Oleh:
Preseptor:
PADANG
2018
KATA PENGANTAR
dan shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad S.A.W, berkat rahmat dan
“Diagnosis dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Anak.” Makalah ini diajukan untuk
preceptor dr. Gustina Lubis. Sp.A (K) dan dr. Nice Rachmawati, Sp.A yang telah
memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Untuk
itu, penulis menerima kritik dan saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Depan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel iv
Daftar Singkatan v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 3
1.3 Manfaat Penulisan 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gizi Buruk 4
2.2 Klasifikasi Gizi Buruk 4
2.3 Patofisiologi Gizi Buruk 6
2.4 Kriteria Diagnostik Gizi Buruk 9
2.5 Faktor Risiko pada gizi buruk 10
2.6 Defisiensi Mikronutrien yang Berhubungan dengan Gizi Buruk 12
2.7 Manajemen Gizi Buruk 14
BAB 3 KESIMPULAN 29
DAFTAR KEPUSTAKAAN 30
DAFTAR TABEL
2.4.2 Z-score
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan
mengurangi nilai individual subjek (NIS) dengan nilai median baku
rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan
nilai simpang baku rujukan (NSBR) atau dengan menggunakan rumus:11
2) Apabila anak tidak sadar dan tampak letargi, maka diberikan larutan
glukosa 10% secara intravena, dibolus sebanyak 5ml/kgBB.
Selanjutnya diberikan larutan glukosa 10% atau larutan gula pasir
10% secara oral atau melalui nasogastric tube (NGT) sebanyak 50ml.
24,25
b. Hipotermia
Hipotermia adalah keadaan dimana suhu aksila <350C atau suhu rektal
<35,50C. Hipotermia biasanya bersamaan dengan hipoglikemia.
Pencegahan terhadap hipotermia dapat dilakukan dengan beberapa hal
berikut, yaitu: 24,25
1) Menyelimuti anak atau bayi termasuk kepalanya
2) Menghindari hembusan angin berlebihan didalam ruang rawatan
3) Mempertahankan suhu ruangan dalam rentang 25-300C
4) Jika bayi akan diperiksa, tangan di hangatkan terlebih dahulu
5) Pakaian bayi atau anak segera diganti jika sudah basah
6) Suhu tubuh di monitor setiap 30 menit untuk memastikan suhu pasien
tidak terlalu tinggi
7) Tindakan penghangatan dihentikan apabila suhu tubuh sudah
mencapai 370C
c. Dehidrasi
Anak dengan dehidrasi ditandai dengan letargi, gelisah, rewel, tidak ada air
mata, mata cekung, mulut dan lidah kering, haus serta turgor kulit yang
lambat. Keseimbangan cairan pada dehidrasi diberikan dengan pemberian
rehydration solution for malnutrition (ReSoMal) sampai defisit berat
badannya terkoreksi. Cairan dihentikan jika anak sudah mengalami
rehidrasi. Pemberian pertama yaitu sebanyak 10ml/kgBB/2jam pertama,
melalui nasogastric tube (NGT). Evaluasi yang dilakukan setelah
pemberian cairan yaitu:26
1) Apabila terdapat penambahan berat badan tetapi terjadi perburukan
kondisi klinis, menunjukkan diagnosis dehidrasi yang ditegakkan
adalah suatu hal yang salah. Oleh karena itu, pemberian cairan
dihentikan dan pemberian formula 75 (F-75) dimulai.
2) Apabila terdapat penambahan berat badan dan tidak ada perbaikan
maupun perburukan klinis, kemungkinan diagnosis dehidrasinya
salah, maka diberikan salah satu dari F-75 atau sebagai alternatif F-75
dan ReSoMal.
3) Apabila terdapat penambahan berat badan dan terjadi perbaikan klinis
tetapi masih ada tanda-tanda dehidrasi, maka pemberian cairan
dilanjutkan sampai target berat badan terpenuhi. Formula 75 dan
ReSoMal diberikan atau ReSoMal saja yang dilanjutkan.
4) Apabila terdapat penambahan berat badan dan terjadi resolusi pada
dehidrasinya, maka semua terapi cairan dihentikan dan F-75 mulai
diberikan.
5) Apabila berat badan terus mengalami penurunan, maka pemberian
cairan ReSoMal ditingkatkan menjadi 10ml/kgBB/jam, kemudian
evaluasi lagi setelah 1 jam.
6) Apabila tidak terdapat penambahan berat badan, maka laju pemberian
ReSoMal ditingkatkan menjadi 5ml/kgBB/jam, kemudian evaluasi
lagi setelah 1 jam.
d. Koreksi keseimbangan elektrolit
Pada anak dengan gizi buruk dapat terjadi gangguan keseimbangan
elektrolit yang meliputi natrium, kalium maupun magnesium. Seluruh anak
dengan gizi buruk memiliki kadar natrium yang berlebih didalam tubuhnya,
meskipun kadar natrium di plasma bisa saja rendah. Untuk kalium dan
magnesium dapat terjadi defisiensi dan membutuhkan waktu paling kurang
2 minggu untuk melakukan koreksi. Gangguan keseimbangan elektrolit
inilah yang menyebabkan edema pada anak dengan gizi buruk, oleh karena
itu diuretik tidak boleh diberikan pada anak gizi buruk yang mengalami
edema.27
e. Mencegah dan mengobati infeksi
Infeksi yang terjadi pada anak dengan gizi buruk diobati dengan antibiotik
spektrum luas. Pemilihan antibiotiknya tergantung kepada kondisi anak,
yaitu:27
1) Apabila anak sakit parah (apatis, letargi) atau memiliki komplikasi
(hipoglikemia, hipotermia, gangguan kulit, meningitis, infeksi pada
saluran napas serta saluran kemih) dan dicurigai adanya sepsis, maka
diberikan seftriakson. Antibiotik ini diberikan dengan dosis
100mg/kgBB/hari selama 7 hari dan diberikan melaui jalur intra vena
atau intramuskular.
2) Apabila anak memiliki komplikasi tanpa adanya sepsis yang berat dan
bukan merupakan suatu keadaan yang gawat, maka diberikan
ampisilin atau gentamisin. Ampisilin diberikan dengan dosis
50mg/kgBB, 6 kali pemberian dalam sehari dan diberikan selama 7
hari. Setelah 2 hari, ampisilin diberikan melalui oral dengan dosis
30mg/kgBB, diberikan 3 kali sehari selama 7 hari. Gentamisin juga
dapat diberikan dengan dosis 7,5mg/kgBB, diberikan secara intravena
ataupun intamuskular dengan frekuensi satu kali sehari selama 7 hari.
3) Apabila anak tidak memiliki komplikasi, berikan antibiotik oral yaitu
amoksisilin 15mg/kgBB dengan frekuensi 3x/hari selama 5 hari.
f. Pemberian makan secara perlahan
Pemberian makanan harus dimulai sesegera mungkin pada anak dengan
gizi buruk. Makanan yang diberikan adalah F-75. Ketentuan pemberian
makannya adalah:27
1) Makanan diberikan dalam porsi kecil tapi sering, rendah osmolaritas
dan rendah laktosa
2) Makanan diberikan secara oral atau melalui NGT
3) Energi yang diberikan yaitu 100kkal/kg/hari
4) Protein yang diberikan yaitu 0,9-1 gram/kg/hari
5) Volume makanan yang diberikan adalah 30ml/kg/hari jika tidak ada
edema atau terdapat edema ringan, akan tetapi 100ml/kg/hari jika
terdapat edema yang hebat
6) Bayi yang masih menyusui tetap diberikan air susu ibu (ASI)
a. Kondisi I
Apabila pada jam kedua, denyut nadi tetap lemah dan frekuensinya
tetap tinggi serta frekuensi nafas tetap tinggi, maka pemberian cairan
intravena diteruskan dengan dosis diturunkan menjadi 1 tetes
makro/menit/kgBB (4ml/kgBB/jam), namun apabila nadi menguat dan
frekuensi nafas menurun maka infus diteruskan dengan cairan dan tetesan
yang sama selama 1 jam. Jika rehidrasi belum selesai dan anak minta
minum, maka berikan ReSoMal sesuai dengan kemampuan anak.
Frekuensi nadi dan nafas dicatat setiap 10 menit. 28
Sepuluh jam berikutnya, frekuensi nadi dan nafas tetap dicatat
setiap 1 jam. Larutan ReSoMal dan F-75 diberikan berselang-seling setiap
1 jam. Jika sudah terjadi rehidrasi dan tidak ada diare, maka pemberian
ReSoMal dihentikan dan F-75 diteruskan setiap 2 jam. Frekuensi nadi dan
nafas dicatat setiap 1 jam. Harus diperhatikan tanda-tanda over rehidrasi
yang dapat menyebabkan gagal jantung. Apabila anak diare, maka setiap
diare diberikan ReSoMal.28
Jika diare/muntah berkurang dan anak dapat menghabiskan sebagian besar
F-75, maka F-75 diberikan setiap 3 jam dengan sisanya diberikan lewat
NGT. Akan tetapi, jika tidak ada diare/muntah dan anak dapat
menghabiskan F-75, maka pemberian F-75 diganti menjadi setiap 4 jam.28
b. Kondisi II
Kondisi II yaitu apabila ditemukan letargis dan muntah atau diare atau
dehidrasi. Pada kondisi ini dilakukan rencana II, dengan tindakan segera,
yaitu memberikan bolus glukosa 10 % intravena (5ml/kgBB). Pemberian
selanjutnya dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT
sebanyak 50ml. 28
Pada dua jam pertama diberikan ReSoMal secara oral/NGT setiap
30 menit sebanyak 5ml/kgBB setiap pemberian. Frekuensi nadi, nafas dan
pemberian ReSoMal dicatat setiap 30 menit. Jika setelah 2 jam pertama
keadaan anak memburuk (renjatan/syok), maka infus segera dipasang,
kembali ke rencana I tanpa memberikan bolus glukosa.28
Jika setelah 2 jam keadaan anak membaik, maka 10 jam berikutnya
pemberian ReSoMal diteruskan berselang-seling dengan F-75 setiap 1
jam. Frekuensi nadi dan napas dicatat setiap 1 jam. Jika diare dan muntah
berkurang, anak mampu menghabiskan sebagian besar F-75, maka F-75
diberikan setiap 3 jam. Apabila tidak ada diare/muntah dan anak dapat
menghabiskan F-75, maka pemberian F-75 diganti menjadi setiap 4 jam.28
c. Kondisi III
Kondisi III yaitu apabila ditemukan muntah dan atau diare atau dehidrasi.
Pada kondisi ini dilakukan rencana III, dengan tindakan segera, yaitu
memberikan 50ml glukosa atau larutan gula pasir 10% (oral/NGT). Pada 2
jam pertama, ReSoMal diberikan secara oral / NGT setiap 30 menit,
sebanyak 5ml/kgBB setiap pemberian. Frekuensi nadi, nafas dicatat setiap
30 menit. Jika keadaan memburuk (renjatan/syok) maka infus segera
dipasang, kembali ke rencana I tanpa memberikan bolus glukosa. Jika
membaik, maka 10 jam berikutnya, pemberian ReSoMal diteruskan
berselang-seling dengan F-75 setiap 1 jam. Frekuensi nadi dan napas tetap
dicatat.28 Apabila diare dan muntah berkurang, anak mampu menghabiskan
F-75, berikan F-75 setiap 3 jam. Apabila tidak ada diare/muntah dan anak
dapat menghabiskan F-75, ubah pemberian F-75 menjadi setiap 4 jam.28
d. Kondisi IV