Anda di halaman 1dari 3

HASIL PENELITIAN TERKAIT PENGGUNAAN

COOLER BLANKET DAN WARMER BLANKET

Dosen Pengampu:
Tri Sakti Wirotomo., S.Kep.Ns. M.Kep.

Disusun Disusun:
1. Nisrina Akmalia (201902010012)
2. Hani Laila Istijabah (201902010029)
3. Ayu Deviana Putri (201902010036)
4. Sriyanti (201902010037)
5. Nur Khomariyah (201902010072)
6. Winda Fitriyani (201902010105)

Kelas 2B/Semester Genap

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
TAHUN 2021
Hasil Penelitian Terkait Penggunaan Cooler Blanket dan Warmer Blanket
1. Pengaruh Cooler Blanket terhadap Bayi Asfiksia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi terhadap hipertermi pada bayi
afiksia. Afiksia adalah kondisi ketika kadar oksigen didalam tubuh berkurang.
Kondisi ini dapat mengakibatkan penurunan kesadaran dan bahkan mengancam nyawa
penderitanya. Dalam penelitian ini subjek (bayi) diberikan intervensi berupa terapi coller
blanket pada hipertermi. Terapi cooler blanket yang diberikan kepda bayi afeksia yang
memenuhi indiksi, mampu mencegah timbulnya kejang dengan mengurangi kecepatan
metabolic serebral, menghambat aktivitas glutamate dan dopamine dan meningkatkan
ambang batas kejang listrik pada otak. Glutamat adalah asam amino eksitator. Kadar
glutamat yang tinggi menyebabkan peningkatan kepekaan neuron terhadap stimulus yang
diterima, sehingga menimbulkan kejang. Hambatan pada aktivitas glutamat mampu
menurunkan resiko terjadinya kejang pada bayi, serta mencegah terjadinya komplikasi
pada otak akibat hipoksia.
Analisa hasil yang didapatkan yaitu bayi asfiksia yang diberikan terapi cooler
blanket pada umumnya tidak mengalami kejang. Sedangkan bayi asfiksia yang tidak
diberikan terapi cooler blanket pada umumnya mengalami kejang. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi cooler blanket terhadap kejadian kejang pada
bayi asfiksia.
Terapi cooling merupakan terapi aplikatif yang dapat dimasukkan kedalam
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan bayi asfiksia, yang bertujuan untuk
mengurangi timbulnya komplikasi dan resiko kematian. Penggunaan cooler blanket dapat
mempertahankan suhu dalam kisaran 32-34° C.
Jadi terapi pemberian Cooler Blanket sangat efektif untuk meminimalisir
terjadinya kejang.

2. Efektivitas Pemberian Blanket Warmer pada Pasien Pasca Sectio Caesaria yang
Mengalami Hipotermia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian blanket warmer
pada pasien pasca sectio caesaria yang mengalami hipotermia di RS. PKU Muh.
Surakarta.
Pembedahan section caesaria dapat menimbulkan perubahan fisiologis tubuh seperti
penurunan suhu tubuh atau hipotermi. Pada pasien pasca bedah sectio caesaria kejadian
menggigil adalah sebagai mekanisme kompensasi tubuh terhadap hipotermi.
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu
kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai
suhu bagian dalam tubuh dibawah 36 oC.
Penanganan hipotermi yang dilakukan pemberian metoda pemasangan eksternal
pasif yaitu pemberian selimut hangat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata suhu
tubuh pada kelompok pasien pasca sectio caesarea yang diberikan blanket warmer
sebelum diberikan blanket warmer adalah 34,39oC dan sesudah diberi blanket warmer
naik menjadi sebesar 36,11oC. Hasil penelitian juga diketahui rata-rata suhu tubuh pada
kelompok pasien sectio caesarea yang tidak diberikan blanket warmer sebelum diberikan
selimut biasa adalah 34,26oC dan sesudah diberi selimut biasa naik menjadi sebesar
35,14oC
Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efektivitas pemberian blanket
warmer pada pasien pasca sectio caesarea yang mengalami hipotermi di RS PKU
Muhammadiyah Surakarta, dan pengaruh paling efektif terhadap kecepatan peningkatan
suhu tubuh adalah pasien pasca sectio caesarea yang diberi blanket warmer dari pada
yang tanpa menggunakan blanket warmer, karena dilihat dari nilai rata-suhu tubuh
setelah diberi terapi blanket warmerlebih besar bila dibandingkan suhu tubuh pada pasien
pasca sectio caesarea selain atau tanpa menggunakan blanket warmer.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Kesuma (2013)
yang meneliti tentang perbedaan efektivitas pemberian selimut tebal dan lampu
penghangat pada pasien pasca bedah sectio caesarea yang mengalami hipotermi di ruang
pemulihan, hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
pada pemberian tindakan selimut tebal dan lampu penghangat untuk mengatasi hipotermi
pada pasien pasca bedah sectio caesaria, dimana metode pemberian lampu penghangat
memberikan efektifitas lebih baik dibandingkan dengan pemberian selimut tebal dalam
mengatasi hipotermi pada pasien bedah sectio caesaria.

http://ejurnal-citrakeperawatan.com/index.php/JCK/article/view/124
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://download.garuda.ristekdikti.go.id

Anda mungkin juga menyukai