Anda di halaman 1dari 158

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.M PADA An.

I YANG MENGALAMI
TUBERCULOSIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKPATUHAN
DI RT 025 RW 008 DESA WONOKUSUMO KECAMATAN TAPEN
KABUPATEN BONDOWOSO
TAHUN 2022

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

Oleh:
ANNISA KHAIRUR ROSIQIN
NIM : 19037140006

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2022
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.M PADA An.I YANG MENGALAMI
TUBERCULOSIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKPATUHAN
DI RT 025 RW 008 DESA WONOKUSUMO KECAMATAN TAPEN
KABUPATEN BONDOWOSO
TAHUN 2022

Karya Tulis Ilmiah :Studi Kasus Di Susun Sebagai Syarat Untuk

Menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan

Oleh:
ANNISA KHAIRUR ROSIQIN
NIM : 19037140006

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2022

ii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama Mahasiswa : ANNISA KHAIRUR ROSIQIN

NIM : 19037140006

Menyatakan Karya Tulis Ilmiah saya berjudul :

“Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M Pada An.I yang Mengalami Tuberculosis


Dengan Masalah Keperawatan Ketidakpatuhan Di RT 025 RW 008 Desa
Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso”
1. Disusun oleh saya sendiri.

2. Tidak memuat karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan,

kecuali yang secara tertulis diacu dalam karya tulis ilmiah ini dan disebutkan

dalam refrensi.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa tekanan dari

siapapun. Jika di kemudian hari terbukti adanya pelanggaran atas pernyataan

tersebut diatas, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Bondowoso, 28 Juli 2022

Mengetahui, Yang Menyatakan


Dosen Pembimbing

Ns. Leni Agustin, M.Kep


NIDN : 07-2608-8601
ANNISA KHAIRUR ROSIQIN
NIM : 19037140006

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh : ANNISA KHAIRUR ROSIQIN

Judul : Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M Pada An.I yang Mengalami

Tuberculosis Dengan Masalah Keperawatan Ketidakpatuhan Di

RT 025 RW 008 Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen

Kabupaten Bondowoso.

Telah Disetujui pada tanggal 28 Juli 2022

Oleh :
Pembimbing

Ns. Leni Agustin, M.Kep


NIDN : 07-2608-8601

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Keperawatan

Universitas Bondowoso

Yuana Dwi Agustin,SKM, M.Kes


NIDN : 07-0708-7501

iv
LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Sidang Proposal KTI


Pada tanggal 1 Agustus 2022

Mengesahkan
Tim Penguji

Tanda Tangan

Penguji I Ns. Destia Widyarani S.Kep, M.Kes


NIDN : 07-1712-8905 (……………………)

Penguji II Ns. Rany Agustin W, S.Kep, M.Kep


NIDN : 07-3108-8504 (……………………)

Penguji III Ns. Leni Agustin, M.Kep


NIDN : 07-2608-8601 (……………………)

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Bondowoso

Yuana Dwi Agustin,SKM, M.Kes


NIDN : 07-0708-7501

v
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan

rahmat serta hidayah-Nya semata, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

terselesaikan dengan baik. Tugas ini disusun untuk sebagai salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan Studi di Prodi DIII Keprawatan Universitas Bondowoso.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini

ucapan yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada :

1. Bapak Samsul Arifin, S.PdI, M.HI., selaku Rektor Universitas Bondowoso

2. Ibu Yuana Dwi Agustin, SKM, M.Kes., selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan Universitas Bondowoso yang telah memeberikan ijin

penelitian.

3. Ibu Ns. Leni Agustin M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dalam penyusunan penelitian kami.

4. Semua pihak yang telah membantu Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga segala sumbangsih yang diberikan kepada penulis mendapatkan

imbalan dari Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak untuk perbaikan yang akan datang.

Bondowoso, 25 juli 2022

Penulis

vi
ABSTRAK

Rosiqin, Annisa Khairur 2022. Asuhan Keperawatan pada keluarga tn.m


pada An.i yang mengalami Tuberculosis dengan masalah keperawatan
Ketidakpatuhan di RT 025 RW 008 Desa Wonokusumo Kecamatan
Tapen Kabupaten Bondowoso. Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus.
Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.

TBC (Tuberkulosis) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan


Mycobacterium tuberculosis. Dapat menyerang paru-paru (tuberkulosis paru),
tulang, kelenjar getah bening (KGB) dan organ tubuh lainnya. Salah satu wilayah
kerja puskesmas yang memiliki angka kasus TB tertinggi pada tahun 2021 yakni
Puskesmas Tapen dengan jumlah kasus 934 penderita. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui ketidakpatuhan yang mengkonsumsi obat tuberculosis di
wilayah kerja Puskesmas Tapen. Desain penelitian adalah studi kasus dengan satu
keluarga yang salah satu anggotanya mengalami tuberculosis dengan masalah
keperawatan Ketidakpatuhan di RT 025 RW 008 Desa Wonokusumo Kecamatan
Tapen Kabupaten Bondowoso selama 14 hari dengan 10 kali kunjungan terhitung
dari tanggal 30 juni sampai 13 juli 2022 dengan pengumpulan data berupa
wawancara, observasi, studi dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan
yaitu lembar persetujuan dan kuesioner. Hasil Studi Kasus ini didapatkan pada
pengkajian keperawatan pada An.I sesuai dengan teori karena hal tersebut
disesuaikan dengan kondisi klien, diagnosa keperawatan pada prinsipnya sesuai
dengan teori. Implementasi keperawatan sesuai dengan teori. Evaluasi
keperawatan pada keluarga Tn.M pada An.I masalah dapat teratasi sesuai dengan
tujuan umum dan tujuan khusus keperawatan.

Kata kunci : Ketidakpatuhan. Tuberculosis

vii
ABSTRAK
Rosiqin, Annisa Khairur 2022. Nursing care for the family of brother. I with
Tuberculosis with nursing problems Non-compliance in RT 025 RW
008 Wonokusumo Village, Tapen District, Bondowoso Regency. Case
Study Scientific Papers. Bondowoso University DIII Nursing Study
Program.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis.


Can attack the lungs (pulmonary tuberculosis), bones, lymph nodes (KGB) and
other organs. One of the puskesmas working areas that has the highest number of
TB cases in 2021 is the Tapen Health Center with 934 cases. The purpose of this
study was to determine the non-compliance of taking tuberculosis drugs in the
work area of the Tapen Health Center. The research design is a case study with
one family whose members have tuberculosis with nursing problems. Non-
compliance in RT 025 RW 008 Wonokusumo Village, Tapen District,
Bondowoso Regency for 14 days with 10 visits starting from 30 June to 13 July
2022 with data collection in the form of interviews. , observation, study
documentation. The research instruments used were consent sheets and
questionnaires. The results of this case study were obtained in nursing assessment
on An.I in accordance with the theory because it was adapted to the client's
condition, nursing diagnoses were in principle in accordance with the theory.
Implementation of nursing in accordance with theory. Nursing evaluation of Mr.
M's family on An.I. The problem can be resolved according to the general goals
and specific goals of nursing.

Keywords: Non-compliance. Tuberculosis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Cover..........................................................................................i

Halaman Sampul .......................................................................................ii

Surat Pernyataan..........................................................................................iii

Lembar Persetujuan......................................................................................iv

Lembar Pengesahan.....................................................................................v

Kata Pengantar.............................................................................................vi

Abstrak.........................................................................................................vii

Halaman Daftar Isi.......................................................................................ix

Halaman Daftar Tabel..................................................................................xiii

Halaman Daftar Gambar..............................................................................xv

Halaman Daftar Singkatan...........................................................................xvi

Halaman Lampiran.......................................................................................xvii

BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................1

1.2 Batasan Masalah ...................................................................................4

1.3 Rumusan Masalah .................................................................................4

1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................................5

1.4.1 Tujuan Umum .............................................................................5

1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................5

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................6

1.5.1 Manfaat Teoritis ..........................................................................6

1.5.2 Manfaat Praktis ...........................................................................6

ix
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................8

2.1 Konsep Teori .........................................................................................8

2.1.1 Definisi.........................................................................................8

2.1.2 Etiologi ........................................................................................8

2.1.3 Patofisiologi.................................................................................9

2.1.4 Manifestasi Klinis .......................................................................9

2.1.5 Komplikasi ..................................................................................10

2.1.6 Penatalaksanaa.............................................................................10

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang...............................................................12

2.2 Konsep Keluarga....................................................................................13

2.2.1 Definisi Keluarga ........................................................................13

2.2.2 Ciri-Ciri Keluarga .......................................................................14

2.2.3 Tipe Keluarga ..............................................................................14

2.2.4 Struktur Keluarga ........................................................................16

2.2.5 Fungsi Pokok Keluarga ...............................................................16

2.2.6 Tugas Keluarga ...........................................................................17

2.2.7 Peranan Keluarga ........................................................................18

2.2.8 Tahap Perkembangan Keluarga ..................................................19

2.2.9 Stress dan Koping Keluarga ........................................................22

2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga..............................................................22

2.3.1 Pengkajian ...................................................................................23

2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................40

2.3.3 Intervensi Keperawatan...............................................................42

2.3.4 Implementasi ...............................................................................42

x
2.3.5 Evaluasi .......................................................................................44

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN...................................................46

3.1 Desain Penelitian ...................................................................................46

3.2 Batasan Istilah .......................................................................................46

3.3 Partisipan................................................................................................47

3.4 Lokasi dan Waktu .................................................................................48

3.5 Pengumpulan Data ................................................................................49

3.6 Uji Keabsahan Data ..............................................................................49

3.7 Analisa data ...........................................................................................49

3.8 Etika Penelitian......................................................................................50

BAB 4 HASIL ............................................................................................52

4.1 Hasil.......................................................................................................52

4.1.1 Gambaran lokasi dan pengambilan data......................................52

4.2 Pengkajian..............................................................................................53

4.3 Analisa Data...........................................................................................61

4.4 Scoring/prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga...............................62

4.5 Intervensi Keperawatan..........................................................................63

4.6 Implementasi dan Evaluasi....................................................................65

BAB 5 PEMBAHASAN.............................................................................85
5.1 Pengkajian..............................................................................................85

5.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................86

5.3 Intervensi Keperawatan..........................................................................87

5.4 Implementasi Keperawatan....................................................................88

5.5 Evaluasi Keperawatan............................................................................91

BAB 6 PENUTUP.......................................................................................93

xi
5.1 Kesimpulan............................................................................................93
5.2 Saran.......................................................................................................93

5.2.1 Bagi klien dan keluarga...............................................................93

5.2.2 Bagi perawat................................................................................93

5.2.3 Bagi Puskesmas...........................................................................93

5.2.4 Bagi institusi pendidikan..............................................................93

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................94

LAMPIRAN................................................................................................96

xii
DAFTAR TABEL

Daftar Tabel Halaman

2.1 Skala Prioritas Masalah Keluarga...........................................................37

2.2 Intervensi dan Kriteria Hasil...................................................................42

3.1 Kriteria inklusi........................................................................................48

4.1 identitas peneliti.................................................................................53

4.2 data keluarga......................................................................................53

4.3 data anggota keluarga.........................................................................54

4.4 lanjutan...............................................................................................54

4.5 data penunjang keluarga.....................................................................56

4.6 kemampuan keluarga melakukan tugas pemeliharaan kesehatan anggota

keluarga....................................................................................................57

4.7 lembaran pengkajian ketidakpatuhan di kecamatan tapen kabupaten

Bondowoso...............................................................................................59

4.8 kemandirian keluarga.........................................................................60

4.9 analisa data.........................................................................................61

4.10 scoring/prioritas diagnosa keperawatan keluarga............................62

4.11 intervensi keperawatan.....................................................................63

4.12 implementasi dan Evaluasi kunjungan pertama...............................65

4.13 implementasi dan Evaluasi kunjungan kedua..................................67

4.14 implementasi dan Evaluasi kunjungan ketiga..................................69

4.15 implementasi dan Evaluasi kunjungan keempat..............................71

4.16 implementasi dan Evaluasi kunjungan kelima.................................73

4.17 implementasi dan Evaluasi kunjungan keenam...............................75

xiii
4.18 implementasi dan Evaluasi kunjungan ketujuh................................77

4.19 implementasi dan Evaluasi kunjungan kedelapan...........................79

4.20 implementasi dan Evaluasi kunjungan kesembilan.........................81

4.21 implementasi dan Evaluasi kunjungan kesepuluh...........................83

xiv
DAFTAR GAMBAR
Daftar Gambar Halaman

4.1 Gambar Denah Rumah...........................................................................53

4.2 Gambar Genogram.................................................................................55

xv
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organiztion

TB/TBC : Tuberculosis

KEMENKES : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

DINKES : Dinas Kesehatan

OAT : Obat anti tuberculosis

MDR : Multi Drugs Resistence

SDKI : Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

SLKI : Standar Luaran Keperawatan Indonesia

SIKI : Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

DKI : Daerah Khusus Ibukota

KGB : Kelenjar Getah Bening

PMO : Pengawasan Menelan Obat

KDT : Kombinasi Dosis Tetap

SPS` : Sewaktu Pagi Sewaktu

QA : Quality Assurance

KK : Kartu Keluarga

RT , RW : Rukun Tetangga , Rukun Warga

WOD : Wawancara Observasi dan Dokumentasi

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rencana Jadwal Kegiatan.........................................................................96

2. Jadwal Kegiatan Harian............................................................................97

3. Penjelasan Penelitian Bagi Klien dan Keluarga.......................................99

4. Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan................................................101

5. Surat Pengambilan Data...........................................................................102

6. Surat Bakesbangpol..................................................................................103

7. Surat Dinas Kesehatan.............................................................................104

8. Data Jumlah Penderita Tuberculosis di Bondowoso................................105

9. Lembar Konsul Proposal Karya Tulis Ilmiah..........................................106

10. Surat perijinan pengambilan data ke puskesmas....................................107

11. Surat balasan ijin penelitian dari puskesmas..........................................108


12. Dokumentasi kunjungan pertama sampai kunjungan kesepuluh...........109

13. SAP tuberkulosis kelenjar......................................................................111

14. SAP cara pengobatan tuberkulosis.........................................................118

15. SAP akibat ketidakpatuhan minum obat tuberkulosis...........................127

xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman

mycobaterium tuberculosis. Sampai saat ini tuberculosis masih menjadi masalah

kesehatan yang utama diberbagai negara di dunia, salah satu masalah dari

penyakit ini adalah ketidakpatuhan mengenai pengobatan tuberculosis. Hambatan

yang ditemui dalam proses pengobatan penderita tuberkulosis adalah adanya

penderita yang tidakpatuh dalam minum obat karena pengobatan hingga 6 bulan

yang mengakibatkan kegagalan dalam pengobatan. Penyebabnya yaitu kurangnya

motivasi untuk melanjutkan minum obat karena malas berobat, merasa sudah

sembuh, dan tidak tahan terhadap efeksamping dari obat tersebut, bahkan

ketidakadekuatan pengetahuan terhadap tuberkulosis juga termasuk penyebab

ketidakpatuhan dalam minum obat karena semakin rendah pengetahuan maka

rendah pula tingkat kepatuhannya, dan sebagian lainnya karena hambatan

mengakses pelayanan kesehatan misalnya masalah transportasi yang membuat

keluarga tidakpatuh terhadap pengobatan tuberculosis. Pada akhirnya tuberculosis

mengalami kekambuhan yang disebabkan pengobatannya tidak lengkap. Oleh

karena itu, obat harus diminum dan diawasi secara ketat oleh keluarganya. Selain

pengetahuan, dukungan keluarga juga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan

minum obat (bagiada, 2019).

Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2019, kasus

kematian yang diakibatkan oleh TB menjadi salah satu dari 10 penyebab utama
2

kematian di seluruh dunia. Secara global pada tahun 2018, diperkirakan jumlah

pasien dengan penyakit TB sebesar 10 juta pasien. Lebih dari 95 % kasus dan

kematian TB terjadi di negara berkembang dan Indonesia merupakan penyumbang

penyakit TB terbesar nomor tiga dari dua per tiga total di dunia.

Menurut data profil kesehatan Indonesia (2018), pada tahun 2017 ditemukan

jumlah kasus TB Paru sebanyak 443.704 kasus, dimana angka tersebut mengalami

peningkatan dari tahun 2016 yaitu sebanyak 360.565 kasus. Salah satu wilayah di

Indonesia yang memiliki kasus TB Paru diatas angka prevalensi yaitu DKI Jakarta

(Kemenkes, 2018).

Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso, penderita

Tuberculosis yang terhitung dari Januari sampai Desember tahun 2021 dengan

total 934 orang dengan jumlah laki-laki 480 orang dan perempuan 454 orang.

Penderita Tuberculosis tertinggi no 1 di Kabupaten Bondowoso yaitu di

Puskesmas Tapen dengan jumlah penderita 61 orang diantaranya laki-laki 24

orang dan perempuan 37 orang. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Bondowoso, maka peneliti mengambil wilayah di

Puskesmas Tapen sebagai lokasi penelitian (Dinkes, 2021).

Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang menular disebabkan oleh kuman

myobaterium tuberculosis. Gejala penderita tuberculosis pada orang dewasa

adalah batuk yang terus menerus disertai dahak selama kurang lebih 2 minggu.

Penularannya melalui udara dan sumber penularannya adalah penderita

tuberculosis yang dahaknya mengandung kuman tuberculosis (Aulia, 2019).

Pengobatan tuberculosis membutuhkan waktu 6 bulan untuk mencapai

kesembuhannya. Jika tidak teratur dalam menjalani pengobatan tersebut maka


3

dampaknya bagi penderita yaitu menyebabkan pengobatan yang sudah dilakukan

diulang lagi dari awal sehingga proses penyembuhannya menjadi lebih lama, dan

dampak bagi anggota keluarganya yaitu menyebabkan penularan terhadap anggota

keluarga yang lainnya. Jika masalah ini tidak teratasi maka penularan tuberculosis

lebih meluas, akibatnya kondisi pada anggota keluarga meningkatkan resiko

penularan tinggi pada penyakit tuberculosis ke keluarga yang sehat. Sehingga

dapat mengakibatkan tingginya angka penyakit tuberculosis, bahkan kematian

pada penderita. Maka dari itu keluarga harus membantu anggota keluarganya

mengontrol pengobatan secara teratur untuk memastikan kepatuhan penderita

dalam pengobatan tuberculosis, supaya tidak terjadi penularan lebih meluas pada

anggota keluarganya. Oleh karena itu, pentingnya dukungan keluarga kepada

anggota keluarga yang menderita tuberculosis untuk mengatasi ketidakpatuhan

(Arni wianti, 2017).

Dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Ketidakpatuhan adalah

perilaku individu dan/atau pemberi asuhan tidak mengikuti rencana

perawatan/pengobatan yang disepakati dengan tenaga kesehatan, sehingga

menyebabkan hasil perawatan/pengobatan tidak efektif (SDKI, 2017).

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia, kriteria luaran yang harus

dicapai pada kasus tuberculosis dengan masalah ketidakpatuhan dalam kategori

Tingkat Kepatuhan, pertama verbalisasi kemauan mematuhi program pengobatan

meningkat dengan kategori 5, kedua risiko komplikasi penyakit/masalah

keperawatan menurun dengan kategori 5, ketiga perilaku mengikuti program

perawatan/pengobatan membaik dengan kategori 5, dan keempat Tanda dan gejala

penyakit membaik dengan kategori 5 (SLKI, 2019).


4

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, upaya yang dilakukan

dalam mengatasi tubeculosis dengan masalah keperawatan ketidakpatuhan yaitu

Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan untuk meningkatkan kepatuhan

mengkonsumsi obat, antara lain yang pertama identifikasi kepatuhan menjalani

program pengobatan, yang kedua buat komitmen menjalani program pengobatan

dengan baik, yang ketiga diskusikan hal-hal yang dapat mendukung berjalannya

program pengobatan, yang keempat libatkan keluarga untuk mendukung program

pengobatan yang dijalani, yang kelima informasikan manfaat yang akan diperoleh

jika teratur menjalani program pengobatan (SIKI, 2018).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membuat studi kasus

dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M Pada An.I yang Mengalami

Tuberculosis Dengan Masalah Keperawatan Ketidakpatuhan Di RT 025 RW 008

Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso tahun 2022”

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Keluarga

Tn.M Pada An.I yang Mengalami Tuberculosis Dengan Masalah Keperawatan

Ketidakpatuhan Di RT 025 RW 008 Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen

Kabupaten Bondowoso tahun 2022.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M Pada An.I yang

Mengalami Tuberculosis Dengan Masalah Keperawatan Ketidakpatuhan Di RT

025 RW 008 Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso tahun

2022?
5

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum :

Melaksanakan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M Pada An.I yang

Mengalami Tuberculosis Dengan Masalah Keperawatan Ketidakpatuhan Di RT

025 RW 008 Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso tahun

2022.

1.4.2 Tujuan Khusus :

1. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga Tn.M pada An.I yang

mengalami tuberculosis dengan masalah keperawatan ketidakpatuhan di RT

025 RW 008 desa wonokusumo kecamatan tapen kabupaten bondowoso

tahun 2022.

2. Melakukan diagnosa keperawatan keluarga Tn.M pada An.I yang

mengalami tuberculosis dengan masalah keperawatan ketidakpatuhan di RT

025 RW 008 desa wonokusumo kecamatan tapen kabupaten bondowoso

tahun 2022.

3. Melakukan intervensi keperawatan keluarga Tn.M pada An.I yang

mengalami tuberculosis dengan masalah keperawatan ketidakpatuhan di RT

025 RW 008 desa wonokusumo kecamatan tapen kabupaten bondowoso

tahun 2022.

4. Melakukan implementasi keperawatan keluarga Tn.M pada An.I yang

mengalami tuberculosis dengan masalah keperawatan ketidakpatuhan di RT

025 RW 008 desa wonokusumo kecamatan tapen kabupaten bondowoso

tahun 2022.
6

5. Melakukan evaluasi keperawatan keluarga Tn.M pada An.I yang mengalami

tuberculosis dengan masalah keperawatan ketidakpatuhan di RT 025 RW

008 desa wonokusumo kecamatan tapen kabupaten bondowoso tahun 2022.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat teoritis

Sebagai perkembangan dan aplikasi dari teori asuhan keperawatan keluarga

Tn.M pada An.I yang mengalami tuberculosis dengan masalah keperawatan

ketidakpatuhan.

