ii
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan Karya ilmiah ini yang disusun untuk memperoleh gelar Ners di
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Selama menyelesaikan karya ilmiah
ini, saya mendapatkan banyak bantuan, dukungan, kritik, saran, serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Jesita Noor Sabila yang sudah dapat bertahan dan berjuang sejauh ini
2. Dr. Nur Agustini, S.Kp., M.Si, selaku dosen pembimbing yang selalu dapat
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dalam proses
penulisan karya ilmiah ini;
3. Dewan penguji dalam ujian KIAN Ns. Defi Efendi, M.Kep.,Sp.Kep.An dan Ns.
Eka Widiati, M.Kep.,Sp.Kep.An yang telah memberikan masukan yang
membangun terkait penulisan karya ilmiah ini
4. Keluarga yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, perhatian, motivasi,
doa dan nasihat yang membangun;
5. Amel, Diah, dan Maya selaku teman terdekat selama masa perkuliahan sejak
maba hingga sekarang yang selalu siap untuk memberikan dukungan, bantuan,
serta menerima segala keluh kesah yang dirasakan selama perkuliahan;
6. Seluruh mahasiswa profesi ners FIK UI 2019-2020 yang telah membersamai
selama menjalani program profesi ners ini;
7. Pembimbing akademik, pembimbing klinik dan perawat yang telah memberikan
pengalaman, waktu dan ilmunya
8. Klien dan keluarga klien yang telah bersedia untuk dilakukan asuhan
keperawatan serta membantu dalam proses belajar
9. Pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang memberikan
bantuan dan motivasi setiap harinya.
Akhir kata, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu dan semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat positif
Jakarta, 24 Juli 2020
iii
vi
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................29
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................29
4.2 Saran.................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................30
vii
viii
Lampiran 1. Pengkajian..................................................................................................34
Lampiran 2. Analisa data................................................................................................41
Lampiran 3. Intervensi Keperawatan.............................................................................43
Lampiran 4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan...................................................46
Lampiran 5. Evaluasi Penerapan Intervensi Relaksasi Napas Dalam…53
Lampiran 6. Data Diri Penulis54
ix
Salah satu kelainan kongenital yang banyak ditemui yaitu hipospadia yang merupakan
kecacatan paling umum kedua pada anak laki-laki dengan kecacatan paling umum yang
pertama yaitu kriptorkismus atau undescenden testis. Prevalensi hipospadia di eropa dan
USA dilaporkan pada studi terdahulu paling banyak terdapat 3 dari 100 kelahiran
dengan 2/3 hingga ¾ mengalami hipospadia distal. Prevalensi ini telah mengalami
peningkatan dalam beberapa decade yang ditunjukan dengan sebuah studi Swedia yang
menunjukan peningkatan prevalensi dari 4,48 hingga 7,85 per 1000 kelahiran anak laki-
laki dari tahun 1990 hingga 1999. Peningkatan prevalensi juga terjadi dari 6,05 hingga
7,97 per 1000 kelahilan antara tahun 2000 hingga 2009 (Örtqvist, 2016). Kelahiran
dengan hipospadia muncul pada satu dari 200-300 anak laki-laki yang lahir di dunia
dengan prevalensi tertinggi di Amerika Utara yaitu dengan 34,2 per 1000 kelahiran
(Jiang et al., 2020)Sebuah studi literatur yang membahas mengenai prevalensi
hipospadia dalam lingkup dunia sejak tahun 1910 hingga 2013 menunjukan bahwa
terdapat beberapa penelitian dari berbagai negara yang menunjukan tren peningkatan
prevalensi hipospadia yaitu di Hungaria, UK, Australia, USA, dan Skandinavia
(Springer, Heijkant, & Baumann, 2016). Hal ini menunjukan prevalensi kelahiran anak
laki-laki dengan hipospadia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Kelahiran anak dengan hipospadia di Indonesia juga banyak ditemui namun belum ada
penelitian yang menunjukan angka pasti prevalensinya. Walaupun begitu, beberapa
(Horst & Wall, 2017). Lokasi meatus pada 50% kasus terjadi pada anterior, middle
20%, dan posterior 30% dengan posisi subcoronal menjadi yang terbanyak pada
sebagian besar kasus (Gatti, 2019).
Selain disebabkan oleh faktor geneti yang banyak terjadi, kelahiran dengan berat badan
rendah juga menjadi faktor utama terjadinya hipospadia. Hal ini dihubungkan dengan
plasenta yang kecil dan lahir dengan berat badan lebih kecil untuk usia gestasi. Selain
itu laporan lain menunjukan diet tanpa daging dan ikan, in vitro fertilization (IVF),
tingginya indeks massa tubuh maternal, serta kelahiran kembar menjadi faktor penyebab
yang mendukung terjadinya hipospadia (Örtqvist, 2016) Penelitian yang telah dilakukan
di Yogyakarta tahun 2016 yang meneliti tentang faktor risiko terjadinya hipospadia
pada
anak menunjukan bahwa usia ibu saat kehamilan diatas 35 tahun akan meningkatkan faktor terjadinya hipo
Pembedahan merupakan merupakan satu-satunya penatalaksanaan yang dilakukan pada anak untuk perbaik
Pembedahan untuk intervensi hipospadia dapat dilakukan pada usia berapapun. Namun
The American Academy of Pediatrics menyarankan untuk dilakukan pembedahan untuk
hipospadia pada usia 6-18 bulan berdasarkan tingkat keparahan dan kebutuhan untuk
dilakukan beberapa prosedur yang perlu dilakukan. Hal ini dipertimbangkan karena
pada usia ini dapat membatasi kemungkinan timbulnya stres psikologis dan masalah
perilaku yang mungkin muncul pada anak toddler termasuk mencegah anak kesulitan
dalam
Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020
4
melakukan toilet training. Terdapat lima fase dasar pembedahan hipospadia yang
dilakukan yaitu orthoplasty, urethroplasty, meatoplasty dan glanuloplasty, scrotoplasty
dan skin cover. Proses pembedahan ini dapat diaplikasikan secara berurutan atau dalam
beberapa kombinasi (Baskin, 2020). Komplikasi yang mungkin muncul pada
pembedahan perbaikan hipospadia diantaranya dapat terjadi hematoma, meatal stenosis,
fistula, striktur uretra, urethral diverticulum, luka infeksi, gangguan dalam proses
penyembuhan, balanitis xeritica obliterans, serta penile curvature (Toma, 2020).
Proses pembedahan yang dilakukan terhadap anak dengan hipospadia dapat menimbulkan pengalaman yan
Lamanya anak mengalami beberapa prosedur pembedahan dan penyembuhan sangat beragam dan tergantu
merupakan waktu terjadinya kematangan genital dan pasien dapat mengekspresikan
Tujuan utama asuhan keperawatan post operasi anak akibat hipospadia yaitu untuk
melakukan managemen nyeri, mencegah infeksi, serta mengajarkan orangtua perawatan
kateter urin jika diperlukan. Pengalaman nyeri pada anak post operasi tidak bisa
dihindari. Nyeri pada anak dibagi menjadi tiga jenis yaitu nyeri somatik, visceral dan
neuropatik. Nyeri somatik disebabkan oleh injuri atau inflamasi pada jaringan,
contohnya luka bakar,
fraktur, infeksi dan kondisi inflamasi lainnya. Nyeri visceral disebabkan oleh inflamasi
atau injuri pada organ, contohnya apendisitis, hepatomegali, distensi perut ataupun
gastritis. Nyeri neuropatik disebabkan oleh injuri, inflamasi, atau tidak berfungsinya
sistem saraf pusat ataupun sistem saraf tepi (Mazur, Winnicki, & Szczepański, 2013).
Berdasarkan penjelasan tersebut nyeri anak post operasi akibat hipospadia merupakan
tipe nyeri somatik yang mana ketika melibatkan kulit dan struktur superficial nyeri
terasa tajam dan terlokalisasi.
Anak yang terpapar nyeri tanpa management nyeri yang adekuat memiliki konsekuensi jangka panjang term
kehidupannya.
umum saat terjadi injuri maka akan menimbulkan masuknya patogen, bekuan darah,
serta nekrosis. Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors dan mengeluarkan K+ dan
protein intraseluler. Meningkatnya K+ dan protein intraseluler menyebabkan
depolarisasi nociceptors dan protein dapat menginfiltrasi mikroorganisme yang
menyebabkan inflamasi. Hal ini mengakibatkan lepasnya mediator nyeri seperti
leukotrin, prostaglandin E2 serta histamin. Mediator nyeri ini akan merangsang
nociceptors yang menimbulkan nyeri. Nyeri pasca bedah dalam banyak kasus
merupakan nosisepsi atau nyeri yang
disebabkan oleh kerusakan pada tubuh. Nyeri ini disebabkan oleh hyperalgesia atau allodynia yang dihasil
JCI (Joint Commission International) dalam salah satu standar rumah sakit yang ditetapkan menyebutkan b
pada neonatus dapat menggunakan skala pengukuran Neonatus Pain Rating Scale (NPR-
S) ataupun menggunakan Face, Leg, Activity, Cancelability and Cry (FLACC).
Sedangkan anak yang lebih tua dapat menggunakan skala pengukuran dengan Visual
Analogue Scale (VAS) ataupun Wong-Baker faces pain rating scale (Kahsay, 2017).
Setelah dilakukan pengkajian nyeri pada anak dengan tepat maka selanjutnya perlu
dilakukan penatalaksanaan nyeri yang sesuai.
2015). Maka pemberian intervensi keperawatan pada anak dengan nyeri pasca operasi
akibat hipospadia perlu melibatkan orangtua dan menerapkan atraumatic care untuk
meningkatkan kenyamanan dan mengurangi traumatik anak akibat nyeri agar proses
penyembuhan lebih cepat dan menurunkan lamanya hari rawat. Penelitian yang
dilakukan terhadap nyeri anak dengan menerapkan teori comfort Kolcaba pada setiap
proses keperawatan menunjukan hasil evaluasi manajemen nyeri non farmakologi
terhadap lima
kasus kelolaan mengalami penurunan skala nyeri sebelum dan setelah intervensi
(Mustaqimah, 2015).
Metode managemen nyeri pada anak tidak berbeda dari orang dewasa yang mencakup
penatalaksanaan non farmakologi dan farmakologi yang jika memungkinkan keduanya
perlu untuk digunakan. Namun penatalaksanaan non farmakologik tidak dapat
menggantikan analgesik. Managemen nyeri farmakologi merupakan managemen nyeri
dengan menggunakan analgesik opioid maupun non opioid yang umum digunakan
paracetamol, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID), dexamethasone, tramadol dan nefopam (Bras
sepertisatu penatalaksanaan nyeri non farmakologi yang banyak digunakan yaitu relaksasi napas dalam atau
Salah
tekanan darah tinggi, asma, dan nyeri. Interaksi antara nyeri, pernapasan, dan perubahan
dihembuskan keluar secara perlahan melalui mulut ataupun alat yang digunakan
(Asman & Maifita, 2019). Berdasarkan literature review yang dilakukan terhadap
penelitian yang meneliti mengenai SDB berdasarkan online database antara tahun 1984
hingga 2015 didapatkan hasil bahwa 4 dari 6 penelitian menunjukan bahwa relaksasi
napas dalam secara signifikan mengurangi nyeri dan satu dari dua penelitian ditemukan
bahwa relaksasi napas dalam juga mengurangi refleks nociceptors (Jafari et al., 2017).
Tujuan umum penulisan karya ilmiah akhir ners ini adalah untuk memberikan gambaran
praktik klinik dalam melakukan asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada anak
dengan dengan hipospadia post operasi perbaikan fistel dengan penerapan teknik
relaksasi napas dalam untuk mengurangi persepsi nyeri anak
Karya ilmiah akhir ners ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan masalah keperawatan yang sering muncul
pada anak dengan post operasi karena hipospadia yaitu nyeri akut dengan penerapan
teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi persepsi nyeri anak
Karya ilmiah akhir ners ini diharapkan dapat menjadi sumber literatur dalam poses
pembelajan mahasiswa keperawatan mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan post operasi karena
1.3.3 Manfaat Metodologis
Karya ilmiah akhir ners ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan penelitian selanjutnya dengan
Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan anak mengeluh nyeri skala 5 dari 10 yang
terasa perih dan ngilu hilang timbul serta bertambah nyeri jika bergerak dan disentuh.
Orang tua mengatakan anak sering mengeluh nyeri terutama saat malam hari dan anak
sering mencoba menggaruk area sekitar penisnya karena mulai terasa gatal. Kesadaran
compos mentis, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil suhu 36,6°C, nadi
100x/menit, RR 22x/menit, tekanan darah 110/74 mmHg. Berat badan anak 46 kg dan
tinggi badan 136 cm dengan IMT/U usia 9 tahun 3 bulan didapatkan >3 SD kategori
obesitas. Anak makan 3 sampai 4 kali sehari dan sering mengkonsumsi makanan ringan
11
dengan selama di rumah sakit anak makan makanan ringan sebanyak 3-4 kali sehari.
Anak menyukai makanan yang digoreng terutama ayam goreng tepung. Terdapat luka
bekas jahitan yang tidak dibalut pada penis dan terpasang kateter urin. Karakteristik
luka insisi kering, tidak ada kemerahan dan tidak ada pengeluaran pus serta tidak
berbau. Selain itu juga terdapat luka kemerahan dan lecet pada bokong dan punggung
anak karena terus berada di tempat tidur sejak dirawat. Aktivitas anak selama dirawat
hanya beraktivitas di tempat tidur seperti untuk makan, buang air besar, bermain
dan menonton
permainan padavideo, dan membersihkan diri. Anak R biasa dimandikan dengan handuk basah dan dibersih
smartphone
2.1.2 Analisis Data Tabel 2.1 Analisis data
DATA MASALAH
KEPERAWATAN
Data subjektif : Nyeri akut b.d agen
- Anak mengatakan penisnya masih terasa cedera fisik
sakit P = Nyeri post operasi
Q = Terasa perih dan ngilu
R = Penis
S = Skala 5 dari 10 (Numeric rating scale)
T = Hilang timbul
- Anak mengatakan penisnya terasa lebih sakit dan ngilu saat bergerak dan disentuh
- Skala nyeri berdasarkan Numerical Rating Scale anak mengatakan skala nyerinya
5 dari 10
- Orangtua mengatakan anak sering mengeluh nyeri saat malam
hari Data objektif :
- Anak dilakukan prosedur bedah hipospadia repair fistel 4 hari yang lalu
- Terdapat luka jahitan di penis
- Anak tidak terlihat kesakitan jika dalam posisi berbaring dan diam
- Anak terlihat kesakitan dan menyernyitkan wajah saat mengubah posisi dan meringis
- Anak terlihat melindungi area yang terasa sakit saat diajak berinteraksi
- Suhu 36,6 derajat Celsius, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi nafas 22
x/menit, tekanan darah 110/75 mmHg
- Anak terlihat sering menonton video dan bermain permainan di ponsel pintar
Data subjektif : Risiko infeksi b.d
- Orangtua mengatakan anak sering mencoba menggaruk area sekitar jahitan karena gatal Prosedur invasif
- Orangtua mengatakan terkadang lupa untuk mencuci tangan sebelum
membersihkan anak setelah buang air besar
- Orangtua mengatakan biasanya mengganti underpad setiap anak selesai buang air besar
- Orangtua mengatakan takut untuk membersihkan area dekat jahitan
Data objektif :
- Terdapat luka jahitan di penis tanpa balutan
- Luka jahitan kering, tidak ada kemerahan, tidak ada pus, tidak berbau
- Anak terpasang kateter urin dengan produksi urin 120 cc (3 jam), suhu tubuh
36,6 derajat celcius,
- Pada tempat tidur terdapat bekas makanan
Data subjektif : Kerusakan integritas
-Orangtua mengatakan takut untuk mengubah posisi setelah operasi dan anak mengeluh kulit b.d immobilisasi
sakit jika bergerak
-Orangtua mengatakan terdapat kemerahan dan lecet di bokong dan punggung
-Orangtua mengatakan kesehariannya anak hanya di kasur. BAK melalui kateter urin dan
BAB di kasur dengan menggunakan underpad
Data objektif :
- Anak dirawat sejak seminggu yang lalu
- Terdapat kemerahan dan lecet pada bokong dan punggung anak
- Sehari-harinya anak hanya berbaring di kasur setelah operasi
- Underpad terlihat kotor dan terlipat
Data subjektif : Berat badan berlebih
-Orangtua mengatakan anaknya menyukai semua jenis makanan terutama ayam goreng b,d sering makan
tepung kudapan
- Orangtua mengatakan anaknya makan 3-4 kali sehari, biasanya pukul 7 pagi, 12 siang,
3 sore, dan 7 malam
Data objektif :
-Berat badan = 46 kg, Tinggi badan = 136 cm, IMT = 24,9 (gemuk), IMT/U = > 3 SD
(Obesitas)
-Anak terlihat sering memakan makanan ringan
kulit, sensasi, hidrasi, keringat, tekstur, perfusi jaringan, integritas kulis, lesi pada kulit
(Moorhead et al., 2013). Rencana intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah
gangguan integritas kulit yaitu dengan pencegahan luka tekan (Bulechek et al., 2013).
Tujuan dari intervensi untuk masalah keperawatan berat badan berlebih yaitu
menunjukan perilaku mengurangi berat badan dengan indikator memperoleh informasi
mengenai strategi penurunan berat badan, memilih target berat badan yang sehat,
berkomitmen
dengan rencana makan yang sehat, memilih makanan dan minuman bergizi, mengontrol
porsi makan, menetapkan latihan rutin, pengeluaran kalori melebihi asupan kalori,
mengontrol keasyikan dengan makanan, membuat rencana untuk situasi yang
mempengaruhi asupan makanan dan minuman, menghindari makanan dan minuman
tinggi kalori, meminum delapan gelas air setiap hari atau sesuai kebutuhan cairan
(Moorhead et al., 2013). Rencana intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah
berat badan berlebih yaitu melakukan managemen berat badan (Bulechek et al., 2013).
2.1.5 Implementasi Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, penetapan diagnosis yang sesuai serta disusun rencana intervensi asuhan kep
Masalah keperawatan utama yang diangkat yaitu nyeri akut karena merupakan masalah yang aktual. Selain
scale yang dapat digunakan pada anak usia lebih dari 5 tahun selama anak bisa berhitung
dengan skala nyeri antara 1 hingga 10 (Hockenberry & Wilson, 2015). Selain itu
dilakukan observasi respon non verbal dari nyeri yang muncul.
Hari pertama juga dilakukan managemen nyeri pengalihan dengan teknik distraksi
mengobrol serta audiovisual dengan memainkan permainan pada smartphone dan
menonton video. Hari kedua hingga keempat diterapkan managemen nyeri non verbal
dengan melakukan teknik relaksasi napas dalam (Bulechek et al., 2013). Teknik
relaksasi
napas dalam dilakukan dengan memberi penjelasan mengenai apa yang akan dilakukan
berupa tujuan dan manfaat serta menyediakan tempat yang tenang. Sebelumnya
didemonstrasikan terlebih dahulu cara melakukan teknik relaksasi napas dalam dengan
memposisikan dalam posisi nyaman dan rileks, kemudian dilakukan teknik relaksasi
napas dalam dengan menempatkan satu tangan di dada dan satu tangan di perut,
pastikan tangan di dada mundur ke belakang dan telapak tangan di perut maju ke depan
saat menarik napas, ambil napas dalam secara perlahan melalui hidung dan tahan
selama tujuh
hitungan, kemudian meniupkan perlahan dengan mengerucutkan bibir (PPNI, 2018a). Selanjutnya anak dim
Masalah keperawatan selanjutnya yaitu risiko infeksi yang bersifat potensial. Intervensi untuk masalah risi
menjaga linen tetap bersih, kering, bebas kerutan, mengubah posisi setiap 2 jam sekali,
memonitor kondisi kulit, mendorong malakukan peregangan ringan, memberikan
perlindungan agar kulit tetap lembab dan terhidrasi dalam batas yang wajar dengan
mengoleskan minyak zaitun (Bulechek et al., 2013).
Masalah berat badan berlebih dilakukan intervensi managemen berat badan yaitu
dengan aktivitas-aktivitas yaitu diskusikan dengan pasien mengenai hubungan antara
asupan makanan, olahraga, peningkatan berat badan, dan penurunan berat badan,
diskusikan
Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020
17
dengan pasien mengenai kondisi medis apa saja yang berpengaruh terhadap berat badan,
diskusikan dengan pasien mengenai kebiasaan yang dapat mempengaruhi berat badan,
kaji motivasi untuk mengubah pola makan, hitung berat badan ideal, bersama dengan
pasien membuat meted yang tepat untuk mencatat asupan makan harian, waktu
olahraga, atau perubahan berat badan, dorong pasien membuat target mingguan yang
realistic, dorong pasien untuk mengkonsumsi air yang cukup setiap hari, dan bantu
pasien merencanakan makan yang seimbang dan konsisten dengan jumlah
energi yang
dibutuhkan setiap harinya (Bulechek et al., 2013).
napas 18x/menit dan frekuensi nadi 95x/menit, hari keempat frekuensi napas 21 x/menit
dan frekuensi nadi 98x/menit.
Evaluasi masalah keperawatan risiko infeksi dilakukan selama 4 hari setelah intervensi
yaitu tidak ditemukannya tanda-tanda infeksi pada luka pasca operasi. Luka kering,
tidak ada kemerahan, tidak ada pengeluaran pus, tidak ada bau. Anak dan orangtua
mengetahui tanda dan gejala infeksi dan dapat menerapkan cara menghindari infeksi
dengan hand hygiene dengan tepat dan menjaga kebersihan lingkungan. Evaluasi
masalah keperawatan
Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020
18
gangguan integritas kulit dilakukan selama 2 hari yaitu didapatkan hasil punggung dan
bokong tetap bersih, hidrasi kulit dalam batas wajar dan kemerahan berkurang. Selain itu
posisi an. R diubah tiap 2 jam dan anak melakukan peregangan ringan di kasur. Kasur
serta underpad juga dalam keadaan bersih dan tidak ada kerutan. Evaluasi masalah
keperawatan kelebihan berat badan dilakukan selama 4 hari setelah intervensi yaitu
orangtua dan anak memahami anak mengalami berat badan berlebih serta mengetahui
hubungan antara asupan makanan, olahraga, peningkatan dan penurunan berat badan
kebiasaan
dan yang dapat mempengaruhi berat badan. An.R juga telah mengurangi kudapan dan menggantinya
Penyebab dari hipospadia belum diketahui secara pasti namun beberapa faktor
diperkirakan menjadi faktor yang mendukung terjadinya hipospadia seperti genetik,
tidak adekuatnya stimulasi prenatal, faktor plasenta maternal, lingkungan, indeks massa
tubuh maternal, IVF, berat badan lahir rendah, serta kehamilan kembar (Horst & Wall,
2017; Örtqvist, 2016). An. R diketahui memiliki paman yang juga memiliki lubang
berkemih tidak pada ujung penis sehingga faktor penyebab hipospadia pada an. R
merupakan faktor genetik. Hubungan keluarga diketahui terdapat sebanyak 7% kasus
yang mempengaruhi keluarga generasi pertama, kedua, dan ketiga. Hipospadia dapat
diturunkan baik dari keluarga sisi ayah ataupun ibu dengan perkiraan kemungkinan
yang terjadi 57-77% dan hanya 30% tanpa adanya pengaruh hubungan keluarga (Horst
& Wall, 2017).
Sejak usia 6 bulan hingga saat ini usia 9 tahun an.R telah menjalani 5 kali prosedur
operasi. Pemilihan waktu dimulainya prosedur operasi untuk perbaikan hipospadia
mempertimbangkan risiko anestesi, ukuran penis, serta perkembangan psikososial.
Setelah anak usia 6 bulan risiko anestesi setara dengan risiko pada usia anak anak yang
mengindikasikan operasi perbaikan hipospadia tidak boleh dilakukan sebelum usia ini.
Selain itu pertumbuhan penis sangat kecil antara usia 3 bulan hingga pra sekolah serta
mulai usia 18 bulan anak sudah mulai memiliki kesadaran akan genital (Örtqvist, 2016).
Idealnya sejak lahir hingga usia 6 bulan atau lebih dilakukan kunjungan klinik pertama dan dilakukan pros
Prosedur operasi saat ini yang dilakukan yaitu hipospadia repair fistel untuk memperbaiki komplikasi dari
infeksi, dan aproksimasi yang terlalu tegang sehingga menimbulkan iskemi dan nekrosis
pada jaringan (Prada, RW, & Burhanuddin, 2015). Penyebab tingginya komplikasi pada
pasien dengan usia yang lebih tua tidak diketahui secara pasti namun beberapa hipotesis
menyebutkan komplikasi operasi perbaikan hipospadia pada usia yang lebih tua dapat
muncul karena penyembukan luka, perbedaan vaskularitas, ereksi postoperasi, serta
peningkatan kerentanan terhadap infeksi (Ziada et al., 2011).
Pengkajian nyeri pada an.R dilakukan dengan metode QUEST dengan melibatkan anak
dan orangtua dalam melakukan pengkajian. Pengkajian dilakukan dengan menanyakan
pada anak informasi dan deskripsi nyeri; menggunakan skala penilaian nyeri sesuai usia,
kemampuan, dan kesukaan anak; mengevaluasi perubahan perilaku dan fisiologis;
Memastikan keterlibatan orang tua; Mempertimbangkan penyebab nyeri; serta
melakukan tindakan dan evaluasi hasilnya (Hockenberry & Wilson, 2015). An.R usia 9
tahun mampu menjawab pertanyaan terkait nyerinya dengan mengatakan nyeri yang
dirasakan terjadi karena prosedur operasi yang dilakukannya. Anak juga dapat
mendeskripsikan nyeri yang dirasakan berupa nyeri terasa perih dan ngilu pada area
penisnya serta nyerinya hilang timbul. Nyeri bertambah jika bergerak dan disentuh area
sekitar luka operasi dan anak juga tampak meringis dan melindungi area nyeri.
Pengkajian skala nyeri yang digunakan yaitu numeric rating scale karena dapat
digunakan pada anak usia lebih dari 5 tahun selama anak bisa berhitung dengan skala
nyeri antara 1 hingga 10. An.R mampu berhitung dari 1 sampai 10 dan mengatakan bahwa nyerinya skala 5
Selain menanyakan kepada anak, pengkajian nyeri juga dilakukan dengan melibatkan orangtua dalam hal i
Berdasarkan hasil pengkajian, masalah keperawatan utama yang diangkat yaitu nyeri akut. Masalah kepera
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan yang dapat disebabkan oleh agen pencedera fisiologis, kimiawi, dan fisik
(PPNI, 2016). Pasien yang mengalami nyeri pasca dilakukannya prosedur operasi
termasuk kedalam nyeri akut dengan penyebab agen pencedera fisik. Tanda dan gejala
dari nyeri akut yaitu pasien mengeluh sakit, tampak meringis, bersikap protektif,
gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas
berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada
diri sendiri, dan
diaforesis (PPNI, 2016). Beberapa dari tanda dan gelala ini sesuai dengan tanda dan
gejala yang muncul pada an R yang mengalami nyeri pasca pembedahan hipospadia
repair fistel.
Hasil pemeriksaan fisik menunjukan anak mengalami luka kemerahan dan lecet pada
bokong dan punggung. Kemungkinan terjadinya luka tekan pada pasien intraoperative
yaitu sebesar 4,7-66% lebih tinggi dibandingkan kemungkinan terjadinya luka tekan
pada pasien yang tidak menjalani prosedur pembedahan yang kemungkinannya sebesar
1-11%. Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor yang mendukung terjadinya luka
berhubungan dengan prosedur operasi seperti pasien yang dipuasakan, posisi tertentu yang perlu diterapkan
tekan
An yang
R memiliki berat badan 46 Kg dan tinggi badan 136 cm yang menunjukan Indeks Massa Tubuh 24,9
berdasarkan IMT/U menunjukan hasil >3SD yang termasuk kategori obesitas. Obesitas
pada anak usia 6 sampai 12 tahun dipengaruhi oleh status nutrisi ibu saat hamil,
kurangnya aktivitas fisik atau olahraga kurang dari 3 hari perminggu, menonton televisi
lebih dari 8 jam sehari, serta kebiasaan makan anak yang mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat dan lemak dengan anak yang mengkonsumsi makanan cepat saji 6-8
kali perminggu memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami obesitas (Japutra,
Fadlyana, & Alam, 2015). Hal ini mendukung data kebiasaan sehari hari an.R
yang senang
Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020
24
mengkonsumsi kudapan dan makanan cepat saji serta penggunaan smartphone untuk
menonton video dan bermain permainan di smartphone terus menerus sepanjang hari.
teknik relaksasi napas dalam dan memperagakan serta meminta anak untuk
mengikutinya. Berdasarkan standar intervensi keperawatan Indonesia, latihan
pernapasan dapat dilakukan dengan observasi, terapeutik, dan edukasi. Observasi yang
dilakukan yaitu mengindentifikasi indikasi dilakukan latihan pernapasan dan memonitor
frekuensi, irama, dan kedalaman napas sebelum dan sesudah latihan. Intervensi yang
dilakukan yaitu memberi penjelasan mengenai apa yang akan dilakukan berupa tujuan
dan manfaat, menyediakan tempat yang tenang, posisikan pasien nyaman dan rileks,
kemudian tempatkan satu tangan di dada dan satu tangan di perut, pastikan tangan di
dada mundur ke belakang dan telapak tangan di perut maju ke depan saat menarik
napas, ambil napas dalam secara perlahan melalui hidung dan tahan selama tujuh
hitungan, kemudian tiupkan perlahan dengan mengerucutkan bibir, turunkan limit
setting jika perilaku pasien mendekati perilaku yang diharapkan. (Syamsuddin, 2019;
PPNI, 2018a).
Proses menarik napas pada relaksasi napas dalam dilakukan dengan menghirup udara dari
hidung perlahan dan menempatkan satu tangan di dada dan satu tangan di perut bertujuan untuk memastika
Tingkat nyeri pasien dikatakan berkurang jika memenuhi kriteria hasil yaitu menurunnya
keluhan nyeri, meringis, sikap protektif, gelisah, kesulitan tidur, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri, diaforesis, perasaan depresi atau tertekan, perasaan takut mengalami
cedera berulang, ketegangan otot serta pupil dilatasi. Selain itu juga mengalami
perbaikan dalam frekuensi nadi, pola napas, tekanan darah, proses berpikir, fokus,
perilaku, nafsu makan, dan pola tidur (PPNI, 2018b). Pasien dikatakan dapat
mengontrol nyerinya jika memenuhi kriteria hasil yaitu terjadi peningkatan pada
melaporkan nyeri terkontrol, kemampuan mengenali onset nyeri, kemampuan
mengenali penyebab nyeri, kemampuan
Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020
26
Relaksasi napas dalam digunakan sebagai teknik terapeutik dalam mengontrol beberapa
gejala dan kondisi termasuk distress, ansietas, tekanan darah tinggi, asma, dan nyeri. Interaksi antara nyeri
Selain itu teknik non farmakologi juga dipercaya dapat menurunkan nyeri melalui mekanisme gate control
pernapasan, dan nadi (Rini, 2018). Relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi serta memberi efek relaksasi pada otot
skeletal yang tegang karena peningkatan prostaglandin dengan cara terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah ke area yang tegang dan
iskemik. Selain itu relaksasi napas dalam juga menstimulasi tubuh untuk mengeluarkan
opioid endogen, endorphin, serta encephalin yang mengurangi nyeri (Isnaini, Hidayati,
& Sumaryani, 2018). Penelitian yang dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D Kandou
Manado menghasilkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna teknik relaksasi
terhadap
Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020
27
perubahan intesitas nyeri pada pasien post operasi di ruang Irina A atas RSUP.Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado dengan nilai p=0,001 (p<0,05) (Rampengan, Rondonuwu, &
Onibala, 2014). Penelitian lain yang juga menggunakan teknik relaksasi napas dalam
pada anak untuk mengurangi nyeri dalam hal ini menggunakan teknik meniup baling-
baling untuk mengurangi nyeri pungsi vena didapatkan hasil ada pengaruh perbedaan
skala nyeri antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p value 0,000 < α = 0,05)
(Machsun, 2017). Relaksasi napas dalam dan imaginary terbimbing juga efektif dalam
menurunkan nyeri pada pasien post operasi fraktur (Rini, 2018).
untuk dapat memodifikasi teknik relaksasi napas dalam dengan metode bermain seperti
permainan meniup yang sesuai dengan intensitas nyeri, kemampuan dan usia anak.
Selain itu juga perlu menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan untuk anak
sehingga persepsi nyeri anak dapat berkurang.
3.4 Implikasi
Karya ilmiah akhir mengenai asuhan keperawatan dengan penerapan teknik relaksasi
napas dalam untuk mengurangi persepsi nyeri anak post operasi perbaikan fistel ini
diharapkan dapat digunakan perawat untuk mengurangi nyeri anak khususnya anak
dengan masalah nyeri akut setelah melakukan prosedur pembedahan. Dimasa yang akan
datang perawat dapat meningkatkan dan memaksimalkan perannya untuk menunjang
kesejahteraan dan kesehatan klien termasuk melakukan perawatan terhadap anak dengan
post operasi karena hipospadia. Peran perawat mencakup care giver, communicator, educator, advocator, d
Perawat sebagai care giver atau pemberi asuhan perlu melakukan perawatan yang holistik dan mengatasi m
Penelitian dalam karya ilmiah yang dilakukan terhadap anak R menunjukan hasil penerapan relaksasi napa
fistel dapat mengurangi persepsi nyeri anak sehingga karya ini dimasa yang akan datang
dapat digunakan oleh perawat untuk membantu menerapkan intervensi kepada anak
sesuai dengan peran perawat.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan dalam penulisan karya ilmiah ini terkait penerapan teknik relaksa
fistel, penulis menyarankan untuk perawat lebih peka mengenai nyeri yang dirasakan
oleh anak serta tidak hanya bergantung kepada penggunaan manajemen nyeri
farmakologi namun akan lebih baik jika disertai dengan manajemen nyeri non
farmakologi yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak agar perawatan
maksimal dan menurunkan hari rawat sehingga stress hospitalisasi anak dapat
berkurang.
30
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2015). Wong’s Nursing Care of Infants and Children.
Missouri: Elsevier. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Horst, H. J. R. Van Der, & Wall, L. L. De. (2017). Hypospadias , all there is to know.
European Journal of Pediatrics, 435–441. https://doi.org/10.1007/s00431-017-
2864-5
Hug, L., Sharrow, D., & You, D. (2019). Levels & Trends in Child Mortality Report
2019 : Estimates developed by the UN inter-agency Group for Child Mortality
Estimation. United Nations Inter-Agency Group for Child Mortality Estimation.
Isnaini, N., Hidayati, T., & Sumaryani, S. (2018). Effect of Combination of Slow Deep
Breathing and Ice Therapy towards Comfort Level in Arteriovenous Fistula
Insertion of Hemodialysis Patients in PKU Muhammadiyah Hospital Yogyakarta.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 7(1),
45–51. https://doi.org/10.15416/ijcp.2018.7.1.45
Jafari, H., Courtois, I., Bergh, O. Van Den, Vlaeyen, J. W. S., & Diest, I. Van. (2017).
Pain and respiration : A systematic review Pain and respiration : a systematic
review. International Association for the Study of Pain, (February).
https://doi.org/10.1097/j.pain.0000000000000865
Japutra, A., Fadlyana, E., & Alam, A. (2015). Risk factors for obesity in 6 to 12-year-
old children. Paediatrica Indonesiana, 55(1), 35.
https://doi.org/10.14238/pi55.1.2015.35-9
Jiang, D. D., Chakiryan, N. H., Gillis, K. A., Acevedo, A. M., Austin, J. C., & Seideman,
C. A. (2020). Perioperative complications within 30 days of hypospadias surgery :
Results from NSQIP-Pediatrics. Journal of Pediatric Urology, (xxxx).
https://doi.org/10.1016/j.jpurol.2020.03.026
Joint Commission International. (2017). Joint Commission International Accreditation
for Hospitals (6th ed.). USA: Joint Commission Resource.
https://doi.org/10.1016/j.clinbiochem.2008.09.021
Kahsay, H. (2017). Assessment and Treatment of Pain in Pediatric Patients. Current
Pediatric, 21(1), 148–157.
Keays, M. A., & Dave, S. (2017). Review: Current hypospadias management :
Diagnosis, surgical management, and longterm patient-centred outcomes. Canadian
Urological Association, 11(February).
Kemenkes RI. (2018). Farmasi Klinik. (Rusli, Ed.). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
https://doi.org/10.16309/j.cnki.issn.1007-1776.2003.03.004
Kolcaba, K., & Dimarco, M. A. (2005). Comfort Theory and its application to pediatric
nursing. Pediatric Nursing, (March).
Krisna, D. M., & Maulana, A. (2017). Hipospadia : Bagaimana Karakteristiknya di
Indonesia. Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, (April), 325–333.
Limatahu, N., Oley, M. H., & Monoarfa, A. (2012). Angka Kejadian Hipospadia di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2009-Oktober 2012.
Bagian Bedah Universitas Sam Ratulangi Manado, 1–6.
Machsun, T. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam dengn Meniup Baling-
baling Terhadap Skala Nyeri Pungsi Vena pada Anak Usia Prasekolah di Rumah
Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Mazur, A., Winnicki, I. R., & Szczepański, T. (2013). Pain management in children.
Ann
Agric Environ Med, (1), 28–34.
Meyts, E. R., Main, K. M., Toppari, J., & Skakkebaek, N. E. (2020). Testicular
Dysgenesis Syndrome, Cryptorchidism, Hypospadias, and Testicular Tumors. In
Sae Chul, K., Suk Kyoung, K., & Yeon Pyo, H. (2011). Trends in the incidence of
cryptorchidism and hypospadias of registry-based data in Korea: a comparison
between industrialized areas of petrochemical estates and a non-industrialized area.
Asian Journal of Andrology, 1–8.
Sheng, X., Xu, D., Wu, Y., Yu, Y., Chen, J., & Qi, J. (2018). The risk factors of
Urethrocutaneous fistula after hypospadias surgery in the youth population. BMC
Urology, 1–6.
Springer, A., Heijkant, M. Van Den, & Baumann, S. (2016). Worldwide prevalence of
hypospadias. Journal of Pediatric Urology, 12(3), 152.e1-152.e7.
https://doi.org/10.1016/j.jpurol.2015.12.002
Sunitha, G., & Ravi, B. . (2013). Effect of Deep Breathing on Respiratory Parameters in
Healthy Young Individuals. Journal of Evolution of Medical and Dental Sciences,
2(19), 3305–3312. https://doi.org/10.14260/jemds/698
Tangkudung, F. J., Patria, S. Y., & Arguni, E. (2016). Faktor Risiko Hipospadia pada
Anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Sari Pediatri, 17(1), 396–400.
Toma, H. V. (2020). Hypospadias. In Ferri’s Clinical Advisor. United States: Elsevier.
https://doi.org/10.1016/B978-0-323-67254-2.00459-9
Vakili, R., Khademi, G., & Saeidi, M. (2015). Preparation a Child for Surgery and
Hospitalization. International Journal of Pediatric, (May).
Valeri, B. O., Ranger, M., Chau, C. M. Y., Ivan, L., Synnes, A., Beatriz, M., … Grunau,
R. E. (2017). Neonatal invasive procedures predict pain intensity at school age in
children born very pretem. HHS Public Access, 32(12), 1086–1093.
https://doi.org/10.1097/AJP.0000000000000353.Neonatal
WHO. (2018). 2018 Global Reference List of 100 Core Health Indicators (plus health-
related SDGs). World Health Organization.
Yam, M. F., Loh, Y. C., Tan, C. S., Adam, S. K., Manan, N. A., & Basir, R. (2018).
General Pathways of Pain Sensation and the Major Neurotransmitters Involved in
Pain Regulation. International Journal of Molekular Sciences.
https://doi.org/10.3390/ijms19082164
Ziada, A., Hamza, A., Abdel-Rassoul, M., Habib, E., Mohamed, A., & Daw, M. (2011).
Outcomes of hypospadias repair in older children: A prospective study. Journal of
Urology, 185(6 SUPPL.), 2483–2486. https://doi.org/10.1016/j.juro.2011.01.032
IDENTITAS DATA
Nama: An. R
Alamat: Tasikmalaya
Tempat/tagl lahir:Tasikmalaya/ 01 September 2010 Agama: Islam
Usia: 9 Tahun (Kelas 3 SD)
Suku bangsa: Indonesia
Nama Ayah/ibu: Bpk. R & Ibu K
Pendidikan ayah: SMA
Pekerjaan ayah: TNI
Pendidikan ibu: Perguruan tinggi
Pekerjaan ibu: Ibu rumah tangga
KELUHAN UTAMA
Sejak dilahirkan diketahui memiliki penis kecil dengan lubang berkemih atau meatus uretra tidak berada
nyeri hilang timbul dan terasa lebih sakit saat bergerak yang ditunjukan dengan
anak melindungi area yang nyeri dan menyernyitkan wajah serta meringis. Anak
terlihat tenang dan tidak kesakitan saat posisi berbaring dan diam tanpa ada yang
berinteraksi dengannya. Selain itu juga terdapat luka lecet dan kemerahan pada
punggung dan bokong namun Ibu An. R masih takut untuk mengubah posisi
karena anak mengeluh sakit jika bergerak.
6. :
7.
:
V. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh :
Orang tua
2. Hubungan dengan anggota keluarga :
X. INFORMASI LAIN
- Anak R mulai merasakan sensari gatal pada area operasi dan
ingin menggaruknya
- Anak R buang air besar sehari sekali dan setelah buang air besar, ibu an. R yang
membersihkan dan mengganti underpad. Namun Ibu an. R mengatakan
terkadang lupa untuk mencuci tangan sebelum membersihkan anak R dan hanya
mencuci tangan setelah selesai. Ibu An. R mengatakan masih merasa takut untuk
membersihkan area dekat jahitan.
- Pada tempat tidur juga terdapat bekas makanan yang terjatuh di kasur Karena
An. R senang memakan makanan ringan
Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah diberikan Intervensi Nyeri Non Farmakologi Relaksasi Napas Dalam
BIODATA PENELITI
Nama : Jesita Noor Sabila
Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Februari 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Nomor Telepon/ HP 085810398404
Alamat Email :
Alamat : Jalan Nangka, Gg Langgar, RT/RW 01/06 Nomor 36, Kelurahan Tanjung Bara
Selatan