A. Definisi
Post partum (nifas) secara harfiah adalah sebagai masa persalinan dan segera
setelah kelahiran, masa pada waktu saluran reproduktif kembali ke keadaan semula
(tidak hamil). Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama 6 minggu (Mitayani, 2009).
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir
setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil
sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan
(Saleha, 2009).
B. Periode Nifas
Menurut Mitayani (2009), nifas dibagi menjadi 3 periode
1. Puerperium dini (Early postpartum) yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan
2. Puerperium intermedial (Immediate postpartum) yaitu kepulihan menyeluruh alat-
alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium (Late Postpartum) yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
kembali dan sehat sempurna baik selama hamil atau sempurna berminggu-
minggu, berbulan-bulan atau tahunan.
(Saleha,2009)
2. Perubahan Psikologis
a) Taking in Phase
Timbul pada jam pertama kelahiran 1 – 2 hari selama masa ini ibu
cenderung pasif, ibu cenderung dilayani dalam memenuhi cenderung sendiri.
Hal ini disebabkan rasa tidak nyaman pada perineal, nyeri setelah melahirkan.
b) Taking Hold Phase
Ibu post partum mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan sendiri, telah
suka membuat keputusan sendiri. Ibu mulai mempunyai ketertarikan yang kuat
pada bayinya pada hari 4 – 7 hari post partum.
c) Letting Go Phase
Ibu post partum dapat menerima keadaan dirinya apa adanya. Proses ini
perlu menyesuaikan diri terjadi pada hari terakhir minggu pertama.
(Mitayani, 2009).
Post Partum
Taking in
Sistem Reproduksi Sistem Sistem Endokrin Sistem Integumen Sistem GI
Kardiovaskuler
Ibu pasif dan
Involusi dan Esterogen Peregangan kulit Tonus otot tergantung
kontraksi uterus Penurunan volume akibat kehamilan menurun
darah
(Mitayani, 2009)
G. Pemeriksaan
1. Evaluasi Uterus
Setelah kelahiran plasenta, tindakan pertama yang harus dilakukan adalah
mengevaluasi konsistensi dan melakukan masase uterus sesuai dengan kebutuhan
untuk memperkuat kontraksi. Setelah itu periksa kelengkapan plasenta dan selaput
ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal dalam
uterus sehingga menyebabkan perdarahan. Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak
berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena itu, diperlukan
tindakan rangsangan traktil (masase) fundud uteri dan bila perlu lakukan kompresi
bimanual.
2. Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum
Setelah memastikan uterus berkontraksi efektif dan perdarahan berasal dari
sumber lain, inspeksi perineum, vagina bawah, dan area periuretra untuk mengetahui
adanya memar, pembentukan hematoma, laserasi atau pembuluh darah yang robek
atau mengalami perdarahan. Jika episiotomitelah dilakukan, evaluasi kedalaman dan
perluasannya. Pertimbangan untuk menginspeksi forniks dan serviks vagina untuk
mengetahui laserasi atau cedera. Indikasi untuk pemeriksaan seperti itu mencakup
kondisi berikut:
a) Aliran menetap atau sedikit aliran perdarahan pervaginam berwarna merah
terang, dari bagian atas tiap laserasi yang diamati, setelah kontraksi uterus
dipastikan.
b) Persalinan cepat atau presipitatus
c) Manipulasi serviks selama persalinan, untuk mengurangi tepi anterior
d) Dorongan maternal (mengejan) sebelum dilatasi serviks lengkap
e) Pelahiran pervaginam operatif dengan forsep atau vakum
f) Pelahiran traumatic, distosia bahu.
3. Pemantauan dan Evaluasi Lanjut
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah masa postpartum.
Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat
perdarahan dan eklamsia post partum. Selama kala IV, pemantauaan dilakukan 15
menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan. Selam
1 jam petama setalah persalinan, tanda-tanda vital ibu, uterus, lochea, perineum,
dan kandung kemih dipantau dan dievaluasi secara teratur sampai semua stabil
dalam kisaran normal.
H. Penatalaksanaan
Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya
kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka
episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan baik. Penolong harus tetap
waspada sekurang-kurangnya 1 jam post partum, untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya perdarahan post partum. Delapan jam post partum harus tidur telentang untuk
mencegah perdarahan post partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh miring ke kanan atau ke
kiri untuk mencegah trombhosis.
Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar. Pada hari seterusnya dapat
duduk dan berjalan. Diet yang diberikan harus cukup kalori, protein, cairan serta banyak
buah-buahan. Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri, bila pasien
belum dapat berkemih sendiri sebaiknya dilakukan kate terisasi. Defekasi harus ada
dalam 3 hari post partum. Bila ada obstipasi dan timbul komprestase hingga vekal
tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan
klisma atau diberi laksan per os. Bila pasien mengeluh adanya mules, dapat diberi
analgetika atau sedatif agar dapat istirahat. Perawatan mamae harus sudah dirawat selama
kehamilan, areola dicuci secara teratur agar tetap bersih dan lemas, setelah bersih barulah
bayi disusui.
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu:
1. Kebersihan Diri
a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sanun dan air.
Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih
dahulu dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Nasehatkan ubu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau
besar..
c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali
sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan
di bawah matahari atau disetrika
d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
e) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri.
3. Latihan
a) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali
normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya
b) Menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
c) Jelaskan bahwa latuhan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat
membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dsan panggul kembali
normal, seperti:
d) Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik
nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai
lima. Rileks dan ulangi 10 kali
e) Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan
otot-otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali hitungan. Kendurkan dan
ulangi latihan sebsnyak 5 kali.
f) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan.
g) Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6
setelah persalinan ibu harus mengerjakan latihan sebanyak 30 kali.
4. Gizi
Ibu menyusui harus
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui)
d) Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pasca bersalin
e) Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASInya.
(Saleha,2009)
I. Komplikasi
1. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24
jam pertama sesudah kelahiran bayi)
2. Infeksi
a) Endometritis (radang edometrium)
b) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
c) Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
d) Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi keras dan
berbenjol-benjol)
e) Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada pengobatan
bisa terjadi abses)
f) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan dan
nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
g) Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3
°C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau
nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
3. Gangguan psikologis
a) Depresi post partum
b) Post partum Blues
c) Post partum Psikosa
4. Gangguan involusi uterus
(Saleha,2009)
J. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Prtum (Nifas)
1. Pengkajian
Menurut NANDA (2015), fase pengkajian merupakan sebuah komponen utama
untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data, mengorganisasikan data, dan
mendokumentasikan data. Pengumpulan data antara lain meliputi:
1. Biodata
1) Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku, alamat, status, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose
medis)
2) Identitas penanggung jawab (nama, umur, pekerjaan, alamat, hubungan dengan
pasien)
2. Riwayat Kesehatan
Hal yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan adalah:
1) Keluhan yang dirasakan ibu saat ini
2) Adakah kesulitan dan gangguan dalam pemenuhan kebutuhan seharihari,
misalnya pola makan, buang air kecil atau buang air besar, kebutuhan istirahat
dan mobilisasi
3) Riwayat tentang persalinan
4) Obat atau sublemen yang dikonsumsi
5) Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi, penerimaan terhadap
peran baru sebagai orang tua termasuk suasana hati yang dirasakan ibu
sekarang, kecemasan dan kekhawatiran
6) Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi sehari-hari
7) Bagaimana rencana menyusui nanti (ASI eksklusif atau tidak), rencana
merawat bayi dirumah (dilakukan ibu sendiri atau dibantu orang tua atau
mertua)
8) Bagaimana dukungan suami atau keluarga terhadap ibu
9) Pengetahuan ibu tentang nifas
3. Dimulai dengan pemeriksaan dan observasi sebagai berikut:
1) Temperatur
Periksa 1 kali pada 1 jam pertama sesuai dengan peraturan rumah sakit,
suhu tubuh akan meningkat bila terjadi dehidrasi atau keletihan
2) Nadi
Periksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama atau sampai stabil,
kemudian setiap 30 menit pada jam-jam berikitnya. Nadi kembali normal pada
1 jam berikutnya, mungkin sedikit terjadi bradikardi.
3) Pernapasan
Periksa setiap 15 menit dan biasanya akan kembali normal setelah 1 jam
postpartum.
4) Tekanan Darah
Periksa setiap 15 menit selama 1 jam atau sampai stabil, kemudian setiap
30 menit untuk setiap jam berikutnya. Tekanan darah ibu mungkin sedikit
meningkat karena upaya persalinan dan keletihan, hal ini akan normal kembali
setelah 1 jam.
5) Kandung Kemih
Kandung kemih ibu cepat terisi karena dieresis postpartum dan cairan
intravena.
6) Fundus Uteri
Periksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama kemudian setiap 30 menit,
fundus uteri harus berada dalam midline, keras, 2 cm dibawah atau pada
umbilicus. Bila uterus lunak, lakukan masase hingga keras dan pijatan hingga
berkontraksi ke pertengahan.
7) Sistem Gastrointestinal
Pada minggu pertama postpartum fungsi usus besar kembali normal.
8) Kehilangan Berat Badan
Pada masa postpartum ibu biasanya akan kehilangan berat badan lebih
kurang 5- 6 kg yang disebabkan oleh keluarnya plasenta dengan berat labih
kurang 750 gram, darah dan cairan amnion lebih kurang 1000 gram, sisanya
barat badan bayi.
9) Perineum
Perhatikan luka episiotomy jika ada dan perineum harus bersih, tidak
berwarna, tidak edema, dan jahitan harus utuh.
10) Lockea
Periksa setiap 15 menit, alirannya harus sedang. Bila darah mengalir
dengan cepat, curigai terjadinya robekan serviks.
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Nyeri akut Tujuan : Setelah 1. Lakukan pengkajian secara
berhubungan dilakukan tindakan komprehensif tentang nyeri
dengan agen keperawatan selama meliputi lokasi, karakteristik,
cidera biologis 3x24 jam diharapkan durasi, frekuensi, kualitas,
(ketegangan nyeri berkurang atau intensitas nyeri dan faktor
postural akibat terkontrol dengan presipitasi.
posisi persalinan) Kriteria Hasil : 2. Observasi respon nonverbal
1. Klien melaporkan dari ketidaknyamanan
nyeri berkurang (misalnya wajah meringis)
/terkontrol terutama ketidakmampuan
2. Wajah tidak untuk berkomunikasi secara
tampak meringis efektif.
3. Klien tampak 3. Kaji efek pengalaman nyeri
rileks, dapat terhadap kualitas hidup (ex:
berisitirahat, dan beraktivitas, tidur, istirahat,
beraktivitas sesuai rileks, kognisi, perasaan, dan
kemampuan hubungan sosial)
4. Ajarkan menggunakan
teknik nonanalgetik
(relaksasi progresif, latihan
napas dalam, imajinasi,
sentuhan terapeutik.)
5. Kontrol faktor - faktor
lingkungan yang yang dapat
mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
(ruangan, suhu, cahaya, dan
suara)
6. Kolaborasi untuk
penggunaan kontrol
analgetik, jika perlu.
2. Resiko infeksi Tujuan : Setelah 1. Tinjau ulang kondisi dasar /
berhubungan dilakukan tindakan faktor risiko yang ada
dengan luka keperawatan selama sebelumnya. Catat waktu
laserasi 3x24 jam diharapkan pecah ketuban.
klien tidak mengalami 2. Kaji adanya tanda infeksi
infeksi dengan (kalor, rubor, dolor, tumor,
Kriteria Hasil: fungsio laesa)
1. Tidak terjadi tanda 3. Lakukan perawatan luka
- tanda infeksi dengan teknik aseptic
(kalor, rubor, dolor, 4. Inspeksi balutan abdominal
tumor, fungsio terhadap eksudat / rembesan.
laesea) Lepaskan balutan sesuai
2. Suhu dan nadi indikasi
dalam batas 5. Anjurkan klien dan keluarga
normal ( suhu = untuk mencuci tangan
36,5 -37,50 C, sebelum / sesudah
frekuensi nadi = 60 menyentuh luka
- 100x/ menit) 6. Pantau peningkatan suhu,
3. WBC dalam batas nadi, dan pemeriksaan
normal (4,10-10,9 laboratorium jumlah WBC /
10^3 / uL) sel darah putih
7. Kolaborasi untuk
pemeriksaan Hb dan Ht.