1.5.2 Manfaat praktis :

1. Manfaat bagi Klien dan Keluarga

Meningkatkan perilaku pada klien dan keluarga mengenai tindakan yang

harus dilakukan penyakit tuberculosis dengan masalah keperawatan

ketidakpatuhan di RT 025 RW 008 desa Wonokusumo Kecamatan Tapen

Kabupaten Bondowoso.

2. Manfaat bagi Perawat

Memberikan informasi mengenai tindakan yang akan diberikan pada klien

yang mengalami penyakit tuberculosis dengan masalah keperawatan

ketidakpatuhan di RT 025 RW 008 desa Wonokusumo Kecamatan Tapen

Kabupaten Bondowoso.

3. Manfaat bagi Institusi pendidikan

Meningkatkan kualitas pembelajaran pada mahasiswa tentang tuberculosis

dengan masalah keperawatan ketidakpatuhan di RT 025 RW 008 desa

Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso.


7

4. Manfaat bagi mahasiswa

Meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang tuberculosis dengan

masalah keperawatan ketidakpatuhan di RT 025 RW 008 desa Wonokusumo

Kecamatan Tapen Kabupeten Bondowoso.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori

2.1.1 Definisi Tuberculosis

TBC (Tuberkulosis) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

Mycobacterium tuberculosis. Dapat menyerang paru-paru (tuberkulosis paru),

tulang, kelenjar getah bening (KGB) dan organ tubuh lainnya (Retno,2021).

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan

mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ

tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran

pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi

droplet (bercak ludah) yang berasal dari orang yang terinfeksi bateri tersebut

(Amin & Hardhi, 2016).

2.1.2 Etiologi

Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak

berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar

ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu Tipe Human Dan

Tipe Bovin. Basil Tipe Bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis

tuberculosis usus. Basil Tipe Human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di

udara yang berasal dari penderita TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi

bila menghirupnya.

Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan

hidup dan menyebar kenodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran darah ini
9

dapat menyebabkan TB pada organ lain, dimana infeksi laten dapat bertahan

sampai bertahun-tahun (Amin & Hardhi, 2016).

2.1.3 Patofisiologi

Mycobacterium dalam droplet berdiameter 1-5μm terhirup dan mencapai

alveoli. Reaksi tubuh terhadap bakteri ini tergantung pada kekebalan tubuh,

jumlah bakteri yang masuk dan virulensi bakteri. Makrofag menangkap dan

memfagosit bakteri yang masuk dan membawa ke sel T. Proses radang

menghasilkan nodul pucat kecil yang berisi bakteri yang disebut tuberkel primer.

Bagian tengah nodul kekurangan nutrisi, oksigen dan pH rendah sehingga

mengalami nekrosis. Kondisi ini dikenal dengan proses pengkijuan, bagian tengah

nekrotik dapat mengalami pengapuran (kalsifikasi) atau mencair. Bahan cair

tersebut dapat dikeluarkan melalui batuk dan meninggalkan rongga yang disebut

kaverne dalam parenkim paru (pada foto toraks). Jika kekebalan tubuh baik, maka

bakteri tetap dalam paru dengan keadaan terbungkus (dormant/tidur). Tetapi jika

tubuh mengalami penurunan kekebalan karena adanya stres fisik dan emosi maka

bakteri dapat menjadi aktif kembali, berkembangbiak dan menimbulkan gejala

tuberkulosis (Retno, 2021).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Gejala utama pasien TB adalah batuk berdahak selama 2 3 minggu atau

lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,

batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan

menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang

lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapet dijumpai pula pada

penyakit paru selain TB, seperti bronkitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain.
10

Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang

yang datang ke sarana pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut diatas,

dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB dan perlu dilakukan

pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (Retno, 2021).

2.1.5 Komplikasi

Penyakit tuberculosis bila tidak ditanganin dengan benar akan menimbulkan

komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.

1) Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis

2) Komplikasi lanjut: obstruksi jalan napas, kerusakan parenkim berat,

karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (setiati dkk, 2014).

2.1.6 Penatalaksanaan

A. Tujuan Pengobatan TB adalah:

1) Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup

2) Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak buruk

selanjutnya

3) Mencegah terjadinya kekambuhan TB

4) Menurunkan penularan TB

5) Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan obat

B. Prinsip Pengobatan TB

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam

pengobatan TB. Pengobatan TB merupakan salah satu upaya paling efisien untuk

mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB. Pengobatan yang adekuat

harus memenuhi prinsip :


11

1) Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung

minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi

2) Diberikan dalam dosis yang tepat

3) Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas

Menelan Obat) sampai selesai pengobatan

4) Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap

awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan

Paduan OAT Kategori-1 dan Kategori-2 disediakan dalam bentuk paket obat

kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2

atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan

pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.

Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid,

Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister.

Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien

yang terbukti mengalami efek samping pada pengobatan dengan OAT KDT

sebelumnya.

Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket,

dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan

(kontinuitas) pengobatan sampai selesai.

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket KDT

mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB, yaitu:

1) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin

efektifitas obat dan mengurangi efek samping.


12

2) Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat

menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien (Retno, 2021).

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan Dahak

1) Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak

untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 contoh uji dahak

yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa : Dahak

Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

a) S (sewaktu): dahak ditampung pada saat terduga pasien TB datang

berkunjung pertama kali ke fasyankes. Pada saat pulang, terduga pasien

membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.

b) P (Pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah

bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di

fasyankes.

c) S (sewaktu): dahak ditampung di fasyankes pada hari kedua, saat

menyerahkan dahak pagi.

2) Pemeriksaan Biakan

Pemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacterium tuberkulosis

maksudnya untuk menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu, misal :

a) Pasien TB ekstra paru.


13

b) Pasien TB anak.

c) Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis langsung BTA

negatif.

B. Pemeriksaan Uji Kepekaan Obat

Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya resistensi M.tb

terhadap OAT. Untuk menjamin kualitas hasil pemeriksaan, uji kepekaan obat

tersebut harus dilakukan oleh laboratorium yang telah tersertifikasi atau lulus uji

pemantapan mutu/Quality Assurance (QA) (Retno, 2021).

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunya hubungan

darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus-menerus,

yang tinggal dalam satu atap, yang mempunyai ikatan emosional, dan mempunyai

kewajiban antara satu orang dengan orang lainnya (Maria, 2020).

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga didefinsikan

dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam suatu ikatan perkawinan

dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas anggota keluarga merupakan mereka

yang memiliki hubungan personal dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban

dan memberi dukungan yang disebabkan oleh kelahiran, adopsi, maupun

perkawinan (Tri Wahyuni dkk, 2021).

Keluarga merupakan dua orang tau lebih yang hidup bersama dengan ikatan

dan kedekatan emosional baik yang tidak memiliki hubungan darah, perkawinan,

atau adopsi dan tidak memiliki batas keanggotaan dalam keluarga (Niswa dkk,

2021).
14

2.2.2 Ciri-Ciri Keluarga

1) Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan anatara

anggota keluarga.

2) Ada keterbatasan, dimana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka

juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya

masing-masing.

3) Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing-masing (Tri wahyuni dkk, 2021).

2.2.3 Tipe Keluarga

Tipe keluarga dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Tipe keluarga Tradisional

a. Keluarga inti, yaitu keluarga kecil dalam satu rumah. Mereka adalah ayah,

ibu, dan anak-anak.

b. Keluarga besar, yaitu gabungan dari beberapa keluarga inti yang bersumbu

dari satu keluarga inti. Satu keluarga memiliki beberapa anak, lalu anak-

anaknya menikah dan memiliki anak, dan kemudian menikah lagi dan

memiliki anak pula.

c. Keluarga inti, yaitu keluarga pasangan suami istri yang baru menikah tetapi

belum dikarunai anak.

d. Keluarga orang tua tunggal, yaitu kondisi seseorang tidak memiliki

pasangan lagi karena perceraian atau meninggal dunia.

e. Keluarga bujang dewasa, yaitu kondisi orang dewasa yang jauh dari

keluarganya.

2) Tipe keluarga modern (nontradisional)


15

a. Ibu remaja yang belum menikah, yaitu kehidupan seorang ibu bersama

anaknya tanpa pernikahan.

b. Reconstituded nuclear, yaitu sebuah keluarga yang tadinya pisah kemudian

kembali membentuk keluarga inti melalui perkawinan kembali.

c. Keluarga orang tua tiri, yaitu kehidupan anak dengan orangtua tirinya.

d. Keluarga hidup bersama, yaitu tipe keluarga ini biasanya hidup di dalam

penampungan atau memang memiliki kesepakatan bersama untuk hidup

satu atap tanpa memiliki hubungan darah.

e. Keluarga tinggal bersama, yaitu tanpa ikatan pernikahan, seseorang

memutuskan untuk hidup bersama dengan pasangannya.

f. Gay and lesbian family, yaitu seseorang dengan jenis kelamin yang sama

menyatakan hidup bersama sebagaimana pasangan suami istri.

g. Pasangan yang berpadu, yaitu seorang dewasa yang tinggal bersama tanpa

ada ikatan pernikahan.

h. Keluarga pernikahan kelompok, yaitu beberapa orang dewasa menggunakan

alat-alat rumah tangga bersama dan mereka merasa sudah menikah.

i. Keluarga jaringan grub, yaitu keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau

nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya, dan saling

menggunakan barang-barang rumah tangga bersama.

j. Keluarga angkat, yaitu seorang anak kehilangan orangtuanya, lalu ada

sebuah keluarga yang bersedia menampungnya dalam kurun waktu tertentu.

k. Institusional, yaitu anak atau orang dewasa yang tinggal dalam suatu panti.
16

l. Keluarga tunawisma, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai

perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan

dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental (maria, 2020).

2.2.4 Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari beberapa macam yaitu:

1) Patrilinear

Merupakan keluarga yang terdiri dari sanak saudara dan memiliki hubungan

darah. yang terdiri beberapa generasi dari garis keturunan ayah

2) Matrilinear

Merupakan keluarga yang terdiri dari sanak saudara dan memiliki hubungan

darah yang terdiri beberapa generasi dari garis keturunan ibu

3) Matrilokal

Merupakan keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang tinggal bersama

dengan keluarga yang sedarah dengan istri

4) Patrilokal

Merupakan keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang tinggal bersama

dengan keluarga yang sedarah dengan suami

5) Keluarga kawin

Merupakan hubungan sepasang suami istri sebagai pembinaan kelurga dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagaian dari keluarga karena ada hubungan

dengan suami atau istri (Niswa dkk, 2021).

2.2.5 Fungsi Pokok Keluarga

1) Fungsi afektif
17

Merupakan fungsi utama dalam megajarkan keluarga segala sesuatu dalam

mempersiakan anggota keluarga dapat bersosialisasi dengan orang lain.

2) Fungsi sosialisasi

Merupakan fungsi dalam mengembangkan dan mengajarkan anak

bagaimana berkehidupan sosial sebelum anak meninggalkan rumah dan

bersosialisasi dengan orang lain di luar rumah.

3) Fungsi reproduksi

Merupakan fungsi untuk mempertahankan keturunan atau generasi dan

dapat menjaga kelangsungan keluarga.

4) Fungsi ekonomi

Merupakan keluarga yang berfungsi dalam memenuhi kebutuhan ekonomi

dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu sehingga meningkatkan

penghasilan dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi perawatan

Merupakan fungsi dalam mempertahankan status kesehatan keluarga dan

anggota keluarga agar tetap produktiv (niswa dkk, 2021).

2.2.6 Tugas Keluarga

Sesuai dengan fungsi kesehatan dalam keluarga, keluarga mampunyai tugas

dibidang kesehatan. Tugas keluarga dalam 5 bidang kesehatan yaitu:

1) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Keluarga mampu mengenali perubahan yang dialami oleh anggota keluarga

sehingga secara tidak langsung akan menjadi perhatian dan tanggung jawab

keluarga, maka keluarga akan segera menyadari dan mencatat kapan dan seberapa

besar perubahan tersebut.


18

2) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang

tepat

Tugas utama keluarga mampu mem uskan dalam menentukan tindakan yang

tepat agar masalah kesehatan dapat teratasi. Apabila keluarga memiliki

keterbatasan dalam mengatasi masalah maka keluarga meminta bantuan orang lain

disekitarnya.

3) Keluarga mampu memberikan keperawatan pada anggota keluarganya yang

sakit

Keluarga mampu memberikan pertolongan pertama apabila keluarga

memiliki kemampuan dalam merawat anggota keluarga yang sedang sakit atau

langsung mambawa ke pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan tindakan

selanjutnya sehingga masalah terlalu parah.

4) Kelurga mampu mempertahankan suasana dirumah

Keluarga mampu mempertahankan suasana di rumah agar dapat

memberikan manfaat bagi anggota dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya.

5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan apabila ada anggota

keluarga yang sakit (niswa dkk, 2021).

2.2.7 Peranan Keluarga

1) Peranan ayah

Ayah memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam keluarga.

Posisinya sering menjadi rujukan anggota keluarga dalam menentukan perilaku

dan arah hidup keluarga. Hal ini sangat wajar karena ayah memiliki peran sebagai
19

pemimpin/kepala keluarga, pencari nafkah, pelindung, pemberi semangat,

memberi semangat, pengajar dan pendidik, menyediakan kebutuhan.

2) Peranan ibu

Peran ibu tidak kalah penting dengan ayah. Ibu cenderung menjadi teman

dan pendidik pertama bagi anak. Selain mengurus wilayah domestik keluarga, ibu

juga berperan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Bahkan ibu dapat pula berperan

sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

3) Peranan anak

Dalam posisi ini, anak menjadi objek sekaligus subjek. Anak yang dibentuk

oleh keluarga pada saat bersamaan juga memiliki perannya tersendiri. Peran anak

dalam keluarga yaitu, pemberi kebahagiaan, pemberi keceriaan keluarga, penjaga

nama baik keluarga, dan perawat orang tua (maria, 2020).

2.2.8 Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga adalah sebuah proses perubahan sistem keluarga

yang bergerak bertahap dari waktu ke waktu. Setiap tahapan umumnya memiliki

tugas dan risiko kesehatan yang berbeda-beda. Ada 8 tahap perkembangan

keluarga, yaitu:

1) Keluarga Baru

Keluarga baru dimulai ketika dua individu membentuk keluarga melalui

perkawinan. Pada tahap ini, pasangan baru memiliki tugas perkembangan untuk

membina hubungan intim yang memuaskan di dalam keluarga, membuat berbagai

kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama, termasuk dalam hal merencanakan

anak, persiapan menjadi orangtua, dan mencari pengetahuan prenatal care.


20

2) Keluarga dengan Anak Pertama< 30 bulan

Tahap keluarga dengan anak pertama ialah masa transisi pasangan suami

istri yang dimulai sejak anak pertama lahir sampai berusia kurang dari 30 bulan.

Pada masa ini sering timbul konflik yang dipicu kecemburuan pasangan akan

perhatian yang lebih ditujukan kepada anggota keluarga baru. Adapun tugas

perkembangan pada tahap ini yaitu kesadaran akan perlunya beradaptasi dengan

perubahan anggota keluarga, mempertahankan keharmonisan pasangan suami

istri, berbagi peran dan tanggung jawab, juga mempersiapkan biaya untuk anak.

3) Keluarga dengan Anak Prasekolah

Tahap ini berlangsung sejak anak pertama berusia 2,5 tahun hingga 5 tahun.

Adapun tugas perkembangan yang mesti dilakukan ialah memenuhi kebutuhan

anggota keluarga, membantu anak bersosialisasi dengan lingkungan, cermat

membagi tanggung jawab, mempertahankan hubungan keluarga, serta mampu

membagi waktu untuk diri sendir pasangan, dan anak.

4) Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6-13 tahun)

Tahapan ini berlangsung sejakanakpertamamenginjaksekolah dasar sampai

memasuki awal masa remaja. Dalam hal ini, sosialisasi anak semakin melebar.

Tidak hanya di lingkungan rumah, melainkan juga di sekolah dan lingkungan

yang lebih luas lagi. Tugas perkembangannya adalah anak harus sudah

diperhatikan minat dan bakatnya sehingga orangtua bisa mengarahkan dengan

tepat, membekali anak dengan berbagai kegiatan kreatif agar motoriknya

berkembang dengan baik. dan memperhatikan anak akan risiko pengaruh teman

serta sekolahnya.

5) Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)


21

Pada perkembangan tahap remaja ini orangtua perlu memberikan kebebasan

yang seimbang dan bertanggung jawab. Hal ini mengingat bahwa remaja adalah

seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi. la ingin mengatur

kehidupannya sendiri tetapi masih membutuhkan bimbingan. Oleh sebab itu,

komunikasi antara orangtua dan anak harus terus dijaga. Selain itu, beberapa

peraturan juga sudah mulai diterapkan untuk memberikan batasan tertentu tetapi

masih dalam tahap wajar. Misalnya dengan membatasi jam malam dan lain

sebagainya.

6) Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah)

Tahapan ini dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah. Artinya

keluarga sedang menghadapi persiapan anak yang mulai mandiri. Dalam hal ini,

orangtua mesti merelakan anak untuk pergi jauh dari rumahnya demi tujuan

tertentu. Adapun tugas perkembangan pada tahap ini, antara lain membantu dan

mempersiapkan anak untuk hidup mandiri, menjaga keharmonisan dengan

pasangan, memperluas keluarga inti. Menjadi keluarga besar, bersiap mengurusi

keluarga besar (orangtua pasangan) memasuki masa tua, dan memberikan contoh

kepada anak-anak mengenai lingkungan rumah yang positif.

7) Keluarga Usia Pertengahan

Tahapan ini ditandai dengan perginya anak terakhir dari rumah dan salah

satu pasangan bersiap negativ atau meninggal. Tugas perkembangan keluarganya,

yaitu menjaga kesehatan, meningkatkan keharmonisan dengan pasangan, anak,

dan teman sebaya, serta mempersiapkan masa tua.

8) Keluarga Lanjut Usia


22

Masa usia lanjut adalah masa-masa akhir kehidupan manusia. Maka tugas

perkembangan dalam masa ini yaitu beradaptasi dengan perubahan kehilangan

pasangan, kawan, ataupun saudara. Selain itu melakukan "ulasan hidup" juga

penting, disamping tetap mempertahan kedamaian rumah, menjaga kesehatan, dan

mempersiapkan kematian (Maria, 2020).

2.2.9 Stress dan Koping Keluarga

Patokan dari stresor dari koping keluarga ini adalah 6 bulan. Stresor yang

dialami keluarga tetapi bisa ditangani dalam jangka waktu kurang dari 6 bulan,

dinamakan stresor jangka pendek. Akan tetapi jika sebaliknya, stresor tersebut

membutuhkan waktu yang lebih lama dari 6 bulan untuk penyelesaiannya, maka

disebut sebagai stresor jangka panjang.

Dalam tahapan ini, seorang perawat harus mengetahui bagaimana keluarga

menghadapi dan merespons stressor, dan strategi apa yang digunakan untuk

menghadapi dan menyelesaikannya (Maria, 2020).

2.3 Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu proses berkelanjutan, yang dilakukam secara

terus-menerus dan bertahap. Sehingga proses ini tidak hanya sekali saja

dilakukan. Mengenai frekuensinya tergantung pada kondisi pasien. Perawat harus

mampu menggambarkan kondisi/situasi pasien sebelumnya dan saat ini, sehingga

informasi tersebut bisa digunakan untuk memprediksi tindakan di masa yang akan

datang. Hal-hal yang dikaji dalam keluarga adalah:

A. Data Umum

Beberapa data umum yang perlu dikaji dalam tahap ini adalah:
23

1) Informasi dasar

Informasi ini merupakan hal-hal dasar yang harus diketahui. Data ini

biasanya merupakan data tertulis, yang mudah kita peroleh dari kartu keluarga

(KK). Usahakan untuk mendapatkan KK yang terbaru.

Dari KK ini, kita akan mendapatkan informasi dasar berupa alamat lengkap,

nama kepala keluarga, pekerjaan dan pendidikan terakhir kepala keluarga dan

anggota keluarga, komposisi keluarga, dan lain sebagainya.

2) Tipe bangsa

Mengetahui suku dan budaya pasien beserta keluarganya merupakan hal

penting. Dari budaya keluarga tersebut, kita akan mengetahui bagaimana

kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh keluarga. Tentu saja tidak semua

budaya dikaji, melainkan hanya yang berhubungan dengan kesehatan.

3) Agama

Semua agama ada bagian tertentu yang mengajarkan kebersihan dan

kesehatan. Akan tetapi bagaimana kadar pasien dan keluarga menjalankannya.

Mengetahui agama pasien dan keluarganya tidak hanya sebatas nama agamanya,

melainkan bagaimana mereka mengamalkan ajaran-ajaran agama atau

kepercayaannya. Hal ini bukan untuk menjustifikasi melalui dogma agama,

melainkan untuk mengetahui sejauh mana kesehatan keluarga dijaga melalui

ajaran agama.

4) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial dan ekonomi cenderung menentukan bagaimana sebuah

keluarga menjaga kesehatan anggota keluarganya. Meski hal ini tidak bisa
24

digeneralisir, namun bagi yang memiliki pendapatan yang berkecukupan, tentu

anggota keluarga akan memiliki perawatan yang memadai,

Status sosial tak selalu ditentukan oleh pendapatannya meski hal tersebut

sangat mempengaruhi. Bisa jadi seseorang mendapatkan status sosial karena

pengaruhnya di masyarakat atau komunitas. Selain itu, kebutuhan atau

pengeluaran keluarga juga menjadi penyebab berikutnya.

5) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi bisa menentukan kadar stres keluarga sehingga menimbulkan

beban dan pada akhirnya membuat sakit. Akan tetapi, bentuk rekreasi tidak hanya

dilihat dari ke mana pergi bersama keluarga, melainkan hal-hal yang sederhana

yang bisa dilakukan di rumah. Misalnya menonton televisi, membaca buku,

mendengarkan musik, berselancar di media sosial, dan hal-hal yang bisa

menghibur lainnya.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Keluarga sebagai sebuah kelompok akan senantiasa dinamis, selalu

mengalami perkembangan, baik dari sisi psikologis, sosial, ekonomi, budaya

maupun komposisinya. Dari perkembangan tersebut, banyak hal yang bisa

dijadikan sebagai bagian dari kajian. Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap

ini adalah:

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini.

Bagaimana kondisi paling baru dari keluarga? Inilah yang menjadi fokus

utama. Tidak hanya dari sisi kesehatan, melainkan dari berbagai sisi. Kesehatan

tidak hanya berlaku sendiri, melainkan bisa terkait dengan banyak sisi. Misalnya

faktor ekonomi, karena keluarga tidak mampu mencukupi kebutuhan makan yang
25

sehat dan aman, maka anggota keluarga mudah terserang penyakit. Tahap

perkembangan keluarga ini ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.

2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,

Keluarga dan setiap anggotanya memiliki peran dan tugasnya masing-

masing. Begitu pula dengan tugas perkembangan keluarga yang telah dijelaskan

pada bab sebelumnya. Dari setiap tugas itu, sebaiknya dibuat daftar, mana saja

tugas yang telah diselesaikan. Dengan begitu, akan tampak tugas apa saja yang

belum dilaksanakan.

Jika ada beberapa tugas yang belum diselesaikan, kemudian dikaji kendala

apa yang menyebabkannya. Lalu apakah tugas tersebut harus diselesaikan segera

ataukah bisa ditunda.

3) Riwayat keluarga Inti.

Bagian riwayat keluarga inti ini, tidak hanya dikaji tentang riwayat

kesehatan masing-masing anggota keluarga, melainkan lebih luas lagi. Apakah

ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang berisiko menurun,

bagaimana pencegahan penyakit dengan imunisasi, fasilitas kesehatan apa saja

yang pernah dia diakses, riwayat penyakit yang pernah diderita, serta riwayat

perkembangan dan kejadian-kejadian atau pengalaman penting yang berhubungan

dengan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya.

Riwayat keluarga besar dari pihak suami dan istri juga dibutuhkan. Hal ini

dikarenakan ada penyakit yang bersifat genetik atau berpotensi menurun kepada

anak cucu. Jika hal ini dapat dideteksi lebih awal, dapat dilakukan berbagai

pencegahan atau antisipasi.


26

C. Data Lingkungan

Lingkungan dimana kita berada sangat memengaruhi keluarga dalam hal

kesehatan. Menciptakan lingkungan yang positif akan memberikan dampak baik

bagi setiap anggota keluarga. Dalam hal ini, beberapa data lingkungan yang

diperlukan untuk kajian proses keluarga adalah:

1) Karakteristik rumah.

Sebuah rumah bisa memengaruhi kesehatan penghuni. Oleh sebab itu,

perawat membutuhkan data karekteristik rumah yang dihuni sebuah keluarga

dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan dan fungsinya, sirkulasi

udara dan sinar matahari yang masuk, pendingan udara atau kipas angin,

pencahayaan, banyaknya jendela, tata letak perabotan, penempatan septic tank

beserta kapasitas dan jenisnya, jarak sumber air dengan septic tank, konsumsi

makanan olahan dan air minum keluarga, dan lain sebagainya. Selain karakteristik

yang dapat dilihat tersebut, lingkungan rumah juga termasuk di dalamnya adalah

bagaimana karakteristik anggota keluarganya. Dengan demikian data ini akan

dipakai sebagai pijakan utama untuk melihat lingkungan keluarga yang lebih luas,

kaitannya sebagai bagian dari kehidupan masyarakat.

2) Karakteristik tetangga dan RT-RW.

Setelah dari dalam rumah, data yang harus dicari selanjutnya adalah

lingkungan di sekitar rumah. Perawat perlu mencari tahu lingkungan fisik,

kebiasaan, kesepakatan atau aturan penduduk setempat, dan budaya yang

memengaruhi kesehatan.

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.


27

Selain interaksi dengan tetangga dan lingkup RT RW, tentu setiap inividu

atau keluarga memiliki pergaulannya sendiri, baik di komunitas hobi, kantor,

sekolah, maupun hanya teman main. Interaksi ini juga bisa digunakan untuk

melacak jejak dari mana penyakit yang didapatkan oleh pasien. Apakah la

mendapatkan penyakit dari pergaulannya di luar atau bukan. Hal ini sangat

mungkin terjadi.

4) Mobilitas geografis keluarga.

Salah satu dari perkembangan keluarga adalah mobilitas geografis. Apakah

pasien beserta keluarganya sering berpindah tempat tinggal? Paling minimal

berpindah dari rumah orangtua menuju rumah sendiri. Atau jika merantau, di

mana saja ia pernah kontrak rumah. Atau sebagai pegawai sering ditugaskan di

berbagai kota mana saja. Seorang perawat sangat membutuhkan data ini.

5) Sistem pendukung keluarga.

Setiap keluarga tentu menyediakan berbagai fasilitas berupa perabot bagi

anggota keluarganya. Fasilitas-fasilitas inilah yang perlu dikaji sistem pendukung

keluarga. Akan tetapi, dalam proses keperawatan kesehatan keluarga, tidak hanya

data itu saja yang dibutuhkan, melainkan juga berapa anggota keluarga yang sehat

sehingga bisa membantu yang sakit.

Selain fasilitas di depan, data sistem pendukung ini juga membutuhkan

fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau

dukungan dari masyarakat setempat.


28

D. Struktur Keluarga

Pada bagian sebelumnya telah dibahas mengenai struktur keluarga. Dari

seluruh struktur itu, perawat harus memiliki datanya. Data yang dibutuhkan untuk

proses keperawatan keluarga ini adalah:

1) Pola komunikasi keluarga.

Perawat diharuskan untuk melakukan observasi terhadap seluruh anggota

keluarga dalam berhubungan satu sama lain. Apakah komunikasi dalam keluarga

berfungsi dengan baik atau sebaliknya?

Komunikasi yang berjalan baik mudah diketahui dari anggota keluarga yang

menjadi pendengar yang baik, pola komunikasi yang tepat, penyampaian pesan

yang jelas, keterlibatan perasaan dalam berinteraksi.

2) Struktur kekuatan keluarga.

Kekuatan keluarga diukur dari peran dominan anggota keluarga. Oleh sebab

itu, seorang perawat membutuhkan data tentang siapa yang dominan dalam

mengambil keputusan untuk keluarga, mengelola anggaran, tempat tinggal, tempat

kerja, mendidik anak dan lain sebagainya.

3) Struktur peran keluarga

Setiap anggota keluarga memiliki perannya masing-masing. Tidak ada satu

pun anggota keluarga yang terlepas dari perannya, baik dari orangtua maupun

anak-anak. Peran ini berjalan dengan sendirinya, meski tanpa disepakati terlebih

dahulu. Akan tetapi jika peran ini tidak berjalan dengan baik, maka akan ada

anggota keluarga yang terganggu. Misalnya anak yang harus belajar atau bermain,

jika anak tak melakukannya, tentu orangtua akan gelisah. Begitu pula jika
29

orangtua atau utamanya ayah tidak bekerja, tentu anggota keluarga akan kesulitan

memenuhi kebutuhannya.

Perawat perlu mengetahui seluruh peran tersebut dan bagaimana peran itu

dijalankan. Jika ada masalah dengan peran tersebut, siapa yang biasanya akan

memberikan pengertian, menilai pertumbuhan, pengalaman baru, teknik dan pola

komukasi.

E. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga ini juga telah dibahas pada bab sebelumnya. Namun dari

setiap fungsi, beberapa hal perlu ditekankan dan harus diketahui oleh perawat.

1) Fungsi afektif

a) Bagaimana pola kebutuhan keluarga dan responsnya?

b) Apakah individu merasakan individu lain dalam keluarga?

c) Apakah pasangan suami-istri mampu menggambarkan kebutuhan persoalan

lain dan anggota yang lain?

d) Bagaimana sensitivitas antaranggota keluarga?

e) Bagaimana keluarga menanamkan perasaan kebersamaan dengan anggota

keluarga?

f) Bagaimana anggota keluarga saling mempercayai. memberikan perhatian

dan saling mendukung satu sama lain?

g) Bagaimana hubungan dan interaksi keluarga dengan lingkungan?

h) Apakah ada kedekatan khusus anggota keluarga dengan anggota keluarga

yang lain, keterpisahan dan keterikatan?

2) Fungsi sosial
30

a) Bagaimana keluarga membesarkan anak, termasuk pula kontrol perilaku,

penghargaan, disiplin, kebebasan dan ketergantungan, hukuman, memberi

dan menerima cinta sesuai dengan tingkatan usia? Siapa yang paling

bertanggung jawab?

b) Kebudayaan yang dianut dalam membesarkan anak?

c) Apakah keluarga merupakan risiko tinggi mendapat masalah dalam

membesarkan anak? Faktor risiko apa yang memungkinkan?

d) Apakah lingkungan memberikan dukungan dalam perkembangan anak,

seperti tempat bermain dan istirahat di kamar tidur sendiri?

3) Fungsi reproduksi

a) Berapa jumlah anak?

b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak?

c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam pengendalian jumlah anak?

F. Pemeriksaan Kesehatan

1) Pemeriksaan fisik

Data selanjutnya yang harus dikumpulkan oleh perawat adalah data tentang

kesehatan fisik. Tidak hanya kondisi pasien, melainkan kondisi kesehatan seluruh

anggota keluarga. Beberapa bagian yang harus diperiksa adalah sebagai berikut:

a) Tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital yang harus diperiksa adalah suhu badan, nadi, pernapasan,

dan tekanan darah.

b) Antropometri

Pemeriksaan ini meliputi tinggi badan, berat badan, lingkaran perut, lingkar

kepala, dan lingkar lengan.


31

c) Pernapasan

Pernapasan yang harus diperiksa meliputi pola pernapasan, bentuk dada saat

bernapas, dan apakah ada bunyi yang di luar kebiasaan orang bernapas.

d) Cardiovasculer

Dalam pemeriksaan cardiovasculer ini biasanya tidak ditemukan adanya

kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.

e) Pencernaan

Pemeriksaan pada pencernaan untuk mengetahui gejala mual dan muntah,

peristaltik usus, mukosa bibir dan mulut, anoreksia, dan buang air besar.

f) Perkemihan

Perawat mencari tahu tentang volume diuresis. Apakah mengalami

penurunan atau justru peningkatan.

g) Muskuloskeletal

Dari pemeriksaan ini perawat akan mengetahui apakah ada output yang

berlebihan sehingga membuat fisik menjadi lemah

h) Pengindraan

Indra yang perlu diperiksa oleh perawat utamanya adalah mata, hidung, dan

telinga. Apakah masih normal atau sudah mengelami perubahan atau kelainan.

i) Reproduksi

Apakah reproduksi masih berfungsi dengan baik atau sebaliknya. Jika

sebaliknya, maka gejala apa saja yang menunjukkan akan hal itu.

j) Neurologis

Bagaimana kesadaran pasien selama menjalani masa pengobatannya? Apa

yang membuat kesadaran menurun?


32

G. Harapan Keluarga

Pada bagian ini perlu diuraikan bagaimana harapan keluarga pasien terhadap

penyakit yang diderita pasien. Selain itu, sebagai pendukung dan motivasi,

perawat juga perlu mengetahui bagaimana atau apa saja harapan keluarga

terhadap perawat. Harapan itu sudah selayaknya diusahakan semaksimal mungkin

oleh perawat agar keluarga merasa puas dengan pelayanan kesehatan yang

diberikan.

A) Perumusan Masalah

Setelah dilakukan pengkajian, maka dapat dirumuskan masalah kesehatan

dalam keperawatan keluarga. Rumusan masalah kesehatan keluarga yang dibuat

tersebut harus menggambarkan keadaan kesehatan dan status kesehatan keluarga.

Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, kita harus

mengacu pada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan serta sejumlah alasan

dari ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam

bidang kesehatan.

Berikut tipologi masalah kesehatan keluarga yang dikelompokkan menjadi 3

kelompok masalah besar.

a. Ancaman Kesehatan

Ancaman kesehatan merupakan keadaaan-keadaan yang dapat

memungkinkan terjadinya penyakit, kecelakaan, dan kegagalan dalam mencapai

potensi kesehatan. Ancaman kesehatan ini antara lain sebagai berikut.

1) Penyakit keturunan, seperti asma bronkiale, diabetes.

2) Keluarga/anggota keluarga penderita penyakit menular, seperti TBC,

gonore, hepatitis.
33

3) Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan

dan sumber daya keluarga. Seperti keluarga dengan pemasukan kecil, tapi

memiliki anak banyak.

4) Risiko terjadinya kecelakaan dalam keluarga. Seperti kebiasaan meletakkan

benda tajam di sembarang tempat atau kondisi tangga rumah yang terlalu

curam.

5) Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota keluarga.

6) Sanitasi lingkungan buruk, antara lain:

a) ventilasi dan penerangan rumah kurang baik;

b) tempat pembuangan sampah tidak memenuhi standar;

c) sumber air tercemari oleh tempat pembuangan tinja yang tidak

diperhitungkan;

d) tempat pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat;

e) sumber air minum tidak memenuhi syarat;

f) kebisingan;

g) udara tercemar.

7) Kebiasaan-kebiasaan yang merugikan kesehatan, antara lain:

a) merokok;

b) minuman keras;

c) kebiasaan telanjang kaki;

d) makan obat tanpa resep;

e) kebiasaan makan daging mentah;

f) kebersihan personal kurang.

8) Sifat kepribadian yang melekat, misalnya pemarah.


34

9) Riwayat persalinan sulit.

10) Memainkan peranan yang tidak sesuai, misalnya anak wanita memainkan

peranan ibu karena meninggal, anak laki laki memainkan peranan ayah.

11) Immunisasi anak tidak lengkap.

b. Kurang/Tidak Sehat

Kurang/tidak sehat adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan.

Lingkup dari kondisi ini antara lain sebagai berikut.

1) Keadaan sakit, baik sesudah maupun sebelum diagnosis.

2) Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai

dengan pertumbuhan normal.

c. Situasi Krisis

Situasi krisis adalah saat-saat yang banyak menuntut individu atau keluarga

dalam menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga. Lingkup

situasi ini antara lain sebagai berikut.

1) Perkawinan.

2) Kehamilan.

3) Persalinan.

4) Masa nifas.

5) Menjadi orang-tua.

6) Penambahan anggota keluarga, misalnya bayi baru lahir.

7) Abortus.

8) Anak masuk sekolah.

9) Anak remaja.

10) Kehilangan pekerjaan.


35

11) Kematian anggota keluarga.

12) Pindah rumah.

Sementara itu, ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas

kesehatan dan perawatan dibagi dalam lima kelompok.

a) Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga. Adapun sebabnya

antara lain:

1) Kurangnya pengetahuan/ketidaktahuan fakta

2) Rasa takut akibat masalah yang diketahui

3) Sikap dan falsafah hidup

b) Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan

tindakan yang tepat. Adapun sebabnya antara lain:

1) Tidak memahami mengenai sifat, berat, dan luasnya masalah.

2) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol.

3) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan,

dan kurangnya sumber daya keluarga.

4) Tidak sanggup memilih tindakan di antara beberapa pilihan.

5) Ketidakcocokan pendapat dari anggota-anggota keluarga.

6) Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada.

7) Takut dari akibat tindakan.

8) Sikap terhadap masalah kesehatan.

9) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau.

10) Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan.

11) Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan.


36

c) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit. Adapun sebabnya

antara lain.

1) Tidak mengetahui keadaan penyakit. Misalnya: sifat, penyebab, penyebaran,

perjalanan penyakit, gejala, dan perawatannya serta pertumbuhan dan

perkembangan anak.

2) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

3) Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.

4) Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnya

keuangan, anggota keluarga yang bertanggung jawab, fasilitas fisik untuk

perawatan.

5) Sikap terhadap yang sakit.

6) Konflik individu dalam keluarga.

7) Sikap dan pandangan hidup.

8) Perilaku yang mementingkan diri sendiri.

d) Yang dapat memengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota

keluarga. Adapun penyebabnya yaitu

1) Sumber-sumber keluarga tidak cukup, di antaranya keuangan, tanggung

jawab/wewenang, keadaan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.

2) Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan

rumah.

3) Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan.

4) Konflik personal dalam keluarga.

5) Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit.

6) Sikap dan pandangan hidup.


37

7) Ketidakkompakan keluarga, karena sifat memen tingkan diri sendiri, tidak

ada kesepakatan, acuh tak acuh terhadap anggota keluarga yang mempunyai

masalah.

e) Ketidakmampuan menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara

kesehatan. Adapun penyebabnya yaitu:

1) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada.

2) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh.

3) Kurang terhadap petugas kesehatan dan lembaga kesehatan.

4) Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan.

5) Rasa takut pada akibat dari tindakan.

6) Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan.

7) Tidak adanya fasilitas yang diperlukan.

8) Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat.

9) Sikap dan falsafah hidup.

B) Penerapan Prioritas

Dalam berbagai kasus, skala prioritas selalu dibutuhkan untuk

meminimalisir risiko, memaksimalkan perawatan dan pengobatan, serta untuk

pengambilan keputusan yang tepat. Skala prioritas ini diperoleh dari berbagai data

yang telah didapatkan di depan, untuk kemudian diolah dan pada akhirnya skala

prioritas ini akan membantu dalam pemetaan penanganan pada pasien, baik untuk

perawat maupun keluarga. Rumusan skala prioritas sebagai berikut.

Tabel 2.1 Skala Prioritas Keperawatan Keluarga

No Kriteria Nilai Bobot


1. Sifat masalah
Skala :
Promkes 3 1
Aktual 3
38

Resiko 2
Krisis mendatang 1
2. Modifikasi kondisi/masalah
Skala :
Mudah 2 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah
Skala :
Tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1
4. Ciri khas
Skala :
Segera 2 1
Tidak perlu segera 1
Tidak dianggap 0
Skoring

Setelah menentukan skala prioritas sesuai dengan tabel di depan, langkah

selanjutnya adalah membuat skoring. Rumus seperti berikut :

Skor
X Bobot
Angka tertinggi

1) Tentukan angka dari skor tertinggi terlebih dahulu. Biasanya angka tertinggi

adalah 5.

2) Skor yang dimaksud diambil dari skala prioritas. Tentukan skor pada setiap

kriteria.

3) Skor dibagi dengan angka tertinggi.

4) Kemudian dikalikan dengan bobot skor.

5) Jumlahkan skor dari semua kriteria.

Dengan adanya prioritas di depan, kita akan mengetahui tingkat kedaruratan

pasien yang membutuhkan penanganan cepat atau lambat. Masing-masing kriteria

memberikan sumbangan masukan atas penanganan


39

a) Sifat Masalah

Menentukan sifat masalah ini berangkat dari empat poin pokok, yaitu

promkes, aktual, resiko, dan krisis mendatang.

Tidak atau kurang sehat merupakan kondisi di mana anggota keluarga

terserang suatu penyakit. Hal ini mengacu pada kondisi sebelum terkena penyakit

dan perkembangan atau pertumbuhan yang tidak sesuai dengan kondisi

semestinya.

Ancaman kesehatan merupakan kondisi yang memungkinkan anggota

keluarga terserang penyakit atau mencapai kondisi potensi yang ideal tentang

kesehatan. Ancaman ini bisa berlaku dari penyakit yang ringan hingga yang

paling berat. Sumber dari penyakit ini biasanya dari konsumsi, pola hidup, dan

gaya hidup sehari-hari.

Keadaan sejahtera suatu keluarga bisa menjadi penentu suatu masalah.

Kondisi akan mengacu pada tersedianya fasilitas kesehatan, konsumsi, pola hidup

dan gaya hidup yang diterapkan oleh keluarga.

b) Modifikasi kondisi atau masalah

Kriteria ini mengacu pada tingkat penanganan kasus pada pasien. Tingkat

penanganan terdiri dari tiga bagian, yaitu mudah, sebagian, dan tidak ada

kemungkinan untuk diubah. Sebaiknya, yang mudah terlebih dahulu ditangani

sebelum melakukan penanganan yang lain.

c) Potensial masalah yang dicegah

Potensi ini juga mengacu pada tingkatan, yaitu tinggi, cukup, dan rendah.

Berbedanya tingkatan ditentukan oleh berbagai faktor. Kemungkinan yang paling

dekat adalah tingkat pendidikan atau perolehan informasi tentang kesehatan,


40

kondisi kesejahteraan keluarga, perhatian keluarga, fasilitas rumah, dan lain

sebagainya..

d) Menonjolnya Masalah

Masalah yang menonjol biasanya mudah terlihat ketika menangani pasien.

Namun hal ini tetap memerlukan pemeriksaan terlebih dahulu agar tindakan yang

dilakukan tepat. Prioritas yang harus ditangani berdasarkan:

1) masalah yang benar-benar harus segera ditangani

2) ada masalah tetapi tidak perlu segera ditangani

3) ada masalah tetapi tidak dianggap. (Maria, 2020)

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut (SDKI 2017) Ketidakpatuhan

Kategori : Perilaku

Subkategori : Penyuluhan dan Pembelajaran

Kode Diagnosis : D.0114

a) Definisi :
Perilaku individu dan/atau pemberi asuhan tidak mengikuti rencana

perawatan/pengobatan yang disepakati dengan tenaga kesehatan, sehingga

menyebabkan hasil perawatan/pengobatan tidak efektif.

b) Penyebab :

1) Disabilitas (mis. penurunan daya ingat, defisit sensorik/motorik)

2) Efek samping program perawatan/pengobatan

3) Beban pembiayaan program perawatan/pengobatan

4) Lingkungan tidak terapeutik

5) Program terapi kompleks dan/atau lama


41

6) Hambatan mengakses pelayanan kesehatan (mis. gangguan mobilisasi,

masalah transportasi, ketiadaan orang merawat anak dirumah, cuaca tidak

menentu)

7) Program terapi tidak ditanggung asuransi

8) Ketidakadekuatan pemahaman (sekunder akibat defisit kognitif, kecemasan,

gangguan penglihatan/pendengaran, kelelahan, kurang motivasi)

c) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1) Menolak menjalani perawatan/pengobatan

2) Menolak mengikuti anjuran

Objektif

1) Perilaku tidak mengikuti program perawatan/pengobatan

2) Perilaku tidak menjalankan anjuran

d) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

1) Tampak tanda/gejala penyakit/masalah kesehatan masih ada atau meningkat

2) Tampak komplikasi penyakit/masalah kesehatan menetap atau meningkat

e) Kondisi klinis terkait

1) Kondisi baru terdiagnosis penyakit

2) Kondisi penyakit kronis

3) Masalah kesehatan yang membutuhkan perubahan pola hidup


42

2.3.3 Intervensi

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,

mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasikan pada

diagnosis keperawatan tahap ini, dimulai setelah menentukan diagnosis

keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Maria, 2020).

Tabel Rencana Tindakan dan Kriteria Hasil Berdasarkan SLKI (2019) dan SIKI

(2018)

Tabel 2.2 Kriteria Hasil dan Intervensi

Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
Ketidakpatuhan Kriteria Hasil : 1. Dukungan Kepatuhan Program
Tingkat Kepatuhan L.12110 Pengobatan I.12361
1) verbalisasi kemauan 1) Identifikasi kepatuhan menjalani
mematuhi program program pengobatan
perawatan atau 2) Buat komitmen menjalani
pengobatan 5 program pengobatan dengan baik
(meningkat) 3) Diskusikan hal-hal yang dapat
2) Risiko komplikasi mendukung atau menghambat
penyakit/masalah berjalannya program pengobatan
keperawatan 5 4) Libatkan keluarga untuk
(menurun) mendukung program pengobatan
3) Perilaku mengikuti yang dijalani
program 5) Informasi manfaat yang akan
perawatan/pengobatan 5 diperoleh jika teratur menjalani
(membaik) program pengobatan
4) Tanda dan gejala 2. Edukasi Kesehatan I.12383
penyakit 5 (membaik). 1) Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
3. Pelibatan Keluarga I.14525
1) Ciptakan hubungan terapeutik
pasien dengan keluarga dalam
perawatan
2) Informasikan tingkat
ketergantungan pasien kepada
keluarga
2.3.4 Implementasi

Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun. Perawat

membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan, oleh karena itu rencana

tindakan yang spesifik ini dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang

memengaruhi masalah kesehatan pasien. tujuan yang telah ditetapkan, yang


43

mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan

memfasilitasi koping.

Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal berikut ini.

1) Menstimulasi Kesadaran atau Penerimaan Keluarga

Yang dimaksud pada poin ini adalah mendiskusikan berbagai informasi

kepada keluarga tentang masalah-masalah kesehatan. Hal ini akan mampu

mendorong kesadaran keluarga tentang kesehatan dan penjelasan pun akan mudah

diterima. Cara-cara yang bisa dilakukan pada poin ini adalah:

a) Memberikan informasi.

b) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.

c) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

2) Menstimulasi Keluarga untuk Memutuskan Cara Perawatan

Perawat dapat memberikan berbagai informasi dan pertimbangan sehingga

bisa menjadi stimulus bagi keluarga untuk memutuskan perawatan yang tepat.

Cara yang bisa tempuh adalah:

a) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.

b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.

c) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.

3) Memberikan Kepercayaan Diri dalam Merawat Anggota Keluarga

Memotivasi keluarga juga menjadi bagian perawat, agar keluarga merasa

percaya diri untuk merawat anggota keluarga yang sakit. Terkadang, keluarga

sangat prihatin dengan anggota keluarga yang sakit tetapi tidak tahu atau takut

melakukan tindakan yang justru akan merugikan pasien. Padahal pasien sangat
44

membutuhkan bantuannya. Untuk bisa mencapai hal ini, perawat dapat melakukan

beberapa cara, yaitu:

a) Melakukan demonstrasi cara perawatan.

b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.

c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.

4) Membantu Keluarga Mewujudkan Lingkungan Sehat

Di sini perawat dapat berperan sebagai konsultan bagaimana agar keluarga

mampu mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga mampu

meningkatkan kualitas hidup anggota keluarganya. Adapun cara yang bisa

ditempuh adalah:

a) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.

b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

5. Memotivasi Keluarga Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan

Kesadaran dalam mengakses fasilitas kesehatan bagi masyarakat kita sampai

saat ini masih relatif rendah. Untuk itu, perawat perlu melakukan beberapa hal di

bawah ini.

a) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga.

b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan anda (Maria, 2020).

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap integral pada proses keperawatan. Apa yang

kurang dapat ditambahkan, dan apabila mendapati kasus baru dan mampu

diselesaikan dengan baik, maka hal itu disebut sebagai keberhasilan atau temuan

sebuah penelitian.
45

Untuk melakukan evaluasi, ada baikya disusun dengan menggunakan SOAP

secara operasional:

S : adalah berbagai persoalan yang disampaikan oleh keluarga setelah

dilakukan tindakan keperawatan. Misalnya yang tadinya dirasa sakit, kini tidak

sakit lagi.

O : adalah berbagai persoalan yang ditemukan oleh perawat setelah

dilakukan tindakan keperawatan. Misalnya berat badan naik 1 kg dalam 1 bulan.

A : adalah analisis dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan

yang terkait dengan diagnosis.

P : adalah perencanaan direncakan kembali setelah mendapatkan hasil dari

respons keluarga pada tahapan evaluasi (Maria, 2020).


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan adalah studi kasus, yaitu studi yang mengeksplorasi

suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang

mendalam dan menyertakan berbagai informasi.

Studi kasus dalam karya tulis ini adalah untuk mengeksplorasi masalah

"Asuhan keperawatan keluarga Tn.M pada An.i yang mengalami tuberculosis

dengan masalah keperawatan ketidakpatuhan di RT 025 RW 008 desa

wonokusumo kecamatan tapen kabupaten bondowoso tahun 2022”.

3.2 Batasan Istilah

Definisi operasional adalah suatu nilai dari kegiatan yang memiliki variasi

tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2015)

Batasan istilah adalah persyaratan yang menjelaskan istilah-istilah kunci

yang menjadi fokus dalam penelitian studi kasus. Batasan istilah disusun secara

naratif dan apabila diperlukan ditambahkan informasi sebagai tanda atau ciri khas

dari batasan yang dibuat penulis.

Batasan istilah dalam studi kasus ini adalah ” Asuhan keperawatan keluarga

Tn.M pada An.i yang mengalami tuberculosis dengan masalah keperawatan

ketidakpatuhan di RT 025 RW 008 desa wonokusumo kecamatan tapen kabupaten

bondowoso tahun 2022”.


47

1. Asuhan Keperawatan Keluarga

Menurut kholifah & widagdo 2016, asuhan keperawatan keluarga adalah

sebuah pelayanan secara holistik di mana keluarga serta bagian-bagiannya

menjadi pusat pelayanan yang tahap pengkajian, diagnosis keperawatan,

perencanaan, implementasi hingga evaluasi melibatkan seluruh anggota keluarga

di dalamnya (niswa, 2021).

2. Tuberculosis

Tuberculosis merupakan suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

Mycobacterium tuberculosis. Dapat menyerang paru-paru (tuberkulosis paru),

tulang, kelenjar getah bening (KGB) dan organ tubuh lainnya (Retno,2021).

Dalam batasan karakteristik penderita tuberculosis yang masuk pada rentang usia

15-50 tahun dan golongan masyarakat ekonomi rendah terhadap pengobatan.

3. Ketidakpatuhan

Perilaku individu dan/atau pemberi asuhan tidak mengikuti rencana

perawatan/pengobatan yang disepakati dengan tenaga kesehatan, sehingga

menyebabkan hasil perawatan/pengobatan tidak efektif (SDKI,2017). Dalam

batasan karakteristik kriteria yang ingin dicapai yaitu klien dengan perilaku

tidakpatuh terhadap pengobatan, dan keluarga yang mendukung klien untuk

minum obat serta kontrol rutin tiap bulan.

3.3 Partisipan

Partisipan dalam penyusunan studi kasus ini adalah satu keluarga yang

mengalami masalah keperawatan ketidakpatuhan dimana salah satu anggota

keluarga dengan diagnosa medis tuberculosis kelenjar dengan kriteria inklusi

dalam penelitian ini yaitu Klien dengan usia 22 tahun, Keluarga yang
48

ketidakadekuatan tentang pengetahuan tuberculosis dan Anggota keluarga yang

putus minum obat. Di RT 025 RW 008 Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen

Kabupaten Bondowoso Tahun 2022.

Kriteria penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Inklusi

No Jenis kriteria inklusi Iya Tidak Keterangan


1. Keluarga yang memiliki anggota Anggota keluarga yang menderita
keluarganya menderita tbc yang √ tuberculosis berusia 22 tahun
berusia 15-50 tahun.
2. Keluarga yang bersedia menjadi √ Keluarga bersedia menjadi responden
responden dalam penelitian.
3. Keluarga yang kooperatif. √ Keluarga kooperatif
4. Keluarga yang memiliki anggota √ Anggota keluarga yang putus minum
keluarga yang menderita tbc namun obat karena tidak tahan dengan
putus minum obat. efeksamping
5. Keluarga yang tidak rutin mengontrol √ Anggota keluarga yang tidak rutin
anggota keluarganya terhadap kontrol karena klien tidak mau
masalah kesehatannya.
6. Keluarga yang tidak mendukung √ Keluarga mendukung klien untuk
pengobatan masalah kesehatan melanjutkan pengobatan lagi
anggota keluarganya.
7. Keluarga yang memiliki √ Keluarga yang tidakadekuatan tentang
ketidakadekuatan pemahaman pengetahuan tuberculosis
tentang tbc.
3.4 Lokasi dan Waktu

1) Lokasi

Pada studi kasus ini dilakukan Asuhan keperawatan keluarga Tn.M pada

An.i yang mengalami tuberculosis dengan masalah keperawatan

ketidakpatuhan di RT 025 RW 008 desa wonokusumo kecamatan tapen

kabupaten bondowoso tahun 2022.

2) Waktu

Selama 14 hari minimal 7 kali kunjungan dengan dilakukan dukungan

keluarga dan edukasi kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan

mengkonsumsi obat.
49

3.5 Pengumpulan Data

1) Wawancara

Pengumpulan data dengan menanyakan secara langsung kepada klien dan

keluarga terkait dengan masalah yang dihadapi klien biasanya juga disebut

anamnesa. Hasil anamnase berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan lain-

lain. Sumber data diperoleh dari klien, keluarga dan perawat.

2) Observasi dan pemeriksaan fisik

Dengan pendekatan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada sistem

tubuh klien.

3) Study dokumentasi dan angket

Hasil dari pemeriksaan data klien yang relevan

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau informasi

yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validasi tinggi. Disamping

integritas peneliti, uji keabsahan data dilakukan dengan cara yaitu:

1) Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan.

2) Sumber informasi tambahan menggunakan tri angulasi yaitu: (klien,

perawat, dan keluarga) yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti

3.7 Analisa Data

Analisa data dilakukan penulis dilapangan sewaktu pengumpulan data

sampai dengan semua data yang terkumpul. Selanjutnya membandingkan dengan

teori yang ada dan dituangkan di opini pembahasan. Teknik analisa yang
50

digunakan dengan cara menarasikan jawaban yang dibuat dari interpretasi

wawancara mendalam yang akan dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.

Urutan dalam analisis adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data

Semua data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi dan

dokumentasi). Kemudian hasilnya di tulis dalam bentuk catatan lapangan, dan di

salin dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur)

b. Mereduksi data

Mereduksi data dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari hasil WOD

(wawancara, observasi dan dokumentasi) yang telah di salin dalam satu bentuk

transkrip dan dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis

berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

c. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, bagan, dan teks

naratif. Kerahasiaan klien dijaga dengan menyamarkan identitas dari klien.

d. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan

hasil penulisan terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan cara induksi. Data yang dikumpulkan terkait

dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.

3.8 Etika Penelitian

Dicantumkan etika yang mendasar dalam penyusunan studi kasus, terdiri

dari:

a. Persetujuan menjadi klien


51

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti dan

memenuhi kriteria inkulasi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian

b. Tanpa nama

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang didapat untuk

disembunyikan yaitu bisa dengan tanpa nama atau inisial.

c. Kerahasiaan

Subjek berhak untuk meminta bahwa data yang diberikan untuk

dirahasiakan.
BAB 4
HASIL
4.1 Hasil

Dalam hal ini penulis akan membahas mengenai 1 keluarga binaan dan

merujuk pada teori dengan susunan fakta, teori, dan opini. Pembahasan asuhan

keperawatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga yang menderita

tuberkulosis dengan masalah keperawatan Ketidakpatuhan tentang penyakit di

wilayah kerja Puskesmas Tapen Bondowoso tahun 2022. Pembahasan asuhan

keperawatan keluarga Tn.M yang meliputi Pengkajian, Diagnosa keperawatan,

Intervensi, Implementasi dan Evaluasi keperawatan

4.1.1 Gambaran lokasi dan pengambilan data

Keluarga Tn.M berada di desa Wonokusumo yang masuk dalam wilayah

Puskesmas Tapen. Lokasi pengambilan data Studi Kasus Asuhan Keperawatan

Pada Keluarga Yang Mengalami Tuberculosis Dengan Masalah Keperawatan

Ketidakpatuhan selama 14 hari dengan 10 kali kunjungan terhitung dari tanggal

30 Juni 2022 sampai 13 juli 2022 beralamatkan di RT 025 RW 008 desa

Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso, yaitu An.I yang terdiri

dari kedua orangtua dan 2 orang adik. Rumah Tn.M yang ditempati 8 meter

persegi dengan 3 kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, 1 dapur, dan 1 kamar

mandi. Tipe rumah permanen, keadaan lantai keramik, ventilasi cukup, rumah

keluarga Tn.M berada dilingkungan yang cukup bersih. Jarak pelayanan kesehatan

seperti poskesdes Wonokusumo dekat dengan rumah keluarga Tn.M.


53

Denah rumah

Gambar 4.1 Denah Rumah

TERAS U
KAMAR
TIDUR
RUANG TAMU B T
RUANG
KELUARGA S
KAMAR
TIDUR

KAMAR
TIDUR

KAMAR DAPUR

MANDI

4.2 Pengkajian
A. Identitas Peneliti
Tabel 4.1 Identitas Peneliti
Nama Puskesmas Tapen No. Register -
Nama Perawat Annisa Khairur Tanggal Pengkajian 30 Juni 2022
Rosiqin

B. Data Keluarga
Tabel 4.2 Data Keluarga
Nama Kepala Tn.M Bahasa sehari-hari Indonesia &
Keluarga Madura
Alamat Rumah Desa Wonokusumo Yankes terdekat, Jarak Poskesdes, 5
&Telp km
Pekerjaan Wiraswasta Alat transportasi Sepeda
Motor
Agama &Suku Islam / Madura Status Kelas Sosial Menengah
54

C. Data Anggota Keluarga


Tabel 4.3 Data Anggota Keluarga
N Na Hu Usi JK Suk Pendid Pekerjaa Status TTV Status
o ma b a u ikan n Saat Gizi (TB, (TD, N, S, Imunisasi
dgn terakhi Ini BB, BMI) P) Dasar
KK r
1 Tn. Ke 45 L Ma SMP Wiraswa TB: 168 TD: Lupa
. M pal th dur sta cm 130/80
a a BB: 60 kg mmHg
kel BMI: 21,3 N:86
uar S:36,6
ga P:22
2 Ny. Istri 38 P Ma S1 IRT TB: 160 TD:110/7 Lupa
. A th dur cm 0 mmHg
a BB: 55 kg N:87
BMI: 21,5 S:36,5
P:22
3 An. An 22 L Ma SMA Wiraswa TB: 165 TD:120/8 Lupa
. I ak th dur sta cm 0 mmHg
a BB: 55 kg N:87
BMI: 20,2 S:36,5
P:21
4 An. An 4 th L Ma Belum Belum TD: tidak TD: tidak Lengkap
. J ak dur sekola bekerja terkaji terkaji
a h BB: 22 kg N:90
BMI: S:36,5
tidak P: 28
terkaji
5 An. An 18 L Ma Belum Belum TD: tidak TD: tidak Campak
. R ak bul dur sekola bekerja terkaji terkaji
an a h BB: 11 kg N:110
BMI: S:36,5
tidak P:28
terkaji
D. Lanjutan
Tabel 4.4 Lanjutan
Status Kesehatan Riwayat Penyakit/
No Nama Alat Bantu/ Protesa
Saat ini Alergi
1. Tn.M Tidak Ada Sehat Tidak ada
2. Ny.A Tidak Ada Sehat Tidak ada
3. An Tidak Ada Sakit Tuberculosis Tidak ada
.I
4. An.J Tidak Ada Sehat Tidak ada
5. An.R Tidak Ada Sehat Tidak ada
55

Analisis Masalah Kesehatan Individu :

Keluarga Tn.M mempunyai keluarga dengan tuberculosis. Terdiri dari 5 anggota

keluarga dengan An.I mengalami tuberculosis.

Gambar 4.2 Genogram

22

Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien dengan umur
: Menikah
: Garis keturunan
: Serumah

E. Tahap Dan Riwayat Perkembangan Keluarga

Tahap Perkembangan Keluarga Saat ini


Tahap keluarga dengan dewasa

Tugas Keluarga :

Dapat Dijalankan Tidak Dapat Dijalankan

Bila Tidak Dijalankan, Sebutkan :

F. Struktur Keluarga

Pola Komunikasi :

Baik Disfungsional
56

Peran Keluarga :

Tidak Ada Masalah Ada Masalah

Nilai/Norma Keluarga :

Tidak Ada Konflik Nilai Ada Konflik

Pengambilan Keputusan Tn.M sebagai kepala keluarga yang mengambil


keputusan

G. Fungsi Keluarga

Fungsi Afektif :

Berfungsi Tidak Berfungsi

Fungsi Sosial :

Berfungsi Tidak Berfungsi

Fungsi Ekonomi :

Berfungsi Tidak Berfungsi

H. Pola Koping Keluarga

Mekanisme Koping

Efektif Tidak Efektif

Stressor yang dihadapi keluarga tidak ada


I. Data Penunjang Keluarga
Tabel 4.5 Data Penunjang Keluarga
Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga
 Kondisi Rumah  Jika ada ibu nifas, Persalinan ditolong oleh
Type rumah : permanen/Semi/Tidak tenaga kesehatan :
permanen* Ya/ Tidak*
Kondisi rumah Tn.M permanen dibangun Tidak ada ibu nifas dalam anggota keluarga
menggunakan batubata dan semen. Lantai  Jika ada bayi, Memberi ASI ekslusif :
keramik, milik rumah sendiri Ya/ Tidak*
 Ventilasi : Tidak ada bayi
Cukup/kurang* Jika ada balita, Menimbang balita tiap bulan :
Terdapat jendela diruang tamu dan kamar. Ya/ Tidak*
Jendela tiap pagi dan siang selalu dibuka Menimbang tiap ada posyandu
Pencahayaan Rumah :  Menggunakan air bersih untuk makan & minum:
Baik/ Tidak* Ya/ Tidak*
Pencahayaan pada pagi dan siang hari ruangan Menggunakan air bersih dari PDAM untuk makan
rumah tampak terang tanpa menggunakan lampu dan minum, sebelum dikunsumsi air dimasak
 Saluran Buang Limbah : terlebih dahulu
Baik/cukup/kurang*  Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri:
Saluran limbah tertutup dan langsung mengalir Ya/ Tidak*
kesungai Keluarga menggunakan air bersih untuk kebersihan
Air Bersih : dirinya seperti mandi dan lain-lain
57

Sehat/tidak * Sehat  Mencuci tangan dengan air bersih & sabun :


Sumber air bersih dari PDAM, air tidak berbau Ya/ Tidak*
dan tidak berwarna Keluarga mencuci tangan dengan air bersih namun
 Jamban Memenuhi Syarat : jarang menggunakan sabun
Ya/tidak*  Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya
Keluarga memiliki jamban leher angsa dengan Ya/ Tidak*
jarak septic tank 10 meter Keluarga membuang sampah pada tempatnya dan
 Tempat Sampah: sampah dilakukan dengan cara dibakar
Ya/Tidak*  Menjaga lingkungan rumah tampak bersih
Tempat sampah terbuka dan sampah dilakukan Ya/tidak*
dengan cara dibakar lingkungan rumah tampak bersih , Ny.A setiap hari
 Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah membersihkan rumahnya,
Anggota Keluarga (8m2/orang)  Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari :
Ya/Tidak * Ya/ Tidak*
Luas bangunan rumah 5x8 m² Keluarga mengkonsumsi lauk pauk tiap hari, menu
makannya setiap harinya tidak nentu.
 Menggunakan jamban sehat :
Ya/ Tidak*
Keluarga menggunakan jamban sehat dengan jenis
leher angsa
 Memberantas jentik di rumah sekali seminggu :
Ya/ Tidak*
Dibersihkan jika kotor
 Makan buah dan sayur setiap hari :
Ya/ Tidak*
Keluarga mengkonsumsi sayur setiap hari, namun
jarang mengkonsumsi buah
 Melakukan aktivitas fisik setiap hari :
Ya/ Tidak*
Melakukan aktivitas seperti menyapu dan Setiap
hari bekerja dipasar
Tidak merokok di dalam rumah  :
Ya/ Tidak*
Keluarga merokok didalam rumah

J. Kemampuan Keluarga Melakukan Tugas Pemeliharaan Kesehatan Anggota


Keluarga
Tabel 4.6 Kemampuan Keluarga Melakukan Tugas Pemeliharaan Kesehatan
Anggota Keluarga
1. Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit:
 √Ada , Tidak
Karena : Keluarga Tn.M mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit langsung dibawa ke
puskesmas
2. Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya :
 √Ya  Tidak
Karena : Keluarga Tn.M mengatakan mengetahui jika An.i menderita penyakit tuberkulosis kelenjar
3. Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:
 Ya √Tidak
Karena : Keluarga Tn.M mengatakan tidak mengetahui penyebab dari masalah kesehatan yang
dialami An.I
4. Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya :
 √Ya  Tidak
Karena : Keluarga Tn.M mengatakan mengetahui tanda dan gejala dari tuberkulosis yang dialami
An.I seperti ada benjolan di leher kanan.
5. Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila
58

tidak diobati/dirawat :
 Ya  √Tidak
Karena : Keluarga Tn.M mengatakan tidak mengetahui akibat yang terjadi jika tidak di obati secara
tuntas
6. Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya:
a.Keluarga  Tetangga, Kader  √Tenaga kesehatan
Yaitu : perawat yang ada di poskesdes dekat dengan rumahnya
7. Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya :
 tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri biasanya
 √perlu berobat ke fasilitas yankes
 tidak terpikir
Karena : Keluarga Tn.M mengatakan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarga perlu untuk
segera di tangani
8. Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya :
 Ya  √Tidak
Karena : An.I mengatakan tidak mau meneruskan pengobatannya, tapi Tn.M mengatakan ingin
anaknya meneruskan pengobatannya lagi sampai tuntas
9. Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya :
 √Ya  Tidak
Jelaskan: Tn.M mengatakan mengetahui bahwa An.I seharusnya berobat selama 6 bulan. Ny.A
mengatakan tiap pengambilan obat saya yang mengambilnya
10. Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang
dialaminya:
 √Ya  Tidak
Jelaskan: Ny.A mengatakan mengetahui cara melakukan perawatan dengan masalah kesehatan yang
di alami An.I, Tn.M mengatakan maunya anak saya berobat sampai tuntas 6 bulan
11. Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya:
 √Ya  Tidak
Jelaskan : keluargaTn.M mengetahui pencegahan terhadap masalah kesehatan anaknya dengan cara
tiap hari jendela kamar An.I dibuka supaya ada cahaya yang masuk
12. Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan :
 Ya  √Tidak
Jelaskan : Tn.M dan An.I masih merokok didalam rumah
13. Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan anggota keluarganya:
 √Ya  Tidak
Jelaskan : keluargaTn.M mengatakan mampu memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dengan
cara memeriksakan kepelayanan kesehatan terdekat jika ada anggota keluarga yang sakit
59

K. Lembaran Pengkajian Ketidakpatuhan Di Kecamatan Tapen Kabupaten


Bondowoso

Tabel 4.7 Lembaran Pengkajian Ketidakpatuhan Di Kecamatan Tapen Kabupaten


Bondowoso

1. Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala penyakit tuberculosis yang di alami anggota
keluarganya:
Jelaskan : ya, Keluarga Tn.M mengatakan mengetahui tanda dan gejala dari tuberkulosis
yang dialami An.I seperti ada benjolan di leher kanan yang awalnya kecil menjadi besar dan
keluar nanah, setelah minum obat tahap awal selama 2 bulan benjolan mengecil
2. Apakah keluarga mengetahui cara minum obat tuberculosis yang dianjurkan oleh dokter :
Jelaskan : ya, Keluarga Tn.M mengatakan mengetahui cara minum obat tuberkulosis
3. Apakah keluarga pernah menghentikan pengobatan karena sudah merasa lebih membaik :
Jelaskan : ya, An.I mengatakan putus berobat karena tidak tahan efek samping dari obatnya
dan merasa sudah membaik
4. Apakah terkadang keluarga lupa minum obat tuberculosis :
Jelaskan : ya, An.i mengatakan pernah sehari lupa minum obat
5. Apakah keluarga rutin kontrol tiap bulan terhadap masalah kesehatan anggota keluarganya :
Jelaskan : tidak, Tn.M mengatakan kontrol hanya selama 2 bulan pengobatan, dan terputus
karena anak saya tidak mau minum obatnya lagi
6. Apakah keluarga selalu mendampingi anggota keluarganya yang menderita tuberculosis
setiap kontrol serta mengambil obat :
Jelaskan : ya, Tn.m mengatakan waktu pengobatan keluarga mendampingi An.i kontrol
dipuskesmas tapen
7. Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan tuberculosis yang dialami anggota
keluarganya bila tidak diobati/dirawat :
Jelaskan : tidak, keluarga Tn.M mengatakan tidak mengetahui akibat apa yang terjadi jika
pengobatannya tidak dilanjut
8. Apakah klien merasa terganggu / jenuh dengan adanya jadwal minum obat secara rutin :
Jelaskan : ya, An.I mengatakan karena obatnya besar-besar dan banyak, bahkan sekali
minum ada 4 obat
9. Apakah anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan tuberculosis pernah
meminum obat tidak sesuai anjuran dokter :
Jelaskan : tidak, An.I mengatakan selama pengobatan minum obat sesuai petunjuk dokter

1. Keluarga Mandiri Tingkat Pertama (KM-I)

Kriteria :
a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat.
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
2. Keluarga Mandiri Tingkat Dua (KM – II)
Kriteria :
a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat.
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar.
60

d. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.


3. Keluarga Mandiri Tingkat Tiga (KM – III)
Kriteria :
a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat.
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar.
d. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
e. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
4. Keluarga Mandiri Tingkat Empat (KM – IV)
Kriteria:
a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat.
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar.
d. Memanfaatkan fasilitas pelayanan sesuai anjuran.
e. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
g. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
L. Kemandirian Keluarga
Tabel 4.8 Kemandirian Keluarga
KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
a. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria
b. Menerima yankes sesuai rencana 1&2
c. Menyatakan masalah kesehatan secara Kemandirian II : jika memenuhi kriteria
benar 1 s.d 5
d. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran Kemandirian III : jika memenuhi
e. Melaksanakan perawatan sederhana kriteria 1 s.d 6
sesuai anjuran Kemandirian IV : Jika memenuhi
f. Melaksanakan tindakan pencegahan kriteria 1 s.d 7
secara aktif
g. Melaksanakan tindakan promotif
secara aktif
Kategori :
Kemandirian I √ Kemandirian II

Kemandirian III Kemandirian IV

Contoh : Centang (kemandirian I) apabila keluarga memenuhi kriteria 1&2.


61

4.3 Analisa Data


Tabel 4.9 Analisa Data
TGL DATA KEMUNGKINAN DIAGNOSA
PENYEBAB KEPERAWATAN
30 DS (data subjektif) : ketidakmampuan Ketidakpatuhan
juni a. Keluarga dan klien keluarga mengenal
2022 mengatakan mengetahui masalah kesehatan
penyakit yang di alami An.I tentang tuberculosis
yaitu tuberculosis kelenjar kelenjar
sejak 2 bulan yang lalu
b. Keluarga Tn.M dan An.I
mengatakan tidak mengetahui
apa penyebab dari penyakit
tuberculosis kelenjar
c. Keluarga dan Klien
mengatakan klien An.I tidak
ingin melanjutkan pengobatan
karna dirasa penyakit
tuberkulosis yang dialami An.I
sudah sembuh
d. Keluarga dan klien
mengatakan klien An.I tidak
mau mengonsumsi obat
dikarenakan efek obat
membuat klien merasa gatal
pada tubuhnya
e. Keluarga Tn.M mengatakan
mengetahui tanda dan gejala
dari tuberculosis kelenjar yang
dialami An.I seperti ada
benjolan dileher sebelah kanan
f. Keluarga Tn.M mengatakan
tidak mengetahui akibat apa
yang terjadi jika tidak diobati
secara tuntas
g. Keluarga Tn.M mengatakan
masalah kesehatan yang
dialami An.I perlu untuk
segera ditangani, tapi An.I
tidak mau meneruskan minum
obat karena tidak tahan efek
samping dari obatnya
DO (data objektif)
a. Keadaan An.I tampak baik
b. Keluarga dan klien tampak
kebingungan saat ditanya
tentang tuberculosis
c. Keluarga tampak
mendampingi klien selama
dilakukan kunjungan
d. Keluarga tampak mendukung
pengobatan An.I
62

e. Keluarga tampak menerima


kedatangan perawat dengan
baik
f. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 87x/menit
S : 36,5 °C
R : 21x/menit
g. Tampak bekas benjolan di
sebelah kanan, tidak berpindah
posisi tetap di satu tempat.
63

4.4 Scoring/Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga

Tabel 4.10 Scoring/Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa Keperawatan : Ketidakpatuhan Tanggal/Hari : Kamis, 30 Juni 2022


KRITERIA SKOR BOBOT SCORING PEMBENARAN
Sifat Masalah 3/3x1 = 1 Klien (An.I) mengalami penyakit tuberculosis kelenjar sejak
Skala : kurang lebih 2 bulan yang lalu, menyebabkan klien harus
Promkes 3 1 menjalani pengobatan tapi klien berhenti minum obat tahap
Aktual 3 awal
Resiko 2
Krisis Mendatang 1
Modifikasi kondisi/masalah 1/2x2= 1 Keluarga Tn.M memberikan dukungan kepada An.I untuk
Skala : meningkatkan kesehatannya dengan cara minum obat sampai
Mudah 2 2 tuntas
Sebagian 1
Tidak dapat 0
Potensial Masalah untuk di cegah 1/3x1 = 1/3 Keluarga melakukan pencegahan terhadap masalah kesehatan
Skala : anaknya dengan cara memakai masker dan tiap hari jendela
Tinggi 3 1 kamar An.I dibuka supaya ada cahaya yang masuk
Cukup 2
Rendah 1
Ciri Khas 2/2x1 = 1 Keluarga Tn.M mengatakan masalah kesehatan yang dialami
Skala : An.I perlu untuk segera ditangani, tapi An.I tidak mau
Segera 2 1 meneruskan minum obat karena tidak tahan efek samping dari
Tidak perlu segera 1 obatnya
Tidak dianggap 0
Jumlah Skor 3 1/3
64

4.5 Intervensi Keperawatan


Tabel 4.11 Intervensi Keperawatan
Hari/Tanggal : Kamis, 30 Juni 2022
Diagnosa Tujuan Evaluasi
Keperawatan Intervensi
TUM TUK Kriteria Standar
Ketidakpatuhan Setelah dilakukan Setelah dilakukan Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan
pada An.I di kunjungan dalam waktu kunjungan 10x60menit I.12361
keluarga Tn.M 14 hari diharapkan keluarga mampu 1. identifikasi kepatuhan klien menjalani
yang berhubungan keluarga mampu mengenal masalah program pengobatan tbc seperti cara
dengan mengenal masalah kesehatan dengan mengkomsumsi obat tbc secara rutin
ketidakmampuan kesehatan terhadap kriteria hasil : 2. buat komitmen menjalani program
keluarga ketidakpatuhan pada An.I pengobatan dengan baik seperti rutin
mengenal masalah di keluarga Tn.M menjalani kontrol pengobatan tbc tiap bulan
kesehatan yang TUK 1 3. diskusikan hal-hal yang dapat mendukung
1) verbalisasi kemauan
ditandai dengan keluarga mampu atau menghambat berjalannya program
mematuhi program Mampu mengenal
An.I mengatakan menjelaskan pengobatan tbc seperti ketidakadekuatan
perawatan atau pengertian, penyebab, Verbal
tidak mau pengertian, penyebab, pengetahuan tentang tuberculosis dan
pengobatan 5 komplikasi dan
meneruskan komplikasi dan tidakpatuh terhadap obat tbc
(meningkat) pengobatan
minum obat pengobatan 4. libatkan keluarga untuk mendukung
2) Risiko komplikasi tuberculosis
tuberculosis program pengobatan yang dijalani seperti
penyakit/masalah
memberikan suport kepada klien terhadap
keperawatan 5
pengobatan yang dijalani
(menurun) TUK 2
keluarga mematuhi 5. informasikan manfaat yang akan
3) Perilaku mengikuti
Mampu melakukan Psikomotor program pengobatan didapatkan jika teratur mengikuti program
program
pengobatan sesuai yang diberikan pengobatan tbc misalnya penyakit tbc ini
perawatan/pengobata
dengan program bisa disembuhkan jika menjalani
n 5 (membaik)
pengobatan yang tepat dan sesuai aturan
4) Tanda dan gejala
pengobatan yang dianjurkan dokter
penyakit 5
Edukasi Kesehatan I.12383
(membaik).
6. identifikasi kesiapan dan kemampuan
(L.12110)
menerima informasi yang diberikan oleh
Keterangan Scoring 1-2 :
peneliti
1 : Menurun
7. sediakan materi dan media leaflet untuk
65

2 : Cukup menurun pendidikan kesehatan tbc seperti tentang


3 : Sedang penyakit tbc dan cara pengobatan tbc
4 : Cukup meningkat 8. berikan kesempatan keluarga untuk bertanya
5 : Meningkat Pelibatan Keluarga I.14525
9. ciptakan hubungan yang baik pada pasien
Keterangan Scoring 3 : dan keluarga dalam melakukan perawatan
1 : Meningkat seperti menggunakan masker didalam
2 : Cukup meningkat rumah dan mempertahankan suasana
3 : Sedang rumah yang sehat
4 : Cukup menurun 10. informasikan tingkat ketergantungan pasien
5 : Menurun kepada keluarga seperti dalam
mengingatkan minum obat
Keterangan Scoring 4-5 :
1 : Memburuk
2 : Cukup memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik
66

4.6 Implementasi Dan Evaluasi


Tabel 4.12 implementasi dan Evaluasi kunjungan pertama
Hari/Tanggal : Kamis, 30 Juni 2022
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
K.1 Ketidakpatuhan pada An.I di 17.0 1. Membina hubungan baik dan saling mempercayai terhadap keluarga dan klien
keluarga Tn.M yang 0 Respon : keluarga dan klien kooperatif menerima perawat dengan baik
berhubungan dengan WIB 2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan perawat melakukan asuhan keperawatan pada
ketidakmampuan keluarga keluarga selama 2 minggu
mengenal masalah kesehatan 17.0 Respon : Keluarga dan klien bersedia menjadi responden dan bersedia dilakukan kunjungan
yang ditandai dengan An.I 5 selama 10x kunjungan dibuktikan dengan keluarga menandatangani lembar persetujuan
mengatakan tidak mau WIB (informed consent)
meneruskan minum obat 3. Mengidentifikasi tentang kondisi penyakit tuberkulosis yang dialami klien pada saat ini
Respon : keluarga dan klien menyampaikan keluhan yang dirasakannya, dibuktikan dengan
17.0 pernyataan klien mengatakan menderita tuberculosis kelenjar sejak kurang lebih 2 bulan yang
8 lalu, keluarga tidak mengetahui penyebab dari penyakit tuberculosis kelenjar, hanya saja dileher
WIB sebelah kanan klien seperti ada benjolan yang awalnya besar namun saat ini sudah mengecil
setelah klien minum obat selama 2 minggu, tapi memasuki pengobatan bulan ke 3 klien berhenti
minum obat karena tidak tahan dengan efeksamping yaitu gatal-gatal, keluarga tidak
mengetahui akibat yang terjadi jika tidak minum obat secara rutin, hanya saja keluarga
memberikan dukungan kepada klien untuk meneruskan minum obatnya.
4. Memonitor tanda-tanda vital
Respon : TD : 120/80 mmHg, N : 87x/menit, S : 36,5 °C, R : 21x/menit
17.1 5. Memberikan kesempatan keluarga dan klien untuk bertanya tentang pengobatan tuberkulosis
2 Respon : keluarga dan klien mengatakan belum ada yang ingin di tanyakan tentang pengobatan
WIB tuberkulosis
6. Mengontrak waktu dengan keluarga dan klien untuk kunjungan ke 2
17.2 Respon : keluarga Tn.M dan An.I menyetujui kontrak waktu yang dibuat oleh peneliti untuk
0 pertemuan selanjutnya
WIB
67

EVALUASI

No Diagnosis Keperawatan Evaluasi


K.1 Ketidakpatuhan 17.3 S:
0 a) Keluarga dank lien mengatakan menyetujui lembar informed consent yang dibuat oleh peneliti
WIB b) Keluarga dan klien mengatakan menderita penyakit tuberculosis kelenjar sejak kurang lebih 2
bulan yang lalu
c) Keluarga dan klien mengatakan tidak mengetahui penyebab dari penyakit tuberculosis kelenjar
d) keluarga ,mengatakan tidak mengetahui akibat yang terjadi jika tidak minum obat secara rutin
e) Keluarga dan klien mengatakan memasuki pengobatan bulan ke 3 berhenti minum obat karena
tidak tahan dengan efeksamping
f) Keluarga dank lien mengatakan klien tidak mau melanjutkan pengobatan di karnakan efek
samping minum obat yang membuat badan klien gatal-gatal
O:
a) Keluarga dank lien menerima kehadiran perawat dengan baik
b) Keadaan umum klien tampak baik
c) Keluarga dank lien tampak kebingungan saat ditanya tentang tuberkulosis
d) Dileher klien terdapat bekas benjolan di sebelah kanan, tidak bergerak tetap di satu tempat.
e) Keluarga dan klien menyetujui kontrak waktu yang diterapkan oleh peneliti
f) Keluarga ikut serta mendampingi klien selama kunjungan penelitian
TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 87x/menit
S : 36,5 °C
RR : 21x/menit

A : Masalah belum teratasi dengan kriteria


1) verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau pengobatan 1 (menurun)
2) Risiko komplikasi penyakit/masalah keperawatan 2 (cukup meningkat)
3) Perilaku mengikuti program perawatan/pengobatan 1 (memburuk)
4) Tanda dan gejala penyakit 3 (sedang)
68

P : lanjutkan intervensi

IMPLEMENTASI
Tabel 4.13 implementasi dan Evaluasi kunjungan kedua
Hari/Tanggal : jum’at, 1 juli 2022
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
K.2 Ketidakpatuhan 16.3 1. Membina hubungan baik dan saling percaya terhadap keluarga dan klien
0 Respon : keluarga dan klien menerima perawat dengan baik
WIB 2. Mengidentifikasi kepatuhan klien dalam menjalankan program pengobatan tuberkulosis
16.3 Respon : keluarga dan klien mengatakan sudah tidak menjalankan pengobatan rutim tiap bulan
5 ditandai dengan klien An.I mengatakan “saya sudah berhenti tidak melakukan pengobatan
WIB soalnya setelah minum obat badan terasa gatal-gatal”
3. Menjelaskan kepada keluarga dan klien dampak jika tidak melakukan pengobatan
tuberkulosis sampai tuntas
16.3 Respon : Klien An.I tidak mau melanjutkan pengobatan kembali . ditandai dengan klien An.I
8 mengatakan “saya sudah sembuh mbak, dapapa ini benjolannya sudah kemps. Nanti kalo kumat
WIB lagi baru mau pengobatan lagi”
4. Memberikan kesempatan keluarga dank lien untuk bertanya tentang pengobatan tuberkulosis
Respon : keluarga dan klien mengatakan belum ada yang ingin ditanyakan tentang pengobatan
tuberkulosis
16.4 5. Mengontrak waktu untuk intervensi selanjutnya
2 Respon : Keluarga Tn.M dan An.I menyetujui kontrak waktu yang dibuat oleh peneliti untuk
WIB pertemuan selanjutnya
69

EVALUASI

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi


K. Ketidakpatuhan 16.50 S :
2 WIB a) Keluarga dan klien mengatakan klien An.I tidak melanjutkan pengobatan tuberkulosis
sampai tuntas
b) Keluarga dan klien mengatakan tidak menjalani kontrol pengobatan tuberkulosis selama
1 bulan
c) Keluarga dan klien mengatakan tidak melanjutkan pengobatan dikarenakan klien An.I
tidak tahan karna efek samping yang dirasa yaitu gatal-gatal pada tubuh klien
O:
a) Klien An.I melakukan penolakan ketika disarankan peneliti untuk melanjutkan
pengobatan
b) Keadaan An.I tampak baik
c) Keluarga Tn.M dan An.I menerima kedatangan peneliti dengan baik
d) Keluarga tampak mendampingi klien selama dilakukan kunjungan

A : Masalah tidak teratasi


1) verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau pengobatan 1 (menurun)
2) Risiko komplikasi penyakit/masalah keperawatan 2 (cukup meningkat)
3) Perilaku mengikuti program perawatan/pengobatan 1 ( memburuk)
4) Tanda dan gejala penyakit 3 (sedang)
P : Lanjutkan intervensi
1) sediakan materi dan media leaflet untuk pendidikan kesehatan tbc seperti tentang
penyakit tuberculosis dan cara minum obatnya
2) diskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau menghambat berjalannya program
pengobatan tbc seperti adanya efek sanping dari obat yang membuat klien jenuh dan
70

tidakpatuh terhadap obat tbc


IMPLEMENTASI
Tabel 4.14 implementasi dan Evaluasi kunjungan ketiga
Hari/Tanggal : sabtu, 2 juli 2022
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
K.3 Ketidakpatuhan 17.10 1. Membina hubungan baik dan saling percaya terhadap keluarga dan klien
WIB Respon : keluarga dan klien menerima perawat dengan baik
2. Menyediakan materi tentang tuberkulosis dan cara minum obat dengan media leaflet
Respon : Keluarga dan klien kooperatif ditandai dengan keluarga dan klien tampak menerima
17.20 penjelasan yang disampaikan peneliti tentang tuberkulosis dan cara minum obat
WIB 3. Mendiskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau menghambat berjalannya program
pengobatan tuberkulosis yang harus dijalani
Respon : keluarga mengatakan yang menjadi penghambat pengobatan yaitu klien An.I tidak
mau minum obat ditandai dengan pernyataan klien An.I mengatakan “saya kalo minum obat
17.25 badan gatal-gatal dak kuat sama gatalnya, ini benjolannya juga sudah dak ada tinggal bekasnya
WIB saja. Berhenti saya pengobatan karna dirasa sudah sembuh”
4. Memberi penjelasan kepada klien bahwa pengobatan tuberkulosis wajib dijalankan sampai
tuntas
Respon : klien mengatakan tidak mau melanjutkan pengobatan ditandai dengan pernyataan
klien yaitu “saya sudah sembuh nanti kalo kambuh baru saya mau pengobatan lagi”
5. Memberikan kesempatan keluarga dan klien untuk bertanya tentang tuberkulosis
Respon : keluarga dan klien mengatakan belum ada yang ingin ditanyakan tentang
tuberkulosis
3. Mengontrak waktu untuk intervensi selanjutnya
Respon : Keluarga Tn.M dan An.I menyetujui kontrak waktu yang dibuat oleh peneliti untuk
pertemuan selanjutnya
70

EVALUASI

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi


K.3 Ketidakpatuhan 17.30 S :
WIB a) Keluarga dan klien mengatakan tidak mau melanjutkan pengobatan karna tidak tahan
dengan efek samping yang dirasa yaitu gatal-gatal
b) Klien An.I mengatakan penyakit tuberkulosis yang dialami klien dirasa sudah
sembuh
c) Klien An.I mengatakan akan melakukan pengobatan apabila penyakitnya kambuh
d) Keluarga Tn.M dan An.I menyetujui kontrak waktu yang dibuat oleh peneliti
O:
e) Klien An.I melakukan penolakan ketika disarankan peneliti untuk melanjutkan
pengobatan
f) Keadaan An.I tampak baik
g) Keluarga Tn.M dan An.I menerima kedatangan peneliti dengan baik
h) Keluarga dan klien menerima penjelasan yang disampaikan peneliti
i) Keluarga tampak mendampingi klien selama dilakukan kunjungan

A : Masalah tidak teratasi


j) verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau pengobatan 1 (menurun)
k) Risiko komplikasi penyakit/masalah keperawatan 2 (cukup meningkat)
l) Perilaku mengikuti program perawatan/pengobatan 1 (memburuk)
m) Tanda dan gejala penyakit 3 (sedang)
P : Lanjutkan intervensi
n) sediakan materi dan media leaflet untuk pendidikan kesehatan tbc seperti tentang
penyakit tuberculosis dan cara minum obatnya
o) identifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc seperti cara
mengkomsumsi obat tbc secara rutin
p) buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik seperti rutin menjalani
kontrol pengobatan tbc tiap bulan
q) libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani seperti
71

memberikan suport kepada klien terhadap pengobatan yang dijalani

IMPLEMENTASI
Tabel 4.15 implementasi dan Evaluasi kunjungan keempat
Hari/Tanggal : minggu, 3 juli 2022
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
K.4 Ketidakpatuhan 16.34 1. Menyediakan materi dan media leaflet untuk pendidikan kesehatan tbc seperti tentang
WIB penyakit tuberculosis dan cara minum obatnya
Respon : Keluarga Tn.M dan An.I kooperatif mendengarkan dan memperhatikan materi
tentang cara pengobatan tbc yang disampaikan oleh perawat
16.40 2. Mengidentifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc seperti cara
WIB mengkomsumsi obat tbc secara rutin
Respon : An.I mengatakan tetap tidak mau minum obat pro TB 4 karena obatnya besar dan
sekali minum ada 4 obat
16.45
3. Membuat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik seperti rutin menjalani
WIB
kontrol pengobatan tbc tiap bulan
Respon : An.I mengatakan tetap tidak mau meneruskan pengobatannya
16.48 4. Melibatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani seperti
WIB memberikan suport kepada klien terhadap pengobatan yang dijalani
Respon : Keluarga Tn.M mengatakan meminta solusi kepada perawat supaya An.I mau
melanjutkan pengobatannya sampai tuntas
16.50 5. Mengontrak waktu untuk intervensi selanjutnya
WIB Respon : Keluarga Tn.M dan An.I menyetujui kontrak waktu yang dibuat oleh peneliti untuk
pertemuan selanjutnya
72

EVALUASI

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi


K.4 Ketidakpatuhan 17.1 S:
0 a) An.I mengatakan tetap tidak mau minum obat pro TB 4 karena obatnya besar dan sekali
WIB minum ada 4 obat
b) An.I mengatakan tetap tidak mau meneruskan pengobatan karena tidak tahan dengan
efeksamping yang dideritanya seperti gatal-gatal
c) Keluarga Tn.M mengatakan meminta solusi kepada perawat supaya An.I mau melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas
d) Keluarga Tn.M dan An.I menyetujui kontrak waktu yang dibuat oleh peneliti
O:
a) Keadaan An.I : baik
b) An.I mampu mengulang penjelasan isi leaflet tentang cara pengobatan tbc
c) Keluarga Tn.M dan An.I menerima kehadiran perawat/peneliti
A : Masalah tidak teratasi
1) verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau pengobatan 1 (menurun)
2) Risiko komplikasi penyakit/masalah keperawatan 2 (cukup meningkat)
3) Perilaku mengikuti program perawatan/pengobatan 1 (memburuk)
4) Tanda dan gejala penyakit 3 (sedang)
P : Lanjutkan intervensi
1) sediakan materi dan media leaflet untuk pendidikan kesehatan tbc seperti tentang penyakit
tuberculosis dan cara minum obatnya
2) memonitor tanda-tanda vital
3) libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani seperti memberikan
73

suport kepada klien terhadap pengobatan yang dijalani

IMPLEMENTASI
Tabel 4.16 implementasi dan Evaluasi kunjungan kelima
Hari/Tanggal : senin, 4 juli 2022
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
K.5 Ketidakpatuhan 17.10 1. Menyediakan materi dan media leaflet untuk pendidikan kesehatan tbc seperti tentang
WIB penyakit tuberculosis dan cara minum obatnya
Respon : Keluarga Tn.M dan An.I kooperatif mendengarkan dan memperhatikan materi
tentang akibat ketidakpatuhan minum obat yang disampaikan oleh perawat dan An.I
mengatakan ingin minum obat lagi
2. Memonitor tanda-tanda vital
17.15
Respon : TD : 120/80 mmHg
WIB
N : 90x/menit
RR : 21x/menit
3. Melibatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani seperti
17.20
memberikan suport kepada klien terhadap pengobatan yang dijalani
WIB
Respon : Keluarga Tn.M memberikan suport An.I untuk melanjutkan minum obat sampai
tuntas
4. Mengontrak waktu untuk intervensi selanjutnya
17.25
Respon : Keluarga Tn.M dan An.I menyetujui kontrak waktu yang dibuat oleh peneliti untuk
WIB
pertemuan selanjutnya
74

EVALUASI

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi


K.5 Ketidakpatuhan 17.30 S :
WIB a) An.I mengatakan ingin minum obat lagi
b) Keluarga Tn.M mengatakan mau kontrol pengobatan lagi
c) Keluarga Tn.M dan An.I menyetujui kontrak waktu yang dibuat oleh peneliti
O:
a) Keadaan An.I : baik
b) Keluarga Tn.M terlihat mendukung terhadap peningkatan pengobatan An.I
c) Keluarga Tn.M dan An.I menerima kehadiran perawat/peneliti dengan baik
d) Keluarga Tn.M dan An.I terlihat menyimak materi leaflet tentang akibat ketidakpatuhan
minum obat yang disampaikan perawat
TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 90x/menit
RR : 21x/menit

A : Masalah teratasi sebagian


1) verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau pengobatan 2 ( cukup menurun)
2) Risiko komplikasi penyakit/masalah keperawatan 3 (sedang)
3) Perilaku mengikuti program perawatan/pengobatan 2 (cukup memburuk)
4) Tanda dan gejala penyakit 4 (cukup membaik)
P : Lanjutkan intervensi
1) identifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc seperti cara
75

mengkomsumsi obat tbc secara rutin


2) buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik seperti rutin menjalani
kontrol pengobatan tbc tiap bulan

IMPLEMENTASI
Tabel 4.17 implementasi dan Evaluasi kunjungan keenam
Hari/Tanggal : kamis, 7 juli 2022
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
K.6 Ketidakpatuhan 16.26 1. Mengidentifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc seperti cara
WIB mengkomsumsi obat tbc secara rutin
Respon : An.I mengatakan mulai minum obat pro TB 4 tablet warna merah
16.30
2. Membuat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik seperti rutin menjalani
WIB
kontrol pengobatan tbc tiap bulan
Respon : Keluarga Tn.M mengatakan mulai kontrol pengobatan lagi dipuskesmas tapen
16.35
3. Mengontrak waktu untuk intervensi selanjutnya
WIB
Respon : Keluarga Tn.M dan An.I menyetujui kontrak waktu yang dibuat oleh peneliti untuk
pertemuan selanjutnya
76

EVALUASI

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi


K.6 Ketidakpatuhan 16.40 S:
WIB a. An.I mengatakan mulai minum obat pro TB 4 tablet warna merah dari hari rabu
b. Keluarga Tn.M mengatakan mulai kontrol pengobatan lagi dipuskesmas tapen pada hari
selasa rabu
c. Keluarga Tn.M mengatakan mengantarkan An.I kontrol di puskesmas tapen
d. Keluarga Tn.M dan An.I menyetujui kontrak waktu yang dibuat oleh peneliti

O:
a. Keadaan An.I : baik
b. Keluarga Tn.M dan An.I menerima kehadiran kunjungan perawat/peneliti dengan baik
c. An.I memperlihatkan obatnya yang dari puskesmas
d. Keluarga Tn.M terlihat senang dengan adanya An.i minum obat lagi

A : Masalah teratasi sebagian


1) verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau pengobatan 2 (cukup menurun)
2) Risiko komplikasi penyakit/masalah keperawatan 3 (sedang)
3) Perilaku mengikuti program perawatan/pengobatan 2 (cukup memburuk)
4) Tanda dan gejala penyakit 4 (cukup membaik)
P : Lanjutkan intervensi
1) libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani seperti memberikan
suport kepada klien terhadap pengobatan yang dijalani
2) informasikan manfaat yang akan didapatkan jika teratur mengikuti program pengobatan tbc
77

misalnya penyakit tbc ini bisa disembuhkan jika menjalani pengobatan yang tepat dan sesuai
aturan pengobatan yang dianjurkan dokter

IMPLEMENTASI
Tabel 4.18 implementasi dan Evaluasi kunjungan ketujuh
Hari/Tanggal : jum’at, 8 juli 2022
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
K.7 Ketidakpatuhan 16.28 1. Melibatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani seperti
WIB memberikan suport kepada klien terhadap pengobatan yang dijalani
Respon : Keluarga Tn.M memberikan suport An.I untuk pengobatan sampai tuntas
2. Menginformasikan manfaat yang akan didapatkan jika teratur mengikuti program
16.30
pengobatan tbc misalnya penyakit tbc ini bisa disembuhkan jika menjalani pengobatan yang
WIB
tepat dan sesuai aturan pengobatan yang dianjurkan dokter
Respon : Keluarga Tn.M mengerti dan paham yang disampaikan oleh perawat
3. Mengontrak waktu untuk intervensi selanjutnya
16.35
Respon : Keluarga Tn.M dan An.I menyetujui kontrak waktu yang dibuat oleh peneliti untuk
WIB
pertemuan selanjutnya
78

EVALUASI

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi


K.7 Ketidakpatuhan 16.45 S:
WIB a) Keluarga Tn.M dan An.I menyetujui kontrak waktu yang dibuat oleh peneliti
b) Keluarga Tn.M memberi suport An.I untuk pengobatan sampai tuntas
O:
a) Keadaan An.I : baik
b) Keluarga Tn.M dan An.I terlihat menyimak informasi dengan rasa penuh ingin tau tentang
manfaat yang akan di dapatkan jika teratur pengobatan
c) Keluarga Tn.M dan An.I menerima kehadiran kunjungan perawat/peneliti dengan baik
d) Keluarga Tn.M terlihat mendukung terhadap pengobatan An.I sampai tuntas
A : Masalah teratasi sebagian
1) verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau pengobatan 3 (sedang)
2) Risiko komplikasi penyakit/masalah keperawatan 4 (cukup menurun)
3) Perilaku mengikuti program perawatan/pengobatan 3 (sedang)
4) Tanda dan gejala penyakit 4 (cukup membaik)
P : Lanjutkan intervensi
1) identifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc seperti cara
mengkomsumsi obat tbc secara rutin
2) buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik seperti rutin menjalani kontrol
pengobatan tbc tiap bulan
3) ciptakan hubungan yang baik pada pasien dan keluarga dalam melakukan perawatan
seperti menggunakan masker didalam rumah dan mempertahankan suasana rumah yang
sehat
79

IMPLEMENTASI
Tabel 4.19 implementasi dan Evaluasi kunjungan kedelapan
Hari/Tanggal : senin, 11 juli 2022
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
K.8 Ketidakpatuhan 16.30 1. Mengidentifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc seperti cara
WIB mengkomsumsi obat tbc secara rutin
Respon : An.I mengatakan minum obat tiap malam sebelum tidur
2. Membuat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik seperti rutin menjalani
16.32
kontrol pengobatan tbc tiap bulan
WIB
Respon : Keluarga Tn.M mengatakan akan rutin kontrol ke puskesmas terhadap pengobatan
An.I
16.35 3. Menciptakan hubungan yang baik pada pasien dan keluarga dalam melakukan perawatan
WIB seperti menggunakan masker didalam rumah dan mempertahankan suasana rumah yang sehat
Respon : Keluarga Tn.M dan An.I memiliki hubungan yang sangat baik dalam
mempertahankan suasana rumah yang sehat karena Ny.A tiap hari jendela kamar An.I dibuka
supaya ada cahaya yang masuk
16.40 4. Mengontrak waktu untuk intervensi selanjutnya
WIB Respon : Keluarga Tn.M dan An.I menyetujui kontrak waktu yang dibuat oleh peneliti untuk
pertemuan selanjutnya
80

EVALUASI

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi


K.8 Ketidakpatuhan 17.00 S :
WIB a. Keluarga Tn.M dan An.I menyetujui kontrak waktu yang dibuat oleh peneliti
b. An.I mengatakan minum obat TB Pro 4 tablet sesuai waktunya jam 8 malam
c. Keluarga Tn.M mengatakan akan rutin untuk kontrol ke puskesmas tapen terhadap pengobatan
An.I
O:
a. Keadaan An.I : baik
b. Keluarga Tn.M dan An.I menerima kehadiran kunjungan perawat/peneliti dengan baik
c. Keluarga Tn.M terlihat mendukung terhadap pengobatan An.i sampai tuntas
d. Lingkungan rumah keluarga Tn.M tampak bersih

A : Masalah teratasi sebagian


1) verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau pengobatan 4 (cukup meningkat)
2) Risiko komplikasi penyakit/masalah keperawatan 4 (cukup menurun)
3) Perilaku mengikuti program perawatan/pengobatan 4 (cukup membaik)
4) Tanda dan gejala penyakit 4 (cukup membaik)

P : Lanjutkan intervensi
1) identifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc seperti cara mengkomsumsi
obat tbc secara rutin
2) informasikan tingkat ketergantungan pasien kepada keluarga seperti dalam mengingatkan
minum obat
81

IMPLEMENTASI
Tabel 4.20 implementasi dan Evaluasi kunjungan kesembilan
Hari/Tanggal : selasa, 12 juli 2022
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
K.9 Ketidakpatuhan 08.10 1. Mengidentifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc seperti cara
WIB mengkomsumsi obat tbc secara rutin
Respon : An.I mengatakan minum obat tepat waktu sesuai jamnya
08.20 2. Menginformasikan tingkat ketergantungan pasien kepada keluarga seperti dalam
WIB mengingatkan minum obat
Respon : Keluarga Tn.M mengatakan mengingatkan An.I untuk minum obat tepat waktu
08.25 3. Mengontrak waktu untuk intervensi selanjutnya
WIB Respon : Keluarga Tn.M dan An.I menyetujui kontrak waktu yang dibuat oleh peneliti untuk
pertemuan selanjutnya
82

EVALUASI

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi


K.9 Ketidakpatuhan 08.3 S:
0 a. Keluarga Tn.M dan An.I menyetujui kontrak waktu yang dibuat oleh peneliti
WIB b. An.I mengatakan minum obat TB Pro 4 tablet tepat waktu sesuai jam 8 malam
c. Keluarga Tn.M mengingatkan An.I untuk minum obat tepat waktu

O:
a. Keadaan An.I : baik
b. Keluarga Tn.M dan An.I menerima kehadiran kunjungan perawat/peneliti dengan baik
c. Keluarga Tn.M terlihat mendukung terhadap pengobatan An.i sampai tuntas

A : Masalah teratasi sebagian


1) verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau pengobatan 4 (cukup meningkat)
2) Risiko komplikasi penyakit/masalah keperawatan 4 (cukup menurun)
3) Perilaku mengikuti program perawatan/pengobatan 5 ( membaik)
4) Tanda dan gejala penyakit 5 (membaik)
P : Lanjutkan intervensi
1) identifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc seperti cara mengkomsumsi
obat tbc secara rutin
2) buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik seperti rutin menjalani kontrol
pengobatan tbc tiap bulan
83

IMPLEMENTASI
Tabel 4.21 implementasi dan Evaluasi kunjungan kesepuluh
Hari/Tanggal : Rabu, 13 juli 2022
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
84

K.10 Ketidakpatuhan 17.00 1. Mengidentifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc seperti cara
WIB mengkomsumsi obat tbc secara rutin
Respon : An.I mengatakan minum obat tepat waktu
2. Membuat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik seperti rutin menjalani
17.05
kontrol pengobatan tbc tiap bulan
WIB
Respon : Keluarga Tn.M mengatakan akan kooperatif menjalani program pengobatan An.I
sampai tuntas
17.10 3. Memberikan penghargaan kepada klien
WIB Respon : Keluarga Tn.M dan An.I menerimanya penghargaan dari peneliti dan mengucapkan
terimakasih kepada perawat

EVALUASI

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi


85

K.10 Ketidakpatuhan 17.20 S:


WIB a. An.I mengatakan minum obat TB Pro 4 tablet tepat waktu sesuai jam 8 malam
b. Keluarga Tn.M dan An.I mengatakan kooperatif terhadap menjalani program pengobatan
sampai tuntas
c. Keluarga Tn.M mengatakan berterimakasih kepada perawat karena An.I mau pengobatan lagi
seperti awal
d. Keluarga Tn.M dan An.I mengatakan akan kontrol rutin
O:
a. Keadaan An.I : baik
b. Keluarga Tn.M dan An.I menerima kehadiran kunjungan perawat/peneliti dengan baik
c. Keluarga Tn.M dan An.I menerima penghargaan yang diberi perawat
A : Masalah teratasi
1) verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau pengobatan 5 (meningkat)
2) Risiko komplikasi penyakit/masalah keperawatan 5 (menurun)
3) Perilaku mengikuti program perawatan/pengobatan 5 (membaik)
4) Tanda dan gejala penyakit 5 (membaik)
P : Hentikan intervensi
BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Pengkajian

Pada kasus tuberculosis dengan ketidakpatuhan yang terjadi pada An.I yang

tinggal dengan orangtuanya, An.I adalah anak pertama dari keluarga Tn.M. Pada

hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 30 Juni 2022, Tn.M dan An.I

mengatakan mengetahui tanda dan gejala dari tuberkulosis yang dialami An.I

yaitu terdapat benjolan dileher sebelah kanan yang tidak bergerak tetap di satu

tempat, An.I mengatakan sudah melakukan pengobatan selama 2 bulan. Keluarga

Tn.M memberikan dukungan kepada An.I untuk meningkatkan dalam tahap

pengobatan tapi An.I tidak mau meneruskan pengobatannya, karena An.I

mengatakan tidak tahan dengan efek samping dan sudah merasa membaik jadi

tidak perlu ditangani. Tapi Tn.M dan Ny.A mengatakan ingin anaknya berobat

lagi sampai tuntas.

Menurut (David dkk, 2019), Kadangkala tuberkulosis menyerang kelenjar

getah bening, yang paling sering ialah kelenjar getah bening pada leher atau

dibelakang tulang selangka, diantara leher dan bahu terdapat benjolan.

Menurut Niswa dkk, (2021) membagi 5 tugas keluarga yaitu : Keluarga

mampu mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya, Keluarga mampu

mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, Keluarga mampu

memberikan keperawatan pada anggota keluarganya yang sakit, Kelurga mampu

mempertahankan suasana dirumah, Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang ada.


86

Menurut opini peneliti terkait hasil pengkajian diatas didapatkan bahwa hal

tersebut dengan teori yang menurut (David dkk, 2019) dibuktikan dengan adanya

kesamaan tanda dan gejala yang di keluhkan An.I yaitu terdapat benjolan dileher

sebelah kanan. Sedangkan teori menurut niswa dkk (2021) dilihat dari kasus yang

terjadi pada An.i ini tidak sesuai dengan teori karena keluarga tidak dapat

menjalankan tugas keluarga yaitu ketidakmampuan keluarga mengambil

keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. Diliat dari keluarga Tn.M

memberikan dukungan kepada An.I untuk meningkatkan dalam tahap pengobatan

tapi An.I yang tidak mau meneruskan pengobatan karena merasa sudah membaik.

5.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang di angkat oleh penulis adalah Ketidakpatuhan yang telah

sesuai dengan teori. Mengungkapkan dengan alasan mengacu pada data

pengkajian yaitu data subjektif antara lain : An.I mengatakan masalah kesehatan

yang di alaminya tidak perlu ditangani karena sudah merasa membaik, An.I

mengatakan tidak mau meneruskan pengobatannya tapi Tn.M mengatakan ingin

anaknya meneruskan pengobatannya lagi sampai tuntas, Tn.M (ayahnya)

mengatakan kontrol hanya selama 2 bulan pengobatan, dan terputus karena anak

saya tidak mau minum obatnya lagi, An.I mengatakan putus berobat karena tidak

tahan efek samping dari obatnya, An.I mengatakan merasa terganggu dengan

adanya jadwal minum obat secara rutin, karena obatnya besar-besar dan banyak

bahkan sekali minum ada 4 obat. Data objektif, antara lain : An.I yang putus

berobat, Keadaan An.I : baik, Terdapat bekas benjolan di sebelah kanan yang

tidak bergerak tetap di satu tempat. Hal ini dikarenakan keluarga tidak mampu

mengambil keputusan terhadap melakukan tindakan kesehatan anaknya.


87

Menurut SDKI (2017), Ketidakpatuhan yaitu Perilaku individu dan/atau

pemberi asuhan tidak mengikuti rencana perawatan/pengobatan yang disepakati

dengan tenaga kesehatan, sehingga menyebabkan hasil perawatan/pengobatan

tidak efektif.

Menurut opini peneliti, diagnosa keperawatan yang diangkat peneliti adalah

Ketidakpatuhan yang telah sesuai dengan teori, yaitu ketidakmampuan keluarga

mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat seperti data

subjektif antara lain An.I mengatakan tidak mau meneruskan pengobatannya, tapi

Tn.M mengatakan ingin anaknya meneruskan pengobatannya lagi sampai tuntas

sehingga peneliti memproritaskan diagnosa keperawatan yaitu Ketidakpatuhan.

5.3 Intervensi Keperawatan

Dalam penelitian ini menggunakan 1 intervensi utama dan 2 intervensi

pendukung yang terdiri dari 8 aktivitas yang didalamnya terdapat beberapa

aktivitas antara lain yaitu yang pertama Dukungan Kepatuhan Program

Pengobatan yang terdiri dari identifikasi kepatuhan menjalani program

pengobatan, buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik,

diskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau menghambat berjalannya program

pengobatan, libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang

dijalani, informasi manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalani program

pengobatan. Yang kedua Edukasi Kesehatan terdiri dari sediakan materi dan

media pendidikan kesehatan. Yang ketiga Pelibatan Keluarga yang terdiri dari

ciptakan hubungan terapeutik pasien dengan keluarga dalam perawatan,

informasikan tingkat ketergantungan pasien kepada keluarga.


88

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,

mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasikan pada

diagnosis keperawatan tahap ini, dimulai setelah menentukan diagnosis

keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Maria, 2020).

Menurut opini peneliti, rencana tindakan yang telah dilakukan sudah sesuai

dengan teori SIKI yaitu meliputi observasi, terapeutik dan edukasi. Selain itu

penerapan intervensi yang telah disusun pada keluarga Tn.M telah berhasil dan

sesuai dengan standar luaran keperawatan indonesia.

5.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi yang penulis terapkan pada An.I sudah sejalan dengan teori

yang ada. Implementasi yang dilakukan sebagian besar mengacu pada SIKI

(Standar Intervensi Keperawatan Indonesia). Akan tetapi ada 3 penambahan pada

implementasi yaitu : menjelaskan tujuan perawat melakukan asuhan keperawatan

pada keluarga Tn.M, memonitor tanda-tanda vital, memberikan penghargaan

kepada Keluarga Tn.M dan An.I. Penambahan intervensi tersebut ditambahkan

karena untuk lebih memudahkan dalam melakukan proses asuhan keperawatan

dan lebih mendekatkan hubungan saling percaya antara klien, keluarga, dan

perawat.

Dalam pelaksanaan implementasi kunjungan pertama di lakukan pada

tanggal 30 Juni 2022 yaitu pengkajian dan memonitor tanda-tanda vital.

Pada implementasi kunjungan kedua yang dilaksanakan pada 1 juli 2022

yaitu Mengidentifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc seperti

cara mengkomsumsi obat tbc secara rutin, Membuat komitmen menjalani program

pengobatan dengan baik seperti rutin menjalani kontrol pengobatan tbc tiap bulan.
89

Pada implementasi kunjungan ketiga yang dilaksanakan pada 2 juli 2022

yaitu Menyediakan materi dan media leaflet untuk pendidikan kesehatan tbc

seperti tentang penyakit tuberculosis kelenjar, Mendiskusikan hal-hal yang dapat

mendukung atau menghambat berjalannya program pengobatan tbc seperti adanya

efek samping dari obat yang membuat klien jenuh dan tidakpatuh terhadap obat

tbc.

Pada implementasi kunjungan keempat yang dilaksanakan pada 3 juli 2022

yaitu Menyediakan materi dan media leaflet untuk pendidikan kesehatan tbc

seperti tentang cara minum obatnya, Mengidentifikasi kepatuhan klien menjalani

program pengobatan tbc seperti cara mengkomsumsi obat tbc secara rutin,

Membuat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik seperti rutin

menjalani kontrol pengobatan tbc tiap bulan, Melibatkan keluarga untuk

mendukung program pengobatan yang dijalani seperti memberikan suport kepada

klien terhadap pengobatan yang dijalani.

Pada implementasi kunjungan kelima yang dilaksanakan pada 4 Juli 2022

yaitu Menyediakan materi dan media leaflet untuk pendidikan kesehatan tbc

seperti tentang akibat ketidakpatuhan minum obat, Memonitor tanda-tanda vital,

Melibatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani seperti

memberikan suport kepada klien terhadap pengobatan yang dijalani.

Pada implementasi kunjungan keenam yang dilaksanakan pada 7 Juli 2022

yaitu Mengidentifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc seperti

cara mengkomsumsi obat tbc secara rutin, Membuat komitmen menjalani program

pengobatan dengan baik seperti rutin menjalani kontrol pengobatan tbc tiap bulan.
90

Pada implementasi kunjungan ketujuh yang dilaksanakan pada 8 Juli 2022

yaitu Melibatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani

seperti memberikan suport kepada klien terhadap pengobatan yang dijalani,

Menginformasikan manfaat yang akan didapatkan jika teratur mengikuti program

pengobatan tbc misalnya penyakit tbc ini bisa disembuhkan jika menjalani

pengobatan yang tepat dan sesuai aturan pengobatan yang dianjurkan dokter.

Pada implementasi kunjungan kedelapan yang dilaksanakan pada 11 Juli

2022 yaitu Mengidentifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc

seperti cara mengkomsumsi obat tbc secara rutin, Membuat komitmen menjalani

program pengobatan dengan baik seperti rutin menjalani kontrol pengobatan tbc

tiap bulan, Menciptakan hubungan yang baik pada pasien dan keluarga dalam

melakukan perawatan seperti menggunakan masker didalam rumah dan

mempertahankan suasana rumah yang sehat.

Pada implementasi kunjungan kesembilan yang dilaksanakan pada 12 Juli

2022 yaitu Mengidentifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc

seperti cara mengkomsumsi obat tbc secara rutin, Menginformasikan tingkat

ketergantungan pasien kepada keluarga seperti dalam mengingatkan minum obat.

Pada implementasi kunjungan kesepuluh yang dilaksanakan pada 13 Juli

2022 yaitu Mengidentifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc

seperti cara mengkomsumsi obat tbc secara rutin, Membuat komitmen menjalani

program pengobatan dengan baik seperti rutin menjalani kontrol pengobatan tbc

tiap bulan.

Menurut Maria (2020), Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan

disusun. Perawat membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan, oleh karena
91

itu rencana tindakan yang spesifik ini dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-

faktor yang memengaruhi masalah kesehatan pasien. tujuan yang telah ditetapkan,

yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan

kesehatan dan memfasilitasi koping.

Implementasi yang diterapkan pada keluarga Tn.M sudah sesuai dengan

teori yang ada. Menurut opini peneliti, pada implementasi kunjungan pertama

sampai kunjungan terakhir berjalan sesuai dengan intervensi, karena terdapat

perubahan perilaku keluarga Tn.M mampu menjalani program pengobatan seperti

cara mengkomsumsi obat tbc secara rutin dan menjalani kontrol pengobatan tbc

tiap bulan.

5.5 Evaluasi Keperawatan

Pada evaluasi kunjungan pertama keluarga kurang patuh terhadap

pengobatannya dengan kriteria hasil : verbalisasi kemauan mematuhi program

perawatan atau pengobatan 1 yaitu menurun, Risiko komplikasi penyakit/masalah

keperawatan 2 yaitu cukup meningkat, Perilaku mengikuti program

perawatan/pengobatan 1 yaitu memburuk, Tanda dan gejala penyakit 3 yaitu

sedang.

Pada kunjungan ketujuh sudah mengalami perubahan baik dengan kriteria

hasil verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau pengobatan 3 yaitu

sedang, Risiko komplikasi penyakit/masalah keperawatan 4 yaitu cukup menurun,

Perilaku mengikuti program perawatan/pengobatan 3 yaitu sedang, Tanda dan

gejala penyakit 4 yaitu cukup membaik.

Pada kunjungan kesepuluh masalah sudah teratasi dengan kriteria hasil

verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau pengobatan 5 yaitu


92

meningkat, Risiko komplikasi penyakit/masalah keperawatan 5 yaitu menurun,

Perilaku mengikuti program perawatan/pengobatan 5 yaitu membaik, Tanda dan

gejala penyakit 5 yaitu membaik.

Menurut (Administrasi & Undip, 2019), Indikator yang digunakan sebagai

evaluasi pengobatan yaitu angka keberhasilan pengobatan (succes rate). Angka

keberhasilan pengobatan adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru

TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun

pengobatan lengkap) diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.

Peneliti memberikan opini untuk menentukan berhasil tidaknya perawatan

yang diberikan mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang ada pada

perencanaan. Pada kasus An.I setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 14

hari dalam 10 kali kunjungan di dapatkan perubahan pengetahuan dan perilaku

pada klien dan keluarga, dimana keluarga mampu menunjukkan perilaku terhadap

kemauan klien yang pertamanya mengatakan tidak mau pengobatan lagi dan

akhirnya klien menjadi antusias untuk melanjutkan pengobatannya lagi sampai

tuntas serta keluarga menerima perawat dengan baik.


BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Terdapat sedikit perubahan pada keluarga Tn.M yang sebelumnya kurang

mematuhi program pengobatan menjadi lebih semangat menjalankan pengobatan

terutama pada An.I.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi klien dan keluarga

Klien diharapkan bisa memahami tentang konsep penyakit tuberculosis dan

dapat meningkatkan kepatuhan dalam tahap pengobatan, dan bagi keluarga

memberikan dukungan kepada klien agar patuh terhadap pengobatan secara rutin.

6.2.2 Bagi perawat

Perawat lebih aktif dalam melakukan kunjungan rumah untuk memberikan

asuhan keperawatan kepada penderita tuberculosis. Memberikan pendidikan

kesehatan tentang pentingnya berobat secara rutin.

6.2.3 Bagi Puskesmas

Puskesmas diharapkan agar lebih meningkatkan lagi dalam melakukan

pemantauan minum obat dan lebih banyak memberikan informasi kepada setiap

keluarga yang memiliki anggota keluarga menderita tuberculosis.

6.2.4 Bagi institusi pendidikan

Bisa meningkatkan kualitas pembelajaran Mahasiswa Program Studi DIII

Keperawatan dalam mempelajari Keperawatan Keluarga khususnya Asuhan

Keperawatan pada Keluarga yang mengalami Tuberculosis dengan masalah

Ketidakpatuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Administrasi, M., & Undip, F. K. M. (2019). Analisis Pengawasan Menelan Obat

Pasien Tuberkulosis (Tb) Dalam Program Penanggulangan Tb Di

Puskesmas Sempor Ii Kabupaten Kebumen. Jurnal Kesehatan Masyarakat

(e-Journal), 7(4), 542–555.

Agustin, Retno Ardanari. (2021). Tuberkulosis, Yogyakarta: CV Budi Utama.

Amin huda nurarif, & Hardhi kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis

berdasarkan diagnosa nanda nic noc (jilid 2). Jogjakarta: mediaction.

Arni Wianti ( STIKes YPIB Majalengka ) FAMILY SUPPORT RELATIONSHIP

WITH DRINKING DRUG COMPLETE ON PATIENTS OF

TUBERCULOSIS PARU IN PUSKESMAS KALADAWA TEGAL REGENCY

IN 2017. VII(14), 1–14.

Aulia Zikry Bunga mentari. (2019). Permasalahan tuberkolosis di beberapa kota

di provinsi banten.

Bakri, Maria H. (2020). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka

Mahardika.

Dinas Kesehatan Bondowoso, 2021. Laporan Kasus PM 2021. Dinkes Kabupaten

Bondowoso.

Hadi MI, Alamudi MY. (2019). Imunodiagnostik Pada Bakteri Dan Jamur.

Sidoarjo: Zifatama Jawara.

Kemenkes, 2018. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Tentang

Tubekulosis. Infodatin. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.
95

Niswa Salamung, dkk. (2021). Keperawatan Keluarga. Pamekasan: Duta Media

Publishing.

PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta DPPP

PPNI.

PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta DPPP

PPNI.

PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta DPPP

PPNI.

Siska N, & Grace I. (2021). Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Berobat

Penderita Tuberkulosis. Tasikmalaya: Perkumpulan Rumah Cemerlang

Indonesia.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:

Alfabeta, CV.

Tri Wayhuni, dkk. (2021). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Dilengkapi Riset &

Praktik. Sukabumi: CV jejak.

World Health Organization. 2019. Treatment of Tuberculosis, Fourth Edition.

World Health Organization. Geneva : halaman 16-35.


96

Lampiran 1 . Rencana Jadwal Kegiatan


RENCANA KEGIATAN PENELITIAN
TAHUN 2021/2022

URAIAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November
KEGIATAN 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022

Konsultasi judul/
ACC

Pengambilan
Informasi Data

Bimbingan
Proposal KTI

Ujian Proposal KTI

Penelitian

Pengumpulan Data
KTI

Bimbingan Dan
Konsultasi KTI

Sidang KTI

Revisi
97

Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Harian


JADWAL KEGIATAN HARIAN
No Hari/Tanggal Kunjungan Ke Kegiatan
1 Kamis, 1 1. Pengkajian
2. Memonitor TTV
30 Juni 2022
2 Jum’at, 2 1. identifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc seperti cara mengkomsumsi obat tbc secara rutin
2. buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik seperti rutin menjalani kontrol pengobatan tbc tiap bulan
1 Juli 2022
3 Sabtu, 3 1. sediakan materi dan media leaflet untuk pendidikan kesehatan tbc seperti tentang penyakit tuberculosis dan cara minum
obatnya
2 Juli 2022
2. diskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau menghambat berjalannya program pengobatan tbc seperti adanya efek sanping
dari obat yang membuat klien jenuh dan tidakpatuh terhadap obat tbc
4 Minggu, 4 1. sediakan materi dan media leaflet untuk pendidikan kesehatan tbc seperti tentang penyakit tuberculosis dan cara minum
obatnya
3 Juli 2022
2. identifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc seperti cara mengkomsumsi obat tbc secara rutin
3. buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik seperti rutin menjalani kontrol pengobatan tbc tiap bulan
4. libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani seperti memberikan suport kepada klien terhadap
pengobatan yang dijalani
5 Senin, 5 1. sediakan materi dan media leaflet untuk pendidikan kesehatan tbc seperti tentang penyakit tuberculosis dan cara minum
obatnya
4 Juli 2022
2. memonitot tanda-tanda vital
3. libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani seperti memberikan suport kepada klien terhadap
pengobatan yang dijalani
6 Kamis, 6 1. identifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc seperti cara mengkomsumsi obat tbc secara rutin
2. buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik seperti rutin menjalani kontrol pengobatan tbc tiap bulan
7 Juli 2022
7 Jum’at, 7 1. libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani seperti memberikan suport kepada klien terhadap
pengobatan yang dijalani
8 Juli 2022
2. informasikan manfaat yang akan didapatkan jika teratur mengikuti program pengobatan tbc misalnya penyakit tbc ini bisa
disembuhkan jika menjalani pengobatan yang tepat dan sesuai aturan pengobatan yang dianjurkan dokter
8 Senin, 8 1. identifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc seperti cara mengkomsumsi obat tbc secara rutin
11 Juli 2022 2. buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik seperti rutin menjalani kontrol pengobatan tbc tiap bulan
98

3. ciptakan hubungan yang baik pada pasien dan keluarga dalam melakukan perawatan seperti menggunakan masker didalam
rumah dan mempertahankan suasana rumah yang sehat
9 Selasa, 9 1. identifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc seperti cara mengkomsumsi obat tbc secara rutin
12 Juli 2022 2. informasikan tingkat ketergantungan pasien kepada keluarga seperti dalam mengingatkan minum obat
10 Rabu, 10 1. identifikasi kepatuhan klien menjalani program pengobatan tbc seperti cara mengkomsumsi obat tbc secara rutin
13 Juli 2022 2. buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik seperti rutin menjalani kontrol pengobatan tbc tiap bulan
99

Lampiran 3. Penjelasan penelitian bagi klien dan keluarga

PENJELASAN PENELITIAN

BAGI KLIEN DAN KELUARGA

1. Judul Penelitian

Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M Pada An.I yang Mengalami

Tuberculosis Dengan Masalah Keperawatan Ketidakpatuhan di RT 025 RW 008

Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso Tahun 2022.

2. Tujuan Penelitian

Melaksanakan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M Pada An.I yang

Mengalami Tuberculosis Dengan Masalah Keperawatan Ketidakpatuhan di RT

025 RW 008 Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso

Tahun 2022.

3. Perlakuan yang diterapkan pada klien dan keluarga

Pada studi kasus ini dilakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M Pada

An.I yang Mengalami Tuberculosis Dengan Masalah Keperawatan

Ketidakpatuhan di RT 025 RW 008 Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen

Kabupaten Bondowoso Tahun 2022.

4. Hak Untuk Mengundurkan Diri

Keikut sertaan klien dan keluarga dalam penelitian ini bersifat sukarela.

Klien dan kelurga berhak mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan

konsekuensi yang merugikan.

5. Adaya Insentif Untuk Klien Dan Keluarga

Oleh karena keikutsertaan klien dan keluarga bersifat sukarela, tidak ada

insentif berupa yang akan diberikan. Tetapi klien dan keluarga berhak

mendapatkan informasi atau konsultasi kesehatan terkait penyakit yang diderita.


100

Data pribadi dan pengisian kuesioner akan dijamin kerahasiaaannya. Jika

terdapat pertanyaan tentang penelitian ini dan bila masih memerlukan penjelasan,

anda dapat menghubungi peneliti (Annisa Khairur Rosiqin) dengan telepon

(085784186228).
101

Lampiran 4. Informed Consent


102

Lampiran 5. Surat pengambilan data


103

Lampiran 6. Surat Bakesbangpol


104

Lampiran 7. Surat Dinas Kesehatan


105

Lampiran 8. Data Jumlah Penderita Tuberculosis di Bondowoso

Lampiran 9. Lembar Konsul Proposal Karya Tulis Ilmiah


106
107

Lampiran 10. Surat perijinan pengambilan data ke puskesmas


108

Lampiran 11. Surat balasan ijin penelitian dari puskesmas


109

Lampiran 12. Dokumentasi kunjungan pertama sampai kunjungan kesepuluh

Kunjungan pertama, 30-6-2022 Kunjungan kedua, 01-7-2022

Kunjungan ketiga, 02-7-2022 Kunjungan keempat,03-7-2022

Kunjungan kelima, 04-7-2022 Kunjungan keenam, 07-7-2022


110

Kunjungan ketujuh, 08-7-2022 Kunjungan kedelapan, 11-7-2022

Kunjungan kesembilan, 12-7-2022 Kunjungan kesepuluh, 13-7-2022


111

Lampiran 13. SAP tuberkulosis kelenjar


SATUAN ACARA PENYULUHAN
TUBERKULOSIS KELENJAR
Dosen Pembimbing : Ns. Leni Agustin, M.Kep

Oleh:
Annisa Khairur Rosiqin (19037140006)

PRODI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
TAHUN 2022
112

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : tuberkulosis kelenjar

Sasaran : keluarga dan klien

Hari/Tgl : sabtu, 02 juli 2022

Pukul : 17.20

Waktu : 10 menit

Tempat : rumah klien

I Analisis Situasi

1.1 Peserta diskusi : keluarga dan klien

1.2 Ruangan Diskusi : rumah klien

1.3 Pemberi Materi : Annisa Khairur Rosiqin

II Tujuan

2.1 Tujuan Umum:

Setelah mengikuti diskusi selama 10 menit, peserta diharapkan mampu

memahami tentang tuberkulosis kelenjar

2.2 Tujuan Khusus:

Setelah mengikuti diskusi tentang tuberkulosis kelenjar, diharapkan keluarga

mampu :

a. Menjelaskan pengertian tuberkulosis kelenjar

b. Menyebutkan gejala dan tanda tuberkulosis kelenjar

c. Menjelaskan penyebab tuberkulosis kelenjar

d. Menjelaskan pengobatan tuberkulosis kelenjar

III Materi

3.1 Pengertian tuberkulosis kelenjar


113

3.2 Gejala dan tanda tuberkulosis kelenjar

3.3 Penyebab tuberkulosis kelenjar

3.4 Pengobatan tuberkulosis kelenjar

IV Metode dan Media

4.1 Metode : Diskusi

4.2 Media : Pamflet

V Kegiatan Diskusi
No Topik Waktu Kegiatan diskusi Kegiatan peserta
1. Pembukaan 2 menit  Memberikan Laeflet Menerima dan
membaca leaflet
 mengucapkan salam dan Menjawab salam
membuka kegiatan diskusi

2. Pelaksanaan 5 menit  Menyampaikan materi yang Memperhatian dan


akan didiskusikan tentang mendengarkan
cara pengobatan
tuberkulosis
3. Evaluasi 3 menit  Memberikan kesempatan Bertanya
pada peserta untuk bertanya
tentang
materi yang disampaikan Mendengarkan
 Menjawab pertanyaan
3. Penutup 1 menit  Kesimpulan dari Mendengarkan
penyuluhan Evaluasi
Menjawab salam
 Mengucapkan salam
penutup, mengakhiri
pertemuan serta
mengucapkan terimakasih
VI Kriteria Evaluasi

6.1 Evaluasi Struktur

a. SAP (materi) dibuat sebelum penyuluhan

b. Media : pamflet

c. Peserta hadir di rumah klien

d. Penyelenggaraan diskusi dilaksanakan di rumah klien


114

6.2 Evaluasi Proses

a. Penyuluhan dimulai sesuai waktu yang direncanakan

b. Proses penyuluhan berjalan lancar dengan durasi 10 menit dimulai dari

perkenalan, maksud dan tujuan , kontrak waktu sampai selesai

c. Dari jumlah seluruh peserta ada yang mengajukan pertanyaan kembali dari

penyampaian materi, peserta dinyatakan paham dengan materi yang di

sampaikan

d. Selama berlangsungnya penyuluhan seluruh peserta kooperatif tidak ada yang

meninggalkan tempat selama acara berlangsung.

