Anda di halaman 1dari 7

7.

Gejala Klinis
7.1 Sinusitis Akut
7.1.1 Sinusitis Maksila
1. Demam, malaise
2. Nyeri kepala yang tidak jelas yang biasanya reda dengan pemberian aspirin,
sakit dirasakan mulai dari pipi ( di bawah kelopak mata ) dan menjalar ke dahi
atau gigi. Sakit bertambah saat menunduk.
3. Wajah terasa bengkak dan penuh
4. Nyeri pipi yang khas: tumpul dan menusuk, serta rasa sakit pada palpasi dan
perkusi.
5. Kadang ada batuk iritatif non-produktif.
6. Secret mukopurulen yang dapat keluar dari hidung dan kadang berbau busuk
7. Adanya post nasal drip berupa pus atau secret mukupurulen yang berasal dari
meatus medius nasofaring.
7.1.2 Sinusitis Etmoid
1. Sering bersama dengan sinusitis maksilaris dan frontalis.
2. Nyeri tekan diantara kedua mata dan diatas jembatan hidung menjalar kearah
temporal
3. Nyeri sering dirasakan di belakang bola mata dan bertambah apabila mata
digerakkan, batuk, jika pasien berbaring dan berkurang jika kepala dalam
posisi tegak.
4. Sumbatan pada hidung
5. Demam
6. Pada anak sering bermanisfestasi sebagai selulitis orbita karena lamina
papiracea anak sering kali merekah
7. Mukosa hidung hiperemis dan udem
8. Nasal dicharge dan post nasal drip
7.1.3 Sinusitis Frontalis
1. Hampir selalu bersamaan dengan sinusitis etmoidalis anterior.
2. Nyeri kepala yang khas di atas alis mata. Nyeri biasanya pada pagi hari,
memburuk pada tengah hari dan berangsur-angsur hilang pada malam hari.
3. Nyeri hebat pada palpasi atau perkusi daerah sinus yang terinfeksi.
4. Nyeri bertambah jika pasien berbaring dan berkurang jika kepala dalam posisi
tegak.
5. Pembengkakan daerah supra orbita.
6. Nasal discharge dan post nasal drip.
7.1.4 Sinusitis Sphenoidalis
1. Nyeri kepala dan retroorbita yang menjalar ke vertex atau oksipital.
2. Demam.
3. Nyeri bertambah jika berbaring.

7.2. Sinusitis Kronis


7.2.1. Sinusitis Etmoid
1. Nasal discharge yang kronis
2. Hidung tersumbat
3. Rasa yang tidak nyaman minimal di jembatan hidung
4. Gejala bertambah berat pada pagi hari atau memakai kaca mata
5. Sakit tenggorok yang kronis dan berbau
6. Sinus dapat terjadi pada bagian lainnya.
7.2.2 Sinus Maksila
1. Rasa tidak nyaman atau adanya tekanan pada bawah mata.
2. Gejala bertambah jika mendapat flu, demam, atau mengalami alergi ( rhinitis
alergi ).
3. Rasa tidak nyaman bertambah pada siang hari.
4. Batuk meningkat pada malam hari.
7.2.3. Sinus Frontal
1. Nyeri kepala ringan yang persisten di dahi
2. Adanya riwayat trauma pada area sinus
7.2.4. Sinus Sphenoid
Gejala nyeri ringan pada seluruh kepala

