OLEH :
ASROFA DWISUKMA KURNIA BHAKTI
NIM.202006003
Laporan pendahuluan dan laporan kasus departemen keperawatan dasar profesi ini
dibuat untuk memenuhi tugas praktik Profesi Ners di RSUD Karya Husada Kediri,
pada tanggal 8 Maret 2021-21 maret 2021 oleh Mahasiswi Keperawatan STIKES
NIM : 202006003
Mengetahui,
Pembimbing Mahasiswa
Melani Kartika Sari, S.Kep. Ns., M.Kep Asrofa Dwisukma Kurnia Bhakti
NIDN. 07-0301-8702 NIM. 202006003
LEMBAR PERSETUJUAN
MAKALAH
OLEH :
Telah Diuji :
Hari :
Tanggal :
dan dinyatakan lulus oleh :
Pembimbing Penguji
Mahasiswa
TINJAUAN TEORI
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya
disertai dengan keadaan hipoksia dan hiperkapnu serta sering berakhir dengan
spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir.
Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (asfiksia primer) atau mungkin
dapat bernapas tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir
Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya
1. Faktor ibu
2. Faktor plasenta
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher, kompresi tali
pusat antara janin dan jalan lahir, gamelli, IUGR, kelainan kongenital daan
lain-lain.
4. Faktor persalinan
Segera setelah lahir bayi akan menarik napas yang pertama kali (menangis),
pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk resoirasi. Alveoli akan
mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli akan
meninggalkan alveli secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol paru akan
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah kini rangsangan dari nervu simpatikus
sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan menghilang.
kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus
tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan
terlihat lemas. Pernapasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki
darah dan kadar O₂ dalam darah (PaO₂) terus menurun. Bayi sekarang tidak
Tanda dan gejala pada bayi baru lahir dengan asfiksia menurut Sukarni &
pernapasancuping hidung.
6. Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia) kurang dari 100 kali
permenit.
Sedangkan, tanda dan gejala bayi baru lahir dengan asfiksia (Sudarti dan
2. Pernapasan cepat
3. Nadi cepat
4. Sianosis
Apgar skor 7-9, dalam hal ini bayi dianggap sehat, tidak memerlukan
tindakanistimewa.
TANDA Skor
0 1 2
Dampak yang akan terjadi jika bayi baru lahir dengan asfiksia tidak di tangani
dengan cepat maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut antara lain: perdarahan
mouthto mouth
cara : membungkus bayi d engan kain hangat, badan bayi harus dalam
minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh bayi, kepala bayi
4. Apabila nilai APGAR pada menit ke lima sudah baik (7-10) lakukan
Segera setelah bayi baru lahir perlu diidentifikasi atau dikenal secara cepat
supaya bisa dibedakan antara bayi yang perlu diresusitasi atau tidak. Tindakan
ini merupakan langkah awal resusitas bayi baru lahir. Tujuannya supaya
intervensi yang diberikan bisa dilaksanakan secara tepat dan cepat (tidak
terlambat).
1. Membuka jalan nafas
Metode : Meletakkan bayi pada posisi yang benar: letakkan bayi secara
disingkirkan.
Apabila air ketuban tidak bercampur mekonium hisap cairan dari mulut
Urutan kedua metode membuka jalan nafas ini bisa dibalik, penghisapan
Untuk bayi sangat kecil (berat badan kurang dari 1500 gram)
Metode : Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar. Agar VTP
pengukur tekanan.
Adanya gerakan dada bayi naik turun merupakan bukti bahwa sungkup
Gerak perut tidak dapat dipakai sebagai pedoman ventilasi yang efektif.
yang benar.
oleh salah satu sebab berikut : perlekatan sungkup kurang sempurna, arus
keberapa dan identitas orangtua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi
jantung <100 kali/menit atau >100 kali/menit, tonus otot kurang baik,
intake oral karena organ tubuh terutama lambung belum sempurna, selain
harus menjaga kebersihan terutama saat BAB dan BAK. Pola tidur :
gangguan nutrisi atau tidak, pola nutrisi yang perlu dikaji meliputi
a. Pemeriksaan khusus
10.
b. Pemeriksaan umum
c. Pemeriksaan tanda-tanda :
frontal.
