Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan bimbingan
dan petunjuk kepada kita sehingga kita berhasil menyusun Panduan Alat Pelindung Diri
COVID-19.
Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Sejati merupakan sarana pelayanan kesehatan
yang saat ini makin berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi di lain pihak rumah sakit dihadapi tantangan yang makin besar. Rumah Sakit
dituntut agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu khususnya bagi
jaminan keselamatan pasien (patient safety) dan keselamatan karyawan.
Untuk hal tersebut rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang
ada di Indonesia perlu ditingkatkan pelayanan khususnya dalam Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi.
Panduan Panduan Panduan Alat Pelindung Diri COVID-19 ini sangat penting bagi
Rumah Sakit dan Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dalam Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi yang mewabah karena Novel Coronavirus-19.
Kami menyadari bahwa panduan ini masih belum sempurna. Untuk itu kami
harapkan masukan bagi penyempurnaan ini dikemudian hari.
PEMBERLAKUAN PANDUAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................iv
BAB I DEFINISI ...................................................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP ...................................................................................................3
BAB III KEBIJAKAN PENGGUNAAN APD .........................................................................10
BAB IV TATA LAKSANA .....................................................................................................12
A. Prinsip Umum ..........................................................................................................12
B. Pemakaian APD di Rumah Sakit ............................................................................12
C. Pemilihan APD sesuai dengan Area Risiko ............................................................19
D. Daftar APD yang digunakan di Unit Berisiko ..........................................................20
E. Jenis, Tata Cara Penyimpanan, dan Tempat Pembuangan APD ..........................23
F. Urutan Mengenakan dan Melepaskan APD ...........................................................24
G. Dekontaminasi Penggunaan Ulang APD ................................................................28
H. Gambar Jenis APD ..................................................................................................29
BAB V DOKUMENTASI ......................................................................................................31
A. Dokumentasi ............................................................................................................31
B. Pemantauan/Audit APD dan Pelaporan..................................................................31
Alat Pelindung Diri (APD) didesain untuk memberikan perlindungan terhadap kulit,
selaput dan selaput lendir mata, hidung, mulut dari kemungkinan terpapar oleh darah
atau cairan tubuh yang bersifat infeksius. Contoh Alat Pelindung Diri (APD) misalnya
sarung tangan.
3. Masker untuk mencegah kontak droplet dari mulut, hidung petugas kesehatan
yang mengandung mikroorganisme dan terpercik saat bernafas, bicara, batuk
pada pasien atau dalam keadaan sebaliknya. Jenis dan fungsi masker :
a. Masker bedah digunakan untuk mencegah kontaminasi mulut dari cipratan
darah atau cairan tubuh lainnya saat memberikan pelayanan kepada pasien.
b. Masker N95 jenis masker efisiensi tinggi yang digunakan untuk melindungi
petugas dari infeksi saluran nafas atau kontaminasi dari partikel dengan
ukuran ≤ 5 mikron yang dibawa oleh udara, misalnya pada kasus flu burung
atau SARS.
Hal yang harus diperhatikan pada pemakaian Masker Bedah dan Masker N95:
a. Petugas kesehatan harus memeriksa sisi masker yang menempel pada
wajah untuk melihat apakah lapisan utuh dan tidak cacat. Jika bahan
penyaring rusak atau kotor, masker sudah tidak dapat digunakan dan harus
dibuang. Selain itu, masker yang robek, terkikis, terpotong atau, terlipat pada
sisi dalam masker, juga tidak dapat digunakan.
b. Petugas kesehatan harus memeriksa tali-tali masker untuk memastikan tidak
terpotong atau rusak. Tali harus menempel dengan baik di semua titik
sambungan
c. Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam (jika ada) berada
pada tempatnya dan berfungsi dengan baik. Klip hidung tersebut tidak boleh
dipencet/dijepit, karena akan menyebabkan kebocoran. Klip hidung harus
diletakkan di atas hidung setelah memasang masker, menggunakan kedua
telunjuk dengan cara menekan dan menyusuri bagian atas masker.
Waktu pemakaian gaun pelindung ketika merawat pasien yang diketahui atau
dicurigai menderita penyakit menular, petugas kesehatan harus mengenakan
gaun pelindung setiap memasuki ruangan untuk merawat pasien karena ada
kemungkinan terpercik atau tersemprot darah, cairan tubuh, sekresi, atau
ekskresi.
Hal yang harus diperhatikan pada pemakaian gaun pelindung adalah pangkal
sarung tangan harus menutupi ujung lengan gaun sepenuhnya. Lepaskan gaun
sebelum meninggalkan area pasien. Setelah gaun dilepas, pastikan bahwa
pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian yang potensial tercemar, lalu cuci
tangan segera untuk mencegah berpindahnya organisme.
5. Apron
Merupakan penghalang tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas
kesehatan. Petugas kesehatan harus mengenakan apron di bawah gaun
penutup ketika melakukan perawatan langsung pada pasien, membersihkan
pasien, atau melakukan prosedur dimana ada risiko tumpahan darah, cairan
tubuh atau sekresi. Hal ini penting jika gaun pelindung tidak tahan air. Apron
akan mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas
kesehatan. Jenis apron yang dipakai di rumah sakit, yaitu :
a. Celemek plastik/Perlak digunakan untuk melindungi tubuh dari cipratan
darah atau cairan tubuh pasien atau dari bahan berbahaya lainnya.
b. Apron timbal digunakan untuk melindungi tubuh dari paparan sinar x-ray.
c. Celemek kedap air digunakan untuk melindungi tubuh dari air kotor saat
melakukan pencucian piring
d. Celemek kain digunakan untuk melindungi tubuh dari bahan makanan yang
diolah/masakan
6. Sarung Tangan ada 2 jenis yaitu untuk tindakan medis dan pekerjaan umum
a. Sarung tangan dalam tindakan medis
Sarung tangan dalam tindakan medis digunakan untuk mencegah kontak
mikroorganisme yang ada pada tangan petugas kesehatan kepada pasien,
untuk melindungi petugas kesehatan dan pasien dari kemungkinan paparan
bahan infeksius yang mungkin melekat/terbawa oleh tangan. Sarung tangan
merupakan penghalang (barrier) fisik paling penting untuk mencegah
penyebaran infeksi. Sarung tangan harus diganti antar kontak dengan satu
Penggunaan APD harus digunakan oleh seluruh staf yang bekerja di rumah sakit
yang berpotensi mengalami bahaya/kecelakaan kerja. APD digunakan bila:
1. Kontak dengan dengan darah, cairan tubuh, sekreta, ekskreta dan semua yang
tercemar oleh bahan infeksius.
2. Kontak dengan selaput mukosa atau kulit yang tidak utuh/luka terbuka.
3. Sebelum melakukan tindakan infasive (steril maupun non steril).
4. Jika dalam proses pekerjaan terdapat bahaya
1. Rumah Sakit menyediakan Alat Pelindung Diri sesuai standar untuk petugas rumah
sakit.
3. Alat Pelindung Diri yang harus tersedia dan layak pakai di masing-masing ruangan :
a) Sarung tangan
b) Apron/Jas pelindung
c) Masker N95
d) Masker bedah
e) Face Shield
f) Topi/pelindung kepala
g) Sepatu boot/proteksi kaki
b) Zona Kuning
- Ruang IGD
- Radiologi
- Pendaftaran
- OK
- VK
- Laboratorium
- Rawat Inap
- Rawat Jalan
- HCU
- Kamar Jenazah
5. Masker N95 digunakan untuk petugas yang berada di zona merah dan petugas yang
melakukan tindakan yang bersifat aerosol.
7. Sarung tangan tidak boleh reuseable (kecuali sarung tangan rumah tangga)
9. Risiko yang ditimbulkan apabila petugas tidak menggunakan APD menjadi tanggung
jawab petugas yang bersangkutan.
A. PRINSIP UMUM
a. Setiap pegawai Rumah Sakit harus dapat menggunakan APD dengan baik dan
benar.
b. Terkait dengan kesehatan tempat kerja dan keselamatan pasien, maka rumah
sakit harus menyediakan APD yang sesuai bagi setiap petugas dalam jumlah
yang cukup.
c. Pemilihan APD dipengaruhi oleh:
- Jenis paparan yang diantisipasi dapat terjadi percikan atau kontak langsung
atau sentuhan, kategori kewaspadaan isolasi (droplet, kontak, airbone).
- Jangka waktu pemakaian dan kesesuaian terhadap pekerjaan yang
dilakukan.
- Area Berisiko COVID-19.
d. Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat menimbulkan potensi bahaya di rumah
sakit harus dilakukan dengan menggunakan APD.
e. Penggunaan APD disesuaikan dengan jenis tindakan dan kegiatan di
setiap instalasi Rumah Sakit.
f. APD yang bersifat diposable harus dibuang setelah digunakan satu kali,
sedangkan APD yang reusable harus dibersihkan, dicuci dan disimpan setelah
digunakan.
g. Kejadian tidak diharapkan yang disebabkan oleh kelalaian dalam menggunakan
APD di rumah sakit, bukan merupakan tanggung jawab rumah sakit.
h. APD yang akan digunakan kembali harus melalui proses dekontaminasi.
1. Penutup Kepala
a) Penutup kepala atau topi digunakan untuk melindungi kepala dan rambut dari
percikan darah/cairan tubuh, mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada
dirambut dan kulit kepala petugas kesehatan terhadap alat-alat/daerah steril
dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala atau rambut petugas dari
percikan bahan-bahan terinfeksi dari pasien.
b) Pemilihan penutup kepala sebaiknya yang disposable dan tahan air.
c) Digunakan hingga menutupi seluruh kepala dan rambut
4. Gaun/Skort/Apron
a) Digunakan untuk memberikan perlindungan terhadap pakaian atau kulit tubuh
petugas kesehatan dari risiko terpapar darah atau cairan tubuh baik melalui
percikan maupun tumpahan.
b) Bersifat reusable, hendaknya dicuci setiap hari atau sesering mungkin jika
tampak sangat kotor.
c) Gaun/Skort/Apron yang tahan air digunakan pada prosedur yang berisiko
tinggi terpapar bahan-bahan infeksius, misalnya pada tindakan pembedahan,
pertolongan persalinan.
d) Dilepaskan Gaun/Skort/Apron sebelum meninggalkan tempat kerja.
e) Mengenakan Gaun/Skort/Apron :
- Cuci tangan dan keringkan
- Pegang gaun/skort/apron pada bagian leher dalam untuk membuka lipatan
- Memasukkan tangan ke dalam lengan gaun/skort/apron
- Mengikatkan tali leher
- Mengupayakan belakang gaun/skort/apron menutup sempurna pakaian
petugas kesehatan ikat tali pinggang dengan baik. Jika diperlukan,
meminta bantuan petugas lain.
f) Melepaskan Gaun/Skort/Apron :
- Buka lipatan gaun/skort/apron
- Biarkan gaun/skort/apron jatuh kearah depan dari arah bahu tapi jangan
sampai jatuh ke lantai
- Lipat tanpa menyentuh bagian luar gaun/skort/apron
- Masukkan kedalam tempat yang disiapkan untuk dicuci
1. Sarung Tangan
Sarung bersih dan sarung tangan steril bersifat disposable/sekali pakai.
Sesudah dipakai untuk melakukan suatu prosedur maka sarung tangan jenis
ini harus dibuang di tempat sampah medis. Sedangkan untuk sarung tangan
karet/rumah tangan setelah dibersihkan maka harus disimpan dalam tempat
khusus menyimpan alat pelindung diri.
2. Apron/Jas
Apron yang terbuat dari plastik bersifat disposable/sekali pakai. Sesudah
dipakai harus dibuang di tempat sampah medis. Sedangkan jas/gaun
pelindung sesudah dipakai wajib dikirim dan dibersihkan ke
laundry/outsourching.
3. Masker
Masker bedah merupakan alat pelindung diri yang bersifat disposable/sekali
pakai. Sesudah dipakai harus dibuang di tempat sampah medis.
5. Penutup Kepala/Topi
Penutup kepala/topi ada 2 jenis, diantaranya ada yang bersifat
disposable/sekali pakai dan ada pula yang bersifat dipakai berulang. Untuk
yang bersifat disposable/sekali pakai, maka setelah dipakai dibuang di
sampah medis sedangkan yang terbuat dari kain dapat dicuci ulang di
laundry/outsourching.
6. Pelindung Kaki
Pelindung kaki/sepatu boot merupakan alat pelindung diri yang dipakai
berulang. Setelah dipakai pelindung kaki/sepatu boot dicuci dan disimpan di
tempat penyimpanan alat pelindung diri.
1. Pelindung Kaki
Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak
perlindungan, tetapiharus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah
atau tumpahan cairan tubuh lain.
2. Apron/Gaun Pelindung
a) Pilih apron/gaun pelindung sesuai dengan tipe dan ukuran
b) Buka bagian belakang apron/gaun pelindung
c) Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut,lengan hingga bagian
pergelangan tangan dan selebungkan ke belakang punggung
d) Ikat dibagian belakang leher dan pinggang
Cara menggunakan gaun pelindung untuk orang lain
a) Ambil jarak yang cukup dengan pemakai gaun
b) Pakaikan kedua lengannya sekaligus
c) Orang ketiga mengkancingkan bagian belakang
1. Masker N95
Masker N95 dapat digunakan kembali sebanyak 7 kali pemakaian dan harus
melalui proses penjemuran dan dimasukkan de dalam kantung kertas yang telah
dilubangi. Tidak boleh digunakan secara bergantian, hanya digunakan untuk 1
orang.
2. Coverall/Hazmat
Dapat digunakan kembali hingga kondisi cover all tidak layak digunakan oleh
user seperti bolong atau rusak. Penggunaan kembali cover all/hazmat harus
melalui dekontaminasi awal yaitu dilakukan penyemprotan alkohol saat akan
melepaskan cover all/hazmat dan dilakukan perendaman dengan menggunakan
hidrogen peroxyde selama 15 menit.
3. Face shield
Face shield dapat dilakukan penggunaan ulang dengan cara dilakukan
penyemprotan alkohol saat dilepas.
5. Sepatu Tertutup
Sepatu tertutup dapat digunakan kembali dengan cara dilakukan penyemprotan
dengan menggunakan alkohol saat dilepaskan dan dicuci menggunakan
detergen biasa.
Panduan APD Covid-19 Page 28
H. GAMBAR JENIS ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
PROTEKSI KEPALA
PROTEKSI
WAJAH/FACE SHIELD
KACAMATA
PROTEKSI SALURAN
NAPAS
APRON PLASTIK
PROTEKSI BADAN
PROTEKSI TANGAN
SARUNG TANGAN SARUNG TANGAN KARET
RUMAH TANGGA LISTRIK
PROTEKSI KAKI
A. DOKUMENTASI
Kepatuhan petugas dalam penggunaan APD dimonitor oleh IPCN dan K3RS,
dengan menggunakan formulir Pemantauan/Audit APD. Selanjutnya dilaporkan dalam
bentuk laporan bulanan kepada Direktur Rumah Sakit dan di komunikasikan kepada
Unit yang menggunakan APD.