PENDIDIKAN : ORGANISASI :
Fakultas Kedokteran USU - Ketua Bidang
Fakultas Hukum UNA Organisasi IDI Wilayah
Sumatera Utara
PEKERJAAN :
- Kepala Puskesmas Aek
Loba (2005-2009)
- Kabid Yankes Dinkes PENGHARGAAN:
Asahan (2009-2010) - Dokter Teladan 1
- Kabid Yan RSUD HAMS Kabupaten Asahan
(2010-2012) 2007
- Kabid Dalwas RSUD - Dokter Teladan 1
HAMS (2012-2014) Propinsi Sumatera
- Kabid Manajemen Utara 2007
Dinkes Asahan (2014- - Dokter Teladan
2016) Tingkat. Nasional 2007
- SURVEIOR AKREDITASI - Presentase
FKTP KEMENTERIAN Puskesmas Good
KESEHATAN RI (2016- Governance di
SEKARANG) Hiroshima Jepang 2008
- Dokter TKHI tahun
2009
BANYAK BICARA SEDIKIT BICARA
BANYAK KERJA BANYAK KERJA
X
SEDIKIT BICARA
SEDIKIT KERJA
LAIN YANG DIBICARAKAN
LAIN YANG DIKERJAKAN
ETIKA DAN HUKUM
DALAM
MENJALANKAN
PROFESI DOKTER
ASPEK ETIK
ASPEK HUKUM
MASYARAKAT
MEMILIKI HAK UNTUK
MENGADUKAN
DOKTER BAIK
PERSOALAN ETIKA, TUNTUTAN MELALUI :
DISIPLIN, HUKUM MKDKI
SECARA PERDATA PENGADILAN UMUM
MAUPUN PIDANA (Pasal 66 UUPK)
KEMUNGKINAN TERJADINYA PENINGKATAN
KETIDAK PUASAN PASIEN TERHADAP LAYANAN DOKTER/RS
BERDASARKAN CABANG
KEAHLIAN YANG PALING
SERING DIADUKAN OLEH
PASIENNYA
BERDASARKAN
PENGADUANNYA
BERDASARKAN ISU
POKOK PENGADUAN
BERDASARKAN SANKSI
YANG DIBERIKAN
INDIVIDU DOKTER
a. Hukum Pidana
Pasal-pasal hukum pidana yang terkait dengan
pelayanan kesehatan. Misalnya Pasal 359 DAN 360
KUHP tentang kewajiban untuk bertanggung jawab
secara pidana bagi tenaga kesehatan atau sarana
kesehatan yang dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan menyebabkan pasien mengalami cacat,
gangguan fungsi organ tubuh atau kematian akibat
kelalaian atau kesalahan yang dilakukannya.
b. Hukum Perdata.
Pasal-pasal Hukum perdata yang terkait dengan
pelayanan kesehatan. Misalnya Pasal 1365 KUHPerdata
mengatur tentang kewajiban hukum untuk mengganti
kerugian yang dialami oleh pasien akibat adanya perbuatan
wanprestasi dan atau perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan sarana kesehatan
dalam memberikan pelayanan terhadap pasien
c. Hukum Administrasi
Ketentuan-ketentuan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
maupun oleh sarana kesehatan yang melanggar hukum
adminstrasi yang menyebabkan kerugian pada pasien
menjadi tanggung jawab hukum dari penyelenggara
pelayanan kesehatan tersebut
3. Hukum Kesehatan yang
berlaku secara Internasional
a, Konvensi
b.Yurisprudensi
c. Hukum Kebiasaan
4. Hukum Otonomi
a. Perda tentang kesehatan
b. Kode etik profesi
KEWAJIBAN Dr / Drg
2. MEMPUNYAI SIP
kecuali : Dokter atau dokter gigi yang diminta untuk
memberikan pelayanan medis oleh suatu sarana
pelayanan kesehatan, bakti sosial, penanganan
korban bencana, atau tugas kenegaraan yang
bersifat insidentil tidak memerlukan surat izin praktik,
tetapi harus memberitahukan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota tempat kegiatan dilakukan.