2. Mata : Buka mata bayi dan lihat apakah ada tanda-tanda infeksi atau
pus. Bersihkan kedua mata bayi dengan lidi kapas DTT. Berikan salf
mata kepala.
6. Dada : Periksa bunyi nafas dan detak jantung. Lihat adakah tarikan
7. Abdomen : Palpasi perut apakah ada kelainan dan keadaan tali pusat.
12. Kulit : Lihat warna kulit dan bibir setra tanda lahir.
a. Darah rutin.
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari : Hb (normal 15-19
dalam darah sedikit. Leukosit lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3
Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksia terdiri dari : pH (normal
(normal 35- 45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia cenderung
naik sering terjadi hiperapnea. PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2
c. Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :Natrium
Merupakan pengelolaan dari perwujudan intervensi meliputi kegiatan yaitu validasi, rencana keperawatan,
mendokumentasikan rencana, memberikan askep dalampengumpulan data, serta melaksanakan adusa dokter dan ketentuan
Merupakan tahap akhir dan suatu proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan rencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga
1. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005) Dengan dilakukan asuhan keperawatan Managemen Jalan Napas (I.01011)
3x24 jam diharapkan pola napas Observasi :
membaik (L.01004), dengan kriteria 1. Monitor pola napas (frekuensi,
hasil : kedalaman, usaha napas)
1. Dyspnea menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan
2. Penggunaan otot bantu napas (misal : gurgling, mengi, wheezing,
menurun ronchi kering)
3. Pemanjanga fase ekspirasi Terapeutik :
menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
4. Frekuensi napas membaik 2. Berikan asi
5. Kedalaman napas membaik 3. Berikan oksigen
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan (ASI)
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, jika perlu
2. Risiko Hipotermia (D.0140) Dengan dilakukan asuhan keperawatan Managemen Hipotermi (I.14507)
3x24 jam diharapkan termoregulasi Observasi :
neonatus membaik (L.14135), dengan 1. Monitor suhu tubuh
kriteria hasil : 2. Identifikasi penyebab hipotermi
1. Menggigil menurun (misal: terpapar suhu lingkungan
2. Dasar kuku sianotik menurun rendah, pakaian tipis, kerusakan
3. Suhu tubuh meningkat hipotalamus, penurunan laju
4. Suhu kulit meningkat metabolisme, kekurangan lemak
subkutan)
3. Monitor tanda dan gejala akibat
hipotermi (hipotermi ringan :
takipnea, disartia, menggigil,
hipertensi, diuresis, hipotermi
sedang aritmia, hipotensi, apatis,
koagulasi, reflex menurun,
hipotermia berat : oliguria, reflex
menghilang, edema paru, asam
basa abnormal)
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan yang hangat
9misal : suhu ruangan, incubator)
2. Ganti pakaian dan/ atau linen yang
basah
3. Lakukan penghangatan pasif (misal
: selimut, menutup kepala, pakaian
tebal)
Edukasi :
1. Anjurkan minum ASI
3. Risiko Infeksi D.0142) Dengan dilakukan asuhan keperawatan Perawatan Neonatus ( I.03132)
3x24 jam diharapkan tingkat infeksi Observasi :
menurun (L.14137), dengan kriteria 1. Identifikasi kondisi awal bayi
hasil : setelah lahir (misal: kecukupan
1. Tanda dan gejala infeksi menurun bulan, air ketuban jernih atau
2. Kemerahan menurun bercampuran meconium, menangis
3. Nyeri menurun spontan, tonus otot)
2. Monitor inisiasi menyusui dini
(IMD) segera setelah bayi lahir
3. Berikan vitamin K 1mg
intramuskuler ntuk mencegah
perdarahan
4. Mandikan selama 5-10 menit,
minimalkan sekali sehari
5. Mandikan dengan air hangat (36-
37˚C)
6. Gunakan sabun yang mengandung
provitamin B5
7. Rawat tali pusat secara terbuka
(tidak dibungkus)
8. Bersihkan tali pusat dengan air
steril aau air matang
9. Kenakan pakaian dari bahan katun
10. Selimuti untuk
mempertahankan kehangata atau
mencegah hipotermia
11. Ganti popok segera ungkin
Edukasi :
1. Anjurkan tidak membubuhi apapun
pada tali pusat
2. Anjurkan ibu menyusui bayi setiap
2 jam
3. Anjurkan menyendawakan bayi
setelah disusui
4. Anjurkan ibu mencuci tangan
sebelum menyentuh bayi
Managemen Imunisasi/Vaksinasi
(I.14508)
Observasi :
1. Identifikasi riwayat kesehatan dan
riwayat alergi
2. Identifikasi kontraindikasi
pemberian imunisasi (misal : reaksi
anafilaksis terhadap vaksin
sebelumnya dan atau sakit parah
dengan atau tanpa demam)
3. Identifikasi status imunisasi setiap
kunjungan ke pelayanan kesehatan
Terapeutik :
1. Berikan suntikan pada bayi di
bagian paha anterolateral
2. Dokumentasikan informasi
vaksinasi 9misal : nama produsen,
tanggal kedaluarsa)
3. Jelaskan imunisasi pada interval
waktu yang tepat
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi
yang terjadi, jadwal, dan efek
samping
2. Informasikan yang diwajibkan
pemeritah (misal : hepatitis B,
BCG, Difteri, Tetanus Pertusis,
H.Influenza, Polio, Campak,
Measles, Rubela)
3. Informasi vaksinasi untuk kejadian
khusus (misal : rabies, tetanus)
4. Informasi penundaan pemberian
imunisasi tidak berarti mengulang
jadwal imunisasi kembali
5. Informasikan penyedia layanan
pecan imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Managemen Imunisasi/Vaksinasi
(I.14508)
Observasi :
1. Mengidentifikasi riwayat
kesehatan dan riwayat alergi
2. Mengidentifikasi kontraindikasi
pemberian imunisasi (misal :
reaksi anafilaksis terhadap
vaksin sebelumnya dan atau
sakit parah dengan atau tanpa
demam)
3. Mengidentifikasi status
imunisasi setiap kunjungan ke
pelayanan kesehatan
Terapeutik :
1. Memberikan suntikan pada bayi
di bagian paha anterolateral
2. Mendokumentasikan informasi
vaksinasi 9misal : nama
produsen, tanggal kedaluarsa)
3. Menjelaskan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi :
1. Menjelaskan tujuan, manfaat,
reaksi yang terjadi, jadwal, dan
efek samping
2. Menginformasikan yang
diwajibkan pemeritah (misal :
hepatitis B, BCG, Difteri,
Tetanus Pertusis, H.Influenza,
Polio, Campak, Measles,
Rubela)
3. Menginformasi vaksinasi untuk
kejadian khusus (misal : rabies,
tetanus)
4. Menginformasi penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
5. Menginformasikan penyedia
layanan pecan imunisasi
nasional yang menyediakan
vaksin gratis
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Managemen Imunisasi/Vaksinasi
(I.14508)
Observasi :
1. Mengidentifikasi riwayat
kesehatan dan riwayat alergi
2. Mengidentifikasi kontraindikasi
pemberian imunisasi (misal :
reaksi anafilaksis terhadap
vaksin sebelumnya dan atau
sakit parah dengan atau tanpa
demam)
3. Mengidentifikasi status
imunisasi setiap kunjungan ke
pelayanan kesehatan
Terapeutik :
1. Memberikan suntikan pada bayi
di bagian paha anterolateral
2. Mendokumentasikan informasi
vaksinasi 9misal : nama
produsen, tanggal kedaluarsa)
3. Menjelaskan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi :
1. Menjelaskan tujuan, manfaat,
reaksi yang terjadi, jadwal, dan
efek samping
2. Menginformasikan yang
diwajibkan pemeritah (misal :
hepatitis B, BCG, Difteri,
Tetanus Pertusis, H.Influenza,
Polio, Campak, Measles,
Rubela)
3. Menginformasi vaksinasi untuk
kejadian khusus (misal : rabies,
tetanus)
4. Menginformasi penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
5. Menginformasikan penyedia
layanan pecan imunisasi
nasional yang menyediakan
vaksin gratis
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Managemen Imunisasi/Vaksinasi
(I.14508)
Observasi :
1. Mengidentifikasi riwayat
kesehatan dan riwayat alergi
2. Mengidentifikasi kontraindikasi
pemberian imunisasi (misal :
reaksi anafilaksis terhadap
vaksin sebelumnya dan atau
sakit parah dengan atau tanpa
demam)
3. Mengidentifikasi status
imunisasi setiap kunjungan ke
pelayanan kesehatan
Terapeutik :
4. Memberikan suntikan pada bayi
di bagian paha anterolateral
5. Mendokumentasikan informasi
vaksinasi 9misal : nama
produsen, tanggal kedaluarsa)
6. Menjelaskan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi :
1. Menjelaskan tujuan, manfaat,
reaksi yang terjadi, jadwal, dan
efek samping
2. Menginformasikan yang
diwajibkan pemeritah (misal :
hepatitis B, BCG, Difteri,
Tetanus Pertusis, H.Influenza,
Polio, Campak, Measles,
Rubela)
3. Menginformasi vaksinasi untuk
kejadian khusus (misal : rabies,
tetanus)
4. Menginformasi penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
5. Menginformasikan penyedia
layanan pecan imunisasi
nasional yang menyediakan
vaksin gratis
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MANAGEMEN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
Pengertian Managemen asfiksia pada BBL adalah penatalaksanaan keadaan bayi yang tidak bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah managemen asfiksia pada BBL
Referensi Buku acuan APN Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2008.
Buku Acuan Managemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Alat dan Bahan 1. Kain 3 buah (untuk mengeringkan, membungkus, dan mengganjal bahu)
2. Alat penghisap
3. Tabung dan sungkup
4. Sarung tangan
5. Kotak alat resusitasi
6. Jam dan lembar dokumentasi
Prosedur 1. Bayi lahir lakukan penilaian sambil meletakkan dan menyelimuti bayi diatas perut ibu atau dekat
perineum
a. Apaka bayi cukup bulan ?
b. Apakah ketban jernih, tidak bercampur meconium?
c. Apakah bayi bernafas dan menangis ?
d. Apakah bayi aktif ?
2. Bila ya dilakukan asuhan bayi normal, jika salah satu tidak lakukan langkah awal :
a. Jaga bayi tetap hangat
b. Atur posisi bayi
c. Hisap lender
d. Keringkan dan rangsang taktil
e. Reposisi
3. Bayi bernafas normal lakukan asuhan pasca resusitasi
4. Bayi tidak bernafas/megap-megap, lakukan ventilasi :
a. Pasang sungkup dan perhatikan lekatan
b. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air raksa
c. Bila dada mengembang lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 30 cm selama 30 detik
5. Nilai pernafasan
Bila bayi tidak bernafas/bernafas megap-megap
a. Ulangi ventilasi 20 kali selama 30 detik
b. Hentikan ventilasi dan nilai kembali nafas tiap 30 detik
c. Bila bayi tidak bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi siapkan rujukan
Bila tidak mau dirujuk dan tidak berhasil
a. Sesudah 10 menit pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi
b. Lakukan konseling
c. Pencatatan dan dokumentasi