Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

HEART FAILURE (GAGAL JANTUNG )

Oleh :

CICI RISKIANA

NIM. 19037140012

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan Pada Klien :


.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
....................................
Telah Dilaksanakan Pada Tanggal ...............................Di Ruang .................................
RSU..............................................

Laporan pendahuluan ini diajukan sebagai salah satu evaluasi (penilaian) pada
Praktek Klinik Keperawatan III

..................., ............................. 2022


Pembimbing Ruangan, Pembimbing Akademik,

.................................... ....................................
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Pada Klien :


.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
....................................
Telah Dilaksanakan Pada Tanggal .............................Di Ruang ....................................
RSU..............................................

Asuhan Keperawatan ini diajukan sebagai salah satu evaluasi (penilaian) pada
Praktek Klinik Keperawatan III

..................., ............................. 2022


Pembimbing Ruangan, Pembimbing Akademik,

....................................... ............................................

Kepala Ruangan

.....................................
LEMBAR KONSULTASI

Nama :
Ruangan :

NO TANGGAL MATERI YANG DIKONSULTASIKAN PARAF CI


LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN GAGAL JANTUNG

A. Konsep Dasar Penyakit Gagal Jantung


1. Definisi Gagal Jantung
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditanda
sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan kelainan
struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan gangguan yang
mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian (disfungsi diastolik) dan/atau
kontrakitas miokardial (disfungsi sistolik). (Huda, 2016)
Gagal jantung (decompensatio cordis) merupakan keadaan patofisiologik yang
sangat bervariasi dan kompleks, karena banyak penyakit yang dapat
menimbulkannya, seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan sebagainya. Gagal jantung
dan respon kompensatoriknya mengakibatkan kelainan pada tiga penentu utama dari
fungsi miokardium, yaitu beban awal (preload), kontraktilitas dan beban akhir
(afterload). (Irwan, 2018)
Gagal jantung merupakan penyakit progresif yang ditandai oleh reduksi
bertahap performa jantung dan eksaserbasi beberapa kasus dekompensasi akut yang
memerlukan perawatan di rumah sakit. (Elly dkk, 2019)

2. Etiologi Peritonitis
Beberapa istilah gagal jantung : (Huda, 2016)
1. Gagal jantung sistolik adalah ketidak mampuan kontraksi jantung memompa
sehingga curah jantung menurun menyebabkan kelemahan, fatik, kemampuan
aktivitas fisik menurun dan gejala hipoperfusi lainnya.
2. Gagal jantung diastolic adalah gangguan reaksi dan gangguan pengisian ventrikel
Penyebab utama gagal jantung adalah penyakit jantung koroner, dengan
hipertensi sebagai faktor penting. Dua tipe utama gagal jantung yaitu: gagal jantung
sistolik (sekitar 50% pada pasien lebih muda) yang ditandai oleh penurunan
kontraktilitas dan fraksi ejeksi; dan gagal jantung diastolik yang ditandai oleh
kekakuan dan hilangnya relaksasi adekuat saat pengisian ventrikel. Proporsi pasien
dengan gagal jantung meningkat seiring dengan perbaikan pada manajemen infark
miokardium karena kebanyakan pasien yang bertahan hidup setelah episode infark
miokard berkembang menjadi gagal jantung. (Elly dkk, 2019)
Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui
penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa:
1. Aritmia, akan mengganggu fungsi mekanis jantung dengan mengubah rangsangan
listrik yang memulai respon mekanis. Respon mekanis yang tersinkronisasi dan
efektif tidak akan dihasilkan tanpa adanya ritme jantung yang stabil.
2. Infeksi sistemik dan infeksi paru-paru. Respon tubuh terhadap infeksi akan
memaksa jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan metabolisme yang
meningkat.
3. Emboli paru-paru, secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap ejeksi
ventrikel kanan, memicu terjadinya gagal jantung kanan. Penanganan yang efektif
terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap
mekanisme fisiologis dan penyakit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-
faktor yang memicu terjadinya gagal jantung. (Irwan, 2018)

3. Klasifikasi
Klasifikasi menurut gejala dan intensitas gejala: (Huda, 2016)
1. Gagal jantung akut
Timbulnya gejala secara mendadak, biasanya selama beberapa hari dalam beberapa
jam.
2. Gagal jantung kronik
Perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dengan
menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari-hari.
Klasifikasi GJ menurut letaknya:
1. Gagal jantung kiri merupakan kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi dan
mengosongkan dengan benar dan dapat lebih lanjut diklasifikasikan menjadi
disfungsi sistolik dan diastolik.
2. Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventrikel kanan untuk memompa secara
adekuat.
Menurut derajat sakitnya:
1. Derajat 1: Tanpa keluhan - Anda masih bisa melakukan aktivitas fisik sehari hari
tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas.
2. Derajat 2: Ringan- aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan atau sesak napas,
tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka keluhan pun hilang.
3. Derajat 3: Sedang- aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan atau sesak napas,
tetapi keluhan akan hilang jika aktivitas dihentikan
4. Derajat 4: Berat - tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan pada
saat istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukanak walaupun
aktivitas ringan.
4. Manifestasi Klinis Gagal Jantung
Tanda gejala menurut Huda,2016
1. Kriteria major
a. Paroksismal nocturnal dispnea
b. Distensia vena leher
c. Ronki paru
d. Edema paru akut
e. Gallop S3
f. Kardiomegali
g. Peninggian vena jugularis
h. Refluks hepatojugular
2. Kriteria minor
a. Edema ekstremitas
b. Batuk malam hari
c. Dipnea d'effort
d. Hepatomegali
e. Efusi pleura
f. Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
g. Takikardia (>120/menit)
3. Major atau minor
a. Penurunan BB24,5 kg dalam 5 hari pengobatan
b. Diagnose gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria major dan 2 kriteria
minor

5. Patofisiologi
Gagal jantung merupakan sindroma klinis yang disebabkan oleh berbagai
penyebab yang dapat melibatkan satu atau dua ventrikel. Cardiac output biasanya di
bawah kisaran normal. Disfungsi sistolik, dengan penurunan cardiac output dan
penurunan fraksi ejeksi signifikan (<45%; normal >60%), merupakan ciri khas gagal
jantung akut, khususnya yang disebabkan oleh infark miokardium. Disfungsi diastolic
seringkali terjadi akibat hipertrofi dan kekakuan (stiffness) miokardium, dan
meskipun cardiac output menurun, fraksi ejeksi biasanya normal.

Gagal jantung akibat disfungsi diastolic biasanya tidak respons optimal


terhadap obat inotropic positif. Gagal jantung diastolic merupakan kondisi yang
jarang dan biasanya disebabkan oleh hipertiroidisme, beriberi, anemia, dan
arteriovenous shunts. Bentuk gagal jantung ini berespons tidak optimal terhadap jenis
obat gagal jantung pada umumnya dan penanganan paling tepat adalah dengan
koreksi penyebabnya.

Gejala dan tanda primer semua tipe gagal jantung meliputi takikardia,
penurunan toleransi latihan, sesak napas, dan kardiomegali, edema paru maupun
perifer (kongesti) tidak selalu terjadi. Penurunan toleransi latihan dengan kelelahan
otot yang cepat merupakan konsekuensi dari penurunan cardiac output. Manifestasi
lainnya diakibatkan oleh mekanisme kompensasi tubuh untuk mengatasi penurunan
cardiac output ini.

Kompensasi ekstrinsik atau neurohumoral melibatkan dua mekanisme utama


yaitu sistem saraf simpatis dan respons hormonal renin-angiotensin-aldosterone.
Baroreseptor reflex akan mengarah pada sensitivitas yang rendah terhadap tekanan
arterial pada pasien gagal jantung yang berakibat input sensoris baroreseptor ke pusat
vasomotor menurun bahkan pada tekanan yang normal; sympathetic outflow
meningkat, dan parasympathetic outflow menurun. Peningkatan simpatis
menyebabkan takikardia, peningkatan kontraktilitas jantung, dan peningkatan tonus
vaskuler. Tonus vaskuler meningkat lebih jauh akibat angiotensin II dan endothelin,
suatu vasokonstriktor poten yang disekresikan oleh sel endotel. Vasokonstriksi akan
meningkatkan afterload, dimana lebih lanjut akan menurunkan fraksi ejeksi dan
cardiac output. Akibat dari mekanisme kompensasi ini adalah siklus tanpa ujung yang
mengarah kepada progresivitas gagal jantung. (Elly dkk, 2019)

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang (Huda, 2016)

1. Elektro kardiogram (EKG) Hipertropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis,


iskemia, disritmia, takikardi, fibrilasi atrial.

