Anda di halaman 1dari 76

PANDUAN

PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
CORONAVIRUS SERTA
PENANGANAN PASIEN SUSPEK
DAN PASIEN COVID-19

DISUSUN OLEH
TIM QUALITY AND RISK
MANDAYA ROYAL HOSPITAL PURI

TAHUN 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................................................

BAB I DEFINISI ........................................................................................................................

BAB II RUANG LINGKUP ........................................................................................................

BAB III KEBIJAKAN .................................................................................................................

BAB IV TATA LAKSANA .........................................................................................................

4.1. Kewaspadaan Standar .....................................................................................................

4.2. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi ...........................................................................

4.3. Surveilans Dan Karantina ................................................................................................

4.4 Memastikan Triase, Identifikasi Awal dan Pengendalian Sumber ...............................

4.5. Menerapkan Langkah-langkah Pencegahan Tambahan Untuk Kasus-kasus COVID-

19 .........................................................................................................................................

4.6. Tata Kelola Rapid Test dan Pemeriksaan Kesehatan ...................................................

4.7. Pengelolaan Spesimen dan Laboratorium .....................................................................

4.8. Tata Kelola Pasien Di Rumah Sakit .................................................................................

4.9. Penanganan Pasien Meninggal .......................................................................................

4.10. Perawatan Dirumah ........................................................................................................

4.11. Penyiapan Transportasi Untuk Rujukan Ke RS Rujukan ............................................

BAB IV DOKUMENTASI ..........................................................................................................

LAMPIRAN ................................................................................................................................

LAMPIRAN 1 Kriteria Pasien ODP DAN PDP .........................................................................

LAMPIRAN 2 Formulir Pemantauan Harian ...........................................................................

LAMPIRAN 3 Formulir Pemantauan Petugas Kesehatan .....................................................

LAMPIRAN 4 Laporan Harian Data Kasus COVID-19 ...........................................................

LAMPIRAN 5 Lapoan Harian Penemuan Kasus Konfirmasi, PDP, ODP, Dan OTG ...........

LAMPIRAN 6 Formulir Penyelidikan Epidemiologi Coronavirus Disease ..........................

LAMPIRAN 7 Formulir Pasien Dalam Pengawasan COVID-19 ............................................

LAMPIRAN 8 Laporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium .....................................................

i
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini
tanpa seijin Mandaya Hospital Group
LAMPIRAN 9 Algoritma Pelacakan Kontak ...........................................................................

LAMPIRAN 10 Formulir Formulir Pelacakan Kontak Erat / OTG .........................................

LAMPIRAN 11 Formulir Identifikasi Kontak Erat / OTG .......................................................

LAMPIRAN 12 Formulir Pendataan Kontak ...........................................................................

LAMPIRAN 13 Contoh Surat Pernyataan Sehat ....................................................................

LAMPIRAN 14 Jenis APD ........................................................................................................

LAMPIRAN 15 Penggunaan APD Petugas Level 1-3 ............................................................

LAMPIRAN 16 Cara Penggunaan Dan Pelepasan APD ........................................................

LAMPIRAN 17 Lembar Kesediaan Karantina Rumah / Perawatan Di Rumah ....................

LAMPIRAN 18 Alur Pengiriman Spesimen Dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan .................

ii
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini
tanpa seijin Mandaya Hospital Group
LEMBAR PENGESAHAN 1

iii
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini
tanpa seijin Mandaya Hospital Group
LEMBAR PENGESAHAN 2

iv
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini
tanpa seijin Mandaya Hospital Group
BAB I
DEFINISI

1.1 Healthcare Associated Infections (HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan
di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, dimana pada saat masuk tidak ada infeksi
atau tidak masa inkubasi, termasuk infeksi didapat di rumah sakit tapi muncul setelah pulang juga
infeksi pada petugas karena pekerjaannya.
1.2 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah suatu upaya kegiatan untuk mencegah,
meminimalkan kejadian infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah
sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
1.3 Kewaspadaan Standar adalah langkah-langkah yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi pada pasien dan karyawan yang bekerja dalam unit pelayanan kesehatan.
1.4 Kewaspadaan Isolasi adalah penempatan pasien secara terpisah / khusus yang bertujuan untuk
memutus rantai transmisi penularan penyakit agar pasien tidak menularkan penyakit infeksi atau
tertular penyakit infeksi.
1.5 COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh coronavirus.
1.6 Coronavirus adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan, pneumonia
akut, sampai kematian dengan tanda-tanda umum gejala pernapasan, demam, batuk, sesak napas
dan kesulitan bernapas.
1.7 Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan pelindung yang digunakan oleh seseorang pada saat
melakukan pekerjaan yang berisiko, melaksanakan pekerjaan atau perawatan, pemeriksaan /
tindakan guna mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja
dan infeksi nosokomial dari rumah sakit.
1.8 Orang Dalam Pengawasan (ODP) adalah orang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat
demam; atau gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk dan pada 14
(emapt belas) hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara /
wilayah yang melaporkan transmisi lokal atau memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau
probabel COVID-19.
1.9 Orang Tanpa Gejala (OTG) adalah orang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang
postif COVID-19.
1.10 Pasien Dengan Pemantauan (PDP) adalah orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
yaitu demam (≥38oC) atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan
seperti: batuk/sesak nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat dan pada 14
(empat belas) hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara /
wilayah yang melaporkan transmisi lokal atau memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau
probabel COVID-19. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di
rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.
1.11 Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana agen infeksi dari reservoir pindah ke
penderita.

1
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
1.12 Kontak Erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan atau
berkunjung (dalam radius 1 meter dengan kasus pasien dalam pengawasan atau konfirmasi) dalam 2
hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
1.13 Dekontaminasi adalah melepaskan kotoran dan mikroorganisme patogen dari benda-benda
sehingga aman dipegang, untuk diproses lebih lanjut, digunakan atau dibuang. Dekontaminasi bisa
melalui pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi.
1.14 Pembersihan adalah langkah pertama, kontaminasi material asing dilepaskan secara fisik seperti
debu dan kotoran juga material lain seperti darah, sekresi, ekskresi dan mikroorganisme , untuk
mempersiapkan alat medis untuk didisinfeksi atau disterilisasi.
1.15 Disinfeksi adalah suatu tindakan dengan menggunakan bahan kimia untuk membunuh kuman
tanpa membunuh sporanya pada permukaan benda mati atau proses mengurangi jumlah
kemungkinan mikroorganisme ketingkat bahaya yang lebih rendah, dimana proses ini mungkin tidak
menonaktifkan spora bakteri, prion dan beberapa virus.
1.16 Sterilisasi adalah proses validasi yang digunakan untuk membuat suatu benda bebas dari
kemungkinan mikroorganisme, termasuk virus dan spora bakteri, tetapi tidak termasuk prion.
1.17 Antiseptik adalah menggunakan senyawa kimia untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit atau membran mukosa.
1.18 Ruang isolasi ada 2 jenis : ruang isolasi tekanan positif dan ruang isolasi tekanan negatif. Pasien
dengan imunitas rendah dirawat di ruang isolasi tekanan positif, sedangkan pasien yang menderita
penyakit infeksi yang menular dirawat di ruang isolasi tekanan negatif.
1.19 Pasien Terkonfirmasi adalah pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan tes positif
melalui pemeriksaan PCR.
1.20 PHBS adalah perilaku hidup bersih dan sehat.
1.21 Karantina Rumah adalah upaya pembatasan penghuni dalam suatu rumah beserta isinya yang
diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi untuk mencegah penyebaran penyakit atau
kontaminasi. Masyarakat lain di luar rumah tersebut harus menghindari berinteraksi langsung dengan
penghuni rumah atau tidak boleh menggunakan / bersentuhan dengan barang yang belum
didisinfeksi.
1.22 Isolasi Diri dilakukan dengan memantau kondisi kesehatan diri sendiri dengan menghindari
kemungkinan penularan dengan orang-orang sekitar termasuk keluarga, melaporkan kepada
fasyankes terdekat kondisi kesehatannya.

2
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini disusun berdasarkan rekomendasi WHO sehubungan dengan adanya kasus COVID-19 yang
telah menjadi pandemi di dunia dan peraturan perundangan yang berlaku. Oleh kare hal tersebut Mandaya
Hospital membuat panduan ini sebagai acuan bagi Petugas medis dan non-medis dalam penyelenggaraan
pelayanan bagi pasien dengan supek COVID-19 dan pasien COVID-19 serta upaya pencegahan dan
pengendalian coronavirus di Mandaya Royal Hospital Puri. Panduan ini akan diperbarui sesuai dengan
perkembangan kondisi terkini

3
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
BAB III
KEBIJAKAN

Panduan ini dibuat mengacu pada referensi :


1. Modul 3 PPI Dalam Konteks COVID-19 : Kewaspadaan Standar, Kewaspadaan Berdasar Transmisi
dan Rekomendasi Khusus COVID-19, WHO, 2020.
2. Melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Tepat dan Benar di Era COVID-19, PERSI,
2020.
3. Pemakaian APD Sesuai Anjuran WHO, WHO, 2020.
4. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maret 2020.
5. COVID-19 SNARS 1.1., KARS, 2020.
6. Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat, BNPB, 2020.
7. Dekontaminasi Terhadap Permukaan Bangunan / Media Lingkungan / Perabot Teridentifikasi Pajanan
Virus Corona (COVID-19), Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2020.

4
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
BAB IV
TATA LAKSANA

4.1. Kewaspadaan Standar


Tingkat dasar langkah-langkah pencegahan PPI, digunakan untuk semua pasien pada setiap saat, yang
artinya langkah-langkah preventif minimum yang berlaku setiap saat atas semua perawatan pasien
terlepas dari status suspek atau terkonfirmasi pasien.
Unsur-unsur langkah pencegahan standar adalah :
4.1.1. Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan adalah cara terbaik mencegah penyebaran kuman di tempat layanan
kesehatan dan ditengah masyarakat. Tangan adalah alat utama bagi pekerjaan tenaga
kesehatan dan tangan dapat menjadi rantai kunci dalam penyebaran dan penularan. WHO
telah memperkenalkan tehnik cuci tangan dan 5 (lima) momen cuci tangan yang wajib
dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan didunia. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
kebersihan tangan adalah :
a. Bila tangan tampak kotor mengandung cairan tubuh pasien, cucilah tangan dengan sabun
biasa / antimikroba dengan air mengalir (Handwashing).
b. Bila tangan tidak tampak kotor, dapat dekontaminasi dengan alkohol handrubs.
c. Petugas Kesehatan / Tenaga Medis seperti Dokter, Perawat, Petugas Analis Kesehatan,
Radiografer dan Fisioterapis wajib melaksanakan 5 (lima) saat membersihkan tangan (5
momen) pada saat ke pasien, yaitu
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum tindakan asepsis
3. Setelah terkena cairan tubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan disekitar pasien

d. Urutan cara mencuci tangan dengan 6 (enam) langkah cuci tangan menggunakan cairan
berbasis Alkohol (Handrubs) adalah sebagai berikut :

5
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
1. Tuang cairan handrubs pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua telapak
tangan secara lembut dengan arah memutar.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih.
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci.
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.

6
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
4.1.2. Kebersihan Pernapasan (Etika Batuk / Bersin)
Kebersihan pernapasan / etika batuk yang baik dapat mengurangi penyebaran mikroorganisme
(kuman) penyebab infeksi pernapasan (batuk, pilek, flu). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
kebersihan pernapasan adalah :
a. Prosedur dan etika batuk / bersin adalah :
 Jauhkan wajah dari orang lain ketika batuk / bersin.
 Tutupi hidung dan mulut dengan tisu.
 Jika menggunakan tisu, segera buang tisu ketempat sampah.
 Arahkan batuk / bersin ke lengan jika tidak ada tisu.
 Bersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir atau produk berbahan alkohol.
 Gunakan masker.

7
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
b. Galakkan kebiasaan cuci tangan untuk pasien dengan gejala pernapasan.
c. Beri masker kepada pasien dengan gejala pernapasan.
d. Pasien dengan demam dan batuk atau bersin harus dijauhkan setidaknya 1 meter dari
pasien lain.
e. Pasang alat-alat bantu visual yang mengingatkan pasien dan pengunjung dengan gejala
pernapasan untuk menutup bila batuk / bersin.
f. Pertimbangkan penyediaan masker dan tisu untuk pasien di semua area.
4.1.3. APD Sesuai Risiko
APD dipergunakan / dipakai jika melakukan tindakan terpapar atau kemungkinan terpapar
dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi kecuali keringat, dan/atau kulit terbuka. Segera
lepas APD jika selesai tindakan dan pelayanan. Contoh APD yang biasa dipergunakan adalah :
a. Gaun / jubah pelindung.
b. Masker (hisung dan mulut).
c. Masker N95.
d. Pelindung wajah (mata+hidung+mulut).
e. Pelindung mata (google).
f. Penutup kepala (kepala dan rambut).
g. Sarung tangan.
h. Pelindung kaki / sepatu tertutup.
Prinsip-prinsip penggunaan APD adalah :
a. Selalu bersihkan tangan sebelum dan sesudah menggunakan APD.
b. APD harus tersedia dimanapun dan saat diperlukan.
c. Gunakan APD sesuai ukuran yang tepat dan risiko paparan transmisi.
d. Selalu kenakan APD sebelum kontak dengan pasien.
e. Segera lepas APD setelah selesai memberikan pelayanan atau meninggalkan area
perawatan.

8
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
f. Jangan menggunakan kembali APD sekali pakai.
g. Bersihkan dan desinfeksi APD berulang pakai (re-use) setelah digunakan jika akan
digunakan lagi.
h. Ganti APD segera setelah APD terkontaminasi atau sobek atau kotor.
i. Jangan sentuh area wajah sendiri ketika masih menggunnakan APD.
j. Lepas APD dengan hati-hati untuk menghindari kontaminasi sendiri (dari bagian paling
kotor ke bagian paling bersih).
4.1.4. Praktik Suntikan, Manajemen Benda Tajam dan Pencegahan Luka Dengan Aman
Yang perlu diperhatikan dalam kewaspadaan standar pemrosesan alat kesehatan adalah :
a. Segera proses alat kesehatan yang sudah dipakai melalui proses pre-cleaning - cleaning -
disinfeksi - sterilisasi sesuai klasifikasi peralatan; kritikal - semi kritikal - non kritikal.
b. Simpan peralatan yang sudah diproses sesuai kebijakan dan SOP.
c. Tidak menempatkan peralatan kesehatan sembarang tempat.
d. Tidak menggunakan peralatan kesehatan sebelum melalui proses sterilisasi /
dekontaminasi apabila alat telah dipakai sebelumnya (bekas pakai).
e. Pertahankan senantiasa menggunakan jarum suntik sekali pakai.
f. Jangan lakukan recaping (menutup kembali jarum suntik) namun langsung buang ke
sharp container, untuk menghindari tertusuk jarum suntik.
g. Jangan tempatkan jarum suntik sekali pakai disembarang tempat.
h. Segera berikan obat suntikan bila telah dilarutkan, untuk menghindari medicatioan error
dan menerapkan medication safety.
i. Terapkan 7 (tujuh) langkah menuju suntikan aman, yaitu :
 Tempat kerja bersih.
 Kebersihan tangan.
 Jarum suntik aman yang steril.
 Wadah steril untuk obat dan pelarut.
 Pembersihan dan antiseptik kulit.
 Pengambilan benda tajam sebagaimana mestinya.
 Pembuangan limbah sesuai ketentuan.
4.1.5. Penanganan, Pembersihan dan Disinfeksi Peralatan Perawatan Pasien Dengan Aman
4.1.5.1. Dekontaminasi dapat melalui :
a. Pembersihan, yaitu langkah pertama, kontaminasi material asing dilepaskan
secara fisik seperti debu dan kotoran juga material lain seperti darah, sekresi,
ekskresi dan mikroorganisme , untuk mempersiapkan alat medis untuk
didisinfeksi atau disterilisasi.
b. Disinfeksi, yaitu proses mengurangi jumlah kemungkinan mikroorganisme
ketingkat bahaya yang lebih rendah, dimana proses ini mungkin tidak
menonaktifkan spora bakteri, prion dan beberapa virus.

9
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
c. Sterilisasi, yaitu proses validasi yang digunakan untuk membuat suatu benda
bebas dari kemungkinan mikroorganisme, termasuk virus dan spora bakteri,
tetapi tidak termasuk prion.
4.1.5.2. Prinsip-prinsip dasar pembersihan dan disinfeksi berlaku untuk semua area
perawatan pasien, seperti :
a. Selalu pastikan alat perawatan pasein dibersihkan sebelum digunakan kembali
untuk pasien lain.
b. Jika mungkin, khususkan persediaan pembersihan di area-area berisiko tinggi
(seperti ruang isolasi, kamar operasi, dan kamar bersalin).
c. Persediaan pembersihan untuk isolasi harus disimpan dan digunakan hanya di
area / ruang isolasi.
d. Selalu bergerak dari area paling bersih ke area paling kotor (bersihkan dari area
tinggi ke area rendah, dari luar kedalam, area isolasi dibersihakn terakhir).
e. Disarankan menggunakan sapu lembab dan lap basah untuk meminimalisasi
debu.
f. Gunakan sistem 3 ember untuk pebersihan dan disinfeksi.
g. Air untuk pembersihan harus air bersih.
4.1.6. Membersihkan Lingkungan
4.1.6.1. Kewaspadaan standar lingkungan dengan memperhatikan, antara lain :
a. Pertahankan ventilasi udara ruangan bersih dan baik, tidak bau.
b. Pertahankan mutu air, bersih, tak berwarna dan tak berbau.
c. Pertahankan permukaan lingkungan ruangan senantiasa dalam kondisi bersih.
d. Tempatkan peralatan ruangan sedemikian rupa sehingga mudah untuk
dibersihkan.
4.1.6.2. Pembersihan lingkungan di ruang / area isolasi dengan memperhatihan hal-hal :
a. Tingkatkan frekuensi pembersihan oleh petugas kebersihan di area perawatan
pasien.
b. Area isolasi harus diberi persediaan pembersihannya sendiri yang terpisah dari
area perawatan pasien bersih.
c. Semua limbah dari area isolasi dianggap terkontaminasi dan harus dibuang
sesuai metode limbah terkontaminasi.
d. Petuga kebersihan harus memastikan bahwa APD yang sesuai sudah
dikenakan ketika membersihakan ruang atau area isolasi.
e. Persediaan pembersihan untuk isolasi harus disimpan dan digunakan hanya di
area / ruang isolasi.
f. Lakukan pembersihan di ruang / area isolasi pada saat:
 Pembersihan rutin, yaitu pembersihan berkala (serta disinfeksi, saat
dibutuhkan) saat ruangan masih digunakan yang bertujuan membersihkan
material organik, meminimalisasi kontaminasi mikrobial, dan memberikan
10
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
ruangan yang tampak bersih, terutama permukaan di zona pasien.
Pembersihan rutin dilakukan setiap hari dan jika diperlukan oleh petugas
kebersihan menggunakan cairan deterjen dan air.
 Pembersihan akhir, yaitu pembersihan dan disinfeksi setelah pasien
dipulangkan atau dipindahkan, termasuk pembersihan material organik
dan pengurangan besar serta eliminasi kontaminasi mikrobial untuk
memastikan tidak ada perpindahan mikroorganisme ke pasien berikutnya.
4.1.7. Penanganan dan Pencucian Linen Yang Sudah Dipakai Dengan Aman
4.1.7.1. Kewaspadaan standar penanganan linen, antara lain :
a. Ganti linen setiap satu atau dua hari sekali atau jika kotor atau sesuai kebijakan
rumah sakit.
b. Tempatkan linen bersih pada lemari tertutup, dan tidak dicampur dengan
peralatan lainnya.
c. Pisahkan linen kotor ternoda darah dan cairan tubuh dengan linen kotor tanpa
noda darah dan cairan tubuh.
4.1.7.2. Cara mengelola linen yang sudah digunakan di ruangan :
a. Kenakan APD sesuai risiko ketika menangani linen terpakai atau kotor.
b. Pegang linen kotor dengan gerakan seminimal munkin untuk menghindari
kontaminasi.
c. Tempatkan linen kotor di kantong / wadah di tempat perawatan.
d. Jika linen sangat kotor maka lakukan :
 Bersihkan kotoran (seperti feses, muntahan) dengan sarung tangan serta
menggunakan benda yang datar dan keras.
 Buang material padat ke toilet, siram dan buang alat lap / alat bantu ke
tempat sampah.
 Tempatkan linen kotor ke wadah antibocor yang diberi label jelas (seperti
kantong dan wadah tertutup) di area perawatan pasien.
e. Cara penataan dan pemindahan linen bersih harus menghindarkan kontaminasi
(misal, dalam wadah tertutup).
f. Linen di ruang perawatan pasien harus disimpan di area khusus (misal, lemari
tertutup atau ruangan) atau wadah tertutup yang jauh dari jangkauan publik.
4.1.8. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah medis dilaksanakan dan dikelola sesuai dengan ketentuan rutin yang telah
ada.
Kewaspadaan standar penanganan limbah, antara lain :
a. Segera buang limbah yang dihasilkan ketempat pembuangan limbah sesuai prosedur dan
ketentuan.
b. Pertahankan tempat limbah / tempat sampah tidak lebih dari ¾ penuh sudah dibuang.
c. Pertahankan kebersihan kontainer sampah senantiasa bersih.
11
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
4.1.9. Perlindungan Kesehatan Karyawan
Kewaspadaan standar terkait perlindungan kesehatan karyawan dapat meliputi :
a. Pertahankan kondisi kesehatan prima saat bekerja, jika flu tidak boleh bekerja.
b. Pertahahankan tidak menggunakan asesoris di tangan saat bekerja.
c. Pertahankan menggunakan seragam dalam kondisi bersih.
d. Pergunakan APD sesuai ketentuan.
e. Tidak merokok.
f. Tidak melakukan recapping jarum bekas pakai.
4.1.10. Penempatan Pasien
Kewaspadaan standar terkait penempatan pasien adalah :
a. Tempatkan pasien dengan jarak minimal 1 (satu) meter.
b. Pisahkan pasien jika tidak bisa menjaga kebersihan lingkungan.
c. Tempatkan pasien sesuai dengan transmisi mikroorganisme.

4.2. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi


Penerapan kewaspadaan berdasarkan transmisi, sebagai berikut :
a. Transmisi Kontak
 Petugas menggunakan APD :
- Sarung tangan, dipakai jika kontak dengan pasien atau permukaan ruangan pasien.
- Jubah / gaun, dipakai jika diperkirakan seragam akan tercemar saat kontak dengan pasien,
permukaan lingkungan atau peralatan pasien dan lepaskan gaun sebelum meninggalkan
ruangan dan pastikan pakaian tidak menyentuh lagi permukaan tercemar dalam ruangan.
- Masker atau pelindung wajah, dipakai jika tindakan kemungkinan ada percikan atau cipratan.
 Peralatan kesehatan (tensimeter, stetoskop, termometer) dipakai tersendiri, segera disinfeksi
atau sterilisasi atau dibuang setelah dipakai.
 Laksanakan kewaspadaan standar / lapis pertama.
 Lakukan kebersihan tangan secara konsisten sesuai WHO termasuk sebelum menggunakan
dan sesudah melepas APD.
 Menempatkan pasien di ruangan tersendiri, jika tidak memungkinkan lakukan kohorting (pasien
senantiasa berada diruangan, kecuali jika ada tindakan / terapi keluar ruangan lain).
 Membersihkan ruangan dua kali sehari dan bila perlu, tidak perlu melakukan fogging dan UV.
 Jangan mengkontaminasi permukaan yang tidak termasuk dalam perawatan pasien langsung
(seperti gagang pintu, ponsel, tombol lampu).
b. Transmisi Droplet
 Petugas menggunakan APD :
- Masker bedah / medis.
- Sarung tangan.
- Perlindungan mata (kacamata atau pelindung wajah).

12
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
- Jubah / gaun.
 Menempatkan pasien di ruangan tersendiri, jika tidak memungkinkan lakukan kohorting (pasien
senantiasa berada diruangan, kecuali jika ada tindakan / terapi keluar ruangan lain), tidak
memungkinkan berjarak minimal 1 (satu) meter.
 Melaksanakan kewaspadaan standar / lapis pertama.
 Pengelolaan udara khusus tidak diperlukan, pintu boleh terbuka.
 Membersihkan ruangan dua kali sehari dan bila perlu, tidak perlu melakukan fogging dan UV.
 Memindahkan pasien, minimalisasi transportasi pasien, pasangkan masker pada pasien saat
proses pemindahan.
 Menangani limbah dengan cara :
- Limbah terkontaminasi darah dan cairan tubuh dimasukkan dalam kantong kuning.
- Limbah sekresi dan ekskresi dianggap infeksius, dimasukkan dalam kantong kuning.
- Limbah yang tidak terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi dimasukkan
dalam kantong hitam.
c. Transmisi Airbone
 Petugas menggunakan APD :
- Masker medis / bedah untuk pasien.
- Masker N95 wajib untuk petugas, jika melakukan tindakan yang menghasilkan aerosol.
- APD lainnya sesuai keperluan tindakan perawatan.
 Menempatkan pasien di ruangan tersendiri, jika tidak memungkinkan lakukan kohorting (pasien
senantiasa berada diruangan, kecuali jika ada tindakan / terapi keluar ruangan lain), tidak
memungkinkan berjarak minimal 1 (satu) meter.
 Membersihkan ruangan dua kali sehari dan bila perlu, tidak perlu melakukan fogging dan UV.
 Langkah pencegahan transmisi udara dianjurkan hanya untuk prosedur yang menyebabkan
aerosol (seperti bronkoskopi, intubasi trakea, pemberian tekanan pada dada saat resusitasi
jantung paru).
 Melaksanakan kewaspadaan standar / lapis pertama.
 Ventilasi udara, pertukaran udara setiap 5-10 menit atau 6-12 kali perjam.
 Ruangan tekanan negatif, termonitor, pintu harus selalu tertutup rapat.
 Tidak menggunakan AC sentral, tapi gunakan AC + filter HEPA yang menyaring udara ruangan
yang dibuang keluar.
 Memindahkan pasien, minimalisasi transportasi pasien, pasangkan masker bedah pada pasien
saat proses pemindahan, dan beri edukasi etika batuk.
 Menangani limbah dengan cara :
- Limbah terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi, dan ekskresi dimasukkan dalam kantong
kuning.
- Limbah yang tidak terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi dimasukkan
dalam kantong hitam.
13
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
4.3. Surveilans Dan Karantina
4.3.1. Kegiatan Surveilans Dan Karantina
Upaya surveilans merupakan pemantauan yang berlangsung terus menerus terhadap
kelompok berisiko. Sedangkan karantina merupakan pembatasan seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu wilayah termasuk wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau
terkontaminasi untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi. Kegiatan
surveilans merupakan bagian tidak terpisahkan dari karantina, selama masa karantina,
surveilans dilakukan untuk memantau perubahan kondisi seseorang atau sekelompok orang.
Upaya karantina sebagai berikut :
A. Orang Tanpa Gejala (OTG)
Kegiatan surveilans terhadap OTG dilakukan selama 14 hari sejak kontak terakhir dengan
kasus positif COVID-19. Terhadap OTG dilakukan pengambilan spesimen pada hari ke-1
dan ke-14 untuk pemeriksaan RT PCR. Dilakukan pemeriksaan Rapid Test apabila tidak
tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR, apabila hasil pemeriksaan pertama menunjukkan
hasil :
a. Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah karantina mandiri dengan menerapkan PHBS
dan physical distancing; pemeriksaan ulang pada 10 hari berikutnya. Jika hasil
pemeriksaan ulang positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali
selama 2 hari berturut-turut, di Laboratorium pemeriksa yang mampu melakukan
pemeriksaan RT PCR.
b. Positif, tatalaksana selanjutnya adalah karantina mandiri dengan menerapkan PHBS dan
physical distancing; Pada kelompok ini juga akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT
PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut, di Laboratorium pemeriksa yang mampu
melakukan pemeriksaan RT PCR.
Apabila OTG yang terkonfirmasi positif menunjukkan gejala demam (≥38 ⁰C) atau
batuk/pilek/nyeri tenggorokan selama masa karantina maka:
a. Jika gejala ringan, dapat dilakukan isolasi diri di rumah.
b. Jika gejala sedang, dilakukan isolasi di RS darurat.
c. Jika gejala berat, dilakukan isolasi di RS rujukan.
Kegiatan surveilans terhadap OTG dilakukan berkala untuk mengevaluasi adanya
perburukan gejala selama 14 hari. Petugas kesehatan dapat melakukan pemantauan
melalui telepon atau melalui kunjungan secara berkala (harian) dan dicatat pada formulir
pemantauan harian (Lampiran 2). Pemantauan dilakukan dalam bentuk pemeriksaan suhu
tubuh dan skrining gejala harian. Pemantauan dilakukan oleh petugas kesehatan layanan
primer dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat. Orang tanpa gejala yang
tidak menunjukkan gejala COVID-19, ditetapkan melalui surat pernyataan yang diberikan
oleh Dinas Kesehatan.
B. Orang Dalam Pemantauan (ODP)
14
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
Kegiatan surveilans terhadap ODP dilakukan selama 14 hari sejak mulai munculnya gejala.
Terhadap ODP dilakukan pengambilan spesimen pada hari ke-1 dan ke-2 untuk
pemeriksaan RT PCR. Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium
setempat yang berkompeten dan berpengalaman baik di fasyankes atau lokasi
pemantauan. Jenis spesimen dapat disesuaikan. Pengiriman spesimen disertai formulir
pemeriksaan ODP/PDP (Lampiran 7). Jika tidak tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR,
dilakukan pemeriksaan Rapid Test. Apabila hasil pemeriksaan Rapid Test pertama
menunjukkan hasil:
a. Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah; pemeriksaan ulang pada 10
hari berikutnya. Jika hasil pemeriksaan ulang positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan
RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut, di Laboratorium pemeriksa yang
mampu melakukan pemeriksaan RT PCR.
b. Positif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah; Pada kelompok ini juga akan
dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut, di
Laboratorium pemeriksa yang mampu melakukan pemeriksaan RT PCR.
Apabila ODP yang terkonfirmasi menunjukkan gejala perburukan maka :
a. Jika gejala sedang, dilakukan isolasi di RS darurat.
b. Jika gejala berat, dilakukan isolasi di RS rujukan.
Kegiatan surveilans terhadap ODP dilakukan berkala untuk mengevaluasi adanya
perburukan gejala selama 14 hari. Petugas kesehatan dapat melakukan pemantauan
melalui telepon atau melalui kunjungan secara berkala (harian) dan dicatat pada formulir
pemantauan harian (Lampiran 2). Pemantauan dilakukan dalam bentuk pemeriksaan suhu
tubuh dan skrining gejala harian. Pemantauan dilakukan oleh petugas kesehatan layanan
primer dan berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat. Orang dalam pemantauan
yang sudah dinyatakan sehat yang tidak memiliki gejala terkait COVID-19, ditetapkan
melalui surat pernyataan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan.
C. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
Kegiatan surveilans terhadap PDP dilakukan selama 14 hari sejak mulai munculnya gejala.
Terhadap PDP dilakukan pengambilan spesimen pada hari ke-1 dan ke-2 untuk
pemeriksaan RT PCR. Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium
setempat yang berkompeten dan berpengalaman baik di fasyankes atau lokasi
pemantauan. Jenis spesimen dapat dilihat pada BAB 5. Pengiriman spesimen disertai
formulir pemeriksaan ODP/PDP (lampiran 7).
Jika tidak tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR, dilakukan pemeriksaan Rapid Test.
Apabila hasil pemeriksaan Rapid Test pertama menunjukkan hasil:
a. Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah sesuai kondisi: ringan (isolasi diri di rumah),
sedang (rujuk ke RS Darurat), berat (rujuk ke RS Rujukan); pemeriksaan ulang pada 10
hari berikutnya. Jika hasil pemeriksaan ulang positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan

15
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut, di Laboratorium pemeriksa yang
mampu melakukan pemeriksaan RT PCR.
b. Positif, tatalaksana selanjutnya adalah adalah sesuai kondisi: ringan (isolasi diri di
rumah), sedang (rujuk ke RS Darurat), berat (rujuk ke RS Rujukan); Pada kelompok ini juga
akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-
turut, di Laboratorium pemeriksa yang mampu melakukan pemeriksaan RT PCR.
Apabila PDP yang terkonfirmasi menunjukkan gejala perburukan maka :
a. Jika gejala ringan berubah menjadi sedang, dilakukan isolasi di RS darurat.
b. Jika gejala sedang berubah menjadi berat, dilakukan isolasi di RS rujukan.
Kegiatan surveilans terhadap PDP ringan dan PDP sedang dilakukan berkala untuk
mengevaluasi adanya perburukan gejala selama 14 hari. Petugas kesehatan dapat
melakukan pemantauan melalui telepon atau melalui kunjungan secara berkala (harian)
dan dicatat pada formulir pemantauan harian (Lampiran 2). Pemantauan dilakukan dalam
bentuk pemeriksaan suhu tubuh dan skrining gejala harian. Pemantauan dilakukan oleh
petugas kesehatan layanan primer dan berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat.
Orang dalam pemantauan yang sudah dinyatakan sehat yang tidak memiliki gejala terkait
COVID-19, ditetapkan melalui surat pernyataan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan.
4.3.2. Deteksi Dini Dan Respon
Kegiatan deteksi dini dan respon dilakukan di pintu masuk dan wilayah untuk mengidentifikasi
ada atau tidaknya OTG, ODP, PDP maupun kasus konfimasi COVID-19 dan melakukan respon
adekuat. Upaya deteksi dini dan respon dilakukan sesuai perkembangan situasi COVID-19
dunia yang dipantau dari situs resmi WHO. Deteksi dini di wilayah dilakukan melalui
peningkatan kegiatan surveilans rutin dan surveilans berbasis kejadian yang dilakukan secara
aktif maupun pasif. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan adanya indikasi OTG, ODP, dan
PDP COVID-19 yang harus segera direspon. Adapun bentuk respon dapat berupa verifikasi,
rujukan kasus, investigasi, notifikasi, dan respon penanggulangan. Bentuk kegiatan verifikasi
dan investigasi adalah penyelidikan epidemiologi. Sedangkan, kegiatan respon
penanggulangan antara lain identifikasi dan pemantauan kontak, rujukan, komunikasi risiko dan
pemutusan rantai penularan.
Bila fasyankes menemukan orang yang memenuhi kriteria PDP maka perlu melakukan
kegiatan sebagai berikut :
A. Tatalaksana sesuai kondisi pasien :
 Gejala ringan: Isolasi diri di rumah
 Gejala sedang: Rujuk ke RS Darurat
 Gejala berat: Rujuk ke RS Rujukan (lihat Kepmenkes Nomor
HK.01.07/MENKES/169/2020 tentang Penetapan RS Rujukan Penanggulangan
Penyakit Infeksi Emerging Tertentu) dengan menggunakan ambulans penyakit infeksi
dengan menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
B. Memberikan komunikasi risiko mengenai penyakit COVID-19.
16
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
C. Fasyankes segera melaporkan dalam waktu ≤ 24 jam ke Dinkes Kab/Kota setempat.
Selanjutnya Dinkes Kab/Kota melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi yang kemudian
diteruskan ke Ditjen P2P melalui PHEOC. Menggunakan formulir laporan harian data kasus
COVID-19 (Lampiran 4).
D. Melakukan penyelidikan epidemiologi menggunakan formulir penyelidikan epidemiologi
(Lampiran 6), mengidentifikasi kontak erat menggunakan formulir (lampiran 12) dan
pemantauan kontak erat menggunakan formulir (Lampiran 2).
E. Dilakukan pengambilan spesimen berkoordinasi dengan Dinkes setempat untuk pengiriman
dengan menyertakan formulir pengiriman spesimen (Lampiran 7).
Bila memenuhi kriteria ODP maka dilakukan :
A. Tatalaksana sesuai kondisi pasien.
B. Komunikasi risiko mengenai penyakit COVID-19.
C. Pasien melakukan isolasi diri di rumah tetapi tetap dalam pemantauan petugas kesehatan
puskesmas berkoordinasi dengan Dinkes setempat menggunakan formulir (Lampiran 2).
D. Fasyankes segera melaporkan secara berjenjang dalam waktu ≤ 24 jam ke Dinkes
Kabupaten/Kota/Provinsi untuk selanjutnya dilaporkan ke PHEOC menggunakan formulir
(Lampiran 4 dan Lampiran 5).
E. Pengambilan spesimen di fasyankes atau lokasi pemantauan.
Bila kasus tidak memenuhi kriteria definisi operasional maka dilakukan :
A. Tatalaksana sesuai kondisi pasien.
B. Komunikasi risiko kepada pasien.
4.3.3. Pelacakan Kontak Erat / OTG
Tahapan pelacakan kontak erat terdiri dari 3 komponen utama yaitu identifikasi kontak ( contact
identification), pendataan kontak erat (contact listing) dan tindak lanjut kontak (contact follow
up).
A. Identifikasi Kontak
Identifikasi kontak merupakan bagian dari investigasi kasus. Jika ditemukan kasus COVID-
19 yang memenuhi kriteria kasus konfirmasi maka perlu segera untuk dilakukan identifikasi
kontak erat. Identifikasi kontak erat ini bisa berasal dari kasus yang masih hidup ataupun
yang sudah meninggal terutama untuk mencari penyebab kematian yang mungkin ada
kaitannya dengan COVID-19.
Informasi yang perlu dikumpulkan pada fase identifikasi kontak adalah orang yang
mempunyai kontak dengan kasus dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14
hari setelah kasus timbul gejala, yaitu :
a. Semua orang yang berada di lingkungan tertutup yang sama dengan kasus (rekan kerja,
satu rumah, sekolah, pertemuan).
b. Semua orang yang mengunjungi rumah kasus baik saat di rumah ataupun saat berada di
fasilitas layanan kesehatan.
c. Semua tempat dan orang yang dikunjungi oleh kasus seperti kerabat, spa dll.
17
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
d. Semua fasilitas layanan kesehatan yang dikunjungi kasus termasuk seluruh petugas
kesehatan yang berkontak dengan kasus tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD)
yang standar.
e. Semua orang yang berkontak dengan jenazah dari hari kematian sampai dengan
penguburan.
f. Semua orang yang bepergian bersama dengan segala jenis alat angkut/kendaraan
(kereta, angkutan umum, taxi, mobil pribadi, dan sebagainya).
Informasi terkait paparan ini harus selalu dilakukan pengecekan ulang untuk memastikan
konsistensi dan keakuratan data untuk memperlambat dan memutus penularan penyakit.
B. Pendataan Kontak Erat
Semua kontak erat yang telah diidentifikasi selanjutnya dilakukan wawancara secara lebih
detail dan mendata hal-hal berikut ini yaitu :
a. Identitas lengkap nama lengkap, usia, alamat lengkap, alamat kerja, nomer telepon,
nomer telepon keluarga, penyakit penyerta (komorbid), dan sebagainya sesuai dengan
formulir pelacakan kontak erat (lampiran 11).
b. Selanjutnya petugas harus juga menyampaikan kepada kontak erat
 Maksud dari upaya pelacakan kontak ini.
 Rencana monitoring harian yang akan dilakukan.
 Informasi untuk segera menghubungi fasilitas layanan kesehatan terdekat jika
muncul gejala dan bagaimana tindakan awal untuk mencegah penularan.
c. Berikan saran-saran berikut ini :
 Membatasi diri untuk tidak bepergian semaksimal mungkin atau kontak dengan
orang lain.
 Laporkan sesegera mungkin jika muncul gejala seperti batuk, pilek, sesak nafas,
dan gejala lainnya melalui kontak tim monitoring. Sampaikan bahwa semakin cepat
melaporkan maka akan semakin cepat mendapatkan tindakan untuk mencegah
perburukan.
C. Tindak Lanjut Kontak
a. Petugas surveilans yang telah melakukan kegiatan identifikasi kontak dan pendataan
kontak akan mengumpulkan tim baik dari petugas puskesmas setempat, kader,
relawan dari PMI dan pihak-pihak lain terkait. Pastikan petugas yang memantau dalam
kondisi fit dan tidak memiliki penyakit komorbid. Alokasikan satu hari untuk
menjelaskan cara melakukan monitoring, mengenali gejala, tindakan observasi rumah,
penggunaan APD dan tindakan pencegahan penularan penyakit lain serta promosi
kesehatan untuk masyarakat di lingkungan.
b. Komunikasi risiko harus secara pararel disampaikan kepada masyarakat untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti munculnya stigma dan diskriminasi
akibat ketidaktahuan.

18
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
c. Petugas surveilans provinsi bertindak sebagai supervisor bagi petugas surveilans
kab/kota. Petugas surveilans kab/kota bertindak sebagai supervisor untuk petugas
puskesmas.
d. Laporan dilaporkan setiap hari untuk menginformasikan perkembangan dan kondisi
terakhir dari kontak erat.
e. Setiap petugas harus memiliki pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19
yang didalamnya sudah tertuang pelacakan kontak dan tindakan yang harus dilakukan
jika kontak erat muncul gejala. Petugas juga harus proaktif memantau dirinya sendiri.
D. Seluruh kegiatan tatalaksana kontak ini harus dilakukan dengan penuh empati kepada
kontak erat, menjelaskan dengan baik, dan tunjukkan bahwa kegiatan ini adalah untuk
kebaikan kontak erat serta mencegah penularan kepada orang-orang terdekat (keluarga,
saudara, teman dan sebagainya). Diharapkan tim promosi kesehatan juga berperan dalam
memberikan edukasi dan informasi yang benar kepada masyarakat.
4.3.4. Pencatatan Dan Pelaporan
Data penemuan kasus PDP, ODP, OTG COVID-19 yang dicatat dan dilaporkan sesuai dengan
format dalam lampiran termasuk jika tidak ditemukan kasus (zero reporting). Formulir yang
digunakan oleh rumah sakit atau klinik adalah :
A. Formulir pemantauan (Lampiran 2 dan Lampiran 3).
B. Formulir laporan harian penemuan kasus Konfirmasi, PDP, ODP dan OTG (Lampiran 4 dan
Lampiran 5) yang dilaporkan setiap hari kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas
Kesehatan Kab/Kota setempat.
C. Formulir pengambilan dan pengiriman spesimen (Lampiran 7).
Selain formulir untuk kasus, formulir pemantauan kontak erat juga harus dilengkapi. Pelaporan
harian dilaporkan setiap hari oleh Fasyankes ke Dinkes setempat secara berjenjang hingga
sampai kepada Ditjen P2P dengan tembusan PHEOC.

4.4. Memastikan Triase, Identifikasi Awal dan Pengendalian Sumber


Infeksi COVID-19 dapat menyebabkan gejala ISPA ringan sampai berat bahkan sampai terjadi
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik. Deteksi dini manifestasi klinis
akan menentukan waktu yang tepat penerapan tatalaksana dan PPI. Pasien dengan gejala ringan, rawat
inap tidak diperlukan kecuali ada kekhawatiran untuk perburukan yang cepat sesuai dengan
pertimbangan medis. Pertimbangkan COVID-19 sebagai etiologi ISPA berat. Semua pasien yang pulang
ke rumah harus memeriksakan diri ke rumah sakit jika mengalami perburukan. Manifestasi klinis yang
berhubungan dengan infeksi COVID-19 :
A. Uncomplicated illness : Pasien dengan gejala non-spesifik seperti demam, batuk, nyeri tenggorokan,
hidung tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot. Perlu waspada pada usia lanjut dan
imunocompromised karena gejala dan tanda tidak khas.
B. Pneumonia ringan : Pasien dengan pneumonia dan tidak ada tanda pneumonia berat.Anak dengan
pneumonia ringan mengalami batuk atau kesulitan bernapas + napas cepat: frekuensi napas: <2
19
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
bulan, ≥60x/menit; 2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit dan tidak ada tanda pneumonia
berat.
C. Pneumonia berat / ISPA berat : Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam
pengawasan infeksi saluran napas, ditambah satu dari: frekuensi napas >30 x/menit, distress
pernapasan berat, atau saturasi oksigen (SpO2) <90% pada udara kamar. Pasien anak dengan
batuk atau kesulitan bernapas, ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
 Sianosis sentral atau SpO2 <90%;
 Distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan dinding dada yang berat);
 Tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau minum, letargi atau penurunan
kesadaran, atau kejang.
Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada, takipnea :<2 bulan, ≥60x/menit; 2–11 bulan,
≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit;>5 tahun, ≥30x/menit. Diagnosis ini berdasarkan klinis;
pencitraan dada yang dapat menyingkirkan komplikasi.
D. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) : Onset, baru terjadi atau perburukan dalam waktu
satu minggu. Pencitraan dada (CT scan toraks, atau ultrasonografi paru): opasitas bilateral, efusi
pluera yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, kolaps paru, kolaps lobus atau nodul. Penyebab
edema: gagal napas yang bukan akibat gagal jantung atau kelebihan cairan. Perlu pemeriksaan
objektif (seperti ekokardiografi) untuk menyingkirkan bahwa penyebab edema bukan akibat
hidrostatik jika tidak ditemukan faktor risiko.
E. Sepsis : Pasien dewasa: Disfungsi organ yang mengancam nyawa disebabkan oleh disregulasi
respon tubuh terhadap dugaan atau terbukti infeksi*. Tanda disfungsi organ meliputi : perubahan
status mental/kesadaran, sesak napas, saturasi oksigen rendah, urin output menurun, denyut
jantung cepat, nadi lemah, ekstremitas dingin atau tekanan darah rendah, ptekie/purpura/mottled
skin, atau hasil laboratorium menunjukkan koagulopati, trombositopenia, asidosis, laktat yang tinggi,
hiperbilirubinemia. Pasien anak: terhadap dugaan atau terbukti infeksi dan kriteria systemic
inflammatory response syndrome (SIRS) ≥2, dan disertai salah satu dari: suhu tubuh abnormal atau
jumlah sel darah putih abnormal.
F. Syok Septik : Pasien dewasa: hipotensi yang menetap meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan
dan membutuhkan vasopresor untuk mempertahankan mean arterial pressure (MAP) ≥65 mmHg
dan kadar laktat serum> 2 mmol/L. Pasien anak: hipotensi (TDS < persentil 5 atau >2 SD di bawah
normal usia) atau terdapat 2-3 gejala dan tanda berikut: perubahan status mental/kesadaran;
takikardia atau bradikardia (HR <90 x/menit atau >160 x/menit pada bayi dan HR <70x/menit atau
>150 x/menit pada anak); waktu pengisian kembali kapiler yang memanjang (>2 detik) atau
vasodilatasi hangat dengan bounding pulse; takipnea; mottled skin atau ruam petekie atau purpura;
peningkatan laktat; oliguria; hipertermia atau hipotermia.
4.4.1. Tatalaksana Pasien Sakit Yang Meminta Pertolongan
Penggunaan triase klinis di fasilitas layanan kesehatan untuk tujuan identifikasi dini pasien
yang mengalami infeksi pernapasan akut (ARI) untuk mencegah transmisi patogen ke tenaga
kesehatan dan pasien lain. Proses triase antara lain :
20
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
a. Triase 1
Hal yang perlu diperhatikan dalam tahap Triase 1 adalah :
 Cegah area terlalu penuh (overcrowding).
 Lakukan triase cepat.
 Tempatkan pasien Infeksi Pernapasan Akut (ARI) di area tinggu khusus yang memiliki
ventilasi yang cukup.
 Selain langkah pencegahan standar, terapkan langkah pencegahan percikan (droplet)
dan kontak (jika ada kontak jarak dekat dengan pasien atau peralatan permukaan /
material terkontaminasi).
 Anjurkan pada pasien yang memiliki gejala / keluhan pernapasan untuk melakukan
kebersihan tangan, menggunakan masker dan menjalankan kebersihan pernapasan
(etika batuk bersin).
b. Triase 2
Hal yang perlu diperhatikan dalam tahap Triase 2 adalah :
 Siapkan formulir berisi daftar pertanyaan skrining.
 Pasang algoritma untuk triase dengan jelas.
 Siapkan berkas-berkas untuk dokumentasi.
 Persiapkan alat dan pasang poster kebersihan tangan dan kebersihan pernapasan.
 Persiapkan dan gunakan termometer inframerah.
 Siapkan tong sampah dan akses pembersihan / disinfeksi.
 Pasang petunjuk-petunjuk di area umum berisi pertanyaan-pertanyaan skrining sindrom
agar pasien memberi tahu tenaga kesehatan.
c. Triase 3
Persiapkan area selama Triase 2 sebagai berikut :
 Pastikan ada ruang yang cukup untuk triase (pastikan jarak setidaknya 1 meter antara
staf skrining dan pasien / staf yang masuk.
 Sediakan pembersih tangan alkohol dan masker (serta sarung tangan medis, pelindung
mata dan jubah untuk digunakan sesuai penilaian risiko).
 Kursi pasien di ruang tunggu harus terpisah jarak setidaknya 1 meter.
 Pastikan agar alur gerak pasien dan staf tetap satu arah.
 Petunjuk-petunjuk jelas tentang gejala dan arah.
 Anggota keluarga harus menunggu di luar area triase, untuk mencegah area triase terlalu
penuh.
4.4.2. Penempatan Pasien di Rumah Sakit
Hal minimal yang perlu diperhatikan dalam menempatkan pasien di rumah sakit adalah :
a. Jangan menerima pasien berisiko rendah tanpa komplikasi tanda dan gejala pernapasan
yang menunjukkan infeksi dan tanpa penyakit yang mendasari.
b. Kelompokkan pasien dengan diagnosis sama di satu area.
21
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
c. Pasien suspek jangan ditempatkan di area yang sama dengan yang terkonfirmasi.
d. Tempatkan pasien-pasien ARI yang mengkhawatirkan di satu ruang berventilasi baik, jika
memungkinkan.
e. Tugaskan tenaga kesehatan berpengalaman PPI dan wabah.
4.5. Menerapkan Langkah-langkah Pencegahan Tambahan Untuk Kasus-kasus COVID-19
Berdasarkan bukti yang tersedia, COVID-19 ditularkan melalui kontak dekat dan droplet, bukan melalui
transmisi udara. Orang-orang yang paling berisiko terinfeksi adalah mereka yang berhubungan dekat
dengan pasien COVID-19 atau yang merawat pasien COVID-19. Tindakan pencegahan dan mitigasi
merupakan kunci penerapan di pelayanan kesehatan dan masyarakat. Langkah-langkah umum
pencegahan yang paling efektif di masyarakat meliputi:
a. Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan tidak terlihat kotor atau cuci
tangan dengan sabun jika tangan terlihat kotor;
b. Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut;
c. Terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut dengan lengan atas bagian
dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke tempat sampah;
d. Pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan melakukan kebersihan tangan setelah
membuang masker;
e. Menjaga jarak (minimal 1 meter) dari orang yang mengalami gejala gangguan pernapasan.
4.5.1. Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Berkaitan dengan Pelayanan Kesehatan
Strategi-strategi PPI untuk mencegah atau membatasi penularan di tempat layanan kesehatan
meliputi :
A. Menjalankan langkah-langkah pencegahan standar untuk semua pasien
Kewaspadaan standar harus selalu diterapkan di semua fasilitas pelayanan kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi semua pasien dan mengurangi
risiko infeksi lebih lanjut. Kewaspadaan standar meliputi :
 Kebersihan tangan dan pernapasan.
 Penggunaan APD sesuai risiko.
 Pencegahan luka akibat benda tajam dan jarum suntik.
 Pengelolaan limbah yang aman.
 Pembersihan lingkungan, sterilisasi linen dan peralatan perawatan pasien.
B. Memastikan identifikasi awal dan pengendalian sumber
Penggunaan triase klinis di fasilitas layanan kesehatan untuk tujuan identifikasi dini pasien
yang mengalami ISPA untuk mencegah transmisi patogen ke tenaga kesehatan dan pasien
lain. Dalam rangka memastikan identifikasi awal pasien, fasyankes perlu memperhatikan:
daftar pertanyaan skrining, mendorong petugas kesehatan untuk memiliki tingkat
kecurigaan klinis yang tinggi, pasang petunjuk-petunjuk di area umum berisi pertanyaan-
pertanyaan skrining sindrom agar pasien memberi tahu tenaga kesehatan, algoritma untuk
triase, media KIE mengenai kebersihan pernapasan. Tempatkan pasien ISPA di area
tunggu khusus yang memiliki ventilasi yang cukup Selain langkah pencegahan standar,
22
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
terapkan langkah pencegahan percikan (droplet) dan langkah pencegahan kontak (jika ada
kontak jarak dekat dengan pasien atau peralatan permukaan/material terkontaminasi). Area
selama triase perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Pastikan ada ruang yang cukup untuk triase (pastikan ada jarak setidaknya 1 meter
antara staf skrining dan pasien/staf yang masuk.
 Sediakan pembersih tangan alkohol dan masker (serta sarung tangan medis, pelindung
mata dan jubah untuk digunakan sesuai penilaian risiko).
 Kursi pasien di ruang tunggu harus terpisah jarak setidaknya 1 meter.
 Pastikan agar alur gerak pasien dan staf tetap satu arah.
 Petunjuk-petunjuk jelas tentang gejala dan arah.
 Anggota keluarga harus menunggu di luar area triase-mencegah area triase menjadi
terlalu penuh.
C. Menerapkan pengendalian administratif
Kegiatan ini merupakan prioritas pertama dari strategi PPI, meliputi penyediaan kebijakan
infrastruktur dan prosedur dalam mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan infeksi
selama perawatan kesehatan. Kegiatan akan efektif bila dilakukan mulai dari antisipasi alur
pasien sejak saat pertama kali datang sampai keluar dari sarana pelayanan.
Pengendalian administratif dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan meliputi penyediaan
infrastruktur dan kegiatan PPI yang berkesinambungan, pembekalan pengetahuan petugas
kesehatan, mencegah kepadatan pengunjung di ruang tunggu, menyediakan ruang tunggu
khusus untuk orang sakit dan penempatan pasien rawat inap, mengorganisir pelayanan
kesehatan agar persedian perbekalan digunakan dengan benar, prosedur–prosedur dan
kebijakan semua aspek kesehatan kerja dengan penekanan pada surveilans ISPA diantara
petugas kesehatan dan pentingnya segera mencari pelayanan medis, dan pemantauan
kepatuhan disertai dengan mekanisme perbaikan yang diperlukan.
Langkah penting dalam pengendalian administratif, meliputi identifikasi dini pasien dengan
ISPA/ILI baik ringan maupun berat, diikuti dengan penerapan tindakan pencegahan yang
cepat dan tepat, serta pelaksanaan pengendalian sumber infeksi. Untuk identifikasi awal
semua pasien ISPA digunakan triase klinis. Pasien ISPA yang diidentifikasi harus
ditempatkan di area terpisah dari pasien lain, dan segera lakukan kewaspadaan tambahan.
Aspek klinis dan epidemiologi pasien harus segera dievaluasi dan penyelidikan harus
dilengkapi dengan evaluasi laboratorium.
D. Menggunakan pengendalian lingkungan dan rekayasa
Kegiatan ini dilakukan termasuk di infrastruktur sarana pelayanan kesehatan dasar dan di
rumah tangga yang merawat pasien dengan gejala ringan dan tidak membutuhkan
perawatan di RS. Kegiatan pengendalian ini ditujukan untuk memastikan bahwa ventilasi
lingkungan cukup memadai di semua area didalam fasilitas pelayanan kesehatan serta di
rumah tangga, serta kebersihan lingkungan yang memadai. Harus dijaga jarak minimal 1
meter antara setiap pasien dan pasien lain, termasuk dengan petugas kesehatan (bila tidak
23
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
menggunakan APD). Kedua kegiatan pengendalian ini dapat membantu mengurangi
penyebaran beberapa patogen selama pemberian pelayanan kesehatan.
E. Menerapkan langkah-langkah pencegahan empiris atas kasus pasien dalam pengawasan
dan konfirmasi COVID-19
a. Kewaspadaan Kontak dan Droplet
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai kewaspadaan kontak dan droplet adalah :
 Batasi jumlah petugas kesehatan memasuki kamar pasien COVID-19 jika tidak
terlibat dalam perawatan langsung. Pertimbangkan kegiatan gabungan (misal
periksa tanda-tanda vital bersama dengan pemberian obat atau mengantarkan
makanan bersamaan melakukan perawatan lain).
 Idealnya pengunjung tidak akan diizinkan tetapi jika ini tidak memungkinkan. batasi
jumlah pengunjung yang melakukan kontak dengan suspek atau konfirmasi
terinfeksi COVID-19 dan batasi waktu kunjungan. Berikan instruksi yang jelas
tentang cara memakai dan melepas APD dan kebersihan tangan untuk
memastikan pengunjung menghindari kontaminasi diri.
 Tunjuk tim petugas kesehatan terampil khusus yang akan memberi perawatan
kepada pasien terutama kasus konfirmasi untuk menjaga kesinambungan
pencegahan dan pengendalian serta mengurangi peluang ketidakpatuhan
menjalankannya yang dapat mengakibatkan tidak adekuatnya perlindungan
terhadap pajanan.
 Tempatkan pasien pada kamar tunggal. Ruang bangsal umum berventilasi alami
ini dipertimbangkan 160 L / detik / pasien. Bila tidak tersedia kamar untuk satu
orang, tempatkan pasien-pasien dengan diagnosis yang sama di kamar yang
sama. Jika hal ini tidak mungkin dilakukan, tempatkan tempat tidur pasien terpisah
jarak minimal 1 meter.
 Jika memungkinkan, gunakan peralatan sekali pakai atau yang dikhususkan untuk
pasien tertentu (misalnya stetoskop, manset tekanan darah dan termometer). Jika
peralatan harus digunakan untuk lebih dari satu pasien, maka sebelum dan
sesudah digunakan peralatan harus dibersihkan dan disinfeksi (misal etil alkohol
70%).
 Petugas kesehatan harus menahan diri agar tidak menyentuh/menggosok–gosok
mata, hidung atau mulut dengan sarung tangan yang berpotensi tercemar atau
dengan tangan telanjang.
 Hindari membawa dan memindahkan pasien keluar dari ruangan atau daerah
isolasi kecuali diperlukan secara medis. Hal ini dapat dilakukan dengan mudah bila
menggunakan peralatan X-ray dan peralatan diagnostik portabel penting lainnya.
Jika diperlukan membawa pasien, gunakan rute yang dapat meminimalisir pajanan
terhadap petugas, pasien lain dan pengunjung.

24
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
 Pastikan bahwa petugas kesehatan yang membawa/mengangkut pasien harus
memakai APD yang sesuai dengan antisipasi potensi pajanan dan membersihkan
tangan sesudah melakukannya.
 Memberi tahu daerah/unit penerima agar dapat menyiapkan kewaspadaan
pengendalian infeksi sebelum kedatangan pasien.
 Bersihkan dan disinfeksi permukaan peralatan (misalnya tempat tidur) yang
bersentuhan dengan pasien setelah digunakan.
 Semua orang yang masuk kamar pasien (termasuk pengunjung) harus dicatat
(untuk tujuan penelusuran kontak).
 Ketika melakukan prosedur yang berisiko terjadi percikan ke wajah dan/atau
badan, maka pemakaian APD harus ditambah dengan: masker bedah dan
pelindung mata/ kacamata, atau pelindung wajah; gaun dan sarung tangan.
b. Kewaspadaan Airborne pada Prosedur yang Menimbulkan Aerosol
Suatu prosedur/tindakan yang menimbulkan aerosol didefinisikan sebagai tindakan
medis yang dapat menghasilkan aerosol dalam berbagai ukuran, termasuk partikel
kecil (<5 mkm). Tindakan kewaspadaan harus dilakukan saat melakukan prosedur
yang menghasilkan aerosol dan mungkin berhubungan dengan peningkatan risiko
penularan infeksi, seperti intubasi trakea, ventilasi non invasive, trakeostomi,
resusistasi jantung paru, venitilasi manual sebelum intubasi dan bronkoskopi.
4.5.2. Langkah Pencegahan Tambahan
Langkah pencegahan tambahan antara lain :
a. Langkah pencegahan standar.
b. Akomodasi / isolasi khusus (seperti ruangan tunggal, jarak antar tempat tidur, toilet terpisah,
dan lainnya).
c. Petunjuk-petunjuk umum / akses.
d. APD (Alat Pelindung Diri).
e. Peralatan khusus dan pembersihan tambahan.
f. Batasi pemindahan.
g. Komunikasi (antar petugas, dengan dinas kesehatan, dan lainnya).
4.5.3. Langkah Pencegahan Tambahan Didasarkan Pada Cara Transmisi
Langkah pencegahan tambahan didasarkan pada cara transmisi, seperti :
a. Cara Langsung
 Kontak langsung, kontak langsung terjadi melalui sentuhan; sesorang dapat
mentransmisikan mikroorganisme kepada orang lain melalui sentuhan kulit atau dengan
permukaan, tanah atau tumbuhan.
 Penyebaran percikan (droplet), Penyebaran percikan berarti penyemburan aerosol
relatif besar dalam jarak dekat yang dihasilkan oleh bersin, batuk.
b. Cara Tidak Langsung

25
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
Transmisi tidak langsung berarti perpindahan agen infeksi dari reservoir ke penjamu yang
dapat melalui :
 Transmisi udara, terjadi ketika agen infeksi terbawa nukleus debu atau percikan yang
melayang di udara.
 Kendaraan (vehicle), dapat secara tidak langsung mentransmisikan agen infeksi.
 Vektor, dapat membawa agen infeksi atau menyokong pertumbuhan atau perubahan
agen.
4.5.4. Pasien Suspek Atau Terkonfirmasi COVID-19
Pada pasien suspek atau terkonfirmasi COVID-19 maka harus diperhatikan tambahan
informasi sebagai berikut :
a. Lakukan langkah-langkah pencegahan kontak dan percikan untuk semua pasien suspek
dan terkonfirmasi COVID-19.
b. Langkah pencegahan transmisi udara dianjurkan hanya untuk prosedur yang menghasilkan
aerosol.
c. Tempatkan semua pasien penyakit pernapasan di ruangan tunggal atau berjarak minimal 1
meter dari pasien lain waktu menunggu ruangan.
d. Harus ada tim tenaga kesehatan yang khusus merawat pasien suspek.
e. Tenaga kesehatan wajib menggunakan APD (masker medis, sarung tangan, pelindung mata
/ wajah, jubah).
f. Laksanakan secara konsisten kebersihan tangan WHO serta sebelum dan setelah melepas
APD.
g. Jika memungkinkan peralatan hanya digunakan sekali, khusus satu pasien dan didisinfeksi
sebelum digunakan kembali,
h. Hindari memindahkan kasus suspek atau terkonfirmasi, pastikan pasien menggunakan
masker dan tenaga kesehatan menggunakan APD yang sesuai.
i. Pembersihan rutin lingkungan sangat penting.
j. Batasi jumlah tenaga kesehatan, pengunjung dan anggota keluarga kontak dengan pasien.
Semua yang kontak dengan pasien wajib menggunakan APD.
k. Semua orang yang masuk kamar pasien (termasuk pengunjung) harus dicatat (untuk
penelusuran kontak).
l. Langkah-langkah pencegahan harus tetap dijalankan hingga gejala hilang.
4.5.5. Layanan Rawat Jalan
Langkah-langkah berikut perlu diambil, antara lain :
a. Triase dan identifikasi awal.
b. Skrining sindrom dilakukan di klinik.
c. Menekankan kebersihan tangan, kebersihan pernapasan dan masker medis untuk pasien
bergejala pernapasan.
d. Tempatkan pasien diruangan terpisah atau jauh dari pasien lain di ruang tunggu dan pakai
masker.
26
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
e. Pastikan area tunggu berjarak 1 meter bagi pasien bergejala pernapasan.
f. Prioritaskan perawatan pada pasien bergejala pernapasan.
g. Jelaskan dan beri edukasi kepada pasien dan keluarga tentang identifikasi awal / tanda
gejala, langkah-langkah pencegahan dasar, fasilitas layanan kesehatan yang harus dirujuk.

4.6. Tata Kelola Rapid Test dan Pemeriksaan Kesehatan


Penanganan COVID-19 di Indonesia menggunakan Rapid Test Antibodi dan/atau Rapid Test Antigen
pada OTG/kasus kontak dari pasien konfirmasi COVID-19. Rapid Test Antibodi/ Rapid Test Antigen
dapat juga digunakan untuk deteksi kasus ODP dan PDP pada wilayah yang tidak mempunyai fasilitas
untuk pemeriksaan RT-PCR atau tidak mempunyai media pengambilan spesimen (Swab dan VTM).
Pemeriksaan Rapid Test Antibodi dan/atau Rapid Test Antigen hanya merupakan screening awal, hasil
pemeriksaan Rapid Test Antibodi dan/atau Rapid Test Antigen harus tetap dikonfirmasi dengan
menggunakan RT-PCR.
a. Rapid Test Antibodi
Spesimen yang diperlukan untuk pemeriksaan ini adalah darah. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
pada komunitas (masyarakat).
b. Rapid Test Antigen
Spesimen yang diperlukan untuk pemeriksaan ini adalah Swab orofaring/ Swab nasofaring.
Pemeriksaan ini dilakukan di fasyankes yang memiliki fasilitas biosafety cabinet.
Di fasilitas kesehatan, pasien akan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Kelompok OTG
Kelompok pertama merupakan orang yang tidak memilki gejala, namun memiliki riwayat kontak erat
dengan orang yang positif COVID-19 yang disebut Orang Tanpa Gejala (OTG). Kelompok ini akan
melalui pemeriksaan RT antibodi, jika pemeriksaan pertama menunjukkan hasil :
 Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah karantina mandiri dengan menerapkan PHBS dan
physical distancing; pemeriksaan ulang pada hari ke 10 (sepuluh). Jika hasil pemeriksaan ulang
positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 (dua) kali selama 2 (dua)
hari berturut-turut, apabila tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR.
 Positif, tatalaksana selanjutnya adalah karantina mandiri dengan menerapkan PHBS dan
physical distancing; Pada kelompok ini juga akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR
sebanyak 2 (dua) kali selama 2 (dua) hari berturut-turut, apabila tersedia fasilitas pemeriksaan
RT PCR.
b. Kelompok ODP
Kelompok kedua merupakan orang yang terklasifikasi sebagai Orang Dalam Pemantauan (ODP).
Kelompok ini akan melalui pemeriksaan RT antibodi dan jika pemeriksaan pertama menunjukkan
hasil:
 Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah dengan menerapkan PHBS dan
physical distancing; pemeriksaan ulang pada hari ke 10 (sepuluh). Jika hasil pemeriksaan ulang

27
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 (dua) kali selama 2 (dua)
hari berturut-turut, apabila tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR.
 Positif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah dengan menerapkan PHBS dan
physical distancing; Pada kelompok ini juga akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR
sebanyak 2 (dua) kali selama 2 (dua) hari berturut-turut, apabila tersedia fasilitas pemeriksaan
RT PCR.
c. Kelompok PDP
Kelompok ketiga merupakan orang yang terklasifikasi sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
Kelompok ini akan melalui pemeriksaan RT antibodi dan jika pemeriksaan pertama menunjukkan
hasil:
 Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri rumah dengan menerapkan PHBS dan
physical distancing; pemeriksaan ulang pada hari ke 10 (sepuluh). Jika hasil pemeriksaan ulang
positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 (dua) kali selama 2 (dua)
hari berturut-turut. Apabila mengalami perburukan gejala, lakukan perawatan di RS.
 Positif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah (gejala ringan), isolasi di RS darurat
(gejala sedang), atau isolasi di RS rujukan (gejala berat); Pada kelompok ini juga akan
dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 (dua) kali selama 2 (dua) hari berturut-
turut.

4.7. Pengelolaan Spesimen dan Laboratorium


Hasil tes pemeriksaan negatif pada spesimen tunggal, terutama jika spesimen berasal dari saluran
pernapasan atas, belum tentu mengindikasikan ketiadaan infeksi. Oleh karena itu harus dilakukan
pengulangan pengambilan dan pengujian spesimen. Spesimen saluran pernapasan bagian bawah
(lower respiratory tract) sangat direkomendasikan pada pasien dengan gejala klinis yang parah atau
progresif. Adanya patogen lain yang positif tidak menutup kemungkinan adanya infeksi COVID-19,
karena sejauh ini peran koinfeksi belum diketahui. Pengambilan spesimen PDP dan ODP untuk
pemeriksaan RT PCR dilakukan sebanyak dua kali berturut-turut serta bila terjadi kondisi perburukan.
Pengambilan spesimen OTG untuk pemeriksaan RT PCR dilakukan pada hari ke-1 dan ke-14.
4.7.1. Jenis Spesimen
Jenis spesimen yang diambil adalah :
Jenis Spesimen Bahan Suhu Penyimpanan Keterangan
Pengambilan Pengiriman
Usap Swab Dacron atau 4oC ≤5 hari: 4 °C Wajib diambil.
Nasopharing Flocked Swab + >5 hari: -70 °C Kedua Swab harus
atau Orofaring Virus Transport ditempatkan di tabung
Medium (VTM) yang sama untuk
meningkatkan viral
load.
Sputum Kontainer Steril 4oC ≤48 jam: 4 °C Wajib diambil.
>48 jam: –70 °C Pastikan Sputum
berasal dari Saluran

28
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
Pernapasan bawah
(BUKAN Liur).
Bronchoalveolar Kontainer Steril 4oC ≤48 jam: 4 °C Wajib bila
Lavage >48 jam: –70 °C memungkinkan.
Tracheal Kontainer Steril 4oC ≤48 jam: 4 °C Wajib bila
aspirate, >48 jam: –70 °C memungkinkan.
Nasopharyngeal
aspirate atau
nasal wash
Jaringan biopsi Kontainer Steril + 4oC ≤24 jam: 4 °C
atau autopsi Saline >24 jam: –70 °C
termasuk dari
paru-paru.
Serum (2 Serum separator 4oC ≤5 hari: 4 °C Wajib diambil.
sampel yaitu tubes (Dewasa 3- >5 hari: -70 °C Pengambilan 2
akut dan 5 ml whole Blood) Sampel :
konvalesen)  Akut-minggu
UNTUK pertama saat sakit
SEROLOGI  Konvalesen- 2 s.d.
3 minggu
setelahnya

4.7.2. Pengambilan Spesimen


Sebelum kegiatan pengambilan spesimen dilaksanakan, harus memperhatikan universal
precaution atau kewaspadaan universal untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari
pasien ke paramedis maupun lingkungan sekitar. Hal tersebut meliputi :
a. Selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun/desinfektan SEBELUM dan SESUDAH
tindakan.
b. Menggunakan APD. Melihat situasi saat ini, mekanisme penularan masih dalam investigasi
maka APD yang digunakan untuk pengambilan spesimen adalah APD lengkap dengan
menggunakan masker minimal N95.
4.7.3. Pengepakan Spesimen
Spesimen dikonfirmasi harus dilakukan tatalaksana sebagai UN3373, "Substansi Biologis,
Kategori B", ketika akan diangkut/ditransportasikan dengan tujuan diagnostik atau investigasi.
Semua spesimen harus dikemas untuk mencegah kerusakan dan tumpahan. Adapun sistem
yang digunakan adalah dengan menggunakan tiga lapis (Three Layer Pacakging) sesuai
dengan pedoman dari WHO dan International Air Transport Association (IATA). Spesimen dari
pasien yang diduga novel coronavirus, harus disimpan dan dikirim pada suhu yang. Spesimen
harus tiba di laboratorium segera setelah pengambilan. Penanganan spesimen dengan tepat
saat pengiriman adalah hal yang sangat penting. Sangat disarankan agar pada saat pengiriman
spesimen tersebut ditempatkan di dalam cool box dengan kondisi suhu 2-8 0C atau bila
diperkirakan lama pengiriman lebih dari tiga hari spesimen dikirim dengan menggunakan es
kering (dry ice).
4.7.4. Pengiriman Spesimen
29
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
Pengiriman spesimen ODP, dan PDP dilakukan oleh petugas Dinas Kesehatan dengan
menyertakan formulir pemeriksaan spesimen pasien dalam pengawasan/orang dalam
pemantauan (Lampiran 7). Sedangkan pengiriman spesimen OTG harus menyertakan salinan
formulir pemantauan harian (Lampiran 2). Pengiriman spesimen ditujukan ke laboratorium
pemeriksa sesuai dengan wilayah kerja berdasarkan KMK Nomor: HK.01.07/MENKES/214/2020
tentang Jejaring Laboratorium Pemeriksaan COVID-19. Pengiriman spesimen ke Laboratorium
pemeriksa dapat dilakukan menggunakan jasa kurir door to door. Pada kondisi yang
memerlukan pengiriman port to port, petugas Dinas Kesehatan dapat berkoordinasi dengan
petugas KKP setempat dan Laboratorium pemeriksa. Pengiriman spesimen sebaiknya dilakukan
paling lama 1x24 jam.
4.7.5. Konfirmasi Laboratorium
Spesimen yang tiba di laboratorium pemeriksa, akan segera diproses untuk dilakukan pengujian.
Pengujian laboratorium dari spesimen OTG, ODP, dan PDP dilakukan dengan menggunakan
metode RT-PCR. Laboratorium pemeriksa menginformasikan hasil pengujian positif dan negatif
kepada fasyankes pengirim, Dinas Kesehatan terkait, Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar
Kesehatan Balitbangkes Kementerian Kesehatan selaku Laboratorium rujukan nasional dengan
tembusan PHEOC Ditjen P2P. Masing-masing penerima laporan menindaklanjuti sesuai
peraturan yang berlaku. Laboratorium pemeriksa mengirimkan seluruh spesimen untuk
melakukan uji validitas ke Laboratorium rujukan nasional dengan segera tanpa menunggu hasil
pemeriksaan. Jika hasil pemeriksaan laboratorium positif, Dirjen P2P selaku National Focal
Point IHR memberikan notifikasi ke WHO dalam 1x24 jam.
Alamat komunikasi PHEOC Ditjen P2P
Telp: 0877-7759-1097
Whatsapp: 0878-0678-3906
Email: poskoklb@yahoo.com

4.8. Tata Kelola Pasien Di Rumah Sakit


4.8.1. Tatalaksana Pengobatan Pasien COVID-19
Pasien dengan hasil pemeriksaan RT antibodi positif yang dirawat di Rumah Sakit akan
diberikan obat, sampai hasil pemeriksaan spesifik terbukti negatif. Obat yang diberikan sebagai
berikut :
1. Antibiotik empiris
a. Makrolide yaitu, azitromicin 1x500 mg selama 5-7 hari atau,
b. Fluoroquinolone yaitu, Levofloxacin 1x750mg selama 7 hari
2. Antivirus
3. Vitamin C dosis tinggi selama 14 hari
4. Chloroquine phosphate dapat ditambahkan pada pasien dengan kondisi berat
5. Terapi simptomatik sesuai dengan gejala
6. Hepatoprotektor bila SGOT dan SGPT meningkat
30
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
7. Obat-obat lain sesuai penyakit penyerta
Pasien dengan hasil pemeriksaan positif yang dirawat di rumah dan di fasilitas khusus/ RS
darurat maka obat diberikan secara oral. Dilarang menggunakan kortikosteroid, kecuali pada
kasus dengan komorbid tertentu. Untuk pasien anak dosis obat disesuaikan.
4.8.2. Tatalaksana Pasien di Rumah Sakit Rujukan
a. Terapi suportif dini dan pemantauan
 Berikan terapi suplementasi oksigen segera pada pasien ISPA berat dan distress
pernapasan, hipoksemia, atau syok.
 Gunakan manajemen cairan konservatif pada pasien dengan ISPA berat tanpa syok.
 Pemberian antibiotik empirik berdasarkan kemungkinan etiologi. Pada kasus sepsis
(termasuk dalam pengawasan COVID-19) berikan antibiotik empirik yang tepat
secepatnya dalam waktu 1 jam.
 Jangan memberikan kortikosteroid sistemik secara rutin untuk pengobatan pneumonia
karena virus atau ARDS di luar uji klinis kecuali terdapat alasan lain.
 Lakukan pemantauan ketat pasien dengan gejala klinis yang mengalami perburukan
seperti gagal napas, sepsis dan lakukan intervensi perawatan suportif secepat
mungkin.
 Pahami pasien yang memiliki komorbid untuk menyesuaikan pengobatan dan penilaian
prognosisnya.
 Tatalaksana pada pasien hamil, dilakukan terapi suportif dan penyesuaian dengan
fisiologi kehamilan.
b. Pengumpulan spesimen untuk diagnosis laboratorium
Pasien konfirmasi COVID-19 (pemeriksaan hari ke-1 dan ke-2 positif) dengan perbaikan
klinis dapat keluar dari RS apabila hasil pemeriksaan Real Time-Polymerase Chain
Reaction (RT-PCR) dua hari berturut-turut menunjukkan hasil negatif. Apabila tidak
tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR, pasien dengan perbaikan klinis dapat dipulangkan
dengan edukasi untuk tetap melakukan isolasi diri di rumah selama 14 hari.
c. Pengobatan spesifik anti COVID-19
Sampai saat ini tidak ada pengobatan spesifik anti-COVID-19 untuk pasien dalam
pengawasan atau konfirmasi COVID-19.
4.8.3. Indikasi Pasien yang Memerlukan Ventilator Mekanik
Pada prinsipnya seluruh pasien yang masuk di Rumah Sakit Rujukan adalah PDP yang
memenuhi kriteria salah satu sebagai berikut :
a. Gagal napas berdasarkan pemeriksaan Analisis Gas Darah.
b. Apabila tidak bisa dilakukan analisis gas darah, saturasi oksigen <90%.
c. Penurunan kesadaran.
d. Tanda- tanda sepsis atau sepsis.
4.8.4. Syarat Pemulangan Pasien COVID-19

31
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
Pasien yang dirawat dengan diagnosa infeksi COVID-19 dapat dipulangkan apabila hasil
pemeriksaan PCR negatif 2 kali berturut-turut dalam selang waktu 2 hari. Apabila tidak tersedia
pemeriksaan PCR maka pemulangan pasien COVID-19 didasari oleh :
c. Klinis perbaikan tanpa oksigen dan radiologis perbaikan, dan
d. Perbaikan klinis dengan saturasi oksigen lebih 95%.

4.9. Penanganan Pasien Meninggal


Langkah-langkah pemulasaran jenazah pasien terinfeksi COVID-19 dilakukan sesuai dengan Pedoman
Pemulasaran Jenazah COVID 19 (Kemenkes, 2020) sebagai berikut :
a. Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan standar ketika menangani pasien yang
meninggal akibat penyakit menular.
b. APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika pasien tersebut meninggal
dalam masa penularan.
c. Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang tidak mudah tembus sebelum
dipindahkan ke kamar jenazah.
d. Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar kantong jenazah.
e. Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah meninggal dunia.
f. Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan untuk melakukannya sebelum jenazah
dimasukkan ke dalam kantong jenazah dengan menggunakan APD.
g. Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang penanganan khusus bagi
jenazah yang meninggal dengan penyakit menular. Sensitivitas agama, adat istiadat dan budaya
harus diperhatikan ketika seorang pasien dengan penyakit menular meninggal dunia.
h. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet.
i. Jika akan diotopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika diijinkan oleh keluarga dan Direktur
Rumah Sakit.
j. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
k. Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus.
l. Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 (empat) jam disemayamkan di pemulasaraan jenazah.

4.10.Perawatan Dirumah
Perawatan di rumah dilakukan terhadap orang yang bergejala ringan dan tanpa kondisi penyerta seperti
penyakit paru, jantung, ginjal dan kondisi immunocompromised. Tindakan ini dapat dilakukan pada
pasien dalam pengawasan, orang dalam pemantauan dan kontak erat yang bergejala dengan tetap
memperhatikan kemungkinan terjadinya perburukan. Beberapa alasan pasien dirawat di rumah yaitu
perawatan rawat inap tidak tersedia atau tidak aman. Pertimbangan tersebut harus memperhatikan
kondisi klinis dan keamanan lingkungan pasien. Pertimbangan lokasi dapat dilakukan di rumah, fasilitas
umum, dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi setempat. Penting untuk memastikan bahwa
32
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
lingkungan tempat pemantauan kondusif untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang
diperlukan orang tersebut. Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum yang dapat digunakan untuk
pemantauan harus diidentifikasi dan dievaluasi sebagai salah satu elemen kesiapsiagaan menghadapi
COVID-19. Evaluasi harus dilakukan oleh pejabat atau petugas kesehatan masyarakat. Selama proses
pemantauan, pasien harus selalu proaktif berkomunikasi dengan petugas kesehatan. Petugas
kesehatan yang melakukan pemantauan menggunakan APD minimal berupa masker
a. Perawatan di rumah (home care) untuk tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan harus :
 Mengenakan masker dan menjalankan kebersihan tangan dengan baik saat merawat pasien.
 Jelaskan kepada pasien cara membatasi paparan kepada keluarganya.
 Ajarkan kepada pasien etika pernapasan dan kebersihan tangan (tutup mulut dan hidung saat
batuk atau bersin).
 Jelaskan kepada pemberi perawatan tentang cara merawat dengan benar anggota keluarga
yang sakit seaman mungkin, berikan makanan bergizi seimbang untuk meningkatkan imunitas
dan berikan dukungan, penjelasan serta pemantauan terus menerus kepada pasien dan
keluarga.
 Bersihkan dan disinfeksi secara berkala pada benda-benda yang sering disentuh dan pada
permukaan rumah dan perabot (meja, kursi, dan lain-lain), gagang pintu, dan lain-lain.
b. Perawatan di rumah oleh pemberi perawatan
Pemberi perawatan dan anggota keluarga harus diberi tahu :
 Jenis perawatan yang harus diberikan dan penggunaan perlindungan yang tersedia untuk
menutupi hidung dan mulut.
 Tempatkan pasien/orang dalam ruangan tersendiri yang memiliki ventilasi yang baik (memiliki
jendela terbuka, atau pintu terbuka).
 Batasi pergerakan dan minimalkan berbagi ruangan yang sama. Pastikan ruangan bersama
(seperti dapur, kamar mandi) memiliki ventilasi yang baik.
 Anggota keluarga yang lain sebaiknya tidur di kamar yang berbeda, dan jika tidak
memungkinkan maka jaga jarak minimal 1 meter dari pasien (tidur di tempat tidur berbeda).
 Batasi jumlah orang yang merawat pasien. Idelanya satu orang yang benar-benar sehat tanpa
memiliki gangguan kesehatan lain atau gangguan kekebalan. Pengunjung/penjenguk tidak
diizinkan sampai pasien benar-benar sehat dan tidak bergejala.
 Lakukan hand hygiene (cuci tangan) segera setiap ada kontak dengan pasien atau lingkungan
pasien. Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah menyiapkan makanan, sebelum makan,
setelah dari kamar mandi, dan kapanpun tangan kelihatan kotor. Jika tangan tidak tampak kotor
dapat menggunakan hand sanitizer, dan untuk tangan yang kelihatan kotor menggunakan air
dan sabun.

33
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
 Jika mencuci tangan menggunakan air dan sabun, handuk kertas sekali pakai
direkomendasikan. Jika tidak tersedia bisa menggunakan handuk bersih dan segera ganti jika
sudah basah.
 Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh terutama cairan mulut atau pernapasan (dahak,
ingus dll) dan tinja. Gunakan sarung tangan dan masker jika harus memberikan perawatan
mulut atau saluran nafas dan ketika memegang tinja, air kencing dan kotoran lain. Cuci tangan
sebelum dan sesudah membuang sarung tangan dan masker.
 Ingatkan kepada pasien untuk mengenakan masker ketika ada anggota keluarga lain.
 Jangan gunakan masker atau sarung tangan yang telah terpakai.
 Sediakan sprei dan alat makan khusus untuk pasien (cuci dengan sabun dan air setelah dipakai
dan dapat digunakan kembali).
 Bersihkan permukaan di sekitar pasien termasuk toilet dan kamar mandi secara teratur. Sabun
atau detergen rumah tangga dapat digunakan, kemudian larutan NaOCl 0.5% (setara dengan 1
bagian larutan pemutih dan 9 bagian air).
 Bersihkan pakaian pasien, sprei, handuk dll menggunakan sabun cuci rumah tangga dan air
atau menggunakan mesin cuci dengan suhu air 60-900C dengan detergen dan keringkan.
Tempatkan pada kantong khusus dan jangan digoyang-goyang, dan hindari kontak langsung
kulit dan pakaian dengan bahan-bahan yang terkontaminasi.
 Sarung tangan dan apron plastik sebaiknya digunakan saat membersihkan permukaan pasien,
baju, atau bahan-bahan lain yang terkena cairan tubuh pasien. Sarung tangan (yang bukan
sekali pakai) dapat digunakan kembali setelah dicuci menggunakan sabun dan air dan
didekontaminasi dengan larutan NaOCl 0.5%. Cuci tangan sebelum dan setelah menggunakan
sarung tangan.
 Sarung tangan, masker dan bahan-bahan sisa lain selama perawatan harus dibuang di tempat
sampah di dalam ruangan pasien yang kemudian ditutup rapat sebelum dibuang sebagai
kotoran infeksius.
 Hindari kontak dengan barang-barang terkontaminasi lainya seperti sikat gigi, alat makan-
minum, handuk, pakaian dan sprei).
 Tidak berdekatan atau berkumpul dikeramaian atau tempat-tempat umum, jika terpaksa berada
di tempat umum gunakanlah masker.
 Hindari melakukan perjalanan baik ke luar kota atau luar negeri.
 Tidak berkunjung ke rumah kerabat/teman/saudara dan mengurangi menerima kunjungan/tamu.
 Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah berpergian.
 Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
 Jangan berjabat tangan.
 Konsumsi makanan bergizi seimbang untuk menjaga stamina dan imunitas.
c. Karantina OTG

34
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
Karantina dilakukan terhadap OTG untuk mewaspadai munculnya gejala sesuai definisi operasional.
Lokasi karantina dapat dilakukan di rumah, fasilitas umum, atau alat angkut dengan
mempertimbangkan kondisi dan situasi setempat. Penting untuk memastikan bahwa lingkungan
tempat pemantauan kondusif untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang diperlukan
orang tersebut. Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum yang dapat digunakan untuk observasi
harus diidentifikasi dan dievaluasi sebagai salah satu elemen kesiapsiagaan menghadapi COVID-
19. Evaluasi harus dilakukan oleh pejabat atau petugas kesehatan masyarakat.
Setiap akan melakukan karantina maka harus mengkomunikasikan dan mensosialisasikan tindakan
yang akan dilakukan dengan benar, untuk mengurangi kepanikan dan meningkatkan kepatuhan :
a. Masyarakat harus diberikan pedoman yang jelas, transparan, konsisten, dan terkini serta
diberikan informasi yang dapat dipercaya tentang tindakan karantina;
b. Keterlibatan masyarakat sangat penting jika tindakan karantina harus dilakukan;
c. Orang yang di karantina perlu diberi perawatan kesehatan, dukungan sosial dan psikososial,
serta kebutuhan dasar termasuk makanan, air dan kebutuhan pokok lainnya. Kebutuhan
populasi rentan harus diprioritaskan;
d. Faktor budaya, geografis dan ekonomi mempengaruhi efektivitas karantina. Penilaian cepat
terhadap faktor lokal harus dianalisis, baik berupa faktor pendorong keberhasilan maupun
penghambat proses karantina.
Pada pelaksanaan karantina harus memastikan hal-hal sebagai berikut :
1. Tata cara dan perlengkapan selama masa karantina
Tata cara karantina meliputi :
a. Orang-orang ditempatkan di ruang dengan ventilasi cukup serta kamar single yang luas
yang dilengkapi dengan toilet. jika kamar single tidak tersedia pertahankan jarak minimal 1
meter dari penghuni rumah lain. meminimalkan penggunaan ruang bersama dan
penggunaan peralatan makan bersama, serta memastikan bahwa ruang bersama (dapur,
kamar mandi) memiliki ventilasi yang baik;
b. Pengendalian infeksi lingkungan yang sesuai, seperti ventilasi udara yang memadai, sistem
penyaringan dan pengelolaan limbah;
c. Pembatasan jarak sosial (lebih dari 1 meter) terhadap orang-orang yang di karantina;
d. Akomodasi dengan tingkat kenyamanan yang sesuai termasuk:
 Penyediaan makanan, air dan kebersihan;
 Perlindungan barang bawaan;
 Perawatan medis;
 Komunikasi dalam bahasa yang mudah dipahami mengenai: hak-hak mereka;
ketentuan yang akan disediakan; berapa lama mereka harus tinggal; apa yang akan
terjadi jika mereka sakit; informasi kontak kedutaan
e. Bantuan bagi para pelaku perjalanan;
f. Bantuan komunikasi dengan anggota keluarga;
g. Jika memungkinkan, akses internet, berita dan hiburan;
35
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
h. Dukungan psikososial; dan
i. Pertimbangan khusus untuk individu yang lebih tua dan individu dengan kondisi komorbid,
karena berisiko terhadap risiko keparahan penyakit COVID-19.
2. Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Minimal
Berikut langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus digunakan untuk
memastikan lingkungan aman digunakan sebagai tempat karantina :
a. Deteksi dini dan pengendalian
 Setiap orang yang dikarantina dan mengalami demam atau gejala sakit pernapasan
lainnya harus diperlakukan sebagai suspect COVID-19;
 Terapkan tindakan pencegahan standar untuk semua orang dan petugas :
- Cuci tangan sesering mungkin, terutama setelah kontak dengan saluran
pernapasan, sebelum makan, dan setelah menggunakan toilet. Cuci tangan dapat
dilkukan dengan sabun dan air atau dengan hand sanitizer yang mengandung
alkohol. Peggunaan hand sanitizer yang mengandung alkohol lebih disarankan jika
tangan tidak terlihat kotor. Bila tangan terlihat kotor, cucilah tangan menggunakan
sabun dan air.
- Pastikan semua orang yang diobservasi menerapkan etika batuk.
- Sebaiknya jangan menyentuh mulut dan hidung.
 Masker tidak diperlukan untuk orang yang tidak bergejala. Tidak ada bukti bahwa
menggunakan masker jenis apapun dapat melindungi orang yang tidak sakit.
b. Pengendalian administratif
Pengendalian administratif meliputi :
 Pembangunan infrastruktur PPI yang berkelanjutan (desain fasilitas) dan kegiatan;
 Memberikan edukasi pada orang yang diobservasi tentang PPI; semua petugas yang
bekerja perlu dilatih tentang tindakan pencegahan standar sebelum pengendalian
karantina dilaksanakan. Saran yang sama tentang tindakan pencegahan standar harus
diberikan kepada semua orang pada saat kedatangan. Petugas dan orang yang
diobservasi harus memahami pentingnya segera mencari pengobatan jika mengalami
gejala;
 Membuat kebijakan tentang pengenalan awal dan rujukan dari kasus COVID-19.
c. Pengendalian lingkungan
Prosedur pembersihan dan disinfeksi lingkungan harus diikuti dengan benar dan konsisten.
Petugas kebersihan perlu diedukasi dan dilindungi dari infeksi COVID-19 dan petugas
kebebersihan harus memastikan bahwa permukaan lingkungan dibersihkan secara teratur
selama periode observasi :
 Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh seperti meja, rangka tempat
tidur, dan perabotan kamar tidur lainnya setiap hari dengan disinfektan rumah tangga
yang mengandung larutan pemutih encer (pemutih 1 bagian hingga 99 bagian air).

36
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
Untuk permukaan yang tidak mentolerir pemutih maka dapat menggunakan etanol
70%.
 Bersihkan dan disinfeksi permukaan kamar mandi dan toilet setidaknya sekali sehari
dengan disinfektan rumah tangga yang mengandung larutan pemutih encer (1 bagian
cairan pemutih dengan 99 bagian air);
 Membersihkan pakaian, seprai, handuk mandi, dan lain-lain, menggunakan sabun cuci
dan air atau mesin cuci di 60–90°C dengan deterjen biasa dan kering;
 Harus mempertimbangkan langkah-langkah untuk memastikan sampah dibuang di TPA
yang terstandar, dan bukan di area terbuka yang tidak diawasi;
 Petugas kebersihan harus mengenakan sarung tangan sekali pakai saat
membersihkan atau menangani permukaan, pakaian atau linen yang terkotori oleh
cairan tubuh, dan harus melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah melepas
sarung tangan.

4.11. Penyiapan Transportasi Untuk Rujukan Ke RS Rujukan


Hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan transportasi rujukan adalah :
a. Menghubungi RS rujukan untuk memberikan informasi pasien dalam pengawasan yang akan
dirujuk.
b. Petugas yang akan melakukan rujukan harus secara rutin menerapkan kebersihan tangan dan
mengenakan masker dan sarung tangan medis ketika membawa pasien ke ambulans.
 Jika merujuk pasien dalam pengawasan COVID-19 maka petugas menerapkan
kewaspadaan kontak, droplet dan airborne.
 APD harus diganti setiap menangani pasien yang berbeda dan dibuang dengan benar dalam
wadah dengan penutup sesuai dengan peraturan nasional tentang limbah infeksius.
c. Pengemudi ambulans harus terpisah dari kasus (jaga jarak minimal satu meter). Tidak diperlukan
APD jika jarak dapat dipertahankan. Bila pengemudi juga harus membantu memindahkan pasien
ke ambulans, maka pengemudi harus menggunakan APD.
d. Pengemudi dan perawat pendamping rujukan harus sering membersihkan tangan dengan alkohol
dan sabun.
e. Ambulans atau kendaraan angkut harus dibersihkan dan didesinfeksi dengan perhatian khusus
pada area yang bersentuhan dengan pasien dalam pengawasan. Pembersihan menggunakan
desinfektan yang mengandung 0,5% natrium hipoklorit (yaitu setara dengan 5000 ppm) dengan
perbandingan 1 bagian disinfektan untuk 9 bagian air.

37
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
BAB V
DOKUMENTASI

5.1. Setiap pasien dengan suspek dan terkonfrmasi positif coronavirus tetap wajib didokumentasikan
sebagai pasien rumah sakit.
5.2. Lakukan pendokumentasian seluruh rencana kegiatan, prosedur / tindakan dan edukasi, pengobatan
dan hal lainnya dalam rekam medis pasien sesuai ketentuan.
5.3. Lakukan dokumentasi nama petugas yang merawat pasien dengan COVID-19 setiap kali memasuki
ruang perawatan pasien.
5.4. Lakukan pendataan setiap pasien OTG, ODP dan PDP yang ditangani di rumah sakit maupun isolasi
mandiri.
5.5. Setiap pasien yang dilakukan perawatan dirumah agar anggota keluarga / yang merawat
mendokumentasikan riwayat kondisi pasien dan nama setiap orang yang berinteraksi dengan pasien.
5.6. Dokumentasikan hasil pemantauan kondisi pasien isolasi mandiri dirumah dengan lengkap.
5.7. Lakukan seluruh rangkaian proses penanganan pasien OTG, ODP dan PDP sesuai ketentuan yang
berlaku.

38
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Kriteria ODP dan PDP


A. Kriteria Orang Dalam Pengawasan (ODP)
a. Seseorang yang mengalami demam (> 38 o C) atau riwayat demam atau gejala gangguan
sistem pernapasan seperti pilek / sakit tenggorokan / batuk, dan
b. Tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang menyakinkan, dan
c. Pada 14 (empat belas) hari terakhir sebelum timbul gejala, memenuhi salah satu kriteria
berikut:
 Memiiki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan transmisi lokal; dan
atau
 Memiiki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal di Indonesia.
B. Kriteria Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
a. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam (> 38 o C) atau
riwayat demam, disertai salah satu gejala / tanda penyakit pernapasan seperti batuk / sesak
napas / sakit tenggorokan / pilek / pneumonia ringan hingga berat, dan tidak ada penyebab lain
berdasarkan gambaran klinis yang menyakinkan, dan pada 14 (empat belas) hari terakhir
sebelum timbul gejala, memenuhi salah satu kriteria berikut :
 Memiiki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan transmisi lokal; dan
atau
 Memiiki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal di Indonesia.
b. Seseorang dengan demam (> 38o C) atau riwayat demam atau ISPA dan pada 14 (empat
belas) terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau
probable COVID-19.
c. Seseorang dengan ISPA berat / pneumonia berat di area transmisi lokal di Indonesia yang
membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran
klinis yang menyakinkan.

39
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
2. Lampiran 2 : Formulir Pemantauan Harian

40
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
3. Lampiran 3 : Formulir Pemantauan Petugas Kesehatan

41
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
4. Lampiran 4 : Laporan Harian Data Kasus COVID-19

42
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
5. Lampiran 5 : Laporan Harian Penemuan Kasus Konfirmasi, PDP, ODP, dan OTG

43
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
6. Lampiran 6 : Formulir Penyelidikan Epidemiologi Coronavirus Disease (COVID-19)

44
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
45
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
46
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
7. Lampiran 7 : Formulir Pasien Dalam Pengawasan COVID-19

47
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
48
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
8. Lampiran 8 : Laporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

49
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
9. Lampiran 9 : Algoritma Pelacakan Kontak

50
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
10. Lampiran 10 : Formulir Pelacakan Kontak Erat / OTG

51
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
52
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
53
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
11. Lampiran 11 : Formulir Identifikasi Kontak Erat / OTG

54
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
12. Lampiran 12 : Formulir Pendataan Kontak

55
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
13. Lampiran 13 : Contoh Surat Pernyataan Sehat

14. Lampiran 14 : Jenis APD


56
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
57
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
58
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
59
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
60
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
61
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
62
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
15. Lampiran 15 : Penggunaan APD Petugas Level 1 - 3

63
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
16. Lampiran 16 : Cara Pemakaian Dan Pelepasan APD

64
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
65
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
66
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
67
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
17. Lampiran 17 : Lembar Kesediaan Karantina Rumah / Perawatan Di Rumah

68
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
18. Lampiran 18 : Alur Pengiriman Spesimen Dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan

69
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
11
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya Hospital Group.

Anda mungkin juga menyukai