Catat perkiraan kehilangan
darah selama prosedur
pembedahan
8. Anjurkan intake nutrisi yang
cukup
9. Kolaborasi penggunaan
antibiotik sesuai indikasi
3. Ketidakefektifan Tujuan : Setelah 1. Monitor tanda-tanda vital
perfusi jaringan dilakukan tindakan 2. Pengisian kapiler, warna
perifer keperawatan selama kulit, membrane mukosa dan
berhubungan 3x24 jam diharapkan dasar kuku
dengan perfusi jaringan yang 3. Awasi upaya pernafasan :
penurunan adekuat auskultasi bunyi nafas.
volume darah 4. Kaji untuk respons verbal
Kriteria Hasil : melambat, mudah
1. Suplai oksigen terangsang, agitasi,
terpenuhi gangguan memori, bingung.
2. Palpitasi dan 5. Berikan cukup waktu untuk
angina teratasi pasien berfikir, komunikasi
3. Kulit, membran dan beraktivitas.
mukosa, kuku dan 6. Pertahankan suhu
rambut normal lingkungan dan suhu tubuh
4. Tanda-tanda vital pasien.
dalam batas 7. Kolaborasi : monitor
normal. pemeriksaan laboratorium
misal hb/ht.
4. Retensi urine Tujuan : Setelah 1. Monitor intake dan output
berhubungan dilakukan tindakan urine
dengan edema keperawatan selama 2. Monitor derajat distensi
uretra 3x24 jam diharapkan bladder
retensi urine berkurang 3. Monitor penggunaan obat
atau hilang antikolionergik
Kriteria Hasil: 4. Instruksikan pada pasien dan
1. Kandung kemih keluarga untuk mencatat
kosong secara output urine
penuh 5. Stimulasi refleks bladder
2. Tidak ada residu dengan kompres dingin pada
urine >100-200cc abdomen
3. Bebas dari ISK 6. Sediakan privacy untuk
4. Tidak ada spasme eliminasi
baladder 7. Kateterisasi jika perlu
5. Balance cairan 8. Monitor tanda dan gejala
seimbang ISK (panas, hematuria,
perubahan baud an
konsistensi urine).
5. Ansietas Tujuan : Setelah 1. Gunakan pendekatan
berhubungan dilakukan tindakan penenangan
dengan adaptasi keperawatan selama 2. Nyatakan dengan jelas
perubahan peran 3x24 jam diharapkan harapan terhadap pelaku
ansietas pada klien pasien
dapat teratasi 3. Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan
Kriteria Hasil: mengurangi rasa takut
1. Klien mampu 4. Pahami persepektif pasien
mengidentifikasi terhadap stress
dan 5. Dorong keluarga untuk
mengungkapkan menemani pasien
gejala cemas 6. Dorong paseeien untuk
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan,
mengungkapkan ketakutan,persepsi
dan menunjukkan 7. Instruksikan kepada pasien
teknik untuk untuk menggunakan teknik
mengontrol cemas relaksasi
3. TTV dalam batas
normal
4. Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
6. Ketidakefektifan Tujuan : Setelah 1. Berikan informasi mengenai
pemberian ASI dilakukan tindakan manfaat menyusui
keperawatan selama 2. Instruksikan posisi bayi saat
berhubungan
3x24 jam diharapkan menyusui yang bervarisi
dengan ASI tidak pemberian ASI dapat 3. Diskusikan cara untuk
keluar adekuat memfasilitasi perpindahan
ASI
Kriteria Hasil: 4. Instruksikan ibu untuk
1. Mengetahui dan memijat payudara apabila
paham tentang ASI tidak keluar
laktasi 5. Intruksikan ibu untuk
2. Mengenali isyarat melakukan perawatan
lapor bayi dengan paayudara
ibu segera 6. Instruksikan ibu untuk
mengindikasikan istirahat yang cukup dan diit
laoran terhadap yang seimbang
pemberian ASI
3. Tidak mengalami
nyeri tekan pada
putting
4. Mengenali tanda-
tanda penurunan
suplai ASI
4. Implementasi
Implementasi adalah serangkai kegiatan yang di lakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari status masalah kesehatan yang di hadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kreteria hasil yang di harapkan
(Gordon, 1994, dalam potter dan perry, 2010)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan sebagai
pengukuran dari keberhasilan rencana tindakan keperawatan. Hasil evaluasi dapat
berupa :
a. Tujuan tercapai
Jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan
b. Tujuan tercapai sebagian
Jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standart yang telah
ditetapkan
c. Tujuan tidak tercapai
Pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali bahkan
timbul masalah baru
DAFTAR PUSTAKA
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Perry& Potter. 2010. Fundamental Of Nursing Consep, Proces and Practice. Jakarta: EGC