Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Meningitis adalah sebuah inflamasi dari membran pelindung yang
menutupi otak dan medula spinalis yang dikenal sebagai meninges. Inflamasi
dari meningen dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau
mikroorganisme lain dan penyebab paling jarang adalah karena obat-obatan.
Meningitis dapat mengancam jiwa dan merupakan sebuah kondisi
kegawatdaruratan. Klasifikasi meningitis dibuat berdasarkan agen
penyebabnya, yaitu meningitis bakterial, meningitis viral, meningitis jamur,
meningitis parasitik dan meningitis non infeksius.
Meningitis bakterial merupakan meningitis yang disebabkan infeksi
bakteri dan merupakan kondisi yang serius yang dapat jika tidak segera
ditangani akan menyebabkan kerusakan otak dan bahkan kematian.
Berdasarkan penelitian epidemiologi mengenai infeksi sistem saraf pusat di
Asia, pada daerah Asia Tenggara, meningitis yang paling sering dijumpai
adalah meningitis tuberkulosis.

B. Tujuan Penulisan Makalah


1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Pasien Gangguan Pemenuhan


Kebutuhan Mobilisasi dan Transportasi Akibat Meningitis

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetuhi Anatomi Fisiologi Meningitis
b. Untuk mengetahui Definisi Meningitis
c. Untuk mengetahui klasifikasi Meningitis
d. Untuk mengetahui Etiologi Meningitis.
e. Untuk mengetahui Patofisiologi Meningitis

1
f. Untuk mengetahui. Manifestasi Klinis Meningitis
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Meningitis
h. Untuk mengetahui Komplikasi pada Meningitis
i. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Meningitis.
j. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien Meningitis

C. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN yang meliputi Latar Belakang, Tujuan Penulisan
dan Sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI yang meliputi Anatomi Fisiologi, Definisi,
klasifikasi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, pemeriksaan
diagnostik, Komplikasi, Penatalaksanaan dari Meningitis.
BAB III : ASKEP GLAUKOMA yang meliputi Asuhan Keperawatan Pasien
Dengan Meningitis
BAB IV : PENUTUP yang meliputi kesimpulan dan saran.

2
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT MENINGITIS

A. Anatomi dan fisiologi

Struktur Meningen dari Luar

Otak dan sum-sum tulang belakang diselimuti meningea yang melindungi


struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan
serebrospinal. Lapisan meningen menutupi otak berupa pembuluh darah yang

3
memberi makan kejaringan syaraf dan mencegah masuknya zat-zat berbahaya
yang merugikan otak. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:
1. Lapisan Luar (Durameter)
Durameter merupakan tempat yang tidak kenyal yang membungkus
otak, sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah.
Durameter terbagi lagi atas durameter bagian luar yang disebut selaput
tulang tengkorak (periosteum) dan durameter bagian dalam (meningeal)
meliputi permukaan tengkorak untuk membentuk falks serebrum,
tentorium serebelum dan diafragma sella.
2. Lapisan Tengah (Arakhnoid)
Disebut juga selaput otak, merupakan selaput halus yang memisahkan
durameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi
cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara
durameter dan arakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit
cairan jernih menyerupai getah bening. Pada ruangan ini terdapat
pembuluh darah arteri dan vena yang menghubungkan sistem otak dengan
meningen serta dipenuhi oleh cairan serebrospinal.
3. Lapisan Dalam (Piameter)
Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh
darah kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak.
Lapisan ini melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari
otak. Ruangan diantara arakhnoid dan piameter disebut sub arakhnoid.
Pada reaksi radang ruangan ini berisi sel radang. Disini mengalir cairan
serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang belakang

4
B. Pengertian Meningitis

Meningitis adalah Peradangan pada susunan saraf, Radang umum


pada araknoid dan piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau
protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis. (Arief Mansjoer : 2000)
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri
atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001). Meningitis adalah radang dari
selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan
penyebab utama dari meningitis.
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri
atau organ-organ jamur (Smeltzer,2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya
ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok,
Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus)
(Long, 1996).

5
           Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piamater,araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan
otak dan medulla spinalis yang superficial (Neorologi kapita selekta,1996).
Meningitis adalah suatu reksi peradangan yang mengenai satu atau
semua lapisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang
belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa. Disebabkan
oleh bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus.
Meningitis tuberkulosis adalah peradangan selaput otak atau
meningen yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Meningitis tuberkulosis merupakan hasil dari penyebaran hematogen dan
limfogen bakteri Mycobacterium tuberculosis dari infeksi primer pada paru.
Meningitis sendiri dibagi menjadi dua menurut pemeriksaan
Cerebrospinal Fluid (CSF) atau disebut juga Liquor Cerebrospinalis (LCS),
yaitu: meningitis purulenta dengan penyebab bakteri selain bakteri
Mycobacterium tuberculosis, dan meningitis serosa dengan penyebab bakteri
tuberkulosis ataupun virus. World Health Organization (WHO) pada tahun
2009 menyatakan meningitis tuberkulosis terjadi pada 3,2% kasus komplikasi
infeksi primer tuberkulosis, 83% disebabkan oleh komplikasi infeksi primer
pada paru.

6
C. Etiologi Meningitis
1. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri
yang secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah :
a. Haemophillus influenzae
b. Nesseria meningitides (Meningococcal)
c. Diplococcus pneumoniae (Pneumococcal)
d. Streptococcus, grup A
e. Staphylococcus aureus
f. Escherichia coli
g. Klebsiella
h. Proteus
i. Pseudomonas
2. Virus
Merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena virus ini
biasanya bersifat “self-limitting”, dimana akan mengalami penyembuhan
sendiri dan penyembuhan bersifat sempurna. Beberapa virus secara umum
yang menyebabkan meningitis adalah:
a. Coxsacqy
b. Virus herpes
c. Arbo virus
d. Campak dan varicela
3. Jamur
Kriptokokal meningitis adalah serius dan fatal. Bentuk penyakit pada
pasien HIV/AIDS dan hitungan CD< 200.Candida dan aspergilus adalah
contoh lain jamur meningitis.
4. Protozoa
( Donna D., 1999)
5. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan
dengan wanita
6. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan

7
7. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
8. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan
dengan sistem persarafan

D. Patofisiologi Meningitis
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro
spinal yang dapat  menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi
hidrosefalus dan peningkatan tekanan intra  kranial. Efek patologi dari
peradangan tersebut adalah Hiperemi pada meningen. Edema dan esudasi
yang kesemuanya menyebabkan peningkatan intra kranial.
Organisasi masuk melalui sel darah merah blood brain barrier.
Masuknya dapat melalui  trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau
pecahnya abses serebral atau kelainan sistem saraf pusat. Otorrhea atau
rhinorrhea akibat fraktur dasar tenggkorak dapat menimbulkan  meningitis,
dimana terjadi hubungan antara CSF dan dunia luar.
Masuknya mikroorganisme ke susunan saraf pusat melalui ruang sub-
arachnoid dan menimbulkan respon peradangan pada via, arachnoid, CFS dan
ventrikel.
Dari reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada
ventrikel, edema dan skar jaringan sekeliling ventrikel menyebabkan
obstruksi pada CSF dan menimbulkan   hidrosefalus.
Meningitis bakteri: netrofil, monosit, limfosit, dan yang lainnya
merupakan sel respon  radang. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan lekosit
yang dibentuk di ruang subarachnoid. Penumpukan pada CSF akan
bertambah dan mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan medulla spinalis.
Terjadi vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah dapat menimbulkan
ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah dan jaringan otak dapat
menjadi infarct.
Meningitis virus sebagai akibat dari penyakit virus seperti meales,
mump, herpes simplek dan herpes zoster. Pembentukan eksudat pada
umumnya tidak terjadi dan tidak ada mikroorganisme pada kultur CSF.

8
9
E. Manifestasi Klinik Meningitis
1. Manifestasi umum
Menifestasi klinis yang timbul pada meningitis bakterial berupa sakit
kepala, lemah, mengigil, demam, mual, muntah, nyeri punggung, kaku
kuduk, kejang, peka pada awal serangan, dan kesadaran menurun menjadi
koma.
Gejala  ini meningitis akut berupa bingung, stupor, semi koma,
peningkatan suhu tubuh sedang, frekuensi nadi dan denyut jantung
meningkat.TD biasanya normal, klien biasanya menunjukkan gejala iritasi
meningeal seperti kaku pada leher, tanda brudziknsi posotif,dan tanda
kerning positif. Secara spesifik di bagi dalam 3 stadium :
a. Keluhan non spesifik
Pada awal penyakit : Kelemahan umum, Apatis, Anoreksia,
Nausea, Demam (subfebril), Nyeri kepala yang kumat-kumatan, Nyeri
pada otot-otot. Bingun yang kumat-kumatan, perubahan daya
mengingat, perubahan tingkah laku dan kaku kuduk biasanya terjadi 1
– 3 minggu sesudah keluhan
b. Stadium rangsang meningeal
Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit klien terjadi Nyeri
kepala bertambah, Vomiting, Irritabel, Kebingungan bertambah,
kelumpuhan syaraf otak, Hidrosefalus, Penurunan kesadaran (stupor),
Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI, Papil edema yang ringan.
Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan
pada mata klien, Terjadi vaskulitis dan gangguan fokal, Pergerakan
motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap
lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus
otot serta kemungkinan Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari
korteks cerebri atau hiponatremia. Refleks Brudzinski dan refleks
Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat pada virus
meningitis. Takikardia.
c. Stadium lanjut

10
Kebingungan bertambah, delirium berfluktuasi dan gejala fokal
makin menghebat dan nyata.

2. Manifestasi pada Anak


Tergantung pada luasnya penyebaran dan umur anak. Dipengaruhi
oleh type  dari organisme keefektifan dari terapi.
a. Children And Adolescent
1) Sakitnya tiba-tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin,
muntah, kejang-kejang
2) Anak menjadi irritable dan agitasi dan dapat  berkembang
photopobia, delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau
mengantuk stupor dan koma
3) Gejala pada respiratory atau gastrointestinal
4) Adanya tahanan pada kepala jika difleksikan
5) Kekakuan pada leher (Nuchal Rigidity)
6) Tanda kernig dan brudzinki (+)
7) Kulit dingin dan sianosis
8) Peteki/adannya purpura pada kulit atas infeksi meningococcus
(meningo cocsemia)
9) Keluarnya cairan dari telinga à meningitis peneumococal
10) Congenital dermal sinus à infeksi E. Colli

b. Infant And Children


Manifestasi klinisnya biasanya tampak pada anak umur 3
bulan sampai 2 tahun
1) Adanya demam, nafsu makan menurun, muntah, iritabel, mudah
lelah dan kejang-kejang, dan menangis meraung-raung.
2) Fontanel menonjol
3) Nuchal Rigidity : tanda-tanda brudzinki dan kernig dapat terjadi
namun lambat

11
c. Neonatus
Sukar untuk diketahui, manifestasinya tidak jelas, dan tidak
spesifik ada kemiripan dengan anak yang lebih tua, seperti:
1) Menolak untuk makan
2) Kemampuan menelan buruk
3) Muntah dan kadang-kadang ada diare
4) Tonus otot lemah, pergerakan melemah dan kekuatan menangis
melemah
5) Hypothermia/demam, joundice, iritabel, mengantuk, kejang-
kejang, RR yang tidak teratur/apnoe, sianosis dan kehilangan BB.
6) Ketegangan , fontanel menonjol mungkin ada atau tidak
7) Leher fleksibel
8) Kolaps kardiovaskuler, kejang-kejang dan apnoe terjadi bila tidak
diobati/ditangani

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a. Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat,
kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur
biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil
( infeksi bakteri )
5. Elektrolit darah : Abnormal .
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah
pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi

12
8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat
ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra
kranial.
10. CSS pada meningitis bakteri: netrofil, protein meningkat (1-5g/L),
glukosa menurun (kadar serum <50%)
11. CSS pada meningitis virus: limfosit (pada mulainya netrofil), protein
normal/meningkat ringan, glukosa normal, PCR untuk diagnosis.
12. CSS: mikroskopik (pulasan Gram, misal, untuk basil tahan asam pada
meningitis TB), biakan dan sensitivitas

G. Komplikasi
1. Ketidaksesuaian sekresi ADH.
2. Pengumpulan cairan subdural.
3. Lesi lokal intrakranial dapat mengakibatkan kelumpuhan sebagian badan.
4. Hidrocepalus yang berat dan retardasi mental, tuli, kebutaan karena atrofi
nervus II ( optikus ).
5. Pada meningitis dengan septikemia menyebabkan suam kulit atau luka di
mulut, konjungtivitis.
6. Epilepsi.
7. Pneumonia karena aspirasi.
8. Efusi subdural, emfisema subdural.
9. Keterlambatan bicara.
10. Kelumpuhan otot yang disarafi nervus III (okulomotor), nervus IV
(toklearis ), nervus VI (abdusen). Ketiga saraf tersebut mengatur gerakan
bola mata.
11. Hidrosefalus obstruktif.
12. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia ).
13. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal
bilateral).
14. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone ).

13
15. Efusi subdural.
16. Kejang.
17. Edema dan herniasi serebral.
18. Cerebral palsy.
19. Gangguan mental.
20. Gangguan belajar.
21. Attention deficit disorder.

H. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat
perlu menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang
berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas
penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic yang
mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi
yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya
menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji
resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.
1. Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):
a. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg
selama 1 setengah tahun.
b. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
c. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3
bulan.
2. Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):
a. Sefalosporin generasi ketiga
b. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
c. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
Pengobatan simtomatis:

14
d. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-
0,6 mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau
Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
e. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
f. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan
untuk mengobati edema serebri.
3. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
4. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian
tambahan volume cairan intravena.

15
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENINGITIS

A. Pengkajian
1. Biodata klien
2. Riwayat kesehatan yang lalu
a. Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
b. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
c. Pernahkah operasi daerah kepala ?
3. Data bio-psiko-sosial
a) Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).
Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
b) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK.
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi
berat, taikardi, disritmia.
c) Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
d) Makan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa
kering.
e) Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
f) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang
terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia,
ketulian dan halusinasi penciuman.
Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan
halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis,
kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau

16
kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal
menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
g) Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal).
Tanda : gelisah, menangis.
h) Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru.
Tanda : peningkatan kerja pernafasan.

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi
2. Risiko tinggi terhadap terjadinya infeksi berhubungan dengan sepsis.
3. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral yang mengubah/
menghentikan darah arteri/virus
4. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang umum/lokal,
kelemahan umum.
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,
penurunan kekuatan.
6. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan myelin pada
akson dan whitematter
7. hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

C. Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam
sirkulasi
Tujuan : Nyeri klien berkurang
Kriteria Hasil : Skala nyeri menjadi > 4                     

17
Intervensi Rasional
Mandiri
Letakkan kantung es pada kepala,  
pakaian dingin di atas mata, Meningkatkan vasokonstriksi,
berikan posisi yang nyaman kepala penumpukan resepsi sensori yang
agak tinggi sedikit, latihan rentang selanjutnya akan menurunkan nyeri
gerak aktif atau pasif dan masage
otot leher.
Dukung untuk menemukan posisi Menurunkan iritasi meningeal, resultan
yang nyaman(kepala agak tinggi) ketidaknyamanan lebih lanjut
Berikan latihan rentang gerak aktif/ Dapat membantu merelaksasikan
pasif. ketegangan otot yang meningkatkan
reduksi nyeri atau tidak nyaman tersebut
Gunakan pelembab hangat pada Meningkatkan relaksasi otot dan
nyeri leher atau pinggul menurunkan rasa sakit/ rasa tidak nyaman
Kolaborasi  
Berikan anal getik, asetaminofen, codein Mungkin diperlukan untuk menghilangkan
nyeri yang berat
 
Diagnosa 2: Risiko tinggi terhadap terjadinya infeksi berhubungan dengan
sepsis.
Tujuan : Meminimalkan proses penyebaran infeksi
Kriteria hasil : Leukosit normal 10.000-40.000
                          Tidak ditemukan tanda-anda inflamasi
Intervensi Rasional
Mandiri  
Beri tindakan isolasi sebagai Pada fase awal meningitis, isolasi
pencegahan mungkin diperlukan sampai organisme
diketahui/dosis antibiotik yang cocok telah
diberikan untuk menurunkan resiko
penyebaran pada orang lain
Pertahankan teknik aseptik dan Menurunkan resiko pasien terkena infeksi
teknik cuci tangan yang tepat. sekunder. Mengontrol penyebaran sumber

18
infeksi
Ubah posisi pasien secara teratur, Memobilisasi secret dan meningkatkan
dianjurkan nafas dalam kelancaran secret yang akan menurunkan
resiko terjadinya komplikasi terhadap
pernapasan
Kolaborasi  
Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, Obat yang dipilih tergantung pada tipe
ampisilin, klorampenikol, gentamisin. infeksi dan sensitivitas individu
 
Diagnosa 3 : gangguan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral yang
mengubah/ menghentikan darah arteri/virus
Tujuan : Perfusi jaringan menjadi adekuat
Kriteri hasil : Kesadaran kompos mentis       
Intervensi Rasional
Mandiri  
Tirah baring dengan posisi Perubahan tekanan CSS mungkin
kepala datar. merupakan potensi adanya resiko herniasi
batang otak yang memerlukan tindakan
medis dengan segera
Bantu berkemih, membatasi Aktivitas seperti ini akan meningkatkan
batuk, muntah mengejan. tekanan intratorak dan intraabdomen yang
dapat meningkatkan TIK.
Kolaborasi.  
Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 Peningkatanaliran vena dari kepal akna
derajat. menurunkan TIK

Berikan cairan iv (larutan hipertonik, Meminimalkan fluktuasi dalam aliran


elektrolit ). vaskuler dan TIK.
Berikan obat : steroid, clorpomasin, Menurunkan permeabilitas kapiler untuk
asetaminofen membatasi edema serebral, mengatasi
kelainan postur tubuh atau menggigil yang
dapat meningkatkan TIK, menurunkan

19
konsumsi oksigen dan resiko kejang
 
Diagnosa 4 : Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang
umum/lokal, kelemahan umum.
Tujuan             : Mengurangi risiko cidera akibat kejang
Kriteria hasil  : Tidak ditemukan cidera selama kejang
Intervensi Rasional
Mandiri  
Pertahankan penghalang tempat Melindungi pasien bila terjadi kejang
tidur tetap terpasang dan pasang
jalan nafas buatan
Tirah baring selama fase akut Menurunkan resiko terjatuh/trauma ketika
terjadi vertigo, sinkop, atau ataksia
Kolaborasi  
Berikan obat : venitoin, diaepam, Merupakan indikasi untuk penanganan
venobarbital. dan pencegahan kejang

Diagnosa 5 : gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan


neuromuskular, penurunan kekuatan.
Tujuan : Klien dapat beraktifitas kembali dengan normal
Kriteria Hasil :Klien tidak merasa lemah
Intervensi Rasional
Bantu latihan rentang gerak. Mempertahankan mobilisasi dan fungsi
sendi/posisi normal akstremitas dan
menurunkan terjadinya vena yang statis
Berikan perawatan kulit, masase Meningkatkan sirkulasi, elastisitas
dengan pelembab. kulit, dan menurunkan resiko
terjadinya ekskoriasi kulit
Berikan matras udara atau air, Menyeimbangkan tekanan jaringan,
perhatikan kesejajaran tubuh secara meningkatkan sirkulasi dan membantu
fumgsional. meningkatkan arus balik vena untuk
menurunkan resiko terjadinya trauma
jaringan.

20
Berikan program latihan dan Proses penyembuhan yang lambat
penggunaan alat mobilisasi. seringkali menyertai trauma kepala dan
pemulihan secara fisik merupakan
bagian yang amat penting dari suatu
program pemulihan tersebut.
 
Diagnosa 6 : Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan
myelin pada akson dan whitematter
Tujuan : Meminimalkan perubahan persepsi sensori
Kriteria : Klien dapat mengontrol emosi dirinya
Intervensi Rasional
Mandiri
Hilangkan suara bising yang Menurunkan ansietas, respons emosi yang
berlebihan. berlebihan/bingung yang berhubungan
dengan sensorik yang berlebihan
Validasi persepsi pasien dan Membantu pasien untuk memisahkan pada
berikan umpan balik. realitas dari perubahan persepsi
Beri kesempatan untuk Menurunkan frustasi yang berhubungan
berkomunikasi dan beraktivitas. dengan perubahan kemampuan/pola
respons yang memanjang

Kolaborasi ahli fisioterapi  


Terapi okupasi,wicara dan kognitif. Pendekatan antardisiplin dapat
menciptakan rencana penatalaksanaan
terintegrasi yang didasarkan atas kombinasi
kemampuan/ketidakmampuan secara
individu yang unik dengan berfokus pada
fungsi fisik, kognitif, dan keterampilan
perceptual
 

Diagnosa 7 : hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

21
Tujuan : suhu tubuh kembali normal.
Kriteria hasil : suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C
Intervensi Rasional
Mandiri
Berikan kompres hangat Pengeluaran panas secara konduksi

Anjurkan klien untuk menggunakan Pengeluaran panas secara evaporasi


baju yang tipis.
Observasi Suhu tubuh klien Menentukan keberhasilan tindakan

Kolaborasi dengan dokter


berikan obat penurun panas. Membantu menurunkan suhu tubuh

D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi
endogen atau keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan
mampu tidur/istirahat dengan tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan
kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.

22
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan
keakuratan pengetahuan tentang situasi.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa meningitis adalah radang pada meningen (membran
yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri
atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001). Penyebab dari penyakit meningitis
antara lain Bakteri; Mycobacteriumtuberculosa, Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseriameningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss,
Staphylococcusaureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa. Penyebab lainnya lues, Virus,T
oxoplasma gondhii dan Ricketsia3.

23
Faktor predisposisi yang berperan antara lain jenis kelamin laki lakilebih sering
dibandingkan dengan wanita. Faktor maternal anatar lainruptur membran fetal,
infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.Sedangkan faktor imunologinya
adalah defisiensi mekanisme imun,defisiensi imunoglobulin. Kelainan sistem
saraf pusat, pembedahan atauinjury yang berhubungan dengan sistem
persarafan.4.
Meningitis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Meningitis serosadan
Meningitis purulenta.5. Intervensi yang dapat diberikan kepada pasien dengan
meningitis antaralain:
A. beri tindakan isolasi sebagai pencegahan Tirah baring dengan posisi kepala
datar.
B. Pantau adanya kejang
C. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas
mata, berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihanrentang
gerak aktif atau pasif dan masage otot leher.
D. Kaji derajat imobilisasi pasien.
E. Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan, sensorik
dan proses pikir.
F. Kaji status mental dan tingkat ansietasny

G. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat bersifat membangun
bagi pembaca pada umumnya. Dan penulis juga menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, dkk.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made
Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester,
Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa
Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.

Tucker, Susan Martin et al. (1998). Patient care Standards : Nursing Process,


diagnosis, And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia Anderson. (1994). Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease

25
Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Long, Barbara C. (1996). Keperawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan. Bandung : yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.

http://aneka-wacana.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-pada pasien
dengan_29.html.

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35584.

https://www.academia.edu/6559846/Laporan_Pendahuluan_dan_Askep_Meningitis

26

Anda mungkin juga menyukai