2.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Berdasarkan beratnya penyakit, sinusitis dapat dibagi menjadi ringan, sedang dan
berat sesuai dengan klasifikasi EPOS. Sedangkan berdasarkan lamanya penyakit sinusitis
dibagi menjadi akut dan kronik. Berdasarkan EPOS yang dikatakan akut adalah bila gejala
berlangsung <12 minggu, sedangkan kronik bila gejala berlangsung >12 minggu termasuk
rinosinusitis kronik eksaserbasi akut.7,8
2.6.1 Sinusitis Akut
Sinusitis akut umumnya dimulai dari infeksi saluran pernafasan atas oleh virus yang
melebihi 10 hari. Organisme yang umum menyebabkan sinusitis akut termasuk Streptococcus
pneumonia, Haemophilus influenza dan Moraxella catarrhalis. Diagnosis dari sinusitis akut
dapat ditegakkan ketika infeksi saluran napas atas oleh virus tidak sembuh salama 10 hari
atau memburuk setelah 5-7 hari.14
Penyebab utamanya ialah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus,
terdapat transudasi di rongga-rongga sinus, mula-mula serous yang biasanya sembuh dalam
beberapa hari tanpa pengobatan. Selanjutnya diikuti oleh infeksi bakteri , yang bila kondisi
ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan
multiplikasi bakteri. Sekret menjadi purulen. 7
Dari anamnesis didapatkan keluhan utama sinusitis akut ialah hidung tersumbat
disertai nyeri/rasa tekanan pada muka dan ingus purulen, yang sering sekali turun ke
tenggorok (post nasal drip). Dapat juga disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu.
Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena, merupakan ciri khas sinusitis
akut, serta kadang-kadang nyeri juga dirasakan di tempat lain (reffered pain). Nyeri pipi, gigi,
dahi dan depan telinga menandakan sinusitis maksila. Nyeri di antara atau di belakang kedua
bola mata dan pelipis menandakan sinusitis etmoid. Nyeri di dahi atau seluruh kepala
menandakan sinusitis frontal. Pada sinusitis sfenoid, nyeri dirasakan di verteks, oksipital,
belakang bola mata dan daerah mastoid. Gejala lain adalah sakit kepala, hipoosmia/anosmia,
halitosis, post nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak.7,8
Gejala sugestif untuk menegakkan diagnosis terlihat pada tabel 1. Gejala yang berat
dapat menyebabkan beberapa komplikasi, dan pasien tidak seharusnya menunggu sampai 5-7
hari sebelum mendapatkan pengobatan.14
Tabel 1. Gejala Mayor dan Minor pada Diagnosis Sinusitis Akut3
Gejala Mayor
Nyeri atau rasa tertekan pada muka
Kebas atau rasa penuh pada muka
Obstruksi hidung
Sekret hidung yang purulen, post nasal drip
Hiposmia atau anosmia
Demam (hanya pada rinosinusitis akut)
Gejala Minor
Sakit kepala
Demam (pada sinusitis kronik)
Halitosis
Kelelahan
Sakit gigi
Batuk
Nyeri, rasa tertekan atau rasa penuh pada telinga
Diagnosis ditegakkan dengan dua gejala mayor atau satu gejala minor ditambah dengan dua
gejala minor.3
Pada rinoskopi anterior tampak pus keluar dari meatus superior atau nanah di meatus
medius pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis etmoid anterior, sedangkan pada
sinusitis etmoid posterior dan sinusitis sfenoid tampak pus di meatus superior. Pada rinoskopi
posterior tampak pus di nasofaring (post nasal drip). Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus
yang sakit akan menjadi suram atau gelap.7
Pemeriksaan radiologik yang dibuat adalah posisi waters, PA dan lateral. Akan
tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara (air fluid level) pada
sinus yang sakit.7

Gambar 6. Pemeriksaan Radiologi untuk Sinus Paranasal15


Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil sekret
dari meatus medius atau meatus superior. Lebih baik lagi bila diambil sekret yang keluar dari
pungsi sinus maksila. Dalam interpretasi biakan hidung, harus hati-hati, karena mungkin saja
biakan dari sinus maksilaris dapat dianggap benar, namun pus tersebut berlokasi dalam suatu
rongga tulang. Sebaiknya biakan dari hidung depan, akan mengungkapkan organisme dalam
vestibulum nasi termasuk flora normal seperti Staphilococcus dan beberapa kokus gram
positif yang tidak ada kaitannya dengan bakteri yang dapat menimbulkan sinusitis. Oleh
karena itu, biakan bakteri yang diambil dari hidung bagian depan hanya sedikit bernilai dalam
interpretasi bakteri dalam sinus maksilaris, bahkan mungkin memberi informasi yang salah.
Suatu biakan dari bagian posterior hidung atau nasofaring akan jauh lebih akurat, namun
secara teknis sangat sulit diambil. Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding
medial sinus maksila melalui meatus inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus
maksila yang sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi. 6,7

1. Sinusitis Maksilaris
Nyeri pipi menandakan sinusitis maksila. Gejala sinusitis maksilaris akut berupa
demam, malaise dan nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian
analgetik biasa seperti aspirin. Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi terasa nyeri pada
gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik atau turun tangga. Seringkali terdapat nyeri
pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta nyeri pada palpasi dan perkusi. Sekret
mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk.7
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya pus dalam hidung, biasanya dari meatus
media, atau pus atau sekret mukopurulen dalam nasofaring. Sinus maksilaris terasa nyeri
pada palpasi dan perkusi. Transluminasi berkurang bila sinus penuh cairan. Pada pemeriksaan
radiologik foto polos posisi waters dan PA, gambaran sinusitis maksilaris akut mula-mula
berupa penebalan mukosa, selanjutnya diikuti opasifikasi sinus lengkap akibat mukosa yang
membengkak hebat, atau akibat akumulasi cairan yang memenuhi sinus. Akhirnya terbentuk
gambaran air-fluid level yang khas akibat akumulasi pus.6
2. Sinusitis Etmoidalis
Sinusitis etmoidalis akut terisolasi lebih lazim pada anak, seringkali bermanifestasi
sebagai selulitis orbita. Dari anamnesis didapatkan nyeri yang dirasakan di pangkal hidung
dan kantus medius, kadang-kadang nyeri di bola mata atau di belakangnya, terutama bila
mata digerakkan. Nyeri alih di pelipis, post nasal drip dan sumbatan hidung. Pemeriksaan
fisik didapatkan nyeri tekan pada pangkal hidung.6,7

