Anda di halaman 1dari 68

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK HIPOSPADIA POST


OPERASI PERBAIKAN FISTEL DENGAN PENERAPAN TEKNIK
RELAKSASI NAPAS DALAM UNTUK MENGURANGI PERSEPSI
NYERI ANAK DI RSPAD GATOT SOEBROTO

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

JESITA NOOR SABILA, S.Kep


1506689736

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
DEPOK
2020

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK HIPOSPADIA POST


OPERASI PERBAIKAN FISTEL DENGAN PENERAPAN TEKNIK
RELAKSASI NAPAS DALAM UNTUK MENGURANGI PERSEPSI
NYERI ANAK DI RSPAD GATOT SOEBROTO

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ners Keperawatan

JESITA NOOR SABILA, S.Kep


1506689736

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
DEPOK
2020

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


HALAMAN PENGESAHAN

ii

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan Karya ilmiah ini yang disusun untuk memperoleh gelar Ners di
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Selama menyelesaikan karya ilmiah
ini, saya mendapatkan banyak bantuan, dukungan, kritik, saran, serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Jesita Noor Sabila yang sudah dapat bertahan dan berjuang sejauh ini
2. Dr. Nur Agustini, S.Kp., M.Si, selaku dosen pembimbing yang selalu dapat
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dalam proses
penulisan karya ilmiah ini;
3. Dewan penguji dalam ujian KIAN Ns. Defi Efendi, M.Kep.,Sp.Kep.An dan Ns.
Eka Widiati, M.Kep.,Sp.Kep.An yang telah memberikan masukan yang
membangun terkait penulisan karya ilmiah ini
4. Keluarga yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, perhatian, motivasi,
doa dan nasihat yang membangun;
5. Amel, Diah, dan Maya selaku teman terdekat selama masa perkuliahan sejak
maba hingga sekarang yang selalu siap untuk memberikan dukungan, bantuan,
serta menerima segala keluh kesah yang dirasakan selama perkuliahan;
6. Seluruh mahasiswa profesi ners FIK UI 2019-2020 yang telah membersamai
selama menjalani program profesi ners ini;
7. Pembimbing akademik, pembimbing klinik dan perawat yang telah memberikan
pengalaman, waktu dan ilmunya
8. Klien dan keluarga klien yang telah bersedia untuk dilakukan asuhan
keperawatan serta membantu dalam proses belajar
9. Pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang memberikan
bantuan dan motivasi setiap harinya.
Akhir kata, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu dan semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat positif
Jakarta, 24 Juli 2020

iii

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


iv

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


ABSTRAK

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


ABSTRACT

vi

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...............................................................i


HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................................iv
ABSTRAK.........................................................................................................................v

BAB IV PENUTUP.........................................................................................................29
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................29
4.2 Saran.................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................30

vii

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Analisis data....................................................................................................12

viii

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengkajian..................................................................................................34
Lampiran 2. Analisa data................................................................................................41
Lampiran 3. Intervensi Keperawatan.............................................................................43
Lampiran 4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan...................................................46
Lampiran 5. Evaluasi Penerapan Intervensi Relaksasi Napas Dalam…53
Lampiran 6. Data Diri Penulis54

ix

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Tinjauan Pustaka
WHO (World Health Organization) sebagai organisasi kesehatan dunia mengemukakan
daftar 100 indikator kesehatan utama yang beberapa diantaranya merupakan angka
kematian anak usia dibawah 5 tahun, bayi, dan neonatal (WHO, 2018). Kematian anak
dibawah usia 5 tahun paling banyak disebabkan oleh penyakit infeksi dengan yang
terbanyak akibat pneumonia sebanyak 15%. Selain penyakit infeksi yang menyumbang
angka kematian terbanyak, penyakit non infeksi juga menjadi masalah yang perlu
diperhatikan serta banyak diderita oleh anak. Salah satu penyakit non infeksi yang
banyak diderita oleh anak yaitu kelainan kongenital yang menjadi penyebab kematian
anak usia dibawah 5 tahun dengan angka yang cukup besar yaitu sebanyak 9% dan 11%
pada bayi baru lahir tahun 2018 secara global (Hug, Sharrow, & You, 2019).

Salah satu kelainan kongenital yang banyak ditemui yaitu hipospadia yang merupakan
kecacatan paling umum kedua pada anak laki-laki dengan kecacatan paling umum yang
pertama yaitu kriptorkismus atau undescenden testis. Prevalensi hipospadia di eropa dan
USA dilaporkan pada studi terdahulu paling banyak terdapat 3 dari 100 kelahiran
dengan 2/3 hingga ¾ mengalami hipospadia distal. Prevalensi ini telah mengalami
peningkatan dalam beberapa decade yang ditunjukan dengan sebuah studi Swedia yang
menunjukan peningkatan prevalensi dari 4,48 hingga 7,85 per 1000 kelahiran anak laki-
laki dari tahun 1990 hingga 1999. Peningkatan prevalensi juga terjadi dari 6,05 hingga
7,97 per 1000 kelahilan antara tahun 2000 hingga 2009 (Örtqvist, 2016). Kelahiran
dengan hipospadia muncul pada satu dari 200-300 anak laki-laki yang lahir di dunia
dengan prevalensi tertinggi di Amerika Utara yaitu dengan 34,2 per 1000 kelahiran
(Jiang et al., 2020)Sebuah studi literatur yang membahas mengenai prevalensi
hipospadia dalam lingkup dunia sejak tahun 1910 hingga 2013 menunjukan bahwa
terdapat beberapa penelitian dari berbagai negara yang menunjukan tren peningkatan
prevalensi hipospadia yaitu di Hungaria, UK, Australia, USA, dan Skandinavia
(Springer, Heijkant, & Baumann, 2016). Hal ini menunjukan prevalensi kelahiran anak
laki-laki dengan hipospadia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Kelahiran anak dengan hipospadia di Indonesia juga banyak ditemui namun belum ada
penelitian yang menunjukan angka pasti prevalensinya. Walaupun begitu, beberapa

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


2

penelitian mengenai hipospadia yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia


menunjukan adanya bayi dengan kelahiran hipospadia. Penelitian yang dilakukan di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado menunjukan jumlah kasus hipospadia sebanyak
36 kasus pada periode Januari 2009 hingga Oktober 2012 (Limatahu, Oley, &
Monoarfa, 2012). Penelitian lain yang dilakukan di Rumah Sakit Hasan Sadikin
Bandung menunjukan terdapat 147 kasus hipospadia pada periode tahun 2015-2018
dengan rata- rata pasien terdiagnosis di usia 8,5 tahun (Noegroho, Siregar, &
Firmansyah, 2018).
Berdasarkan studi literatur yang dilakukan mengenai karakteristik hipospadia di Indonesia menyimpulkan
Hipospadia itu sendiri merupakan kondisi yang terjadi sejak dalam kandungan yang menunjukan kelainan

(Horst & Wall, 2017). Lokasi meatus pada 50% kasus terjadi pada anterior, middle
20%, dan posterior 30% dengan posisi subcoronal menjadi yang terbanyak pada
sebagian besar kasus (Gatti, 2019).

Penyebab hipospadia beragam dan multifactorial namun belum ditemukan penyebab


pastinya (Krisna & Maulana, 2017). Banyak hipotesis yang menyebutkan etiologi dari
hipospadia termasuk predisposisi genetik, tidak adekuatnya hormon yang menstimulasi
selama prenatal, faktor-faktor plasenta, serta pengaruh lingkungan (Horst & Wall,
2017).
Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020
3

Selain disebabkan oleh faktor geneti yang banyak terjadi, kelahiran dengan berat badan
rendah juga menjadi faktor utama terjadinya hipospadia. Hal ini dihubungkan dengan
plasenta yang kecil dan lahir dengan berat badan lebih kecil untuk usia gestasi. Selain
itu laporan lain menunjukan diet tanpa daging dan ikan, in vitro fertilization (IVF),
tingginya indeks massa tubuh maternal, serta kelahiran kembar menjadi faktor penyebab
yang mendukung terjadinya hipospadia (Örtqvist, 2016) Penelitian yang telah dilakukan
di Yogyakarta tahun 2016 yang meneliti tentang faktor risiko terjadinya hipospadia
pada
anak menunjukan bahwa usia ibu saat kehamilan diatas 35 tahun akan meningkatkan faktor terjadinya hipo
Pembedahan merupakan merupakan satu-satunya penatalaksanaan yang dilakukan pada anak untuk perbaik

tampilan genital (Horst & Wall, 2017).

Pembedahan untuk intervensi hipospadia dapat dilakukan pada usia berapapun. Namun
The American Academy of Pediatrics menyarankan untuk dilakukan pembedahan untuk
hipospadia pada usia 6-18 bulan berdasarkan tingkat keparahan dan kebutuhan untuk
dilakukan beberapa prosedur yang perlu dilakukan. Hal ini dipertimbangkan karena
pada usia ini dapat membatasi kemungkinan timbulnya stres psikologis dan masalah
perilaku yang mungkin muncul pada anak toddler termasuk mencegah anak kesulitan
dalam
Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020
4

melakukan toilet training. Terdapat lima fase dasar pembedahan hipospadia yang
dilakukan yaitu orthoplasty, urethroplasty, meatoplasty dan glanuloplasty, scrotoplasty
dan skin cover. Proses pembedahan ini dapat diaplikasikan secara berurutan atau dalam
beberapa kombinasi (Baskin, 2020). Komplikasi yang mungkin muncul pada
pembedahan perbaikan hipospadia diantaranya dapat terjadi hematoma, meatal stenosis,
fistula, striktur uretra, urethral diverticulum, luka infeksi, gangguan dalam proses
penyembuhan, balanitis xeritica obliterans, serta penile curvature (Toma, 2020).
Proses pembedahan yang dilakukan terhadap anak dengan hipospadia dapat menimbulkan pengalaman yan
Lamanya anak mengalami beberapa prosedur pembedahan dan penyembuhan sangat beragam dan tergantu
merupakan waktu terjadinya kematangan genital dan pasien dapat mengekspresikan

masalah sosial dan seksualnya setelah pembedahan (Bhat, 2008).

Tujuan utama asuhan keperawatan post operasi anak akibat hipospadia yaitu untuk
melakukan managemen nyeri, mencegah infeksi, serta mengajarkan orangtua perawatan
kateter urin jika diperlukan. Pengalaman nyeri pada anak post operasi tidak bisa
dihindari. Nyeri pada anak dibagi menjadi tiga jenis yaitu nyeri somatik, visceral dan
neuropatik. Nyeri somatik disebabkan oleh injuri atau inflamasi pada jaringan,
contohnya luka bakar,

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


5

fraktur, infeksi dan kondisi inflamasi lainnya. Nyeri visceral disebabkan oleh inflamasi
atau injuri pada organ, contohnya apendisitis, hepatomegali, distensi perut ataupun
gastritis. Nyeri neuropatik disebabkan oleh injuri, inflamasi, atau tidak berfungsinya
sistem saraf pusat ataupun sistem saraf tepi (Mazur, Winnicki, & Szczepański, 2013).
Berdasarkan penjelasan tersebut nyeri anak post operasi akibat hipospadia merupakan
tipe nyeri somatik yang mana ketika melibatkan kulit dan struktur superficial nyeri
terasa tajam dan terlokalisasi.
Anak yang terpapar nyeri tanpa management nyeri yang adekuat memiliki konsekuensi jangka panjang term

kehidupannya.

Berdasarkan International Association of Pain (IASP) nyeri didefinisikan sebagai


pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang dihubungkan dengan
kerusakan jaringan aktual ataupun potensial (Moayedi & Davis, 2012). Nyeri juga
memberitahukan kepada mekanisme pertahanan tubuh untuk bereaksi terhadap stimulus
untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut (Yam et al., 2018). Mekanisme nyeri
melibatkan empat proses yaitu transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Secara

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


6

umum saat terjadi injuri maka akan menimbulkan masuknya patogen, bekuan darah,
serta nekrosis. Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors dan mengeluarkan K+ dan
protein intraseluler. Meningkatnya K+ dan protein intraseluler menyebabkan
depolarisasi nociceptors dan protein dapat menginfiltrasi mikroorganisme yang
menyebabkan inflamasi. Hal ini mengakibatkan lepasnya mediator nyeri seperti
leukotrin, prostaglandin E2 serta histamin. Mediator nyeri ini akan merangsang
nociceptors yang menimbulkan nyeri. Nyeri pasca bedah dalam banyak kasus
merupakan nosisepsi atau nyeri yang
disebabkan oleh kerusakan pada tubuh. Nyeri ini disebabkan oleh hyperalgesia atau allodynia yang dihasil
JCI (Joint Commission International) dalam salah satu standar rumah sakit yang ditetapkan menyebutkan b

pada neonatus dapat menggunakan skala pengukuran Neonatus Pain Rating Scale (NPR-
S) ataupun menggunakan Face, Leg, Activity, Cancelability and Cry (FLACC).
Sedangkan anak yang lebih tua dapat menggunakan skala pengukuran dengan Visual
Analogue Scale (VAS) ataupun Wong-Baker faces pain rating scale (Kahsay, 2017).
Setelah dilakukan pengkajian nyeri pada anak dengan tepat maka selanjutnya perlu
dilakukan penatalaksanaan nyeri yang sesuai.

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


7

Nyeri yang dirasakan anak pasca operasi perbaikan hipospadia merupakan


ketidaknyamanan dalam konteks fisik yang terjadi karena adanya luka pada jaringan
akibat eksisi selama prosedur operasi. Menerapkan teori kenyamanan atau “Comfort
Theory” menjadi cara yang efektif dalam mempromosikan perawatan holistik serta
mengatasi masalah aktual dan potensial yang dialami anak. Kenyamanan berdasarkan
Katharine Kolcaba didefinisikan sebagai keadaan yang segera dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan mencapai pengalaman yang membutuhkan comfort (relief),
ketenangan atau
terbebas dari ketidaknyamanan (ease), dan mampu mengatasi (transcendence) yang merupakan tipe-tipe ke
Terdapat tiga tipe intervensi berdasarkan comfort theory yang juga merupakan atraumatic care yaitu standa

2015). Maka pemberian intervensi keperawatan pada anak dengan nyeri pasca operasi
akibat hipospadia perlu melibatkan orangtua dan menerapkan atraumatic care untuk
meningkatkan kenyamanan dan mengurangi traumatik anak akibat nyeri agar proses
penyembuhan lebih cepat dan menurunkan lamanya hari rawat. Penelitian yang
dilakukan terhadap nyeri anak dengan menerapkan teori comfort Kolcaba pada setiap
proses keperawatan menunjukan hasil evaluasi manajemen nyeri non farmakologi
terhadap lima

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


8

kasus kelolaan mengalami penurunan skala nyeri sebelum dan setelah intervensi
(Mustaqimah, 2015).

Metode managemen nyeri pada anak tidak berbeda dari orang dewasa yang mencakup
penatalaksanaan non farmakologi dan farmakologi yang jika memungkinkan keduanya
perlu untuk digunakan. Namun penatalaksanaan non farmakologik tidak dapat
menggantikan analgesik. Managemen nyeri farmakologi merupakan managemen nyeri
dengan menggunakan analgesik opioid maupun non opioid yang umum digunakan
paracetamol, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID), dexamethasone, tramadol dan nefopam (Bras
sepertisatu penatalaksanaan nyeri non farmakologi yang banyak digunakan yaitu relaksasi napas dalam atau
Salah
tekanan darah tinggi, asma, dan nyeri. Interaksi antara nyeri, pernapasan, dan perubahan

pada kardiovaskular berhubungan dengan mekanisme-mekanisme diantaranya sistem


barorefleks, nyeri dan tekanan darah, dan pernapasan sinus aritmia (Jafari, Courtois,
Bergh, Vlaeyen, & Diest, 2017).

Relaksasi napas dalam dilakukan dengan menginstruksikan pasien untuk bernapas


secara perlahan dan sedalam dalamnya sesuai kemampuan melalui hidung untuk
memasukan udara kedalam paru-paru, kemudian tahan napas dalam beberapa saat dan
udara

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


9

dihembuskan keluar secara perlahan melalui mulut ataupun alat yang digunakan
(Asman & Maifita, 2019). Berdasarkan literature review yang dilakukan terhadap
penelitian yang meneliti mengenai SDB berdasarkan online database antara tahun 1984
hingga 2015 didapatkan hasil bahwa 4 dari 6 penelitian menunjukan bahwa relaksasi
napas dalam secara signifikan mengurangi nyeri dan satu dari dua penelitian ditemukan
bahwa relaksasi napas dalam juga mengurangi refleks nociceptors (Jafari et al., 2017).

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas serta mengetahui pentingnya managemen


nyeri pada pasien anak dengan post operasi karena hipospadia, maka penulis melakukan
penerapan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi persepsi nyeri anak.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan karya ilmiah akhir ners ini adalah untuk memberikan gambaran
praktik klinik dalam melakukan asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada anak
dengan dengan hipospadia post operasi perbaikan fistel dengan penerapan teknik
relaksasi napas dalam untuk mengurangi persepsi nyeri anak

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam karya ilmiah akhir ners ini yaitu :

a. Memberikan gambaran mengenai hipospadia


b. Memberikan gambaran hasil pengkajian yang telah dilakukan kepada anak dengan
post operasi perbaikan fistel.
c. Memberikan gambaran diagnosis keperawatan yang ditegakkan kepada anak
dengan post operasi perbaikan fistel..
d. Memberikan gambaran rencana dan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada
anak dengan post operasi perbaikan fistel.
e. Memberikan gambaran evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
kepada anak dengan post operasi perbaikan fistel.
f. Memberikan gambaran tingkat nyeri anak sebelum dan sesudah diberikan tindakan
relaksasi napas dalam pada anak dengan post operasi perbaikan fistel.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Manfaat Aplikasi

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


10

Karya ilmiah akhir ners ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan masalah keperawatan yang sering muncul
pada anak dengan post operasi karena hipospadia yaitu nyeri akut dengan penerapan
teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi persepsi nyeri anak

1.3.2 Manfaat Keilmuan

Karya ilmiah akhir ners ini diharapkan dapat menjadi sumber literatur dalam poses
pembelajan mahasiswa keperawatan mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan post operasi karena
1.3.3 Manfaat Metodologis

Karya ilmiah akhir ners ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan penelitian selanjutnya dengan

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


BAB II
GAMBARAN KASUS KELOLAAN UTAMA
2.1 Asuhan Keperawatan Kasus Kelolaan Utama
2.1.1 Pengkajian Keperawatan
Anak R (9 tahun) dirawat di ruang rawat setelah menjalani prosedur pembedahan
hipospadia repair fistel tanggal 12 desember 2019. Sejak dilahirkan An. R diketahui
memiliki penis dengan ukuran kecil dan lubang berkemih atau meatus uretra tidak
berada di ujung penis. An. R sejak dilahirkan juga memiliki kelainan kriptorkismus
dimana hanya satu testis yang turun ke skrotum. Ibu An R mengatakan kakak keduanya
atau paman An R juga memiliki lubang berkemih tidak pada ujung penis namun sedikit
agak dibawah penis namun tidak dilakukan prosedur operasi. An. R sebelum dilakukan
prosedur operasi memiliki masalah urin yang merembes hingga membasahi celana serta
urin tidak keluar pada ujung penis melainkan di bagian bawah penis (middle). Orangtua
mengatakan anaknya sempat minder dengan teman-temannya karena ukuran penis kecil
dan tidak bisa buang air kecil dengan posisi berdiri sehingga anak merasa berbeda
dengan temannya yang lain. Sejak usia 6 bulan An. R telah menjalani 5 kali prosedur
pembedahan yaitu pada usia 6 bulan, 1,5 tahun, 3 tahun, 7 tahun, dan saat ini usia 9
tahun. Saat ini telah dilakukan prosedur pembedahan hipospadia repair fistel untuk
memperbaiki komplikasi dari prosedur uretroplasti yang telah dilakukan saat usia 7
tahun yang mana setelah pembedahan tersebut terbentuk saluran abnormal yang tidak
pada tempat yang seharusnya. Setelah dilakukan prosedur pembedahan, anak
dipindahkan ke ruang perawatan untuk pemulihan. Saat ini anak terpasang kateter urin
dengan produksi 120cc (3 jam) dan infus NacL 0,9% per 24 jam serta medikasi yang
diberikan yaitu Anbacim dan paracetamol dengan jalur intravena.

Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan anak mengeluh nyeri skala 5 dari 10 yang
terasa perih dan ngilu hilang timbul serta bertambah nyeri jika bergerak dan disentuh.
Orang tua mengatakan anak sering mengeluh nyeri terutama saat malam hari dan anak
sering mencoba menggaruk area sekitar penisnya karena mulai terasa gatal. Kesadaran
compos mentis, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil suhu 36,6°C, nadi
100x/menit, RR 22x/menit, tekanan darah 110/74 mmHg. Berat badan anak 46 kg dan
tinggi badan 136 cm dengan IMT/U usia 9 tahun 3 bulan didapatkan >3 SD kategori
obesitas. Anak makan 3 sampai 4 kali sehari dan sering mengkonsumsi makanan ringan

11

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


12

dengan selama di rumah sakit anak makan makanan ringan sebanyak 3-4 kali sehari.
Anak menyukai makanan yang digoreng terutama ayam goreng tepung. Terdapat luka
bekas jahitan yang tidak dibalut pada penis dan terpasang kateter urin. Karakteristik
luka insisi kering, tidak ada kemerahan dan tidak ada pengeluaran pus serta tidak
berbau. Selain itu juga terdapat luka kemerahan dan lecet pada bokong dan punggung
anak karena terus berada di tempat tidur sejak dirawat. Aktivitas anak selama dirawat
hanya beraktivitas di tempat tidur seperti untuk makan, buang air besar, bermain
dan menonton
permainan padavideo, dan membersihkan diri. Anak R biasa dimandikan dengan handuk basah dan dibersih
smartphone
2.1.2 Analisis Data Tabel 2.1 Analisis data

DATA MASALAH
KEPERAWATAN
Data subjektif : Nyeri akut b.d agen
- Anak mengatakan penisnya masih terasa cedera fisik
sakit P = Nyeri post operasi
Q = Terasa perih dan ngilu
R = Penis
S = Skala 5 dari 10 (Numeric rating scale)
T = Hilang timbul
- Anak mengatakan penisnya terasa lebih sakit dan ngilu saat bergerak dan disentuh
- Skala nyeri berdasarkan Numerical Rating Scale anak mengatakan skala nyerinya
5 dari 10
- Orangtua mengatakan anak sering mengeluh nyeri saat malam
hari Data objektif :
- Anak dilakukan prosedur bedah hipospadia repair fistel 4 hari yang lalu
- Terdapat luka jahitan di penis
- Anak tidak terlihat kesakitan jika dalam posisi berbaring dan diam
- Anak terlihat kesakitan dan menyernyitkan wajah saat mengubah posisi dan meringis
- Anak terlihat melindungi area yang terasa sakit saat diajak berinteraksi
- Suhu 36,6 derajat Celsius, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi nafas 22
x/menit, tekanan darah 110/75 mmHg
- Anak terlihat sering menonton video dan bermain permainan di ponsel pintar
Data subjektif : Risiko infeksi b.d
- Orangtua mengatakan anak sering mencoba menggaruk area sekitar jahitan karena gatal Prosedur invasif
- Orangtua mengatakan terkadang lupa untuk mencuci tangan sebelum
membersihkan anak setelah buang air besar
- Orangtua mengatakan biasanya mengganti underpad setiap anak selesai buang air besar
- Orangtua mengatakan takut untuk membersihkan area dekat jahitan

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


13

Data objektif :
- Terdapat luka jahitan di penis tanpa balutan
- Luka jahitan kering, tidak ada kemerahan, tidak ada pus, tidak berbau
- Anak terpasang kateter urin dengan produksi urin 120 cc (3 jam), suhu tubuh
36,6 derajat celcius,
- Pada tempat tidur terdapat bekas makanan
Data subjektif : Kerusakan integritas
-Orangtua mengatakan takut untuk mengubah posisi setelah operasi dan anak mengeluh kulit b.d immobilisasi
sakit jika bergerak
-Orangtua mengatakan terdapat kemerahan dan lecet di bokong dan punggung
-Orangtua mengatakan kesehariannya anak hanya di kasur. BAK melalui kateter urin dan
BAB di kasur dengan menggunakan underpad
Data objektif :
- Anak dirawat sejak seminggu yang lalu
- Terdapat kemerahan dan lecet pada bokong dan punggung anak
- Sehari-harinya anak hanya berbaring di kasur setelah operasi
- Underpad terlihat kotor dan terlipat
Data subjektif : Berat badan berlebih
-Orangtua mengatakan anaknya menyukai semua jenis makanan terutama ayam goreng b,d sering makan
tepung kudapan
- Orangtua mengatakan anaknya makan 3-4 kali sehari, biasanya pukul 7 pagi, 12 siang,
3 sore, dan 7 malam
Data objektif :
-Berat badan = 46 kg, Tinggi badan = 136 cm, IMT = 24,9 (gemuk), IMT/U = > 3 SD
(Obesitas)
-Anak terlihat sering memakan makanan ringan

Data subjektif : Gangguan eliminasi


-Orangtua mengatakan anaknya terpasang kateter urin sejak sebelum operasi urin b.d trauma
-Orangtua mengatakan sebelumnya telah menjalani beberapa prosedur operasi namun mekanis prosedur
urin masih merembes operasi repair fistel
Data objektif :
-Anak terpasang kateter urin dengan produksi 120 cc dalam 3 jam
-Anak menjalani
Diagnosis perbaikan komplikasi uretroplasti sebelumnya yang mengalami fistula
Keperawatan
uretrokutaneus
Berdasarkan analisa data terdapat beberapa masalah keperawatan dengan prioritas masalah keperawatan se
Nyeri akut b.d agen cedera fisik
Risiko infeksi b.d prosedur invasif

3. Kerusakan integritas kulit b.d immonilisasi


4. Berat badan berlebih b.d sering makan kudapan
5. Gangguan eliminasi urin b.d trauma mekanis prosedur operasi repair fistel

2.1.4 Tujuan dan Rencana Intervensi Keperawatan


Berdasarkan Nursing Ourcomes Classification (NOC) tujuan dari intervensi masalah
keperawatan nyeri akut yaitu menunjukan nyeri yang terkontrol dengan indikator

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


14

mengenali kapan nyeri terjadi, menggambarkan faktor penyebab, menggunakan


tindakan pencegahan, menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik,
menggunakan analgesik yang direkomendasikan. Selain itu tujuan lainnya yaitu
menunjukkan tingkat nyeri yang menurun dengan indikator nyeri yang dirasakan,
panjangnya episode nyeri, mengerang dan menangis, ekspresi nyeri wajah, tidak bisa
beristirahat, agitasi, iritabilitas, mengerinyit, frekuensi napas, tekanan darah, berkeringat
(Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013). Rencana intervensi keperawatan
Classification (NIC) untuk
berdasarkan Nursing mengatasi masalah nyeri akut yaitu dengan membantu pasien mengenali nyerin
Interventions
Tujuan dari intervensi untuk masalah keperawatan risiko infeksi yaitu menunjukan mampu mengonritol ris
Tujuan dari intervensi untuk masalah keperawatan kerusakan integritas kulit yaitu menunjukan integritas ja

kulit, sensasi, hidrasi, keringat, tekstur, perfusi jaringan, integritas kulis, lesi pada kulit
(Moorhead et al., 2013). Rencana intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah
gangguan integritas kulit yaitu dengan pencegahan luka tekan (Bulechek et al., 2013).

Tujuan dari intervensi untuk masalah keperawatan berat badan berlebih yaitu
menunjukan perilaku mengurangi berat badan dengan indikator memperoleh informasi
mengenai strategi penurunan berat badan, memilih target berat badan yang sehat,
berkomitmen

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


15

dengan rencana makan yang sehat, memilih makanan dan minuman bergizi, mengontrol
porsi makan, menetapkan latihan rutin, pengeluaran kalori melebihi asupan kalori,
mengontrol keasyikan dengan makanan, membuat rencana untuk situasi yang
mempengaruhi asupan makanan dan minuman, menghindari makanan dan minuman
tinggi kalori, meminum delapan gelas air setiap hari atau sesuai kebutuhan cairan
(Moorhead et al., 2013). Rencana intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah
berat badan berlebih yaitu melakukan managemen berat badan (Bulechek et al., 2013).
2.1.5 Implementasi Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, penetapan diagnosis yang sesuai serta disusun rencana intervensi asuhan kep
Masalah keperawatan utama yang diangkat yaitu nyeri akut karena merupakan masalah yang aktual. Selain
scale yang dapat digunakan pada anak usia lebih dari 5 tahun selama anak bisa berhitung

dengan skala nyeri antara 1 hingga 10 (Hockenberry & Wilson, 2015). Selain itu
dilakukan observasi respon non verbal dari nyeri yang muncul.

Hari pertama juga dilakukan managemen nyeri pengalihan dengan teknik distraksi
mengobrol serta audiovisual dengan memainkan permainan pada smartphone dan
menonton video. Hari kedua hingga keempat diterapkan managemen nyeri non verbal
dengan melakukan teknik relaksasi napas dalam (Bulechek et al., 2013). Teknik
relaksasi

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


16

napas dalam dilakukan dengan memberi penjelasan mengenai apa yang akan dilakukan
berupa tujuan dan manfaat serta menyediakan tempat yang tenang. Sebelumnya
didemonstrasikan terlebih dahulu cara melakukan teknik relaksasi napas dalam dengan
memposisikan dalam posisi nyaman dan rileks, kemudian dilakukan teknik relaksasi
napas dalam dengan menempatkan satu tangan di dada dan satu tangan di perut,
pastikan tangan di dada mundur ke belakang dan telapak tangan di perut maju ke depan
saat menarik napas, ambil napas dalam secara perlahan melalui hidung dan tahan
selama tujuh
hitungan, kemudian meniupkan perlahan dengan mengerucutkan bibir (PPNI, 2018a). Selanjutnya anak dim
Masalah keperawatan selanjutnya yaitu risiko infeksi yang bersifat potensial. Intervensi untuk masalah risi

menjaga linen tetap bersih, kering, bebas kerutan, mengubah posisi setiap 2 jam sekali,
memonitor kondisi kulit, mendorong malakukan peregangan ringan, memberikan
perlindungan agar kulit tetap lembab dan terhidrasi dalam batas yang wajar dengan
mengoleskan minyak zaitun (Bulechek et al., 2013).

Masalah berat badan berlebih dilakukan intervensi managemen berat badan yaitu
dengan aktivitas-aktivitas yaitu diskusikan dengan pasien mengenai hubungan antara
asupan makanan, olahraga, peningkatan berat badan, dan penurunan berat badan,
diskusikan
Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020
17

dengan pasien mengenai kondisi medis apa saja yang berpengaruh terhadap berat badan,
diskusikan dengan pasien mengenai kebiasaan yang dapat mempengaruhi berat badan,
kaji motivasi untuk mengubah pola makan, hitung berat badan ideal, bersama dengan
pasien membuat meted yang tepat untuk mencatat asupan makan harian, waktu
olahraga, atau perubahan berat badan, dorong pasien membuat target mingguan yang
realistic, dorong pasien untuk mengkonsumsi air yang cukup setiap hari, dan bantu
pasien merencanakan makan yang seimbang dan konsisten dengan jumlah
energi yang
dibutuhkan setiap harinya (Bulechek et al., 2013).

2.1.6 Evaluasi Tindakan Keperawatan


Langkah selanjutnya dalam melakukan asuhan keperawatan yaitu mengevaluasi tindakan keperawatan yan

napas 18x/menit dan frekuensi nadi 95x/menit, hari keempat frekuensi napas 21 x/menit
dan frekuensi nadi 98x/menit.

Evaluasi masalah keperawatan risiko infeksi dilakukan selama 4 hari setelah intervensi
yaitu tidak ditemukannya tanda-tanda infeksi pada luka pasca operasi. Luka kering,
tidak ada kemerahan, tidak ada pengeluaran pus, tidak ada bau. Anak dan orangtua
mengetahui tanda dan gejala infeksi dan dapat menerapkan cara menghindari infeksi
dengan hand hygiene dengan tepat dan menjaga kebersihan lingkungan. Evaluasi
masalah keperawatan
Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020
18

gangguan integritas kulit dilakukan selama 2 hari yaitu didapatkan hasil punggung dan
bokong tetap bersih, hidrasi kulit dalam batas wajar dan kemerahan berkurang. Selain itu
posisi an. R diubah tiap 2 jam dan anak melakukan peregangan ringan di kasur. Kasur
serta underpad juga dalam keadaan bersih dan tidak ada kerutan. Evaluasi masalah
keperawatan kelebihan berat badan dilakukan selama 4 hari setelah intervensi yaitu
orangtua dan anak memahami anak mengalami berat badan berlebih serta mengetahui
hubungan antara asupan makanan, olahraga, peningkatan dan penurunan berat badan
kebiasaan
dan yang dapat mempengaruhi berat badan. An.R juga telah mengurangi kudapan dan menggantinya

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


BAB III
PEMBAHASA
N
3.1 Analisis Asuhan Keperawatan dengan Konsep Kasus Terkait
Berdasarkan hasil anamnesa diketahui An. R (9 tahun) sejak dilahirkan memiliki penis
ukuran kecil dengan posisi meatus uretra berada di bawah penis serta salah satu testis
tidak turun ke skrotum yang disebut dengan kriptorkismus atau undescended testicle.
Kriptorkismus dan hipospadia merupakan kelainan genital laki-laki yang paling umum
terjadi saat kelahiran dengan 8-10% anak laki-laki dengan hipospadia juga mengalami
kriptorkismus (Sae Chul, Suk Kyoung, & Yeon Pyo, 2011). Anak laki-laki yang
dilahirkan dengan hipospadia beresiko menggalami meatal stenosis atau penyempitan
uretra yang dapat menyebabkan kesulitan berkemih. Biasanya pada usia bayi atau awal
kehidupan anak dengan hipospadia tidak memiliki gejala dan tidak menimbulkan
masalah, namun mulai memasuki masa anak-anak hingga usia yang lebih tua akan
muncul permasalahan seperti ketidakpuasan tampilan, tidak dapat buang air kecil
dengan posisi berdiri, bahkan pada permasalahan penile curvature atau kelengkungan
penis yang berat dapat menyebabkan sulitnya melakukan hubungan seksual (Örtqvist,
2016). An. R mengalami kesulitan untuk buang air kecil terutama dengan posisi berdiri
karena urin merembes yang membasahi celananya sehingga anak harus buang air kecil
dengan posisi berjongkok. Hal ini terjadi karena lubang berkemih (meatus uretra) An. R
tidak berada di ujung penis melainkan di bawah penis bagian tengah yang menunjukan
an. R mengalami hipospadia tipe midshaft (Keays & Dave, 2017).

Penyebab dari hipospadia belum diketahui secara pasti namun beberapa faktor
diperkirakan menjadi faktor yang mendukung terjadinya hipospadia seperti genetik,
tidak adekuatnya stimulasi prenatal, faktor plasenta maternal, lingkungan, indeks massa
tubuh maternal, IVF, berat badan lahir rendah, serta kehamilan kembar (Horst & Wall,
2017; Örtqvist, 2016). An. R diketahui memiliki paman yang juga memiliki lubang
berkemih tidak pada ujung penis sehingga faktor penyebab hipospadia pada an. R
merupakan faktor genetik. Hubungan keluarga diketahui terdapat sebanyak 7% kasus
yang mempengaruhi keluarga generasi pertama, kedua, dan ketiga. Hipospadia dapat
diturunkan baik dari keluarga sisi ayah ataupun ibu dengan perkiraan kemungkinan
yang terjadi 57-77% dan hanya 30% tanpa adanya pengaruh hubungan keluarga (Horst
& Wall, 2017).

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


19

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


20

Sejak usia 6 bulan hingga saat ini usia 9 tahun an.R telah menjalani 5 kali prosedur
operasi. Pemilihan waktu dimulainya prosedur operasi untuk perbaikan hipospadia
mempertimbangkan risiko anestesi, ukuran penis, serta perkembangan psikososial.
Setelah anak usia 6 bulan risiko anestesi setara dengan risiko pada usia anak anak yang
mengindikasikan operasi perbaikan hipospadia tidak boleh dilakukan sebelum usia ini.
Selain itu pertumbuhan penis sangat kecil antara usia 3 bulan hingga pra sekolah serta
mulai usia 18 bulan anak sudah mulai memiliki kesadaran akan genital (Örtqvist, 2016).
Idealnya sejak lahir hingga usia 6 bulan atau lebih dilakukan kunjungan klinik pertama dan dilakukan pros
Prosedur operasi saat ini yang dilakukan yaitu hipospadia repair fistel untuk memperbaiki komplikasi dari

infeksi, dan aproksimasi yang terlalu tegang sehingga menimbulkan iskemi dan nekrosis
pada jaringan (Prada, RW, & Burhanuddin, 2015). Penyebab tingginya komplikasi pada
pasien dengan usia yang lebih tua tidak diketahui secara pasti namun beberapa hipotesis
menyebutkan komplikasi operasi perbaikan hipospadia pada usia yang lebih tua dapat
muncul karena penyembukan luka, perbedaan vaskularitas, ereksi postoperasi, serta
peningkatan kerentanan terhadap infeksi (Ziada et al., 2011).

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


21

Perawatan setelah operasi sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya


komplikasi perbaikan hipospadia. Perawatan yang dilakukan yaitu mencakup perawatan
kateter urin, perawatan luka dan mandi, obat-obatan setelah operasi, aktivitas, diet, dan
follow-up. Beberapa anak akan dipulangkan dengan masih terpasang kateter urin.
Orangtua dapat diedukasi untuk menggunakan diaper agar urin tidak merembes dan
menggantinya secara teratur atau jika diaper sudah mulai basah. Observasi adanya
rembesan atau kebocoran urin disekitar selang kateter dan adanya darah karena
kebocoran
dalam jumlah banyak mengindikasikan adanya hambatan pada aliran kateter. Perawatan luka dilakukan de
Penis yang mengalami pembengkakan setelah operasi masih dikatakan normal selama 3-
6 bulan terutama setelah balutan dilepas. Setelah anak dipulangkan biasanya akan diberikan obat-obatan se

anak dan keluarga untuk mencegah terjadinya komplikasi kembali.

Pengkajian nyeri pada an.R dilakukan dengan metode QUEST dengan melibatkan anak
dan orangtua dalam melakukan pengkajian. Pengkajian dilakukan dengan menanyakan
pada anak informasi dan deskripsi nyeri; menggunakan skala penilaian nyeri sesuai usia,
kemampuan, dan kesukaan anak; mengevaluasi perubahan perilaku dan fisiologis;
Memastikan keterlibatan orang tua; Mempertimbangkan penyebab nyeri; serta
melakukan tindakan dan evaluasi hasilnya (Hockenberry & Wilson, 2015). An.R usia 9

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


22

tahun mampu menjawab pertanyaan terkait nyerinya dengan mengatakan nyeri yang
dirasakan terjadi karena prosedur operasi yang dilakukannya. Anak juga dapat
mendeskripsikan nyeri yang dirasakan berupa nyeri terasa perih dan ngilu pada area
penisnya serta nyerinya hilang timbul. Nyeri bertambah jika bergerak dan disentuh area
sekitar luka operasi dan anak juga tampak meringis dan melindungi area nyeri.
Pengkajian skala nyeri yang digunakan yaitu numeric rating scale karena dapat
digunakan pada anak usia lebih dari 5 tahun selama anak bisa berhitung dengan skala
nyeri antara 1 hingga 10. An.R mampu berhitung dari 1 sampai 10 dan mengatakan bahwa nyerinya skala 5
Selain menanyakan kepada anak, pengkajian nyeri juga dilakukan dengan melibatkan orangtua dalam hal i
Berdasarkan hasil pengkajian, masalah keperawatan utama yang diangkat yaitu nyeri akut. Masalah kepera
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan yang dapat disebabkan oleh agen pencedera fisiologis, kimiawi, dan fisik
(PPNI, 2016). Pasien yang mengalami nyeri pasca dilakukannya prosedur operasi
termasuk kedalam nyeri akut dengan penyebab agen pencedera fisik. Tanda dan gejala
dari nyeri akut yaitu pasien mengeluh sakit, tampak meringis, bersikap protektif,
gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas
berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada
diri sendiri, dan

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


23

diaforesis (PPNI, 2016). Beberapa dari tanda dan gelala ini sesuai dengan tanda dan
gejala yang muncul pada an R yang mengalami nyeri pasca pembedahan hipospadia
repair fistel.

Hasil pemeriksaan fisik menunjukan anak mengalami luka kemerahan dan lecet pada
bokong dan punggung. Kemungkinan terjadinya luka tekan pada pasien intraoperative
yaitu sebesar 4,7-66% lebih tinggi dibandingkan kemungkinan terjadinya luka tekan
pada pasien yang tidak menjalani prosedur pembedahan yang kemungkinannya sebesar
1-11%. Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor yang mendukung terjadinya luka
berhubungan dengan prosedur operasi seperti pasien yang dipuasakan, posisi tertentu yang perlu diterapkan
tekan
An yang
R memiliki berat badan 46 Kg dan tinggi badan 136 cm yang menunjukan Indeks Massa Tubuh 24,9
berdasarkan IMT/U menunjukan hasil >3SD yang termasuk kategori obesitas. Obesitas

pada anak usia 6 sampai 12 tahun dipengaruhi oleh status nutrisi ibu saat hamil,
kurangnya aktivitas fisik atau olahraga kurang dari 3 hari perminggu, menonton televisi
lebih dari 8 jam sehari, serta kebiasaan makan anak yang mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat dan lemak dengan anak yang mengkonsumsi makanan cepat saji 6-8
kali perminggu memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami obesitas (Japutra,
Fadlyana, & Alam, 2015). Hal ini mendukung data kebiasaan sehari hari an.R
yang senang
Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020
24

mengkonsumsi kudapan dan makanan cepat saji serta penggunaan smartphone untuk
menonton video dan bermain permainan di smartphone terus menerus sepanjang hari.

3.2 Analisis Penerapan Intervensi


Masalah keperawatan utama yang diangkat pada An. R adalah nyeri akut. Nyeri akut
menjadi fokus masalah utama karena merupakan masalah yang aktual dan perlu
ditangani dengan segera. An. R telah menjalani prosedur operasi hipospadia repair fistel
4 hari yang lalu tepatnya tanggal 12 Desember 2019. Berdasarkan standar intervensi
Indonesia teknik non farmakologi yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri yaitu TENS, hypnosis, ak
keperawatan
Penerapan relaksasi napas dalam terhadap an.R dilakukan untuk mengurangi persepsi nyeri yang dirasakan
Pengkajian mengenai nyeri yang dialami dilakukan dengan menggunakan teknik QUEST yang sesuai untu

teknik relaksasi napas dalam dan memperagakan serta meminta anak untuk
mengikutinya. Berdasarkan standar intervensi keperawatan Indonesia, latihan
pernapasan dapat dilakukan dengan observasi, terapeutik, dan edukasi. Observasi yang
dilakukan yaitu mengindentifikasi indikasi dilakukan latihan pernapasan dan memonitor
frekuensi, irama, dan kedalaman napas sebelum dan sesudah latihan. Intervensi yang
dilakukan yaitu memberi penjelasan mengenai apa yang akan dilakukan berupa tujuan

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


25

dan manfaat, menyediakan tempat yang tenang, posisikan pasien nyaman dan rileks,
kemudian tempatkan satu tangan di dada dan satu tangan di perut, pastikan tangan di
dada mundur ke belakang dan telapak tangan di perut maju ke depan saat menarik
napas, ambil napas dalam secara perlahan melalui hidung dan tahan selama tujuh
hitungan, kemudian tiupkan perlahan dengan mengerucutkan bibir, turunkan limit
setting jika perilaku pasien mendekati perilaku yang diharapkan. (Syamsuddin, 2019;
PPNI, 2018a).

Proses menarik napas pada relaksasi napas dalam dilakukan dengan menghirup udara dari
hidung perlahan dan menempatkan satu tangan di dada dan satu tangan di perut bertujuan untuk memastika
Tingkat nyeri pasien dikatakan berkurang jika memenuhi kriteria hasil yaitu menurunnya

keluhan nyeri, meringis, sikap protektif, gelisah, kesulitan tidur, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri, diaforesis, perasaan depresi atau tertekan, perasaan takut mengalami
cedera berulang, ketegangan otot serta pupil dilatasi. Selain itu juga mengalami
perbaikan dalam frekuensi nadi, pola napas, tekanan darah, proses berpikir, fokus,
perilaku, nafsu makan, dan pola tidur (PPNI, 2018b). Pasien dikatakan dapat
mengontrol nyerinya jika memenuhi kriteria hasil yaitu terjadi peningkatan pada
melaporkan nyeri terkontrol, kemampuan mengenali onset nyeri, kemampuan
mengenali penyebab nyeri, kemampuan
Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020
26

menggunakan teknik non farmakologis, dukungan orang terdekat, keluhan nyeri


menurun, serta penggunaan analgesik menurun (PPNI, 2018b). An. R melakukan teknik
relaksasi napas dalam selama 3 hari dengan setidaknya melakukan relaksasi napas
dalam minimal sekali dalam sehari dan dapat melakukannya di luar jadwal jika periode
nyeri terjadi. Hasil yang didapatkan yaitu keluhan nyeri menurun, sikap protektif
berkurang, anak tidak meringis yang menunjukan nyeri, serta frekuensi nadi dan napas
menurun.

Relaksasi napas dalam digunakan sebagai teknik terapeutik dalam mengontrol beberapa
gejala dan kondisi termasuk distress, ansietas, tekanan darah tinggi, asma, dan nyeri. Interaksi antara nyeri
Selain itu teknik non farmakologi juga dipercaya dapat menurunkan nyeri melalui mekanisme gate control
pernapasan, dan nadi (Rini, 2018). Relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan

ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi serta memberi efek relaksasi pada otot
skeletal yang tegang karena peningkatan prostaglandin dengan cara terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah ke area yang tegang dan
iskemik. Selain itu relaksasi napas dalam juga menstimulasi tubuh untuk mengeluarkan
opioid endogen, endorphin, serta encephalin yang mengurangi nyeri (Isnaini, Hidayati,
& Sumaryani, 2018). Penelitian yang dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D Kandou
Manado menghasilkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna teknik relaksasi
terhadap
Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020
27

perubahan intesitas nyeri pada pasien post operasi di ruang Irina A atas RSUP.Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado dengan nilai p=0,001 (p<0,05) (Rampengan, Rondonuwu, &
Onibala, 2014). Penelitian lain yang juga menggunakan teknik relaksasi napas dalam
pada anak untuk mengurangi nyeri dalam hal ini menggunakan teknik meniup baling-
baling untuk mengurangi nyeri pungsi vena didapatkan hasil ada pengaruh perbedaan
skala nyeri antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p value 0,000 < α = 0,05)
(Machsun, 2017). Relaksasi napas dalam dan imaginary terbimbing juga efektif dalam
menurunkan nyeri pada pasien post operasi fraktur (Rini, 2018).

3.3 Rekomendasi Praktik Berdasar Hasil Kajian Praktik Berbasis Bukti


Nyeri yang dirasakan oleh anak post operasi dapat dilakukan dengan penatalaksanaan nyeri farmakologi da
Masalah yang timbul saat penulis menerapkan teknik relaksasi napas dalam kepada an. R dengan post oper
untuk memainkan permainan pada smartphone. Maka dari itu penulis merekomendasikan

untuk dapat memodifikasi teknik relaksasi napas dalam dengan metode bermain seperti
permainan meniup yang sesuai dengan intensitas nyeri, kemampuan dan usia anak.
Selain itu juga perlu menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan untuk anak
sehingga persepsi nyeri anak dapat berkurang.

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


28

3.4 Implikasi
Karya ilmiah akhir mengenai asuhan keperawatan dengan penerapan teknik relaksasi
napas dalam untuk mengurangi persepsi nyeri anak post operasi perbaikan fistel ini
diharapkan dapat digunakan perawat untuk mengurangi nyeri anak khususnya anak
dengan masalah nyeri akut setelah melakukan prosedur pembedahan. Dimasa yang akan
datang perawat dapat meningkatkan dan memaksimalkan perannya untuk menunjang
kesejahteraan dan kesehatan klien termasuk melakukan perawatan terhadap anak dengan
post operasi karena hipospadia. Peran perawat mencakup care giver, communicator, educator, advocator, d
Perawat sebagai care giver atau pemberi asuhan perlu melakukan perawatan yang holistik dan mengatasi m
Penelitian dalam karya ilmiah yang dilakukan terhadap anak R menunjukan hasil penerapan relaksasi napa
fistel dapat mengurangi persepsi nyeri anak sehingga karya ini dimasa yang akan datang

dapat digunakan oleh perawat untuk membantu menerapkan intervensi kepada anak
sesuai dengan peran perawat.

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI, 2020


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa asuhan keperawatan pada anak hipospadia post operasi
perbaikan fistel dengan penerapan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi
persepsi nyeri anak di RSPAD Gatot Soebroto pada karya ilmiah ini, maka didapatkan
kesimpulan yaitu :
Hipospadia merupakan kondisi yang terjadi sejak dalam kandungan yang menunjukan kelainan berupa
Anak dengan post operasi perbaikan fistel ditemukan mengalami masalah keperawatan nyeri akut, risik
Masalah nyeri anak dengan post operasi hipospadia dapat dilakukan penatalaksanaan farmakologi dan
Tujuan intervensi masalah keperawatan nyeri akut yaitu anak menunjukan nyeri yang terkontrol
Teknik relaksasi napas dalam merupakan salah satu penatalaksanaan non farmakologi untuk menguran
Teknik relaksasi dapas dalam yang dilakukan selama 3 hari dapat mengurangi
persepsi nyeri anak dengan hipospadia post operasi perbaikan fistel

4.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan dalam penulisan karya ilmiah ini terkait penerapan teknik relaksa

fistel, penulis menyarankan untuk perawat lebih peka mengenai nyeri yang dirasakan
oleh anak serta tidak hanya bergantung kepada penggunaan manajemen nyeri
farmakologi namun akan lebih baik jika disertai dengan manajemen nyeri non
farmakologi yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak agar perawatan
maksimal dan menurunkan hari rawat sehingga stress hospitalisasi anak dapat
berkurang.

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


DAFTAR PUSTAKA
Al-radhi, H. K., Akef, A. A., Adnan, A., Khamis, A., Alsaeed, M. J., Alshehri, M. A., H,
Y. A. (2018). Post-Operative Pain : Mechanisms and Management. The Egyptian
Journal of Hospital Medicine, 70(January), 658–663.
https://doi.org/10.12816/0043821
Allen, R. (2018). The health benefits of nose breathing. Nursing in General Practice, 2–
4. Retrieved from
http://eres.regent.edu:2048/login?url=https://search.proquest.com/docview/198367
2824?accountid=13479 Benefits of Fasting.doc
Asman, A., & Maifita, Y. (2019). Effect of Deep Breathing Relaxation Techniques for
Reducing Pain after Hernia Surgery in Inpatient of Regional Hospital Pariaman
West Sumatera Indonesia. International Journal of Research and Review,
6(August), 5– 8.
Babu, B., Ealias, J., & Venunathan, A. (2016). Pursed Lip Breathing Exercise – a Self-
Management Approach Anveshana International Journalof Research in Pharmacy
and Life Sciences Pursed Lip Breathing Exercise – a Self-Management Approach
Towards Shortness of Breath. Anveshana International Journalof Research in
Pharmacy and Life Sciences, 1(1), 41–45.
Baskin, L. S. (2020). Hypospadias. In Pediatric Surgery, 2-Volume Set (7th ed., pp.
1531– 1553). Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/B978-0-323-07255-7.00121-5
Baskin, L. S., Copp, H., DiSandro, M., Arnhym, A., Champeau, A., & Kennedy, C.
(2013). Hypospadias: Instructions for after surgery. UCSF Pediatric Urology.
Bhat, A. (2008). General considerations in hypospadias surgery. Indian Journal of
Urology. https://doi.org/10.4103/0970-1591.40614
Brasher, C., Gafsous, B., Dugue, S., Thiollier, A., Kinderf, J., Nivoche, Y., … Dahmani,
S. (2014). Postoperative Pain Management in Children and Infants : An Update
Postoperative Pain Management in Children and Infants : An Update. Springer
International Publishing Switzerland, (February 2015).
https://doi.org/10.1007/s40272-013-0062-0
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC) (6th ed.). Singapore: Elsevier.
Busch, V., Magerl, W., Kern, U., Haas, J., Hajak, G., & Eichhammer, P. (2012). The
Effect of Deep and Slow Breathing on Pain Perception, Autonomic Activity, and
Mood Processing-An Experimental Study. Pain Medicine, 13(2), 215–228.
https://doi.org/10.1111/j.1526-4637.2011.01243.x
Chandra, S. M., Raman, K., & Kolcaba, K. (2016). Application of Katharine Kolcaba
Comfort Theory in Post Operative Child : Delivering Integrative Comfort Care
Intervention by using Theory of Comfort – A Case Study of a 5 year Old Child
Admitted in PICU with Laprotomy Experiencing Post Operative Discomfo.
International Journal of Science and Research, 5(6), 1714–1720.
Friedrichsdorf, S. J., & Goubert, L. (2020). Pediatric pain treatment and prevention for
hospitalized children. Pain : Clinical Updates, 5, 1–13.
Gao, L., Yang, L., Li, X., Chen, J., Du, J., & Yang, H. (2018). Risk factors for
intraoperative pressure ulcers in surgical patients. International Journal of Clinical
and Experimental Medicine, 11(7), 7429–7435.
Gatti, J. M. (2019). Hypospadias. Medscape. Retrieved from
https://emedicine.medscape.com/article/1015227-overview#a5

30

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


31

Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2015). Wong’s Nursing Care of Infants and Children.
Missouri: Elsevier. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Horst, H. J. R. Van Der, & Wall, L. L. De. (2017). Hypospadias , all there is to know.
European Journal of Pediatrics, 435–441. https://doi.org/10.1007/s00431-017-
2864-5
Hug, L., Sharrow, D., & You, D. (2019). Levels & Trends in Child Mortality Report
2019 : Estimates developed by the UN inter-agency Group for Child Mortality
Estimation. United Nations Inter-Agency Group for Child Mortality Estimation.
Isnaini, N., Hidayati, T., & Sumaryani, S. (2018). Effect of Combination of Slow Deep
Breathing and Ice Therapy towards Comfort Level in Arteriovenous Fistula
Insertion of Hemodialysis Patients in PKU Muhammadiyah Hospital Yogyakarta.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 7(1),
45–51. https://doi.org/10.15416/ijcp.2018.7.1.45
Jafari, H., Courtois, I., Bergh, O. Van Den, Vlaeyen, J. W. S., & Diest, I. Van. (2017).
Pain and respiration : A systematic review Pain and respiration : a systematic
review. International Association for the Study of Pain, (February).
https://doi.org/10.1097/j.pain.0000000000000865
Japutra, A., Fadlyana, E., & Alam, A. (2015). Risk factors for obesity in 6 to 12-year-
old children. Paediatrica Indonesiana, 55(1), 35.
https://doi.org/10.14238/pi55.1.2015.35-9
Jiang, D. D., Chakiryan, N. H., Gillis, K. A., Acevedo, A. M., Austin, J. C., & Seideman,
C. A. (2020). Perioperative complications within 30 days of hypospadias surgery :
Results from NSQIP-Pediatrics. Journal of Pediatric Urology, (xxxx).
https://doi.org/10.1016/j.jpurol.2020.03.026
Joint Commission International. (2017). Joint Commission International Accreditation
for Hospitals (6th ed.). USA: Joint Commission Resource.
https://doi.org/10.1016/j.clinbiochem.2008.09.021
Kahsay, H. (2017). Assessment and Treatment of Pain in Pediatric Patients. Current
Pediatric, 21(1), 148–157.
Keays, M. A., & Dave, S. (2017). Review: Current hypospadias management :
Diagnosis, surgical management, and longterm patient-centred outcomes. Canadian
Urological Association, 11(February).
Kemenkes RI. (2018). Farmasi Klinik. (Rusli, Ed.). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
https://doi.org/10.16309/j.cnki.issn.1007-1776.2003.03.004
Kolcaba, K., & Dimarco, M. A. (2005). Comfort Theory and its application to pediatric
nursing. Pediatric Nursing, (March).
Krisna, D. M., & Maulana, A. (2017). Hipospadia : Bagaimana Karakteristiknya di
Indonesia. Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, (April), 325–333.
Limatahu, N., Oley, M. H., & Monoarfa, A. (2012). Angka Kejadian Hipospadia di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2009-Oktober 2012.
Bagian Bedah Universitas Sam Ratulangi Manado, 1–6.
Machsun, T. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam dengn Meniup Baling-
baling Terhadap Skala Nyeri Pungsi Vena pada Anak Usia Prasekolah di Rumah
Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Mazur, A., Winnicki, I. R., & Szczepański, T. (2013). Pain management in children.
Ann
Agric Environ Med, (1), 28–34.
Meyts, E. R., Main, K. M., Toppari, J., & Skakkebaek, N. E. (2020). Testicular
Dysgenesis Syndrome, Cryptorchidism, Hypospadias, and Testicular Tumors. In

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


32

Endocrinology: Adult & Pediatric (Seventh Ed, p. 2354–2367.e6). Elsevier.


https://doi.org/10.1016/B978-0-323-18907-1.00137-2
Moayedi, M., & Davis, K. D. (2012). Theories of pain : from specificity to gate control.
Journal of Neurophysiol, (Rey 1995), 5–12. https://doi.org/10.1152/jn.00457.2012
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.). United Kingdom: Elsevier.
Mustaqimah. (2015). Aplikasi Teori Comfort Kolcaba pada Anak dengan Kanker yang
Mengalami Masalah Nyeri di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Universitas Indonesia.
Nguyen, J., & Duong, H. (2019). Pursed-lip Breathing. Treasure Island (FL) : Stat Pearls.
Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545289/
Noegroho, B. S., Siregar, S., & Firmansyah, I. (2018). Karakteristik Pasien Hipospadia
di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015-2018. Departemen Bedah
Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, (38), 10–12.
Nursing Times. (2019). Effects of bedrest 6: bones, skin, self-concept and self-esteem.
Nursing Times, 115(5), 58–61.
Örtqvist, L. (2016). Long-Term Perspectives on Hypospadias. Karolinska Institutet,
Stockholm, Sweden.
Power, N. ., Howard, R. ., Wade, A. ., & Franc, L. . (2012). Pain and behavior changes
in children following surgery. Archives of Disease in Childhood.
https://doi.org/10.1136/archdischild-2011-301378
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Prada, W. D., RW, O. T., & Burhanuddin, L. (2015). Hubungan Insiden Fistula
Uretrokutaneus dengan Tipe Hipospadia Pasca Operasi Uretroplasti. JOM FK.
Rampengan, S. F. Y., Rondonuwu, R., & Onibala, F. (2014). Pengaruh Teknik
Relaksasi dan Teknik Distraksi Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri pada Pasien
Post Operasi di Ruang Irina A Atas RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Universitas Sam Ratulangi.
Reyes del Paso, G. A., Muñoz Ladrón de Guevara, C., & Montoro, C. I. (2015). Breath-
Holding During Exhalation as a Simple Manipulation to Reduce Pain Perception.
Pain Medicine (United States), 16(9), 1835–1841.
https://doi.org/10.1111/pme.12764
Rini, R. A. P. (2018). The Effectiveness Of Deep Breathing Relaxation Technique And
Guided Imagery To Decrease Pain Intensity On Postoperative Fracture Patients In
Bougenvile Ward Of Dr Soegiri Hospital Lamongan. The 9th International
Nursing Conference 2018, 115–121. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3249769/
Rosuliana, N. E. (2015). Aplikasi “Comfort Theory” pada Pasien Pasca Bedah yang
Mengalami Nyeri di Ruang Bedah Anak (BCh) RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta. Universitas Indonesia.

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


33

Sae Chul, K., Suk Kyoung, K., & Yeon Pyo, H. (2011). Trends in the incidence of
cryptorchidism and hypospadias of registry-based data in Korea: a comparison
between industrialized areas of petrochemical estates and a non-industrialized area.
Asian Journal of Andrology, 1–8.
Sheng, X., Xu, D., Wu, Y., Yu, Y., Chen, J., & Qi, J. (2018). The risk factors of
Urethrocutaneous fistula after hypospadias surgery in the youth population. BMC
Urology, 1–6.
Springer, A., Heijkant, M. Van Den, & Baumann, S. (2016). Worldwide prevalence of
hypospadias. Journal of Pediatric Urology, 12(3), 152.e1-152.e7.
https://doi.org/10.1016/j.jpurol.2015.12.002
Sunitha, G., & Ravi, B. . (2013). Effect of Deep Breathing on Respiratory Parameters in
Healthy Young Individuals. Journal of Evolution of Medical and Dental Sciences,
2(19), 3305–3312. https://doi.org/10.14260/jemds/698
Tangkudung, F. J., Patria, S. Y., & Arguni, E. (2016). Faktor Risiko Hipospadia pada
Anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Sari Pediatri, 17(1), 396–400.
Toma, H. V. (2020). Hypospadias. In Ferri’s Clinical Advisor. United States: Elsevier.
https://doi.org/10.1016/B978-0-323-67254-2.00459-9
Vakili, R., Khademi, G., & Saeidi, M. (2015). Preparation a Child for Surgery and
Hospitalization. International Journal of Pediatric, (May).
Valeri, B. O., Ranger, M., Chau, C. M. Y., Ivan, L., Synnes, A., Beatriz, M., … Grunau,
R. E. (2017). Neonatal invasive procedures predict pain intensity at school age in
children born very pretem. HHS Public Access, 32(12), 1086–1093.
https://doi.org/10.1097/AJP.0000000000000353.Neonatal
WHO. (2018). 2018 Global Reference List of 100 Core Health Indicators (plus health-
related SDGs). World Health Organization.
Yam, M. F., Loh, Y. C., Tan, C. S., Adam, S. K., Manan, N. A., & Basir, R. (2018).
General Pathways of Pain Sensation and the Major Neurotransmitters Involved in
Pain Regulation. International Journal of Molekular Sciences.
https://doi.org/10.3390/ijms19082164
Ziada, A., Hamza, A., Abdel-Rassoul, M., Habib, E., Mohamed, A., & Daw, M. (2011).
Outcomes of hypospadias repair in older children: A prospective study. Journal of
Urology, 185(6 SUPPL.), 2483–2486. https://doi.org/10.1016/j.juro.2011.01.032

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


Lampiran 1. Pengkajian
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN – UI
ILMU KEPERAWATAN ANAK DALAM KONTEKS KELUARGA
FORMAT PENGKAJIAN ANAK
Nama mahasiswa : Jesita Noor Sabila
Tempat praktik : RSPAD Gatot Soebroto – IKA 1
Tanggal praktik : Senin, 16 Desember 2019

IDENTITAS DATA
Nama: An. R
Alamat: Tasikmalaya
Tempat/tagl lahir:Tasikmalaya/ 01 September 2010 Agama: Islam
Usia: 9 Tahun (Kelas 3 SD)
Suku bangsa: Indonesia
Nama Ayah/ibu: Bpk. R & Ibu K
Pendidikan ayah: SMA
Pekerjaan ayah: TNI
Pendidikan ibu: Perguruan tinggi
Pekerjaan ibu: Ibu rumah tangga

KELUHAN UTAMA
Sejak dilahirkan diketahui memiliki penis kecil dengan lubang berkemih atau meatus uretra tidak berada

nyeri hilang timbul dan terasa lebih sakit saat bergerak yang ditunjukan dengan
anak melindungi area yang nyeri dan menyernyitkan wajah serta meringis. Anak
terlihat tenang dan tidak kesakitan saat posisi berbaring dan diam tanpa ada yang
berinteraksi dengannya. Selain itu juga terdapat luka lecet dan kemerahan pada
punggung dan bokong namun Ibu An. R masih takut untuk mengubah posisi
karena anak mengeluh sakit jika bergerak.

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


Riwayat kehamilan dan kelahiran
1. Prenatal : Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan di rumah sakit dan
mendapatkan vaksin serta vitamin. Selama kehamilan tidak ditemukan kelainan
pada janin
2. Intranatal : Anak dilahirkan secara spontan pervaginam. Anak diketahui
memiliki meatus uretra tidak pada ujung penis melainkan pada bagian bawah
penis
3. Postnatal : Anak mendapat imunisasi dan diberi ASI eksklusif.. Urin yang
dikeluarkan saat anak BAK tidak melalui ujung penis melainkan merembes

RIWAYAT MASA LAMPAU


Penyakit di waktu kecil :
Diare, demam, batuk dan pilek
Pernah dirawat di RS :
Diare (Usia 6 thn), pembedahan hipospadia (Usia 6 bulan, 1,5 thn, 3 thn, 7
thn, 9 thn)
3. Obat-obatan yang digunakan Tidak:ada
Tindakan operasi Uretroplasty Alergi
:
4. Seafood Kecelakaan Tidak pernah Imunisasi
Imunisasi dasar lengkap
5. :

6. :
7.
:

IV. RIWAYAT KELUARGA (disertai genogram)


Anak R merupakan anak tunggal dari Ibu K dan bapak R. Ibu K merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara d

V. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh :
Orang tua
2. Hubungan dengan anggota keluarga :

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


Hubungan anak dengan anggota keluarga baik dan anak dekat dengan ayah dan
ibunya. Anak sering menceritakan kesehariannya kepada orang tuanya
walaupun ayah dari An.R sering ditugaskan bekerja di luar kota selama
beberapa minggu atau beberapa bulan.
3. Hubungan dengan teman sebaya :
Anak R senang bermain dengan teman sebayanya di lingkungan rumah,
sekolah, dan pengajian. Namun anak R beberapa kali mengatakan kepada
orang tuanya bahwa anak R merasa minder karena caranya buang air kecil
yang dilakukan dengan cara berjongkok berbeda dengan teman-temannya
melakukannya dengan cara berdiri
4. Pembawaan secara umum :
Anak R mau berinteraksi dengan perawat dengan BHSP terlebih dahulu. Anak
R tidak mempermasalahkan ketika sering ditinggal ibunya selama di rawat
untuk mengurus administrasi dan kebutuhan perawatan serta membeli
makanan.
5. Lingkungan rumah :
Anak R memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang di lingkungan
rumahnya terutama anak lain yang sebaya dengannya.

VI. KEBUTUHAN DASAR


1. Makanan yang disukai/tidak disukai :
Anak menyukai semua jenis makanan terutama ayam goreng tepung
Selera :
Selera makan baik dan anak selalu memakan semua jenis makanan yang
disediakan dan anak sering memakan makanan ringan
Alat makan yang dipakai :
Sesuai dengan yang disediakan
Pola makan/jam :
Makan 3-4 kali sehari, biasanya pukul 7 pagi, 12 siang, 3 sore, dan 7 malam
2. Pola tidur :
Tidur malam pukul 10 hingga 6 atau 7 pagi. Namun jika sebelumnya tidak tidur
siang, An R akan tidur malam lebih awal sekitar pukul 8 atau 9 malam
Kebiasaan sebelum tidur :
Bermain permainan di smartphone
Tidur siang :
Kadang-kadang tidur siang antara pukul 11-13 biasanya selama 1-2 jam
3. Mandi :
Selama di RS anak R tidak mandi seperti biasa 2 kali sehari, melainkan hanya di
seka handuk basah 2 kali sehari
4. Aktivitas bermain :
Sebelum dirawat An. R biasa bermain dengan teman sebayanya, namun saat di
rawat anak R hanya bermain permainan yang ada di smartphone
5. Eliminasi :
Sebelum operasi anak R buang air kecil 5-6 kali sehari dengan berjongkok
karena urin merembes dan membasahi celana dan BAB 1 kali sehari. Setelah

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


dirawat dan menjalani prosedur operasi anak BAK melalui kateter urin dengan
produksi 120 cc dalam 3 jam terakhir, dan BAB 1 kali sehari yang dilakukan di
kasur dengan beralaskan underpad.

VII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa medis :
Hipospadia, unspe
Post operasi hipospadia repair fistel
2. Tindakan operasi :
Hipospadia repair fistel
3. Status nutrisi :
BB = 46 kg, TB = 136 cm, IMT = 24,9 (gemuk)
IMT/U = > 3 SD (Obesitas)
4. Status cairan :
Kebutuhan cairan anak = 1500ml + (20 ml x (46-20) ) 1500 ml + 520 ml =
2020 ml
Anak minum 1200 ml sehari (2 botol @600ml) + Cairan infus Nacl 500
ml/24 jam
5. Obat-obatan :
Anbacim IV 3 x 1gr, Paracetamol IV 3x500mg
6. Aktivitas :
Hanya beraktivitas di tempat tidur
7. Tindakan keperawatan :
-Mengkaji skala nyeri
-Perawatan luka pasca operasi
-Minimalisir risiko infeksi dan risiko injuri
8. Hasil laboratorium :
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium setelah operasi
9. Hasil rontgen :
Tidak dilakukan pemeriksaan radiologis setelah operasi
10. Data tambahan :
Terdapat luka kemerahan dan lecet pada punggung dan bokong

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum :
Compos mentis, anak terlihat nyeri dengan menyernyitkan wajah, meringis
saat bergerak, dan melindungi area nyeri
2. TB/BB (Persentile) :
46 kg/ 136 cm, IMT = 24,87, IMT/U (9 tahun 3 bulan) >3SD (Obesitas)
3. Lingkar kepala :
46 cm
4. Mata :
Sklera tidak iktenik, konjungtiva tidak anemis
5. Hidung :
Tidak ada hambatan jalan nafas

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


6. Mulut :
Mulut bersih, mukosa dan bibir lembab, gigi tidak ada karies dan gigi tidak
berlubang
7. Telinga :
Tidak ada nyeri tekan, terdapat serumen
8. Tengkuk :
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
9. Dada :
Dada simetris, nafas regular, tidak ada lesi
10. Jantung :
Suara jantung S1 & S2 tidak ada suara jantung tambahan
11. Paru-paru :
Suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan
12. Perut :\
Simetris, tidak ada distensi
13. Punggung :
Simetris, terdapat kemerahan dan luka lecet pada punggung
14. Genitalia :
Terdapat jahitan di area ujung dan bawah penis. Luka kering, tidak ada
kemerahan, tidak ada pus, tidak berbau. Terpasang kateter urin
15. Ekstremitas :
Refleks patella +/+, tidak edema
16. Kulit :
Turgor kulit baik, kulit agak kering, terdapat kemerehan dan luka lecet pada
punggung dan bokong
17. Tanda vital :
Suhu : 36°C, Frekuensi nadi : 100x/menit, Frekuensi nafas = 22x/menit,
Tekanan darah = 110/75 mmHg

IX. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


1. Kemandirian dan bergaul
Selama dirawat di RS Anak R dapat ditinggal untuk beberapa saat oleh orang
tua dan dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti makan, minum,
bermain permainan di smartphone. Namun anak R terlihat jarang berinteraksi
dengan pasien lain yang sekamar dengannya. Sehari-harinya anak R dapat
berangkat dan pulang sekolah serta mengaji sendiri. Anak R juga bergaul
dengan teman sebayanya di lingkungan rumah, sekolah, dan pengajian
2. Monitor halus
Anak dapat menulis secara langsung ataupun mengetik melalui smartphone
dalam bentuk kalimat maupun angka, menggambar, mampu makan, minum
dan berpakaian sendiri, mampu menulis yang didengar, serta memotong dan
menggunting kertas
3. Kognitif dan Bahasa

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


Anak R dapat berkomunikasi dengan orang lain, mengungkapkan dan
mengekspresikan yang dirasakan, bercerita kegiatan sehari-harinya kepada
orang tuanya, bertanya hal-hal yang ingin diketahui.
4. Motorik kasar
Anak R dapat berlari, melompat, bermainan permainan sepak bola, bermain
lempar tangkap bola, mengendarai sepeda roda dua

X. INFORMASI LAIN
- Anak R mulai merasakan sensari gatal pada area operasi dan
ingin menggaruknya
- Anak R buang air besar sehari sekali dan setelah buang air besar, ibu an. R yang
membersihkan dan mengganti underpad. Namun Ibu an. R mengatakan
terkadang lupa untuk mencuci tangan sebelum membersihkan anak R dan hanya
mencuci tangan setelah selesai. Ibu An. R mengatakan masih merasa takut untuk
membersihkan area dekat jahitan.
- Pada tempat tidur juga terdapat bekas makanan yang terjatuh di kasur Karena
An. R senang memakan makanan ringan

XI. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN


Anak R (9 tahun) dirawat di ruang rawat setelah menjalani prosedur pembedahan
hipospadia repair fistel tanggal 12 desember 2019. Sejak dilahirkan An. R
diketahui memiliki penis dengan ukuran kecil dan lubang berkemih atau meatus
uretra tidak berada di posisi yang semestinya. An. R sejak dilahirkan juga memiliki
kelainan kriptorkismus dimana testis An.R hanya satu yang turun ke skrotum.
Sejak usia 6 bulan An. R telah menjalani 5 kali prosedur pembedahan yaitu pada
usia 6 bulan, 1,5 tahun, 3 tahun, 7 tahun, dan saat ini usia 9 tahun. Saat ini telah
dilakukan prosedur pembedahan hipospadia repair fistel yaitu untuk memperbaiki
komplikasi uretroplasti yang telah dilakukan saat usia anak 7 tahun dimana setelah
sejak pembedahan tersebut terbentuk saluran abnormal yang tidak pada tempat
yang seharusnya. Setelah dilakukan prosedur pembedahan anak dipindahkan ke
ruang perawatan untuk pemulihan. Saat ini anak terpasang kateter urin dan infus
NacL 0,9%. Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan anak mengeluh nyeri, suhu
36,6°C, nadi 100x/menit, RR 22x/menit, tekanan darah 110/74 mmHg. Pada penis
terdapat luka bekas jahitan yang tidak dibalut. Selain itu juga ditemukan terdapat
luka kemerahan dan lecet pada bokong anak karena terus berada di tempat tidur
sejak dirawat. Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri akut, risiko infeksi,
dan kerusakan integritas kulit. Riwayat keperawatan yang telah dilakukan
sebelumnnya yaitu dilakukan pengkajian nyeri, dilakukan distraksi, serta diberikan
medikasi

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


anbacim dan paracetamol. Masalah risiko infeksi yang tela dilakukan yaitu
perawatan luka dan menerapkan pencegahan universal. Masalah kerusakan
integritas kulit belum dilakukan tindakan keperawatan sebelumnya.

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


Lampiran 2. Analisa Data
MASALAH
DATA
KEPERAWATAN
Data subjektif : Nyeri akut b.d agen
- Anak mengatakan penisnya masih terasa sakit cedera fisik
P = Nyeri post operasi
Q = Terasa perih dan ngilu
R = Penis
S = Skala 5 dari 10 (Numeric rating scale)
T = Hilang timbul
- Anak mengatakan penisnya terasa lebih sakit dan ngilu saat bergerak dan disentuh
- Skala nyeri berdasarkan Numerical Rating Scale anak mengatakan skala nyerinya 5 dari 10
- Orangtua mengatakan anak sering mengeluh nyeri saat malam
hari Data objektif :
- Anak dilakukan prosedur bedah hipospadia repair fistel 4 hari yang lalu
- Terdapat luka jahitan di penis
- Anak tidak terlihat kesakitan jika dalam posisi berbaring dan diam
- Anak terlihat kesakitan dan menyernyitkan wajah saat mengubah posisi dan meringis
- Anak terlihat melindungi area yang terasa sakit saat diajak berinteraksi
- Skala nyeri berdasarkan Wong Baker Face Scale yaitu 4 dari 10
- Suhu 36,6 derajat Celsius, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi nafas 22 x/menit, tekanan darah 110/75 mmHg
- Anak terlihat sering menonton video dan bermain permainan di ponsel pintar
Data subjektif : Risiko infeksi b.d
- Orangtua mengatakan anak sering mencoba menggaruk area sekitar jahitan karena gatal Prosedur invasif
- Orangtua mengatakan terkadang lupa untuk mencuci tangan sebelum membersihkan anak setelah buang air besar
- Orangtua mengatakan biasanya mengganti underpad setiap anak selesai buang air besar
- Orangtua mengatakan takut untuk membersihkan area dekat
jahitan Data objektif :
- Terdapat luka jahitan di penis tanpa balutan
- Luka jahitan kering, tidak ada kemerahan, tidak ada pus, tidak berbau

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


- Anak terpasang kateter urin dengan produksi urin 120 cc (3 jam), suhu tubuh 36,6 derajat celcius,
- Pada tempat tidur terdapat bekas makanan
Data subjektif : Kerusakan
-Orangtua mengatakan takut untuk mengubah posisi setelah operasi dan anak mengeluh sakit jika bergerak integritas kulit b.d
-Orangtua mengatakan terdapat kemerahan dan lecet di bokong dan punggung Immobilisasi
-Orangtua mengatakan kesehariannya anak hanya di kasur. BAK melalui kateter urin dan BAB di kasur dengan
menggunakan underpad
Data objektif :
- Anak dirawat sejak seminggu yang lalu
- Terdapat kemerahan dan lecet pada bokong dan punggung anak
- Sehari-harinya anak hanya berbaring di kasur setelah operasi
- Underpad terlihat kotor dan terlipat
Data subjektif : Berat badan
-Orangtua mengatakan anaknya menyukai semua jenis makanan terutama ayam goreng tepung berlebih b,d sering
- Orangtua mengatakan anaknya makan 3-4 kali sehari, biasanya pukul 7 pagi, 12 siang, 3 sore, dan 7 malam makan kudapan
Data objektif :
-Berat badan = 46 kg, Tinggi badan = 136 cm, IMT = 24,9 (gemuk), IMT/U = > 3 SD (Obesitas)
-Anak terlihat sering memakan makanan ringan

Data subjektif : Gangguan


-Orangtua mengatakan anaknya terpasang kateter urin sejak sebelum operasi eliminasi urin b.d
-Orangtua mengatakan sebelumnya telah menjalani beberapa prosedur operasi namun urin masih merembes trauma mekanis
Data objektif : prosedur operasi
-Anak terpasang kateter urin dengan produksi 120 cc dalam 3 jam repair fistel
-Anak menjalani perbaikan komplikasi uretroplasti sebelumnya yang mengalami fistula uretrokutaneus

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


Lampiran 3. Intervensi Keperawatan
Diagnosis
No. Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Nyeri akut Menunjukkan nyeri yang terkontrol Manajemen Nyeri (1440)
b.d agen Domain IV: Pengetahuan tentang kesehatan dan Intervensi :
cedera fisik perilaku - Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
Kelas Q: Perilaku sehat karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
Hasil: beratya nyeri dari faktor pencetus
(1606) Kontrol nyeri - Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
indikator: ketidaknyamanan Patikan perawatan analgetik bagi pasien
-Mengenali kapan nyeri terjadi dilakukan dengan pemantauan yang ketat
-Menggambarkan faktor penyebab - Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau
-Menggunakan tindakan pencegahan memperberat nyeri
-Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa - Evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu
analgesik - Evaluasi bersama pasien mengenai efektifitas tindakan
-Menggunakan analgesik yang direkomendasikan pengontrolan nyeri sebelumnya
- Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi atau
Menunjukkan tingkat nyeri yang menurun meningkatkan nyeri
Domain V: Kondisi kesehatan yang dirasakan - Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (Seperti, relaksasi,
Kelas V: Status gejala terapi music, terapi bermain, terapi aktivitas, akupressur,
Hasil: aplikasi panas/dingin dan pijatan,
(2102) Tingkat nyeri, dengan indikator - Gali penggunaan metode farmakologiyang dipakai pasien saat
-Nyeri yang dirasakan ini untuk menurunkan nyeri
-Panjangnya episode nyeri
-Mengerang dan menangis Pengalihan (5900)
-Ekspresi nyeri wajah Intervensi:
-Tidak bisa beristirahat - Motivasi individu untuk memilih teknik pengalihan yang
-Agitasi diinginkan (contoh musik, terlibat dalam percakapan atau
-Iritabilitas menceritakan dengan rinci sebuah peristiwa atau cerita, mengingat
-Mengerinyit kejadian atau peristiwa positif, berfokus pada foto atau objek netral
-Frekuesnsi nafas imajinasi terbimbing,
humor atau letihan pernafasan dalam)

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


-Tekanan darah - Dorong partisipasi keluarga dan orang terdekat lainnya serta berikan
-Berkeringat pengajaran yang ditentukan
-Gunakan satu teknik pengalihan atau digabung dengan teknik
pengalihan lainnya
2. Risiko Menunjukan mampu mengontrol risiko infeksi Kontrol infeksi (6540)
infeksi b.d Domain IV : Kesehatan & Perilaku Intervensi :
prosedur Kelas T : Kontrol risiko dan keamanan - Jaga kebersihan
invasif Hasil : - Ganti peralatan perawatan per pasien sesuai protocol
(1902) Kontrol risiko - Ajarkan cara cuci tangan dengan teknik yang tepat pada pasien
Dengan indikator : dan keluarga
-Mencari informasi tentang risiko kesehatan - Batasi pengunjung dan anjurkan untuk mencuci tangan
-Mengidentifikasi faktor risiko saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
-Mengenali faktor risiko individu - Mencuci tangan sebelum dan setelah kegiatan perawatan pasien
-Memonitor faktor risiko di lingkungan - Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang bersifat universal
-Memonitor faktor risiko individu - Tingkatkan intake nutrisi dan cairan yang tepat
-Mengembangkan strategi yang efektif dalam - Dorong untuk istirahat
mengontrol risiko - Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
-Menyesuaikan strategi kontrol risiko dan kapan harus melaporkan kepada penyedia perawatan kesehatan
-Berkomitmen akan strategi kontrol risiko - Ajarkan pasien dan keluarga mengenai bagaimana
-Menjalankan strategi kontrol risiko yang sudah menghindari infeksi
ditetapkan
-Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi
risiko
-Memonitor dan mengenali perubahan status
kesehatan
3. Kerusakan Menunjukan Intergritas jaringan : kulit dan Pencegahan luka tekan (3540)
integritas membran mukosa baik Intervensi :
kulit b.d Domain II : Kesehatan Fisiologis - Monitor ketat area yang mengalami kemerahan
Immobilisasi Kelas L : Integritas jaringan - Hindarkan kulit dari kelembaban berlebihan yang berasal
Hasil : dari keringat, cairan luka, inkontinensia fekal atau BAK
(1114) Integritas jaringan : Kulit dan membran - Berikan perlindungan pada kulit seperti krim pelembab
mukosa - Ubah posisi setiap 2 jam sekali

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


Dengan indikator: - Ubah posisi dengan cara yang benar misalnya
-Suhu kulit menghindari menggeser pasien
-Sensasi - Pasang jadwal perubahan posisi didekat tempat tidur pasien
-Hidrasi - Inspeksi kulit di area yang menonjol dan area yang tertekan
-Keringat - Hindari pemijatan pada area yang menonjol
-Tekstur - Gunakan bantal pada area yang tertekan
-Perfusi jaringan - Lembabkan kulit yang kering dan pecah-pecah
-Integritas kulit - Pasang bantalan pada siku dan tumit
-Lesi pada kulit
4. Berat badan Menunjukan perilaku mengurangi berat badan Managemen berat badan (1260)
berlebih b.d Domain IV : Pengetahuan Tentang Kesehatan dan Intervensi :
sering Perilaku -Diskusikan dengan pasien mengenai hubungan antara asupan
makan Kelas Q : Perilaku Sehat makanan, olahraga, peningkatan berat badan, dan penurunan berat
kudapan Dengan indikator : badan
-Memperoleh informasi mengenai strategi -Diskusikan dengan pasien mengenai kondisi medis apa saja yang
penurunan berat badan berpengaruh terhadap berat badan
-Memilih target berat badan yang sehat -Diskusikan denganpasien mengenai kebiasaan yang dapat
-Berkomitmen dengan rencana makan yang sehat mempengaruhi berat badan
-Memilih makanan dan minuman bergizi -Kaji motivasi untuk mengubah pola makan
-Mengontrol porsi makan -Hitung berat badan ideal
-Menetapkan latihan rutin -Bersama dengan pasien membuat meted yang tepat untuk mencatat
-Pengeluaran kalori melebihi asupan kalori asupan makan harian, waktu olahraga, atau perubahan berat badan
-Mengontrol keasyikan dengan makanan -Dorong pasien membuat target mingguan yang realistic
-Membuat rencana untuk situasi yang -Dorong pasien untuk mengkonsumsi air yang cukup setiap hari
mempengaruhi asupan makanan dan minuman -Bantu pasien merencanakan makan yang seimbang dan konsisten
-Menghindari makanan dan minuman tinggi kalori dengan jumlah energi yang dibutuhkan setiap harinya
-Meminum delapan gelas air setiap hari

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


Lampiran 4. Implementasi dan Evaluasi
Waktu Implementasi Evaluasi
Senin, 16 Desember 2019 S:
Jam 10.30 - Mencuci tangan sebelum dan -Anak mengatakan masih terasa sakit pada luka operasi terutama
setelah kegiatan perawatan pasien saat bergerak, nyeri terasa perih dan ngilu
- Melakukan pengkajian nyeri -Anak mengatakan setelah mengobrol dan bermain permainan di
komprehensif meliputi lokasi, smartphone serta menonton video skala nyeri dari 1 hingga 10
karakteristik, onset/durasi, frekuensi. nyerinya menjadi 4 yang awalnya 5
kualitas. intensitas, faktor pencetus -Anak mengatakan jika mulai terasa nyeri akan mengurangi
- Mengobservasi petunjuk non nonverbal bergerak, mengobrol dengan ibunya atau bermain permainan di
mengenai ketidaknyamanan smartphone dan menonton video
- Menggali bersama faktor-faktor yang -Anak mengatakan senang makan kudapan
dapat menurunkan dan memperberat nyeri O:
-Mengevaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu -Anak terlihat lebih tenang
dan efektifitas tindakan pengontrolan nyeri
-Anak masih meringis kesakitan saat mengubah posisi
sebelumnya -Frekuensi nafas : 20x/menit, frekuensi nadi : 100x/menit
- Menggunakan teknik pengalihan -Anak mendapatkan terapi medikasi analgetik dengan tepat
mengobrol dan bermain permainan -Luka operasi kering, tidak ada kemerahan, tidak ada pus, tidak ada
smartphone
bau
- Mendorong anak untuk mengobrol dengan
-Berat badan anak 46 kg, tinggi badan 136cm, IMT 24,9 kategori
orangtua atau teman sekamar
gemuk, IMT/U > 3SD kategori obesitas
- Memastikan perawatan analgesik dilakukan -Berat badan ideal anak 42kg (IMT 22,7)
dengan benar (Menerapkan prinsip benar -Anak terlihat sering makan kudapan
Jam 12.00 obat) A:
- Menjaga kebersihan pasien dan lingkungan -Masalah nyeri akut teratasi sebagian
-Masalah risiko infeksi teratasi sebagian
-Mengkaji berat badan dan status gizi -Masalah berat badan berlebih belum teratasi
Jam 14.00 -Menghitung berat badan ideal P:
-Terapkan pencegahan universal
-Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


-Observasi petunjuk non verbal mengenai ketidaknyamanan
-Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri
-Dorong partisipasi keluarga untuk mengurangi nyeri anak
-Pastikan perawtaan analgesik dilakukan dengan benar
-Jaga kebersihan pasien dan lingkungan
Selasa, 17 Desember 2019 S=
Jam 09.00 - Mencuci tangan sebelum dan setelah -Anak mengatakan saat malam hari lebih terasa nyeri dan saat
kegiatan perawatan pasien bergerak masih sedikit nyeri
- Melakukan pengkajian nyeri -Anak mengatakan nyeri tidak terasa saat melakukan nafas dalam
komprehensif meliputi lokasi, namun setelah itu nyeri terasa sedikit, dari 1 hingga 10 nyerinya 3
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, -Anak mengatakan senang dapat bermain nafas dalam
kualitas, intensitas, faktor pencetus -Anak mengatakan jika terasa nyeri akan melakukan nafas dalam
- Mengobservasi petunjuk nonverbal atau bermain permainan di smartphone
mengenai ketidaknyamanan -Orangtua mengatakan memahami cara melakukan nafas dalam
- Mengajarkan teknik nafas dalam untuk dan akan menginstruksikan anak untuk nafas dalam jika nyeri anak
mengurangi nyeri
mulai terasa
- Mendorong partisipasi keluarga untuk
-Orangtua mengatakan akan membersihkan area sekitar anaknya
mengurangi nyeri anak
terutama setelah an R makan dan menjaga kebersihannya
Jam 12.00 - Memastikan perawatan analgesik -Anak dan orangtua mengatakan memahami bahwa asupan
dilakukan dengan benar (Menerapkan makanan dan olahraga mempengaruhi berat badan
prinsip benar obat) -Orangtua mengatakan ingin berat badan anaknya ideal dan sehat
- Menjaga kebersihan pasien dan lingkungan -Orangtua mengatakan kebiasaan mengemil anak menjadi salah
satu penyebab berat badan anak bertambah
Jam 13.00 -Mendiskusikan mengenai hubungan antara -Orangtua mengatakan akan membatasi konsumsi kudapan yang
asupan makanan, olahraga, peningkatan tidak sehat dan menggantinya dengan makanan rendah kalori
berat badan, dan penurunan berat badan seperti buah
-Diskusikan mengenai kebiasaan yang dapat -Orangtua dan anak menentukan target untuk dapat menurunkan
mempengaruhi berat badan 1 kg selama di rawat dan melanjutkannya setelah pulang dari
-Mengkaji motivasi untuk mengubah pola rumah sakit
makan O:

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


-Menentukan target yang realistic -Anak dapat menyebutkan kapan nyeri terjadi dan faktor penyebab
nyeri bertambah
-Anak dapat menyebutkan kembali apa saja yang dapat dilakukan
jika nyeri terjadi
-Anak terlihat lebih nyaman dan tidak menunjukan tanda-tanda
nyeri
-Frekuensi nafas 20x/menit, frekuensi nadi : 97x/menit
-Orangtua dapat menyebutkan cara mengurangi risiko infeksi
-Anak mendapat terapi medikasi analgetik dengan tepat
-Orangtua dan anak memperoleh informasi mengenai strategi
penurunan berat badan
-Orangtua dan anak dapat memilih target berat badan yang sehat
-Orangtua dan anak dapat memilih makanan dan minuman bergizi
A:
Masalah nyeri akut teratasi sebagian
Masalah risiko infeksi teratasi sebagian
Masalah berat badan berlebih teratasi sebagian
P:
-Terapkan pencegahan universal
-Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
-Observasi petunjuk non verbal mengenai ketidaknyamanan
-Ajarkan dan evaluasi teknik distraksi dan teknik relaksasi nafas
dalam untuk mengurangi nyeri
-Dorong partisipasi keluarga untuk mengurangi nyeri anak
-Pastikan perawataan analgesik dilakukan dengan benar
-Jaga kebersihan pasien dan lingkungan
-Ajarkan mengenai tanda gejala infeksi, akibat infeksi dan cara
menghindari infeksi

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


Rabu, 18 Desember 2019 S:
Jam 09.00 - Mencuci tangan sebelum dan -Anak mengatakan nyeri berkurang setelah dilakukan nafas dalam
setelah kegiatan perawatan pasien (skala 3 dari 10)
- Melakukan pengkajian nyeri komprehensif -Anak mengatakan dapat melakukan nafas dalam dan mengobrol
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, serta bermain permainan smartphone jika terasa nyeri
frekuensi, kualitas, intensitas, faktor -Anak dan orangtua mengatakan memahami cara melakukan hand
pencetus hygiene dengan benar
- Mengobservasi petunjuk nonverbal -Anak mengatakan cuci tangan harus dilakukan sebelum dan
mengenai ketidaknyamanan sesudah makan dan setelah bermain permainan smartphone
- Mengajarkan teknik nafas dalam untuk -Anak mengatakan jika penisnya terasa panas, perih, dan lebih
mengurangi nyeri
sakit akan memberitahukan kepada ibunya atau perawat
- Mendorong partisipasi keluarga
-Ibu mengatakan jika ada kemerahan dan nanah pada luka operasi
untuk mengurangi nyeri anak
akan segera melapor
-Ibu mengatakan menjaga kebersihan lingkungan dan tangan perlu
- Mendorong pasien makan makanan dilakukan agar tidak terjadi infeksi
Jam 12.00 yang seimbang dan mengkonsumsi air -Ibu mengatakan ada luka lecet pada punggung dan bokong anak
yang cukup -Ibu mengatakan anak minum 1,5 liter air dalam sehari
- Memastikan perawatan analgesik O:
dilakukan dengan benar (Menerapkan -Anak dapat memperagakan kembali cara melakukan teknik
prinsip benar obat) relaksasi nafas dalam
-Anak terlihat aktif dan bersemangat serta tidak menunjukan nyeri
Jam 14.00 - Mengajarkan kepada pasien dan keluarga non verbal
mengenai tanda dan gejala infeksi dan -Orangtua dan anak dapat menyebutkan kembali tanda gejala
kapan harus melaporkan kepada infeksi dan akibat infeksi
penyedia perawatan kesehatan -Orangtua dan anak dapat menyebutkan hal-hal yang dapat
- Mengajarkan kepada pasien dan keluarga menyebabkan infeksi
mengenai bagaimana menghindari infeksi -Orangtua dan anak dapat memperagakan cara melakukan hand
- Mengajarkan cara cuci tangan dengan hygiene dengan tepat
teknik yang tepat pada pasien dan keluarga -Orangtua terlihat melakukan hand hygiene sebelum dan setelah
- Mendorong untuk istirahat membersihkan An.R
- Menjaga kebersihan pasien dan lingkungan

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


- Menjaga kulit tetap bersih menjaga -Terdapat luka lecet dan kemerahan pada punggung dan bokong
hidrasi kulit dalam batas wajar -Punggung dan bokong telah dioleskan minyak zaitun
- Memberikan perlindungan kulit agar tetap -Frekuensi nafas 18x/menit, frekuensi nadi : 95x/menit
lembab dengan minyak zaitun dan lotion -An.R mengurangi makan kudapan dan menggantinya dengan
konsumsi buah melon
-An.R dapat mengontrol kebiasaan makan kudapan yang tidak
sehat
A:
-Masalah nyeri akut teratasi sebagian
-Masalah risiko infeksi teratasi sebagian
-Masalah kerusakan integritas kulit teratasi sebagian
-Masalah berat badan berlebih teratasi sebagian
P:
-Terapkan pencegahan universal
-Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
-Observasi petunjuk non verbal mengenai ketidaknyamanan
-Ajarkan dan evaluasi teknik distraski dan teknik relaksasi nafas
dalam untuk mengurangi nyeri
-Dorong partisipasi keluarga untuk mengurangi nyeri anak
-Pastikan perawataan analgesik dilakukan dengan benar
-Evaluasi penerapan pencegahan infeksi
-Menjelaskan cara mencegah dan mengatasi masalah kerusakan
integritas kulit
Kamis, 19 Desember 2019 S:
Jam 09.00 - Mencuci tangan sebelum dan -Anak mengatakan kadang-kadang masih terasa nyeri namun bisa
setelah kegiatan perawatan pasien ditahan
- Melakukan pengkajian nyeri komprehensif -Anak mengatakan lupa untuk melakukan nafas dalam
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, -Anak mengatakan punggung dan bokongnya kadang terasa perih
frekuensi, kualitas, intensitas, faktor
pencetus

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


- Mengobservasi petunjuk nonverbal -Anak mengatakan bisa melakukan peregangan ringan di kasur
mengenai ketidaknyamanan karena nyerinya tidak terlalu nyeri seperti kemarin-kemarin. Skala
- Mengajarkan teknik nafas dalam untuk nyeri 2 dari 10
mengurangi nyeri -Ibu mengatakan anak sudah tidak pernah mengeluh nyeri pada
- Mendorong partisipasi keluarga luka operasi
untuk mengurangi nyeri anak -Ibu mengatakan saat di rumah akan menjaga kain bersih, kering,
bebas kerutan dan mengubah posisi
Jam 12.00 - Memastikan perawatan analgesik -Ibu mengatakan akan mengoleskan lotion atau minyak zaitun jika
dilakukan dengan benar (Menerapkan kulit mulai kering
prinsip benar obat) -Ibu dan anak mengatakan akan melakukan olahraga ringan setiap
hari di rumah
- Menjaga kain tetap bersih, kering, dan
Jam 14.00 -Ibu mengatakan akan menyediakan makanan seimbang setiap
bebas kerutan
anak makan yang berisi makanan pokok, lauk pauk, buah buahan,
- Mengubah posisi setiap 2 jam sekali
dan mendorong keluarga dan pasien dan sayuran
untuk mengubah posisi pasien setiap 2 O:
jam -Anak dapat mengulangi kembali cara melakukan teknik relaksasi
- Memonitor kondisi kulit nafas dalam
- Mendorong melakukan peregangan -Anak tidak menunjukan nyeri non verbal
ringan di kasur -Anak terlihat dapat melakukan peregangan ringan di kasur
- Menjaga kulit tetap bersih menjaga -Underpad telah diganti, tidak ada lipatan, kering, dan bersih
hidrasi kulit dalam batas wajar -Kulit punggung dan bokong terjaga kelembabannya setelah
- Memberikan perlindungan kulit agar tetap dioleskan minyak zaitun, kemerahan berkurang
lembab dengan minyak zaitun dan lotion -Posisi anak telah diubah
- Menjaga kebersihan pasien dan lingkungan -Frekuensi nafas 21x/menit, frekuensi nadi : 98x/menit
- Menimbang berat badan -Anak dapat melakukan ROM di kasur
- Mendorong anak untuk makan -Anak dapat mengurangi makanan ringan yang tidak sehat dan
makanan seimbang dan konsumsi air menggantinya dengan buah buahan
yang cukup -Berat badan anak menurun 0,6 kg menjadi 45,4 kg
- Mendorong anak untuk olahraga ringan A:
-Masalah nyeri akut teratasi sebagian

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


-Masalah risiko infeksi teratasi sebagian
-Masalah kerusakan integritas kulit teratasi sebagian
-Masalah berat badan berlebih teratasi sebagian
P:
- Melanjutkan melakukan teknik relaksasi napas dalam dan
pengalihan jika merasa nyeri
- Melanjutkan menjaga kebersihan terutama kebersihan luka
operasi
- Melanjutkan pencegahan luka tekan dengan menjaga kebersihan
dan kelembaban kulit
- Melanjutkan rencana penurunan berat badan
- Anak diizinkan pulang

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


Lampiran 5. Evaluasi Intervensi Relaksasi Napas Dalam

Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah diberikan Intervensi Nyeri Non Farmakologi Relaksasi Napas Dalam

Tingkat Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4


nyeri Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Skala nyeri
5 4 5 3 6 3 4 2
(1-10)
Mengerang
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
dan
menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan
menangis
Tidak bisa Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Menunjukkan Menunjukan Menunjukkan
beristirahat menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Agitasi
menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Iritabilitas Menunjukan
menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Mengerinyit Menunjukkan Menunjukkan Menunjukkan
menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan
Frekuesnsi
24 x/menit 20 x/menit 22x/menit 20x/menit 20x/menit 18x/menit 19x/menit 21x/menit
nafas
Berkeringat Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,


Lampiran 6. Biodata Penulis

BIODATA PENELITI
Nama : Jesita Noor Sabila
Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Februari 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Nomor Telepon/ HP 085810398404
Alamat Email :
Alamat : Jalan Nangka, Gg Langgar, RT/RW 01/06 Nomor 36, Kelurahan Tanjung Bara
Selatan

Riwayat Pendidikan Formal :


No. Nama Sekolah Tahun
1. Program Profesi Ners, 2019-2020
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
2. Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan, 2015-2019
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
3. SMA Negeri 38 Jakarta 2012-2015
4. SMP Negeri 41 Jakarta 2009-2012
5. SD Negeri 07 Tanjung Barat, Jakarta Selatan 2003-2009

Asuhan keperawatan .., Jesita Noor Sabila, FIK UI,

Anda mungkin juga menyukai