PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
CORONAVIRUS SERTA
PENANGANAN PASIEN SUSPEK
DAN PASIEN COVID-19
DISUSUN OLEH
TIM QUALITY AND RISK
MANDAYA ROYAL HOSPITAL PURI
TAHUN 2020
DAFTAR ISI
19 .........................................................................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................................................
LAMPIRAN 5 Lapoan Harian Penemuan Kasus Konfirmasi, PDP, ODP, Dan OTG ...........
i
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini
tanpa seijin Mandaya Hospital Group
LAMPIRAN 9 Algoritma Pelacakan Kontak ...........................................................................
ii
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini
tanpa seijin Mandaya Hospital Group
LEMBAR PENGESAHAN 1
iii
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini
tanpa seijin Mandaya Hospital Group
LEMBAR PENGESAHAN 2
iv
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini
tanpa seijin Mandaya Hospital Group
BAB I
DEFINISI
1.1 Healthcare Associated Infections (HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan
di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, dimana pada saat masuk tidak ada infeksi
atau tidak masa inkubasi, termasuk infeksi didapat di rumah sakit tapi muncul setelah pulang juga
infeksi pada petugas karena pekerjaannya.
1.2 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah suatu upaya kegiatan untuk mencegah,
meminimalkan kejadian infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah
sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
1.3 Kewaspadaan Standar adalah langkah-langkah yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi pada pasien dan karyawan yang bekerja dalam unit pelayanan kesehatan.
1.4 Kewaspadaan Isolasi adalah penempatan pasien secara terpisah / khusus yang bertujuan untuk
memutus rantai transmisi penularan penyakit agar pasien tidak menularkan penyakit infeksi atau
tertular penyakit infeksi.
1.5 COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh coronavirus.
1.6 Coronavirus adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan, pneumonia
akut, sampai kematian dengan tanda-tanda umum gejala pernapasan, demam, batuk, sesak napas
dan kesulitan bernapas.
1.7 Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan pelindung yang digunakan oleh seseorang pada saat
melakukan pekerjaan yang berisiko, melaksanakan pekerjaan atau perawatan, pemeriksaan /
tindakan guna mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja
dan infeksi nosokomial dari rumah sakit.
1.8 Orang Dalam Pengawasan (ODP) adalah orang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat
demam; atau gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk dan pada 14
(emapt belas) hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara /
wilayah yang melaporkan transmisi lokal atau memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau
probabel COVID-19.
1.9 Orang Tanpa Gejala (OTG) adalah orang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang
postif COVID-19.
1.10 Pasien Dengan Pemantauan (PDP) adalah orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
yaitu demam (≥38oC) atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan
seperti: batuk/sesak nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat dan pada 14
(empat belas) hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara /
wilayah yang melaporkan transmisi lokal atau memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau
probabel COVID-19. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di
rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.
1.11 Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana agen infeksi dari reservoir pindah ke
penderita.
1
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
1.12 Kontak Erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan atau
berkunjung (dalam radius 1 meter dengan kasus pasien dalam pengawasan atau konfirmasi) dalam 2
hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
1.13 Dekontaminasi adalah melepaskan kotoran dan mikroorganisme patogen dari benda-benda
sehingga aman dipegang, untuk diproses lebih lanjut, digunakan atau dibuang. Dekontaminasi bisa
melalui pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi.
1.14 Pembersihan adalah langkah pertama, kontaminasi material asing dilepaskan secara fisik seperti
debu dan kotoran juga material lain seperti darah, sekresi, ekskresi dan mikroorganisme , untuk
mempersiapkan alat medis untuk didisinfeksi atau disterilisasi.
1.15 Disinfeksi adalah suatu tindakan dengan menggunakan bahan kimia untuk membunuh kuman
tanpa membunuh sporanya pada permukaan benda mati atau proses mengurangi jumlah
kemungkinan mikroorganisme ketingkat bahaya yang lebih rendah, dimana proses ini mungkin tidak
menonaktifkan spora bakteri, prion dan beberapa virus.
1.16 Sterilisasi adalah proses validasi yang digunakan untuk membuat suatu benda bebas dari
kemungkinan mikroorganisme, termasuk virus dan spora bakteri, tetapi tidak termasuk prion.
1.17 Antiseptik adalah menggunakan senyawa kimia untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit atau membran mukosa.
1.18 Ruang isolasi ada 2 jenis : ruang isolasi tekanan positif dan ruang isolasi tekanan negatif. Pasien
dengan imunitas rendah dirawat di ruang isolasi tekanan positif, sedangkan pasien yang menderita
penyakit infeksi yang menular dirawat di ruang isolasi tekanan negatif.
1.19 Pasien Terkonfirmasi adalah pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan tes positif
melalui pemeriksaan PCR.
1.20 PHBS adalah perilaku hidup bersih dan sehat.
1.21 Karantina Rumah adalah upaya pembatasan penghuni dalam suatu rumah beserta isinya yang
diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi untuk mencegah penyebaran penyakit atau
kontaminasi. Masyarakat lain di luar rumah tersebut harus menghindari berinteraksi langsung dengan
penghuni rumah atau tidak boleh menggunakan / bersentuhan dengan barang yang belum
didisinfeksi.
1.22 Isolasi Diri dilakukan dengan memantau kondisi kesehatan diri sendiri dengan menghindari
kemungkinan penularan dengan orang-orang sekitar termasuk keluarga, melaporkan kepada
fasyankes terdekat kondisi kesehatannya.
2
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan ini disusun berdasarkan rekomendasi WHO sehubungan dengan adanya kasus COVID-19 yang
telah menjadi pandemi di dunia dan peraturan perundangan yang berlaku. Oleh kare hal tersebut Mandaya
Hospital membuat panduan ini sebagai acuan bagi Petugas medis dan non-medis dalam penyelenggaraan
pelayanan bagi pasien dengan supek COVID-19 dan pasien COVID-19 serta upaya pencegahan dan
pengendalian coronavirus di Mandaya Royal Hospital Puri. Panduan ini akan diperbarui sesuai dengan
perkembangan kondisi terkini
3
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
BAB III
KEBIJAKAN
4
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
BAB IV
TATA LAKSANA
d. Urutan cara mencuci tangan dengan 6 (enam) langkah cuci tangan menggunakan cairan
berbasis Alkohol (Handrubs) adalah sebagai berikut :
5
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
1. Tuang cairan handrubs pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua telapak
tangan secara lembut dengan arah memutar.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih.
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci.
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.
6
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
4.1.2. Kebersihan Pernapasan (Etika Batuk / Bersin)
Kebersihan pernapasan / etika batuk yang baik dapat mengurangi penyebaran mikroorganisme
(kuman) penyebab infeksi pernapasan (batuk, pilek, flu). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
kebersihan pernapasan adalah :
a. Prosedur dan etika batuk / bersin adalah :
Jauhkan wajah dari orang lain ketika batuk / bersin.
Tutupi hidung dan mulut dengan tisu.
Jika menggunakan tisu, segera buang tisu ketempat sampah.
Arahkan batuk / bersin ke lengan jika tidak ada tisu.
Bersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir atau produk berbahan alkohol.
Gunakan masker.
7
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
b. Galakkan kebiasaan cuci tangan untuk pasien dengan gejala pernapasan.
c. Beri masker kepada pasien dengan gejala pernapasan.
d. Pasien dengan demam dan batuk atau bersin harus dijauhkan setidaknya 1 meter dari
pasien lain.
e. Pasang alat-alat bantu visual yang mengingatkan pasien dan pengunjung dengan gejala
pernapasan untuk menutup bila batuk / bersin.
f. Pertimbangkan penyediaan masker dan tisu untuk pasien di semua area.
4.1.3. APD Sesuai Risiko
APD dipergunakan / dipakai jika melakukan tindakan terpapar atau kemungkinan terpapar
dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi kecuali keringat, dan/atau kulit terbuka. Segera
lepas APD jika selesai tindakan dan pelayanan. Contoh APD yang biasa dipergunakan adalah :
a. Gaun / jubah pelindung.
b. Masker (hisung dan mulut).
c. Masker N95.
d. Pelindung wajah (mata+hidung+mulut).
e. Pelindung mata (google).
f. Penutup kepala (kepala dan rambut).
g. Sarung tangan.
h. Pelindung kaki / sepatu tertutup.
Prinsip-prinsip penggunaan APD adalah :
a. Selalu bersihkan tangan sebelum dan sesudah menggunakan APD.
b. APD harus tersedia dimanapun dan saat diperlukan.
c. Gunakan APD sesuai ukuran yang tepat dan risiko paparan transmisi.
d. Selalu kenakan APD sebelum kontak dengan pasien.
e. Segera lepas APD setelah selesai memberikan pelayanan atau meninggalkan area
perawatan.
8
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
f. Jangan menggunakan kembali APD sekali pakai.
g. Bersihkan dan desinfeksi APD berulang pakai (re-use) setelah digunakan jika akan
digunakan lagi.
h. Ganti APD segera setelah APD terkontaminasi atau sobek atau kotor.
i. Jangan sentuh area wajah sendiri ketika masih menggunnakan APD.
j. Lepas APD dengan hati-hati untuk menghindari kontaminasi sendiri (dari bagian paling
kotor ke bagian paling bersih).
4.1.4. Praktik Suntikan, Manajemen Benda Tajam dan Pencegahan Luka Dengan Aman
Yang perlu diperhatikan dalam kewaspadaan standar pemrosesan alat kesehatan adalah :
a. Segera proses alat kesehatan yang sudah dipakai melalui proses pre-cleaning - cleaning -
disinfeksi - sterilisasi sesuai klasifikasi peralatan; kritikal - semi kritikal - non kritikal.
b. Simpan peralatan yang sudah diproses sesuai kebijakan dan SOP.
c. Tidak menempatkan peralatan kesehatan sembarang tempat.
d. Tidak menggunakan peralatan kesehatan sebelum melalui proses sterilisasi /
dekontaminasi apabila alat telah dipakai sebelumnya (bekas pakai).
e. Pertahankan senantiasa menggunakan jarum suntik sekali pakai.
f. Jangan lakukan recaping (menutup kembali jarum suntik) namun langsung buang ke
sharp container, untuk menghindari tertusuk jarum suntik.
g. Jangan tempatkan jarum suntik sekali pakai disembarang tempat.
h. Segera berikan obat suntikan bila telah dilarutkan, untuk menghindari medicatioan error
dan menerapkan medication safety.
i. Terapkan 7 (tujuh) langkah menuju suntikan aman, yaitu :
Tempat kerja bersih.
Kebersihan tangan.
Jarum suntik aman yang steril.
Wadah steril untuk obat dan pelarut.
Pembersihan dan antiseptik kulit.
Pengambilan benda tajam sebagaimana mestinya.
Pembuangan limbah sesuai ketentuan.
4.1.5. Penanganan, Pembersihan dan Disinfeksi Peralatan Perawatan Pasien Dengan Aman
4.1.5.1. Dekontaminasi dapat melalui :
a. Pembersihan, yaitu langkah pertama, kontaminasi material asing dilepaskan
secara fisik seperti debu dan kotoran juga material lain seperti darah, sekresi,
ekskresi dan mikroorganisme , untuk mempersiapkan alat medis untuk
didisinfeksi atau disterilisasi.
b. Disinfeksi, yaitu proses mengurangi jumlah kemungkinan mikroorganisme
ketingkat bahaya yang lebih rendah, dimana proses ini mungkin tidak
menonaktifkan spora bakteri, prion dan beberapa virus.
9
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
c. Sterilisasi, yaitu proses validasi yang digunakan untuk membuat suatu benda
bebas dari kemungkinan mikroorganisme, termasuk virus dan spora bakteri,
tetapi tidak termasuk prion.
4.1.5.2. Prinsip-prinsip dasar pembersihan dan disinfeksi berlaku untuk semua area
perawatan pasien, seperti :
a. Selalu pastikan alat perawatan pasein dibersihkan sebelum digunakan kembali
untuk pasien lain.
b. Jika mungkin, khususkan persediaan pembersihan di area-area berisiko tinggi
(seperti ruang isolasi, kamar operasi, dan kamar bersalin).
c. Persediaan pembersihan untuk isolasi harus disimpan dan digunakan hanya di
area / ruang isolasi.
d. Selalu bergerak dari area paling bersih ke area paling kotor (bersihkan dari area
tinggi ke area rendah, dari luar kedalam, area isolasi dibersihakn terakhir).
e. Disarankan menggunakan sapu lembab dan lap basah untuk meminimalisasi
debu.
f. Gunakan sistem 3 ember untuk pebersihan dan disinfeksi.
g. Air untuk pembersihan harus air bersih.
4.1.6. Membersihkan Lingkungan
4.1.6.1. Kewaspadaan standar lingkungan dengan memperhatikan, antara lain :
a. Pertahankan ventilasi udara ruangan bersih dan baik, tidak bau.
b. Pertahankan mutu air, bersih, tak berwarna dan tak berbau.
c. Pertahankan permukaan lingkungan ruangan senantiasa dalam kondisi bersih.
d. Tempatkan peralatan ruangan sedemikian rupa sehingga mudah untuk
dibersihkan.
4.1.6.2. Pembersihan lingkungan di ruang / area isolasi dengan memperhatihan hal-hal :
a. Tingkatkan frekuensi pembersihan oleh petugas kebersihan di area perawatan
pasien.
b. Area isolasi harus diberi persediaan pembersihannya sendiri yang terpisah dari
area perawatan pasien bersih.
c. Semua limbah dari area isolasi dianggap terkontaminasi dan harus dibuang
sesuai metode limbah terkontaminasi.
d. Petuga kebersihan harus memastikan bahwa APD yang sesuai sudah
dikenakan ketika membersihakan ruang atau area isolasi.
e. Persediaan pembersihan untuk isolasi harus disimpan dan digunakan hanya di
area / ruang isolasi.
f. Lakukan pembersihan di ruang / area isolasi pada saat:
Pembersihan rutin, yaitu pembersihan berkala (serta disinfeksi, saat
dibutuhkan) saat ruangan masih digunakan yang bertujuan membersihkan
material organik, meminimalisasi kontaminasi mikrobial, dan memberikan
10
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
ruangan yang tampak bersih, terutama permukaan di zona pasien.
Pembersihan rutin dilakukan setiap hari dan jika diperlukan oleh petugas
kebersihan menggunakan cairan deterjen dan air.
Pembersihan akhir, yaitu pembersihan dan disinfeksi setelah pasien
dipulangkan atau dipindahkan, termasuk pembersihan material organik
dan pengurangan besar serta eliminasi kontaminasi mikrobial untuk
memastikan tidak ada perpindahan mikroorganisme ke pasien berikutnya.
4.1.7. Penanganan dan Pencucian Linen Yang Sudah Dipakai Dengan Aman
4.1.7.1. Kewaspadaan standar penanganan linen, antara lain :
a. Ganti linen setiap satu atau dua hari sekali atau jika kotor atau sesuai kebijakan
rumah sakit.
b. Tempatkan linen bersih pada lemari tertutup, dan tidak dicampur dengan
peralatan lainnya.
c. Pisahkan linen kotor ternoda darah dan cairan tubuh dengan linen kotor tanpa
noda darah dan cairan tubuh.
4.1.7.2. Cara mengelola linen yang sudah digunakan di ruangan :
a. Kenakan APD sesuai risiko ketika menangani linen terpakai atau kotor.
b. Pegang linen kotor dengan gerakan seminimal munkin untuk menghindari
kontaminasi.
c. Tempatkan linen kotor di kantong / wadah di tempat perawatan.
d. Jika linen sangat kotor maka lakukan :
Bersihkan kotoran (seperti feses, muntahan) dengan sarung tangan serta
menggunakan benda yang datar dan keras.
Buang material padat ke toilet, siram dan buang alat lap / alat bantu ke
tempat sampah.
Tempatkan linen kotor ke wadah antibocor yang diberi label jelas (seperti
kantong dan wadah tertutup) di area perawatan pasien.
e. Cara penataan dan pemindahan linen bersih harus menghindarkan kontaminasi
(misal, dalam wadah tertutup).
f. Linen di ruang perawatan pasien harus disimpan di area khusus (misal, lemari
tertutup atau ruangan) atau wadah tertutup yang jauh dari jangkauan publik.
4.1.8. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah medis dilaksanakan dan dikelola sesuai dengan ketentuan rutin yang telah
ada.
Kewaspadaan standar penanganan limbah, antara lain :
a. Segera buang limbah yang dihasilkan ketempat pembuangan limbah sesuai prosedur dan
ketentuan.
b. Pertahankan tempat limbah / tempat sampah tidak lebih dari ¾ penuh sudah dibuang.
c. Pertahankan kebersihan kontainer sampah senantiasa bersih.
11
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
4.1.9. Perlindungan Kesehatan Karyawan
Kewaspadaan standar terkait perlindungan kesehatan karyawan dapat meliputi :
a. Pertahankan kondisi kesehatan prima saat bekerja, jika flu tidak boleh bekerja.
b. Pertahahankan tidak menggunakan asesoris di tangan saat bekerja.
c. Pertahankan menggunakan seragam dalam kondisi bersih.
d. Pergunakan APD sesuai ketentuan.
e. Tidak merokok.
f. Tidak melakukan recapping jarum bekas pakai.
4.1.10. Penempatan Pasien
Kewaspadaan standar terkait penempatan pasien adalah :
a. Tempatkan pasien dengan jarak minimal 1 (satu) meter.
b. Pisahkan pasien jika tidak bisa menjaga kebersihan lingkungan.
c. Tempatkan pasien sesuai dengan transmisi mikroorganisme.
12
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
- Jubah / gaun.
Menempatkan pasien di ruangan tersendiri, jika tidak memungkinkan lakukan kohorting (pasien
senantiasa berada diruangan, kecuali jika ada tindakan / terapi keluar ruangan lain), tidak
memungkinkan berjarak minimal 1 (satu) meter.
Melaksanakan kewaspadaan standar / lapis pertama.
Pengelolaan udara khusus tidak diperlukan, pintu boleh terbuka.
Membersihkan ruangan dua kali sehari dan bila perlu, tidak perlu melakukan fogging dan UV.
Memindahkan pasien, minimalisasi transportasi pasien, pasangkan masker pada pasien saat
proses pemindahan.
Menangani limbah dengan cara :
- Limbah terkontaminasi darah dan cairan tubuh dimasukkan dalam kantong kuning.
- Limbah sekresi dan ekskresi dianggap infeksius, dimasukkan dalam kantong kuning.
- Limbah yang tidak terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi dimasukkan
dalam kantong hitam.
c. Transmisi Airbone
Petugas menggunakan APD :
- Masker medis / bedah untuk pasien.
- Masker N95 wajib untuk petugas, jika melakukan tindakan yang menghasilkan aerosol.
- APD lainnya sesuai keperluan tindakan perawatan.
Menempatkan pasien di ruangan tersendiri, jika tidak memungkinkan lakukan kohorting (pasien
senantiasa berada diruangan, kecuali jika ada tindakan / terapi keluar ruangan lain), tidak
memungkinkan berjarak minimal 1 (satu) meter.
Membersihkan ruangan dua kali sehari dan bila perlu, tidak perlu melakukan fogging dan UV.
Langkah pencegahan transmisi udara dianjurkan hanya untuk prosedur yang menyebabkan
aerosol (seperti bronkoskopi, intubasi trakea, pemberian tekanan pada dada saat resusitasi
jantung paru).
Melaksanakan kewaspadaan standar / lapis pertama.
Ventilasi udara, pertukaran udara setiap 5-10 menit atau 6-12 kali perjam.
Ruangan tekanan negatif, termonitor, pintu harus selalu tertutup rapat.
Tidak menggunakan AC sentral, tapi gunakan AC + filter HEPA yang menyaring udara ruangan
yang dibuang keluar.
Memindahkan pasien, minimalisasi transportasi pasien, pasangkan masker bedah pada pasien
saat proses pemindahan, dan beri edukasi etika batuk.
Menangani limbah dengan cara :
- Limbah terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi, dan ekskresi dimasukkan dalam kantong
kuning.
- Limbah yang tidak terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi dimasukkan
dalam kantong hitam.
13
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
4.3. Surveilans Dan Karantina
4.3.1. Kegiatan Surveilans Dan Karantina
Upaya surveilans merupakan pemantauan yang berlangsung terus menerus terhadap
kelompok berisiko. Sedangkan karantina merupakan pembatasan seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu wilayah termasuk wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau
terkontaminasi untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi. Kegiatan
surveilans merupakan bagian tidak terpisahkan dari karantina, selama masa karantina,
surveilans dilakukan untuk memantau perubahan kondisi seseorang atau sekelompok orang.
Upaya karantina sebagai berikut :
A. Orang Tanpa Gejala (OTG)
Kegiatan surveilans terhadap OTG dilakukan selama 14 hari sejak kontak terakhir dengan
kasus positif COVID-19. Terhadap OTG dilakukan pengambilan spesimen pada hari ke-1
dan ke-14 untuk pemeriksaan RT PCR. Dilakukan pemeriksaan Rapid Test apabila tidak
tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR, apabila hasil pemeriksaan pertama menunjukkan
hasil :
a. Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah karantina mandiri dengan menerapkan PHBS
dan physical distancing; pemeriksaan ulang pada 10 hari berikutnya. Jika hasil
pemeriksaan ulang positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali
selama 2 hari berturut-turut, di Laboratorium pemeriksa yang mampu melakukan
pemeriksaan RT PCR.
b. Positif, tatalaksana selanjutnya adalah karantina mandiri dengan menerapkan PHBS dan
physical distancing; Pada kelompok ini juga akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT
PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut, di Laboratorium pemeriksa yang mampu
melakukan pemeriksaan RT PCR.
Apabila OTG yang terkonfirmasi positif menunjukkan gejala demam (≥38 ⁰C) atau
batuk/pilek/nyeri tenggorokan selama masa karantina maka:
a. Jika gejala ringan, dapat dilakukan isolasi diri di rumah.
b. Jika gejala sedang, dilakukan isolasi di RS darurat.
c. Jika gejala berat, dilakukan isolasi di RS rujukan.
Kegiatan surveilans terhadap OTG dilakukan berkala untuk mengevaluasi adanya
perburukan gejala selama 14 hari. Petugas kesehatan dapat melakukan pemantauan
melalui telepon atau melalui kunjungan secara berkala (harian) dan dicatat pada formulir
pemantauan harian (Lampiran 2). Pemantauan dilakukan dalam bentuk pemeriksaan suhu
tubuh dan skrining gejala harian. Pemantauan dilakukan oleh petugas kesehatan layanan
primer dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat. Orang tanpa gejala yang
tidak menunjukkan gejala COVID-19, ditetapkan melalui surat pernyataan yang diberikan
oleh Dinas Kesehatan.
B. Orang Dalam Pemantauan (ODP)
14
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
Kegiatan surveilans terhadap ODP dilakukan selama 14 hari sejak mulai munculnya gejala.
Terhadap ODP dilakukan pengambilan spesimen pada hari ke-1 dan ke-2 untuk
pemeriksaan RT PCR. Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium
setempat yang berkompeten dan berpengalaman baik di fasyankes atau lokasi
pemantauan. Jenis spesimen dapat disesuaikan. Pengiriman spesimen disertai formulir
pemeriksaan ODP/PDP (Lampiran 7). Jika tidak tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR,
dilakukan pemeriksaan Rapid Test. Apabila hasil pemeriksaan Rapid Test pertama
menunjukkan hasil:
a. Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah; pemeriksaan ulang pada 10
hari berikutnya. Jika hasil pemeriksaan ulang positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan
RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut, di Laboratorium pemeriksa yang
mampu melakukan pemeriksaan RT PCR.
b. Positif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah; Pada kelompok ini juga akan
dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut, di
Laboratorium pemeriksa yang mampu melakukan pemeriksaan RT PCR.
Apabila ODP yang terkonfirmasi menunjukkan gejala perburukan maka :
a. Jika gejala sedang, dilakukan isolasi di RS darurat.
b. Jika gejala berat, dilakukan isolasi di RS rujukan.
Kegiatan surveilans terhadap ODP dilakukan berkala untuk mengevaluasi adanya
perburukan gejala selama 14 hari. Petugas kesehatan dapat melakukan pemantauan
melalui telepon atau melalui kunjungan secara berkala (harian) dan dicatat pada formulir
pemantauan harian (Lampiran 2). Pemantauan dilakukan dalam bentuk pemeriksaan suhu
tubuh dan skrining gejala harian. Pemantauan dilakukan oleh petugas kesehatan layanan
primer dan berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat. Orang dalam pemantauan
yang sudah dinyatakan sehat yang tidak memiliki gejala terkait COVID-19, ditetapkan
melalui surat pernyataan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan.
C. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
Kegiatan surveilans terhadap PDP dilakukan selama 14 hari sejak mulai munculnya gejala.
Terhadap PDP dilakukan pengambilan spesimen pada hari ke-1 dan ke-2 untuk
pemeriksaan RT PCR. Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium
setempat yang berkompeten dan berpengalaman baik di fasyankes atau lokasi
pemantauan. Jenis spesimen dapat dilihat pada BAB 5. Pengiriman spesimen disertai
formulir pemeriksaan ODP/PDP (lampiran 7).
Jika tidak tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR, dilakukan pemeriksaan Rapid Test.
Apabila hasil pemeriksaan Rapid Test pertama menunjukkan hasil:
a. Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah sesuai kondisi: ringan (isolasi diri di rumah),
sedang (rujuk ke RS Darurat), berat (rujuk ke RS Rujukan); pemeriksaan ulang pada 10
hari berikutnya. Jika hasil pemeriksaan ulang positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan
15
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut, di Laboratorium pemeriksa yang
mampu melakukan pemeriksaan RT PCR.
b. Positif, tatalaksana selanjutnya adalah adalah sesuai kondisi: ringan (isolasi diri di
rumah), sedang (rujuk ke RS Darurat), berat (rujuk ke RS Rujukan); Pada kelompok ini juga
akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-
turut, di Laboratorium pemeriksa yang mampu melakukan pemeriksaan RT PCR.
Apabila PDP yang terkonfirmasi menunjukkan gejala perburukan maka :
a. Jika gejala ringan berubah menjadi sedang, dilakukan isolasi di RS darurat.
b. Jika gejala sedang berubah menjadi berat, dilakukan isolasi di RS rujukan.
Kegiatan surveilans terhadap PDP ringan dan PDP sedang dilakukan berkala untuk
mengevaluasi adanya perburukan gejala selama 14 hari. Petugas kesehatan dapat
melakukan pemantauan melalui telepon atau melalui kunjungan secara berkala (harian)
dan dicatat pada formulir pemantauan harian (Lampiran 2). Pemantauan dilakukan dalam
bentuk pemeriksaan suhu tubuh dan skrining gejala harian. Pemantauan dilakukan oleh
petugas kesehatan layanan primer dan berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat.
Orang dalam pemantauan yang sudah dinyatakan sehat yang tidak memiliki gejala terkait
COVID-19, ditetapkan melalui surat pernyataan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan.
4.3.2. Deteksi Dini Dan Respon
Kegiatan deteksi dini dan respon dilakukan di pintu masuk dan wilayah untuk mengidentifikasi
ada atau tidaknya OTG, ODP, PDP maupun kasus konfimasi COVID-19 dan melakukan respon
adekuat. Upaya deteksi dini dan respon dilakukan sesuai perkembangan situasi COVID-19
dunia yang dipantau dari situs resmi WHO. Deteksi dini di wilayah dilakukan melalui
peningkatan kegiatan surveilans rutin dan surveilans berbasis kejadian yang dilakukan secara
aktif maupun pasif. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan adanya indikasi OTG, ODP, dan
PDP COVID-19 yang harus segera direspon. Adapun bentuk respon dapat berupa verifikasi,
rujukan kasus, investigasi, notifikasi, dan respon penanggulangan. Bentuk kegiatan verifikasi
dan investigasi adalah penyelidikan epidemiologi. Sedangkan, kegiatan respon
penanggulangan antara lain identifikasi dan pemantauan kontak, rujukan, komunikasi risiko dan
pemutusan rantai penularan.
Bila fasyankes menemukan orang yang memenuhi kriteria PDP maka perlu melakukan
kegiatan sebagai berikut :
A. Tatalaksana sesuai kondisi pasien :
Gejala ringan: Isolasi diri di rumah
Gejala sedang: Rujuk ke RS Darurat
Gejala berat: Rujuk ke RS Rujukan (lihat Kepmenkes Nomor
HK.01.07/MENKES/169/2020 tentang Penetapan RS Rujukan Penanggulangan
Penyakit Infeksi Emerging Tertentu) dengan menggunakan ambulans penyakit infeksi
dengan menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
B. Memberikan komunikasi risiko mengenai penyakit COVID-19.
16
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
C. Fasyankes segera melaporkan dalam waktu ≤ 24 jam ke Dinkes Kab/Kota setempat.
Selanjutnya Dinkes Kab/Kota melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi yang kemudian
diteruskan ke Ditjen P2P melalui PHEOC. Menggunakan formulir laporan harian data kasus
COVID-19 (Lampiran 4).
D. Melakukan penyelidikan epidemiologi menggunakan formulir penyelidikan epidemiologi
(Lampiran 6), mengidentifikasi kontak erat menggunakan formulir (lampiran 12) dan
pemantauan kontak erat menggunakan formulir (Lampiran 2).
E. Dilakukan pengambilan spesimen berkoordinasi dengan Dinkes setempat untuk pengiriman
dengan menyertakan formulir pengiriman spesimen (Lampiran 7).
Bila memenuhi kriteria ODP maka dilakukan :
A. Tatalaksana sesuai kondisi pasien.
B. Komunikasi risiko mengenai penyakit COVID-19.
C. Pasien melakukan isolasi diri di rumah tetapi tetap dalam pemantauan petugas kesehatan
puskesmas berkoordinasi dengan Dinkes setempat menggunakan formulir (Lampiran 2).
D. Fasyankes segera melaporkan secara berjenjang dalam waktu ≤ 24 jam ke Dinkes
Kabupaten/Kota/Provinsi untuk selanjutnya dilaporkan ke PHEOC menggunakan formulir
(Lampiran 4 dan Lampiran 5).
E. Pengambilan spesimen di fasyankes atau lokasi pemantauan.
Bila kasus tidak memenuhi kriteria definisi operasional maka dilakukan :
A. Tatalaksana sesuai kondisi pasien.
B. Komunikasi risiko kepada pasien.
4.3.3. Pelacakan Kontak Erat / OTG
Tahapan pelacakan kontak erat terdiri dari 3 komponen utama yaitu identifikasi kontak ( contact
identification), pendataan kontak erat (contact listing) dan tindak lanjut kontak (contact follow
up).
A. Identifikasi Kontak
Identifikasi kontak merupakan bagian dari investigasi kasus. Jika ditemukan kasus COVID-
19 yang memenuhi kriteria kasus konfirmasi maka perlu segera untuk dilakukan identifikasi
kontak erat. Identifikasi kontak erat ini bisa berasal dari kasus yang masih hidup ataupun
yang sudah meninggal terutama untuk mencari penyebab kematian yang mungkin ada
kaitannya dengan COVID-19.
Informasi yang perlu dikumpulkan pada fase identifikasi kontak adalah orang yang
mempunyai kontak dengan kasus dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14
hari setelah kasus timbul gejala, yaitu :
a. Semua orang yang berada di lingkungan tertutup yang sama dengan kasus (rekan kerja,
satu rumah, sekolah, pertemuan).
b. Semua orang yang mengunjungi rumah kasus baik saat di rumah ataupun saat berada di
fasilitas layanan kesehatan.
c. Semua tempat dan orang yang dikunjungi oleh kasus seperti kerabat, spa dll.
17
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
d. Semua fasilitas layanan kesehatan yang dikunjungi kasus termasuk seluruh petugas
kesehatan yang berkontak dengan kasus tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD)
yang standar.
e. Semua orang yang berkontak dengan jenazah dari hari kematian sampai dengan
penguburan.
f. Semua orang yang bepergian bersama dengan segala jenis alat angkut/kendaraan
(kereta, angkutan umum, taxi, mobil pribadi, dan sebagainya).
Informasi terkait paparan ini harus selalu dilakukan pengecekan ulang untuk memastikan
konsistensi dan keakuratan data untuk memperlambat dan memutus penularan penyakit.
B. Pendataan Kontak Erat
Semua kontak erat yang telah diidentifikasi selanjutnya dilakukan wawancara secara lebih
detail dan mendata hal-hal berikut ini yaitu :
a. Identitas lengkap nama lengkap, usia, alamat lengkap, alamat kerja, nomer telepon,
nomer telepon keluarga, penyakit penyerta (komorbid), dan sebagainya sesuai dengan
formulir pelacakan kontak erat (lampiran 11).
b. Selanjutnya petugas harus juga menyampaikan kepada kontak erat
Maksud dari upaya pelacakan kontak ini.
Rencana monitoring harian yang akan dilakukan.
Informasi untuk segera menghubungi fasilitas layanan kesehatan terdekat jika
muncul gejala dan bagaimana tindakan awal untuk mencegah penularan.
c. Berikan saran-saran berikut ini :
Membatasi diri untuk tidak bepergian semaksimal mungkin atau kontak dengan
orang lain.
Laporkan sesegera mungkin jika muncul gejala seperti batuk, pilek, sesak nafas,
dan gejala lainnya melalui kontak tim monitoring. Sampaikan bahwa semakin cepat
melaporkan maka akan semakin cepat mendapatkan tindakan untuk mencegah
perburukan.
C. Tindak Lanjut Kontak
a. Petugas surveilans yang telah melakukan kegiatan identifikasi kontak dan pendataan
kontak akan mengumpulkan tim baik dari petugas puskesmas setempat, kader,
relawan dari PMI dan pihak-pihak lain terkait. Pastikan petugas yang memantau dalam
kondisi fit dan tidak memiliki penyakit komorbid. Alokasikan satu hari untuk
menjelaskan cara melakukan monitoring, mengenali gejala, tindakan observasi rumah,
penggunaan APD dan tindakan pencegahan penularan penyakit lain serta promosi
kesehatan untuk masyarakat di lingkungan.
b. Komunikasi risiko harus secara pararel disampaikan kepada masyarakat untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti munculnya stigma dan diskriminasi
akibat ketidaktahuan.
18
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
c. Petugas surveilans provinsi bertindak sebagai supervisor bagi petugas surveilans
kab/kota. Petugas surveilans kab/kota bertindak sebagai supervisor untuk petugas
puskesmas.
d. Laporan dilaporkan setiap hari untuk menginformasikan perkembangan dan kondisi
terakhir dari kontak erat.
e. Setiap petugas harus memiliki pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19
yang didalamnya sudah tertuang pelacakan kontak dan tindakan yang harus dilakukan
jika kontak erat muncul gejala. Petugas juga harus proaktif memantau dirinya sendiri.
D. Seluruh kegiatan tatalaksana kontak ini harus dilakukan dengan penuh empati kepada
kontak erat, menjelaskan dengan baik, dan tunjukkan bahwa kegiatan ini adalah untuk
kebaikan kontak erat serta mencegah penularan kepada orang-orang terdekat (keluarga,
saudara, teman dan sebagainya). Diharapkan tim promosi kesehatan juga berperan dalam
memberikan edukasi dan informasi yang benar kepada masyarakat.
4.3.4. Pencatatan Dan Pelaporan
Data penemuan kasus PDP, ODP, OTG COVID-19 yang dicatat dan dilaporkan sesuai dengan
format dalam lampiran termasuk jika tidak ditemukan kasus (zero reporting). Formulir yang
digunakan oleh rumah sakit atau klinik adalah :
A. Formulir pemantauan (Lampiran 2 dan Lampiran 3).
B. Formulir laporan harian penemuan kasus Konfirmasi, PDP, ODP dan OTG (Lampiran 4 dan
Lampiran 5) yang dilaporkan setiap hari kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas
Kesehatan Kab/Kota setempat.
C. Formulir pengambilan dan pengiriman spesimen (Lampiran 7).
Selain formulir untuk kasus, formulir pemantauan kontak erat juga harus dilengkapi. Pelaporan
harian dilaporkan setiap hari oleh Fasyankes ke Dinkes setempat secara berjenjang hingga
sampai kepada Ditjen P2P dengan tembusan PHEOC.
24
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
Pastikan bahwa petugas kesehatan yang membawa/mengangkut pasien harus
memakai APD yang sesuai dengan antisipasi potensi pajanan dan membersihkan
tangan sesudah melakukannya.
Memberi tahu daerah/unit penerima agar dapat menyiapkan kewaspadaan
pengendalian infeksi sebelum kedatangan pasien.
Bersihkan dan disinfeksi permukaan peralatan (misalnya tempat tidur) yang
bersentuhan dengan pasien setelah digunakan.
Semua orang yang masuk kamar pasien (termasuk pengunjung) harus dicatat
(untuk tujuan penelusuran kontak).
Ketika melakukan prosedur yang berisiko terjadi percikan ke wajah dan/atau
badan, maka pemakaian APD harus ditambah dengan: masker bedah dan
pelindung mata/ kacamata, atau pelindung wajah; gaun dan sarung tangan.
b. Kewaspadaan Airborne pada Prosedur yang Menimbulkan Aerosol
Suatu prosedur/tindakan yang menimbulkan aerosol didefinisikan sebagai tindakan
medis yang dapat menghasilkan aerosol dalam berbagai ukuran, termasuk partikel
kecil (<5 mkm). Tindakan kewaspadaan harus dilakukan saat melakukan prosedur
yang menghasilkan aerosol dan mungkin berhubungan dengan peningkatan risiko
penularan infeksi, seperti intubasi trakea, ventilasi non invasive, trakeostomi,
resusistasi jantung paru, venitilasi manual sebelum intubasi dan bronkoskopi.
4.5.2. Langkah Pencegahan Tambahan
Langkah pencegahan tambahan antara lain :
a. Langkah pencegahan standar.
b. Akomodasi / isolasi khusus (seperti ruangan tunggal, jarak antar tempat tidur, toilet terpisah,
dan lainnya).
c. Petunjuk-petunjuk umum / akses.
d. APD (Alat Pelindung Diri).
e. Peralatan khusus dan pembersihan tambahan.
f. Batasi pemindahan.
g. Komunikasi (antar petugas, dengan dinas kesehatan, dan lainnya).
4.5.3. Langkah Pencegahan Tambahan Didasarkan Pada Cara Transmisi
Langkah pencegahan tambahan didasarkan pada cara transmisi, seperti :
a. Cara Langsung
Kontak langsung, kontak langsung terjadi melalui sentuhan; sesorang dapat
mentransmisikan mikroorganisme kepada orang lain melalui sentuhan kulit atau dengan
permukaan, tanah atau tumbuhan.
Penyebaran percikan (droplet), Penyebaran percikan berarti penyemburan aerosol
relatif besar dalam jarak dekat yang dihasilkan oleh bersin, batuk.
b. Cara Tidak Langsung
25
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
Transmisi tidak langsung berarti perpindahan agen infeksi dari reservoir ke penjamu yang
dapat melalui :
Transmisi udara, terjadi ketika agen infeksi terbawa nukleus debu atau percikan yang
melayang di udara.
Kendaraan (vehicle), dapat secara tidak langsung mentransmisikan agen infeksi.
Vektor, dapat membawa agen infeksi atau menyokong pertumbuhan atau perubahan
agen.
4.5.4. Pasien Suspek Atau Terkonfirmasi COVID-19
Pada pasien suspek atau terkonfirmasi COVID-19 maka harus diperhatikan tambahan
informasi sebagai berikut :
a. Lakukan langkah-langkah pencegahan kontak dan percikan untuk semua pasien suspek
dan terkonfirmasi COVID-19.
b. Langkah pencegahan transmisi udara dianjurkan hanya untuk prosedur yang menghasilkan
aerosol.
c. Tempatkan semua pasien penyakit pernapasan di ruangan tunggal atau berjarak minimal 1
meter dari pasien lain waktu menunggu ruangan.
d. Harus ada tim tenaga kesehatan yang khusus merawat pasien suspek.
e. Tenaga kesehatan wajib menggunakan APD (masker medis, sarung tangan, pelindung mata
/ wajah, jubah).
f. Laksanakan secara konsisten kebersihan tangan WHO serta sebelum dan setelah melepas
APD.
g. Jika memungkinkan peralatan hanya digunakan sekali, khusus satu pasien dan didisinfeksi
sebelum digunakan kembali,
h. Hindari memindahkan kasus suspek atau terkonfirmasi, pastikan pasien menggunakan
masker dan tenaga kesehatan menggunakan APD yang sesuai.
i. Pembersihan rutin lingkungan sangat penting.
j. Batasi jumlah tenaga kesehatan, pengunjung dan anggota keluarga kontak dengan pasien.
Semua yang kontak dengan pasien wajib menggunakan APD.
k. Semua orang yang masuk kamar pasien (termasuk pengunjung) harus dicatat (untuk
penelusuran kontak).
l. Langkah-langkah pencegahan harus tetap dijalankan hingga gejala hilang.
4.5.5. Layanan Rawat Jalan
Langkah-langkah berikut perlu diambil, antara lain :
a. Triase dan identifikasi awal.
b. Skrining sindrom dilakukan di klinik.
c. Menekankan kebersihan tangan, kebersihan pernapasan dan masker medis untuk pasien
bergejala pernapasan.
d. Tempatkan pasien diruangan terpisah atau jauh dari pasien lain di ruang tunggu dan pakai
masker.
26
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
e. Pastikan area tunggu berjarak 1 meter bagi pasien bergejala pernapasan.
f. Prioritaskan perawatan pada pasien bergejala pernapasan.
g. Jelaskan dan beri edukasi kepada pasien dan keluarga tentang identifikasi awal / tanda
gejala, langkah-langkah pencegahan dasar, fasilitas layanan kesehatan yang harus dirujuk.
27
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 (dua) kali selama 2 (dua)
hari berturut-turut, apabila tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR.
Positif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah dengan menerapkan PHBS dan
physical distancing; Pada kelompok ini juga akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR
sebanyak 2 (dua) kali selama 2 (dua) hari berturut-turut, apabila tersedia fasilitas pemeriksaan
RT PCR.
c. Kelompok PDP
Kelompok ketiga merupakan orang yang terklasifikasi sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
Kelompok ini akan melalui pemeriksaan RT antibodi dan jika pemeriksaan pertama menunjukkan
hasil:
Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri rumah dengan menerapkan PHBS dan
physical distancing; pemeriksaan ulang pada hari ke 10 (sepuluh). Jika hasil pemeriksaan ulang
positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 (dua) kali selama 2 (dua)
hari berturut-turut. Apabila mengalami perburukan gejala, lakukan perawatan di RS.
Positif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah (gejala ringan), isolasi di RS darurat
(gejala sedang), atau isolasi di RS rujukan (gejala berat); Pada kelompok ini juga akan
dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 (dua) kali selama 2 (dua) hari berturut-
turut.
28
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
Pernapasan bawah
(BUKAN Liur).
Bronchoalveolar Kontainer Steril 4oC ≤48 jam: 4 °C Wajib bila
Lavage >48 jam: –70 °C memungkinkan.
Tracheal Kontainer Steril 4oC ≤48 jam: 4 °C Wajib bila
aspirate, >48 jam: –70 °C memungkinkan.
Nasopharyngeal
aspirate atau
nasal wash
Jaringan biopsi Kontainer Steril + 4oC ≤24 jam: 4 °C
atau autopsi Saline >24 jam: –70 °C
termasuk dari
paru-paru.
Serum (2 Serum separator 4oC ≤5 hari: 4 °C Wajib diambil.
sampel yaitu tubes (Dewasa 3- >5 hari: -70 °C Pengambilan 2
akut dan 5 ml whole Blood) Sampel :
konvalesen) Akut-minggu
UNTUK pertama saat sakit
SEROLOGI Konvalesen- 2 s.d.
3 minggu
setelahnya
31
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
Pasien yang dirawat dengan diagnosa infeksi COVID-19 dapat dipulangkan apabila hasil
pemeriksaan PCR negatif 2 kali berturut-turut dalam selang waktu 2 hari. Apabila tidak tersedia
pemeriksaan PCR maka pemulangan pasien COVID-19 didasari oleh :
c. Klinis perbaikan tanpa oksigen dan radiologis perbaikan, dan
d. Perbaikan klinis dengan saturasi oksigen lebih 95%.
4.10.Perawatan Dirumah
Perawatan di rumah dilakukan terhadap orang yang bergejala ringan dan tanpa kondisi penyerta seperti
penyakit paru, jantung, ginjal dan kondisi immunocompromised. Tindakan ini dapat dilakukan pada
pasien dalam pengawasan, orang dalam pemantauan dan kontak erat yang bergejala dengan tetap
memperhatikan kemungkinan terjadinya perburukan. Beberapa alasan pasien dirawat di rumah yaitu
perawatan rawat inap tidak tersedia atau tidak aman. Pertimbangan tersebut harus memperhatikan
kondisi klinis dan keamanan lingkungan pasien. Pertimbangan lokasi dapat dilakukan di rumah, fasilitas
umum, dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi setempat. Penting untuk memastikan bahwa
32
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
lingkungan tempat pemantauan kondusif untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang
diperlukan orang tersebut. Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum yang dapat digunakan untuk
pemantauan harus diidentifikasi dan dievaluasi sebagai salah satu elemen kesiapsiagaan menghadapi
COVID-19. Evaluasi harus dilakukan oleh pejabat atau petugas kesehatan masyarakat. Selama proses
pemantauan, pasien harus selalu proaktif berkomunikasi dengan petugas kesehatan. Petugas
kesehatan yang melakukan pemantauan menggunakan APD minimal berupa masker
a. Perawatan di rumah (home care) untuk tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan harus :
Mengenakan masker dan menjalankan kebersihan tangan dengan baik saat merawat pasien.
Jelaskan kepada pasien cara membatasi paparan kepada keluarganya.
Ajarkan kepada pasien etika pernapasan dan kebersihan tangan (tutup mulut dan hidung saat
batuk atau bersin).
Jelaskan kepada pemberi perawatan tentang cara merawat dengan benar anggota keluarga
yang sakit seaman mungkin, berikan makanan bergizi seimbang untuk meningkatkan imunitas
dan berikan dukungan, penjelasan serta pemantauan terus menerus kepada pasien dan
keluarga.
Bersihkan dan disinfeksi secara berkala pada benda-benda yang sering disentuh dan pada
permukaan rumah dan perabot (meja, kursi, dan lain-lain), gagang pintu, dan lain-lain.
b. Perawatan di rumah oleh pemberi perawatan
Pemberi perawatan dan anggota keluarga harus diberi tahu :
Jenis perawatan yang harus diberikan dan penggunaan perlindungan yang tersedia untuk
menutupi hidung dan mulut.
Tempatkan pasien/orang dalam ruangan tersendiri yang memiliki ventilasi yang baik (memiliki
jendela terbuka, atau pintu terbuka).
Batasi pergerakan dan minimalkan berbagi ruangan yang sama. Pastikan ruangan bersama
(seperti dapur, kamar mandi) memiliki ventilasi yang baik.
Anggota keluarga yang lain sebaiknya tidur di kamar yang berbeda, dan jika tidak
memungkinkan maka jaga jarak minimal 1 meter dari pasien (tidur di tempat tidur berbeda).
Batasi jumlah orang yang merawat pasien. Idelanya satu orang yang benar-benar sehat tanpa
memiliki gangguan kesehatan lain atau gangguan kekebalan. Pengunjung/penjenguk tidak
diizinkan sampai pasien benar-benar sehat dan tidak bergejala.
Lakukan hand hygiene (cuci tangan) segera setiap ada kontak dengan pasien atau lingkungan
pasien. Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah menyiapkan makanan, sebelum makan,
setelah dari kamar mandi, dan kapanpun tangan kelihatan kotor. Jika tangan tidak tampak kotor
dapat menggunakan hand sanitizer, dan untuk tangan yang kelihatan kotor menggunakan air
dan sabun.
33
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
Jika mencuci tangan menggunakan air dan sabun, handuk kertas sekali pakai
direkomendasikan. Jika tidak tersedia bisa menggunakan handuk bersih dan segera ganti jika
sudah basah.
Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh terutama cairan mulut atau pernapasan (dahak,
ingus dll) dan tinja. Gunakan sarung tangan dan masker jika harus memberikan perawatan
mulut atau saluran nafas dan ketika memegang tinja, air kencing dan kotoran lain. Cuci tangan
sebelum dan sesudah membuang sarung tangan dan masker.
Ingatkan kepada pasien untuk mengenakan masker ketika ada anggota keluarga lain.
Jangan gunakan masker atau sarung tangan yang telah terpakai.
Sediakan sprei dan alat makan khusus untuk pasien (cuci dengan sabun dan air setelah dipakai
dan dapat digunakan kembali).
Bersihkan permukaan di sekitar pasien termasuk toilet dan kamar mandi secara teratur. Sabun
atau detergen rumah tangga dapat digunakan, kemudian larutan NaOCl 0.5% (setara dengan 1
bagian larutan pemutih dan 9 bagian air).
Bersihkan pakaian pasien, sprei, handuk dll menggunakan sabun cuci rumah tangga dan air
atau menggunakan mesin cuci dengan suhu air 60-900C dengan detergen dan keringkan.
Tempatkan pada kantong khusus dan jangan digoyang-goyang, dan hindari kontak langsung
kulit dan pakaian dengan bahan-bahan yang terkontaminasi.
Sarung tangan dan apron plastik sebaiknya digunakan saat membersihkan permukaan pasien,
baju, atau bahan-bahan lain yang terkena cairan tubuh pasien. Sarung tangan (yang bukan
sekali pakai) dapat digunakan kembali setelah dicuci menggunakan sabun dan air dan
didekontaminasi dengan larutan NaOCl 0.5%. Cuci tangan sebelum dan setelah menggunakan
sarung tangan.
Sarung tangan, masker dan bahan-bahan sisa lain selama perawatan harus dibuang di tempat
sampah di dalam ruangan pasien yang kemudian ditutup rapat sebelum dibuang sebagai
kotoran infeksius.
Hindari kontak dengan barang-barang terkontaminasi lainya seperti sikat gigi, alat makan-
minum, handuk, pakaian dan sprei).
Tidak berdekatan atau berkumpul dikeramaian atau tempat-tempat umum, jika terpaksa berada
di tempat umum gunakanlah masker.
Hindari melakukan perjalanan baik ke luar kota atau luar negeri.
Tidak berkunjung ke rumah kerabat/teman/saudara dan mengurangi menerima kunjungan/tamu.
Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah berpergian.
Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
Jangan berjabat tangan.
Konsumsi makanan bergizi seimbang untuk menjaga stamina dan imunitas.
c. Karantina OTG
34
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
Karantina dilakukan terhadap OTG untuk mewaspadai munculnya gejala sesuai definisi operasional.
Lokasi karantina dapat dilakukan di rumah, fasilitas umum, atau alat angkut dengan
mempertimbangkan kondisi dan situasi setempat. Penting untuk memastikan bahwa lingkungan
tempat pemantauan kondusif untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang diperlukan
orang tersebut. Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum yang dapat digunakan untuk observasi
harus diidentifikasi dan dievaluasi sebagai salah satu elemen kesiapsiagaan menghadapi COVID-
19. Evaluasi harus dilakukan oleh pejabat atau petugas kesehatan masyarakat.
Setiap akan melakukan karantina maka harus mengkomunikasikan dan mensosialisasikan tindakan
yang akan dilakukan dengan benar, untuk mengurangi kepanikan dan meningkatkan kepatuhan :
a. Masyarakat harus diberikan pedoman yang jelas, transparan, konsisten, dan terkini serta
diberikan informasi yang dapat dipercaya tentang tindakan karantina;
b. Keterlibatan masyarakat sangat penting jika tindakan karantina harus dilakukan;
c. Orang yang di karantina perlu diberi perawatan kesehatan, dukungan sosial dan psikososial,
serta kebutuhan dasar termasuk makanan, air dan kebutuhan pokok lainnya. Kebutuhan
populasi rentan harus diprioritaskan;
d. Faktor budaya, geografis dan ekonomi mempengaruhi efektivitas karantina. Penilaian cepat
terhadap faktor lokal harus dianalisis, baik berupa faktor pendorong keberhasilan maupun
penghambat proses karantina.
Pada pelaksanaan karantina harus memastikan hal-hal sebagai berikut :
1. Tata cara dan perlengkapan selama masa karantina
Tata cara karantina meliputi :
a. Orang-orang ditempatkan di ruang dengan ventilasi cukup serta kamar single yang luas
yang dilengkapi dengan toilet. jika kamar single tidak tersedia pertahankan jarak minimal 1
meter dari penghuni rumah lain. meminimalkan penggunaan ruang bersama dan
penggunaan peralatan makan bersama, serta memastikan bahwa ruang bersama (dapur,
kamar mandi) memiliki ventilasi yang baik;
b. Pengendalian infeksi lingkungan yang sesuai, seperti ventilasi udara yang memadai, sistem
penyaringan dan pengelolaan limbah;
c. Pembatasan jarak sosial (lebih dari 1 meter) terhadap orang-orang yang di karantina;
d. Akomodasi dengan tingkat kenyamanan yang sesuai termasuk:
Penyediaan makanan, air dan kebersihan;
Perlindungan barang bawaan;
Perawatan medis;
Komunikasi dalam bahasa yang mudah dipahami mengenai: hak-hak mereka;
ketentuan yang akan disediakan; berapa lama mereka harus tinggal; apa yang akan
terjadi jika mereka sakit; informasi kontak kedutaan
e. Bantuan bagi para pelaku perjalanan;
f. Bantuan komunikasi dengan anggota keluarga;
g. Jika memungkinkan, akses internet, berita dan hiburan;
35
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
h. Dukungan psikososial; dan
i. Pertimbangan khusus untuk individu yang lebih tua dan individu dengan kondisi komorbid,
karena berisiko terhadap risiko keparahan penyakit COVID-19.
2. Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Minimal
Berikut langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus digunakan untuk
memastikan lingkungan aman digunakan sebagai tempat karantina :
a. Deteksi dini dan pengendalian
Setiap orang yang dikarantina dan mengalami demam atau gejala sakit pernapasan
lainnya harus diperlakukan sebagai suspect COVID-19;
Terapkan tindakan pencegahan standar untuk semua orang dan petugas :
- Cuci tangan sesering mungkin, terutama setelah kontak dengan saluran
pernapasan, sebelum makan, dan setelah menggunakan toilet. Cuci tangan dapat
dilkukan dengan sabun dan air atau dengan hand sanitizer yang mengandung
alkohol. Peggunaan hand sanitizer yang mengandung alkohol lebih disarankan jika
tangan tidak terlihat kotor. Bila tangan terlihat kotor, cucilah tangan menggunakan
sabun dan air.
- Pastikan semua orang yang diobservasi menerapkan etika batuk.
- Sebaiknya jangan menyentuh mulut dan hidung.
Masker tidak diperlukan untuk orang yang tidak bergejala. Tidak ada bukti bahwa
menggunakan masker jenis apapun dapat melindungi orang yang tidak sakit.
b. Pengendalian administratif
Pengendalian administratif meliputi :
Pembangunan infrastruktur PPI yang berkelanjutan (desain fasilitas) dan kegiatan;
Memberikan edukasi pada orang yang diobservasi tentang PPI; semua petugas yang
bekerja perlu dilatih tentang tindakan pencegahan standar sebelum pengendalian
karantina dilaksanakan. Saran yang sama tentang tindakan pencegahan standar harus
diberikan kepada semua orang pada saat kedatangan. Petugas dan orang yang
diobservasi harus memahami pentingnya segera mencari pengobatan jika mengalami
gejala;
Membuat kebijakan tentang pengenalan awal dan rujukan dari kasus COVID-19.
c. Pengendalian lingkungan
Prosedur pembersihan dan disinfeksi lingkungan harus diikuti dengan benar dan konsisten.
Petugas kebersihan perlu diedukasi dan dilindungi dari infeksi COVID-19 dan petugas
kebebersihan harus memastikan bahwa permukaan lingkungan dibersihkan secara teratur
selama periode observasi :
Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh seperti meja, rangka tempat
tidur, dan perabotan kamar tidur lainnya setiap hari dengan disinfektan rumah tangga
yang mengandung larutan pemutih encer (pemutih 1 bagian hingga 99 bagian air).
36
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
Untuk permukaan yang tidak mentolerir pemutih maka dapat menggunakan etanol
70%.
Bersihkan dan disinfeksi permukaan kamar mandi dan toilet setidaknya sekali sehari
dengan disinfektan rumah tangga yang mengandung larutan pemutih encer (1 bagian
cairan pemutih dengan 99 bagian air);
Membersihkan pakaian, seprai, handuk mandi, dan lain-lain, menggunakan sabun cuci
dan air atau mesin cuci di 60–90°C dengan deterjen biasa dan kering;
Harus mempertimbangkan langkah-langkah untuk memastikan sampah dibuang di TPA
yang terstandar, dan bukan di area terbuka yang tidak diawasi;
Petugas kebersihan harus mengenakan sarung tangan sekali pakai saat
membersihkan atau menangani permukaan, pakaian atau linen yang terkotori oleh
cairan tubuh, dan harus melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah melepas
sarung tangan.
37
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
BAB V
DOKUMENTASI
5.1. Setiap pasien dengan suspek dan terkonfrmasi positif coronavirus tetap wajib didokumentasikan
sebagai pasien rumah sakit.
5.2. Lakukan pendokumentasian seluruh rencana kegiatan, prosedur / tindakan dan edukasi, pengobatan
dan hal lainnya dalam rekam medis pasien sesuai ketentuan.
5.3. Lakukan dokumentasi nama petugas yang merawat pasien dengan COVID-19 setiap kali memasuki
ruang perawatan pasien.
5.4. Lakukan pendataan setiap pasien OTG, ODP dan PDP yang ditangani di rumah sakit maupun isolasi
mandiri.
5.5. Setiap pasien yang dilakukan perawatan dirumah agar anggota keluarga / yang merawat
mendokumentasikan riwayat kondisi pasien dan nama setiap orang yang berinteraksi dengan pasien.
5.6. Dokumentasikan hasil pemantauan kondisi pasien isolasi mandiri dirumah dengan lengkap.
5.7. Lakukan seluruh rangkaian proses penanganan pasien OTG, ODP dan PDP sesuai ketentuan yang
berlaku.
38
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
LAMPIRAN
39
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
2. Lampiran 2 : Formulir Pemantauan Harian
40
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
3. Lampiran 3 : Formulir Pemantauan Petugas Kesehatan
41
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
4. Lampiran 4 : Laporan Harian Data Kasus COVID-19
42
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
5. Lampiran 5 : Laporan Harian Penemuan Kasus Konfirmasi, PDP, ODP, dan OTG
43
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
6. Lampiran 6 : Formulir Penyelidikan Epidemiologi Coronavirus Disease (COVID-19)
44
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
45
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
46
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
7. Lampiran 7 : Formulir Pasien Dalam Pengawasan COVID-19
47
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
48
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
8. Lampiran 8 : Laporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
49
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
9. Lampiran 9 : Algoritma Pelacakan Kontak
50
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
10. Lampiran 10 : Formulir Pelacakan Kontak Erat / OTG
51
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
52
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
53
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
11. Lampiran 11 : Formulir Identifikasi Kontak Erat / OTG
54
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
12. Lampiran 12 : Formulir Pendataan Kontak
55
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
13. Lampiran 13 : Contoh Surat Pernyataan Sehat
63
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
16. Lampiran 16 : Cara Pemakaian Dan Pelepasan APD
64
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
65
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
66
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
67
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
17. Lampiran 17 : Lembar Kesediaan Karantina Rumah / Perawatan Di Rumah
68
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
18. Lampiran 18 : Alur Pengiriman Spesimen Dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan
69
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya
Hospital Group.
11
© Mandaya Royal Hospital Puri 2020. Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa seijin Mandaya Hospital Group.