Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH TENTANG CA SERVIKS

Di susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II


Dosen Pengampu Ns. Awatiful Azza., M.Kep,Sp.Kep.Mat.

Di susun oleh :
Kelompok 1 kelas D

1. Moh. Ardika Prayoga 2011011115


2. Dinda Ayu Agustin 2011011122
3. Moh. Rafi Ardhiansyah 2011011123

4. Eky Wulan Agustin 2011011127


5. Nadia Lestika 2011011128

6. Nur Imamah Muthoharoh 2011011133


7. Intan Saidatur Rohmah 2011011138
8. Shellina Maharani 2011011139
9. Tasyatul Farida 2011011149

PRODI S1-ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan pụji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat
dan karunianya yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan baik walaupun jauh dari kata kesempurnaan. Dimana
tugas ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan
Maternitas II”.
Dengan terselesaikannya makalah ini tim penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Awatiful Azza., M.Kep, Sp.Kep.Mat. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Maternitas II yang telah membimbing kami dalam proses
pembelajaran.
2. Kepada beberapa ebook, buku, jurnal penelitian yang telah memberikan
bantuan dalam proses pengumpulan bahan materi untuk pembuatan makalah
yang telah disebutkan pada bagian sumber referensi.

Mungkin ini yang dapat kami sampaikan. Apabila ada kritik dan saran dari
pembaca,kami bersedia menerima semua kritik dan saran tersebut. Karena kritik dan
saran ini batu loncatan yang dapat memperbaiki makalah kami dimasa mendatang
sehingga kami akan berusaha untuk menyelesaikan makalah dengan lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bermanfaat serta dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pihak yang membutuhkannya.

Jember, 05 September2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................................................... ii

Daftar isi..................................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan ................................................................................................... 1

1.1 Latar belakang masalah........................................................................................ 1

1.2 Rumusan masalah ................................................................................................ 3

1.3 Tujuan .................................................................................................................. 3

BAB II Isi ................................................................................................................... 4

2.1 Pengertian ............................................................................................................ 4

2.2 Tanda dan gejala .................................................................................................. 4

2.3 Etiologi ................................................................................................................. 5

2.4 Patofisiologi ......................................................................................................... 6

2.5 Pemeriksaan penunjang ....................................................................................... 7

2.6 Penatalaksanaan ................................................................................................... 8

BAB III Asuhan Keperawatan ................................................................................... 10

3.1 Pengkajian ............................................................................................................ 10

3.2 Diagnosis keperawatan ........................................................................................ 13

3.3 Rencana keperawatan........................................................................................... 13

3.4 Implementasi keperawatan................................................................................... 17

3.5 Evaluasi keperawatan........................................................................................... 24

BAB IV Penutup ........................................................................................................ 39

4.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 39

4.2 Saran .................................................................................................................... 39

Daftar Pustaka ............................................................................................................ 40

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama pada manusia di seluruh
dunia. Data American Cancer Society (2008) menunjukkan bahwa sebesar 1.437.180
kasus baru yang didiagnosis pada tahun 2008 dan hampir setengah dari kasus tersebut
berujung pada kematian. Setiap tahunnya, sebanyak 500.000 kasus baru ca serviks
ditemukan dengan jumlah kematian lebih dari 250.000 (Rasjidi, 2009). Di Indonesia
sendiri, ca serviks merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi pada wanita yaitu
sebesar 0,80/00 (kemenkes RI, 2015). Menurut Diananda (2007), banyak faktor yang
meningkatkan kejadian ca serviks yaitu faktor sosiodemografi s meliputi usia, status
sosial dan ekonomi, serta faktor aktivitas seksual meliputi usia pertama kali pada saat
melakukan hubungan seks, riwayat berganti pasangan seks, paritas, kebersihan genital
yang kurang, merokok, riwayat penyakit kelamin, trauma kronis pada serviks, serta
penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lebih dari 4 tahun.

Sekitar 40.000 kasus ca serviks terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Penyebab ca


serviks utamanya adalah infeksi kronik oleh HPV (Human Papiloma Virus) namun faktor
resiko ca serviks yang memicu sangatlah beragam salah satunya kebersihan diri yang
buruk. Kebersihan diri yang buruk merupakan salah satu faktor risiko ca serviks, wanita
yang memiliki kebersihan diri yang buruk memiliki risiko ca serviks 19,386 kali lebih
besar daripada wanita yang memiliki kebersihan diri yang baik. Berdasarkan estimasi,
Provinsi Jawa Timur memiliki penderita kanker kedua terbanyak di Indonesia setelah
Provinsi Jawa Tengah yaitu sekitar 61.230 kasus (Menkes RI, 2013). Provinsi Jawa
Timur memiliki estimasi jumlah penderita ca serviks terbanyak nomor satu di Indonesia
yaitu sekitar 5.668 kasus (Menkes RI, 2013). Menurut Kartikawati (2013), personal
hygiene yang tidak baik serta penggunaan pembalut yang tidak berkualitas serta
mengandung bahan pemutih (dioksin) dapat menguap apabila berekasi dengan darah
menstruasi, hal ini berakibat pada penghambatan sirkulasi udara pada daerah kewanitaan.
Penggunaan pantyliner seharihari juga dapat memperngaruhi kelembaban serta
merangsang tumbuhnya bakteri pathogen yang dapat memicu ca serviks.

Menurut Bustan (2007), perempuan dengan personal hygiene yang buruk memiliki
risiko ca serviks lebih besar untuk terkena ca serviks daripada perempuan dengan

1
personal hygiene yang baik. Ca Serviks ini merupakan tumor ganas yang mengenai
lapisan permukaan leher rahim yang disebut sel epitelskuamosa. Sel epitel skuamosa ini
terletak antara rahim dan liang senggama. Tumor ganas yang terjadi disebabkan karena
adanya penggandaan sel akibat berubahnya sifat sel menjadi sel yang tidak normal. Sifat
dari sel ganas ini yaitu dapat menyebar atau metastasis ke bagian tubuh yang lain melalui
pembuluh darah maupun getah bening sehingga merusak fungsi jaringan (Yatim, 2005).
Penyebab utama ca serviks ini adalah infeksi dari virus bernama Human papilloma Virus
(HPV). HPV yang sudah dapat teridentifikasi sampai saat ini yaitu sebanyak 138 jenis
dan 40 di antaranya dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Virus HPV yang dapat
menyebabkan ca serviks yaitu virus HPV risiko sedang maupun tinggi. HPV risiko tinggi
yang dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel serviks adalah tipe 16, 18, 31,
33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69. Tipe virus HPV tersebut dapat menular lewat
hubungan seksual. Beberapa penelitian menyatakan bahwa sebesar 90% ca serviks
disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18. Dari kedua tipe ini, HPV tipe 16 telah
menyebabkan lebih dari 50% ca serviks. Seseorang yang sudah terinfeksi virus HPV 16
maka memiliki kemungkinan terkena ca serviks sebesar 5% (Rasjidi, 2009).

Faktor yang mempengaruhi ca seviks adalah usia pertama kali menikah, aktivitas
seksual yang tinggi dan riwayat berganti pasangan, penggunaan antiseptik, rokok, paritas,
penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama, dan personal hygiene yang buruk
(Diananda, 2007). Usia menikah ≤ 20 tahun merupakan faktor yang mempengaruhi
kejadian ca serviks karena sel mukosa belum benarbenar matang untuk melakukan
hubungan seksual sehingga sangat rentan terhadap rangsangan dari luar. Busmar (1993),
mengemukakan bahwa hubungan seksual pada usia muda akan meningkatkan risiko
untuk terkena ca serviks, selain karena masih berkembangnya sel-sel serviks kemudian
dipacu rangsangan dari sel mani yang berasal dari hubungan seksual. Sel mukosa baru
benar-benar matang umumnya setelah wanita berusia di atas 20 tahun. Apabila sel-sel
mukosa dalam rahim dipaksa untuk menerima rangsangan dari luar, hal ini berisiko untuk
membentuk lesi pra kanker yang bisa menjadi kanker ditambah dengan zat-zat kimia yang
terbawa oleh sperma. Sel mukosa serviks yang tidak siap menerima rangsangan dari luar
bisa berubah sifat menjadi kanker. Selain itu, sel mukosa yang belum matang dapat
tumbuh lebih banyak daripada sel yang mati apabila terlalu banyak menerima rangsangan
dari luar. Pertumbuhan sel yang tidak seimbang dan abnormal ini akan berubah pula
menjadi sel kanker. Wanita dengan aktivitas seksual dan sering berganti-ganti pasangan

2
akan memiliki risiko untuk mengalami ca serviks karena dengan semakin tinggi aktivitas
seksual dan riwayat berganti-ganti pasangan akan memperbesar kemungkinan penularan
penyakit kelamin serta memperbesar kemungkinan HPV masuk ke dalam rahim.

1.2 Rumusan Masalah

i. Apa pengertian dari ca cerviks?

ii. Bagaimana tanda dan gejala dari ca cerviks

iii. Bagaimana konsep etiologic dari ca cerviks?

iv. Bagimana patofisiologi dari ca cerviks?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui secara

1.3.2 Tujuan khusus

Setelah diskusi tentang penyakit ca cerviks diharapkan mahasiswa :

a. Mengetahui pengertian dari ca cerviks

b. Mengetahui etiologic dari ca cerviks dan tanda gejalanya

c. Mengetahui cara pencegahan dari caerviks

3
BAB II

ISI

2.1 Pengertian
Kanker Serviks merupakan suatu bentuk keganasan yang terjadi pada leher rahim
(serviks) yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan yang abnormal dari jaringan epitel
serviks. Epitel serviks memiliki tiga zona, zona pertama (ektoserviks) terdiri dari sel
epitel pipih berlapis, zona kedua (endoserviks) terdiri dari sel epitel kolumnar selapis,
dan zona ketiga adalah zona peralihan dari sel epitel pipih menjadi sel epitel kolumnar
(transformation zone). Jaringan epitel serviks memiliki beberapa lapisan yakni lapisan
basal (stratum basal), tengah (stratum spinosum dan stratum granulosum), dan bagian
suprabasal (stratum korneum). Pada tahap awal kanker serviks, ditemukan lesi abnormal
sel-sel epitel serviks yang bersifat non- invasif namun dapat berkembang menjadi kanker
serviks diberi nama Cervical Intraepitelial Neoplasia (CIN). (Evriarti & Yasmon, 2019)

2.2 Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala Kanker Serviks Pada tahap prakanker sering tidak menimbulkan
gejala. Gejala prakanker biasanya berupa keputihan, perdarahan sedikit yang bisa hilang.
Pada tahap kanker dapat timbul gejala berupa keputihan atau keluar cairan encer dari
vagina yang berbau, perdarahan diluar siklus haid, perdarahan sesudah senggama, timbul
kembali haid setelah mati haid (menopause), nyeri daerah panggul, dan gangguan buang
air kecil. Infeksi HPV dan kanker serviks pada tahap awal berlangsung tanpa gejala,bila
kanker sudah mengalami progresivitas atau stadium lanjut, gejalanya yaitu:
 Keputihan: semakin lama semakin berbau busuk dan tidak berhenti-henti, terkadang
bercampur darah.
 Perdarahan vagina yang tidak normal seperti perdarahan diantara periode regular
menstruasi periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya,
perdarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul, perdarahan pada
wanita usia menopause, perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejalakanker
serviks 75-80%, perdarahan spontan yaituperdarahan yang timbul akibat terbukanya
pembuluh darah dan semakin lama semakin sering terjadi.
 Nyeri yaitu: rasa sakit saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri saat buang air
kecil, nyeri didaerah panggul, bila kanker sudah mencapai stadium III keatas, maka
akan terjadi pembengkakan diberbagai anggota tubuh seperti betis, paha. Anemia

4
Anemia pada pasien kanker terjadi karena adanya aktivasi sistem imun dan inflamasi
oleh keganasan tersebut. Beberapa sitokin yang dihasilkan oleh sistem imun dan
inflamasi seperti interferon (INF), tumor necrosing factor (TNF) dan interleukin-1
(IL-1) merupakan bahan-bahan yang merangsang untuk terjadinya anemia. Di
samping itu, kanker tersebut juga dapat mempunyai efek langsung untuk terjadinya
anemia, Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang
menyebabkan obstruksi total.
Kanker serviks memiliki beberapa gejala untuk mengenalinya, diantaranya
yaitu: pada umumnya pasien tidak merasakan gejala kanker serviks jika masih pada
stadium awal. Gejalanya baru muncul saat sel kanker serviks sudah menginvasi
jaringan di sekitarnya sehingga ketika pasien mengetahuinya kanker serviks sudah
berada pada stadium lanjut. Gejala umum yang dirasakan oleh penderita kanker
serviks yaitu perdarahan vagina yang tidak normal, perdarahan setelah bersenggama
ataupun perdarahan setelah menoupouse, dan keputihan. Pada fase invasif dapat
keluar cairan berwarna kekuning- kuningan, berbau, dan dapat bercampur dengan
darah. Penderita akan merasakann nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah
bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah,
kemungkinan terjadi hidronefrosis. Pada stadium lanjut, terjadi penurunan berat
badan, edema kaki, timbul iritasi kandung kemih dan rektum wah, kemungkinan
terjadi hidronefrosis. Pada stadium lanjut, terjadi penurunan berat badan, edema kaki,
timbul iritasi kandung kemih dan rectum. (Imelda & Santosa, 2020)

2.3 Etiologi
Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) atau Virus Papiloma Manusia biasa terjadi
pada perempuan usia reproduksi. Infeksi ini dapat menetap, berkembang menjadi displasi
atau sembuh sempurna. Virus ini ditemukan pada 95% kasus Kanker Leher Rahim. Ada
dua golongan HPV yaitu HPV risiko tinggi atau disebut HPV onkogenik yaitu utamanya
tipe 16, 18, dan 31, 33, 45, 52, 58; sedangkan HPV risiko rendah atau HPV non-
onkogenik yaitu tipe 6, 11, 32, dsb.
Proses terjadinya Kanker Leher Rahim sangat erat berhubungan dengan proses
metaplasia. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel
secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat berubah menjadi sel yang berpotensi
ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi.
Sel yang mengalami mutasi disebut sel displastik dan kelainan epitelnya disebut

5
displasia (Neoplasia Intraepitel Leher rahim/ NIS). Dimulai dari displasia ringan, sedang,
berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Lesi
displasia dikenal juga sebagai ”lesi prakanker”. Perbedaan derajat displasia didasarkan
atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel.
Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang
menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalisnya masih utuh.
Pada lesi prakanker derajat ringan dapat mengalami regresi spontan dan menjadi
normal kembali. Tetapi pada lesi derajat sedang dan berat lebih berpotensi berubah
menjadi kanker invasif.