6.3 Evaluasi Hasil

 Peserta dapat menjawab pertanyaan yang di berikan (ada feedback)

 Peserta dapat memahami tentang tuberkulosis kelenjar

VII DaftarPustaka

https://tbindonesia.or.id/artikel/tahukah-kalian-penyebab-tbc-kelenjar

https://www.atmago.com/berita-warga/waspadai-gejala-penyakit-tbc-pada-

kelenjar
115

MATERI PENYULUHAN

TUBERKULOSIS KELENJAR

1. Pengertian Tuberkulosis

Penyebab penyakit tbc diakibatkan adanya infeksi dari kuman (bakteri) yang

bernama Mycobacterium tuberculosis dan biasanya menyerang kelenjar getah

bening atau kelenjar tiroid 

2. Gejala dan tanda

a. Gejala utama: pembesaran kelenjar getah bening, tersering di sekitar leher,

ketiak, lipat paha, dan sekitar rahang;

b. Demam;

c. Batuk;

d. Penurunan berat badan;

e. Nafsu makan menurun;

f. Mudah lelah;

g. Keringat banyak terutama malam hari.

3. Penyebab tuberkulosis kelenjar

Tuberkulosis adalah infeksi bakteri yang utamanya memengaruhi paru-paru.

Namun, infeksi juga bisa menyebar ke organ tubuh lainnya, seperti kelenjar,

tulang, perut hingga sistem saraf. Sama seperti tb paru, penyebab tbc kelenjar

adalah bakteri mycobacterium tuberculosis.

4. Pengobatan Tuberculosis

Penanganan skrofula dapat dilakukan dengan pemberian antituberkulosis

selama 6 bulan atau bahkan lebih. Obat antituberkulosis (OAT) yang diberikan
116

biasanya merupakan kombinasi dari rifampicin, isoniazid, pirazinamid,

dan ethambutol.
117
118

Lampiran 14. SAP cara pengobatan tuberkulosis


SATUAN ACARA PENYULUHAN
CARA PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Dosen Pembimbing : Ns. Leni Agustin, M.Kep

Oleh:
Annisa Khairur Rosiqin (19037140006)

PRODI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
TAHUN 2022
119

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : cara pengobatan tuberkulosis

Sasaran : keluarga dan klien

Hari/Tgl : minggu, 3 juli 2022

Pukul : 16.36

Waktu : 10 menit

Tempat : rumah klien

I Analisis Situasi

1.1 Peserta diskusi : keluarga dan klien

1.2 Ruangan Diskusi : rumah klien

1.3 Pemberi Materi : Annisa Khairur Rosiqin

II Tujuan

2.1 Tujuan Umum:

Setelah mengikuti diskusi selama 10 menit, peserta diharapkan mampu

memahami tentang cara pengobatan tuberkulosis

2.2 Tujuan Khusus:

Setelah mengikuti diskusi tentang cara pengobatan tuberkulosis, diharapkan

keluarga mampu :

a. Menjelaskan penularan tuberkulosis

b. Menjelaskan faktor resiko tuberkulosis

c. Menjelaskan pengobatan tuberkulosis

d. Tujuan pengobatan dengan OAT

e. menyebutkan manfaat dan efek samping pengobatan


120

III Materi

3.1 Penularan tuberkulosis

3.2 Faktor resiko tuberkulosis

3.3 Pengobatan tuberkulosis

3.4 Tujuan pengobatan dengan OAT

3.5 Manfaat dan efek samping tuberkulosis

IV Metode dan Media

4.1 Metode : Diskusi

4.2 Media : Leaflet

V Kegiatan Diskusi
No Topik Waktu Kegiatan diskusi Kegiatan peserta
1. Pembukaan 2 menit  Memberikan Laeflet Menerima dan
membaca leaflet
 mengucapkan salam dan Menjawab salam
membuka kegiatan diskusi
2. Pelaksanaan 5 menit  Menyampaikan materi yang Memperhatian dan
akan didiskusikan tentang mendengarkan
cara pengobatan
tuberkulosis
3. Evaluasi 3 menit a. Memberikan kesempatan Bertanya
pada peserta untuk
bertanya tentang
materi yang disampaikan Mendengarkan
 Menjawab pertanyaan
3. Penutup 1 menit  Kesimpulan dari Mendengarkan
penyuluhan Evaluasi
Menjawab salam
 Mengucapkan salam
penutup, mengakhiri
pertemuan serta
mengucapkan terimakasih
VI Kriteria Evaluasi

6.1 Evaluasi Struktur

e. SAP (materi) dibuat sebelum penyuluhan

f. Media : leaflet
121

g. Peserta hadir di rumah klien

h. Penyelenggaraan diskusi dilaksanakan di rumah klien

6.2 Evaluasi Proses

e. Penyuluhan dimulai sesuai waktu yang direncanakan

f. Proses penyuluhan berjalan lancar dengan durasi 35 menit dimulai dari

perkenalan, maksud dan tujuan , kontrak waktu sampai selesai

g. Dari jumlah seluruh peserta ada yang mengajukan pertanyaan kembali dari

penyampaian materi, peserta dinyatakan paham dengan materi yang di

sampaikan

h. Selama berlangsungnya penyuluhan seluruh peserta kooperatif tidak ada yang

meninggalkan tempat selama acara berlangsung.

6.3 Evaluasi Hasil

 Peserta dapat menjawab pertanyaan yang di berikan (ada feedback)

 Peserta dapat memahami tentang cara pengobatan tuberkulosis

VII DaftarPustaka

Ditjen Yankes. 2018. Jangan Putus Makan Obat TB. Diakses pada 31 Oktober

2019, diperoleh dari http://yankes.kemkes.go.id/read-jangan-putus-makan-

obat-tb-3941.html

Laban, Yoannes Y. 2017. TBC: Penyakit & Cara Pencegahan. Yogyakarta:

Kanisius

Mansjoer, dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. FK UI : Jakarta


122

Misnadiarly. 2018. Mengenal, Mencegah, Menanggulangi TBC. Semarang:

Yayasan Obor Indonesia

MATERI PENYULUHAN

CARA PENGOBATAN TUBERKULOSIS

1. Penularan Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan penyakit menular, infeksi ini dapat ditularkan

melalui droplet pada saat penderita tuberkulosis paru batuk atau bersin, dalam

sekali batuk penderita berarti memercikkan sekitar 3000 dahak di udara

2. Faktor Resiko Terjadinya Tuberkulosis

a. Faktor lingkungan :

1) Ventilasi ruangan tidak baik

2) Tinggal di tempat yang padat penduduk

3) Sinar matahari tidak mampu masuk ke ruangan

b. Faktor Usia dan Jenis Kelamin

1) Kelompok paling rentan tertular TB adalah kelompok usia dewasa muda

yang juga merupakan kelompok usia produktif

2) Menurut hasil suervei prevalensi Tb, laki-laki lebih banyak daripada

perempuan

c. Faktor Perilaku

1) Batuk dan cara membuang dahak pasien TB yang tidak tepat akan

meningkatkan paparan kuman dan risiko penularan.

2) Merokok menigkatkan risiko terkena TB paru sebanyak 2,2 kali


123

3. Pengobatan Tuberculosis

Cara pengobatan TBC yaitu dengan Obat Anti TB (OAT) yang di dapatkan di

pelayanan kesehatan secara gratis yang harus di minum secara teratur tidak boleh

putus selama 6 bulan dan dosis yang diminum sesuai dengan petunjuk petugas

kesehatan.

4. Tujuan pengobatan dengan OAT

Tujuan dari pengobatan Tb adalah menyembuhkan pasien, mencegah

kematian, mencegah kekambuhan, memutus rantai penularan dan mencegah

munculnya resistensi (DepKes, 2006). Obat antituberkulosis (OAT) yang

digunakan sesuai pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis adalah isoniazid

(H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), etambutol (E) dan streptomisin (S).

Pengobatan Tb dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan.

Prinsip pengobatan Tb di Indonesia dilakukan sebagai berikut: a. Obat

antituberkulosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi (KDT/kombinasi dosis

tetap), dosis tepat dan jumlah cukup sesuai kategori. b. Pengobatan Tb dilakukan

dalam 2 tahap yaitu: tahap intensif dan tahap lanjutan. Pada tahap intensif pasien

mendapat obat setiap hari, berlangsung 2 bulan (56 hari), sedang pada tahap

lanjutan pasien mendapat KDT 3 x seminggu dan berlangsung lebih lama (4

bulan)

5. Manfaat dan Efek Samping Pengobatan

a. Manfaat OAT :

1. Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas

hidup

2. Mencegah terjadinya kematian akibat tuberkulosis


124

3. Mencegah terjadinya kekambuhan tuberkulosis

4. Menurunkan penularan

b. Efek Samping Pengobatan OAT :

1. Nafsu makan menurun, mual, sakit perut

2. Nyeri sendi

3. Kesemutan

4. Demam, sakit kepala


125
126
127

Lampiran 15. SAP akibat ketidakpatuhan minum obat tuberkulosis


SATUAN ACARA PENYULUHAN
AKIBAT KETIDAKPATUHAN MINUM OBAT TUBERKULOSIS
Dosen Pembimbing : Ns. Leni Agustin, M.Kep

Oleh:
Annisa Khairur Rosiqin (19037140006)

PRODI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
TAHUN 2022
128

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : akibat ketidakpatuhan minum obat tuberkulosis


Sasaran : keluarga dan klien
Hari/Tgl : senin, 4 juli 2022
Pukul : 17.20 WIB
Waktu : 10 menit
Tempat : rumah klien
I Analisis Situasi
1.1 Peserta diskusi : keluarga dan klien
1.2 Ruangan Diskusi : rumah klien
1.3 Pemberi Materi : Annisa Khairur Rosiqin
II Tujuan
2.1 Tujuan Umum:
Setelah mengikuti diskusi selama 10 menit, peserta diharapkan mampu
memahami tentang akibat ketidakpatuhan minum obat tuberkulosis
2.2 Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti diskusi tentang akibat ketidakpatuhan minum obat
tuberkulosis, diharapkan keluarga mampu :
a. Menjelaskan efek tidak patuh pengobatan
b. Menjelaskan tanda dan gejala tuberkulosis
c. Menjelaskan pencegahan penularan tuberkulosis
d. Menyebutkan syarat-syarat pengobatan tuberkulosis
e. Menjelaskan ketidakpatuhan pengobatan
f. Menjelaskan efek samping obat tuberkulosis
g. Menyebutkan cara mengatasi efek samping pengobatan tuberkulosis
h. Menyebutkan manfaat minum obat tuberkulosis dengan baik dan benar
III Materi
3.1 efek tidak patuh pengobatan
3.2 Tanda dan gejala tuberkulosis
3.3 Pencegahan penularan tuberkulosis
3.4 Syarat-syarat pengobatan tuberkulosis
3.5 Ketidakpatuhan pengobatan
129

3.6 Efek samping obat tuberkulosis


3.7 Cara mengatasi efek samping pengobatan tuberkulosis
3.8 Manfaat minum obat tuberkulosis dengan baik dan benar
IV Metode dan Media
4.1 Metode : Diskusi
4.2 Media : Leaflet
V Kegiatan Diskusi
No Topik Waktu Kegiatan diskusi Kegiatan peserta
1. Pembukaan 2 menit  Memberikan Laeflet Menerima dan
membaca leaflet
 mengucapkan salam dan Menjawab salam
membuka kegiatan diskusi

2. Pelaksanaan 5 menit  Menyampaikan materi yang Memperhatian dan


akan didiskusikan tentang mendengarkan
akibat ketidakpatuhan
minum obat tuberkulosis

3. Evaluasi 3 menit  Memberikan kesempatan Bertanya


pada peserta untuk bertanya
tentang
materi yang disampaikan Mendengarkan
 Menjawab pertanyaan
3. Penutup 1 menit  Kesimpulan dari Mendengarkan
penyuluhan Evaluasi
 Mengucapkan salam
Menjawab salam
penutup, mengakhiri
pertemuan serta
mengucapkan terimakasih
VI Kriteria Evaluasi
6.1 Evaluasi Struktur
a. SAP (materi) dibuat sebelum penyuluhan

b. Media : leaflet

c. Peserta hadir di rumah klien

d. Penyelenggaraan diskusi dilaksanakan di rumah klien

6.2 Evaluasi Proses

a) Penyuluhan dimulai sesuai waktu yang direncanakan


130

b) Proses penyuluhan berjalan lancar dengan durasi 10 menit dimulai dari


perkenalan, maksud dan tujuan , kontrak waktu sampai selesai
c) Dari jumlah seluruh peserta ada yang mengajukan pertanyaan kembali dari
penyampaian materi, peserta dinyatakan paham dengan materi yang di
sampaikan
d) Selama berlangsungnya penyuluhan seluruh peserta kooperatif tidak ada
yang meninggalkan tempat selama acara berlangsung.
6.3 Evaluasi Hasil

 Peserta dapat menjawab pertanyaan yang di berikan (ada feedback)

 Peserta dapat memahami tentang akibat ketidakpatuhan minum obat


tuberkulosis

VII DaftarPustaka
Anonim ; 2018, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Sagung Seto, Jakarta.
Herdman H T & Shigemi K. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.
Nay Irna, 2014. SAP Pengobatan Paru. Diakses pada tanggal 12 Desember 2018
dari http://www.aademia.edu/9403889/SAP Pengobatan Paru
131

MATERI PENYULUHAN
AKIBAT KETIDAKPATUHAN MINUM OBAT TUBERKULOSIS

1. Efek Tidak Patuh Pengobatan

Jika pengobatan dihentikan sebelum waktunya, kuman yang tadinya belum

tuntas dan masih ada sisa akan bermutasi, mengubah bentuk menjadi kuman yang

lebih kuat dan resisten terhadap obat-obatan yang sudah diberikan (dokter

pendidik klinis RSUP Persahabatan Dr Erlina Burhan MSc SpP(K) Menurut dia,

jika pengobatan tidak selesai, pasien bakal membutuhkan multidrug-resistant

(MDR) yang jangka waktu pengobatannya lebih panjang dan bisa sampai dua

tahun. Kerugian lain bila pengobatan TB tidak tuntas, penderita akan mengidap

TB lagi alias kambuh, menjadi sulit disembuhkan, dapat menularkan TB itu

kepada lebih banyak orang, dan dapat menyebar ke kelenjar getah bening, ginjal,

tulang, sendi, usus, bahkan otak. Untuk pasien dinyatakan sembuh, perlu ada

bukti, dengan pemeriksaan dahak. Sering pasien menolak diperiksa, padahal

dengan pemeriksaan tersebut, dokter bisa yakin menyatakan pasien sudah sembuh .

2. Tanda Gejala Penyakit Tuberkulosis

1) Terjadinya penurunan berat badan


2) Batuk berdahak lebih dari dua minggu, bisa disertai darah
3) Demam lebih dari satu bulan
4) Sesak dan nyeri dada
5) Berkeringat pada malam hari
6) Badan terasa lemas dan lesu

3. Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis


1) Membuka jendela pada siang hari
2) Menutup mulut saat batuk, bisa juga menggunakan masker
3) Meludah pada tempat yang sudah diberi desinfeksi (air sabun)
132

4) Usahakan cahaya matahari masuk kedalam rumah terutama tempat tidur


penderita
5) Menjemur bantal, kasur terutama di pagi hari
6) Semua barang yang digunakan penderita TB dipisahkan dari orang lain
7) Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan
8) Makanan mengandung tinggi karbihidrat dan tinggi protein.

4. Syarat-syarat pengobatan tuberkulosis


1) Obat TBC diminum secara teratur sampai klien dinyatakan sembuh
2) Lama pengobatan berlangsung 6 bulan
3) Selama 2 bulan pertama, obat sekaligus diminum setiap hari
4) Pada 4 bulan berikutnya, obat diminum seminggu 3 kali
5) Obat boleh diminum satu persatu, dan harus habis 2 jam
6) Sebaiknya obat diminum sebelum makan atau sebelum tidur pagi

5. Ketidakpatuhan Pengobatan
Ketidakpatuhan tidak sesuai dengan rencana promosi kesehatan atau
terapeutik yang ditetapkan oleh individu (dan atau keluarga, komunitas) serta
professional pelayanan kesehatan. Perilaku pemberi asuhan atau individu yang
tidak mematuhi ketepatan, rencana promosi kesehatan atau terapeutik secara
keseluruhan atau sebagian dapat menyebabkan hasil akhir yang tidak efektif atau
sebagian tidak efektif secara klinis (Herdman Heathet, 2015).
Ketidakpatuhan minum obat adalah Penderita yang putus pengobatan atau
tidak menggunakan obat sama sekali.
Akibat yang ditimbulkan apabila tidak minum obat tuberkulosis:
1) Penyakit ini akan lebih sukar untuk diobati karena ada kemungkinan akan
kebal terhadap obat TBC
2) Kuman TBC dalam tubuh akan tumbuh dan berkembang biak lebih banyak
3) Menghabiskan biaya lebih besar, karena diperkirakan obat yang lebih
ampuh dan lebih banyak jenisnya
4) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh (Nay Irna, 2014).

6. Efek samping obat tuberkulosis


133

Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan
dan dapat diatasi dengan obat simptomatis maka pemberian OAT dapat
dilanjutkan.
1) Isoniazid (INH)

Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek


samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu
pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan.
Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan
dan dapat diatasi dengan obat simptomatis maka pemberian OAT dapat
dilanjutkan.
2) Rifampisin

Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan
simptomatis ialah:
a. Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang
b. Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah
kadang-kadang diare
c. Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan

Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi ialah:


a) Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus
distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus
b) Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah
satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan
diberikan lagi walaupun gejalanya telah menghilang
c) Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas

Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata
dan air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan
tidak berbahaya.
3) Pirazinamid
134

Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai


pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin)
dan kadang-kadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini
kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat.
Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
4) Etambutol

Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya


ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian
keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis yang dipakai, jarang sekali terjadi
bila dosisnya 15-25 mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali
seminggu. Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu
setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena
risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi.
5) Streptomisin

Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan


dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan
meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur pasien.
Risiko tersebut akan meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi ekskresi
ginjal. Gejala efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus),
pusing dan kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat
segera dihentikan atau dosisnya dikurangi 0,25gr. Jika pengobatan diteruskan
maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan menetap (kehilangan
keseimbangan dan tuli).
Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba
disertai sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping sementara dan
ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang
mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan. Bila reaksi ini mengganggu
maka dosis dapat dikurangi 0,25gr.
Streptomisin dapat menembus sawar plasenta sehingga tidak boleh diberikan
pada perempuan hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran janin.
7. Cara mengatasi efek samping pengobatan tuberkulosis
1) Cara untuk mengatasi mual muntah
135

a. Hindari makan dengan porsi besar, makan sedikit tapi sering


b. Hindari makan terlalu manis, digoreng dan berlemak
c. Minum jus satu jam sebelum atau sesudah makan
d. Beristirahatlah setelah makan tetapi jangan berbaring selama 2 jam
e. Ambil napas dalam-dalam saat merasakan mual
f. Alihkan rasa mual dengan minum madu, dua sendok perhari
2) Cara mengatasi pegal-pegal
a. Istirahat dan tidur yang cukup serta berpikiran positif
b. Memperbaiki posisi tubuh yang salah, berdiri tegak tidak membungkuk
c. Kompres dengan botol berisi air hangat kurang lebih 15 menit
d. Makan pisang dua buah perhari untuk mengatasi ketegangan otot
e. Rendam kaki menggunakan garam inggris
3) Cara mengatasi pusing
a. Istirahat total sementara waktu
b. Tidak mengendarai motor/mobil dalam keadaan mengantuk
c. Perbanyak mengkonsumsi buah dan sayur
d. Konsultasi dengan dokter untuk mendaptkan obat mengurangi rasa pusing
e. Minum air putih yang banyak
f. Berikan pijatan selama 15 menit pada kepala yang sakit
4) Cara mengatasi penglihatan tiba-tiba buram
a. Cobalah duduk dengan nyaman di depan meja kemudian taruh beberapa
bantal hingga tingginya sejajar mata
b. Letakkan siku tangan diatas bantal tersebut kemudian tutup mata dengan
dua telapk tangan sampai tidak ada cahaya yang masuk
c. Bernapaslah perlahan, lakukan selama 10 menit sebanyak 2-3 kali
d. Cobalah berdiri dan focus pada titik yang jauh. Goyangkan mata sambil
berkedip untuk memberihkan mata
e. Bila belum teratasi konsultasikan ke dokter
5) Cara mengatasi diare
a. Makanlah makanan porsi kecil lebih sering
b. Hindari makanan/ minuman yang mengandung kafein
c. Hindari makanan serat tinggi seperti kacang tanah, buah-buahan kering
136

d. Cobalah makanan rendah serat seperti nasi putih, roti, pisang matang dan
lain-lain
e. Hindari makanan berminyak dan digoreng
f. Minumlah banyak cairan
6) Cara mengatasi telinga berdenging
a. Segera lapor tim kesehatan (dokter) bila anda mengalami telinga
berdenging
b. Hindari stress
c. Kurangi asupan garam
d. Abaikan bunyi-bunyi yang timbul
e. Olahraga secara teratur
f. Istirahat yang cukup

8. Manfaat minum obat tuberkulosis dengan baik dan benar


1) Berat badan meningkat
2) Penyebaran kuman TB dapat terkontrol
3) Aktivitas tidak terbatas
4) Tidak akan timbul terjadinya resisten terhadap obat
137
138

Anda mungkin juga menyukai