Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

Dengue Haemoragic Fever (DHF)

A. Pengertian

DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus )

dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AEDES ( AEDES ALBOPICTUS dan

AEDES AEGEPTY )

B. Penyebab

Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan

nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dn Aedes Aegepty )

C. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :

- Meningkatnya suhu tubuh

- Nyeri pada otot seluruh tubuh

- Suara serak

- Batuk

- Epistaksis

- Disuria

- Nafsu makan menurun

- Muntah

- Ptekie

- Ekimosis

- Perdarahan gusi
- Muntah darah

- Hematuria masiv

- Melena

- Penurunan trombosit <100.000 / trombositopenia

D. Klasifikasi DHF menurut WHO

Derajat I

Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan ( uju

tourniquet positif )

Derajat II

Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.

Derajat III

Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( 20

mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi )

Derajat IV

Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur

E. Fase pada DHF

a. Fase demam

Gejala khas dari demam berdarah dengue (DBD) ataupun demam dengue

(DD) adalah demam tiba-tiba, sakit kepala (biasanya terletak di belakng

mata), nyeri otot dan nyeri sendi, serta ruam pada kulit.

Pada fase demam, seseorang mengalami demam tinggi, sering lebih dari

40°C dan disertai dengan nyeri umum dan sakit kepala; ini biasanya

berlangsung selama 2-7 hari. Terkadang juga disertai muntah. Ruan kulit
sebanyak 50-80% terjadi pada demam hari pertama atau kedua berupa

kulit yang memerah, atau bisa juga muncul pada demam hari 4-7, ruamnya

mirip campak. Bintik-bintik perdarahan atau ptekie dapat muncul pada

fase ini, juga bisa terjadi perdarahan ringan dari selaput lendir, mulut dan

hidung.

Demam pada DBD memiliki gambaran klasik yaitu biphasic; tinggi di

awal, turun pada hari 34 dan bisa demam lagi pada hari ke 5-6, meskipun

ada variasi yang berbeda; artinya pola demam seperti ini tidak selalu

muncul.

b. Fase kritis

Pada beberapa orang yang memiliki demam dengue, bisa masuk ke fase

kritis. Biasanya terjadi saat demam turun, yaitu pada demam hari ke 3-5.

Selama fase kritis inibisa terjadi penumpukan cairan pada rongga paru

(edema paru) dan penumpukan cairan pada rongga perut (acites) terjadi

karena peningkatan permiabilitas kapiler dan kebocoran plasma. Kondisi

ini dapat menyebabkan hipovolemia (rendahnya volume darah pada

pembuluh darah) dan shock (tensi turun drastis).

Selama fase demam berdarah kritis ini, terjadilah disfungsi organ dan

perdarahan berat, biasanya berasal dari saluran pencernaan. Syok pada

DBD dan perdarahan terjadi sekitar <5% dari seumua kasus demam

berdarah dengue. Namun orang-orang yang sebelumnya pernah terinfeksi

serotype virus dengue lainnya (infeksi sekunder), ternyata mereka malah


memiliki resiko lebih tinggi. Fase kritis terjadi relatif lebih sering pada

anak-anak dan dewasa muda.

c. Fase pemulihan

Ketika seseorang berhasil melewati fasse kritis, maka selanjutnya adalah

tahap pemulihan dengan resorpsi cairan ke dalam aliran darah. Fase ini

biasanya berlangsung 2-3 hari.

Pada tahap ini, seseorang terlihat lebih segar dan bugar, tetapi beberapa

ada yang mengalami parah gatal dan detak jantung rendah (bradikardi).

Pada fase pemulihan ini juga bisa muncul ruam yang lain, berupa bercak

kemerahan dengan atau tanpa penonjolan kulit, yang diikuti dengan

pengelupasan ringan pada kulit.

Jika digambarkan, ketiga fase demam berdarah tersebut menjadi seperti ini :

Keterangan gambar fase demam berdarah :


 Palatelet: trombosit atau keeping darah, bisa diperiksa dengan

pemeriksaan darah.

 Hematocrit: presentase sel darah merah terhadap volume darah total.

 Viremia: banyaknya jumlah virus dalam aliran darah.

 IgG/IgM; antibody tubuh yang melawan virus dengue, bisa diperiksa

dengan pemeriksaan darah.

F. Komplikasi

Komplikasi yang sering timbul adalah DDS (Dengue Syok Sindrome) yang

disebabkan oleh karena kebocoran dinding pembuluh darah sehingga cairan

atau serum elektrolit keluar dari pembuluh darah sampai menimbulkan

hypovolemia syok.

1. Efusi pleura

2. Asites

3. Sepsis

4. Kematian.

G. Pemeriksaan Diagnostik

- Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hemaokrit meningkat 20 % atau

lebih ) Thrombocitopeni ( 100. 000/ mm3 atau kurang )

- Serologi = Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test )

- Rontgen Thorac = Effusi Pleura

H. Pathways

Virus Dengue
Viremia

Hipertherm Hepatomegali Depresi Permebilitas


i Sumsum tulang kapiler
meningkat

Manifestasi
- Anoreksia perdarahan Permebilitas
- Muntah kapiler meningkat

Kehilangan plasma

Perubahan Kekurangan
Volume cairan Hipovolemia
Nutrisi kurang
Resiko tjd Efusi pleura
dari kebutuhan perdarahan Ascites
Resiko syok Hemokonsntrasi
hipovolemia

Perubahan perfusi
Syok
jaringan perifer

Kematian

I. Penatalaksanaan

 Medik

A. DHF tanpa Renjatan

- Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )

- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan

kompres

- Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak

<1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit

kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB (

anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB.


- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

B. DHF dengan Renjatan

- Pasang infus RL

- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20

– 30 ml/ kg BB )

- Tranfusi jika Hb dan Ht turun

 Keperawatan

1. Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam

- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam

- Observasi intik output

- Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital

tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½

liter – 2 liter per hari, beri kompres

- Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb,

Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat,

tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.

- Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2

pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi

productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.

2. Resiko Perdarahan

- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena

- Catat banyak, warna dari perdarahan

- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal


3. Peningkatan suhu tubuh

- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik

- Beri minum banyak

- Berikan kompres

J. Asuhan Keperawatan pada pasien DHF

Pengkajian

- Kaji riwayat Keperawatan

- Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda perdarahan , mual muntah,

tidak nafsu makan, nyeri ulu hai, nyeri otot dan tanda – tanda renjatan (

denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama

pada ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran )

Diagnose Keperawatan

1. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas kapiler , perdarahan, muntah, dan demam

2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah, tidak ada nafsu makan

4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksivirus

Perencanaan

1. Anak menunjukkan tanda – tanda terpenuhinya kebutuhan cairan

2. Anak menunjukkan tanda – tanda perfusi jaringan perifer yang

adekwat
3. Anak menunjukkan tanda – tanda vital dalam batas normal

4. Keluarga menunjukkan kekoping yang adaptif

Implementasi

1. Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan

- Mengobservasi tanda – tanda vital paling sedikit setiap 4 jam

- Monitor tanda – tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor

tidak elastis, ubun – ubun cekung, produktie urin menurun

- Mengobservasi dan mencatat intake dan output

- Memberikan hidrasi yang adekwat sesuai dengan kebutuhan tubuh

- Memonitor nilai laboratorium : elektrolit / darah BJ urin , serum

tubuh

- Mempertahankan intake dan output yang adekwat

- Memonitor dan mencatat berat badan

- Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam

- Mengurangi kehilangan cairan yang tidak telihat ( insesible water

loss / IWL )

2. Perfusi jaringan Adekuat

- Mengkaji dan mencatat tanda – tanda Vital ( kualitas dan

Frekwensi denyut nadi, tekanan darah , Cappilary Refill )

- Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ektremitas ( suhu ,

kelembaban dan warna )

- Menilai kemungkinan terjadinya kematian aringan pada

ekstremitas seperti dingin , neri , pembengkakan kaki )


3. Kebutuhan nutrisi adekuat

- Ijinka anak memakan makanan yang dapa ditoleransi anak.

Rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera

makan anak meningkat.

- Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk

meningkatkan kualitas intake nutrisi

- Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan

dengan teknik porsi kecil tetapi sering

- Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan

dengan skala yang sama

- Mempertahankan kebersihan mulut pasien

- Menjelaskan pentingnya intake nutirisi yang adekwat untuk

penyembuhan penyakit

4. Mempertahankan suhu tubuh normal

- Ukur tanda – tanda vital suhu tubuh

- Ajarkan keluarga dala pengukuran suhu

- Lakukan “ tepid sponge” ( seka ) dengan air biasa

- Tingkatkan intake cairan

- Berikan terapi untuk menurunkan suhu

K. Pencegahan DHF

Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan

cara:

- Rumah selalu terang


- Tidak menggantung pakaian

- Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya

minimal 4 hari sekali

- Kubur barang – barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat

terkumpulnya air hujan

- Tutup tempat penampungan air

Perencanaan pemulangan dan PEN KES

- Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan

tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak

- Jelaskan terapi yang diberikan, dosis efek samping

- Menjelaskan gejala – gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus

dilakukan untuk mengatasi gejala

- Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan


DAFTAR PUSTAKA

Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S

Purwo Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002.

Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC

Prinsip – Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 – 267


LAPORAN PENDAHULUAN
DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

Oleh :
Dwi Bagus Setyawan
18.30.014

PROGRAM STUDI NERS


STIKES KEPANJEN PEMKAB MALANG
2018

Anda mungkin juga menyukai