Anda di halaman 1dari 35

UPAYA PENCEGAHAN SECARA PRIMER, SEKUNDER DAN

TERSIER PADA SISTEM REPRODUKSI

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Maternitas II

Dosen Pembimbing :
Andi Nurhikma Mahdi, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh :

Afrianti
164201021044

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) IST BUTON
BAUBAU
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulisan makalah “Upaya-Upaya Pencegahan Primer, Sekunder
dan Tersier pada Sistem Reproduksi ” dapat saya selesaikan.

Shalawat beriring salam semoga dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah


SAW, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah di jalan-Nya hingga
akhir zaman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar Keperawatan
Maternitas. Selain itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang berkaitan dengan
judul makalah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber dan
hasil kegiatan yang telah dilakukan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait, terutama kepada


dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran dalam
penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Dan kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran
dan kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Konsep pencegahan pencegahan primer : terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap


stressor, meliputi : promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan
primer mengutamakan pada penguatan flexible lines of defense dengan cara
mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko
atau masalah sudah diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup :
immunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup. Pencegahan

sekunder : eliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor.

Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance,


mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi
struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala. !Ujuannya adalah
untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan memelihara energi.
"ika pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur
dasar tidak dapat mendukung sistem dan intervensi-intervensinya sehingga bisa
menyebabkan kematian. Pencegahan !ersier : dilakukan setelah sistem ditangani
dengan strategi-strategi pencegahan sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada
perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien secara optimal. !Ujuan utamanya
adalah untuk memperkuat resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul
kembali atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi. Pencegahan tersier
cenderung untuk kembali pada pencegahan primer.
B. Rumusan Masalah
Apa saja upaya upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier pada system
reproduksi ?
C. Tujuan Penulisan
Mengetahui upaya upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier pada
system reproduksi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Upaya-Upaya Pencegahan Primer pada Sistem Reproduksi


Pencegahan primer adalah pencegahan yang sebenarnya, pencegahan ini
dilakukan sebelum terjadi penyakit dan gangguan fungsi dan diberikan kepada
klien yang sehat secara fisik dan mental.
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat
menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.
Pencegahan primer juga diartikan sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya
suatu penyakit pada seseorang dengan faktor risiko. Tahap pencegahan primer
diterapkan dalam fase pre pathogenesis yaitu pada keadaan dimana proses
penyakit belum terjadi atau belum mulai.
Dalam fase ini meskipun proses penyakit belum mulai tapi ketiga faktor
utama untuk terjadinya penyakit, yaitu agent, host, dan environment yang
membentuk konsep segitiga epidemiologi selalu akan berinteraksi yang satu
dengan lainya dan selalu merupakan ancaman potensial untuk sewaktu-waktu
mencetuskan terjadinya stimulus yang memicu untuk mulainya terjadinya proses
penyakit dan masuk kedalam fase pathogenesis.
Pada wanita, pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah dengan
promosi kesehatan dan spesific protection. Pada promosi kesehatan seperti
peningkatan kesehatan, misalnya dengan pendidikan kesehatan reproduksi tentang
menghindari seks bebas kanker serviks; dan sebagainya. Untuk spesific
protection, berikut ada penjelasannya
1. Pencegahan HIV
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah
melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan
tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar
kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur,
air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus
infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian resiko infeksinya
secara umum dapat diabaikan.
Untuk menurunkan angka kasus HIV/AIDS di Indonesia, ada rumus
ABCDE yang selama ini disosialisasikan sebagai cara pencegahan HIV/AIDS
oleh Kementerian Kesehatan RI:
a. A (abstinace): tidak berhubungan seks di luar nikah
b. B (be faithful): saling setia pada pasangan
c. C (condom): penggunaan kondom saat berhubungan seksual
d. D (don't use drugs): tidak memakai narkoba
e. E (education): aktif mencari informasi yang benar

2. Pencegahan Kanker Payudara


Merupakan promosi kesehatan yang sehat. Yaitu melalui upaya
menghindarkan diri dari faktor risiko serta melakukan pola hidup sehat.
Termasuk juga dengan pemeriksaan payudara sendiri alias SADARI.
3. Pencegahan Vulvavaginitis
a. Gunakan celana dalam bersih, tidak ketat dan kering
b. Membersihkan diri setelah buang air kecil atau buang air besar dengan air
bersih (gunakan air mengalir kalau sedang di toilet umum), cara
pembersihan dengan gerakan dari depan ke belakang
c. Hindari penggunaan bahan kima atau parfum yang biasanya terdapat pada
sabun pembersih kewanitaan atau sabun mandi
d. Jangan menggunakan pembalut yang mengandung perfume
e. Jangan mengusap area vagina terlalu keras saat membersihkannya
4. Pencegahan Gonorrhea
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain
a. Menggunakan kondom saat berhubungan seksual
b. Hindari kontak seksual dengan beberapa orang yang memiliki resiko
penyakit seksual menular ( seperti pekerja seks komersil)
c. Obati sedini mungkin patner yang sudah terkena infeksi atau pastikan
patner seksual bebas dari penyakit sebelum berhubungan seksual
5. Pencegahan Sifilis
Sama seperti penyakit menular seksual lainnya, sifilis dapat dicegah
dengan cara melakukan hubungan seksual secara aman, misalnya
menggunakan kondom.
6. Pencegahan Herpes Genitalis
Cara untuk mencegah herpes genital adalah sama dengan yang untuk
mencegah penyakit menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk
menghindari terinfeksi dengan HSV, yang sangat menular, pada waktu lesi
ada. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah menjauhkan diri dari
aktivitas seksual atau membatasi hubungan seksual denagn hanya satu orang
yang bebas infeksi. Cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Gunakan, atau pasangan Anda gunakan, sebuah kondom lateks selama
setiap kontak seksual
b. Batasi jumlah pasangan seks
c. Hindari hubungan seksual jika pasangan terkena herpes di daerah genital
atau di mana pun
7. Pencegahan Kanker Serviks
a. Bila mungkin, hindari faktor resiko yaitu bergati pasangan seksual lebih
dari satu dan berhubungan seks dibawah usia 20 karena secara fisik
seluruh organ intim dan yang terkait pada wanita baru matang pada usia
21 tahun.
b. Bagi wanita yang aktif secara seksual, atau sudah pernah berhubungan
seksual, dianjurkan untuk melakukan tes HPV, Pap Smear, atau tes IVA,
untuk mendeteksi keberadaan Human Papilloma Virus (HPV), yang
merupakan biang keladi dari tercetusnya penyakit kanker serviks.
c. Bagi wanita yang belum pernah berhubungan seks, atau anak-anak
perempuan dan laki-laki yang ingin terbentengi dari serangan virus HPV,
bisa menjalani vaksinasi HPV. Vaksin HPV dapat mencegah infeksi HPV
tipe 16 dan 18. Dan dapat diberikan mulaidari usia 9-26 tahun, dalam
bentuk suntikan sebanyak 3 kali (0-2-6 bulan). Dan biayanya pun
terbilang murah.
d. Menjaga pola makan seimbang dan bergizi, serta menjalani gaya hidup
sehat (berolahraga).