Sumber: L Nuranna, G Puwoto dkk-FKUI/RSCM 2005 (Kocyigit, 2015)

2.4 Patofisiologi
Kanker Serviks adalah kanker yang berasal dari sel epitel skuamosa yang terjadi jika
sel-sel pada serviks tumbuh tidak terkendali. Sebelum kanker terjadi, akan didahului
dengan suatu keadaan yang disebut lesi prakanker atau Cervical Intraephiteal Neoplasia
(CIN). Fase prakanker ini sering disebut dengan dysplasia yang merupakan perubahan
prakeganasan dari sel-sel rahim. Terdapat tiga tahap utama prakanker yang dimulai
dengan infeksi pada sel dan berlanjut menjadi intraephitelia neoplasia (perkembangan
sel-sel abnormal pada serviks) dan pada akhirnya berubah menjadi sel kanker pada
serviks.

Sumber: Ketmenkes 2015


Sebelum terjadinya kanker, akan didahului dengan keadaan yang disebut lesi pra kanker
atau neoplasia intraepitel serviks (NIS). NIS merupakan awal dari perubahan menuju
karsinoma serviks uterus. Patogenesa NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum

6
penyakit yang dimulai dari displasia ringan (NIS 1), displasia sedang (NIS 2), displasia
berat dan karsinoma in-situ (NIS 3) untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma
invasif. Konsep regresi spontan serta lesi yang persisten menyatakan bahwa tidak semua
lesi prakanker akan berkembangmenjadi lesi invasif, sehingga diakui bahwa masih cukup
banyak faktor berpengaruh Prevalensi NIS di Amerika Serikat pada perempuan yang
menjalani skrining kanker serviks sebesar 4 persen untuk NIS 1 dan 5 persen untuk NIS
2 dan 3. Lesi tingkat tinggi biasanya didiagnosis pada wanita 25 sampai 35 tahun,
sedangkan kanker invasif lebih sering didiagnosis setelah usia 40, biasanya 8 sampai 13
tahun setelah diagnosis lesi kelas tinggi. Pada negara yang berkembang seperti di Nigeria
usia rata-rata untuk neoplasia intraepithelial servikal ((NIS) adalah 37,6 tahun. NIS 1
menyumbang 3,6%, NIS 2 0,8% dan NIS 3 hanya 0,4%. (Imelda & Santosa, 2020)

2.5 Pemeriksaan penunjang


a) Pap Smear
Menggunakan pendekatan “jaringan Netral” computer canggih dimana komputer
dapat melakukan penapisan secara cepat pada slide dan sesuai kriteria yang
diberikan, identifikasi sel-sel abnormal. Area tersebut kemudian dikaji melalui
monitor seorang teknisi sitologi/ahli patologi
b) Servikografi
Kamera khusus yang digunakan untuk memfoto servik. Film dicetak di laboratorium
dan foto diinterpretasi oleh petugas terlatih. Terutama digunakan sebagai
tambahan dari papsmear, tetapi dapat juga sebagai metode penapisan primer
(Kemenkes, 2015).
c) Kolposkopi
Pemeriksaan visual bertenaga tinggi (pembesaran) untuk eksoservik, SKK (saluran
Skuamosa Kolumnar) dan kanal endoserviks. Biasanya disertai dengan biopsi
jaringan ikat yang tampak abnormal. Terutama digunakan dalam tes “diagnosa”.
Pertama dikenalkan tahun 1929 (Kemenkes, 2015).
d) HPV
Menggunakan teknik molekul, DNA yang terkait dengan HPV diuji disebuah contoh
materi sel yang diambil dari serviks atau vagina.Dapat digunakan sebagai tes
penapisan
e) IVA Test
Pemeriksaan visual endo servik, SKK, dan kanal endoservik dengan mata

7
telanjang(tanpa pembesaran) dengan asam asetat.digunakan sebagai tes
penapisanLaporan hasil (tes-positif, tes-negatif, dicurigai kanker) (Kemenkes
2015).

2.6 Penatalaksanaan
Beberapa pengobatan bertujuan mematikan sel-sel yang mengandung virus HPV.
Berikut adalah cara-cara pengobatan pada pasien kanker serviks:
 Radiasi
Untuk lesi yang sangat besar (lebih besar dari 4 cm) atau kanker serviks metastatic,
radiasi dengan kemoterapi bersamaan biasanya merupakan standar perawatan untuk
pengobatan primer. Terapi radiasi dapat digunakan sebagai gantinya operasi, atau
sebagai terapi tambahan setelah operasi. Tiga jenis RT dapat digunakan untuk
mengobati kanker serviks: RT eksternal, including intensity-modulated radiotherapy
(IMRT) dan internal RT (brachytherapy). (Johnson et al., 2019)
 Kemoterapi
Kemoterapi biasanya telah digunakan untuk stadium lanjut atau berulang penyakit yag
tidak lagi dapat diobati atau dikelola dengan pembedahan atau RT. Kemoterapi telah
megabil peran yang jauh lebih besar sebagai bagian dari pengobatan definitive untuk
kanker serviks. Bahan-bahan kemoterapi adalah obat sitotostik yang bekerja dalam
berbagai cara pada sel-sel spesifik selama berbagai fase kehidupan sel, sebagai obat
digunakan hanya untuk menghancurkan jenis sel kanker tertentu. (Johnson et al.,
2019)
 Imunoterapi
Imunoterapi menggunakan obat-obatan yang merangsang system kekebalan tubuh
untuk mengenali dan menghancurkan sel kanker. Penting bangian dari system
kekebalan tubuh ialah kemampuannya untuk menggunakan molekul juga dikenal
sebagai "pos pemeriksaan" untuk mengaktifkan (atau menonaktifkan) respon tubuh.
Sel kanker sering menyerang system kekebalan tubuh untuk menghindari diserang
obat-obatan baru telah mampu untuk membantu melawan kanker. (Johnson et al.,
2019)
 Perawatan bedah
Pembedahan adalah bagian dari pengobatan untuk banyak kasus kanker serviks.
Untuk lesi prakanker kecil (stage I) atau kanker serviks yang terdapat di leher Rahim

8
(stadium I), cryosurgery (terapi cryo), operasi laser, prosedur eksisi loop
electrosurgical, conization, hysterectomy, and bilateral salpingo-oophorectomy dapat
digunakan. Untuk lesi kanker serviks yang lebih besar (biasanya hingga 4,5 cm)
trakelektomi ((a fertility-sparing procedure) dan histerektomi radikal dapat digunakan.
Operasi ini dapat dilakukan dengan laparoscope, menggunkan mesin robot atau
dengan sayatan perut yang lebih besar (laparotomy). Setelah operasi primer,
penemuan patologis ekstensi tumor tak terduga (misalnya, invansi dalam,
limfovaskular), keterlibatan parametrium atau metastasis nodal) mungkin memerlukan
terapi lebih lanjut dengan adjuvant radiation atau kemoradiasi. Lainnya jenis operasi
termasuk pelvic exenterations, yang merupakan prosedur operasi kompleks yang
dapat dilakukan untuk kekambuhan penyakit. (Johnson et al., 2019)

9
BAB III

ASKEP

3.1 Pengkajian
Klien bernama Ny. U masuk RS pada tanggal 30 April 2019 dan dilakukan
pengkajian pada tanggal 30 April 2019 dengan diagnosa Ca. Serviks Stadium IIB. Klien
terlihat cemas akan kondisi penyakitnya.
A. Data Subjektif
1) Identitas Klien
Nama : Ny. U
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 37 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2) Riwayat Keluhan Utama
Klien mengatakan keluar darah bergumpal dari kemaluan dan terasa nyeri pada
perut bagian bawah, tidak nafsu makan dan terasa mual.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit mengalami keputihan dan keluar
darah dari kemaluan selama 2 minggu disertai nyeri perut bagian bawah. Lalu
pasien dibawa ke RS dan menjalani pemeriksaan biopsy dan barulah pasien
mengetahui telah menderita kanker serviks dan telah mencapai stadium IIb.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya pernah di rawat di rumah sakit karena sakit
kanker serviks 4 bulan yang lalu dan sudah dilakukan pengobatan.
B. Data Objektif
1) Status Kesehatan Umum
- Keadaan Umum : Klien terlihat lemas dan pucat, dengan kesadaran
Composmentis E4M6V5 dan terpasang alat bantu medis IVFD
- TTV : TD : 150/90 Nadi : 98 kali/menit
RR : 20 kali/menit Suhu : 36,9 °C

- Nyeri : Nyeri pada bagian perut bagian bawah seperti


tertusuk-tusuk yang hilang timbul dengan skala nyeri 4
- Pemeriksaan fisik

10
a. Pengkajian kepala : Kepala simetris dan bersih dan kepala terasa
pusing, konjungtiva anemis, tidak ada edema, tidak ada pernapasan
cuping hidung. Pada rongga mulut dan lidah berwarna merah muda,
mukosa lembab
b. Pemeriksaan Jantung : CRT > 2 detik
c. Status Nutrisi : BB = 54 kg TB = 160 cm. Berat badan klien
menurut 6 bulan terakhir dari 60 kg menjadi 54 kg
d. Sistem Endokrin : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
kelnjar getah bening
e. Genitalia : Terdapat Perdarahan pervaginam

Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Masalah
1 Data Subjektif Penurunan konsentrasi Perfusi perifer tidak
- Pasien mengatakan keluar hemoglobin efektif
darah bergumpal dari
kemaluan.
- Pasien mengatakan badannya
lemas dan kepala sering terasa
pusing
Data Objektif
- TTV
TD : 150/90 Nadi : 98x/mnt
RR : 20x/mnt Suhu : 36,9 °C
- Pasien terlihat lemas dan pucat
dengan kesadaran
composmentis E4M6V5
- Konjungtiva anemis
- CRT > 2 detik
- Hemoglobin : 8,8 g/dl
2 Data subjektif Penekanan syaraf Nyeri kronis
- Pasien mengatakan nyeri perut lumbosakralis
bagian bawah hingga vagina
seperti ditusuk tusuk

11
- Pasien mengatakan nyeri
terasa hilang timbul
Data objektif
- Skala nyeri 4
- Ekspresi pasien terlihat
meringis saat nyeri timbul
- TTD : 140/80 mmHg
- Nadi : 98x/menit
3 Data Subjektif Ketidakmampuan Risiko defisit nutrisi
- Pasien mengatakan tidak nafsu menelan makanan
makan karena mual
- Pasien mengatakan sering muntah
merasa mual dan terkadang
muntah
- Pasien mengatakan berat
badannya mengalami
penurunan 6kg dalam 6 bulan
terakhir
Data Objektif
- Pasien terlihat lemas dan pucat
- Porsi makanan yang diberikan
tidak dihabiskan dan hanya
memakan 3-4 sendok saja
- BB awal sebelum sakit : 60 kg
BB 6 bulan terakhir : 54 kg
TB : 160 cm
IMT : 21,09 (normal)
4 Data Subjektif Kurang terpapar Ansietas
- Pasien mengatakan cemas informasi
akan kondisi penyakitnya saat
ini
- Pasien mengatakan takut
penyakitnya akan menjadi

12
bertambah parah setelah
melakukan kemoterapi
Data Objektif
- Pasien terlihat cemas dan
gelisah
- Ekspresi pasien murung
- Pasien tampak tegang
- TD : 150/90 Nadi : 98x/menit

3.2 Diagnosis Keperawatan


Adapun diagnosis keperawatan yang diangkat pada pasien berdasarkan hasil pengumpulan
data yaitu :
No Diagnosis Keperawatan
1 Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d kadar hemoglobin
8,8 g/dl
2 Nyeri kronis b.d penekanan syaraf lumbosakralis d.d nyeri perut bagian bawah dengan
skala nyeri 4
3 Risiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan karena mual muntah
ditandai dengan tidak ada nafsu makan dan berat badan menurun
4 Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d pasien cemas akan penyakitnya dan merasa
akan bertambah parah saat melakukan kemoterapi

3.3 Rencana Tindakan Keperawatan


No Diagnosis Tujuan dan Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Perfusi perifer Tujuan: 1. Lakukan manajemen 1. Penatalaksanaan yang baik
tidak efektifSetelah dilakukan perfusi perifer efektif meningkatkan keberhasilan
asuhan a. Monitor faktor resiko a. Monitor secara dini
keperawatan gangguan pada dapat memudahkan
selama 3x24 jam sirkulasi tindakan yang akan
diharapkan b. Periksa sirkulasi dilakukan selanjutnya
perfusi perifer perifer secara b. Pemeriksaan
pasien efektif menyeluruh meningkatkan

13
c. Monitor adanya panas, keberhasilan dalam
Kriteria Hasil: kemerahan, nyeri atau tindakan yang
- TTV normal bengkak pada dilakukan
TD : 130/80 ekstremitas c. Monitor tanda gejala
Nadi : 80x/mnt d. Kaji volume cairan jika tidak lakukan akan
RR : 20x/mnt yang keluar memperberat penyakit
Suhu : 36,5°C 2. Lakukan monitoring dan d. Volume cairan dikaji

- Pasien lebih evaluasi terhadap: agar mengetahui jumlah

bertenaga dan a. Monitor tanda-tanda vairan yang di

tidak pucat vital keluarkan dan yang

- Hemoglobin b. Kekuatan tubuh pasien harus diganti

normal dan warna kulit 2. Monitoring yang baik

(12g/dl) c. Kadar hemoglobin membantu mendeteksi


3. Berikan edukasi tentang setiap perubahan
peningkatan perfusi perifer a. TTV yang tidak normal
agar efektif dapat mengindikasikan
4. Lakukan kolaborasi abnormalitas
dengan dokter pemberian b. Keadaan tubuh dapat
transfusi darah dan cairan menjadi tanda untuk
infus melakukan tindakan
selanjutnya
c. Kadar hemoglobin yang
normal menunjang
proses penyembuhan
3. Edukasi yang baik dapat
meningkatkan pengetahuan
tentang perfusi perifer
pasien yang efektif
4. Profesionalisme lebih tepat
dalam meningkatkan
perfusi perifer efektif
2 Nyeri kronis Tujuan: 1. Lakukan manajemen 1. Penatalaksanaan yang baik
Nyeri kronis pasien nyeri kronis meningkatkan keberhasilan

14
teratasi dalam a. Monitor frekuensi, a. Monitor yang baik
waktu 2x24 jam durasi, skala dan titik dapat mengindikasikan
terjadinya nyeri perubahan nyeri
Kriteria Hasil: b. Kontrol lingkungan b. Lingkungan yang
- Skala nyeri 1-2 yang memperberat rasa kondusif menunjang
- Ekspresi nyeri penyembuhan
pasien terlihat c. Ajarkan teknik nafas c. O2 yang cukup
lebih rileks panjang bila nyeri menghambat
- TTV normal datang pembentukan asam
TD : 130/80 d. Dukung istirahat yang laktat
Nadi : 80x/mnt cukup d. Istirahat meminimalkan
RR : 20x/mnt 2. Lakukan monitoring dan kebutuhan oksigen
Suhu : 36,5°C evaluasi terhadap: 2. Monitoring yang baik
a. Skala nyeri membantu mendeteksi
b. Ekspresi wajah setiap perubahan
c. Tanda-tanda vital a. Indikasi perubahan
3. Berikan edukasi pada nyeri
pasien dan keluarga untuk b. Nyeri dapat
perawatan nyeri kronis diekspresikan secara
4. Lakukan kolaborasi non verbal
dengan dokter dalam c. TTV dapat meningkat
pemberian analgesik saat terjadi nyeri
3. Edukasi yang baik dapat
meningkatkan toleransi
terhadap nyeri
4. Profesionalisme lebih tepat,
pemberian analgesik dapat
diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri
3 Risiko defisit Tujuan: 1. Lakukan manajemen 1. Penatalaksanaan yang baik
nutrisi Nutrisi pasien nutrisi seimbang meningkatkan
terpenuhi setelah a. Kaji status nutrisi keberhasilan
dilakukan asuhan pasien a. Nutrisi yang terpenuhi

15
keperawatan b. Monitor asupan makan meningkatkan
dalam waktu setiap hari penyembuhan
2x24 jam c. Identifikasi adanya b. Nutrisi harian minimal
alergi atau intoleransi sesuai kebutuhan
Kriteria Hasil: pada makanan c. Dapat memperburuk
- Pasien lebih d. Berikan pasien kesehatan
bertenaga dan makanan yang tinggi d. Menunjang
tidak pucat protein dan tinggi pengobatan
- Porsi makan kalori e. Dapat meningkatkan
habis, e. Anjurkan pasien nafsu makan
frekuensi 3x makan sedikit tapi 2. Monitoring yang baik
sehari sering dan sajikan membantu mendeteksi
- Berat badan makanan dalam setiap perubahan
meningkat 100 keadaan hangat a. Indikasi nutrisi
gram 2. Lakukan monitoring dan terpenuhi
evaluasi terhadap: b. Memprediksi
a. Kekuatan tubuh, peningkatan porsi nutri
tenaga dan warna kulit selanjutnya
pasien c. Indikasi nutrisi
b. Porsi makan terpenuhi jika berat
c. Berat badan badan bertambah
3. Berikan edukasi pasien 3. Edukasi yang baik dapat
dan keluarga pentingnya meningkatkan
dalam memenuhi nutrisi pengetahuan tentang
bagi tubuh nutrisi bagi tubuh dalam
4. Lakukan kolaborasi menunjang penyembuhan
dengan dokter dan ahli 4. Profesionalisme lebih
gizi tepat dalam meningkatkan
nutrisi tubuh
4 Ansietas Tujuan: 1. Lakukan manajemen 1. Penatalaksanaan yang baik
Ansietas pasien perawatan ansietas meningkatkan
teratasi setelah a. Berikan suasana keberhasilan
dilakukan asuhan lingkungan yang a. Suasana sekitar yang

16
keperawatan tenang baik meningkatkan
selama 2x24 jam b. Ajarkan teknik ketengan
relaksasi b. Oksigen yang cukup
Kriteria Hasil: c. Berikan informasi membantu dalam
- Pasien mampu secara faktual mengurangi rasa
mengungkapka mengenai penyakit, cemas dalam tubuh
n gejala cemas diagnosis dan c. Memberikan
- Ekspresi wajah pengobatannya pengetahuan kepada
lebih rileks, d. Gunakan pendekatan pasien agar tak perlu
indikasi yang tenang dan cemas
kecemasan dengarkan dengan d. Membangun chemistri
berkurang penuh perhatian dan aura posirif
- TTV normal 2. Lakukan monitoring dan 2. Monitoring yang baik
TD : 130/80 evaluasi terhadap: membantu mendeteksi
Nadi : 80x/mnt a. Gejala kecemasan setiap perubahan
RR : 20x/mnt b. Ekspresi wajah a. Mendeteksi seacara
Suhu : 36,5°C c. Tanda-tanda vital dini
3. Berikan edukasi pasien b. Kecemasan dapat
dan keluarga dalam terlihat nonverbal
melakukan perawatan c. TTV meningkat jika
pada ansietas tingkat kecemasan
tubuh tinggi
3. Edukasi yang baik dapat
meningkatkan
pengetahuan tentang
mengatasi ansietas pasien

3.4 Imlementasi Keperawatan


No Tanggal/jam Implementasi keperawatan Paraf
1. 30 april 2019
08.35 Mengkaji skala nyeri berdasarkan PQRST Ny.U
P: nyeri

17
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri perut bagian bawah hingga vagina
S: skala nyeri 4
T: hilang timbul
08.40 Menanyakan adanya perdarahan pada pervaginaan, pasien Ny.U
mengatakan keuar darah bergumpal dari kemaluan
08.43 Memberi obat injeksi Ny.U
1. Asam traneksamat 1 amp/IV
2. Antarin 1 Amp/IV
3. Ceftrixone 1 gr/IV
4. Metaclopramide 1 amp/IV
08.44 Melihat reaksi non verbal dari ketidaknyamanan Ny.U
09.18 Melihat adanya tanda dan gejala gangguan sirkulasi perifer : Ny.U
1. pasien terlihat pucat,
2. konjungtiva anemis
3. CRT> 2 detik
09.24 Memberikan penjelasan pada pasien tentang penyebab nyeri, Ny.U
pasien dapat meenyebutkan kembali penyebab nyeri
09.25 Mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam Ny.U
09.40 Menanyakan adanya elergi makanan Ny.U
09.45 Menanyakan pola makan pasien, pasien makan 2-3 sendok Ny.U
saja karena mual
09.50 Melihat hasil laboratorium Ny.U
1. Hemoglobin 8,8 g/dl
(Normalnya: 12-16 g/dl)
2. Hematokrit 26,7%
(normalnya 37-54%)
10.00 Melihat tanda gejala cemas, ekspresi pasien murung Ny.U
10.05 Mengobservasi TTV; Ny.U
1. TD: 150/90 mmHg
2. N : 98x/ menit
3. Suhu : C
4. RR: 20X/ Menit

18
2. 1 mei 2019
08.47 Menanyakan penyebab kecemasan pasien, pasien takut karena Ny.U
dirinya menderita kanker dan takut tidak bisa sembuh
08.50 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan selama Ny.U
pengobatan, pasien mampu memahami prosedur pengobatan,
lebih tenang dan akan mengikuti pengobatan yang diberikan
oleh dokter
09.10 Melakuka penyuluhan kesehatan tentang efek samping dan Ny.U
penanganan dari kemoradioterapi yang akan dilakukan, pasien
dan keluarga mampu menyebutkan efek samping. Pasien
mendengarkan dengan antusias saat penyuluhan
09.20 Memberikan obat injeksi Ny.U
1. Asam traneksamat 1 amp/IV
2. Antarin 1 Amp/IV
3. Ceftrixone1 gr/IV
4. Metaclopramide 1 amp/IV
09.30 Menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering Ny.U
09.32 Menanyakan berat badan pasien, BB sekarang 54 Kg Ny.U
09.35 Mengidentifikasi status nutrisi Ny.U
1. TB : 160 cm
2. BB: 54 Kg
3. IMT: 21,09 normal
09.45 Melihat hasil laboratorium Ny.U
1. Leukosit : 11,53 3/L
(normalnya: 4,80-10,80 3/L)
10.00 Menjelaskan tanda dan gejala infeksi, pasien dan keluarga Ny.U
memahami dan mampu menyebutkan tanda dan gejala infeksi
10.15 Menanyakan nafsu makan pasien, tidak nafsu makan Ny.U
10.16 Menanyakan adanya perdarahan pada pervaginaan, darah Ny.U
hanya keluar sedikit dari kemaluan
10.17 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan Ny.U
pemberian tranfusi darah, pasien dan keluarga mampu
memahami pentingnya tranfusi darah

19
10.25 Memasang perlengkapan tranfusi daraf, Ny.U telah terpasang Ny.U
blood set dan Nacl :0,9% 20 tpm
10.35 Mengukur TTV: Ny.U
1. TD: 130/90 mmHg
2. N : 88 x/menit
3. Suhu : C
4. RR: 20X/ menit
10.45 Memberika tranfusi darah, Ny.U terpasang darah Ny.U
1. golongan darah :AB
2. No.PDUT :14375
3. Jenis tranfusi : PRC
4. Volume : 265 cc
11.00 Mengkaji skala nyeri berdasarkan PQRST Ny.U
P: Nyeri
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri perut bagian bawaah hingga vagina
S: skala nyeri 4
T: hilang timbul
11.20 Menganjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas Ny.U
dalam, pasien mampu mempraktekkan teknik relaksasi nafas
dalam
3. 2 mei 2019
08.55 Menanyakan adanya perdaraahan pada pervaginaan, ada Ny.U
sedikit darah dari kemaluan seperti flek
08.58 Memberikan obat injeksi Ny.U
1. Asam traneksamat 1 amp/IV
2. Antarin 1 amp/IV
3. Ceftrixone 1 gr/IV
4. Metoclopramide 1 amp/IV
09.15 Menganjurkan pasien untuk meningkatkan asuan nutrisi, Ny.U
pasien makan buah-buahan
09.25 Melihat hasil laboratorium Ny.U
1. Hemoglobin : 10,4 gl/dl

20
(normalnya: 12-16 gl/dl)
09.34 Mengkaji skala nyeri berdasarkan PQRST Ny.U
P: nyeri
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri perrut bagian bawah hingga vagina
S: skala nyeri 4
T: hilang timbul
09.38 Mengukur TTV Ny.U
1. TDD:140/80 mmHg
2. N: 90x/ menit
3. RR: 21x/ menit
4. Suhu : C
09.47 Mengajarkan kepada pasien dan keluarga cara mencuci tangan Ny.U
yang benar, pasien dan keluarga mampu mememeragakan cuci
tangan dengan benar
09.50 Menjelaskan tentang cara mengontrol nyeri dengan metode Ny.U
distraksi, pasien dapat menyebutkan cara-cara mengontrol
nyeri dengan metodi distraksi seperti:
1. Menyanyi
2. Menonton tv atau video
4. 3 mei 2019
09.21 Mengkaji skala nyeri berdasarkan PQRST Ny.U
P: nyeri
Q: seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri perut bagian bawah hingga vagina
S:skala nyeri 4
T: hilang timbul
09.25 Menanyakan tentang cara mengontrol nyeri dengan distraksi, Ny.U
pasien mampu menjelaskan teknik distraksi nyeri yang dapat
dilakukan seperti menyanyi, membaca, menonton
09.30 Mengobservasi penerimaan pasien tentang manajemen nyeri, Ny.U
pasien mampu menjelaskan jika nyeri timbu maka pasien akan
menarik nafas dalam melalui hidung menahannya sebentar

21
dan menghembuskan secara perlahan lewat mulut
09.35 Menanyakan asupan makanan pasien, pasien makan ⁄ porsi Ny.U

makanan
09.39 Menanyakan tentang adanya perdarahan pada pervaginaan, Ny.U
sudah tidak keluar darah lagi dari kemaluan
09.42 Menganjurkan pasien untuk banyak minum, minum 8 gelss Ny.U
perhari
09.46 Mengganti cairan infus,terpasang RL 500 cc 20 tpm, aliran Ny.U
infus lancer
09.55 Mengukur TTV Ny.U
1. TD: 130/80 mmHg
2. N: 78x/ menit
3. RR: 20x/ menit
4. Suhu: C
5. 4 mei 2019
08.45 Mengganti cairan infus, telah terpasang RL 500cc 20 tpm, Ny.U
aliran infus lancer
08.54 Menanyakan tentang pola tidur pasien, terbangun jika badan Ny.U
terasa nyeri
08.56 Menanyakan adanya perdarahan pada pervaginaan, tidak Ny.U
keluar darah dari kemaluan
08.58 Memberikan obat injekasi Ny.U
1. Asam traneksamat 1 amp/IV
2. Antarin 1 amp/IV
3. Ceftrixone 1 gr/IV
4. Metoclopramide 1 amp/IV
09.10 Mengkaji skala nyeri, berkurang menjadi skala 3 Ny.U
09.15 Menganjurkan pasien untuk menjaga asupan nutrisi, banyak Ny.U
makan buah
09.16 Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering, pasien Ny.U
makan
1. 07.00 makan ⁄ porsi habis

22
2. 09.00 makan ⁄ porsi habis

3. 11.00 makan ⁄ buah pisang

4. 13.00 makan ⁄ porsi habis

5. 15.00 makan ⁄ porsi habis

6. 18.00 makan ⁄ porsi habis


7. 20.00 tidak makan
09.18 Menganjurkan pasien untuk banyak minum, Pasien minum 2 Ny.U
botol aqua 600 ml per botol
09.25 Melihat hasil laboratorium Ny.U
1. Hemoglobin 10,4 g/dl
2. Hematokrit: 28,2%
3. Leukosit: 11,20 3 /L
09.35 Mengukur TTV Ny.U
1. TD: 130/80 mmHg
2. N: 88x/ menit
3. RR:20x/ menit
4. Suhu: C
6. 5 mei 2019
08.50 Menanyakan tentang adanya perdarahan pada pervaginaan, Ny.U
tidak keluar darah dari kemaluan
08.51 Menganjurkan pasien dan keluarga memonitor tanda dan Ny.U
gejala perdarahan, pasien dan keluarga paham dan akan
melaporkan kepada perawat jika terjadi tanda dan gejala
perdarahan
09.10 Memberikan obat injeksi Ny.U
1. Asam traneksamat 1 amp/IV
2. Antarin1 amp/IV
3. Ceftrixone 1 gr/IV
4. Metoclopramide 1 amp/IV
09.20 Mengkaji skala nyeri, skala 3 Nuy.U
09.24 Menganjurkan pasien dan keluarga memonitor tanda dan Ny.U
gejala perdarahannnn, keluarga dan pasien paham dan akan

23
melaporkan kepada perawat jika terjadi tanda dan gejala
perdarahan
09.25 Menanyakan asupan makanan pasien, semakin banyak makan Ny.U
09.26 Mengukur TTV Ny.U
1. TD; 130/80 mmHg
2. N: 84x/ menit
3. RR: 18x/ menit
4. Suhu: C

