Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH SISTEM PENCERNAAN

(CA COLON)

DISUSUN OLEH:
Nama: Nursarpah Tuahena
NPM: 1420117407
Kelas: Pagi
Semester: 5

PRODI KEPERAWTAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan  hidayah - Nya saya dapat menyelesaikan  makalah tentang Penyakit
CA COLON ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga Saya
berterima kasih pada Ibu Dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini
saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam  rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Penyakit Kolon. saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam  makalah  ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap  adanya  kritik, saran dan  usulan demi perbaikan  makalah yang telah  saya buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
 Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan  yang telah disusun  ini dapat  berguna bagi saya maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan  saya memohon kritik dan saran yang membangun demi  perbaikan di
masa depan.

Ambon 4 februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Cover Depan

Kata Pengantar

BAB 1 Pendahuluan

A. Latar
Belakanag........................................................................................................................i

B. Tujuan.........................................................................................................................ii

C. Sasaran.........................................................................................................................

D. Metode..........................................................................................................................

BAB II Tinjauan Kasus

A. Pengertian......................................................................................................................

B. Anatomi/fisiologi...........................................................................................................

C. Manifestasi klinis...........................................................................................................

D. Etiologi...........................................................................................................................

E. Klarifikasi.......................................................................................................................

F. Pathway...........................................................................................................................

G. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................

BAB III Asuhan Keperawatan

BAB 4 Terapi Komplementer

BAB 5 Manajemen Nyeri

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PEMDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saluran pencernaaan ( gastrointestinal,IG) dimulai dari mulut sampai anus, fungsi


saluran pencernaan adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan, mencerna makanan,
serta penyerapan gizi yang penting bagi tubuh kita untuk hidup dan tumbuh. Saluran
pencernaan berawal daro mulut, dan berlanjutke esofagus dan lambung. Makanan disimpan
sementara dilambung sampai dialurkan keusus halus. Dari usus halus kemudian masuk ke
usus besar yang terdiri dari kolon dan rectum. (Elizabeth J. corwin 2009)

Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar relative umum. Pada
kenyataanya kanker kolon sekarang adalah tipe paling umum kedua dari kanker internal di
Amerika Serikat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di diagnosis di
Negara ini setiap tahunya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar
dibandingkan kanker rectal.
             Insidenya meningkat sesuai dengan usia ( kebanyakan pada pasien yang berusia lebih
dari 55 tahun ) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami kanker
kolon, penyakit usus inflamasi kro
nis atau polip. Perubahan pada persentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir. Insiden
kanker pada sigmoid dan area rectal telah menurun, sedangkan insiden pada kolon asenden
dan desenden meningkat.
             Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunya, kira-kira setengah dari jumlah
tersebut meninggal setiap tahunya meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat
diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di
bawah 5 tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan
adanya metastase. Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari
bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau
perdarahan rectal.(Brunner & Suddarth : 2002)

B. Tujuan Penelitian
Keluarga pasien dan pasien mampu memahami pengertian, etiologi, klasifikasi atau
macam-macam, tanda gejala, pathway, penatalaksanaan, pengkajian, dan diagnosa
keperawatan serta intervensi dari kanker kolon.
C. Rumusan masalah
a. Apa pengertian dari kanker kolon?
b.  Bagaimana etiologi dari kanker kolon?
c.   Apa saja klasifikasi atau macam-macam dari kanker kolon?
d.  Apa Manifestasy klinik dari kanker kolon?
e.   Bagaimana pathway dari kanker kolon?
f.   Bagaimana pemeriksaan penunjang kanker kolon?
g.   Bagaimana pengkajian dari kanker kolon?
h.   Apa diagnosa keperawatan dan intervensi kanker kolon?

D. Sasaran
Makalah ini ditunjukan pada pasien dan keluarga pasien

E. Metode
Metode yang saya pakai dalam makalah ini yaitu metode CERAMAH
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. PEMBAHASAN SYSTEM PENCERNAAN

1  Organ Pencernaan Pada Manusia

Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan


dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta kelenjarnya
merupakan kesatuan system pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan-bahan
makanan menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam tubuh. Berdasarkan prosesnya,
pencernaan makanan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: proses mekanis dan proses
kimiawi.

a. Proses mekanis, yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu lidah serta     peremasan
makanan yang terjadi didalam lambung.

b. Proses kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh enzim-enzim pencernaan
dengan mengubah makanan yang ber-molekul besar menjadi molekul yang berukuran
kecil.Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan berada di dalam mulut hingga
proses pengeluaran sisa-sisa makanan hasil pencernaan. Adapun proses pencernaan makanan
meliputi hal-hal berikut:

 Ingesti: pemasukan makanan kedalam tubuh melalui mulut.


 Mastikasi: proses mengunyah makanan oleh gigi.
 Deglutisi: proses menelan makanan di kerongkongan.
 Digesti: pengubahan makanan menjadi molekul yang lebih sederhana dengan  bantuan
enzim, terdapat di lambung.
 Absorpsi: proses penyerapan, terjadi di usus halus.
 Defekasi: pengeluaran sisa makanan yang sudah tidak berguna untuk tubuh melalui
anus.

            Makanan yang kita makan tidak dapat langsung diserap dan digunakan oleh alat-alat
tubuh kita. Agar dapat diserap oleh sel-sel jonjot usus, makanan harus dicerna terlebih dahulu
oleh alat-alat pencernaan. Organ-organ yang membentuk saluran pencernaan terdiri dari:

1. Mulut
Makanan pertama kali masuk ke dalam tubuh melalui mulut.
Makanan ini mulai dicerna secara mekanis dan kimiawi. Di dalam
mulut, terdapat beberapa alat yang berperan dalam proses pencernaan yaitu gigi, lidah, dan
kelenjar ludah.

a. Gigi

Pada manusia, gigi berfungsi sebagai alat pencernaan mekanis. Di sini, gigi membantu
memecah makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Hal ini akan membantu
enzim-enzim pencernaan agar dapat mencerna makanan lebih efisien dan cepat. Selama
pertumbuhan dan per-kembangan, gigi manusia mengalami perubahan dan perkembangan,
gigi manusia mengalami perubahan, mulai dari gigi susu dan gigi tetap (permanen). Gigi
pertama pada bayi dimulai saat usia 6 bulan. Gigi pertama ini disebut gigi susu (dens
lakteus).  Pada anak berusia 6 tahun, gigi berjumlah 20, dengan susunan sebagai berikut: Gigi
seri (dens insisivus), berjumlah 8 buah, berfungsi memotong makanan. Gigi taring (dens
caninus), berjumlah 4 buah, berfungsi merobek makanan. Gigi geraham kecil (dens
premolare), berjumlah 8 buah, berfungsi mengunyah makanan. Struktur luar gigi terdiri atas
bagian-bagian berikut:

 Mahkota gigi (corona) merupakan bagian yang tampak dari luar.


 Akar gigi (radix) merupakan bagian gigi yang tertanamdi dalam rahang.
 Leher gigi (colum) merupakan bagian yang terlindung oleh gusi.

b. Lidah

Lidah dalam sistem pencernaan berfungsi untuk membantu mencampur  dan menelan
makanan, mempertahankan makanan agar berada di antara gigi-gigi atas dan bawah saat
makanan dikunyah serta sebagai alat perasa makanan. Lidah dapat berfungsi sebagai alat
perasa makanan karena mengandung banyak reseptor pengecap atau perasa. Lidah tersusun
atas otot lurik dan permukaannya dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung
kelenjar lendir (mukosa).

Sebagai indera pengecap, pada permukaan lidah terdapat badan sel saraf perasa
(papila). Ada tiga bentuk papila, yaitu:

 Papila fungiformis
 Papila filiformis
 Papila serkumvalata

c.  Kelenjar ludah

Terdapat tiga pasang kelenjar ludah di dalam rongga mulut, yaitu sebagai berikut.

1.  Glandula parotis, kelenjar air liur dekat telinga. Kelenjar ini menghasilkan getah hanya
berbentuk air.

2.  Glandula submadibularis atau kelenjar ludah bawah rahang bawah.

3.  Glandula sublingualis atau kelenjar ludah bawah lidah.

Air ludah berperan penting dalam proses perubahan zat makanan secara kimiawi yang
terjadi di dalam mulut. Setelah  makanan dilumatkan secara mekanis oleh gigi, air ludah
berperan secara kimiawi dalam proses membasahi dan membuat makanan menjadi lembek
agar mudah ditelan. Ludah terdiri atas air (99%) dan enzim amilase. Enzim ini meng-
uraikan pati dalam makanan menjadi gula sederhana (glukosa dan maltosa).

2.  Tekak atau Faring

Faring merupakan penghubung rongga mulut dengan kerongkongan. Berasal dari bahasa
yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang. Keatas bagian depan
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan
tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus
fausium.

3.  Kerongkongan atau Esofagus

Kerongkongan merupakan saluran panjang (± 25 cm) yang tipis sebagai jalan bolus
dari mulut menuju ke lambung. Fungsi kerongkongan ini sebagai jalan bolus dari mulut
menuju lambung. Bagian dalam kerongkongan senantiasa basah oleh cairan yang dihasilkan
oleh kelenjar-kelenjar yang terdapat pada dinding kerongkongan untuk menjaga agar bolus
menjadi basah dan licin. Keadaan ini akan mempermudah bolus bergerak melalui
kerongkongan menuju ke lambung. Bergeraknya bolus dari mulut ke lambung melalui
kerongkongan disebabkan adanya gerak peristaltik pada otot dinding kerongkongan.

4.  Lambung

Lambung merupakan organ berbentuk J  yang terletak di bawah rusuk  terakhir


sebelah kiri. Yang panjangnya 20 cm, diameternya 15 cm, pH lambung 1 – 3,5. Lambung
tediri atas tiga bagian sebagai berikut.

a. Bagian atas disebut kardiak, merupakan bagian yang ber-


batasan dengan esofhagus.

b. Bagian tengah disebut fundus, merupakan bagian badan atau tengah   lambung.

c. Bagian bawah disebut pilorus, yang berbatasan dengan usus halus.

Daerah perbatasan antara lambung dan kerongkongan terdapat otot sfinkter kardiak yang
secara refleks akan terbuka bila ada bolus masuk. Sementara itu, dibagian pilorus terdapat
otot yang disebut sfinkter pilorus. Otot-otot lambung ini dapat berkontraksi seperti halnya
otot-otot kerongkongan. Apabila otot-otot ini berkontraksi, otot-otot tersebut menekan,
meremas, dan mencampur bolus-bolus tersebut menjadi kimus (chyme).

5.  Usus Halus

Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang panjangnya sekitar 6–8 meter,
lebar 25 mm dengan banyak lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini
berfungsi memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses penyerapan
makanan. Lakukan eksperimen berikut untuk mengetahui pengaruh lipatan terhadap proses
penyerapan. Usus halus terbagi menjadi tiga bagian seperti berikut.

1. Duodenum (usus 12 jari), panjangnya ± 25 cm

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.

2.   Jejunum (usus kosong), panjangnya ± 7 m

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua
dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus
kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas
jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.

3. Ileum (usus penyerapan), panjangnya ± 1 m

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan
jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

b.  Getah Pankreas

Getah pankreas dihasilkan di dalam organ pankreas. Pankreas ini berperan sebagai
kelenjar eksokrin yang menghasilkan getah pankreas ke dalam saluran pencernaan dan
sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon insulin..

c. Getah Usus

Pada dinding usus halus banyak terdapat kelenjar yang mampu menghasilkan getah
usus. Getah usus mengandung enzim-enzim seperti berikut.

1. Sukrase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan sukrosa menjadi glukosa


dan fruktosa.

2. Maltase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan maltosa menjadi dua


molekul glukosa.

3.  Laktase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan laktosa menjadi glukosa


dan galaktosa.
4.  Enzim peptidase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan peptida menjadi
asam amino.

6. Usus Besar           

Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri atas kolon ascendens,
kolon transversum, dan kolon descendens. Di antara intestinum tenue (usus halus) dan
intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada ujung sekum terdapat
tonjolan kecil yang disebut appendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darah putih yang
berperan dalam imunitas. Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong ke bagian belakang
dengan gerakan peristaltik. Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam mineral
yang diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral kemudian diabsorpsi kembali oleh
dinding kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1 sampai 4
hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri
Escherichia coli, yang mampu membentuk vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan gerakan
peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir dari pencernaan
yaitu rektum dan akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus.

2. Gangguan Pada Sistem Pencernaan Manusia

a. Gastritis

Artinya adalah peradangan mukosa lambung. Gangguan ini umum terjadi, terutama
pada orang yang berusia lanjut. Gastritis menimbulkan peradangan yang tidak begitu
berbahaya, tetapi berlangsung lama sehingga menyebabkan rusaknya mukosa lambung

b. Konstipasi

Gangguan ini berarti lambatnya pergerakan feses melalui usus besar dan sering
dihubungkan dengan jumlah feses yang kering dank eras pada kolon yang menumpuk karena
lamanya waktu penyerapan cairan.

c. Pankreasitis

Merupakan  peradangan dan ini dapat terjadi baik dalam bentuk pankreasitis akut
(berlangsung cepat dan parah)  maupun pankreasitis kronis (berlangsunglama)
d. Diare

Diare terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang usus besar.
Pada diare, infeksi paling luas terjadi pada usus besar dan pada  ileum. Dimanapun infeksi
terjadi, mukosa akan teriritasi secara luas sehingga kecepatan sekresinya sangat tinggi.

3. Kelenjar Pencernaan

Pencernaan makanan berlangsung dalam alat pencernaan. Berlangsungnya proses ini


juga dibantu oleh kelenjar pencernaan. Kelenjar pencernaan itu adalah

1.      Hepar (hati)

Hati merupakan kelenjar terbesar dan  terpenting dalam tubuh. Hati terdiri atas dua
lobus. Setiap lobus memiliki saluran untuk mengangkut cairan empedu, yakni duktus
hepatikus. Fungsi hati adalah :

a.       Mengemulsikan lemak dalam usus halus.

b.      Mengabsorbsi lemak.

c.       Membantu dalam pengeluaran kolesterol dari dalam tubuh.

Secara umum, hati mempunyai fungsi:

a.       Memproduksi cairan empedu.

b.      Memetabolisme protein, lemak dan karbohidrat

c.       Penyimpanan mineral dan vitamin larut lemak

f.       Memproduksi panas

2.  Pankreas

Pankreas merupakan kelenjar yang besifat endokrin dan eksokrin. Bersifat endokrin
karena menghasilkan hormone insulin dan hormone glukogen yang dimasukkan ke darah.
Bersifat eksokrin karena menghasilkan enzim pencernaan. Keluarnya enzim dari pankreas
karena dipengaruhi oleh enzim pankreozimin. Pankreas menghasilkan enzim-enzim
pencernaan sebagai berikut:
a.  Tripsinogen, diaktifkan oleh enzim enterokinase menjadi tripsin. Tripsin berfungsi
mengubah polipeptida menjadi peptida.

b.   Kimotripsinogen, diaktifkan oleh tripsin menjadi kimotripsin yang berfungsi membantu


tripsin.

c.   Peptidase, berperan mengubah senyawa peptide menjadi asam amino.

d.  Lipase, berfungsi mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

e.   Amilase, berfungsi mengubah amilum menjadi maltosa.

f.    Nuklease, berfungsi memecah asam nukleat menjadi nukleotida.

3. PEMBAHASAN KASUS (CA COLON)

A. pengertian kangker kolon

Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal / neoplasma yang
muncul dari jaringan epithelial dari kolon ( Haryono, 2010)

Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di kolon. Kanker kolon atau kanker
usus besar atau disebut juga kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker ganas yang
tumbuh pada permukaan usus besar (kolon).

Kanker usus besar adalah kanker yang amat dipengaruhi lingkungan dan gaya hidup.
penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui
sampai tingkat yang lebih parah. ( Price, Sylvia : 2005)

Dari beberapa pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa kanker kolon
adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan
sehat di sekitar kolon (usus besar).

B. Anatomy/fisiologi

1) Anatomi fisiologi kolon


Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi
utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon tediri dari kolon
menanjak (ascending), kolon melintang transverse), kolon menurun (descending), sigmoid,
dan rektum. Bagian kolondari usus buntu hingga pertengahan kolon melintng sering di sebut
dengan “kolon kanan”, sedangkan bagian sisanya serng di sebut dengan “kolon kiri” .
2) Perubhan patologi
Karsinoma kolon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor
ini tumbuh tidak terdeteksi sampai gejala -gejala muncul secara perlahan dan tampak
membahayakan.Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor mungkin menyebar
dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut, mencapai serosa dan mesenterikfat,
kemudian tumor ini mulai mendekat pada organ yang ada di sekitarnya, kemudian meluas ke
dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limfa atau pada sistem sirkulasi. Sistem
sirkulasi ini langsumg masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar
melaluilimfa, setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi, biasanya sel bergerak menuju
liver.
Tempat yang kedua adalah tampat yang jauh kemudian metastase ke paru
-paru.Tempat metastase yang lain di antaranya :Kelenjar Adrenalin, Ginjal, Kulit, Tulang,
Otak.Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limfa dan sistem
sirkulasi, tumor kolon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan
tumor di lakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor di hilangkan dan sel kanker dari tumor
pecah menuju ke rongga peritonial.

C. Manifestasy klinis kanker kolon


Gejala sangat di tentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi,
perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarah an rectal merupakan
keluhan yang umum terjadi.

1. Kanker kolon kanan


Isi kolon berupa cairan, cenderung teteap tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit
kecenderungan menimbulkan obstruksi karena lumen usus besar dan feses masih encer.
Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi
dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat di lakukan diklinik).Mucus jarang terlihat,
karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat
teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak
pada abdomen, dan kadang -kadang pada epigatrium.
2. Kanker kolon kiri dan rectum
Cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks.
Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar,
sering timbul gangguan obstruksi. Feses bisa kecil dan berbentuk pita. Baik mucus maupun
darah segar sering terihat pada feses. Dapat terjadi anemia karena kehilangan darah kronik.
Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenairadiks saraf, pembuluh limfe atau
vena, menimbulkan gejala -gejala pada tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang
bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada
alat-alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses
yang tidak lengkapsetelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.

D. Etiologi dari kanker kolon:


1) Diet

Makanan yang mengandung zat kimia menyebabkan kanker pada usus besar.
Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut, yang mempercepat usus
besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak trutama lemak hewan dari
daging merah, menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya
kanker di dalam usus besar.Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam
jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalamusus besar. Beberapa
kelommpok menyarankan diet yang mengandung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran &
buah-buahan (e.g Mormons, seventh Day Adventists).

 Makanan yang harus di hindari : Daging merah, lemak hewan, makanan berlemak,
daging atau ikan goreng panggang, karbohidrat yang di saring (example: sari yang di
saring).
 Makanan yang harus di konsumsi Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya
Craciferous Vegetables dari golongan kubis (seperti brokoli, brussels sprouts), butir
padi yang utuh, cairan cukupterutama air.

2) Kelainan kolon

 Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.


 Familial poliposis: polip di usus mengalami degenerasi maligna karsinoma.
 Kondisi ulserative: penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena
karsinoma kolon.

3) Genetik

Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai
frekuensi 3½ kali lebih banyak dari pada anak-anak yang orang tuanya sehat

E. Klasifikasi

Terdapat beberapa macam klasifikasi stadium pada kanker kolon,klasisfikasinya


adalah sebagai berikut :
a. Stadium 1 : kanker terjadi didalam dinding kolon
b. Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga kelapisan otot kolon
c.   Stadium 3 : kanker telah menyebar kekelenjar-kelenjar limfa.
d. Stadium 4 : kanker telah menyebar ke organ-organ lain.
Stadium pasti hanya dspat dilakukan setelah operasi dilakukan dan laporan patologi
ditinjau,system stadium yang paling umum adalah system TNM (Tumor Node Metatasis).
System TNM memberikan gambaran stadium berdasarkan pada 3 kategori. “T” Menunjukan
derajat invasi pada dinidng usus,”N” tingkat keterlibatan Node limfatik, dan “M” Derajat
Metastasis. Tahap yang kebuh luas dari kanker biasanya dikutip sebagai angka I,II,III,IV
berasal dari nilai TNM dikelompkokan melalui prognosis,jumlah yang lebih tinggi
menunjukan kanker lebih maju dan kemungkinan hasil yang buruk. Rincian system ini adalah
sebgaia berikut :
1.      Stage 0 Tis                 : Tumor terbatas pada mukosa
2.      Stage I  T1                 : Tumor menginvasi pada submucosa
3.      Stage I  T2                 : Tumor menginvasi muscularis propria.
4.      Stage II-A  T3           : Tumor menginvasi subserosa atau diluarnya tanpa organ lain
yang terlibat.
5.      Stage II-B  T4            : Tumor menginvasi organ yang berdekatan atau perforates the
visceral peritoneum.
6. Stage III-A  N1         : Metastasis ke 1 sampai 3 kelenjar getah bening atau lymphnode
regional (stage T1 atau T2)
7. Stage III-B  N1         :  Metastasis ke 1 sampai 3 kelenjar getah bening atau lymphnode
regional (stage T3)
8.      Stage III-C  N2         : Metastasis ke 4 atau lenbih kelenjar getah bening regional.
(semua stage T)
9.      Stage IV  M               : Metastasis lebih jauh lagi (semua stage T dan N)
                        
KETERANGAN :
                         T         : Tumor primer
                         T0       : Tidak ada tumor
                         T1       : Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
                         T2       : Invasike dinding otot
                         T3       : Tumor menembus dinding otot
                         N        : Kelenjar Limfa
                         NO     : Tidak ada metastase
                         N1      : Metastase ke kelenjar regional unilateral
                         N2      : Metastase ke kelenjar regional bilateral
                         N3      : Metastase multiple ekstensif ke kelenjar regional
                         M       : Metastase jauh
                         M0     : Tidak ada metastase jauh
                         M1     : Ada metastase jauh
F. Pathway

G. Pemerksaan penunjang
1.,Endoskopi: Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi.

2. Radiologis: Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto dada dan
foto kolon ( barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas
keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini menggambarkan adanya kebuntuan
pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil
kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum di lakukan
setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.

3. Computer Tomografi (CT): Membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit.
Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah
metastasis.

4. Histopatologi: Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis


karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentu kan diferensiansi sel.

·5. Laboratorium: Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami


perdarahan. Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya turun dengan indikasi anemia. Hasil
tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract.
Pasien harus menghindari daging, makanan yang mengandung peroksidase (tanaman lobak
dan gula bit) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen.
·
6. Ultrasonografi (USG): Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi
digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen
dan hati.

4. Kasus

Tn. F (31 tahun) datang ke RS dengan keluhan nyeri perut bagian kiri nyeri bertambah saat
posisi tidur saja, nyeri berkurang jika dipakai jalan – jalan, nyeri terasa seperti ditusuk –
tusuk, skala 4 hilang timbul Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
diagnostik abdomen klien didiagnosa kanke rkolon dan harus menjalani operasi colostomi
permanen.Kemudian klien dirawat di ruang perawatan

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN CA COLON

A. Pengkajian

1) BIODATA
Nama                           : Tn. F
Jenis Kelamin              : laki - laki
Umur                           : 31 tahun
Status Perkawinan      : nikah
Pekerjaan                     : swasta
Agama                         : islam
Pendidikan Terakhir    : SMA
Alamat                                    : pasuruan
No. Register                : 111232xxx
Tnaggal MRS              : 03 – 01 - 2020
Tanggal Pengkajian     : 06- 01- 2020

2) Data biologis/Psiologi

KESEHATAN KLIEN RIWAYAT


1.      Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit
datang ke RS dengan keluhan nyeri perut bagian kiri
P : nyeri bertambah saat posisi tidur saja, nyeri berkurang jika dipakai jalan - jalan
Q : seperti ditusuk – tusuk
R : perut kiri
S : skala 3
T : hilang timbul

2.      Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak 1 tahun yang lalu pasien sering mengeluh nyeri hilang timbul pada perut kiri, 3 hari
yang lalu nyeri semakin bertambah, periksa ke Raci kemudian dirujuk ke RSSA
3.      Riwayat Kesehatan Ynag Lalu
Pasien mengatakan tidak pernah memiliki penyakit menahun seperti hipertensi, diabetes
4.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki penyakit keturunan maupun menular dan tidak
pernah mengalami penyakit seperti yang di alami pasien

3) POLA AKTIVITAS SEHARI – HARI

A.  POLA TIDUR / ISTIRAHAT


1. Waktu tidur : malam : 21.00, Siang : 12.30
2.  Waktu bangun : malam : 05.00, Siang : 13.30
3.  Masalah tidur : kadang nyeri tiba – tiba timbul
4.  Hal – hal yang mempermudah tidur: kenyamanan lingkungan
5.   Hal – hal yang mempermudah klien terbangun : rasa nyeri

B. GENOGRAM

- - - - - - - - - - - - - - -- - - -- -
S-
-
- - - - - - - - - --

C.     POLA ELEMINASI
1.      BAB : 1x / hari
2.      BAK : 5 – 6 x / hari
3.      Kesulitan BAB / BAK : -
4.      Upaya / cara mengatasi masalah tersebut : -

D.     POLA MAKAN DAN MINUM


1.      Jumlah dan jenis makanan : 1 porsi sesuai diit dari rumah sakit
2.      Waktu pemberian makan : pagi : 07.00, Siang : 12.00, sore : 16.00
3.      Jumlah dan jenis cairan : 1500 ml air putih
4.      Waktu pemberian cairan : pagi, siang, sore, malam
5.      Pantangan : -
6.      Masalah makan dan minum : ada
a.       Kesuliatan mengunyah : tidak ada
b.      Kesulitan menelan : ada
c.       Mula dan muntah : ada
d.      Tidak dapat makan sendiri : ada
7.      Upaya mengatasi masalah : -

E.    KEBERSIHAN DIRI / PERSONAL HYGIENE


1.      Pemeliharaan badan : pasien mandi 1x / hari secara mandiri
2.      Pemeliharaan gigi dan mulut : pasien mampu gosok gigi dengna frekuensi 2x / hari
3.      Pemeliharaan kuku : kuku nampak bersih

F.     POLA KEGIATAN / AKTIVITAS LAIN :


pasien jalan – jalan untuk mengatasi nyeri
4) DATA PSIKOSOSIAL
A.    Pola komuniasi : baik
B.     Orang yang paling dekat dengan klien : ibu
C.     Rekreasi : nonton tv
Hobby : jalan – jalan
Pengguan waktu senggang : jalan – jalan, bermain hp
D.    Dampak dirawat di rumah sakit : pasien tidak bisa bekerja
E.     Hubungan dengan orang lain / interaksi sosial : komunikasi dengan orang lain baik
F.      Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : ibu

5) DATA SPIRITUAL
A.    Ketaatan beribadah : pasien sholat 5 waktu
B.     Keyakinan terhadap sehat / sakit : pasien percaya sakitnya disebabkan pola makan dan
minum saat  di rumah
C.     Keyakinan terhadap penyembuhan : pasien yakimn akan sembuh setelah oprasi nanti

6). PEMERIKSAAN FISIK


A.    Kesan umum / keadaan umum : Compos
metis
Tanda / tanda vital
 Suhu tubuh : 36,50 C                         
 nadi : 90 x/ menit
 Tekanan darah : 120/80 mmhg                      
 respirasi : 20 x/ menit
 Tinggi badan : 160 cm                                  
 berat badan : 70 kg
B.     Pemeriksaan kepala dan leher :
1.      Kepala dan rambut
a. Bentuk kepala : bulat
Ubun – ubun : keras, tidak cekung
Kulit kepala : bersih, putih
b. Rambut :hitam, tebal
Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rat
Bau : tidak bau
Warna : hitam
c. Wajah : simetris
Warna kulit : coklat
Struktur wajah : lengkap
2.  Mata
a.       Kelengkapan dan kesimetrisan: simetris
b.      Kelopak mata : tidak ada odema, tidak ada luka
c.       Konjungtiva dan sclera : tidak pucat, tidak ada perubahan warna, tidak ikterus
d.      Pupil : miosis
e.       Kornea dan iris : tidak ada peradangan
f.       Ketajaman penglihatan / virus : normal, 6/6
g.      Tekanan bola mata : tidak terkaji karena tidak ada alat

3.      Hidung
a.       Tulang hidung dan posisi septum nasi: tidak ada pembengkakan
b.      Lubang hidung : simetris
c.       Cuping hidung : tidak ada

4.      Telinga
a.       Bentuk telinga : simetris
Ukuran telinga : normal, simetris
Ketegangan telinga : normal
b.      Lubang telinga : bersih, tidak ada serumen
c.       Ketajaman pendengaran : normal, pasien menjawab pertanyaan dengan benar

5.      Mulut dan faring


a.       Keadaan bibir : mukosa basah
b.      Keadaan gusi dan gigi : tidak ada karies, tidak ada tremor lidah
c.       Keadaan lidah : bersih, tidak ada tremor lidah

6.      Leher
a.       Posisi trakhea : simetris
b.      Tiroid : tidak ada pembesaran
c.       Suara : bersih
d.      Kelenjar lymphe : tidak ada pembesaran
e.       Vena jugularis : tidak ada pembesaran
f.       Denyut nadi Carotis : teraba

C.     Pemeriksaan integumen (kulit)


a.       Kebersihan : bersih
b.      Kehangatan : akral hangat
c.       Warna : coklat
d.      Turgor : kurang dari 2 detik
e.       Tekstur : kasar
f.       Kelembapan : lembap
g.      Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan

D.    Pemeriksaan payudara dan ketiak


a.       Ukuran dan bentuk payudara : simetris
b.      Warna payudara dan areola : coklat
c.       Kelainan – kelainan payudara dan putting : normal
d.      Axila  dan clavicula: tidak ada nyeri tekan
E.     Pemeriksaan thorak / dada
1.      Inspeksi thorak
a.       Bentuk thorak : simetris

F.      Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya


1.      Genetalia
a.       Rambut pubis : bersih
b.      Meatus urethra : tidak ada penyumbatan, bersih
c.       Kelainan – kelainan pada genetalia eksterna dan daerah ingunial : tidak ada

2.      Anus dan perineum


a.       Lubang anus : ada, normal
b.      Kelainan – kelainan pada anus : tidak ada kelainan, tidaka da hemoroid
c.       Perenium : tidak ada luka jahitan

G.    Pemeriksaan muskuloskletal (ekstrimis)


a)      Kesimetrisan otot : simetris
b)      Pemeriksaan odema :
atas : tidak ada ode
Bawah : tidak ada odema
c)      Kekuatan otot : 5555    5555
                             5555    5555
d)     Kelaianan – kelainan pada ekstremitas dan kuku : tidak ada odema, tidak ada perbatasan
pergerakan ekstremitas

H.    Pemeriksaan neorologi
1.      Tingkat kesadaran (secara kualitatif) : compos metis
2.      Tanada – tanda rangsangan otak ( meningeal sign) : tidak ada nyeri kepala
3.      Tingkat kesadaran (secara kwantitatif) / GCS : 456
4.      Fungsi motorik : baik
5.      Fungsi sensorik : baik
6.      Reflek:
a)      Reflek fisiologis : < 450
b)      Reflek patologis : babinsky (-)

I.       Pemeriksaan status mental


a.       Kondisi emosi / perasaan : pasien merasa malu dengan terpasangnya kolostomi
b.      Orientasi :  pasien bisa orientasi tempat , waktu dan orang
c.       Proses berfikir (ingatan, atensi, keputusan, perhitungan) : baik
d.      Modifikasi (kemampuan) : baik
e.       Persepsi : normal

7). PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Diagnosa medis : ca colo
b.  Pemeriksaan diagnostik / penunjang medis :
1. Laboratorium : hemoglobin : 12,6, Trombosit : 629 x 10 3, Leukosit  : 12,72 x 10 3

B. ANALISA DATA
Nama pasien    : Tn. F
Umur               : 31 tahun
No. Reg           : 111232xx
DATA PENUNJANG MASALAH ETIOLOGI
1.    Ds: pasien mengatakan nyeri Nyeri insisi pembedahan, trauma
perut kiri muskuloskletal, kehancuran
P : nyeri bertambah saat posisi yang terus-menerus
tidur saja, nyeri berkurang jika
dipakai jalan - jalan
Q : seperti ditusuk – tusuk
R : perut kiri
S : skala 3
T : hilang timbul
Do: pasien mengeluh sakit
pasien memegangi perut kiri
-       wajah grimace
-       TD : 120 / 80 mmHg
S : 36,5 0 C
N : 90 x / menit
RR : 20 x / menit

d
2.    Ds: pasien mengatakan Kerusakan integritas kulit Tindakan keprawatan
dipasang kantong colostomi
Do:
-       terpasang kantong colostomi
-       luka colostomi bersih

Ds: Pasien mengatakan sering Ketidakseimbangan nutrisi Mual muntah


mual dan munta pada saat makan kurang dari kebutuhan tubuh
Do: pasien tampak pucat

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama pasien    : Tn. F
Umur               : 31 tahun
No. Reg           : 111232xx
No Tanggal Rumusan diagnosa kep.
1) 06-01- 2020 Nyeri b/d  insisi pembedahan, trauma
muskuloskletal, kehancuran yang terus-
menerus
2) 06-01- 2020 Kerusakan integritas kulit b/d tindakan
keperawatan.
3) 06-01- 2020 Kwtidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual / muntah

D. INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN


Nama pasien    : Tn. F
Umur               : 31 tahun
No. Reg           : 111232xx
NO Diagnosa Tujuan Intrvensi
1. Nyeri b/d insisi setelah dilakukan tindakan Paint management:
pembedahan, trauma keperawatan  2 x 24 jam 1. lakukan pengkajian nyeri
muskuloskletal, dengan tujuan: secara komprehensif termasuk
kehancuran yang -       Skala nyeri berkurang : 1 lokal, karakteristik durasi,
terus-menerus -       Pasien merasa nyaman frekuensi, kualitas.
2. observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
3.gunakan tekhnik komunikasi
terapotik untuk mengetahi
pengalamana nyeri
4. kaji kultur yang
mempemgaruhi respon nyeri
5. kontrol lingkungan yang dpat
mempengaruhi nyeri seperti suhu,
ruangan.
6. ajarkan terkhnik relaksasi untuk
mengatasi nyeri
7. kolaborasi dengan dokter

Setelah diilakukan tindakan Pressure Management


keperawatan  2 x 24 jam 1. anjurkan pasien untuk gunakan
Kerusakan integritas dengan tujuan: pakaian yang longgar
2. kulit b/d tindakan         - Tidak ada tanda atau 2. Hindari kerutan pada tempat
keperawatan gejala infeksi tidur
         - Tidak terjadi nekrosis 3. jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering.
4. monitor kulit akan adanya
kemerahan.
5. oleskan lation atau minyak
pada daerah yang tertekan.
6. monitor status nutrisi pasien
7.memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat
8. monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien

3. KetidakseimbanganSe setelah diilakukan tindakan Nutrion management:


nutrisi kurang dari keperawatan  2 x 24 jam 1. kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh dengan tujuan: 2. kolaborasi dengan ahli gizi
berhubungan denganA – tidakada tanda-tanda untuk menentukan jumlah kalori
mual / muntah malnutrisi dan nutrisi yang dibutuhkan
- - pasien tidak mualdan pasien
muntah 3. anjurkan pasien untuk
- meningkatkan protein dan vitamin
C
4. berikan informasi tentang
kenutuhan nutrisi
5. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan.
E. IMPLEMENTASI

Nama pasien    : Tn. F


Umur               : 31 tahun
No. Reg           : 111232xx
Tanggal/ jam Diagnosa Implementasi
08/02/2020 Nyeri b/d insisi pembedahan, 1. melakukan pengkajian nyeri
10:00 trauma muskuloskletal, secara komprehensif termasuk
kehancuran yang terus- lokal, karakteristik durasi,
menerus frekuensi, kualitas.
2. mengobservasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan
3.menggunakan tekhnik
komunikasi terapotik untuk
mengetahi pengalamana nyeri
4. mengkaji kultur yang
mempemgaruhi respon nyeri
5. mengkolaborasi dengan dokter

08/02/2020 Kerusakan integritas kulit b/d 1. anjurkan pasien untuk gunakan


11:07 tindakan keperawatan pakaian yang longgar
2. Hindari kerutan pada tempat
tidur
3. jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering.

08/02/2020 Ketidakseimbangan 1. kaji adanya alergi makanan


01:00 nutrisi kurang dari kebutuhan 2. kolaborasi dengan ahli gizi
tubuh berhubungan dengan untuk menentukan jumlah kalori
mual / muntah dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
3. anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
F. EVALUASI
Nama pasien    : Tn. F
Umur               : 31 tahun
No. Reg           : 111232xx
Tanggal / jam Evaluasi
08/02/2020 S S: pasienme gatakan nyeri perut sebelah kiri
P: nyeri sedikit terasa kalau saya pakai jalan – jalan
11: 30
Q: ditusuk tusuk
R: perut kiri
S: skala 1
T: hilang timbul
O: - kadang mengeluh sakit
- Pasien nampak meringis
-       TD: 120 / 80 mmHg
S suhu; 36,50C
N: 80 x/ menit
R R: 20 x/ menit
A: masalah teratasi sebagian
P: ulangi intervensi 1,2

08/02/2020 S:-

12:00 O: - tidak ada tanda – tanda infeksi


- Kolostomi bersih
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

08/02/2020
S: Pasien sudah tidak mengeluh mual dan muntah lagi
01:04 O: pasien tampak senang
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
S: “biar tidak bau

BAB 4
TERAPI KOMPLEMENTER

1. Jurnal yang membuktikan terapi komplementer


Vol.6 No.1-Feb. 2016:49-59

p-ISSN: 2085-675X

e-ISSN: 2354-8770

Jamu Pada Pasien Tumor/Kanker sebagai Terapi Komplementer


Herbal as A Compelementary Therapy for Tumor/Cancer Patients
Siti Nur Hasanah*, Lucie Widowati

*Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan,
Indonesia *E-mail :s.nurhasanah@litbang.depkes.go.id
Diterima: 29 Oktober 2015 Direvisi: 14 Januari 2016 Disetujui: 11 Februari
2016

Abstrak

Untuk mengetahui penggunaan jamu sebagai terapi komplementer pada dokter praktek jamu,
dilakukan penelitian potong lintang, non intervensi pada pasien dokter praktik jamu komplementer-
alternatif di rumah sakit, Puskesmas, dan praktik mandiri pada jejaring dokter di Indonesia. Evaluasi
dilakukan selama 10 bulan dengan menggunakan rekam medik dokter praktek jamu serta program
entri pada website Badan Litbangkes. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif menggunakan
perangkat lunak SPSS versi 19.0. Diperoleh 71 pasien kanker dengan total 129 kunjungan, bervariasi
antara 1-4 kali kunjungan per pasien. Jenis tumor/kanker terbanyak ditemukan organ payudara (32%).
Dari 71 pasien tumor/kanker, 80,3% menerima terapi jamu; 14,1% menerima terapi kesehatan
konvensional dan jamu; 2,8% menerima terapi konvensional jamu dan kesehatan tradisional; 1,4%
menerima terapi jamu dan kesehatan tradisional. Terapi konvensional meliputi
kemoterapi/antikanker, analgetik/antiinflamasi, antibiotik, obat lambung, asam tranexamat, vitamin
dan obat hormonal. Vitamin merupakan terapi konvensional yang terbanyak digunakan, disusul
analgetik/antiinflamasi. Untuk terapi jamu (ramuan), komponen yang paling sering diberikan adalah
kunyit putih dan rumput mutiara. Ramuan dengan komponen yang sama diberikan oleh 8 dokter yang
berbeda, yaitu rumput mutiara, kunyit putih dan bidara upas. Terdapat 51,4% pasien datang dengan
kualitas hidup baik, 40% sedang dan 8,6% buruk. Setelah mendapat 3 modalitas terapi, terdapat
79,6% pasien yang mengalami perbaikan kualitas hidup dan 20,4% yang kualitas hidupnya menetap.

Kata kunci: Jamu; Tumor; Kanker; Komplementer

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan kekayaan flora nomor 2 di dunia, memiliki berbagai
macam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat termasuk untuk pengobatan kanker.
Akan tetapi dalam pemakaian tumbuhan untuk pengobatan masih rendah bila dibandingkan
dengan beberapa negara Asia, terutama dalam hal pemakaian tumbuhan obat yang
1
terintegrasikan dalam pelayanan kesehatan formal.
Diberbagai belahan dunia tumbuhan obat telah banyak digunakan untuk pengobatan
kanker, baik sebagai pencegahan maupun pengobatan. Tanaman yang digunakan adalah yang
mengandung senyawa atau substansi seperti karotenoid, vitamin C, selenium, serat dan
komponen-komponennya, dithiolthiones, isotiosianat, indol, fenol, inhibitor protease,
senyawa aliin, fitisterol, fitoestrogen dan limonen. Glukosianalat dan indol, tiosianat dan
isotiosianat, fenol dan kumarin dapat menginduksi multiplikasi enzim fase II (melarutkan dan
umumnya mengaktivasi). Asam askorbat dan fenol memblok pembentukan karsinogen seperti
nitro-samine.Flavonoid dan karotenoid bertindak sebagai antioksidan. Karotenoid dan sterol
mengubah struktur membran atau integritas. Senyawa yang mengandung sulfur dapat
menekan DNA dan sintesis protein, sedangkan fitoestrogen bersaing dengan estradiol untuk
2
reseptor estrogen sehingga akan terjadi keadaan anti proliperatif.

Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur (PDPKT),


setelah melalui prosedur dan identifikasi yang panjang, berhasil memilih 30 jenis tanaman
berkhasiat obat dalam mengatasi berbagai penyakit, termasuk kanker. Selain itu berdasarkan
pengalaman pengobatan di RSU Dr. Saiful Anwar Malang dan RSUD Dr. Soetomo Surabaya,
3
diperoleh sejumlah herbal yang dapat dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan.
Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker cukup tinggi. Data Riset Kesehat
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 4,3 per 1.000
penduduk dan merupakan penyebab kematian nomor 7 sebesar 5,7% dari seluruh penyebab
4
kematian. Sementara itu pada Riskesdas tahun 2013, prevalensi tumor/kanker di Indonesia
adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Prevalensi kanker tertinggi
terdapat di DI Yogyakarta (4,1‰), diikuti Jawa Tengah (2,1‰), Bali (2‰), Bengkulu, dan
5
DKI Jakarta masing-masing 1,9 per mil.

Penyakit kanker juga menyebabkan beban pembiayaan negara sangat tinggi. Hal ini dapat
diketahui dari data Jamkesmas yang menunjukkan bahwa pemanfaatan dana Jamkesmas
paling tinggi penyerapannya untuk penanganan penyakit kanker dibandingkan dengan
6
penyakit degeneratif lainnya. Pengobatan kanker yang baik harus memenuhi fungsi
menyembuhkan (kuratif), mengurangi rasa sakit (paliatif) dan mencegah timbulnya kembali
6
(preventif). Pengobatan komplementer alternatif adalah salah satu pelayanan kesehatan yang
7
akhir-akhir ini banyak diminati oleh masyarakat maupun kalangan kedokteran konvensional.

Pelayanan kesehatan tradisional komple-menter alternatif merupakan pelayanan yang


menggabungkan pelayanan konven-sional dengan kesehatan tradisional dan/atau hanya
Sebagai alternatif menggunakan pelayanan kesehatan tradisional, terintegrasi dalam
7
pelayanan kesehatan formal. Keberhasilan masuknya obat tradisional ke dalam sistem
pelayanan kesehatan formal hanya dapat dicapai apabila terdapat kemajuan yang besar dari
para klinisi untuk menerima dan menggunakan obat tradisional.
Penyelenggaran pengobatan komple-menter alternatif diatur dalam standar pelayanan
medik herbal menurut Kepmenkes No.121/Menkes/SK/II/2008 yang meliputi melakukan
anamnesis; melakukan pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi
danauskultasi) maupun pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi, EKG); menegakkan
diagnosis secara ilmu kedokteran; memberikan obat herbal hanya pada pasien dewasa;
pemberian terapi berdasarkan hasil diagnosis yang telah ditegakkan; penggunaan obat herbal
dilakukan dengan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai contoh yang selama ini
telah digunakan di beberapa rumah sakit dan PDPKT; mencatat setiap intervensi (dosis,
bentuk sediaan, cara pemberian) dan hasil pelayanan yang meliputi setiap kejadian atau
3,7
perubahan yang terjadi pada pasien termasuk efek samping.
Beberapa fakta yang kita jumpai pada masyarakat akhir-akhir ini adalah kecenderungan
kembali ke alam. Banyaknya pilihan tanaman obat yang ditawarkan, mahalnya biaya
pengobatan kanker secara konvensional, ketidak-berhasilan dan banyaknya penyulit
sampingan dalam pengobatan kanker dalam kedokteran konvensional, serta adanya kasus
kanker yang dapat disembuhkan dengan tanaman obat mendorong makin banyak masyarakat
yang memilih pengobatan alternatif antara lain dengan tanaman obat sebagai cara pengobatan
8
kanker. Hal ini menjadi pendorong dilakukannya penelitian ini.

Untuk mengetahui penggunaan jamu sebagai terapi komplementer pada dokter praktek
jamu, dilakukan analisis untuk mengetahui komponen jamu yang digunakan sebagai terapi
komplementer kanker, perbaikan kualitas hidup, serta efek samping yang timbul pada pasien
tumor/kanker dengan terapi komple-menter alternatif. Berdasarkan analisis ini, ditemukan
adanya perubahan quality of life (QoL) dan efek samping yang terjadi. Hasil studi ini
merupakan unit analisis dari penelitian jamu registry yang telah dilakukan Badan Litbang
Kesehatan Kementerian Kesehatan pada tahun 2014.

METODE
Desain penelitian ini adalah potong lintang non intervensi. Populasi merupakan pasien
tumor/kanker pada dokter praktik jamu di Rumah Sakit, Puskesmas, dan praktik mandiri yang
berada pada jejaring dokter di 7 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Banten, Jabar, Jateng, Jatim,
3
Bali dan Sulsel. Kriteria inklusi responden meliputi pasien tumor/kanker yang berobat pada
dokter praktik jamu yang mengobati pasiennya secara komplementer-alternatif. Kriteria
eksklusi responden adalah pasien dengan diagnosis selain tumor/kanker.

Lokasi penelitian bertempat di Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik Jamu, praktek bersama,
dan praktik mandiri dimana terdapat dokter praktik secara komplementer-alternatif di DKI
Jakarta, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Bali dan Sulsel. Perangkat penelitian yang digunakan
berupa rekam medik dokter praktek jamu dan template pada website Pusat Teknologi
3
Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik.

Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Badan Litbangkes No.LB.02.01/5.2/KE.118/2014. Pengum-pulan data dilakukan dengan
pengisian catatan medik pasien oleh dokter praktek jamu (tanpa intervensi). Catatan medik
berisi karakteristik pasien; anamnesis keluhan, riwayat pengobatan, riwayat penyakit
dahulu, riwayat penyakit keluarga, penyakit sistem organ; pemeriksaan fisik dan penunjang;
diagnosis holistik meliputi emik dan etik; penilaian kualitas hidup; penatalaksanaan
meliputi terapi konvensional, kesehatan tradisional, dan jamu. Pada kuesioner follow up
ditambahkan catatan kejadian tidak diinginkan setelah minum jamu meliputi keluhan yang
timbul. Selanjutnya dilakukan pengiriman catatan medik pasien ke Pusat Jamu Registry di
website. Evaluasi dilakukan setiap bulan selama 10 bulan dan diperoleh registri jamu untuk
10 penyakit. Data pasien tumor/kanker yang diperoleh dilakukan analisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari penelitian Jamu Registry ini diperoleh 71 pasien tumor/kanker dengan total 129
kunjungan yang bervariasi antara 1 sampai 4 kali kunjungan. Kunjungan I = 57,3%,
kunjungan II = 24,2 %, kunjungan III = 11,3 % dan kunjungan IV = 7,3%. Terjadi penurunan
jumlah kunjungan sejak kunjungan pertama ke kunjungan berikutnya, hal ini mungkin terjadi
karena pasien merasakan ada perbaikan pada kualitas hidupnya sehingga merasa tidak perlu
berobat lagi. Hal ini tampak pada penilaian quality of life (QoL) akhir yang membaik
sejumlah 79,6% dan tidak satupun pasien yang mengalami memburuknya kondisi pada QoL
akhir. Dalam pengobatannya, konsep yang digunakanolehdokterpraktik

Tabel 1.Karakteristik pasien kanker,jamu registry tahun 2014

Karakteristik Jumlah Persentase

20 -30 tahun 6 8.5


31 – 40 tahun 17 23.9
41 – 50 tahun 28 39.4
51 – 60 tahun 12 16.9
61 – 70 tahun 4 5.6
≥ 71 tahun 4 5.6

Laki- laki 10 14.1


Perempuan 61 85.9

Tidak Sekolah 1 1.4


Tidak Tamat SD 1 1.4
Tamat SD 3 4.2
Tamat SLTP 7 9.9
Tamat SLTA 20 28.2
Tamat Perguruan Tinggi 39 54.9

Tidak Bekerja 19 26.8


Sekolah 1 1.4
Tentara/Polisi/PNS 7 9.9
Pegawai Swasta 18 25.4
Wiraswasta 8 11.3
Buruh/Petani/Nelayan 7 9.9
Lainnya 11 15.4

2. Jenis terapi komplementer pada pasien ca colon yang biasa digunakan


masyarkat

1. Buah zaitun
2. Buah delima merah
3. Manggis
4. Tomat
Keempat bah tersebut sangat dipercaya masyarakat untuk menyembuhkan penyakit kangker
usus. Karena keempat buah tersebut yang menghasilkan senyawa polifenol yaitu
Hidroksitirosol, dimana senyawa ini memiliki sifat sebagai anti-proliferasi yang dapat
meningkatkan aktivitas kematian sel kanker secara terprogram sehingga sel-sel kanker dapat
mati dengan sendirinya atau yang dikenal sebagai aktifitas apoptosis sehingga sangat ampuh
menumpas kanker usus.

3. Peraturan kemenkes mengenai terapi komplementer

No.1074, 2017.

KEMENKES. Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi. Pencabutan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2017 Tentang Pelayanan
Kesehatan Tradisional

Menimbang :

a. bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dimanfaatkan berbagai


upaya pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan tradisional yang manfaat dan
keamanannya terbukti secara ilmiah;

b. bahwa untuk mencapai hasil pelayanan kesehatan yang optimal, salah satunya dilakukan
dengan cara mengintegrasikan pelayanan kesehatan tradisional dan pelayanan kesehatan
konvensional di fasilitas pelayanan kesehatan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014
tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi; (www.peraturan.go)

BAB 5
MANAJEMEN NYERI

1. Penjelasan Manajemen Nyeri secara Umum


A. Pengertian Nyeri

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan


ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Plain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan
jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

Nyeri adalah suatu gejala penyakit yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan


perasaan penderita baik secara fisikmaupun mental sehingga menimbulkan ketegangan /stress
berkepanjangan.

B. Tujuan Manajemen nyeri 

Manajemen nyeri bertujuan untuk membantu pasien dalam mengontrol nyeri ataupun
mengatur nyeri secara optimal. Tak hanya itu, manajemen nyeri juga berguna untuk
mengurangi resiko lanjut dari efek samping nyeri tersebut, yang pada akhirnya pasien mampu
mengontrol ataupun nyeri yang dirasa tersebut hilang.

C. klarifikasi nyeri berdasarkan timbulnya

a. Nyeri akut Nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara. Nyeri ini ditandai
dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti : takikardi, hipertensi, hiperhidrosis, pucat dan
midriasis dan perubahan wajah : menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa:
1. Nyeri somatik luar : nyeri tajam di kulit, subkutis dan mukosa

2. Nyeri somatik dalam : nyeri tumpul pada otot rangka, sendi dan jaringan ikat

3. Nyeri viseral : nyeri akibat disfungsi organ viseral

b. Nyeri kronik Nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa tanda2 aktivitas otonom
kecuali serangan akut. Nyeri tersebut dapat berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah 5
penyembuhan luka (penyakit/operasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan. Nyeri ini disebabkan oleh :

1. kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf

2. non kanker akibat trauma, proses degenerasi dll


D. Fisiologi dan Anatomi Nyeri.

Salah satu fungsi sistem saraf yang paling penting adalah menyampaikan informasi
tentang ancaman kerusakan tubuh. Saraf yang dapat mendeteksi nyeri tersebut dinamakan
nociception. Nociception termasuk menyampaikan informasi perifer dari reseptor khusus
pada jaringan (nociseptors) kepada struktur sentral pada otak. Sistem nyeri mempunyai
beberapa kompone

a. Reseptor khusus yang disebut nociceptors, pada sistem saraf perifer, mendeteksi
dan menyaring intensitas dan tipe stimulus noxious.

b. Saraf aferen primer (saraf A-delta dan C) mentransmisikan stimulus noxious ke


CNS.

c. Kornu dorsalis medulla spinalis adalah tempat dimana terjadi hubungan antara serat
aferen primer dengan neuron kedua dan tempat kompleks hubungan antara lokal eksitasi dan
inhibitor interneuron dan traktus desenden inhibitor dari otak.

d. Traktus asending nosiseptik (antara lain traktus spinothalamikus lateralis dan


ventralis) menyampaikan signal kepada area yang lebih tinggi pada thalamus.

e. Traktus thalamo-kortikalis yang menghubungkan thalamus sebagai pusat relay


sensibilitas ke korteks cerebralis pada girus post sentralis.

E. Tekhnik- tekhnik Manajemen Nyeri


Dalam manajemen nyeri, terdapat empat teknik yang bisa digunakan, antara lain :
1) Stimulas kutaneus
Merupakan teknik reduksi nyeri dengan melakukan stimulasi pada kulit untuk
menghilangkan nyeri. Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :

 Kompres dingin

 Analgetic ointments

 Counteriritan, seperti plester hangat

 Contralateral stimulation, yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan area
nyeri
2) Distraksi
Merupakan teknik reduksi nyeri dengan mengalihkan perhatian kepada hal lain
sehingga kesadaran terhadap nyerinya berkurang. Teknik distraksi dapat dilakukan
diantaranya dengan cara :

 Nafas dalam lambat dan berirama

 Massage and slow, rhythmic breating


 Rhythmic singing and tapping
 Active listening
 Guided imagery (kekuatan imajinasi klien bisa dengan mendengarkan musik yang
lembut)

3). Anticipatory Guidance


Merupakan teknik reduksi yang dilakukan oleh perawat dengan cara memberikan
informasi yang dapat mencegah terjadinya misinterpretasi dari kejadian yang dapat
menimbulkan nyeri dan membantu pemahaman apa yang diharapkan. Informasi yang
diberikan kepada klien diantaranya :

 Penyebab nyeri

 Proses terjadinya nyeri

 Lama dan kualitas nyeri

 Berat-ringannya nyeri

 Lokasi nyeri

 Informasi tentang keamanan yang akan diberikan kepada klien

4). Relaksasi
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa
keuntungan, antara lain :

 Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stres.

 Menurunkan nyeri

 Menolong individu untuk melupakan nyeri


 Meningkatkan periode istirahat dan tidur

 Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri

2. Terdapat 3 jenis manajemen nyeri yang dipakai dalam kasus di atas (CA COLON)

1) Relaksasi
Dalam kasus diatas, tekhnik manajemen nyeri yang saya ambil yang pertama ada
relaksasi, adapun cara relaksasi antara lain:

 Anjurkan Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru

 Anjurkan kalien Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi
kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebut

 Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan - lahan, pada
saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk
mengkonsentrasikan pikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.

 Ajurkan klien Ulangi langkah diatas dan konsentrasikan pikiran pada lengan, perut,
punggung dan kelompok otot-otot yang lain.

 Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri
menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.

2) Dikstraksi

Dalam kasus diatas, tekhnik manajemen nyeri yang saya ambil yang kedua ada
dikstraksi, dimana tekhnik ini kita mengalihkan perhatian klien pada saat kita sedang
melakukan tindakan keperawatan

3). Stimulas kutaneus

Dalam kasus diatas, tekhnik manajemen nyeri yang saya ambil yang kedua ada
stimulus kutenus, dimana tekhnik ini kita melakukan stimulasi pada kulit untuk
menghilangkan nyeri. Dengan cara kita bisa mengelus- mengelus daerah yang merasakan
nyeri, dan juga kita bisa melakukan kompres dingin.
DAFTAR PUSTAKA

https://docplayer.info/43258491-Bab-i-pendahuluan-a-latar-belakang.html

https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/anatomi-sistem-pencernaan/

https://docplayer.info/60216811-Laporan-pendahuluan-ca-colon.html

http://endangtrikurnia.blogspot.com/2015/11/makalah-kanker-kolon.html

http://mettaadnyana.blogspot.com/2014/02/makalah-sistem-pencernaan-manusia.html

file:///C:/Users/USER/Desktop/BHAYU%20BANGKIT%20ARAFAT%20BAB%20II.pdf

https://id.scribd.com/doc/120767836/Askep-CA-Colon-Mnggu-3-Fixxx

http://www.galeripustaka.com/2013/03/manajemen-nyeri.html

https://www.kompasiana.com/pamela1999/5b2dd32516835f2683593682/khasiat-tanaman-alami-
penumpas-kanker-usus-besar?page=all

https://media.neliti.com/media/publications/105468-ID-jamu-pada-pasien-tumorkanker-sebagai-
ter.pdf

https://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk372017.pdf

Anda mungkin juga menyukai