B. Upaya-Upaya Pencegahan Sekunder pada Sistem Reproduksi


Pencegahan sekunder berfokus pada individu yang mengalami masalah
kesehatan atau penyakit, dan individu yang beresiko mengalami komplikasi atau
kondisi yang lebih buruk. Pencegahan sekunder terdiri dari teknik skrining dan
pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan dengan cara
menghindarkan atau menunda akibat yang timbul dari perkembangan penyakit.
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang mana sasaran
utamanya adalah pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam
akan menderita penyakit tertentu. Adapun tujuan pada pencegahan sekunder yaitu
diagnosis dini dan pengobatan yang tepat. Adapun beberapa pengobatan terhadap
penyakit masalah sistem reproduksi dapat melalui obat dan operasi. Pencegahan
sekunder merupakan pencegahan yang dilakaukan pada fase awal patogenik yang
bertujuan untuk:
1. Mendeteksi dan melakukan interfensi segera guna menghentikan penyakit
pada tahap ini
2. Mencegah penyebaran penyakit menurunkan intensitas penyakit bila penyakit
ini merupakan penyakit menular
3. Untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang
sakit serta untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga
mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi. Karena rendahnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit,
maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat.
Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati
penyakitnya. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat tidak memperoleh
pelayanan kesehatan yang layak.
Pencegahan sekunder terdiri dari:
1. Diagnosis dini dan pengobatan segera
Contohnya adalah pap smear, merupakan pemeriksaan untuk
mendeteksi gejala kanker serviks secara dini. Dengan melakukan pemeriksaan
pap smear setiap tahun, jika ditemukan adanya kanker serviks baru pada tahap
awal sehingga kesempatan untuk sembuh lebih besar. Artinya semakin dini
penyakit kanker serviks diketahui maka semakin mudah menanganinya.
Pemeriksaan pap smear, pemeriksaan IVA, sadari sebagai cara
mendeteksi dini penyakit kanker. Bila dengan deteksi ini ditemui kelainan
maka segera dilakukan pemeriksaan diagnostic untuk memastikan diagnosa
seperti pemeriksaan biopsy, USG atau mamografi atau kolposcopy. Tujuan
utama dari usaha ini adalah:
a. Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis
penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
b. Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
c. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu
penyakit. Beberapa usaha deteksi dini di antaranya:
a. Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalam pemeriksaan :
misalnya pemeriksaan darah,roentgent paru-paru dan sebagainya serta
segera memberikan pengobatan
b. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit
yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact
person) untuk diawasi agar derita penyakitnya timbul dapat segera
diberikan pengobatan dan tindakan-tindakan lain yang perlu misalnya
isolasi, desinfeksi dan sebagainya.
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal
gejala penyakit pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan.
Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau tindaknya usaha
pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta keahlian
tenaga kesehatannya, melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan
itu diberikan.
d. Disability Limitation (pembatasan kecacatan dan berusaha untuk
menghilangkan gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan suatu
masalah kesehatan dan penyakit). Usaha ini merupakan lanjutan dari
usaha Early diagnosis And Promotif Treatment yaitu dengan pengobatan
dan perawatan yang sempuran agar penderita sembuh kembali dan tidak
cacat ( tidak terjadi komplikasi). Bila sudah terjadi kecacatan maka
dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah berat dan fungsi dari alat
tubuh yang cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin.
Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan:
a. Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan mungkin tidak dapat
sembuh lagi misalnya pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat.
b. Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.
c. Penderitaan si sakit menjadi lebih lama.
d. Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar.
2. Pembatasan ketidakmampuan (disability limitation)
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak melakukan
pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan
yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang
bersangkutan cacat atau mengalami ketidak mampuan. Oleh karena itu,
pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
Penanganan secara tuntas pada kasus-kasus infeksi organ reproduksi
mencegah terjadinya infertilitas.

C. Upaya-Upaya Pencegahan Tersier pada Sistem Reproduksi


Pencegahan tersier dilakukan ketika terjadi kecacatan atau
ketidakmampuan yang permanen dan tidak dapat disembuhkan. Kegiatan ini
ditujukan untuk melaksanakan tindakan rehabilitasi yang bertujuan membantu
klien mencapai tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan keterbatasan
yang ada akibat penyakit atau kecacatan.
Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Tujuan
utama dari pencegahan tersier adalah mencegah cacat, kematian, serta usaha
rehabilitasi. Menurut Kodim dkk (2004), tujuan dari pencegahan tersier adalah
untuk mencegah komplikasi penyakit dan pengobatan, sesudah gejala klinis
berkembang dan diagnosis sudah ditegakkan. Pencegahan tersier terhadap
penyakit masalah sistem reproduksi dapat dengan melakukan perawatan
pasien hingga sembuh serta melakukan terapi-terapi untuk meminimalisir
kecacatan akibat masalah tersebut. Pencegahan tersier adalah Rehabilitasi.
contoh: rehabilitasi pada penderita-penderita kanker ovarium, kanker
payudara dan lain sebagaiannya.
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang
menjadi cacat, untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang
diperlukan latihan tertentu. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh
dari penyakit, kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Sering
terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggoota
masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan
diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu
pendidikan kesehatan pada masyarakat. Pada pusat-pusat rehabilitasi
misalnya rehabilitasi PSK, dan korban narkoba.
Rehabilitasi ini terdiri atas:
1. Rehabilitasi fisik yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik
semaksimal-maksimalnya.
2. Rehabilitasi mental yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri
dalam hubungan perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali
bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-
kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu
mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam masyarakat.
3. Rehabilitasi sosial vokasional yaitu agar bekas penderita menempati suatu
pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang
semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak
mampuannya.
4. Rehabilitasi aesthesis yaitu usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan
untuk mengembalikan rasa keindahan walaupun kadang-kadang fungsi
dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan.
Usaha mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat,
memerlukan bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk
dapat mengerti dan memahami keadaan mereka (fisik, mental dan
kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses penyesuaian
dirinya dalam masyarakat, dalam keadaannya yang sekarang.
Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan
falsafah pancasila yang berdasarkan unsur kemanusiaan yang sekarang ini.
Mereka yang direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap warga
masyarakat, bukan hanya berdasarkan belas kasihan semata-mata, melainkan
juga berdasarkan hak azasinya sebagai manusia.
Dari tingkatan-tingkatan tersebut seharusnya strategi pencegahan
berurutan mulai dari pencegahan primer sampai ke pencegahan tersier. Prinsip
mencegah lebih mudah dan lebih murah daripada mengobati masih menjadi
dasar mengapa pemilihan strategi pencegahan penyakit sebaiknya berurutan
dari primer menuju tersier.

D. Upaya-Upaya Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier pada Sistem


Reproduksi Wanita
1. Kegel Exercise
a. Definisi
Senam kegel adalah senam yang bertujuan untuk memperkuat otot-
otot dasar panggul terutama otot pubococcygeal sehingga seorang wanita
dapat memperkuat otot-otot saluran kemih (berguna saat proses persalinan
agar tidak terjadi “ngompol”) dan otot-otot vagina (memuaskan suaminya
saat berhubungan seks.
Nama senam ini diambil dari penemunya Arnold Kegel, seorang
dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di Los Angeles sekitar
tahun 1950-an. Dokter Kegel seringkali melihat pasiennya yang sedang
dalam proses persalinan sering tidak dapat menahan keluarnya air seni
(ngompol). Timbullah inisiatifnya untuk menemukan latihan agar
pasiennya tidak mengalami hal tersebut.
Dalam perkembangannya selanjutnya senam ini selain dilakukan
oleh wanita juga dilakukan oleh para pria. Pada pria kerja otot ini lebih
mudah diamati dari luar dibanding wanita. Hal ini dapat dilihat dengan
gerakan penis “naik-turun” dalam keadaan ereksi. Pria yang terlatih akan
mendapatkan orgasme yang lebih intens, dapat mencegah ejakulasi dini
dan memperpendek waktu untuk siap melakukan hubungan seks ulang.
Pada wanita kerja otot pubococcygeal dapat dirasakan berupa
denyutan pada dinding vagina. Bila otot ini terlatih dengan kuat, kontraksi
otot vagina dapat dengan sengaja dilakukan saat berhubungan intim tanpa
menunggu orgasme terlebih dahulu. Wanita dengan otot pubococcygeal
terlatih lebih mudah mengalami perangsangan seksual (tidak frigid), lebih
cepat “basah” untuk mengalami orgasme yang sering dan memuaskan
bahkan dapat mencapai orgasme hanya pada rangsangan pada G spot-nya.
b. Tujuan
1) Menguatkan otot-otot yang mengontrol saluran kemih
2) Dapat mencegah robeknya perineum pada ibu hamil
3) Mencegah prolapse uteri atau turunnya Rahim (pada wanita)
4) Untuk mengatasi inkontinensia urgensi (keinginan berkemih yang
sangat kuat sehingga tidak dapat mencapai toilet tepat pada waktunya)
5) Mengurangi kemungkinan masalah urinasi seperti inkontinensia pasca
persalinan
6) Mengurangi resiko terkena hemoroid (ambeien)
7) Mempermudah proses persalinan
c. Indikasi
1) Untuk ibu hamil dan bersalin
2) Untuk ibu pasca melahirkan
3) Untuk lansia dengan masalah inkontinensia urin
d. Persiapan Pasien
1) Berikan salam, perkenalkan diri anda dan identifikasi klien dengan
memeriksa identitas klien
2) Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan. Berikan
kesempatan klien untuk bertanya dan jawab semua pertanyaan klien
3) Minta pengunjung untuk meninggalkan ruangan berprivasi klien
4) Anjurkan klien untuk berkemih/ buang air kecil terlebih dahulu
5) Pasien dipersiapkan untuk mengikuti senam
6) Pasien dipersilahkan duduk/berbaring diatas matras/karpet
e. Persiapan Alat
1) Arloji
2) Matras/karpet
3) Tape recorder + lagu (pelengkap)
4) Ruangan yang nyaman dan tenang
f. Cara Kerja
1) Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai
2) Cek alat-alat yang akan digunakan
3) Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
4) Atur lingkungan yang nyaman dan jaga privasi klien
5) Cuci tangan
6) Anjurkan klien untuk mengontraksikan otot panggul dengan cara yang
sama ketika menahan kencing (klien harus dapat merasakan otot
panggul) meremas uretra dan anus
7) Bila otot perut atau pantat juga mengeras maka klien tidak berlatih
dengan otot yang benar
8) Putar music/lagu-lagu yang bernada lembut
9) Jika klien sudah menemukan cara yang tepat, anjurkan klien
mengontraksikan dalam hitungan 1-10 atau selama 10 detik, kemudia
istirahatkan selama 10 detik
10) Lakukan latihan ini berulang-ulang sampai 10-15 kali per sesi
11) Anjurkan klien melakukan gerakan naik turun dengan posisi berikut
ini sebanyak 20x, buang nafas ketika turun, Tarik nafas ketika naik

12) Anjurkan klien menaik turunkan kaki kanan 10x, lalu kaki kiri naik
turunkan 10x

13) Anjurkan klien melakukan gerakan berikut ini dan tahan gerakan ini
minimal 10 detik
14) Anjurkan klien melakukan gerakan seperti mengayuh sepeda sebanyak
30x

15) Anjurkan klien melakukan gerakan rukuk dengan tangan memegang


kursi dan badan diluruskan ketika rukuk dan tahan selama 20 detik

16) Lakukan gerakan seperti gambar dan gerakan naik turun sebanyak 20x

17) Lakukan gerakan seperti gambar dan gerakan naik turun sebanyak 20x

18) Rapikan alat-alat yang telah digunakan


19) Rapikan keadaan klien
20) Evaluasi keadaan klien (subyektif dan obyektif) setelah dilakukan
tindakan
21) Berikan reinforcement positif
22) Buat kontrak pertemuan selanjutnya dan akhiri kegiatan dengan baik
23) Kembalikan peralatan ke nurse station dan cuci tangan
g. Hal yang Perlu di Perhatikan
1) Latihan ini dilakukan 3 kali sehari
2) Latihan kegel hanya efektif bila dilakukan secara teratur dan baru
terlihat hasilnya 8-12 minggu
2. Nutrisi Gizi Seimbang
Kesuburan (fertilitas) adalah dapat bekerjanya secara optimal organ-
organ reproduksi baik, pada pria maupun wanita, sehingga dapat melakukan
fungsi fertilisasi dengan baik. Banyak faktor yang mempengaruhi kesuburan
dan keberhasilan pembuahan sel telur oleh sperma, serta tumbuh kembang
janin agar lahir sebagai bayi yang normal dan sehat. Perilaku gizi dan
kesehatan merupakan faktor penting. Pada prinsipnya, seseorang berprilaku
makan sehat jika aneka menu yang dikonsumsinya memberikan gizi
seimbang. Gizi seimbang ini hanya dapat diperoleh dari beraneka ragam
bahan makanan. Makin banyak ragam bahan makanan yang dimakan setiap
hari, makin besar asupan gizi ke dalam tubuh. Kesadaran untuk pola makan
sehat itulah yang sampai kini belum dimiliki kebanyakan wanita usia subur
(WUS) berusia muda (remaja). Ada kecendrungan untuk makan di luar rumah
yaitu di tempat-tempat yang bergengsi dengan pilihan menu tidak memenuhi
asas gizi seimbang. Kesukaan makan fast foods atau junk foods seperti
burger, pizza, dan fried chicken tidak menjamin kebutuhan gizinya. Keadaan
ini bisa berdampak buruk yang akan mempengaruhi kesehatan organ
reproduksi.
Reproduksi manusia membutuhkan zat gizi yang cukup. Asupan zat
gizi harus diperhatikan agar mencapai kematangan seksual. Gizi seimbang
akan menentukan kesehatan organ reproduksi. Berikut diuraikan beberapa zat
gizi yang berperan dalam kesehatan reproduksi.
a. Karbohidrat
Ketika premenstruasi tidak jarang remaja mengalami penurunan
atau penekanan nafsu makan akibat hormon esterogen. Perubahan asupan
energi tersebut belum didukung data pasti. Ada yang berpendapat bahwa
karbohidrat merupakan sumber peningkatan asupan energi selama fase
luteal, sedangkan yang lain berpendapat bahwa konsumsi softdrink yang
mengandung gula cenderung meningkat selama fase luteal. Dengan
demikian, maka selama fase luteal terjadi peningkatan asupan makanan
atau energi. Akan tetapi, remaja cenderung mengonsumsi fast food yang
kurang akan zat- zat gizi yang secara tidak langsung akan menyebabkan
tubuh kekurangan zat-zat gizi makro dan mikro. Apabila keadaan tersebut
berlangsung terus menerus, maka akan mempengaruhi fungsi organ tubuh
dan terganggunya fungsi reproduksi, seperti gangguan menstruasi.
b. Protein
Unit pembangun dari protein adalah asam amino. Arginin adalah
asam amino yang berfungsi memperkuat daya tahan hidup sperma dan
mencegah kemandulan. Sumber arginin dari bahan makanan adalah ikan,
daging sapi, ayam, kacang-kacangan. Kedelai dan hasil olahan seperti
tempe dan tahu merupakan sumber phytoestrogen. Tahu yang terbuat dari
kacang kedelai mengandung banyak isoflavon. Konsumsi tahu membantu
merangsang produksi hormon estrogen selama menstruasi sehingga
mengurangi peradangan serta kram menstruasi. Kemangi juga kaya
dengan kandungan arginin.
c. Lemak
Lemak memegang peranan penting sebagai sumber asam lemak
esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan sebagai pengangkut
vitamin larut lemak. Tubuh seorang wanita harus mempunyai simpanan
lemak dalam bentuk jaringan adipose sebagai persiapan menyusui.
Menstruasi wanita tidak akan teratur kalau tidak memiliki simpanan lemak
20% dari total berat badan.
Asam lemak esensial seperti asam lemak omega 3, dibutuhkan
tubuh sekitar 3% dari energi total. Wanita dengan asupan asam lemak
omega 3 yang rendah akan cenderung mengalami nyeri haid
(dismenorhea). Studi menunjukkan bahwa mengonsumsi asam lemak
omega-3 dalam makanan sehari-hari akan mengurangi nyeri haid. Ikan
tuna dan salmon mengandung asam lemak omega 3.
d. Vitamin
Kekurangan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) mendorong
kelebihan prostaglandin yang dapat memfasilitasi terjadinya
Dysmenorrhea. Agar remaja tidak mengalami gangguan haid tersebut,
dibutuhkan zat gizi mikro yang penting dalam mengurangi kejadian
Dysmenorrhea primer.
e. Vitamin A
Vitamin A merupakan zat gizi larut dalam lemak, esensial untuk
mata, pertumbuhan, diferensiasi sel, reproduksi, dan integritas sistem
imun. Kurang vitamin A (KVA) dikaitkan dengan asupan makanan
mengandung vitamin A yang rendah, frekuensi penyakit infeksi yang
tinggi serta siklus reproduksi. Vitamin A, C, dan E sebagai antioksidan
berfungsi menangkal serangan radikal bebas terhadap dinding sperma dan
ovum. Wortel, ubi merah, buah warna kuning dan oranye seperti manga
dan sayur daun hijau merupakan sumber beta karoten untuk maturasi
sperma. Asparagus juga kaya dengan kandungan vitamin A dan C yang
bermanfaat dalam hal kesuburan dan pembangkit libido. Kecukupan
vitamin A untuk remaja dan dewasa adalah 500-600 RE/hari.
Defisiensi mikronutrien dihubungkan dengan turunnya fungsi
imunitas sehingga mempengaruhi frekuensi, lama dan keparahan penyakit
infeksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian infeksi selama
kehamilan meningkat pada ibu dengan defisiensi vitamin A, zat besi dan
seng termasuk infeksi pada saluran reproduksi.
f. Vitamin C
Vitamin C berfungsi meningkatkan kesuburan, memperkuat sistem
imun, dan membantu penyerapan zat besi. Buah-buahan, seperti stroberi,
kiwi, avokat, jambu, jeruk, mangga serta sayuran hijau kaya akan vitamin
C yang dapat meningkatkan jumlah sperma dan mobilitasnya. Kecukupan
vitamin C untuk remaja dan dewasa adalah 50-90 mg/hari. Berikut adalah
contoh ‘Sperm Alert Diet” dari Dr.Dawson (Universitas of Texas) yang
menonjolkan khasiat vitamin C dalam mempengaruhi kualitas sperma
yaitu: a) 1½ buah paprika merah (212 mg); b) 2 cangkir brokoli segar,
direbus (196 mg); c) 3 buah kiwi (222 mg); d) 3 buah jeruk (210 mg); dan
e) 2 ½ cangkir stroberi (210 mg)
g. Vitamin E
Vitamin E sangat penting bagi sistem reproduksi. Vitamin E
mendukung produksi sperma dan hormon-hormon seks serta mencegah
kerusakan DNA sperma. Studi menunjukkan bahwa kerusakan pada DNA
sperma dapat menyebabkan infertilitas. Kerusakan DNA tersebut terutama
disebabkan oleh radikal bebas. Vitamin E sebagai antioksidan dapat
mencegah kerusakan DNA sperma. Studi juga menunjukkan bahwa
perempuan yang mengonsumsi vitamin E dua hari sebelum menstruasi
terus-menerus dan tiga hari setelah menstruasi secara signifikan efektif
mengurangi nyeri haid. Sumber utama vitamin E adalah minyak tumbuh-
tumbuhan, terutama minyak kecambah gandum dan biji-bijian seperti biji
labu kuning. Minyak kelapa dan zaitun hanya sedikit mengandung vitamin
E. Sayuran dan buah-buahan juga merupakan sumber vitamin E dalam
jumlah yang terbatas. Kecukupan vitamin E untuk usia 10-12 tahun 11
mg/hari dan usia 13 tahun ke atas 15 mg/hari.
a. Asam Folat
Pada beberapa tahun terakhir asam folat menjadi topik paling
favorit mengingat perspektif pencegahannya cukup penting dan beragam.
Asam folat diperlukan tubuh untuk pembentukan DNA dan RNA.
Defisiensi asam folat mengakibatkan kelainan kongenital seperti Neural
Tube Defect (NTD). Asam folat yang diberikan sebelum terjadi kehamilan
dikaitkan dengan penurunan risiko terjadinya kelainan kongenital (NTD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian suplemen folat pada masa
perikonsepsi (sebelum dan sesaat setelah terjadinya konsepsi) dapat
menurunkan risiko NTD sebesar 70%.
Konsumsi 200 mcg sehari diestimasi dapat menurunkan 35-41%
insiden NTD, 400 mcg sehari dapat menurunkan 47-53%. Suplementasi
untuk dewasa 1 mg sehari merupakan rekomendasi untuk keluarga yang
pernah mendapat bayi NTD atau cacat kongenital lain. Suatu studi di
Belanda menunjukkan bahwa jumlah sperma pria yang mengalami
defisiensi asam folat dan seng meningkat 75% setelah diberi suplemen
asam folat 5 mg sehari dan seng 66 mg sehari. Kecukupan asam folat
untuk usia 10-12 tahun adalah 300 mcg/hari dan usia 13 tahun ke atas 400
mcg/hari.
Asam folat juga berfungsi dalam pembentukan hemoglobin.
Selama hamil dan menyusui wanita memerlukan lebih banyak asam folat
dan zat besi. Jika dalam makanan tidak mengandung cukup banyak zat-zat
gizi tersebut, maka anemia yang diderita bertambah berat, dan berakibat
perdarahan banyak pada waktu melahirkan, lahir lama atau mudah terkena
infeksi yang berakibat fatal.
Sumber asam folat adalah sayuran berwarna hijau tua, kol dan
keluarga kol, buah-buahan seperti stroberi, biji-bijian, daging, susu dan
sereal yang difortifikasi. Asparagus juga memiliki kandungan asam folat
yang cukup tinggi. Kandungan asam folat dalam berbagai bahan makanan
disajikan pada tabel 1.
Pemberian 400 mcg asam folat sebagai suplemen atau susunan diet
sehari, berdasarkan anti-birth defect diet (diet pencegahan kelahiran cacat)
dari Medical College of St. Bartholomeus Hospital London, adalah
sebagai berikut: a) 1 cangkir jus jeruk (10,7 mg); b) 1/3 cangkir serealia
segala merek (0,1 mg); c) ½ cangkir bayam,direbus (0,13 mg); dan d) ½
cangkir biji-bijian kering,direbus (0,12mg).
b. Vitamin B6
Vitamin B6 dapat meningkatkan kesuburan wanita. Sumber
vitamin B6 adalah ikan, ayam, telur, pisang, wortel, brokoli.
c. Vitamin B12
Vitamin B12 diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Vitamin B12 dapat menambah dan meningkatkan kualitas sperma.
Sumber dalam makanan meliputi hati, daging merah, ikan, telur dan susu.
Defisiensi vitamin B12 menimbulkan anemia perniosa. Kecukupan
vitamin B12 untuk usia 10-12 tahun adalah 1,8 ug/hari dan usia 13 tahun
ke atas 2,4 ug/hari.
d. Zat besi
Zat besi penting untuk transportasi darah dan oksigen di dalam
tubuh. Kaum perempuan perlu menjaga keseimbangan proses ovulasi.
Suatu studi menunjukkan bahwa 40% wanita yang mengalami masalah
ovulasi menjadi subur setelah menambah konsumsi zat besi. Zat besi juga
penting dalam pembentukan sel darah merah. Ikan tuna dan salmon
mengandung zat besi yang tinggi yang membantu merangsang produksi
sel darah merah untuk mengganti kehilangan darah selama menstruasi.
Sumber zat besi juga terdapat dalam hati, daging, kacang-kacangan,
maupun sayur-sayuran. Kecukupan zat besi untuk remaja dan dewasa
adalah 13-26 mg/hari.
Defisiensi zat besi atau anemia defisiensi besi diakibatkan oleh
rendahnya asupan besi makanan, terutama besi hem, yang terjadi secara
kronis. Pola makan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung
sumber besi hem (hewani) yang rendah dan tinggi sumber besi non hem
(nabati). Anemia secara umum dikaitkan dengan menurunnya imunitas
sehingga meningkatkan risiko terhadap kejadian infeksi.
e. Kalsium
Kalsium merupakan zat gizi mikro yang memiliki peran dalam
mengurangi Dysmenorrhea. Penelitian mengenai suplementasi kalsium
yang dilakukan di Metropolitan Hospital di New York, Amerika Serikat,
menunjukkan bahwa 75% penderita PMS berkurang sakitnya.
Pembekakan dan rasa sakit pada payudara berkurang, begitu pun dengan
sakit kepala dan kejang perut (Dysmenorrhea).
Hasil penelitian pada remaja wanita di SMA 8 Denpasar
menunjukkan bahwa sebagian besar (95%) remaja yang mengalami
Dysmenorrhea berat ternyata tingkat konsumsi kalsiumnya kurang. Ada
hubungan antara tingkat konsumsi kalsium dengan kejadian
Dysmenorrhea (p<0,05). Dengan demikian maka semakin rendah
konsumsi kalsium semakin berat Dysmenorrhea yang dialami.
Pada waktu otot berkontraksi kalsium berperan dalam interaksi
protein di dalam otot, yaitu aktin dan myosin. Bila kalsium dalam darah
kurang, maka otot tidak bias mengendur sesudah kontraksi. Tubuh akan
kaku dan dapat menimbulkan kejang.
Menurut Krummel (1996) menjelaskan bahwa agar sepanjang dan
selama siklus haid tidak menimbulkan keluhan-keluhan atau
ketidaknyamanan, maka remaja wanita sebaiknya mengkonsumsi susu dan
hasil olahannya serta sayuran berdaun hijau sebagai sumber kalsium yang
baik untuk mengurangi nyeri haid. Hal ini sangat bertolak belakang
dengan kebiasaan remaja wanita saat ini, yakni terjadi peningkatan asupan
makan siap saji yang cenderung mengandung tinggi lemak, energi,
natrium dan rendah asam folat, serat, Vitamin A, Vitamin C dan Kalsium.
Kalsium juga dikaitkan dengan kesehatan reproduksi, utamanya
pre-eklamsia/eklamsia, berat badan lahir rendah (BBLR) serta kelahiran
prematur. Konsumsi kalsium dapat menurunkan risiko terjadinya pre-
eklamsia/eklamsia secara bermakna. Kalsium juga meningkatkan pH
tubuh, yang menguntungkan bagi sperma dan telur yang sudah dibuahi.
Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil olahannya, seperti
keju. Ikan yang dimakan dengan tulang termasuk ikan kering merupakan
sumber kalsium yang baik. Serealia, kacang- kacangan dan hasil kacang-
kacangan, tahu, oncom dan tempe, serta sayuran hijau merupakan sumber
kalsium yang baik juga, tetapi mengandung banyak zat yang menghambat
penyerapan kalsium seperti serat, fitat dan oksalat. Kebutuhan kalsium
yang optimal bagi remaja menurut National Institute of Health (NIH)
adalah 1.200- 1.500 mg Ca/hari.
f. Seng
Seng sangat diperlukan untuk pematangan seksual. Bagi pria seng
membantu menjaga fungsi organ seksual, produksi sperma dan
melincahkan sperma. Kekurangan seng menyebabkan penurunan hormone
testosteron, penyusutan testis dan pengurangan produksi sperma yang
sehat. Seng dapat meningkatkan proteksi sperma terhadap kerusakan
karena radikal bebas.
Kekurangan seng ada hubungannya dengan konsumsi yang sudah
diketahui sejak tahun 1960 pada remaja laki-laki di Mesir dan Iran. Gejala
klinis defisiensi seng antara lain gagal tumbuh, pematangan seksual yang
terhambat. Akan terapi, seng dapat meningkatkan pertumbuhan dan
pematangan seksual. Asupan seng akan membantu mengurangi
premenstrual sindrom (PMS) dan Dysmenorrhea. Suplemen seng selama
kehamilan dikaitkan dengan meningkatnya berat badan lahir dan
menurunnya risiko prematuritas.
Wanita yang mengalami Dysmenorrhea cenderung kekurangan
seng dan mempunyai prostaglandin yang tinggi. Hormon inilah yang
diyakini menyebabkan kram saat menstruasi. Seng memiliki kandungan
antioksidan dan anti-inflamasi yang berguna menghambat metabolisme
prostaglandin. Asupan seng akan membantu mengurangi kram menstruasi.
Sumber seng paling baik adalah protein hewani, terutama daging,
hati, ayam, telur, kerang, rajungan, lobster, ikan salmon. Serealia tumbuk,
kacang- kacangan dan biji labu kuning juga merupakan sumber yang baik.
Tiram atau kerang-kerangan adalah salah satu makanan laut yang sudah
sejak dahulu dikenal sebagai peningkat gairah seksual atau libido.
Kebutuhan seng pada usia remaja dan dewasa adalah 9,3 – 17,4 mg/hari.
g. Magnesium
Magnesium adalah mineral penting dalam mempertahankan otot.
Wanita dengan kekurangan magnesium akan menghasilkan otot yang
terlalu aktif sehingga menyebabkan nyeri haid dan gejala yang hebat.
Menambahkan magnesium dalam makanan sehari-hari akan membantu
untuk mengurangi atau mencegah kram dan nyeri menstruasi.
Sayuran hijau adalah sumber utama magnesium, kacang- kacangan
dan biji-bijian merupakan sumber magnesium yang baik, seperti tepung
kedelai, tahu, tempe, kacang mete, jagung manis, dan almond. Sedangkan
buah- buahan umumnya mengandung sedikit magnesium.
h. Selenium
Selenium merupakan antiokdidan yang berperan mencegah
oksidasi sel-sel sperma. Studi yang dilakukan Universitas Padua Italia,
menunjukkan bahwa kekurangan selenium dapat menyebabkan infertilitas
pada pria. Sumber utama selenium adalah daging merah, hati dan
makanan dari laut. Kecukupan selenium yang dianjurkan untuk untuk usia
10-12 tahun adalah 20 ug/hari dan usia 13 tahun ke atas adalah 30 ug/hari.

i. Zat Gizi Penting Masa Prakonsepsi


Fokus utama pada prakonsepsi diprioritaskan pada asam folat, zat
besi, vitamin C, E, B6, seng, selenium, dan kalsium. Berikut adalah pesan
yang perlu diperhatikan oleh pasangan suami istri: Tiga bulan menjelang
masa prakonsepsi: a) Vitamin dalam jumlah cukup diperlukan; b) Perlu
penambahan pil suplemen antioksidan dan 400 mcg asam folat, perbanyak
mengonsumsi alpukat, minyak bunga matahari, dan biji wijen; c) Seng
diperlukan untuk proteksi sperma terhadap radikal bebas; d) Asam lemak
esensial diperlukan wanita, dengan memperbanyak konsumsi ikan segar;
Kafein yang terkandung dalam sejumlah minuman perlu dikurangi.
Dua bulan menjelang masa prakonsepsi: a) Vitamin C harus
diperbanyak, sekitar 500 mg/hari agar tubuh kebal terhadap infeksi; dan b)
Beta karotin yang terkandung dalam wortel, jeruk, kiwi dan buah lain
dibutuhkan. Satu bulan menjelang masa prakonsepsi: Vitamin C perlu
ditingkatkan sampai 1000 mg/hari.
3. Manajemen Stress

E. Penyuluhan dan Edukasi Kesehatan pada Ibu dengan Masalah Gangguan


Kesehatan Reproduksi
1. Konsep Dasar WUS
a. Pengertian
Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang keadaan organ
reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada
wanita usia subur ini berlangsung lebih cepat dari pada pria. Puncak
kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun.
Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang sangat penting
untuk diketahui. Dimana dalam masa wanita subur ini harus menjaga dan
merawat personal hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat kelaminnya
dengan rajin membersihkannya. Oleh karena itu WUS dianjurkan untuk
merawat diri.
b. Tanda-tanda wanita subur
1) Siklus haid
Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya
subur. Satu putaran haid dimulai dari hari pertama keluar haid hingga
sehari sebelum haid datang kembali, yang biasanya berlangsung
selama 28 hingga 30 hari. Oleh karena itu siklus haid dapat dijadikan
indikasi pertama untuk menandai seorang wanita subur atau tidak.
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu
esterogen dan progesteron. Hormon-hormon ini menyebabkan
perubahan fisiologis pada tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui
beberapa indikator klinis seperti, perubahan suhu basal tubuh,
perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks), perubahan pada
serviks, panjangnya siklus menstruasi (metode kalender) dan indikator
minor kesuburan seperti nyeri perut dan perubahan payudara.
2) Alat pencatat kesuburan
Kemajuan teknologi seperti ovulation thermometer juga dapat
dijadikan sebagai alat untuk mendeteksi kesuburan seorang wanita.
Thermometer ini akan mencatat perubahan suhu badan saat wanita
mengeluarkan benih atau sel telur. Bila benih keluar, biasanya
thermometer akan mencatat kenaikan suhu sebanyak 0,2 derajat
celsius selama 10 hari. Namun jika wanita tersebut tidak mengalami
perubahan suhu badan pada masa subur, berarti wanita tersebut tidak
subur.
3) Tes Darah
Wanita yang siklus haidnya tidak teratur, seperti datangnya haid tiga
bulan sekali atau enam bulan sekali biasanya tidak subur. Jika dalam
kondisi seperti ini, beberapa tes darah perlu dilakukan untuk
mengetahui penyebab dari tidak lancarnya siklus haid. Tes darah
dilakukan untuk mengetahui kandungan hormon yang berperan pada
kesuburan seorang wanita.
4) Pemeriksaan fisik
Untuk mengetahui seorang wanita subur juga dapat diketahui dari
organ tubuh seorang wanita. Beberapa organ tubuh, seperti buah dada,
kelenjar tiroid pada leher, dan organ reproduksi. Kelenjar tiroid yang
mengeluarkan hormon tiroksin berlebihan akan mengganggu proses
pelepasan sel telur. Sedangkan pemeriksaan buah dada ditujukan
untuk mengetahui hormon prolaktin di mana kandungan hormon
prolaktin yang tinggi akan mengganggu proses pengeluaran sel telur.
Selain itu, pemeriksaan sistem reproduksi juga perlu dilakukan untuk
mengetahui sistem reproduksinya normal atau tidak.
5) Track record
Wanita yang pernah mengalami keguguran, baik disengaja ataupun
tidak, peluang terjangkit kuman pada saluran reproduksi akan tinggi.
Kuman ini akan menyebabkan kerusakan dan penyumbatan saluran
reproduksi.
c. Perhitungan Masa Subur
Ada beberapa metode yang digunakan untuk dapat menghitung masa
subur seorang wanita. Metode yang paling efektif adalah dengan
menggunakan pendekatan berbagai indikator biasanya perubahan suhu
yang dikombinasikan dengan perubahan lendir serviks. Indikator-indikator
ini secara ilmiah telah terbukti merefleksikan perubahan hormonal dan
status kesuburan secara akurat.
Perhitungan masa subur dengan menggunakan sistem kalender adalah cara
natural atau alamiah yang digunakan hanya bila seorang wanita
mempunyai siklus menstruasi yang teratur. Perhitungan masa subur ini
didasarkan saat ovulasi terjadi pada hari ke 14 dari menstruasi yang akan
datang dan dikurangi 2 hari karena sperma dapat hidup selama 48 jam
setelah ejakulasi serta ditambahkan 2 hari karena sel telur dapat hidup 24
jam setelah ovulasi.
Dengan mengetahui masa subur, ini akan bermanfaat bagi pasangan yang
bermasalah dalam mendapatkan keturunan, yaitu dengan cara:
1) Menilai kejadian dan waktu terjadinya ovulasi
2) Memprediksikan hari-hari subur yang maksimum
3) Mengoptimalkan waktu untuk melakukan hubungan seksual untuk
mendapatkan kehamilan
4) Membantu mengindentifikasi sebagian masalah infertilitas.
Kurangnya pengetahuan tentang kesuburan alat reproduksi khususnya
pada wanita, sering kali di kaitkan dengan berbagai macam penyakit,
padahal tingkat masa kesuburan setiap orang berbeda tergantung kondisi
fisik, mental dan kebersihnnya. Ketidaksuburan alat reproduksi sering kali
juga dikaitkan dengan berbagai penyakit yang diderita oleh salah satu
pasangan yang mengidapnya, diantaranya 40% faktor ketidaksuburan
disebabkan oleh wanita sedangkan 40% lain oleh sebab pria, dan sisa 20%
karena keduanya.
Namun pada dasarnya ketidaksuburan alat reproduksi pada wanita
disebabkan oleh :
1) Disfungsi hormone
2) Tersumbatnya saluran telur
3) Endometriosis
4) Kista Ovarii
5) Pergerakan sperma yang kurang baik
Oleh karena itu Wanita Usia Subur (WUS) harus melakukan pemeriksaan
kesehatan (pemeriksaan alat kelamin) walaupun ia memiliki siklus haid
atau menstruasi yang teratur. Hal ini bukan tanda bahwa wanita itu subur.
Artinya WUS harus sehat bebas dari penyakit kelamin. Sebelum menikah
WUS sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan agar mengetahui
kondisi organ reproduksinya apakah berfungsi dengan baik. Dengan
mengadakan pemeriksaan kesehatan maka akan mencegah penyakit alat
kelamin. Alat kelamin wanita sangat berhubungan dengan dunia luar yang
melalui liang senggama, saluran mulut rahim, rongga atau ruang rahim.
Saluran telur (tuba falopi) yang bermuara dalam ruang perut. Karena
adanya hubungan yang langsung ini infeksi alat kelamin wanita
disebabkan oleh hubungan seks yang tidak sehat, sehingga infeksi bagian
luarnya berkelanjutan dapat berjalan menuju ruang perut dalam bentuk
infeksi selaput dinding perut atau disebut juga peritonitis.
2. Konsep Dasar
Keputihan
a. Pengertian keputihan
Istilah “keputihan” merupakan istilah lazim digunakan oleh masyarakat
untuk menyebut penyakit kandidiasis vaginal yang terjadi pada daerah
kewanitaan. Penyakit “keputihan” merupakan masalah kesehatan yang
spesifik pada wanita. Sebuah survei telah dilakukan terhadap pengunjung
wanita pada beberapa apotek di Yogyakarta selama satu bulan
menunjukkan bahwa 60% pengunjung wanita tersebut sedang atau pernah
menggunakan obat untuk mengatasi masalah kesehatan pada organ
reproduksinya dan yang relatif sering adalah apa yang dikenal dengan
“keputihan”. Sebanyak 50% pelajar putri sekolah menengah dan
perguruan tinggi pernah mengalami keputihan ketika berusia kurang dari
25 tahun.
b. Penyebab keputihan
Keputihan paling umum disebabkan oleh jamur Candida,spp, terutama
Candida albicans yang menginfeksi secara superfisial atau terlokalisasi.
Penyakit ini seringkali dalam istilah medis disebut candidiasis vaginal
atau vulvovaginal candidiasis (VVC) atau vaginitis candida albinacans.
“Keputihan” dapat disertai gejala atau tanpa ada gejala yang dirasakan,
tetapi jika dilakukan pembiakan sekret vagina akan terlihat adanya jamur
Candida, spp atau Selain Candida albicans.
Penyebab lain adalah Candida glabrata yang kasusnya mempunyai
kecenderungan meningkat. Seringkali wanita merasa mampu mengenali
sendiri bahwa sedang menderita keputihan tanpa merasa perlu
memeriksakan diri ke dokter untuk memperoleh pemeriksaan secara lebih
detail, namun langsung diobati sendiri dengan obat – obat keputihan yang
dijual bebas. Pada kasus ini, tindakan tersebut cukup berisiko, karena
apabila kurang tepat dalam pengenalan penyakitnya dapat menyebabkan
kurang tepat pula obat yang dipilih, sehingga selain efektivitas terapi tidak
tercapai juga akan berisiko pada munculnya resistensi sehingga jamur
semakin kebal dengan obat. Tindakan swamedikasi hanya
direkomendasikan jika sebelumnya telah pernah didiagnosis keputihan
oleh dokter dan kembali muncul gejala yang sama atau mengalami
kekambuhan.
c. Faktor Resiko Pada Wanita.
Beberapa hal dapat meningkatkan resiko untuk menderita keputihan antara
lain penggunaan kontrasepsi jenis oral, diafraghma dengan spermatisida,
kondom, dan IUD (Intrauterine Device).
d. Gejala dan Tanda Klinis
Gejala yang muncul pada vulvovaginal candidiasis adalah kemerahan
pada vulva di vagina, bengkak, iritasi, dan rasa terbakar serta panas pada
daerah vagina. Tanda lain yang tampak adalah lendir putih berlebihan,
dapat berupa gumpalan seperti keju, dan tidak berbau. Apabila lendir
berbau menyengat seperti telur busuk, maka penyebabnya bukan lagi
jamur kandida, namun kemungkinan bakteri. Penderita terkadang juga
mengalami nyeri atau rasa sakit saat berkemih. Penegakan diagnosis
terhadap keputihan ini dilakukan oleh dokter dan idealnya harus didukung
data laboratorium terkait.
e. Pengobatan Keputihan
Pengobatan keputihan dilakukan dengan menggunakan obat anti jamur
untuk keputihan. Tindakan tanpa obat yang mendukung penyembuhan
dapat dilakukan dengan mengindari penggunaan sabun atau parfum vagina
untuk mencegah iritasi, menjaga agar area bagian kewanitaan tetap bersih
dan kering dan menghindari penggunaan pakaian dalam yang ketat dan
tidak menyerap keringat. Meminum minuman yogurt yang mengandung
Lactobacillus acidophilus setiap hari akan mengurangi kekambuhan.
Obat –obat anti jamur (dalam nama generik) yang dapat digunakan untuk
keputihan adalah sebagai berikut: butoconazole, klotrimazol, mikonazol,
tikonazol, ekonazol, fentikonazol, nystatin, terkonazol, ketokonasol,
itrakonazol, dan flukonazol, yang diproduksi oleh berbagai pabrik obat
dengan berbagai merek dagang. Obat – obat tersebut dapat digunakan
secara oral atau diminum, maupun secara topikal atau penggunaan
langsung di daerah kewanitaan. Secara oral direkomendasikan anti jamur
yang mengandung flukonazol, sedangkan secara topikal adalah
butokonazol, klotrimazol, mikonazol, nistatin, terkonazol, dan tiokonazol.
f. Tindakan Pencegahan
Keadaan yang lembab pada daerah kewanitaan akan lebih mendukung
berkembangnya jamur penyebab keputihan ini. Sangat disarankan untuk
menjaga agar daerah kewanitaan ini dalam keadaan bersih dan tidak
lembab dengan menggunakan pakaian dalam yang cukup menyerap
keringat atau terbuat dari jenis kain katun. Penggunaan cairan pembasuh
vagina harus dilakukan secara bijaksana dengan mengetahui suatu prinsip
bahwa lingkungan vagina bersifat asam yang juga merupakan lingkungan
normal bagi flora normal (mikroorganisme yang dalam jumlah normal
tidak menyebabkan penyakit) di vagina. Adanya perubahan lingkungan
normal tersebut, misalnya dengan penggunaan cairan pembilas vagina
yang bersifat basa atau alkali (mengandung sabun) dapat memicu
pertumbuhan kuman secara abnormal yang salah satu akibatnya adalah
keputihan.
DAFTAR PUSTAKA

Hariyati, dkk. (2012). Skripsi: Upaya-upaya Pencegahan dan Pola Pencarian


Pelayanan Infeksi Menular Seksual (IMS) Perempuan Pekerja Seks di Tempat
Prostitusi Bandang Raya Kota Samarinda. Diakses pada tanggal 20 Juni 2020
dari
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5216/jurnal%202%
205.pdf?sequence=1
http://dokterbagus.com/2018/12/31/antara-preventive-medicine-dan-kanker-
serviks/
Potter, Patricia A and Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik Ed 4. Jakarta: EGC
Purnamawati. (2013). Jurnal: Perilaku Pencegahan Penyakit Menular Seksual.
Diakses pada tanggal 20 Juni 2020 dari
http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/365
Trisna, Baim. (2012). Penyakit pada sistem reproduksi manusia. Diakses pada tanggal
20 Juni 2020 dari https://www.scribd.com/doc/69950054/Penyakit- Pada-
Sistem-Reproduksi-Manusia
Widyastuti Y, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai