sebagai Maksud (OogMerk)
• Kesengajaan sebagai Kepastian
• Kesengajaan sebagai Kemungkinan
ü CULPA (LALAI);
• Culpa Lata (Alpa Berat/Gross Negligence))
• Culpa Levis (Alpa Ringan)

03. TIDAK ALASAN PEMAAF / PEMBENAR


TIDAK ADA ALASAN PEMAAF/ PEMBENAR

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Alasan Pembenar
dan Alasan Pemaaf

Alasan Pembenar dan Pemaaf


Pembagian alasan penghapusan pidana dalam
alasan pembenar dan alasan pemaaf sesuai
dengan pemisahan antara sifat melawan
hukum dan kesalahan sebagai unsur yang
dianggap harus ada dalam tiap-tiap perbuatan
pidana.
Apabila dalam suatu keadaan tertentu satu unsur
hilang, maka kepidanaan perbuatan itu juga hilang.

Penghapusan pidana adalah akibat penghapusan


sifat melawan hukum ditambah penghapusan
kesalahan

Alasan Penghapus PIdana

1. Kemampuan bertanggung jawab (Pasal 44 KUHP);


2. Daya paksa karena dorongan psikis (Pasal 48 KUHP);
3. Pembelaan terpaksa melampaui batas (Pasal 49 ayat 2 KUHP);
4. Kesesatan yang dapat dimaafkan mengenai kewenangan atas
dasar suatu perintah jabatan yang diberikan (Pasal 51 ayat 2
KUHP);

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Alasan Penghapus sifat Melawan Hukum
Pasal 48 KUHP
Daya paksa dalam arti
keadaan darurat ;

Pasal 48 KUHP

Pasal 48 KUHP Pasal 49 ayat (1) KUHP


Daya paksa dalam arti Pasal 48 KUHP Pasal 49 (1) KUHP Pembelaan terpaksa
terpaksa memilih antara
kewajiban-kewajiban yang
bertentangan
Pasal 50 KUHP Pasal 51 ayat (1)

Pasal 50 KUHP Pasal 51 ayat (1) KUHP


Peraturan perundang- Perintah Jabatan
undangan

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Alasan Penghapus PIDANA
Alasan penghapus pidana (strafuitsluitings-gronden) lazim dibagi dalam dua jenis yaitu;

Rechtvaardigingsgronden (Alasan Pembenar)


Alasan yang menghapuskan sifat melawan hukum (wederrechtelijkheid) perbuatan, sehingga apa
yang dilakukan oleh terdakwa lalu menjadi perbuatan yang patut dan benar.
Rechtvaardigingsgronden menghapuskan suatu peristiwa pidana yaitu kelakuan seseorang bukan
suatu peristiwa pidana walaupun sesuai dengan ketentuan yang dilarang dalam undang-undang
pidana

Schulduitsluitingsgronden (Alasan Pemaaf / Penghapus Kesalahan)


Alasan yang menghapuskan kesalahan terdakwa, menghilangkan pertanggungjawaban
(toerekenbaarheid) pembuat atas peristiwa yang dilakukannya. Perbuatan yang dilakukan oleh
terdakwa tetap bersifat melawan hukum, tetapi tidak dapat dipidana karena tidak ada kesalahan.
Kelakuan seseorang tetap suatu peristiwa pidana tetapi tidak dapat dipertanggungjawabkan
(toegerekend) kepada pembuat

Alasan Penghapus Penuntutan


Dalam hal ini yang dipersoalkan bukan ada alasan pembenar maupun alasan
pemaaf, tidak ada pikiran mengenai sifatnya perbuatan maupun sifat sifat orang
yang melakukan perbuatan, tetapi pemerintah menganggap bahwa atas dasar
utilitas atau kemanfaatannya kepada masyarat, sebaiknya tidak diadakan
penuntutan. Yang menjadi pertimbangan adalah kepentingan umum. Kalau
perkaranya tidak dituntut, tentunya yang melakukan perbuatan tidak dapat
dipidana

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
Alasan Pembenar & Pemaaf

Kalau A seorang pembuat, bersama-sama dengan orang lain dapat


Perbedaan alasan pembenar dan pemaaf mengajukan alasan pemaaf (misalnya tidak dapat
adalah penting untuk dapat dipidananya pelaku bertanggungjawab), maka alasan pembenar (misalnya karena
peraturan undang-undang), maka hal ini menguntungkan
semua pelaku

Alasan Pembenar Alasan Pemaaf


alasan pembenar menghapuskan dapat alasan pemaaf menghapuskan dapat dipidananya
dipidananya perbuatan pembuat

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE| email : beni.unpab@gmail.com
P E R TA N G G U N G J AWA B A N
R U M A H S A K I T D A N
T E N A G A K E S E H A T A N A T A S K E L A L A I A N
Kewajiban Rumah Sakit
Pasal 36 UU No 44 Tahhun 2009
Rumah Sakit harus menyelenggarakan Tata Kelola Rumah Sakit dan Tata Kelola Klinis
Yang Baik.

Pasal 43 UU No 44 Tahun 2009


Pasal 29 (1) Rumah Sakit Wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
(2) Standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
UURS 44/2009 melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah
dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan

Pasal 46 UU No 44 Tahun 2009,


Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.
(penjelasan; cukup jelas)

Pasal 56 UU No 44 Tahun 2009,


Dewan Pengawas Rumah Sakit mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan kendali
biaya.

Pasal 53 PP No 47 Tahun 2021


Rumah Sakit wajib melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas
Rumah sakit dalam melaksanakan tugas, dilaksanakan dengan;
1. Memberikan Konsultasi Hukum
2. Memfasilitasi Proses Mediasi dan Proses Peradilan
3. Memberikan Advokasi Hukum
4. Memberikan Pendampingan dalam penyelesaian sengketa medik
5. Mengalokasikan anggaran untuk pendanaan proses hukum dan ganti rugi
Thank You
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE

Anda mungkin juga menyukai