Disusun Oleh :
Kelompok 9
Puji syukur kepada allah SWT yang telah memebrikan rahmat dan
karunianya kepada kita semua. Shalawat dan salam senantiasa saya hanturkan
kepada nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa kita kealam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan.
Akhirnya saya mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehamilan secara normal akan berada di kavum uteri. Kehamilan ektopik ialah kehamilan di
tempat yang luar biasa. Kehamilan ektopik terjadi setiap saat ketika penananaman blastosit
berlangsung dimanapun, kecuali di endometrium yang melapisi rongga uterus. Tempat yang
mungkin untuk kehamilan ektopik adalah serviks, tuba fallopi, ovarium dan abdomen
(Varney,dkk, 2006).
Lebih dari 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba. Kejadian kehamilan tuba ialah 1
diantara 150 persalinan. Angka kejadian kehamilan ektopik cenderung meningkat. Kejadian
tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain, meningkatnya prevalensi penyakit
tuba karena Penyakit Menular Seksual (PMS) sehingga terjadi oklusi parsial tuba, adhesi
peritubal yang terjadi setelah infeksi seperti apendisitis atau endometriosis, pernah menderita
kehamilan ektopik sebelumnya, meningkatnya penggunaan kontrasepsi untuk mencegah
kehamilan, abortus provokatus, tumor yang mengubah bentuk tuba dan fertilitas yang terjadi oleh
obat-obatan pemacu ovalasi (Saifuddin, 2006).
Bagi setiap wanita hamil yang diduga bidan mengalami kehamilan ektopik atau ketika
tidak dapat dipastikan apakah kehamilan berlangsung di dalam rahim dan wanita tersebut
menunjukkan tanda dan gejala kehamilan ektopik, maka penatalaksanaan medis lebih lanjut
diperlukan. Bidan dapat melakukakan pemeriksaan fisik dan pengkajian riwayat kehamilan serta
evaluasi laboratorium, termasuk pemeriksaan ultrasonografi. Jika kemungkinan kehamilan
ektopik tidak dapat disingkirkan, maka bidan harus berkonsultasi dengan dokter (Varney, dkk,
2006).
B. TUJUAN PENULISAN
1. Agar mahasiswa dapat mngetahui dan memahami pengertian KET
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani,
topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang
semestinya”. Kehamilan Ektopik ialah penanaman blastosit yang berlangsung di manapun
kecuali di endometrium yang melapisi ronggo uterus. (Helen Varney, 2007) . Kehamilan ektopik
ialah kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium
kavum uterus.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus,
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan
umur rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara
0%-14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan penanganan secara tepat dan benar akan
membahayakan bagi sipenderita (Sarwono Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan, 2005)
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih
juga dipakai,oleh karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam
uterus tetapi tidak pada tempat yang normal.
Kehamilan Ektopik Terganggu ialah kehamilan ektopik yang mengalami abortus atau
ruptur apabila masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi misalnya tuba.
(Saifuddin, 2008). Kehamilan ektopik terganggu adalah terjadi bila telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterik. Kehamilan ekstrauterin tidak
sinonim dengan kehamilan ektopik terganggu karna kehamilan pada pars interstisialis tubah dan
kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. Apabila pada
kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil
tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu. ( fadiun & feryanto, ahmad ,
asuhan kebidanan patologis. 2011. hal 46 – 47)
B. Etiologi
b. Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering disertai
gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba
menyempit.
a. Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi
dalam tuba.
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi
di tempat itu.
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur.
4. Faktor lain
a. Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya dapat
memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus. Pertumbuhan yang terlalu cepat dapat
menyebabkan implantasi prematur.
b. Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium, sel telur yang sudah
di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam rahim wanita).
9. Abortus buatan
12. Apendisitis
13. Infeksi pelvis
Bentuk kehamilan apabila masih utuh akan ada rasa sakit atau tidak nyaman. Namun bila
sudah pecah menimbulkan perdarahan intraabdominal. Gejala klinisnya meliputi trias gejala
klinik :
Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang terlambat untuk beberapa waktu atau terjadi
gangguan siklus haid.
3. Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa nyeri di daerah bahu dan seluruh abdomen.
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri.
Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur
bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh
kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi
interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka
ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan
pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadangkadang sulit dilihat vili
khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otototot tuba dengan merusak jaringan dan
pembuluh darah.
E. Pemeriksaan penunjang
Kadar β-hCG berkorelasi dengan ukuran dan usia gestasi pertumbuhan embrionik normal. Pada
kehamilan normal, kadar β-hCG menjadi dua kali lipat setiap 48-72 jam sampai mencapai kadar
10.000-20.000mIU/mL. Pada kehamilan ektopik peningkatan kadar β-hCG tersebut kurang dari
normal.
2. Kadar Progesteron
Kadar progesteron adalah modalitas diagnostik lain yang bisa digunakan untuk membedakan
gestasi abnormal dari kehamilan intrauterin yang sehat. Berbeda dengan kadar β-hCG, kadar
progesteron tidak bergantung pada usia gestasional. Kadar progesteron relatif konstan selama
trimester pertama kehamilan, baik normal maupun abnormal.
3. Ultrasonografi (USG)
Modalitas USG mungkin menjadi salah satu modalitas terpenting untuk mendiagnosis kehamilan
ektopik. Sebetulnya pemeriksaan dengan USG ini lebih tepatnya ditujukan untuk
mengkonfirmasi kehamilan intrauterin. Visualisasi kantong kehamilan intrauterin dengan atau
tanpa aktivitas jantung janin adalah cara yang adekuat untuk mengeksklusi adanya kehamilan
ektopik. USG dapat dilakukan secara abdominal maupun transvaginal. [11]
Walaupun sekarang ini metode dilatation & curetage (D&C) sudah jarang digunakan karena
sudah luasnya ketersediaan USG, metode ini dapat menjadi opsi untuk menyingkirkan diagnosis
kehamilan ektopik dengan cara menegakan diagnosis kehamilan intrauterin. Jika jaringan yang
didapatkan positif mengandung villi korialis baik pada percobaan pengapungan jaringan pada
saline maupun pada pemeriksaan histologis, itu artinya terdapat kehamilan intrauterin.
5. Kuldosintesis
Kuldosintesis adalah suatu metode pemeriksaan untuk mengetahui apakah terdapat darah di
dalam kavum Douglas. Metode ini dilakukan dengan cara memasukan jarum menembus fornix
posteror vagina ke cul-de-sac dan mencoba mengaspirasi darah. Namun, walaupun metode ini
cukup sederhana, cepat, dan tidak mahal, penggunaannya saat ini sudah jarang dilakukan karena
tingginya hasil positif palsu (10-14%). Tingginya nilai positif palsu ini dapat disebabkan oleh
korpus luteum yang ruptur, abortus inkomplit, dan menstruasi retrograde.
6. Laparoskopi
Laparoskopi menjadi pilihan terakhir yang digunakan sebagai alat bantu diagnostik untuk
kehamilan ektopik apabila hasil penilaian metode diagnostik yang lain meragukan. Pemakaian
rutin pemeriksaan laparoskopi pada semua pasien yang diduga mengalami kehamilan ektopik
memiliki risiko dan menambah biaya yang tidak diperlukan walaupun sebenarnya laparoskopi
memang pemeriksaan standar diagnostik.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada beberapa hal, antara lain lokasi
kehamilan dan tampilan klinis. Sebagai contoh, penatalaksanaan kehamilan tuba berbeda dari
penatalaksanaan kehamilan abdominal. Selain itu, perlu dibedakan pula penatalaksanaan
kehamilan ektopik yang belum terganggu dari kehamilan ektopik terganggu. Tentunya
penatalaksanaan pasien dengan kehamilan ektopik yang belum terganggu berbeda dengan
penatalaksanaan pasien dengan kehamilan ektopik terganggu yang menyebabkan syok.
Penatalaksanaan ekspektasi didasarkan pada fakta bahwa sekitar 75% pasien pada
kehamilan ektopik akan mengalami penurunan kadar β-hCG. Penurunan kadar β-hCG
diobservasi ketat dengan penatalaksanaan ekspektasi, kehamilan ektopik dini dengan kadar stabil
atau cenderung turun. Oleh sebab itu, tidak semua pasien dengan kehamilan ektopik dapat
menjalani penatalaksanaan seperti ini. Penatalaksanaan ekspektasi dibatasi pada keadaan-
keadaan berikut:
2) kehamilan tuba
1. Methotrexate
2. Actinomycin
1. Pemeriksaan fisik
2. Tes kehamilan
Pemeriksaan ini dilakukan dengan tes darah yang akan mendeteksi peningkatan hormon HCG.
Dokter bisa menganjurkan tes kehamilan ulangan beberapa hari setelahnya, sampai hasil USG
mampu memastikan atau menyingkirkan kemungkinan kehamilan di luar rahim.
3. Ultrasound (USG)
Pemerisaan ultrasound berupa USG transvaginal akan membantu dokter menentukan lokasi
kehamilan secara tepat. Sementara itu, USG abdominal (perut) dapat digunakan untuk
memastikan kehamilan atau memeriksa keberadaan perdarahan internal.
4. Tes darah
Tes darah, seperti hitung darah lengkap (complete blood count atau CBC), dibutuhkan untuk
melihat gejala perdarahan maupun anemia. Dokter juga akan melakukan tes golongan darah
pasien yang didiagnosis mengalami kehamilan ektopik untuk mempersiapkan kemungkinan
diperlukannya transfusi darah.
Janin pada kehamilan ektopik tidak bisa diselamatkan. Sebab, sel telur yang telah dibuahi
tidak mampu berkembang normal di luar rahim.Cara mengobati kehamilan ektopik biasanya
akan disesuaikan dengan gejala yang dialami, ukuran jani, dan kadar hormon HCG dalam darah
pasien. Secara umum, dokter dapat merekomendasikan langkah-langkah berikut ini.
1. Penggunaan obat-obatan
2. Operasi
Operasi dilakukan untuk mengangkat janin yang tumbuh di luar rahim, agar tidak
semakin besar. Jenis operasi pengangkatan ini umumnya dilaksanakan dengan teknik
laparoskopi, sehingga masa pemulihan akan lebih singkat.Sementara itu, operasi berupa tindakan
laparatomi untuk kondisi darurat bisa dilakukan apabila kehamilan ektopik menyebabkan
perdarahan hebat.Pada sebagian kasus, tuba falopi pasien dapat diperbaiki. Namun jika tidak
memungkinkan, dokter akan mengangkat tuba yang pecah.
I. Komplikasi
Penanganan kondisi hamil di luar kandungan perlu dilakukan untuk mencegah komplikasi.
Sebab, kehamilan ektopik dapat mengakibatkan tuba falopi yang pecah bila terus
dibiarkan.Tanpa perawatan dan penanganan yang cepat, pecahnya tuba falopi bisa memicu
komplikasi berupa perdarahan parah, yang mengancam nyawa penderitanya. Karena
penyebabnya belum diketahui dengan pasti, cara mencegah kehamilan ektopik juga belum
ditemukan. Namun beberapa langkah di bawah ini dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko,
yaitu dengan:
Mencegah penyakit menular seksual, setia pada pasangan, tidak berganti-ganti pasangan
seks, atau senantiasa memakai kondom saat berhubungan intim.
Tidak merokok. Jika memiliki kebiasaan merokok, berhentilah sebelum Anda menjalani
program hamil (promil).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan Ektopik Terganggu ialah kehamilan ektopik yang mengalami abortus atau
ruptur apabila masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi misalnya
tuba. (Saifuddin, 2008)
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro , Hanifa . 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2008.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
http://dewipnya.blogspot.co.id/2013/05/makalah-ket.html