3. Sinusitis Frontalis
Nyeri berlokasi di atas alis mata, biasanya pada pagi hari dan memburuk menjelang
tengah hari, kemudian perlahan-lahan mereda hingga menjelang malam. Pasien biasanya
menyatakan bahwa dahi terasa nyeri bila disentuh dan mungkin terdapat pembengkakan
supra orbita. Pemeriksaan fisik, nyeri yang hebat pada palpasi atau perkusi di atas daerah
sinus yang terinfeksi merupakan tanda patognomonik pada sinusitis frontalis.7

4. Sinusitis Sfenoidalis
Sinusitis sfenoidalis dicirikan oleh nyeri kepala yang mengarah ke verteks kranium.
Penyakit ini lebih lazim menjadi bagian dari pansinusitis dan oleh karena itu gejalanya
6
menjadi satu dengan gejala infeksi sinus lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Leung, Katial. The Diagnosis and Management of Acute and Chronic Sinusitis. 2008
2. Soh, dr. Kevin. Orbital Complication of Sinogenic Origin : A case study of 20 patients.
World’s Article in Ear,Nose and Throat. USA. 2010
3. Mekhitarian Neto, et al. Acute Sinusitis in Children- a Retrospective Study of
Orbital Complication. Article of Otorhinolaryngology. Vol.73. No.1. Sao Paulo.2007

4. Rianil A. Selulitis Orbita Sebagai Komplikasi Sinusitis. Jakarta : Bagian THT FKUI/
RSUPNCM. 1998.
5. Brook I. Microbiology and Antimicrobial Treatment of Orbital and Intracranial
Complication of Sinusitis in Children and Their Management. USA : IJPO 73. 2009; page
1183-6
6. Hilgher PA. Penyakit Sinus Paranasalis. Dalam: Adams, Boies, Higler. Buku Ajar
Penyakit THT Edisi 6. Jakarta: EGC; 1997. hal 240-53
7. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,
Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2007; hal 170-3
8. Fokkens W, Lund V, Mullol J. European Position Paper on Nasal Polyps. 2007
9. Quinn FB. Paranasal Sinus Anatomy and Function. 09 Januari 2009.Diunduh dari
http://www.utmb.edu/otoref/Grnds/Paranasal-Sinus-2002-01/Paranasal-sinus-2002-
01.htm.
10. Norman W. Nasal Cavity, Paranasal Sinuses, Maxillary Division of Trigeminal Nerve.
1999. Diunduh dari http://home.comcast.net/~wnor/lesson9.htm.
11. Naclerio R, Gungor A. Etiologic Factors in Inflammatory Sinus Disease dalam Disease of
the sinuses diagnosis and management. Kennedy DW. London : B.C Decker. 2001; hal
47-53.
12. Netter, Frank H. A Collection Of Medical Illustration. Di unduh dari
www.netterimages.com
13. Ballenger. J. J., Infeksi Sinus Paranasal. Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok
Kepala dan Leher. Ed 13 (1). Jakarta : Binaputra Aksara. 1994; hal : 232 – 41

14. Lawanil AK. Acute and Chronic Sinusitis. Current Diagnosis and Treatment in
Otolaringology. 2nd Edition. New York : Departement of Otolaringology New York
University School Of Medicine. 2007.
15. Ramanan RV. Sinusitis Imaging : Imaging. Departement of Radiology The Apollo Heart
Centre India. Diunduh dari http : //eMedicine-Radiology.com. Tanggal 23 November
2010.
16. Byron J. Rhinosinusitis : Current Concepts and Management. Dalam Head and Neck
Surgery Otolaryngology. 2001.
17. Schwartz G, White S. Complications of Acute and Chronic Sinusitis and Their
management; dalam Sinusitis from Microbiology to Management. Brook I. New York :
Taylor and Francis Group. 2006; hal : 269-88.

Anda mungkin juga menyukai