Anda di halaman 1dari 51

ASPEK LEGAL DALAM PRAKTIK

KEPERAWATAN

Mu’awanah, S.Kep.,Ners.,M.HKes
Prodi Kep.Blora
Legislasi keperawatan

sistem perundang-undangan
praktik keperawatan yang menggambarkan
ruang lingkup praktik keperawatan yang
diijinkan secara hukum.

berisi hak-hak fundamental setiap individu


untuk menentukan pilihan pelayanan kesehatan dan
hak dasar untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang aman.
Legislasi keperawatan

proses menetapkan serangkaian ketentuan yang harus


ditaati dan diikuti oleh setiap perawat yang akan
memberikan pelayanan kepada orang lain.

Undang-undang praktik keperawatan

Faktor profesional, teknikal, moral , dan etik


Undang-undang praktik keperawatan

peraturan yang menjamin pelayanan keperawatan


yang aman dan etis melalui upaya pengendalian
badan-badan keperawatan, tenaga keperawatan,
persyaratan dan kriteria lisensi,
penundaan dan pencabutan lisensi keperawatan,
dan proses sertifikasi untuk mempertahankan
kompetensi.
Undang-undang praktik keperawatan

untuk melindungi masyarakat terhadap


para praktisi keperawatan yang melakukan
pelayanan secara tidak aman / etis.

perawat mendapat perlindungan


hukum berlandaskan kaidah profesionalisme.
Undang-undang praktik keperawatan

mendefinisikan praktik keperawatan,


mengembangkan kriteria untuk memasuki
profesi keperawatan, menetapkan ketentuan
dan peraturan yang melaksanakan,
mempertahankan, dan menegakkan standar
praktik keperawatan

Sistem regulasi
Tujuan penerapan sistem regulasi

*menciptakan caring environment

*menjamin bentuk pelayanan keperawatan yang


aman bagi sistem klien

*meningkatkan hubungan kesejawatan (kolegialitas).

*mengembangkan jaringan
. kerja yang bermanfaat
bagi sistem klien.
Tujuan penerapan sistem regulasi

*meningkatkan akontabilitas professional dan sosial.

*meningkatkan advokasi terutama bagi sistem klien.

*meningkatkan sistem pencatatan dan pelaporan


keperawatan.

*menjadi landasan untuk pengembangan karir


tenaga keperawatan
Sistem regulasi

Registrasi Sertifikasi

Lisensi
1. Registrasi keperawatan

merupakan
proses administrasi yang harus ditempuh
oleh seseorang yang ingin memberikan
pelayanan keperawatan kepada orang
lain sesuai dengan kemampuan atau kompetensi
yang dimilikinya.
2. Lisensi perawat

Ijin untuk melakukan tindakan keperawatan


yang dibutuhkan dalam pemberian pelayanan
keperawatan.

Diberikan hanya pada yang telah memiliki kompetensi


tertentu.

Diperoleh setelah memenuhi persyaratan yang


ditetapkan oleh pemerintah (saat ini) atau profesi
(masa mendatang)
Justifikasi perlunya lisensi

Dulu : tidak perlu lisensi

Vokasional Respondeat superior

Kini : perlu lisensi

Professional Personal liability


Tujuan pemberian lisensi

Menjamin pelayanan yang diberikan


aman, dan etis sesuai kompetensi
dan kewenangan yang dimiliki.

Menata pelayanan kepada masyarakat,


diberikan oleh orang yang tepat dan mampu
secara professional, etikal, dan legal.

Menghindarkan kerugian / kecelakaan


/ bahaya pada individu atau masyarakat
yang diberikan pelayanan.
Kemampuan yang perlu dimiliki
oleh perawat berlisensi

Kognitif

Sertifikasi
Psikomotor
Sertifikasi

Afektif
Komunikasi
Kepemimpinan
Enterpreuner
Pengambilan keputusan
Mengambil resiko
3. Sertifikasi keperawatan

pengakuan akan keahlian seseorang perawat


dalam area praktek keperawatan tertentu.

kegiatan kredensial bagi setiap tenaga professional


untuk menjamin masyarakat tentang kualifikasi
keperawatan tenaga professional ini dalam
memberikan pelayanan spesifik bagi konsumen
(sistem klien).
Sertifikasi keperawatan

Sertifikasi juga ditetapkan bagi


seseorang perawat terregistrasi yang
akan melakukan praktik keperawatan diluar
area yang telah diregistrasi.
Tujuan sertifikasi

upaya pengendalian praktek keperawatan


yang dilakukan oleh perawat professional
dan cakupan praktek keperawatan yang
dilakukannya

Praktik sesuai kewenangan/kompetensi


Cara mendapatkan sertifikasi

Organisasi profesi
(Pusat Kredensial)

Badan keperawatan
di suatu negara bagian atau wilayah

Institusi mandiri LSPP di Indonesia


Lembaga Sertifikasi Profesi Perawat
(LSPP)

*Dibentuk oleh pemerintah atau sebagai produk


hukum keperawatan (UU Praktik Keperawatan)

*Memiliki kewenangan mengembangkan kebijakan


dan aturan operasional sistem kredensial

*Mengacu pada pedoman / aturan diatasnya

*Menetapkan pusat pelatihan dan / uji kompetensi


Situasi di Indonesia

Terlalu mudah memperoleh lisensi


(SIP, SIK, SIPP).
 Tidak pernah dipantau kompetensinya.
 Ketika melakukan kesalahan tidak ditanya
tentang ijinnya.

 Organisasi profesi belum terlibat optimal.


 Banyak yang bekerja dibawah standar.
 Ada pihak yang merasa berkepentingan
Kendala menata sistem legislasi

 Undang-undang praktik keperawatan ( - )

 Badan mandiri untuk sistem regulasi ( - )

 Sistem kredensialing belum baku (kompetensi


tidak disertai dengan kewenangan dan pengakuan)

 Lembaga pemantau kualitas pendidikan ( - )

 Badan uji kompetensi nasional ( - )


Implikasi keperawatan

Setiap perawat harus siap memberikan


layanan keperawatan sesuai kompetensi dan
kewenangannya.
Setiap perawat harus mempertahankan kompetensi
melalui program sertifikasi sepanjang hayat untuk
mencapai jenjang karir yang optimal

Setiap perawat seyogyanya mendapatkan


pendidikan yang memadai sebagai dasar untuk
memasuki profesi keperawatan
HUBUNGAN HUKUM Pelayanan
(PERJANJIAN Terapeutik)
Pemberi Proses Penerima
Pelayanan Pelayanan
(dokter) Saling (Pasien)
Konsumen Jasa
Berkomunikasi
(Subjek Hukum)

Produsen Jasa Hak dan


Objek
(Subjek Hukum) Kewajiban
(Upaya Kesehatan)

Hak dan
Kewajiban Harus cermat dan
Hati2 Perdata

Pidana
Tanggung jawab:
-Inform concent
- Rekam Medik Administrasi
- SP, SPO, Etika
- Hukum
Kewenangan Teg.Kesehatan

-Peraturan
- SP
- SPO
- Etika
-Sumber Daya Kes

-Preventif
-Kuratif
Upaya Kesehatan/Pelayanan Kesehatan -Promotif
-Rehabilitatif
REGISTRASI TENAGA KESEHATAN
(PerMenkes Nomor 161/2010)

1.Dokter  SIP
2.Bidan  SIB
3.Perawat  SIP
4.Fisioterapis  SIF
5.Perawat Gigi  SIPG
6.Refraksionis Optisien  SIRO
7.Terapis Wicara  SITW
8.Radiografer  SIR
9.Okupasi Terapis  SIOT

Uji Kompetensi
Nakes (Sertifikat Komptensi)
STR

lulus
HAK&KEWAJIBAN (tinjauan UU No.36/2009 ttg
Kesehatan dan UU No.44/2009 ttg Rumah
Sakit)

PASIEN Nakes
1.Memperoleh informasi dan 1.Menerima Informasi
edukasi benar dan jujur
2.Yankes aman dan bermutu 2.Imbalan
3.Memilih yankes/laboratorium 3.Perlindungan hukum
4.Memperoleh akses 4.Tolak ungkap rahasia
5.Kerahasian pasien
6.Informed concent terkecuali apabila
7.Menolak tindakan HAK pasien menuntut dan
8.Menggugat dan menuntut memberi informasi kpd
9.Memperoleh Rekam medik/lab media cetak dianggap telah
10.Pengaduan atas Yankes melepaskan haknya (psl 44
11.Menolak bimbingan rohani RS)
(RS) 5.Menggugat dan menuntut
12.Keluhan yankes melalui media 6. Perlindungan hukum
cetak dan elektronik (RS)
PASIEN
1.Memberikan informasi NAKES
yg benar, lengkap dan 1.Memiliki SIP/SIK
jujur 2.Mengikuti SP,SPO,
2.Mematuhi aturan
sarana pelayanan kes
KEWAJI etika
3.Menghormati hak
3.Memberikan imbalan BAN pasien
4.Mengutamakan
keselamatan pasien
TANGGUNG JAWAB HUKUM PERDATA

Tenaga kesehatan dan sarana kesehatan


(sebagai subjek hukum), memiliki
tanggungjawab hukum atas semua
tindakannya dalam upaya melaksanakan tugas
profesinya, yang tidak luput dari kesalahan
profesi.

TANGGUNG JAWAB HUKUM yang berkaitan


dengan pelaksanaan profesi, masih dapat
dibedakan terhadap ketentuan-ketentuan
profesional (kode etik), dan tanggung jawab
terhadap ketentuan hukum yang meliputi hukum
perdata, hukum pidana dan administratif.
HUBUNGAN ADANYA KESEPAKATAN

Dlm pelkes berawal dari hub kepercayaan


1 antara 2 org/ lebih yg mrpkn subjek hukum.

Keputusan pasien/keluarga u/ m’kunjungi


2 dokter/nakes guna meminta pertolongan,
secara yuridis: bhw pasien melakukan
penawaran.
3
Dokter/Nakes melakukan
4 wawancara/komunikasi dg pasien/
keluarga.

5 B’dasarkan informasi yg diterima o/


dokter/nakes dari pasien ttg penyakitnya,
maka dokter akan menyusun anamnesa.
Dengan adanya penawaran dari pasien dan
penerimaan dari dokter/nakes, maka
terjadilah kesepakatan yang merupakan
6 salah satu persyaratan terjadinya perjanjian.
(pasal 1320 KUHPerdt)  - Sepakat
- Cakap
- Hal tertentu
- Sebab yang halal

Dengan demikian dalam setiap pelayanan


kesehatan terjadi suatu perjanjian (tidak
tertulis) antara pemberi dan penerima
pelayanan kesehatan, yang dinamakan
perjanjian terapeutik atau transaksi
terapeutik (Inspanningverbintenis)
Hakekat Pelayanan Kesehatan adalah :
1. Memberi pertolongan atau,
2. Memberi bantuan kepada pasien

Prinsip Etik  Memberi pertolongan, berbuat baik dan


tidak merugikan.

Pasal 1354 KUHPerdata :

“Jika seseorang dengan sukarela, dengan tidak


mendapat perintah untuk itu, mewakili urusan
orang lain dengan atau tanpa pengetahuan orang
ini, maka ia secara diam-diam mengikatkan dirinya
untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan
tersebut hingga orang yang mewakili
kepentingannya dapat mengerjakan sendiri urusan
itu” (zaakwaarneming)
Menolong orang harus sampai tuntas
Pasal 1356 KUHPer :

“Ia (pemberi bantuan) wajib dalam melakukan


pengurusan tersebut memenuhi kewajiban sebagai
seorang bapak rumah yang baik”

Pelayanan
Kesehatan Pengobatan/Perawatan
(Nakes)

Sarana Pelayanan
RS/Klinik
Pasal 1365 KUHPer :
“Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti
kerugian tersebut”

Pasal 1366 KUHPer :


“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk
kerugian yang disebabkan karena perbuatannya,
tetapi untuk kerugian yang disebabkan karena
kelalaian atau kurang hati-hati”

Pasal 1371 KUHPer :


“Penyebab luka atau cacat anggota badan
Atau kurang hati2”

Kelalaian/
Kerugian orang culpa
lain
Kesengajaan/
PERSYARATAN PASIEN MENGAJUKAN GUGATAN :

1.Pasien harus mengalami kerugian

2.Adanya kesalahan

3.Adanya hubungan kausal antara kesalahan


dengan kerugian

4.Perbuatan itu melawan hukum


TANGGUNG JAWAB HUKUM PIDANA

Hukum pidana  mengatur hubungan antara


manusia/masyarakat dengan negara

“Azas nullum delictumnulla poena sine praevia


lege poenali” seseorang hanya dapat dihukum
apabila telah ada ketentuan hukum yang
mengatur perbuatan itu terlebih dahulu.
Ketentuan hukum pidana dapat diberlakukan
dengan keharusan memenuhi 2 persyaratan :

1. Adanya suatu perbuatan/tindakan yang


dilakukan oleh seseorang dan yang melanggar
ketentuan hukum pidana, sehingga memenuhi
rumusan delik sebagaimana yang diatur dalam
hukum pidana yang berlaku
2. Pelanggar hukum pidana mampu mempertang-
gung jawabkan perbuatannya

SUMBER HUKUM PIDANA

1. KUHP
2. Diluar KUHP (UU Tipikor, UU Terorisme
dll)
Yang mampu mempertanggung jawabkan perbuatan
pidana :

1. Telah berumur 16 tahun


2. Sehat akalnya
(pasal 44, 45, 46 KUHP)

BEBERAPA DELIK YANG DAPAT DIANCAM


KEPADA TENAGA KESEHATAN :
Pasal 242 KUHPidana :
“Keterangan palsu/keterangan tidak sesuai dengan
fakta, dipidana 7 tahun”

Pasal 304 KUHPidana :


“Meninggalkan orang yang perlu ditolong dipidana 2
tahun 8 bulan”

Pasal 322 KUHPidana :


“Membuka rahasia pasien dipidana 9 bulan”

Pasal 333 KUHPidana :


“Menahan seorang secara melawan hukum, pidana 8
tahun/RS menahan pasien belum bayar”
Pasal 338 KUHPidana :

“Sengaja merampas nyawa orang lain, diancam


dengan pidana penjara paling lama 15 tahun”

Pasal 344 KHUPidana (euthanasia):

“Merampas nyawa orang lain atas permintaan orang


itu sendiri, pidana penjara paling lama 12 tahun”

Pasal 359 KUHPidana :

“Karena kealpaannya menyebabkan matinya orang


lain, diancam dengan pidana penjara paling lama 5
tahunn”
Pasal 360 KUHPidana :

(1)Karena kealpaannya menyebabkan orang lain


mendapat luka-luka berat, 5 tahun”
(2)Karena kealpaannya menyebabkan orang lain
mendapat luka-luka sehingga timbul penyakit atau
halangan menjalankan pekerjaan pidana penjara 9
bulan.

Pasal 361 KUHPidana :

“Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini


dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau
pencaharian maka pidana ditambah 1/3 dan yang
bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan
pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan dan
hakim dapat memerintahkan supaya putusannya
diumumkan”
PASAL KRUSIAL DALAM KEPMENKES
1239/2001 TTG PRAKTIK
KEPERAWATAN
 Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian,
penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan,
melaksanakan tindakan dan evaluasi.
 Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas
permintaan tertulis dokter
 Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :
 Menghormati hak pasien
 Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
 Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
 Memberikan informasi
 Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
 Melakukan catatan perawatan dengan baik
• Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa
seseorang , perawat berwenang melakukan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

• Perawat yang menjalankan praktik perorangan


harus mencantumkan SIPP di ruang praktiknya

• Perawat yang menjalankan praktik perorangan


tidak diperbolehkan memasang papan praktik
(sedang dlam proses amandemen)
 Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan
dalam bentuk kunjungan rumah

 Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya


memenuhi :
 Tempat praktik memenuhi syarat
 Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi
termasuk formulir /buku kunjungan, catatan
tindakan dan formulir rujukan
LARANGAN
• Perawat dilarang menjalankan praktik selain
yang tercantum dalam izin dan melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan standar
profesi

• Bagi perawat yang memberikan pertolongan


dalam keadaan darurat atau menjalankan tugas
didaerah terpencil yang tidak ada tenaga
kesehatan lain, dikecualikan dari larangan ini
 Kepala dinas atau organisasi profesi dapat
memberikan peringatan lisan atau tertulis kepada
perawat yang melakukan pelanggaran
 Peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 kali,
apabila tidak diindahkan SIK dan SIPP dapat
dicabut.
 Sebelum SIK atau SIPP di cabut kepala dinas
kesehatan terlebih dahulu mendengar
pertimbangan dari MDTK atau MP2EM
SANKSI
 Pelanggaran ringan , pencabutan izin selama-
lamanya 3 bulan
 Pelanggaran sedang , pencabutan izin selama-
lamanya 6 bulan
 Pelanggaran berat, pencabutan izin selama-
lamanya 1 tahun
 Penetapan pelanggaran didasarkan pada motif
pelanggaran serta situasi setempat
HOME CARE
SK DIRJEN DIRJEN YAN MED
NO HK. 00.06.5.1.311
Ada 23 tindakan keperawatan mandiri yang bisa
dilakukan oleh perawat home care a/l
1. vital sign
2. memasang nasogastric tube
3. memasang selang susu besar
4. memasang cateter
5. penggantian tube pernafasan
6. merawat luka decukbitus
7. suction
8. memasang peralatan O2
9. penyuntikan (IV,IM, IC,SC)
10. Pemasangan infus maupun obat
11. Pengambilan preparat
12. Pemberian huknah/laksatif
13. Kebersihan diri
14. Latihan dalam rangka rehabilitasi medis
15. Tranpostasi klien untuk pelaksanaan pemeriksaan
diagnostik
16. Penkes
17. Konseling kasus terminal
18. konsultasi/telepon
19. Fasilitasi ke dokter rujukan
20. Menyaipkan menu makanan
21. Membersihkan tt pasien
22. Fasilitasi kegiatan sosial pasien
23. Fasilitasi perbaikan sarana klien.
Praktek mandiri perawat
JUKLAK KEPMENKES 1239
1. SIP dan SIPP harus ada
2. Ruangan praktek sesuai ketentuan
3. Tersedia alat perawatan, alat rumah tangga
dan alat emergency sesuai ketentuan
4. Kewenangan : pemenuhan kebutuhan
O2, Nutrisi, Integritas jaringan, cairan dan
elektrolit, Eliminasi, Kebersihan diri, Istirahat
tidur, Obat-obatan, Sirkulasi, Keamanan dan
keselematan, Manajemen nyeri, Kebutuhan
aktivitas, psikososial, interaksi sosial,
menjelang ajal, seksual, lingkungnan sehat,
kebutuhan bumil, ibu melahirkan, bayi baru
lahir, post partum, baunyak lagi )

Anda mungkin juga menyukai