(CA COLON)
DISUSUN OLEH:
Nama: Nursarpah Tuahena
NPM: 1420117407
Kelas: Pagi
Semester: 5
PRODI KEPERAWTAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah - Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Penyakit
CA COLON ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga Saya
berterima kasih pada Ibu Dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini
saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Penyakit Kolon. saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI
Cover Depan
Kata Pengantar
BAB 1 Pendahuluan
A. Latar
Belakanag........................................................................................................................i
B. Tujuan.........................................................................................................................ii
C. Sasaran.........................................................................................................................
D. Metode..........................................................................................................................
A. Pengertian......................................................................................................................
B. Anatomi/fisiologi...........................................................................................................
C. Manifestasi klinis...........................................................................................................
D. Etiologi...........................................................................................................................
E. Klarifikasi.......................................................................................................................
F. Pathway...........................................................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PEMDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar relative umum. Pada
kenyataanya kanker kolon sekarang adalah tipe paling umum kedua dari kanker internal di
Amerika Serikat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di diagnosis di
Negara ini setiap tahunya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar
dibandingkan kanker rectal.
Insidenya meningkat sesuai dengan usia ( kebanyakan pada pasien yang berusia lebih
dari 55 tahun ) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami kanker
kolon, penyakit usus inflamasi kro
nis atau polip. Perubahan pada persentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir. Insiden
kanker pada sigmoid dan area rectal telah menurun, sedangkan insiden pada kolon asenden
dan desenden meningkat.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunya, kira-kira setengah dari jumlah
tersebut meninggal setiap tahunya meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat
diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di
bawah 5 tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan
adanya metastase. Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari
bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau
perdarahan rectal.(Brunner & Suddarth : 2002)
B. Tujuan Penelitian
Keluarga pasien dan pasien mampu memahami pengertian, etiologi, klasifikasi atau
macam-macam, tanda gejala, pathway, penatalaksanaan, pengkajian, dan diagnosa
keperawatan serta intervensi dari kanker kolon.
C. Rumusan masalah
a. Apa pengertian dari kanker kolon?
b. Bagaimana etiologi dari kanker kolon?
c. Apa saja klasifikasi atau macam-macam dari kanker kolon?
d. Apa Manifestasy klinik dari kanker kolon?
e. Bagaimana pathway dari kanker kolon?
f. Bagaimana pemeriksaan penunjang kanker kolon?
g. Bagaimana pengkajian dari kanker kolon?
h. Apa diagnosa keperawatan dan intervensi kanker kolon?
D. Sasaran
Makalah ini ditunjukan pada pasien dan keluarga pasien
E. Metode
Metode yang saya pakai dalam makalah ini yaitu metode CERAMAH
BAB II
TINJAUAN KASUS
a. Proses mekanis, yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu lidah serta peremasan
makanan yang terjadi didalam lambung.
b. Proses kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh enzim-enzim pencernaan
dengan mengubah makanan yang ber-molekul besar menjadi molekul yang berukuran
kecil.Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan berada di dalam mulut hingga
proses pengeluaran sisa-sisa makanan hasil pencernaan. Adapun proses pencernaan makanan
meliputi hal-hal berikut:
Makanan yang kita makan tidak dapat langsung diserap dan digunakan oleh alat-alat
tubuh kita. Agar dapat diserap oleh sel-sel jonjot usus, makanan harus dicerna terlebih dahulu
oleh alat-alat pencernaan. Organ-organ yang membentuk saluran pencernaan terdiri dari:
1. Mulut
Makanan pertama kali masuk ke dalam tubuh melalui mulut.
Makanan ini mulai dicerna secara mekanis dan kimiawi. Di dalam
mulut, terdapat beberapa alat yang berperan dalam proses pencernaan yaitu gigi, lidah, dan
kelenjar ludah.
a. Gigi
Pada manusia, gigi berfungsi sebagai alat pencernaan mekanis. Di sini, gigi membantu
memecah makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Hal ini akan membantu
enzim-enzim pencernaan agar dapat mencerna makanan lebih efisien dan cepat. Selama
pertumbuhan dan per-kembangan, gigi manusia mengalami perubahan dan perkembangan,
gigi manusia mengalami perubahan, mulai dari gigi susu dan gigi tetap (permanen). Gigi
pertama pada bayi dimulai saat usia 6 bulan. Gigi pertama ini disebut gigi susu (dens
lakteus). Pada anak berusia 6 tahun, gigi berjumlah 20, dengan susunan sebagai berikut: Gigi
seri (dens insisivus), berjumlah 8 buah, berfungsi memotong makanan. Gigi taring (dens
caninus), berjumlah 4 buah, berfungsi merobek makanan. Gigi geraham kecil (dens
premolare), berjumlah 8 buah, berfungsi mengunyah makanan. Struktur luar gigi terdiri atas
bagian-bagian berikut:
b. Lidah
Lidah dalam sistem pencernaan berfungsi untuk membantu mencampur dan menelan
makanan, mempertahankan makanan agar berada di antara gigi-gigi atas dan bawah saat
makanan dikunyah serta sebagai alat perasa makanan. Lidah dapat berfungsi sebagai alat
perasa makanan karena mengandung banyak reseptor pengecap atau perasa. Lidah tersusun
atas otot lurik dan permukaannya dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung
kelenjar lendir (mukosa).
Sebagai indera pengecap, pada permukaan lidah terdapat badan sel saraf perasa
(papila). Ada tiga bentuk papila, yaitu:
Papila fungiformis
Papila filiformis
Papila serkumvalata
c. Kelenjar ludah
Terdapat tiga pasang kelenjar ludah di dalam rongga mulut, yaitu sebagai berikut.
1. Glandula parotis, kelenjar air liur dekat telinga. Kelenjar ini menghasilkan getah hanya
berbentuk air.
Air ludah berperan penting dalam proses perubahan zat makanan secara kimiawi yang
terjadi di dalam mulut. Setelah makanan dilumatkan secara mekanis oleh gigi, air ludah
berperan secara kimiawi dalam proses membasahi dan membuat makanan menjadi lembek
agar mudah ditelan. Ludah terdiri atas air (99%) dan enzim amilase. Enzim ini meng-
uraikan pati dalam makanan menjadi gula sederhana (glukosa dan maltosa).
Faring merupakan penghubung rongga mulut dengan kerongkongan. Berasal dari bahasa
yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang. Keatas bagian depan
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan
tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus
fausium.
Kerongkongan merupakan saluran panjang (± 25 cm) yang tipis sebagai jalan bolus
dari mulut menuju ke lambung. Fungsi kerongkongan ini sebagai jalan bolus dari mulut
menuju lambung. Bagian dalam kerongkongan senantiasa basah oleh cairan yang dihasilkan
oleh kelenjar-kelenjar yang terdapat pada dinding kerongkongan untuk menjaga agar bolus
menjadi basah dan licin. Keadaan ini akan mempermudah bolus bergerak melalui
kerongkongan menuju ke lambung. Bergeraknya bolus dari mulut ke lambung melalui
kerongkongan disebabkan adanya gerak peristaltik pada otot dinding kerongkongan.
4. Lambung
b. Bagian tengah disebut fundus, merupakan bagian badan atau tengah lambung.
Daerah perbatasan antara lambung dan kerongkongan terdapat otot sfinkter kardiak yang
secara refleks akan terbuka bila ada bolus masuk. Sementara itu, dibagian pilorus terdapat
otot yang disebut sfinkter pilorus. Otot-otot lambung ini dapat berkontraksi seperti halnya
otot-otot kerongkongan. Apabila otot-otot ini berkontraksi, otot-otot tersebut menekan,
meremas, dan mencampur bolus-bolus tersebut menjadi kimus (chyme).
5. Usus Halus
Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang panjangnya sekitar 6–8 meter,
lebar 25 mm dengan banyak lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini
berfungsi memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses penyerapan
makanan. Lakukan eksperimen berikut untuk mengetahui pengaruh lipatan terhadap proses
penyerapan. Usus halus terbagi menjadi tiga bagian seperti berikut.
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua
dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus
kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas
jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan
jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
b. Getah Pankreas
Getah pankreas dihasilkan di dalam organ pankreas. Pankreas ini berperan sebagai
kelenjar eksokrin yang menghasilkan getah pankreas ke dalam saluran pencernaan dan
sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon insulin..
c. Getah Usus
Pada dinding usus halus banyak terdapat kelenjar yang mampu menghasilkan getah
usus. Getah usus mengandung enzim-enzim seperti berikut.
6. Usus Besar
Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri atas kolon ascendens,
kolon transversum, dan kolon descendens. Di antara intestinum tenue (usus halus) dan
intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada ujung sekum terdapat
tonjolan kecil yang disebut appendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darah putih yang
berperan dalam imunitas. Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong ke bagian belakang
dengan gerakan peristaltik. Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam mineral
yang diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral kemudian diabsorpsi kembali oleh
dinding kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1 sampai 4
hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri
Escherichia coli, yang mampu membentuk vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan gerakan
peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir dari pencernaan
yaitu rektum dan akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus.
a. Gastritis
Artinya adalah peradangan mukosa lambung. Gangguan ini umum terjadi, terutama
pada orang yang berusia lanjut. Gastritis menimbulkan peradangan yang tidak begitu
berbahaya, tetapi berlangsung lama sehingga menyebabkan rusaknya mukosa lambung
b. Konstipasi
Gangguan ini berarti lambatnya pergerakan feses melalui usus besar dan sering
dihubungkan dengan jumlah feses yang kering dank eras pada kolon yang menumpuk karena
lamanya waktu penyerapan cairan.
c. Pankreasitis
Merupakan peradangan dan ini dapat terjadi baik dalam bentuk pankreasitis akut
(berlangsung cepat dan parah) maupun pankreasitis kronis (berlangsunglama)
d. Diare
Diare terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang usus besar.
Pada diare, infeksi paling luas terjadi pada usus besar dan pada ileum. Dimanapun infeksi
terjadi, mukosa akan teriritasi secara luas sehingga kecepatan sekresinya sangat tinggi.
3. Kelenjar Pencernaan
Hati merupakan kelenjar terbesar dan terpenting dalam tubuh. Hati terdiri atas dua
lobus. Setiap lobus memiliki saluran untuk mengangkut cairan empedu, yakni duktus
hepatikus. Fungsi hati adalah :
2. Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar yang besifat endokrin dan eksokrin. Bersifat endokrin
karena menghasilkan hormone insulin dan hormone glukogen yang dimasukkan ke darah.
Bersifat eksokrin karena menghasilkan enzim pencernaan. Keluarnya enzim dari pankreas
karena dipengaruhi oleh enzim pankreozimin. Pankreas menghasilkan enzim-enzim
pencernaan sebagai berikut:
a. Tripsinogen, diaktifkan oleh enzim enterokinase menjadi tripsin. Tripsin berfungsi
mengubah polipeptida menjadi peptida.
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal / neoplasma yang
muncul dari jaringan epithelial dari kolon ( Haryono, 2010)
Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di kolon. Kanker kolon atau kanker
usus besar atau disebut juga kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker ganas yang
tumbuh pada permukaan usus besar (kolon).
Kanker usus besar adalah kanker yang amat dipengaruhi lingkungan dan gaya hidup.
penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui
sampai tingkat yang lebih parah. ( Price, Sylvia : 2005)
Dari beberapa pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa kanker kolon
adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan
sehat di sekitar kolon (usus besar).
B. Anatomy/fisiologi
Makanan yang mengandung zat kimia menyebabkan kanker pada usus besar.
Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut, yang mempercepat usus
besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak trutama lemak hewan dari
daging merah, menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya
kanker di dalam usus besar.Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam
jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalamusus besar. Beberapa
kelommpok menyarankan diet yang mengandung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran &
buah-buahan (e.g Mormons, seventh Day Adventists).
Makanan yang harus di hindari : Daging merah, lemak hewan, makanan berlemak,
daging atau ikan goreng panggang, karbohidrat yang di saring (example: sari yang di
saring).
Makanan yang harus di konsumsi Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya
Craciferous Vegetables dari golongan kubis (seperti brokoli, brussels sprouts), butir
padi yang utuh, cairan cukupterutama air.
2) Kelainan kolon
3) Genetik
Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai
frekuensi 3½ kali lebih banyak dari pada anak-anak yang orang tuanya sehat
E. Klasifikasi
G. Pemerksaan penunjang
1.,Endoskopi: Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi.
2. Radiologis: Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto dada dan
foto kolon ( barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas
keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini menggambarkan adanya kebuntuan
pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil
kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum di lakukan
setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
3. Computer Tomografi (CT): Membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit.
Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah
metastasis.