3.5 Evaluasi Keperawatan


Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)
01 mei 2019
08.25 Perfus perifer tidak efektif b.d penurunan S :
kosentrasi hemoglobin (D.0009)  pasien mengatakan masih keluar
darah bergumpal dari kemaluan
 pasien mengatakan badan masih
terasa lemas dan kepala pusing
 pasien hanya berbaring di tempat
tidur
O:
 CRT >2 detik konjungtiva anemis,
muka pucat
 Hemoglobin :8,8 g/dl
 Hematokrit : 26,7%
A:
 Masalah perfusi perifer tidak efektif
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi :
 Periksa sirkulasi perifer
 Identifikasi faktor resiko gangguan
sirkulasi
 Monitor adanya panas, kemerahan,
nyeri, atau bengkak ekstermitas

24
 Catat hasil lan Hb dan Ht
 Lakukan hidrasi
 Jelaskan kepada pasien dan keluarga
tentang tindakan pemberian tranfusi
daraf
 Berikan tranfusi darah
Nyeri kronis b.d penekanan syaraf S :
lumbosakralis (D.0078)  Pasien mengatakan masih terasa
nyeri
 Pasien mengatakan menggunakan
teknik relaksasi nafas dalam saat
nyeri timbul
O:
 P :nyeri kanker serviks
 Q : seperti ditusuk-tusuk
 R : nyeri perut bagian bawah hingga
vagina
 S : skala nyeri 4
 T :hilang timbul
 Pasien terlihat meringis menahan
sakit
A:
 Masalah nyeri kronis teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi:
 Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, dan
intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri non verbal
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri

25
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Anjurkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri
 Berikan analgetik
Resiko defisit nutrisi b.d S :
ketidakmampuan menelan makanan  Pasien mengatakan masih merasa
karena mual, muntah (D.0032) mual saat makan
O:
 Pasien hanya menghabiskan 2-3
sendok makan
A:
 Masalah defisit nutrisi tidak terjadi
P : lanjutkan intervensi:
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
 Berikan makanan tinggi protein dan
tinggi kalori
 Anjurkan posisi duduk saat
makan,jika perlu
Ansietas b.d kurang terpapar informasi S :
(D.0080)  Pasien mengatakan lebih tenang
setelah mendapatkan penjelasan
tentang prosedur pengobatan yang
akan dilakukan
O:
 Pasien terlihat tenang
A:
 Masalah ansietas teratasi sebagian
P : Lakukan intervensi
 Monitor tanda-tanda ansietas

26
 Ciptakan suasana yang
terapeutikuntuk menumbuhkan
kepercayaan
 Pahami situasi yang
membuatansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
 Jelaskan prosedur termasuk
sensasiyang mungkin dialami
 Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
 Latih teknik relaksasi
02 mei 2019
08.45 Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan S :
konsentrasi hemoglobin (D.0009)  Pasien mengatakan hanya sedikit
darah yang keluar dari kemaluan
O:
 CRT > 2 detik, konjungtiva anemis,
muka pucat
A:
 Maslah perfusi perifer tidak efektif
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
 Periksa sirkulasi perifer
 Identifikasi faktor resiko gangguan
sirkulasi
 Monitor adanya panas, kemerahan,
nyeri atau bengkak ekstremitas
 Catat hasil lab Hb dan Ht
 Lakukan hidrasi

27
Nyeri kronis b.d penekanan syaraf S :
lumbosakralis (D.0078)  Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman dengan teknik pernafasan
dalam
 P :nyeri kanker serviks
Q :seperti ditusuk-tusuk
R :nyeri perut bagian bawah
hingga vagina
S :skala nyeri 4
T : hilang timbul
O:
 Pasien terlihat meringis menahan
sakit
 TD :140/80 mmHg
 Nadi :90x/ menit
 RR :21x/ menit
 Suhu : C
A:
 Masalah nyeri kronis teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
 Identifikasi
lokasi,karakteristik,durasi, frekuensi,
kualitas, danintensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri nonverbal
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istiahat dan tidur
 Ajurkan teknik
nonfarmakologiuntuk mengurangi
nyeri
 Berikan analgetik

28
Resiko defisit nutrisi b.d mual muntah S :
(D.0032)  Pasien mengatakan masih merasa
mual saat makan
O:
 Pasien hanya menghabiskan 2-3
sendok makan
A:
 Masalah defisit nutrisi tidak terjadi
P : lanjutkan intervensi
 Monitor asupan makan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
 Berikan makanan tinggi protein dan
tinggi kalori
Ansietas b.d kurang terpapar informasi S :
(D.0080)  Pasien mengatakan paham dengan
prosedur yang akan dilakukan dan
akan mengikuti pengobatan yang
telah diberikan dokter
 Pasien mengatakan akan semangat
dan tidak ingin terlalu setress karena
akan fokus menjalani pengobatan
agar cepat sembuh
O:
 Pasien dapat menyebutkan efek
samping dari kemotrapi dan cara
penanganannya
 Pasien terlihat tenang
A:
 Masalah ansietas teratasi
P : lanjutkan intervensi

29
 Monitor tanda-tanda ansietas
 Dengarkan dengan penuh kasih
perhatian
 jelaskan prosedur termasuk sensasi
yang mungkin dialami
 informasikan secara aktual
mengenai diagnosis, pengobatan
03 mei 2019
09.05 Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan S :
konsentrasi hemoglobin (D.0009)  pasien mengatakan tidak ada lagi
darah yang keluar dari kemaluan
O:
 pasien terlihat pucat, konjungtiva
anemis
A:
 masalah perfusi perifer tidak efektif
teratasi sebagian
P :Lanjutkan intervensi
 Periksa sirkulasi perifer
 Identifikasi faktor resiko
gangguansirkulasi
 Monitor adanya
panas,kemerahan,nyeri atau
bengkakekstermitas
 Catat hasil lab Hb dan Ht1.5
Lakukan hidrasi
Nyeri kronis b.d penekanan syaraf S :
lumbosakralis (D.0078)  Pasien mengatakan nnyeri berkurang
 Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman dengan teknik nafas dalam
O:
 Skala nyeri 4

30
 Pasien dapat menjelaskan metode
distraksi dalam penanganan nyeri
 Pasien terlihat tenang dan relaks
 TD: 130/80 mmHg
Nadi : 78x/ menit
RR :20x/ menit
Suhu : C
A:
 Masalah nyeri kronis teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
 Identifikasi
lokasi,karakteristik,durasi, frekuensi,
kualitas, danintensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri nonverbal
 Kontrol lingkungan
yangmemperberat rasa nyeri
 Ajurkan teknik
nonfarmakologiuntuk mengurangi
nyeri
 Berikan analgetik
Resiko defisit nutrisi b.d mual muntah S :
(D.0032)  Pasien mengatakan masih merasa
mual saat makan
O:
 Pasien hanya menghabiskan ⁄
porsi makanan
A:
 Masalah resiko defisit nutrisi tidak
terjadi
P : lanjutkan intervensi

31
 Monitor asupan makanan
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
 Berikan makanan tinggi protein dan
tinggi kalori
04 mei 2019
08.55 Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan S :
konsentrasi hemoglobin (D.0009)  Pasien mengatakan sudah tidak ada
darah yang keluar dari kemaluan
O:
 Pasien terlihat pucat
 Hemoglobin :10,4 g/dl
 Hematokrit :28,2%
A:
 masalah perfusi perifer tidak efektif
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
 Periksa sirkulasi perifer
 Identifikasi faktor resiko
gangguansirkulasi
 Monitor adanya panas, kemerahan,
nyeri atau bengkak ekstermitas
 Catat hasil lab Hb dan Ht
 Lakukan hidrasi
Nyeri kronis b.d penekanan syaraf S :
lumbosakralis (D.0078)  Pasien mengatakan nyeri berkurang
 Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman dengan teknik nafas dalam
O:
 Skala nyeri 3
 Pasien dapat menjelaskan metode
distraksi dalam penanganan nyeri

32
 Pasien terlihat tenang dan relaks
 TD :130/80 mmHg
Nadi : 88x/ menit
RR :20x/menit
Suhu : C
A:
 Masalah nyeri kronis teratasi
sebagian
P : lanjtukan intervensi
 Identifikasi lokasi ,karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, dan
intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri nonverbal
 Kontrol lingkungan
yangmemperberat rasa nyeri
 Ajurkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri
 Berikan analgetik
Resiko defisit nutrisi b.d mual muntah S :
(D.0032)  Pasien mengatakan banyak makan
buah-buahan
O:
 Pasien hanya menghabiskan ⁄
porsi makanan
A:
 Masalah resiko defisit nutrisi tidak
terjadi
P : lanjutkan intervensi
 Monitor asupan makanan
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium

33
 Berikan makanan tinggi protein
dantinggi kalori
05 mei 2019
Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan S :
konsentrasi hemoglobin (D.0009)  Pasien mengatakan tidak ada lagi
darah yang keluar dari kemaluan
O:
 Pasien masih terlihat lemas,
konjungtiva anemis CRT >2 detik
 Hemoglobin :10,4 g/dl
 Hematokrit : 28,2%
A:
 Masalah perfusi perifer tidak efektif
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
 Periksa sirkulasi perifer
 Identifikasi faktor resiko gangguan
sirkulasi
 Monitor adanya panas, kemerahan,
nyeri atau bengkak ekstermitas
 Catat hasil lab Hb dan Ht
 Lakukan hidrasi
Nyeri kronsi b.d penekanan syaraf S :
lumbosakralis (D.0078)  Pasien mengatakan nyeri berkurang
 Pasien mengatkan merasa lebih
nyaman dengan teknik nafas dalam
O:
 Skala nyeri 3
 Pasien dapat menjelaskan metode
distraksi dalam penananan nyeri
 Pasien terlihat tenang dan relaks
 Td :130/70 mmHg

34
Nadi : 80x/ menit
RR : 20x/ menit
Suhu : C
A:
 Masalah nyeri kronis teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
 Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, dan
intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri nonverbal
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Ajurkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri
 Berikan analgetik

Resiko defisit nutrisi b.d mual dan S :


muntah (D.0032)  Pasien mengatakan masih merasa
mual saat mencium bau makanan
yang menyengat
O:
 Pasien hanya menghabiskan ⁄
porsi makanan
A:
 Masalah resiko defisit nutrisi tidak
terjadi
P : lanjutkan intervensi
 Monitor asupan makanan
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium

35
 Berikan makanan tinggi protein dan
tinggi kalori
06 mei 2019
08.55 Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan S :
konsentrasi hemoglobin (D.0009)  Pasien mengatakan tidak ada lagi
darah yang keluar dari kemaluan
O:
 Akral hangat, CRT <2 detik, wajah
pucat, kunjungtiva anemis
 Hemoglobin :10,4 g/dl
 Hematokrit : 28,2%
A:
 Masalah perfusi perifer tidak efektif
teratasi sebagaian
P : lanjutkan intervensi
 Periksa sirkulasi perifer
 Identifikasi faktor resiko
gangguansirkulasi
 Monitor adanya panas, kemerahan,
nyeri atau bengkak ekstermitas
 Catat hasil lab Hb dan Ht1
 Lakukan hidras
Nyeri kronis b.d penekanan syaraf S :
lumosakralis (D.0073)  Pasien mengatakan nyeri berkurang
 Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman dengan teknik nafas dalam
O:
 Skala nyeri : 3
 Pasien dapat menjelaskan metode
distraksi dalam penanganan nyeri
 Pasien terlihat tenang
 TD :130/80 mmHg

36
 Nadi : 84x/ menit
 RR : 18x/ menit
 Suhu : C
A:
 Masalah nyeri kronis teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
 Identifikasi
lokasi,karakteristik,durasi, frekuensi,
kualitas, dan intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri nonverbal
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Ajurkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri
 Berikan analgetik
Defisit nutrisi b.d mual muntah (D.0032) S:
 Pasien mengatakan makan sedikit
tapu sering
 Pasien mengatakan bnayak makan
buah-buahan
O:
 Pasien mengahabiskan porsi
makanan
 Pasien mengalami penurunan berat
badan (BB :54 Kg)
 Pasien minum 2 botol air mineral
1200 ml
A:
 Masalah resiko defisit nutrisi tidak
terjadi

37
P : lanjutkan intervensi
 Identifikasi status nutrisi
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil dari pemeriksaan
laboratorium
 Berikan makanan tinggi protein dan
tinggi kalori

38
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Kanker Serviks merupakan suatu bentuk keganasan yang terjadi pada leher rahim
(serviks) yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan yang abnormal dari jaringan
epitel serviks. Epitel serviks memiliki tiga zona, zona pertama (ektoserviks) terdiri
dari sel epitel pipih berlapis, zona kedua (endoserviks) terdiri dari sel epitel kolumnar
selapis, dan zona ketiga adalah zona peralihan dari sel epitel pipih menjadi sel epitel
kolumnar (transformation zone). Jaringan epitel serviks memiliki beberapa lapisan
yakni lapisan basal (stratum basal), tengah (stratum spinosum dan stratum
granulosum), dan bagian suprabasal (stratum korneum).
2. Kanker Serviks adalah kanker yang berasal dari sel epitel skuamosa yang terjadi jika
sel-sel pada serviks tumbuh tidak terkendali. Sebelum kanker terjadi, akan didahului
dengan suatu keadaan yang disebut lesi prakanker atau Cervical Intraephiteal
Neoplasia (CIN).

4.2 Saran
1. Saran yang dapat diberikan terutama bagi wanita sebaiknya jangan melakukan
hubungan seksual dengan usia < 16 tahun, jangan sering berganti-ganti pasangan.
Dikarenakan kanker serviks dini tidak menimbulkan gejala oleh karena itu deteksi
dini dapat melakukan pemeriksaan pap smear bagi wanita yang telah menikah
setidaknya 6 bulan sekali. Dan bagi penderita kanker serviks jangan berputus asa,
berusaha dan berdoa agar penyakitnya sembuh. Untuk mencegah jangan gonta-ganti
pasangan, jangan menikah terlalu muda, jangan merokok. Lakukan aktivitas fisik
serta makan-makanan yang bergizi dan seimbang, tetap positif thinking hindari
pergaulan bebas, free sex, dan say no to drugs.

39
DAFTAR PUSTAKA

Evriarti, P. R., & Yasmon, A. (2019). Patogenesis Human Papillomavirus (HPV) pada
Kanker Serviks. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, 8(1), 23–32.
https://doi.org/10.22435/jbmi.v8i1.2580
Imelda, F., & Santosa, H. (2020). Kanker Serviks Pada Wanita. In Journal Endurance.
Johnson, C. A., James, D., Marzan, A., & Armaos, M. (2019). Cervical Cancer: An Overview
of Pathophysiology and Management. Seminars in Oncology Nursing, 35(2), 166–
174. https://doi.org/10.1016/j.soncn.2019.02.003
Kocyigit, E. (2015). No TitleÉ?________ __ __ __________ ___ _ __ __ _______ _____
___ _ __ ____ _. Ekp, 13(3), 1576–1580.

40

Anda mungkin juga menyukai