SIP berlaku juga utk jaringannya apabila tdk ada
dokter/dokter spesialis/
Surat Tugas : Apabila tdk ada spesialis yang sama,
atas dasar kesepakatan antara : Kadinkes, IDI dan
asosiasi RS
KEWENANGAN
DOKTER
TINDAKAN MEDIS
PROMOTIV. PREVENTIV
KURATIV
STANDART
KOMPETENSI
DOKTER RAWAT INAP
PERSALINAN,ANC,IUD TERPENCIL
,KB SUNTIK, IMPLAN
MERACIK OBAT
MASYARAKAT/MEDIA
MASSA
SENGKETA MEDIS
PASAL 66 UU PK
MAHKAMAH KONSTITUSI
Nomor 14/PUU-XII/2014
DIPERLUKANNYA PERADILAN BAGI
DOKTER / DOKTER GIGI
1. ETIKA, DISIPLIN, DAN HUKUM TIDAK BISA SALING MENIADAKAN ATAU
MENGGANTIKAN
Polisi,jaksa
MKDKI Hakim IDI / PDGI
hakim
Dr / Drg
STR
SIP
PAPAN NAMA
REKAM MEDIS
ADMINISTRASI
DENDA KEWAJIBAN DOKTER :
RAHASIA KEDOKTERAN
SPM,SOP
SENGKETA MERUJUK
STR WNA
PIDANA
DENDA PEKERJAKAN DOKTER
TANPA STR / SIP
Dugaan SENGKETA MEDIS
DOKTER PASIEN
Informed
Rekam medis MATI/LUKA
consent
BERAT/ringan
KUHP 359/360 dugaan kelalaian
KELALAIAN / CULPA:
LATA : Gross Negligence / Kelalaian yang Nyata
LEVIS : Kelalaian Kecil
MALPRAKTEK
INTENTIONAL (secara sadar)
PROFESSIONAL MISCONDUCTS
NEGLIGENCE (Kelalaian)
MALFEASANCE (pelanggaran karena jabatan),
MISFEASANCE, NONFEASANCE
LACK OF SKILL
DI BAWAH STANDAR KOMPETENSI
DI LUAR KOMPETENSI
PROFESSIONAL
MISCONDUCT
PELANGGARAN DISIPLIN PROFESI
Pelanggaran standar secara sengaja
(Deliberate Violation)
PELANGGARAN PERILAKU PROFESI
PIDANA UMUM:
Pembohongan (fraud / misrepresentasi)
Keterangan palsu
Penahanan pasien
Buka rahasia kedokteran tanpa hak
Aborsi ilegal
Euthanasia
Penyerangan seksual
LACK OF SKILL
KOMPETENSI KURANG ATAU DI LUAR KOMPETENSI /
KEWENANGAN
Sering menjadi penyebab error atau kelalaian
Sering dikaitkan dengan kompetensi institusi
Kadang dapat dibenarkan pada situasi-kondisi lokal tertentu
(locality rule, limited resources)
Bukan kesengajaan
Dr / Drg PERAWAT/
CO ASS Dr / Drg RESIDEN SPESIALIS BIdAN
TGGJWB HUKUM
SUPERVISOR
TANGGUNGJWB
HUKUM SENDIRI
TANGGUNGJAWAB HUKUM DOKTER
DI RUMAH SAKIT
RUMAH SAKIT
PART TIMER /
TETAP/PEGAWAI FULL TIMER
TAMU
Dr / Drg---PARAMEDIS
REKAM MEDIS
INFORMED CONSENT
RAHASIA KEDOKTERAN
REKAM MEDIK
BERKAS YANG BERISI CATATAN DAN DOKUMEN :
A. DATA NON MEDIS : IDENTITAS
B. DATA MEDIS : PEMERIKSAAN, DIAGNOSA, PENGOBATAN, TINDAKAN ,
PENUNJANG LAIN
Catatan :
Ayat (2)
Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan
pencatatan pada rekam medis, berkas dan catatan
tidak boleh dihilangkan atau dihapus dengan cara apa
pun. Perubahan catatan atau kesalahan dalam rekam
medis hanya dapat dilakukan dengan pencoretan dan
dibubuhi paraf petugas yang bersangkutan.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan petugas adalah dokter atau
dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang
memberikan pelayanan langsung kepada pasien.
Apabila dalam pencatatan rekam medis
menggunakan teknologi informasi elektronik,
kewajiban membubuhi tanda tangan dapat diganti
dengan menggunakan nomor identitas pribadi
(personal identification number).
MANFAAT
REKAM MEDIS
RESUME MEDIS
INFORMASI PERSETUJUAN
TUJUAN
PP NO 10 1966
RAHASIA KEDOKTERAN
DAPAT DIBUKA :
1. UNTUK KEPENTINGAN KESEHATAN PASIEN
2. PERMINTAAN, SEIJIN PASIEN
3. PERMINTAAN PENEGAK HUKUM ( Perintah PN )
4. PERMINTAAN INSTANSI / LEMBAGA SESUAI
PERATURAN PERUNDANGAN
5. KEPENTINGAN PENELITIAN, PENDIDIKAN, AUDIT
MEDIK ( TIDAK MENYEBUTKAN IDENTITAS )
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
KEWAJIBAN UMUM
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP SEJAWAT
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI
PENJELASAN
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
Pasal 1 (Sumpah Dokter)
Pasal 2 (Standar Pelayanan Kedokteran Yang Baik)
Pasal 3 (Kemandirian Profesi)
Pasal 4 (Memuji Diri)
Pasal 5 (Perbuatan Melemahkan Psikis Maupun Fisik)
Pasal 6 (Bijak Dalam Penemuan Baru)
Pasal 7 (Keterangan Dan Pendapat Yang Valid)
Pasal 8 (Profesionalisme)
Pasal 9 (Kejujuran Dan Kebajikan Sejawat)
Pasal 10 (Penghormatan Hak-hak Pasien Dan Sejawat)
Pasal 11 (Pelindung Kehidupan)
PENJELASAN
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
Pasal 12 (Pelayanan Kesehatan Holistik)
Pasal 13 (Kerjasama)
Pasal 14 (Konsul Dan Rujukan)
Pasal 15 (Kebebasan Beribadat Dan Lain-lain)
Pasal 16 (Rahasia Jabatan)
Pasal 17 (Pertolongan Darurat)
Pasal 18 (Menjunjung Tinggi Kesejawatan)
Pasal 19 (Pindah Pengobatan)
Pasal 20 (Menjaga Kesehatan)
Pasal 21 (Perkembangan Ilmu Dan Teknologi Kedokteran)
1. Melakukan praktik kedokteran dengan tidak kompeten
2. Tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi lain
yang memiliki komeeptensi yang sesuai
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan
tertentu yang tidak memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut
4. Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti
sementara yang tidak memiliki kompetensi dan
kewenangan yang sesuai atau tidak melakukan
pemberitahuan perihal penggantian tersebut
5. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat
kesehatan fisik atau mental sedemikian rupa sehingga
tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien
6. Tidak melakukan tindakan atau asuhan medis yang
memadai pada situasi tertentu yang dapat
membahayakan pasien
7. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien
8. Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis, dan memadai
(adequate information) kepada pasien atau keluarganya dalam
melakukan praktik kedokteran.
9. Melakukan tindakan atau asuhan medis tanpa memperoleh
persetujuan dari pasien atau keluarga dekat, wali, atau
pengampunya
10.Tidak membuat atau tidak menyimpan rekam medis dengan
sengaja.
11.Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan
kehamilan yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
12.Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien
atas permintaan sendiri atau keluarganya.
13.Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan
pengetahuan, keterampilan, atau teknologi yang belum diterima
atau di luar tata cara praktis kedokteran yang layak.
14.Melakukan penelitian dalam praktik kedokteran dengan
menggunakan manusia sebagai subjek penelitian tanpa
memperoleh persetujuan etik (ethical clerance) dari lembaga
yang diakui pemerintah.
15.Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan dirinya, kecuali
bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu
melakukannya.
16.Menolak atau menghentikan tindakan atau asuhan medis atau
tindakan pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang layak
dan sah sesuai dengan ketentuan etika profesi atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku
17.Membuka rahasia kedokteran.
18.Membuat keterangan medis yang tidak didasarkan kepada hasil
pemeriksaan yang diketahuinya secara benar dan patut.
19.Turut serta dalam pembuatan yang termasuk tindakan
penyiksaan atau eksekusi hukuman mati.
20.Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya yang tidak sesuai dengan
ketentuan etika profesi atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
21.Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi, atau tindakan
kekerasan terhadap pasien dalam penyelenggaraan praktik
kedokteran.
22. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan
haknya.
23. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk, meminta,
pemeriksaan, atau memberikan resep obat atau alat kesehatan.
24. Mengiklankan kemampuan atau pelayanan atau kelebihan
kemampuan pelayanan yang dimiliki baik lisan ataupun tulisan
yang tidak benar atau menyesatkan.
25. Adiksi pada narkotika, psikotropika, alkohol, dan zat adiktif
lainnya
26. Bepraktik dengan menggunakan surat tanda registrasi, surat izin
praktik, dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak sah atay
berpraktik tanpa memiliki surat izin praktik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
27. Tidak jujur dalam menentukan jasa medis.
28. Tidak memberikan informasi, dokumen, dan alat bukti lainnya
yang diperkulan MKDKI/MKDKI-P, untuk pemeriksaan atas
pengaduan dengan pelanggaran Disiplin profesional Dokter dan
Dokter Gigi.
Give more than you want to give, Do more than you want to do
Without accepting anything
The result are your life will be better, easier, happier,
Less anxiety, less depression, and more friends
And God will bless you
PERTANYAAN DISKUSI
Apakah ada hukum yang mengatur
ketidaksukaan dokter terhadap pasien yang
ditangainya?
Pandangan hukum dan etika terhadap
pelayanan kedokteran yang berbasis online
pada era online sekrang
Seandainya kita mendapatkan tuntutan dari
pasien, langkah apa yang harus dilakukan?
Pandangan hukum terhadap pengisian form
claim asuransi yang ditangani oleh dokter,
dan apa tindakan yang kita berikan?