4. Kasus
Tn. F (31 tahun) datang ke RS dengan keluhan nyeri perut bagian kiri nyeri bertambah saat
posisi tidur saja, nyeri berkurang jika dipakai jalan – jalan, nyeri terasa seperti ditusuk –
tusuk, skala 4 hilang timbul Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
diagnostik abdomen klien didiagnosa kanke rkolon dan harus menjalani operasi colostomi
permanen.Kemudian klien dirawat di ruang perawatan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) BIODATA
Nama : Tn. F
Jenis Kelamin : laki - laki
Umur : 31 tahun
Status Perkawinan : nikah
Pekerjaan : swasta
Agama : islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : pasuruan
No. Register : 111232xxx
Tnaggal MRS : 03 – 01 - 2020
Tanggal Pengkajian : 06- 01- 2020
2) Data biologis/Psiologi
B. GENOGRAM
- - - - - - - - - - - - - - -- - - -- -
S-
-
- - - - - - - - - --
C. POLA ELEMINASI
1. BAB : 1x / hari
2. BAK : 5 – 6 x / hari
3. Kesulitan BAB / BAK : -
4. Upaya / cara mengatasi masalah tersebut : -
5) DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan beribadah : pasien sholat 5 waktu
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit : pasien percaya sakitnya disebabkan pola makan dan
minum saat di rumah
C. Keyakinan terhadap penyembuhan : pasien yakimn akan sembuh setelah oprasi nanti
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi: tidak ada pembengkakan
b. Lubang hidung : simetris
c. Cuping hidung : tidak ada
4. Telinga
a. Bentuk telinga : simetris
Ukuran telinga : normal, simetris
Ketegangan telinga : normal
b. Lubang telinga : bersih, tidak ada serumen
c. Ketajaman pendengaran : normal, pasien menjawab pertanyaan dengan benar
6. Leher
a. Posisi trakhea : simetris
b. Tiroid : tidak ada pembesaran
c. Suara : bersih
d. Kelenjar lymphe : tidak ada pembesaran
e. Vena jugularis : tidak ada pembesaran
f. Denyut nadi Carotis : teraba
H. Pemeriksaan neorologi
1. Tingkat kesadaran (secara kualitatif) : compos metis
2. Tanada – tanda rangsangan otak ( meningeal sign) : tidak ada nyeri kepala
3. Tingkat kesadaran (secara kwantitatif) / GCS : 456
4. Fungsi motorik : baik
5. Fungsi sensorik : baik
6. Reflek:
a) Reflek fisiologis : < 450
b) Reflek patologis : babinsky (-)
B. ANALISA DATA
Nama pasien : Tn. F
Umur : 31 tahun
No. Reg : 111232xx
DATA PENUNJANG MASALAH ETIOLOGI
1. Ds: pasien mengatakan nyeri Nyeri insisi pembedahan, trauma
perut kiri muskuloskletal, kehancuran
P : nyeri bertambah saat posisi yang terus-menerus
tidur saja, nyeri berkurang jika
dipakai jalan - jalan
Q : seperti ditusuk – tusuk
R : perut kiri
S : skala 3
T : hilang timbul
Do: pasien mengeluh sakit
pasien memegangi perut kiri
- wajah grimace
- TD : 120 / 80 mmHg
S : 36,5 0 C
N : 90 x / menit
RR : 20 x / menit
d
2. Ds: pasien mengatakan Kerusakan integritas kulit Tindakan keprawatan
dipasang kantong colostomi
Do:
- terpasang kantong colostomi
- luka colostomi bersih
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. F
Umur : 31 tahun
No. Reg : 111232xx
No Tanggal Rumusan diagnosa kep.
1) 06-01- 2020 Nyeri b/d insisi pembedahan, trauma
muskuloskletal, kehancuran yang terus-
menerus
2) 06-01- 2020 Kerusakan integritas kulit b/d tindakan
keperawatan.
3) 06-01- 2020 Kwtidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual / muntah
08/02/2020 S:-
08/02/2020
S: Pasien sudah tidak mengeluh mual dan muntah lagi
01:04 O: pasien tampak senang
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
S: “biar tidak bau
BAB 4
TERAPI KOMPLEMENTER
p-ISSN: 2085-675X
e-ISSN: 2354-8770
Abstrak
Untuk mengetahui penggunaan jamu sebagai terapi komplementer pada dokter praktek jamu,
dilakukan penelitian potong lintang, non intervensi pada pasien dokter praktik jamu komplementer-
alternatif di rumah sakit, Puskesmas, dan praktik mandiri pada jejaring dokter di Indonesia. Evaluasi
dilakukan selama 10 bulan dengan menggunakan rekam medik dokter praktek jamu serta program
entri pada website Badan Litbangkes. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif menggunakan
perangkat lunak SPSS versi 19.0. Diperoleh 71 pasien kanker dengan total 129 kunjungan, bervariasi
antara 1-4 kali kunjungan per pasien. Jenis tumor/kanker terbanyak ditemukan organ payudara (32%).
Dari 71 pasien tumor/kanker, 80,3% menerima terapi jamu; 14,1% menerima terapi kesehatan
konvensional dan jamu; 2,8% menerima terapi konvensional jamu dan kesehatan tradisional; 1,4%
menerima terapi jamu dan kesehatan tradisional. Terapi konvensional meliputi
kemoterapi/antikanker, analgetik/antiinflamasi, antibiotik, obat lambung, asam tranexamat, vitamin
dan obat hormonal. Vitamin merupakan terapi konvensional yang terbanyak digunakan, disusul
analgetik/antiinflamasi. Untuk terapi jamu (ramuan), komponen yang paling sering diberikan adalah
kunyit putih dan rumput mutiara. Ramuan dengan komponen yang sama diberikan oleh 8 dokter yang
berbeda, yaitu rumput mutiara, kunyit putih dan bidara upas. Terdapat 51,4% pasien datang dengan
kualitas hidup baik, 40% sedang dan 8,6% buruk. Setelah mendapat 3 modalitas terapi, terdapat
79,6% pasien yang mengalami perbaikan kualitas hidup dan 20,4% yang kualitas hidupnya menetap.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan flora nomor 2 di dunia, memiliki berbagai
macam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat termasuk untuk pengobatan kanker.
Akan tetapi dalam pemakaian tumbuhan untuk pengobatan masih rendah bila dibandingkan
dengan beberapa negara Asia, terutama dalam hal pemakaian tumbuhan obat yang
1
terintegrasikan dalam pelayanan kesehatan formal.
Diberbagai belahan dunia tumbuhan obat telah banyak digunakan untuk pengobatan
kanker, baik sebagai pencegahan maupun pengobatan. Tanaman yang digunakan adalah yang
mengandung senyawa atau substansi seperti karotenoid, vitamin C, selenium, serat dan
komponen-komponennya, dithiolthiones, isotiosianat, indol, fenol, inhibitor protease,
senyawa aliin, fitisterol, fitoestrogen dan limonen. Glukosianalat dan indol, tiosianat dan
isotiosianat, fenol dan kumarin dapat menginduksi multiplikasi enzim fase II (melarutkan dan
umumnya mengaktivasi). Asam askorbat dan fenol memblok pembentukan karsinogen seperti
nitro-samine.Flavonoid dan karotenoid bertindak sebagai antioksidan. Karotenoid dan sterol
mengubah struktur membran atau integritas. Senyawa yang mengandung sulfur dapat
menekan DNA dan sintesis protein, sedangkan fitoestrogen bersaing dengan estradiol untuk
2
reseptor estrogen sehingga akan terjadi keadaan anti proliperatif.
Penyakit kanker juga menyebabkan beban pembiayaan negara sangat tinggi. Hal ini dapat
diketahui dari data Jamkesmas yang menunjukkan bahwa pemanfaatan dana Jamkesmas
paling tinggi penyerapannya untuk penanganan penyakit kanker dibandingkan dengan
6
penyakit degeneratif lainnya. Pengobatan kanker yang baik harus memenuhi fungsi
menyembuhkan (kuratif), mengurangi rasa sakit (paliatif) dan mencegah timbulnya kembali
6
(preventif). Pengobatan komplementer alternatif adalah salah satu pelayanan kesehatan yang
7
akhir-akhir ini banyak diminati oleh masyarakat maupun kalangan kedokteran konvensional.
Untuk mengetahui penggunaan jamu sebagai terapi komplementer pada dokter praktek
jamu, dilakukan analisis untuk mengetahui komponen jamu yang digunakan sebagai terapi
komplementer kanker, perbaikan kualitas hidup, serta efek samping yang timbul pada pasien
tumor/kanker dengan terapi komple-menter alternatif. Berdasarkan analisis ini, ditemukan
adanya perubahan quality of life (QoL) dan efek samping yang terjadi. Hasil studi ini
merupakan unit analisis dari penelitian jamu registry yang telah dilakukan Badan Litbang
Kesehatan Kementerian Kesehatan pada tahun 2014.
METODE
Desain penelitian ini adalah potong lintang non intervensi. Populasi merupakan pasien
tumor/kanker pada dokter praktik jamu di Rumah Sakit, Puskesmas, dan praktik mandiri yang
berada pada jejaring dokter di 7 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Banten, Jabar, Jateng, Jatim,
3
Bali dan Sulsel. Kriteria inklusi responden meliputi pasien tumor/kanker yang berobat pada
dokter praktik jamu yang mengobati pasiennya secara komplementer-alternatif. Kriteria
eksklusi responden adalah pasien dengan diagnosis selain tumor/kanker.
Lokasi penelitian bertempat di Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik Jamu, praktek bersama,
dan praktik mandiri dimana terdapat dokter praktik secara komplementer-alternatif di DKI
Jakarta, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Bali dan Sulsel. Perangkat penelitian yang digunakan
berupa rekam medik dokter praktek jamu dan template pada website Pusat Teknologi
3
Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik.
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Badan Litbangkes No.LB.02.01/5.2/KE.118/2014. Pengum-pulan data dilakukan dengan
pengisian catatan medik pasien oleh dokter praktek jamu (tanpa intervensi). Catatan medik
berisi karakteristik pasien; anamnesis keluhan, riwayat pengobatan, riwayat penyakit
dahulu, riwayat penyakit keluarga, penyakit sistem organ; pemeriksaan fisik dan penunjang;
diagnosis holistik meliputi emik dan etik; penilaian kualitas hidup; penatalaksanaan
meliputi terapi konvensional, kesehatan tradisional, dan jamu. Pada kuesioner follow up
ditambahkan catatan kejadian tidak diinginkan setelah minum jamu meliputi keluhan yang
timbul. Selanjutnya dilakukan pengiriman catatan medik pasien ke Pusat Jamu Registry di
website. Evaluasi dilakukan setiap bulan selama 10 bulan dan diperoleh registri jamu untuk
10 penyakit. Data pasien tumor/kanker yang diperoleh dilakukan analisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian Jamu Registry ini diperoleh 71 pasien tumor/kanker dengan total 129
kunjungan yang bervariasi antara 1 sampai 4 kali kunjungan. Kunjungan I = 57,3%,
kunjungan II = 24,2 %, kunjungan III = 11,3 % dan kunjungan IV = 7,3%. Terjadi penurunan
jumlah kunjungan sejak kunjungan pertama ke kunjungan berikutnya, hal ini mungkin terjadi
karena pasien merasakan ada perbaikan pada kualitas hidupnya sehingga merasa tidak perlu
berobat lagi. Hal ini tampak pada penilaian quality of life (QoL) akhir yang membaik
sejumlah 79,6% dan tidak satupun pasien yang mengalami memburuknya kondisi pada QoL
akhir. Dalam pengobatannya, konsep yang digunakanolehdokterpraktik
1. Buah zaitun
2. Buah delima merah
3. Manggis
4. Tomat
Keempat bah tersebut sangat dipercaya masyarakat untuk menyembuhkan penyakit kangker
usus. Karena keempat buah tersebut yang menghasilkan senyawa polifenol yaitu
Hidroksitirosol, dimana senyawa ini memiliki sifat sebagai anti-proliferasi yang dapat
meningkatkan aktivitas kematian sel kanker secara terprogram sehingga sel-sel kanker dapat
mati dengan sendirinya atau yang dikenal sebagai aktifitas apoptosis sehingga sangat ampuh
menumpas kanker usus.
No.1074, 2017.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2017 Tentang Pelayanan
Kesehatan Tradisional
Menimbang :
b. bahwa untuk mencapai hasil pelayanan kesehatan yang optimal, salah satunya dilakukan
dengan cara mengintegrasikan pelayanan kesehatan tradisional dan pelayanan kesehatan
konvensional di fasilitas pelayanan kesehatan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014
tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi; (www.peraturan.go)
BAB 5
MANAJEMEN NYERI
Manajemen nyeri bertujuan untuk membantu pasien dalam mengontrol nyeri ataupun
mengatur nyeri secara optimal. Tak hanya itu, manajemen nyeri juga berguna untuk
mengurangi resiko lanjut dari efek samping nyeri tersebut, yang pada akhirnya pasien mampu
mengontrol ataupun nyeri yang dirasa tersebut hilang.
a. Nyeri akut Nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara. Nyeri ini ditandai
dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti : takikardi, hipertensi, hiperhidrosis, pucat dan
midriasis dan perubahan wajah : menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa:
1. Nyeri somatik luar : nyeri tajam di kulit, subkutis dan mukosa
2. Nyeri somatik dalam : nyeri tumpul pada otot rangka, sendi dan jaringan ikat
b. Nyeri kronik Nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa tanda2 aktivitas otonom
kecuali serangan akut. Nyeri tersebut dapat berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah 5
penyembuhan luka (penyakit/operasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan. Nyeri ini disebabkan oleh :
Salah satu fungsi sistem saraf yang paling penting adalah menyampaikan informasi
tentang ancaman kerusakan tubuh. Saraf yang dapat mendeteksi nyeri tersebut dinamakan
nociception. Nociception termasuk menyampaikan informasi perifer dari reseptor khusus
pada jaringan (nociseptors) kepada struktur sentral pada otak. Sistem nyeri mempunyai
beberapa kompone
a. Reseptor khusus yang disebut nociceptors, pada sistem saraf perifer, mendeteksi
dan menyaring intensitas dan tipe stimulus noxious.
c. Kornu dorsalis medulla spinalis adalah tempat dimana terjadi hubungan antara serat
aferen primer dengan neuron kedua dan tempat kompleks hubungan antara lokal eksitasi dan
inhibitor interneuron dan traktus desenden inhibitor dari otak.
Kompres dingin
Analgetic ointments
Contralateral stimulation, yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan area
nyeri
2) Distraksi
Merupakan teknik reduksi nyeri dengan mengalihkan perhatian kepada hal lain
sehingga kesadaran terhadap nyerinya berkurang. Teknik distraksi dapat dilakukan
diantaranya dengan cara :
Penyebab nyeri
Berat-ringannya nyeri
Lokasi nyeri
4). Relaksasi
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa
keuntungan, antara lain :
Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stres.
Menurunkan nyeri
Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri
2. Terdapat 3 jenis manajemen nyeri yang dipakai dalam kasus di atas (CA COLON)
1) Relaksasi
Dalam kasus diatas, tekhnik manajemen nyeri yang saya ambil yang pertama ada
relaksasi, adapun cara relaksasi antara lain:
Anjurkan kalien Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi
kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebut
Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan - lahan, pada
saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk
mengkonsentrasikan pikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
Ajurkan klien Ulangi langkah diatas dan konsentrasikan pikiran pada lengan, perut,
punggung dan kelompok otot-otot yang lain.
Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri
menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
2) Dikstraksi
Dalam kasus diatas, tekhnik manajemen nyeri yang saya ambil yang kedua ada
dikstraksi, dimana tekhnik ini kita mengalihkan perhatian klien pada saat kita sedang
melakukan tindakan keperawatan
Dalam kasus diatas, tekhnik manajemen nyeri yang saya ambil yang kedua ada
stimulus kutenus, dimana tekhnik ini kita melakukan stimulasi pada kulit untuk
menghilangkan nyeri. Dengan cara kita bisa mengelus- mengelus daerah yang merasakan
nyeri, dan juga kita bisa melakukan kompres dingin.
DAFTAR PUSTAKA
https://docplayer.info/43258491-Bab-i-pendahuluan-a-latar-belakang.html
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/anatomi-sistem-pencernaan/
https://docplayer.info/60216811-Laporan-pendahuluan-ca-colon.html
http://endangtrikurnia.blogspot.com/2015/11/makalah-kanker-kolon.html
http://mettaadnyana.blogspot.com/2014/02/makalah-sistem-pencernaan-manusia.html
file:///C:/Users/USER/Desktop/BHAYU%20BANGKIT%20ARAFAT%20BAB%20II.pdf
https://id.scribd.com/doc/120767836/Askep-CA-Colon-Mnggu-3-Fixxx
http://www.galeripustaka.com/2013/03/manajemen-nyeri.html
https://www.kompasiana.com/pamela1999/5b2dd32516835f2683593682/khasiat-tanaman-alami-
penumpas-kanker-usus-besar?page=all
https://media.neliti.com/media/publications/105468-ID-jamu-pada-pasien-tumorkanker-sebagai-
ter.pdf
https://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk372017.pdf