2. Ujistress Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk menentukan


kemungkinan iskemia atau infark yang terjadi sebelumnya.

3. Ekokardiografi

a. Ekodardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume balik dan


kelainan regional, Model M paling sering dipakai dan ditayangkan bersama
EKG).

b. Ekokardiografi dua dimensi (CT-scan).


c. Ekokardiografi Doppler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung).

4. Kateterisasi jantung Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu


membedakan gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau
insufisiensi.

5. Radiografi dada Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan


mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah
abnormal. 6. Elektrolit Mungkin berubah karena perpindahan cairan / penurunan
fungsi ginjal, terapi diuretik.

7. Oksimetri nadi Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung
kongestif akut menjadi kronis.

8. Analisa gas darah (AGD) Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori
ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).

9. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin Peningkatan BUN menunjukkan


penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal
ginjal.

10. Pemeriksaan tiroid Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid


sebagai pencetus gagal jantung. (Huda, 2016)

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gagal jantung dibagi atas: (Huda, 2016)

1. Terapi non farmakologi : Terapi non farmakologi yaitu antara lain perubahan gaya
hidup, monitoring dan kontrol faktor risiko.

2. Terapi farmakologi : Terapi yang dapat diberikan antara lain golongan diuretik,
Angiotensi Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), beta bloker, Angiotensin Receptor
Blocker (ARB), glikosida jantung, vasodilator, agonis beta, serta bipiridin

9. Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian : Gagal jantung adalah suatu sindrom klinis yang ditandai oleh
sejumlah gejala dan tanda, serta disebabkan oleh berbagai kelainan jantung
seperti gangguan irama jantung, gangguan endokardial, perikardial, valvular,
atau miokardial. Kelainan miokardium dapat bersifat sistolik (berhubungan
dengan kontraksi dan pengosongan ventrikel), diastolik (berhubungan dengan
relaksasi dan pengisian ventrikel) atau kombinasi keduanya.
b) Keluhan Utama : Keluhan utama klien dengan gagal jantung adalah
kelemahan saat beraktivitas dan sesak napas.
c) Riwayat Penyakit Saat Ini : Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama
dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan
fisik klien secara PQRST, yaitu:
1. Provoking Incident Kelemahan fisik terjadi setelah melakukan
aktivitas ringan sampai berat, sesuai derajat gangguan pada jantung
(lihat klasifikasi gagal jantung)
2. Quality of Part Seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan
aktivitas yang dirasakan atau digambarkan klien. Biasanya setiap
beraktivitas klien merasakan sesak napas (dengan menggunakan alat
atau otot bantu pernapasan)
3. Region radiation, relief Apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau
memengaruhi keseluruhan sistem otot rangka dan apakah disertai
ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan
4. Severity (Scale) of Pain. Kaji rentang kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Biasanya kemampuan klien dalam
beraktivitas menurun sesuai derajat gangguan perfusi yang dialami
organ
5. Time Sifat mula timbulnya forsed), keluhan kelemahan beraktivitas
biasanya timbul perlahan Lama timbulnya (durasi) kelemahan saat
beraktivitas biasanya setiap saat, baik saat istirahat maupun saat
beraktivitas
d) Riwayat Penyakit Dahulu : Pengkajian RPD yang mendukung dikaji dengan
menanyakan apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada,
hipertensi, iskemia miokardium, infark miokardium, diabetes melitus, dan
hiperlipidemia. Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh
klien pada masa yang lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini. Obat-
obatan ini meliputi obat diuretik, nitrat, penghambat beta, serta antihipertensi.
Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan reaksi
alergi yang timbul. Sering kali klien menafsirkan suatu alergi sebagai efek
samping obat.
e) Riwayat Keluarga : Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah
dialami oleh keluarga, anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia
produktif, dan penyebab kematiannya. Penyakit jantung iskemik pada orang
tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor risiko utama terjadinya
penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
f) Riwayat Pekerjaan dan Pola Hidup : Perawat menanyakan situasi tempat klien
bekerja dan lingkungannya. Kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan
dan pola hidup misalnya minum alkohol atau obat tertentu. Kebiasaan
merokok dengan menanyakan tentang kebiasaan merokok, sudah berapa lama,
berapa batang per hari, dan jenis rokok.
g) Pengkajian Psikososial : Perubahan integritas ego yang ditemukan pada klien
adalah klien menyangkal, takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada
penyakit/perawatan yang tak perlu, kuatir tentang keluarga, pekerjaan, dan
keuangan. Kondisi ini ditandai dengan sikap menolak, menyangkal, cemas,
kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, dan fokus pada diri
sendiri. Interaksi sosial dikaji terhadap adanya stres karena keluarga,
pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, dan kesulitan koping dengan stresor yang
ada. Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan,
stres akibat kesakitan bernapas dan pengetahuan bahwa jantung tidak
berfungsi dengan baik. Penurunan lebih lanjut dari curah jantung dapat terjadi
ditandai dengan adanya keluhan insomnia atau tampak kebingungan.
Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum :
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien gagal jantung biasanya baik
atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan perfusi sistem
saraf pusat.
B1 (Breathing)
- Kongesti Vaskular Pulmonal
- Dyspnea
- Ortopnea
- Dyspnea nocturnal paroksimal
- Batuk
- Edema pulmonal
B2 (Blood)
- Inspeksi : Inspeksi tentang adanya parut pada dada, keluhan kelemahan fisik,
dan adanya edema ekstremitas.
- Palpasi : Denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanya ditemukan.
- Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya ditemukan
apabila penyebab gagal jantung adalah kelainan katup
- Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya
hipertrofi jantung (kardiomegali).
B3 (Brain)
- Kesadaran klien biasanya compos mentis. Sering ditemukan sianosis perifer
apabila terjadi gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif klien
meliputi wajah meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.
B4 (Bladder)
- Pengukuran volume output urine selalu dihubungkan dengan intake cairan.
Perawat perlu memonitor adanya oliguria karena merupakan tanda awal dari
syok kardiogenik. Adanya edema ekstremitas menunjukkan adanya retensi
cairan yang parah.
B5 (Bowel)
- Hepatomegali
- Anoreksia
B6 (Bone)
- Edema
- Mudah lelah
Diangnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Nyeri akut
2. Gangguan pertukaran gas
3..Kekurangan volume cairan
4. Gangguan integritas kulit
5.Intoleransi aktifitas
6.Ganguan pola tidur

Diagnosa Keperawatan
1. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)
a. Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
b. Penyebab :
1. Depresi pusat pernapasan
2. Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan)
3. Deformitas dinding dada
4. Deformitas tulang dada
5. Gangguan neuromuskular
6. Gangguan neurologis (mis. elektroensefalogram (EEG) positif, cedera
kepala,
ganguan kejang)
7. Imaturitas neurologis
8. Penurunan energi
9. Obesitas
10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11. Sindrom hipoventilasi
12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
13. Cedera pada medula spinalis
14. Efek agen farmakologis
15. Kecemasan

c. Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Dispnea
Objektif
1. Penggunaan otot bantu pernapasan
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola napas abnormal (mis. takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes)
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Ortopnea
Objektif
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
e. Kondisi Klinis Terkait :
1. Depresi sistem saraf pusat
2. Cedera kepala
3. Trauma thoraks
4. Gullian barre syndrome
5. Mutiple sclerosis
6. Myasthenia gravis
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Intoksikasi alkohol
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Pola Napas (L. 01004)
1. Dyspnea menurun (5)
2. Penggunaan otot bantu napas menurun (5)
3. Pemanjangan fase ekspirasi menurun (5)
4. Ortopnea menurun (5)
5. Pernapasan cuping hidung menurun (5)
6. Frekuensi napas membaik (5)
7. Kedalaman napas membaik (5)
INTERVENSI RASIONAL
Manajemen Jalan Napas I.01011 1. Pola napas yaitu dspnea,
Observasi ortopnea, bradipnea, takipnea
1. Monitor pola napas (frekuensi, 2. Bunyi napas tambahan yaitu,
kedalaman, usaha napas) ronchi, wheezing, stridor, mengi
2. Monitor bunyi napas tambahan mengidentikasikan adanya sekret
(mis. Gurgling, mengi, whezzing, 3. Warna sputum, merah, putih
ronchi kering) berlendir, hijau
3. Monitor sputum (jumlah, warna, 4. Posisis semifowler membuat
aroma) kepala dan tubuh dinaikkan 45
derajat dan 90 derajat
Terapeutik 5. Minuman hangat dapat
4. Posisiskan semi fowler atau mengencerkan secret
fowler 6. Meringankan kerja paru
5. Berikan minuman hangat 7. Membantu pasien untuk
6. Berikan oksigen, jika perlu membuang secret secara optimal
Edukasi 8. Bronkodilator meningkatkan
7. Ajarkan teknik batuk efektif ukuran lumen percabangan
Kolaborasi trakeobronkial sehingga
8. Kolaborasi pemberian menurunkan tahanan terhadap
bronkodilator, ekspektoran, aliran udara
mukolitik, jika perlu

2. Nyeri Akut (D.0077)


a) Definisi : Pengalaman sensorik atau emosionl yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan

b) Penyebab
- Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
- Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
- Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
c) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh nyeri
Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis.waspada. posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
d) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif (tidak tersedia )
Objektif
1. Tekana darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
e) Kondisi Klinis terkait
- Kondisi pembedahan
- Cedera traumatis
- Infeksi
- Sindrom coroner akut
- Glaucoma
Kriteria Hasil
Tingkat Nyeri (L.08066)
1. Keluhan nyeri (5)
1. Meringis (5)
2. Gelisah (5)
3. Kesulitan tidur (5)
Intervensi Rasional

Manajemen Nyeri 1. Mengetahui frekuensi, durasi, intensitas


nyeri
Observasi 2. Mengajarkan teknin nonfamakologi
dengan musik, kompres, terapi pijat
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 3. Mengajarkan cara mengurangi nyeri
frekuensi, kualitas, intensits nyeri 4. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
Terapeutik

2. Berikan teknik nonfarmakologi untuk


mengurangi rasa nyeri ( mis. Terapi
musik, akupresur, biofeedback, terapi
pijat, kompres hangat/dingin,terapi
bermain )
Edukasi

3. Jelaskan strategi meredakan nyeri


Kolaborasi

4. Kolaborasi pemberian analgesic, jika


perlu
1. Intoleransi Aktivitas
a. Definisi : ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-
hari

b. Penyebab

1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

2. Tirah baring

3. Kelemahan

4. Imobilitas

5. Gyaa hidup monoton

c. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. mengeluh lelah

Objektif

1. Frekuensijantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

d. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. Dyspnea saat / setelah aktivitas

2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

3. Merasa lemah

Objektif

1. tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

2. gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas

3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia

4. Sianosis
e. Kondisi Klinis Terkait

1. Anemia

2. Gagal jantung kongestif

3. Penyakit jantung coroner

4. Penyakit katub jantung

5. Aritmia

6. PPOK

7. Gangguan metabolic

8. Gangguan muskuloskaletal

Tujuan dan Kriteria Hasil :

Toleransi aktivitas L.05047

1. Frekuensi nadi meningkat (5)

2. Saturasi oksigen meningkat (5)

3. Keluhan lelah menurun (5)

4. Dyspnea saat aktivitas menurun (5)

5. Dyspnea setelah aktivitas menurun (5)

6. Sianosis menurun (5)

7. Tekanan darah membaik (5)

8. Frekuensi napas membaik (5)


INTERVENSI RASIONAL
Edukasi Kesehatan 1. Untuk mengetahui kesiapan dan
Observasi kemampuan klien dalam menerima
1. Identifikasi kesiapan dan informasi
kemampuan menerima informasi 2. Upaya untuk memudahkan
Terapeutik penyampaian informasi
2. Sediakan materi dan media untuk 3. Upaya memudahkan pelaksanaan
pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan 4. Memberikan kesempatan jika terdapat
sesuai kesepakatan hal yang krang dipahami klien
4. Berikan kesempatan untuk 5. Memberikan pemahaman terkait
bertanya faktor – faktor yang dapat
Edukasi mempengaruhi kesehatan.
5. Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Huda Amin. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Edisi revisi 2. Jogjakarta :


Mediaction

Irwan. 2018. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jogjakarta: Depublish

Jakarta : Salemba medika

Mayangsari Elly. 2019. Farmakoterapi Kardiovaskular. Cetakan pertama. Malang :


UB Press

Muttaqin Arif. 2019. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular.

PPNI. 2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikasi


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hail
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai