Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keperawatan Komunitas Pada Agregat Pekerja


2.1.1 Pengertian Keperawatan Komunitas Pada Agregat Pekerja
Keperawatan komunitas merupakan suatu gabungan dari praktik keperawatan dan
praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta
memelihara kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan komunitas, yaitu
mencakup individu, keluarga, dan kelompok khusus (Kholifah & Widagdo, 2016).
Kelompok atau agregat adalah sekumpulan individu yang berinteraksi pada suatu
daerah atau mempunyai karakteristik khusus yang merupakan bagian dari
masyarakat. Asuhan keperawatan kelompok merupakan metode penyelesaian
masalah kesehatan yang ditujukan pada suatu kelompok dengan menitikberatkan
pada upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan
rehabilitatif. Sasaran asuhan keperawatan kelompok adalah kelompok masyarakat
khusus yang berisiko terhadap munculnya masalah kesehatan baik yang terikat
ataupun tidak terikat dalam suatu institusi (Stanhope & Lancaster, 2016).

Kelompok khusus yang akan dibahas pada tulisan kali ini, yaitu kelompok
pekerja. American Association of Occupational Health Nursing mengatakan
bahwa perawatan kesehatan kerja merupakan penerapan prinsip-prinsip
keperawatan dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala
bidang pekerjaan. Perawat kesehatan kerja atau Occupational Health Nursing
(OHN) adalah praktik spesialis yang ditunjukan dan diberikan kepada para
pekerja dan masyarakat pekerja yang difokuskan pada upaya promosi, prevensi,
dan restorasi kesehatan pekerja dalam konteks keselamatan dan kesehatan
lingkungan kerja (Suban & Desi, 2017).

2.1.2 Ruang Lingkup Kesehatan Kerja


Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya untuk menyelaraskan antara pekerja
dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal
cara atau metode, proses, dan kondisi pekerjaan yang memiliki beberapa tujuan,
yaitu pertama adalah untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja
masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental,
maupun kesejahteraan sosialnya. Kedua, mencegah timbulnya gangguan
kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi
lingkungan kerjanya. Ketiga, memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi
pekerja di dalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang membahayakan kesehatan. Keempat, menempatkan dan
memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerjanya (Suban & Desi, 2017).

2.1.3 Masalah Kesehatan yang Lazim Terjadi Pada Kelompok Pekerja


Masalah kesehatan potensial pada pekerja terdiri dari kecelakaan akibat kerja,
penyakit akibat kerja, penyakit tidak menular, dan penyakit menular. Menurut
teori epidemiological triad, timbulnya penyakit pada manusia dipengaruhi tiga
faktor, yaitu (Suban & Desi, 2017):
1. Host (pejamu), yaitu pada populasi pekerja yang dikaji umur, jenis
kelamin, ras, jenis pekerjaan, riwayat penyakit, dan kebiasaan/pola sehari-
hari, faktor keturunan, imunitas,dan psikis.
2. Lingkungan, yaitu kondisi eksternal yang mempengaruhi interaksi antara
host dengan agent, seperti manajemen, hubungan interpersonal,
lingkungan fisik, lingkungan biologis dan sosial budaya, norma sekitar
tempat bekerja.
3. Agent, yaitu mencakup:
a. Fisik: kebisingan, suhu, radiasi, tekanan udara, vibrasi.
b. Biologi: virus, bakteri, mikroorganisme lain.
c. Kimiawi: jumlah dan jenis zat yang sering digunakan.
d. Ergonomi: sikap tubuh saat bekerja.
e. Psikososial: hubungan antara pekerja dan manajemen.
f. Nutrien: jika mengalami kekurangan atau kelebihan akan
mengakibatkan penyakit.
g. Mekanis: gesekan, pukulan, dan tumbukan.
Keseimbangan interaksi antara host, lingkungan, dan agent harus ada
apabila tidak maka akan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang dapat
menyebabkan menurunnya produktivitas kerja, seperti (Suban & Desi, 2017):

a. Penyakit umum yang biasa dialami pekerja: tuberculosis, asma,


flu / ISPA, diabetes mellitus, dan lain-lain.
b. Penyakit yang timbul akibat kerja misalnya : Pneumoconiosis,
dermatosis, bronkitis, asfiksia, kerusakan indera pendengaran,
konjungtivitis, keracunan.
c. Nutrisi: Gastritis, gangguan pencernaan, kekurangan/kelebihan
nutrisi, dan lain-lain.
d. Lingkungan kerja yang kurang menunjang peningkatan
produktivitas, misalnya : Suhu yang terlalu panas (heat rash/bintik-
bintik pada kulit akibat panas yang tinggi, heat
exhaustion/kelelahan akibat panas, heat cram/kejang panas), suhu
yang terlalu dingin (frostbite); kelembaban, ventilasi; penerangan
(gangguan penglihatan/kerusakan mata); lingkungan yang bising
(>85 dB) menyebabkan gangguan pendengaran/ketulian; terpapar
radiasi yang lama berisiko terjadi kanker; posisi saat kerja yang
tidak ergonomis.
e. Keselamatan: Cedera jatuh, fraktur, luka bakar.
f. Psikologis: Stres, kecemasan, kesejahteraan tenaga kerja yang
kurang memadai, sosialisasi antar pekerja yang kurang baik,
konflik manajemen

2.2 Konsep Air Putih


2.2.1 Pengertian Air Putih
Air merupakan komponen terbesar yang menyusun tubuh manusia, sekitar 50-
70% dari berat badan manusia terdiri dari air. Sebesar 73% dari jaringan bebas
lemak tersusun dari air sementara pada jaringan adiposa mengandung air sekitar
20% (Wardlaw & Hampl, 2007). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
907 /Menkes/SK/VII/2002, air putih adalah air yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.

2.2.2 Manfaat Konsumsi Air Putih


Mengonsumsi air putih memberikan banyak sekali manfaat terhadap kesehatan,
yaitu menyehatkan pencernaan, menjaga tekanan darah, meningkatkan daya ingat
otak, mencegah penyakit jantung, menjaga kesehatan kulit, mencegah
penumpukan lemak, dan menjaga kesehatan tulang (Kemenkes, 2019). Menurut
(Lalage, 2015) beberapa manfaat air putih bagi kesehatan tubuh antara lain:
1. Memperlancar peredaran darah
Darah berfungsi untuk membawa nutrisi dan oksigen keseluruh tubuh
sehingga jika tubuh kita kehilangan air secara terus menerus maka darah
akan mengental. Akibatnya jantung dipaksa untuk bekerja lebih keras
memompa darah keseluruh tubuh.
2. Memperlancar sistem pencernaan
Mengkonsumsi air putih yang cukup akan dapat membantu kerja organ
pencernaan, seperti usus besar yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
konstipasi (susah buang air besar).
3. Membantu proses metabolisme tubuh
Air putih dapat membantu proses metabolisme dalam tubuh dengan cara
mengubah makanan menjadi energi. Air putih juga dapat mendorong
reaksi kimia metabolisme. Sehingga jika tubuh kekurangan air maka tubuh
tidak dapat menghasilkan kalori dengan baik.
4. Menyegarkan tubuh dan Menghilangkan Stress
Air putih mampu mengembalikan energi yang terkuras dari berbagai
aktivitas yang telah dilakukan. Air putih mampu menjaga tubuh tetap
bugar dan suasana hati menjadi lebih baik sepanjang hari.
5. Menyehatkan dan menghaluskan kulit
6. Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Apabila tubuh
kekurangan air, tubuh akan menyerap kandungan air di dalam kulit
sehingga kulit akan menjadi tampak kering, kusam, kasar, berkerut dan
tidak segar. Kecukupan air di dalam tubuh perlu untuk menjaga
kelembaban, kelembutan, dan elastisitas kulit akibat pengaruh panas dari
luar tubuh.
7. Penawar racun
Konsumsi air putih secara teratur sesuai kebutuhan tubuh mampu
menghilangkan racun dan sisa sisa makanan yang menempel di usus.

2.2.3 Kebutuhan Air Putih


Kebutuhan air minum setiap orang berbeda. Pada orang dewasa konsumsi air
putih yang disarankan yaitu sekitar 8 gelas dengan ukuran 230 mL per hari atau
total 2 L (Kemenkes, 2018). Berikut beberapa cara untuk menghitung kebutuhan
cairan per hari (Sumarni, 2017): 
1. Rumus 1
International Marathon Medical Directors Association (IMMDA),
meyarankan konsumsi air 0.03 liter/kg berat badan (kgBB). Sebagai
contoh, jika kita memiliki berat badan (BB) 50 kg, maka kebutuhan air
adalah 0.03 x 50 = 1.5 liter per hari.
2. Rumus 2
Kebutuhan cairan adalah sekitar 1 mililiter untuk setiap kilokalori
kebutuhan energi tubuh. Jika seseorang kebutuhan energinya 1.800 kkal,
berarti kebutuhannya akan cairan adalah 1 x 1.800 = 1.800 mililiter atau
1,8 liter air.
3. Rumus 3
10 kg pertama berat badan butuh 1 liter cairan, 10 kg kedua berat badan
butuh 500 mililiter cairan, dan sisanya setiap kilogram berat badan butuh
20 mililiter cairan. Contohnya, bila seseorang memiliki berat badan 50 kg.
Maka 10 kg pertama berat badan = 1 liter, 10 kg kedua – 500 ml, sisanya
30 (50 kg-10-10) x 20 ml = 600 ml. Jadi kebutuhan cairan keseluruhan
adalah 1.000 + 500 + 600 = 2.100 ml atau 2,1 liter per hari.

2.2.4 Dampak Kurang Konsumsi Air Putih


Kadar air di dalam tubuh manusia harus selalu seimbang pada kadar normalnya.
Bila terjadi suatu keadaan dimana kadar air kurang dari kadar normalnya, maka
tubuh secara langsung akan meminta penggantian kadar air yang telah hilang.
Rasa haus adalah tanda alami dari tubuh yang mengindikasikan bahwa tubuh
memerlukan tambahan cairan. Haus melibatkan beberapa respon pada tubuh, yaitu
mulut, hipotalamus, dan syaraf. Ketika asupan cairan tubuh tidak mencukup,
darah menjadi kental, mulut atau bibir kering, dan hipotalamus akan memberi
signal untuk segera mencukupi kebutuhan cairan tubuh (Desty & Yunita, 2014).
Salah satu akibatnya jika kekurangan asupan cairan tubuh adalah dehidrasi.
Dehidrasi berarti kekurangan cairan tubuh karena jumlah air yang keluar lebih
banyak dari pada jumlah cairan yang masuk. Pekerja yang kurang mengonsumsi
air putih rentan mengalami dehidrasi yang disebabkan oleh banyaknya aktifitas
fisik yang menguras tenaga dan cairan tubuh. Beberapa tanda dan gejala
seseorang mengalami dehidrasi adalah ditandai dengan merasa pusing, sakit
kepala, mulut dan bibir menjadi kering, jarang buang air kecil, dan kelelahan
(Kemenkes, 2018).

Daftar Pustaka

Desty., & Yunita. (2014). Variasi Favorit Infused Water Berkasiat. Jakarta:
Fmedia Imprint Agromedia Pustaka.
Kemenkes. (2002). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907
/Menkes/SK/VII/2002. Diambil dari
https://baristandsamarinda.kemenperin.go.id/download/KepMenKes907(2
002)-Syarat&Pengawasan_Kualitas_Air_Minum.pdf
Kemenkes. (2018). Berapa Takaran Normal Air Agar Tidak Kekurangan Cairan
dalam Tubuh ?. Diambil dari
http://p2ptm.kemkes.go.id/preview/infografhic/berapa-takaran-normal-
air-agar-tidak-kekurangan-cairan-dalam-tubuh#:~:text=Kebutuhan
%20cairan%20tiap%20orang%20berbeda,pada%20tubuh%20yaitu
%20sekitar%2020%25.
Kemenkes. (2019). 7 Manfaat Minum Air untuk Tubuh. Diambil dari
https://promkes.kemkes.go.id/7-manfaat-minum-air-untuk-tubuh
Kholifah, S. N., & Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas.
Jakarta: Kemenkes RI. Diambil dari http://bppsdmk.kemkes.go.id
Lalage. (2015). Hidup Sehat dengan Terapi Air Putih. Klaten: Abata Press.
Suban, H. T., & Desi, D. F. (2017). Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas
Pada Kelompok Pekerja. Diambil dari http://www.unair.ac.id
Sumarni, T. (2017). Kebutuhan Cairan Tubuh. Diambil dari
http://news.uhb.ac.id/id/posts/kebutuhan-cairan-tubuh/
Stanhope & Lancaster. (2016). Public Health Nursing: Population Centered
Health Care in The Community. USA: Mosby.
Wardlaw, G., & Hampl, J. (2007). Perspective in Nutrition Seventh Edition. New
York: McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai