Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH

DEPARTEMEN MATERNITAS (BAYI BARU LAHIR)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


MATERNITAS (BAYI BARU LAHIR) PADA By Ny. A DENGAN
DIAGNOSA MEDIS ASFIIKSIA DI RUANG MAWAR
RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

OLEH :
ASROFA DWISUKMA KURNIA BHAKTI
NIM.202006003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES KARYA HUSADA PARE KEDIRI
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan laporan kasus departemen keperawatan dasar profesi ini

dibuat untuk memenuhi tugas praktik Profesi Ners di RSUD Karya Husada Kediri,

pada tanggal 8 Maret 2021-21 maret 2021 oleh Mahasiswi Keperawatan STIKES

Karya Husada Kediri :

Nama : ASROFA DWISUKMA KURNIA BHAKTI

NIM : 202006003

JUDUL : LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


MATERNITAS (BAYI BARU LAHIR) PADA By Ny. A DENGAN
DIAGNOSA MEDIS ASFIKSIA DI RUANG MAWAR RSUD Dr.
ISKAK TULUNGAGUNG

Mengetahui,

Pembimbing Mahasiswa

Melani Kartika Sari, S.Kep. Ns., M.Kep Asrofa Dwisukma Kurnia Bhakti
NIDN. 07-0301-8702 NIM. 202006003
LEMBAR PERSETUJUAN

MAKALAH

DEPARTEMEN MATERNITAS (BAYI BARU LAHIR)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


MATERNITAS (BAYI BARU LAHIR) PADA By Ny. A DENGAN
DIAGNOSA MEDIS ASFIIKSIA DI RUANG MAWAR
RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

OLEH :

ASROFA DWISUKMA KURNIA BHAKTI


NIM. 202006003

Telah Diuji :

Hari :
Tanggal :
dan dinyatakan lulus oleh :

Pembimbing Penguji

(Melani Kartika Sari, S.Kep. Ns., M.Kep)

Mahasiswa

(Asrofa Dwisukma Kurnia Bhakti)


BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1. Konsep Teori

1.1.1. Pengertian Asfiksia

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat

bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya

disertai dengan keadaan hipoksia dan hiperkapnu serta sering berakhir dengan

asidosis (Marwyah, 2016).

Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan secara

spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir.

Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (asfiksia primer) atau mungkin

dapat bernapas tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir

(asfiksia sekunder) (Fauziah dan Sudarti, 2014).

Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan

dan teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya

hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis.(Fauziah dan Sudarti , 2014).

Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan

dengan sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk

mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang

mungkin timbul. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa faktor

perlu dipertimbangkan dalam menghadapi bayi dengan asfiksia.


1.1.2. Penyebab Asfiksia

Penyebab secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau

pengangkutan O₂ dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau

segera setelah lahir.

Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi (Marwyah 2016) :

1. Faktor ibu

Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.

Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian

analgetika atau anesthesi dalam gangguan kontraksi uterus, hipotensi

mendadak karena pendarahan, hipertensi karena eklamsia, penyakit

jantung dan lain-lain.

2. Faktor plasenta

Yang meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa, plasenta

tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya.

3. Faktor janin dan neonatus

Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher, kompresi tali

pusat antara janin dan jalan lahir, gamelli, IUGR, kelainan kongenital daan

lain-lain.

4. Faktor persalinan

Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain


1.1.3. Patofisiologi Asfiksia

Segera setelah lahir bayi akan menarik napas yang pertama kali (menangis),

pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk resoirasi. Alveoli akan

mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli akan

meninggalkan alveli secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol paru akan

mengembang dan aliran darah ke dalam paru meningkat secara memadai.

Bila janin kekurangan O₂ dan kadar CO₂ bertambah , maka timbullah

rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)

menjadi lambat. Jika kekurangan O₂ terus berlangsung maka nervus vagus

tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah kini rangsangan dari nervu simpatikus

sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan menghilang.

Janin akan mengadakan pernapasan intrauterine dan bila kita periksa

kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus

tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.

Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan yang dalam, denyut

jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan

terlihat lemas. Pernapasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki

periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan

darah dan kadar O₂ dalam darah (PaO₂) terus menurun. Bayi sekarang tidak

dapat bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya

pernapasan secara spontan (Sudarti dan Fauziah 2012).


1.1.4. WOC
1.1.5. Tanda dan Gejala Asfiksia

Tanda dan gejala pada bayi baru lahir dengan asfiksia menurut Sukarni &

Sudarti (2012), antara lain :

1. Tidak bernafas atau napas megap-megap atau pernapasan cepat,

pernapasancuping hidung.

2. Pernapasan tidak teratur atau adanya retraksi dinding dada

3. Tangisan lemah atau merintih

4. Warna kulit pucat atau biru

5. Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai

6. Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia) kurang dari 100 kali

permenit.

Sedangkan, tanda dan gejala bayi baru lahir dengan asfiksia (Sudarti dan

Fauziah 2012) antara lain :

1. Pernapasan cuping hidung

2. Pernapasan cepat

3. Nadi cepat

4. Sianosis

5. Nilai APGAR kurang dari 6


1.1.6. Klasifikasi Asfiksia

Klasifikasi asfiksia menurut Sukarni & Sudarti (2013) adalah :

1. Virgorous baby (Asfiksia ringan)

Apgar skor 7-9, dalam hal ini bayi dianggap sehat, tidak memerlukan

tindakanistimewa.

2. Mild- moderate asphyksia (asfiksia sedang)

APGAR score 4-6

3. Severe asphyksia (asfiksia berat)

APGAR score 0-3

Tabel 2.1 APGAR Score

TANDA Skor
0 1 2

Frekuensi Tidak ada < 100/ menit > 100/ menit


jantung

Usaha bernapas Tidak ada Lambat, tak Menangis kuat


teratur
Ektremitas
Tonus otot Lumpuh Fleksi Gerakan aktif
Tidak ada Gerakan Gerakan
Refleks Sedikit kuat/melawan
Tubuh
Warna kulit Biru/pucat kemerahan, Seluruh tubuh
ekstremitas kemerahan
biru

(Sumber : Sukarni dan Sudarti, 2013).


1.1.7. Komplikasi Asfiksia

Dampak yang akan terjadi jika bayi baru lahir dengan asfiksia tidak di tangani

dengan cepat maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut antara lain: perdarahan

otak, anuragia, dan onoksia, hyperbilirubinemia, kejang sampai koma.

Komplikasi tersebut akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan bahkan

kematian pada bayi (Surasmi, 2013).

1.1.8. Pemeriksaan Diagnostik

Beberapa pemeriksaan diagnostik adanya asfiksia pada bayi (Sudarti dan

Fauziah, 2013 ) yaitu :

1. Pemeriksaan analisa gas darah

2. Pemeriksaan elektrolit darah

3. Berat badan bayi

4. Penilaiaan APGAR Score

5. Pemeriksaan EGC dan CT-Scan

1.1.9. Penatalaksanaan Asfiksia

Penatalaksanaan asfiksia (Surasmi, 2013) adalah :

1. Membersihkan jalan napas dengan pengisapan lendir dan kasa steril

2. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan dengan antiseptic


3. Apabila bayi tidak menangis lakukan sebagai berikut :

a. Rangsangan taktil dengan cara menepuk-nepuk kaki, mengelus-elus

dada, perut dan punggung

b. Bila dengan rangsangan taktil belum menangis lakukan resusitasi

mouthto mouth

c. Pertahankan suhu tubuh agar tidak perburuk keadaan asfiksia dengan

cara : membungkus bayi d engan kain hangat, badan bayi harus dalam

keadaan kering, jangan memandikan bayi dengan air dingin gunakan

minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh bayi, kepala bayi

ditutup dengan baik atau kenakan topi,

4. Apabila nilai APGAR pada menit ke lima sudah baik (7-10) lakukan

perawatan selanjutnya : bersihkan badan bayi, perawatan tali pusat,

pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat, melaksanakan antromentri

dan pengkajian kesehatan, memasang pakaian bayi dan mengenakan

tanda pengenal bayi

1.1.10. Pelaksanaan Resusitasi

Segera setelah bayi baru lahir perlu diidentifikasi atau dikenal secara cepat

supaya bisa dibedakan antara bayi yang perlu diresusitasi atau tidak. Tindakan

ini merupakan langkah awal resusitas bayi baru lahir. Tujuannya supaya

intervensi yang diberikan bisa dilaksanakan secara tepat dan cepat (tidak

terlambat).
1. Membuka jalan nafas

Tujuan : Untuk memastikan terbuka tidaknya jalan nafas.

Metode : Meletakkan bayi pada posisi yang benar: letakkan bayi secara

terlentang atau miring dengan leher agak eksetensi/ tengadah.

Perhatikan leher bayi agar tidak mengalami ekstensi yang

berlebihan atau kurang. Ekstensi karena keduanya akan

menyebabkan udara yang masuk ke paru-paru terhalangi.

Letakkan selimut atau handuk yang digulug dibawah bahu

sehingga terangkat 2-3 cm diatas matras. Apabila cairan/lendir

terdapat banyak dalam mulut, sebaiknya kepala bayi

dimiringkan supaya lendir berkumpul di mulut (tidak

berkumpul di farings bagian belakang) sehingga mudah

disingkirkan.

2. Membersihkan jalan nafas

Apabila air ketuban tidak bercampur mekonium hisap cairan dari mulut

dan hidung, mulut dilakukan terlebih dahulu kemudian hidung. Apabila

air ketuban tercampur mekonium, hanya hisap cairan dari trakea,

sebaiknya menggunakan alat pipa endotrakel (pipa ET).

Urutan kedua metode membuka jalan nafas ini bisa dibalik, penghisapan

terlebih dahulu baru meletakkan bayi dalam posisi yang benar,

pembersihan jalan nafas pada semua bayi yang sudah mengeluarkan

mekoneum, segera setelah lahir (sebelum baru dilahirkan) dilakukan


dengan menggunakan keteter penghisap no 10 F atau lebih. Cara

pembersihannya dengan menghisap mulut, faring dan hidung.

3. Mencegah kehilangan suhu tubuh

Tujuan : Mencegah komplikasi metabolisme akibat kehilangan panas.

Metode : meletakkan bayi terlentang dibawah pemancar panas (Infant

warmer) dengan temperatur untuk bayi aterm 34°C, untuk bayi

preterm 35°C. Tubuh dan kepala bayi dikeringkan dengan

menggunakan handuk dan selimut hangat, keuntungannya bayi

bersih dari air ketuban, mencegah kehilangan suhu tubuh melalui

evaporosi serta dapat pula sebagai pemberian rangsangan taktik

yang dapat menimbulkan atau mempertahankan pernafasan.

Untuk bayi sangat kecil (berat badan kurang dari 1500 gram)

atau apabila suhu ruangan sangat dingin dianjurkan menutup

bayi dengan sehelai plastik tipis yang tembus pandang.

4. Pemberian tindakan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)

Tujuan : untuk membantu bayi baru lahir memulai pernafasan.

Metode : Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar. Agar VTP

efektif kecepatan memompa (Kecepatan Ventilasi dan tekanan

ventilasi harus sesuai, kecepatan ventilasi sebaiknya 40-60

kail/menit. Tekanan ventilasi yang dibutuhkan sebagai berikut :

Nafas pertama setelah lahir membutuhkan 30-40 cm H2O,


setelah nafas pertama membutuhkan 15-20 cm H2O, bayi

dengan kondisi / penyakit paru-paru yang berakibat turunnya

compliance membutuhkan 20-40 cm H2O, tekanan ventilasi

hanya dapat diukur apabila digunakan balon yang mempunyai

pengukur tekanan.

5. Observasi gerak dada bayi

Adanya gerakan dada bayi naik turun merupakan bukti bahwa sungkup

terpasang dengan baik dan paru-paru mengembang. Bayi seperti menarik

nafas dangkal. Apabila dada bergerak maksimum, bayi seperti menarik

nafas panjang, menunjukkan paru-paru terlalu mengembang, yang berarti

tekanan diberikan terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan pneumotorax.

6. Observasi gerak perut bayi

Gerak perut tidak dapat dipakai sebagai pedoman ventilasi yang efektif.

Gerak perut mungkin disebabkan masuknya udara kedalam lambung.

7. Penilaian suara nafas bilatera

Suara nafas didengar dengan menggunakan stetoskop. Adanya suara nafas

di kedua paru-paru merupakan indikasi bahwa bayi mendapat ventilasi

yang benar.

8. Observasi pengembangan dada bayi

Apabila dada terlalu berkembang, kurangi tekanan dengan mengurangi

meremas balon. Apabila dada kurang berkembang, mungkin disebabkan

oleh salah satu sebab berikut : perlekatan sungkup kurang sempurna, arus

udara terhambat dan tidak cukup tekanan.


1.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Maternitas (Bayi Baru Lahir)

1.2.1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian bayi risiko tinggi : Asfiksia menurut Wong, 2008 meliputi :

1. Biodata : nama bayi, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak

keberapa dan identitas orangtua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi

karena berkaitan dengan diagnosa asfiksia neonatorum

2. Keluhan utama : Untuk mengetahui alasan pasien yang dirasakan saat

pemeriksaan (romauli, 2011). Pasien dengan asfiksia memiliki frekuensi

jantung <100 kali/menit atau >100 kali/menit, tonus otot kurang baik,

sianosis/pucat (Ridha, 2014).

3. Riwayat kehamilan dan persalinan : bagaimana proses persalinan apakah

spontan, prematur, aterm, letak bayi dan posisi bayi

4. Kebutuhan dasar : pola nutrisi pada neonatus dengan asfiksia membatasi

intake oral karena organ tubuh terutama lambung belum sempurna, selain

itu bertujuan untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumoni. Pola eliminasi

: umumnya bayi mengalami gangguan BAB karena organ tubuh terutama

pencernaan belum sempurna. Kerbersihan diri : perawat dan keluarga bayi

harus menjaga kebersihan terutama saat BAB dan BAK. Pola tidur :

biasanya terganggu karena bayi sesak napas.

5. Menurut Muslihatun, (2009) Kebiasaan ibu sewaktu hamil :

a. Pola nutrisi : Dikaji untuk mengetahui apa ibu hamil mengalami

gangguan nutrisi atau tidak, pola nutrisi yang perlu dikaji meliputi

frekuensi, kualitas, keluhan, makanan pantangan.


b. Pola eliminasi : Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAK dan

BAB, berkaitan dengan obesitas atau tidak.

c. Pola istirahat : Untuk mengetahui hambatan ibu yang mungkin

muncul jika didapat data yang senjang tentangpemenuhan istirahat.

d. Personal hygiene : Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan, sangat

penting agartidak terkena infeksi.

e. Psikologi budaya : Untuk mengetahui apakah ibu ada pantang

makanan dan kebiasaan selama hamil yang tidak diperbolehkan dalam

adat masyarakat setempat.

f. Perokok dan pemakaian obat-obatan dan alkohol yang mengaibatkan

abortus dan kerusakan.

6. Pemeriksaan menurut (Wildan dan Hidayat, 2008).

a. Pemeriksaan khusus

Dilakukan dengan pemeriksaan APGAR pada menit pertama ke 5 dan

10.

b. Pemeriksaan umum

Pemeriksa ukuran keseluruhan, kepala, badan, ekstremitas, tonus otot,

tingkat aktivitas, warna kulit dan bibir tangis bayi.

c. Pemeriksaan tanda-tanda :

1. Laju nafas 40-60 kali per menit, periksa kesulitanbernapas.

2. Laju jantung 120-160 kali per menit.

3. Suhu normal 36,50C.


d. Pemeriksaan fisik sistematis menurut Indrayani dan Moudy(2013) :

1. Kepala : Pemeriksaan kepala, ubun-ubun (raba adanya cekungan atau

cairan dalam ubun-ubun), sutura (pada perabaan sutura masih

terbuka), molase, periksa hubungan dalam letak dengan mata dan

kepala. Ukur lingkar kepala dimulai dari lingkar skdipito sampai

frontal.

2. Mata : Buka mata bayi dan lihat apakah ada tanda-tanda infeksi atau

pus. Bersihkan kedua mata bayi dengan lidi kapas DTT. Berikan salf

mata kepala.

3. Telinga : Periksa hubungan letak denganmata dan kepala.

4. Hidung dan mulut : Periksa bibir dan langitan umbing,

refleks hisap, dinilai saat bayi menyusui.

5. Leher : Periksa adanya pembesaran kelenjar thyroid.

6. Dada : Periksa bunyi nafas dan detak jantung. Lihat adakah tarikan

dinding dada dan lihat puting susu (simetris atau tidak).

7. Abdomen : Palpasi perut apakah ada kelainan dan keadaan tali pusat.

8. Genetalia : Untuk laki-laki periksa apakah testis sudah turun

kedalam skrotum. Untuk perempuan periksa labia mayor dan minor

apakah vagina berlubang dan uretra berlubang.

9. Punggung : Untuk mengetahui keadaan tulang belakang periksa

reflek dipunggung dengan cara menggoreskan jari kita di

punggung bayi, bayi akanmengikuti gerakan dari doresanjari kita.

10. Anus : Periksa lubang anus bayi.


11. Ekstremitas : Hitung jumlah jari tangan bayi.

12. Kulit : Lihat warna kulit dan bibir setra tanda lahir.

13. Data penunjang

Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam

menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat

memberikan obat yangtepat pula.

14. Penatalaksanaan asfiksia adalah :

a. Darah rutin.

Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari : Hb (normal 15-19

gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun karena O 2

dalam darah sedikit. Leukosit lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3

x 10 gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko

tinggi. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct) Trombosit pada bayi preterm

dengan post asfiksia cenderung turun karena sering terjadi hipoglikemi.

b. Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksia terdiri dari : pH (normal

7,36- 7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik. PCO2

(normal 35- 45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia cenderung

naik sering terjadi hiperapnea. PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2

pada bayi post asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia

progresif. HCO3 (normal 24-28 mEq/L).

c. Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :Natrium

(normal 134- 150 mEq/L) . Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L). Kalsium


(normal 8,1-10,4mEq/L)

d. Foto thorax : Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.


1.3. SDKI, SLKI, SIKI

NO SDKI SLKI SIKI


1. POLA NAFAS TIDAK Dengan dilakukan asuhan keperawatan Managemen Jalan Napas (I.01011)
EFEKTIF (D.0005) 3x24 jam diharapkan pola napas membaik Observasi :
(L.01004), dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
1. Dyspnea menurun usaha napas)
2. Penggunaan otot bantu napas menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan (misal :
3. Pemanjanga fase ekspirasi menurun gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)
4. Frekuensi napas membaik Terapeutik :
5. Kedalaman napas membaik 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Berikan asi
3. Berikan oksigen
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan (ASI)
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika
perlu
2. BERSIHAN JALAN Dengan dilakukan asuhan keperawatan Managemen Jalan Napas (I.01011)
NAPAS TIDAK 3x24 jam diharapkan mempertahankan Observasi :
EFEKTIF (D.0001) jalan napas tetap paten (L.01001), dengan 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
kriteria hasil : usaha napas)
1. Dyspnea menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan (misal :
2. Sianosis menurun gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)
3. Gelisah menurun Terapeutik :
4. Frekuensi napas membaik 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
5. Pola napas membaik 2. Berikan asi
3. Berikan oksigen
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan (ASI)
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika
perlu
3. GANGGUAN Dengan dilakukan asuhan keperawatan Pemantauan Respirasi (I.01014)
PERTUKARAN GAS 3x24 jam diharapkan pertukaran gas Observasi :
(D.0003) meningkat (L.01003), dengan kriteria hasil 1. Monitor frekuensi irama, kedalaman, dan
: upaya napas
1. Dyspnea menurun 2. Monitor pola napas (misal: bradipnea,
2. Bunyi napas tambahan menurun hiperventilasi, kusmaul dll)
3. Gelisah menurun 3. Auskultasi bunyi napas
4. Sianosis membaik 4. Monitor saturasi oksigen
5. Pola napas membaik Terapeutik :
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuasi
kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur dan tujuan pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
4. RISIKO Dengan dilakukan asuhan keperawatan Managemen Hipotermi (I.14507)
HIPOTERMIA 3x24 jam diharapkan termoregulasi Observasi :
(D.0140) neonatus membaik (L.14135), dengan 1. Monitor suhu tubuh
kriteria hasil : 2. Identifikasi penyebab hipotermi (misal:
1. Menggigil menurun terpapar suhu lingkungan rendah, pakaian
2. Dasar kuku sianotik menurun tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan
3. Suhu tubuh meningkat laju metabolisme, kekurangan lemak
4. Suhu kulit meningkat subkutan)
3. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermi
(hipotermi ringan : takipnea, disartia,
menggigil, hipertensi, diuresis, hipotermi
sedang aritmia, hipotensi, apatis,
koagulasi, reflex menurun, hipotermia berat
: oliguria, reflex menghilang, edema paru,
asam basa abnormal)
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan yang hangat 9misal :
suhu ruangan, incubator)
2. Ganti pakaian dan/ atau linen yang basah
3. Lakukan penghangatan pasif (misal :
selimut, menutup kepala, pakaian tebal)
Edukasi :
1. Anjurkan minum ASI
5. RISIKO INFEKSI (D. Dengan dilakukan asuhan keperawatan Perawatan Neonatus ( I.03132)
0142) 3x24 jam diharapkan tingkat infeksi Observasi :
menurun (L.14137), dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi kondisi awal bayi setelah lahir
1. Tanda dan gejala infeksi menurun (misal: kecukupan bulan, air ketuban jernih
2. Kemerahan menurun atau bercampuran meconium, menangis
3. Nyeri menurun spontan, tonus otot)
2. Monitor inisiasi menyusui dini (IMD) segera
setelah bayi lahir
3. Berikan vitamin K 1mg intramuskuler ntuk
mencegah perdarahan
4. Mandikan selama 5-10 menit, minimalkan
sekali sehari
5. Mandikan dengan air hangat (36-37˚C)
6. Gunakan sabun yang mengandung
provitamin B5
7. Rawat tali pusat secara terbuka (tidak
dibungkus)
8. Bersihkan tali pusat dengan air steril aau air
matang
9. Kenakan pakaian dari bahan katun
10. Selimuti untuk mempertahankan
kehangata atau mencegah hipotermia
11. Ganti popok segera ungkin
Edukasi :
1. Anjurkan tidak membubuhi apapun pada
tali pusat
2. Anjurkan ibu menyusui bayi setiap 2 jam
3. Anjurkan menyendawakan bayi setelah
disusui
4. Anjurkan ibu mencuci tangan sebelum
menyentuh bayi

Managemen Imunisasi/Vaksinasi (I.14508)


Observasi :
1. Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat
alergi
2. Identifikasi kontraindikasi pemberian
imunisasi (misal : reaksi anafilaksis terhadap
vaksin sebelumnya dan atau sakit parah
dengan atau tanpa demam)
3. Identifikasi status imunisasi setiap
kunjungan ke pelayanan kesehatan
Terapeutik :
1. Berikan suntikan pada bayi di bagian paha
anterolateral
2. Dokumentasikan informasi vaksinasi 9misal
: nama produsen, tanggal kedaluarsa)
3. Jelaskan imunisasi pada interval waktu yang
tepat
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang
terjadi, jadwal, dan efek samping
2. Informasikan yang diwajibkan pemeritah
(misal : hepatitis B, BCG, Difteri, Tetanus
Pertusis, H.Influenza, Polio, Campak,
Measles, Rubela)
3. Informasi vaksinasi untuk kejadian khusus
(misal : rabies, tetanus)
4. Informasi penundaan pemberian imunisasi
tidak berarti mengulang jadwal imunisasi
kembali
5. Informasikan penyedia layanan pecan
imunisasi nasional yang menyediakan
vaksin gratis
6. GANGGUAN PROSES Dengan dilakukan asuhan keperawatan Dukungan Koping Keluarga (I.09260)
KELARGA (D.0120) 3x24 jam diharapkan tingkat infeksi Observasi :
menurun (L.14137), dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi respon emosional terhadap
1. Adaptasi keluarga terhadap situasi kondisi saa ini
meningkat 2. Identifikasi pemahaman terhadap keputusan
2. Kemampuan keluarga berkomunikasi perawatan setelah pulang
secara terbuka diantara anggota 3. Idenifikasi kesesuaian antara pasien,
keluarga meningkat keluarga, dan tenaga kesehatan
Terapeutik :
1. Dengarkan masalah, perasaan dan
pertanyaan keluaga
2. Diskusi rencana medis dan perawatan

1.4. Implementasi Keperawatan

Merupakan pengelolaan dari perwujudan intervensi meliputi kegiatan yaitu validasi, rencana keperawatan,

mendokumentasikan rencana, memberikan askep dalampengumpulan data, serta melaksanakan adusa dokter dan ketentuan

RS (wijaya & Putri, 2013).

1.5. Evaluasi Keperawatan

Merupakan tahap akhir dan suatu proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan rencana tentang

kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga

kesehatan (wijaya & Putri, 2013).


RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Klien : By Ny.A No Rekam Medis : 11254 Hari Rawat Ke :1

NO SDKI SLKI SIKI

1. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005) Dengan dilakukan asuhan keperawatan Managemen Jalan Napas (I.01011)
3x24 jam diharapkan pola napas Observasi :
membaik (L.01004), dengan kriteria 1. Monitor pola napas (frekuensi,
hasil : kedalaman, usaha napas)
1. Dyspnea menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan
2. Penggunaan otot bantu napas (misal : gurgling, mengi, wheezing,
menurun ronchi kering)
3. Pemanjanga fase ekspirasi Terapeutik :
menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
4. Frekuensi napas membaik 2. Berikan asi
5. Kedalaman napas membaik 3. Berikan oksigen
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan (ASI)
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, jika perlu
2. Risiko Hipotermia (D.0140) Dengan dilakukan asuhan keperawatan Managemen Hipotermi (I.14507)
3x24 jam diharapkan termoregulasi Observasi :
neonatus membaik (L.14135), dengan 1. Monitor suhu tubuh
kriteria hasil : 2. Identifikasi penyebab hipotermi
1. Menggigil menurun (misal: terpapar suhu lingkungan
2. Dasar kuku sianotik menurun rendah, pakaian tipis, kerusakan
3. Suhu tubuh meningkat hipotalamus, penurunan laju
4. Suhu kulit meningkat metabolisme, kekurangan lemak
subkutan)
3. Monitor tanda dan gejala akibat
hipotermi (hipotermi ringan :
takipnea, disartia, menggigil,
hipertensi, diuresis, hipotermi
sedang aritmia, hipotensi, apatis,
koagulasi, reflex menurun,
hipotermia berat : oliguria, reflex
menghilang, edema paru, asam
basa abnormal)
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan yang hangat
9misal : suhu ruangan, incubator)
2. Ganti pakaian dan/ atau linen yang
basah
3. Lakukan penghangatan pasif (misal
: selimut, menutup kepala, pakaian
tebal)
Edukasi :
1. Anjurkan minum ASI
3. Risiko Infeksi D.0142) Dengan dilakukan asuhan keperawatan Perawatan Neonatus ( I.03132)
3x24 jam diharapkan tingkat infeksi Observasi :
menurun (L.14137), dengan kriteria 1. Identifikasi kondisi awal bayi
hasil : setelah lahir (misal: kecukupan
1. Tanda dan gejala infeksi menurun bulan, air ketuban jernih atau
2. Kemerahan menurun bercampuran meconium, menangis
3. Nyeri menurun spontan, tonus otot)
2. Monitor inisiasi menyusui dini
(IMD) segera setelah bayi lahir
3. Berikan vitamin K 1mg
intramuskuler ntuk mencegah
perdarahan
4. Mandikan selama 5-10 menit,
minimalkan sekali sehari
5. Mandikan dengan air hangat (36-
37˚C)
6. Gunakan sabun yang mengandung
provitamin B5
7. Rawat tali pusat secara terbuka
(tidak dibungkus)
8. Bersihkan tali pusat dengan air
steril aau air matang
9. Kenakan pakaian dari bahan katun
10. Selimuti untuk
mempertahankan kehangata atau
mencegah hipotermia
11. Ganti popok segera ungkin
Edukasi :
1. Anjurkan tidak membubuhi apapun
pada tali pusat
2. Anjurkan ibu menyusui bayi setiap
2 jam
3. Anjurkan menyendawakan bayi
setelah disusui
4. Anjurkan ibu mencuci tangan
sebelum menyentuh bayi
Managemen Imunisasi/Vaksinasi
(I.14508)
Observasi :
1. Identifikasi riwayat kesehatan dan
riwayat alergi
2. Identifikasi kontraindikasi
pemberian imunisasi (misal : reaksi
anafilaksis terhadap vaksin
sebelumnya dan atau sakit parah
dengan atau tanpa demam)
3. Identifikasi status imunisasi setiap
kunjungan ke pelayanan kesehatan
Terapeutik :
1. Berikan suntikan pada bayi di
bagian paha anterolateral
2. Dokumentasikan informasi
vaksinasi 9misal : nama produsen,
tanggal kedaluarsa)
3. Jelaskan imunisasi pada interval
waktu yang tepat
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi
yang terjadi, jadwal, dan efek
samping
2. Informasikan yang diwajibkan
pemeritah (misal : hepatitis B,
BCG, Difteri, Tetanus Pertusis,
H.Influenza, Polio, Campak,
Measles, Rubela)
3. Informasi vaksinasi untuk kejadian
khusus (misal : rabies, tetanus)
4. Informasi penundaan pemberian
imunisasi tidak berarti mengulang
jadwal imunisasi kembali
5. Informasikan penyedia layanan
pecan imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : By Ny.A No Rekam Medis : 11254 Hari Rawat Ke :1

NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI KEPERAWATAN


PENGKAJIAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. 09 Maret 2021 Pola Napas Tidak Managemen Jalan Napas (I.01011) S:-
Efektif (D.0005) Observasi : O : 1. K/U lemah
1. Memonitor pola napas 1. Kesadaran composmentis
(frekuensi, kedalaman, usaha 2. Dysnea
napas) 3. Terdapat suara tambahan (ronchi)
2. Memonitor bunyi napas 4. Ada pernafasan cuping hidung
tambahan (misal : gurgling, 5. Terdapat otot bantu napas
mengi, wheezing, ronchi kering) 6. Irama napas tidak teratur
Terapeutik : A : Masalah pola napas tidak efektif belum
1. Mempertahankan kepatenan teratasi
jalan napas P : Intervensi di lanjutkan
2. Memberikan asi 1. Memonitor pola napas (frekuensi,
3. Memberikan oksigen kedalaman, usaha napas)
Edukasi : 2. Memonitor bunyi napas tambahan
1. Menganjurkan asupan cairan (misal : gurgling, mengi, wheezing,
(ASI) ronchi kering)
Kolaborasi : 3. Mempertahankan kepatenan jalan
1. Mengkolaborasi pemberian napas
bronkodilator, jika perlu 4. Memberikan asi
5. Memberikan oksigen
2. 09 Maret 2021 Risiko Hipotermia Managemen Hipotermi (I.14507) S:-
(D.0140) Observasi : O : 1. Bayi menggigil
1. Memonitor suhu tubuh 1. Akral dingin
2. Mengidentifikasi penyebab 2. Kuku dan bibir sianosis
hipotermi (misal: terpapar 3. Suhu dibawah normal
suhu lingkungan rendah, 4. TTV : N : 178x/menit
pakaian tipis, kerusakan RR : 68x/menit
hipotalamus, penurunan laju S : 35,4˚C
metabolisme, kekurangan A : Masalah risiko hipotemia belum
lemak subkutan) teratasi
3. Memonitor tanda dan gejala P : Intervensi dilanjutkan
akibat hipotermi (hipotermi 1. Memonitor suhu tubuh
ringan : takipnea, disartia, 2. Mengidentifikasi penyebab
menggigil, hipertensi, diuresis, hipotermi (misal: terpapar suhu
hipotermi sedang aritmia, lingkungan rendah, pakaian tipis,
hipotensi, apatis, koagulasi, kerusakan hipotalamus,
reflex menurun, hipotermia penurunan laju metabolisme,
berat : oliguria, reflex kekurangan lemak subkutan)
menghilang, edema paru, asam 3. Memonitor tanda dan gejala
basa abnormal) akibat hipotermi (hipotermi
Terapeutik : ringan : takipnea, disartia,
1. Menyediakan lingkungan yang menggigil, hipertensi, diuresis,
hangat (misal : suhu ruangan, hipotermi sedang aritmia,
incubator) hipotensi, apatis, koagulasi, reflex
2. Mengganti pakaian dan/ atau menurun, hipotermia berat :
linen yang basah oliguria, reflex menghilang,
3. Melakukan penghangatan pasif edema paru, asam basa abnormal)
(misal : selimut, menutup 4. Menyediakan lingkungan yang
kepala, pakaian tebal) hangat (misal : suhu ruangan,
Edukasi : incubator)
1. Menganjurkan minum ASI 5. Mengganti pakaian dan/ atau
linen yang basah
6. Melakukan penghangatan pasif
(misal : selimut, menutup kepala,
pakaian tebal)
7. Menganjurkan minum ASI
3. 09 Maret 2021 Risiko Infeksi (D.0142) Perawatan Neonatus ( I.03132) S:-
Observasi : O : 1. Tali pusat masih basah
1. Mengidentifikasi kondisi awal A : Masalah risiko infeksi belum teratasi
bayi setelah lahir (misal: P : Intervensi dilanjutkan
kecukupan bulan, air ketuban Observasi :
jernih atau bercampuran 1. Merawat tali pusat secara terbuka
meconium, menangis spontan, (tidak dibungkus)
tonus otot) 2. Membersihkan tali pusat dengan air
2. Memonitor inisiasi menyusui steril atau air matang
dini (IMD) segera setelah bayi Edukasi :
lahir 1. Menganjurkan tidak membubuhi
3. Memberikan vitamin K 1mg apapun pada tali pusat
intramuskuler ntuk mencegah
perdarahan
4. Memandikan selama 5-10
menit, minimalkan sekali sehari
5. Memandikan dengan air hangat
(36-37˚C)
6. Menggunakan sabun yang
mengandung provitamin B5
7. Merawat tali pusat secara
terbuka (tidak dibungkus)
8. Membersihkan tali pusat dengan
air steril aau air matang
9. Mengenakan pakaian dari bahan
katun
10. Menselimuti untuk
mempertahankan kehangata atau
mencegah hipotermia
11. Mengganti popok segera
ungkin
Edukasi :
1. Menganjurkan tidak
membubuhi apapun pada tali
pusat
2. Menganjurkan ibu menyusui
bayi setiap 2 jam
3. Meganjurkan menyendawakan
bayi setelah disusui
4. Anjurkan ibu mencuci tangan
sebelum menyentuh bayi

Managemen Imunisasi/Vaksinasi
(I.14508)
Observasi :
1. Mengidentifikasi riwayat
kesehatan dan riwayat alergi
2. Mengidentifikasi kontraindikasi
pemberian imunisasi (misal :
reaksi anafilaksis terhadap
vaksin sebelumnya dan atau
sakit parah dengan atau tanpa
demam)
3. Mengidentifikasi status
imunisasi setiap kunjungan ke
pelayanan kesehatan
Terapeutik :
1. Memberikan suntikan pada bayi
di bagian paha anterolateral
2. Mendokumentasikan informasi
vaksinasi 9misal : nama
produsen, tanggal kedaluarsa)
3. Menjelaskan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi :
1. Menjelaskan tujuan, manfaat,
reaksi yang terjadi, jadwal, dan
efek samping
2. Menginformasikan yang
diwajibkan pemeritah (misal :
hepatitis B, BCG, Difteri,
Tetanus Pertusis, H.Influenza,
Polio, Campak, Measles,
Rubela)
3. Menginformasi vaksinasi untuk
kejadian khusus (misal : rabies,
tetanus)
4. Menginformasi penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
5. Menginformasikan penyedia
layanan pecan imunisasi
nasional yang menyediakan
vaksin gratis
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : By Ny.A No Rekam Medis : 11254 Hari Rawat Ke :2

NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI KEPERAWATAN


PENGKAJIAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. 10 Maret 2021 Pola Napas Tidak Managemen Jalan Napas (I.01011) S:-
Efektif (D.0005) Observasi : O : 1. K/U cukup
1. Memonitor pola napas 2. Kesadaran composmentis
(frekuensi, kedalaman, usaha 3. Dysnea menurun
napas) 4. Terdapat suara tambahan (ronchi)
2. Memonitor bunyi napas 5. Ada pernafasan cuping hidung
tambahan (misal : gurgling, 6. Terdapat otot bantu napas
mengi, wheezing, ronchi kering) 7. Irama napas tidak teratur
Terapeutik : A : Masalah pola napas tidak efektif
1. Mempertahankan kepatenan teratasi sebagian
jalan napas P : Intervensi di lanjutkan
2. Memberikan asi 1. Memonitor pola napas (frekuensi,
3. Memberikan oksigen kedalaman, usaha napas)
Edukasi : 2. Memonitor bunyi napas tambahan
1. Menganjurkan asupan cairan (misal : gurgling, mengi, wheezing,
(ASI) ronchi kering)
Kolaborasi : 3. Mempertahankan kepatenan jalan
1. Mengkolaborasi pemberian napas
bronkodilator, jika perlu 4. Memberikan asi
5. Memberikan oksigen
2. 10 Maret 2021 Risiko Hipotermia Managemen Hipotermi (I.14507) S:-
(D.0140) Observasi : O : 1. Bayi tidak menggigil
1. Memonitor suhu tubuh 2. Akral dingin
2. Mengidentifikasi penyebab 3. Kuku dan bibir sianosis menurun
hipotermi (misal: terpapar 4. Suhu dibawah normal
suhu lingkungan rendah, 5. TTV : N : 168x/menit
pakaian tipis, kerusakan RR : 64 x/menit
hipotalamus, penurunan laju S : 35,8˚C
metabolisme, kekurangan A : Masalah risiko hipotemia teratasi
lemak subkutan) sebagian
3. Memonitor tanda dan gejala P : Intervensi dilanjutkan
akibat hipotermi (hipotermi 1. Memonitor suhu tubuh
ringan : takipnea, disartia, 2. Mengidentifikasi penyebab
menggigil, hipertensi, diuresis, hipotermi (misal: terpapar suhu
hipotermi sedang aritmia, lingkungan rendah, pakaian tipis,
hipotensi, apatis, koagulasi, kerusakan hipotalamus,
reflex menurun, hipotermia penurunan laju metabolisme,
berat : oliguria, reflex kekurangan lemak subkutan)
menghilang, edema paru, asam 3. Memonitor tanda dan gejala
basa abnormal) akibat hipotermi (hipotermi
Terapeutik : ringan : takipnea, disartia,
4. Menyediakan lingkungan yang menggigil, hipertensi, diuresis,
hangat (misal : suhu ruangan, hipotermi sedang aritmia,
incubator) hipotensi, apatis, koagulasi, reflex
5. Mengganti pakaian dan/ atau menurun, hipotermia berat :
linen yang basah oliguria, reflex menghilang,
6. Melakukan penghangatan pasif edema paru, asam basa abnormal)
(misal : selimut, menutup 4. Menyediakan lingkungan yang
kepala, pakaian tebal) hangat (misal : suhu ruangan,
Edukasi : incubator)
2. Menganjurkan minum ASI 5. Mengganti pakaian dan/ atau
linen yang basah
6. Melakukan penghangatan pasif
(misal : selimut, menutup kepala,
pakaian tebal)
7. Menganjurkan minum ASI
3. 09 Maret 2021 Risiko Infeksi (D.0142) Perawatan Neonatus ( I.03132) S:-
Observasi : O : 1. Tali pusat masih basah
1. Mengidentifikasi kondisi awal A : Masalah risiko infeksi teratasi sebagian
bayi setelah lahir (misal: P : Intervensi dilanjutkan
kecukupan bulan, air ketuban 1. Merawat tali pusat secara terbuka
jernih atau bercampuran (tidak dibungkus)
meconium, menangis spontan, 2. Membersihkan tali pusat dengan air
tonus otot) steril atau air matang
2. Memonitor inisiasi menyusui 3. Menganjurkan tidak membubuhi
dini (IMD) segera setelah bayi apapun pada tali pusat
lahir
3. Memberikan vitamin K 1mg
intramuskuler ntuk mencegah
perdarahan
4. Memandikan selama 5-10
menit, minimalkan sekali sehari
5. Memandikan dengan air hangat
(36-37˚C)
6. Menggunakan sabun yang
mengandung provitamin B5
7. Merawat tali pusat secara
terbuka (tidak dibungkus)
8. Membersihkan tali pusat dengan
air steril aau air matang
9. Mengenakan pakaian dari bahan
katun
10. Menselimuti untuk
mempertahankan kehangata atau
mencegah hipotermia
11. Mengganti popok segera
ungkin
Edukasi :
1. Menganjurkan tidak
membubuhi apapun pada tali
pusat
2. Menganjurkan ibu menyusui
bayi setiap 2 jam
3. Meganjurkan menyendawakan
bayi setelah disusui
4. Anjurkan ibu mencuci tangan
sebelum menyentuh bayi

Managemen Imunisasi/Vaksinasi
(I.14508)
Observasi :
1. Mengidentifikasi riwayat
kesehatan dan riwayat alergi
2. Mengidentifikasi kontraindikasi
pemberian imunisasi (misal :
reaksi anafilaksis terhadap
vaksin sebelumnya dan atau
sakit parah dengan atau tanpa
demam)
3. Mengidentifikasi status
imunisasi setiap kunjungan ke
pelayanan kesehatan
Terapeutik :
1. Memberikan suntikan pada bayi
di bagian paha anterolateral
2. Mendokumentasikan informasi
vaksinasi 9misal : nama
produsen, tanggal kedaluarsa)
3. Menjelaskan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi :
1. Menjelaskan tujuan, manfaat,
reaksi yang terjadi, jadwal, dan
efek samping
2. Menginformasikan yang
diwajibkan pemeritah (misal :
hepatitis B, BCG, Difteri,
Tetanus Pertusis, H.Influenza,
Polio, Campak, Measles,
Rubela)
3. Menginformasi vaksinasi untuk
kejadian khusus (misal : rabies,
tetanus)
4. Menginformasi penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
5. Menginformasikan penyedia
layanan pecan imunisasi
nasional yang menyediakan
vaksin gratis
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : By Ny.A No Rekam Medis : 11254 Hari Rawat Ke :3

NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI KEPERAWATAN


PENGKAJIAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. 11 Maret 2021 Pola Napas Tidak Managemen Jalan Napas (I.01011) S:-
Efektif (D.0005) Observasi : O : 1. K/U baik
1. Memonitor pola napas 8. Kesadaran composmentis
(frekuensi, kedalaman, usaha 9. Dysnea menurun
napas) 10. Tdak tterdapat suara tambahan
2. Memonitor bunyi napas (ronchi)
tambahan (misal : gurgling, 11. Tidak ada pernafasan cuping
mengi, wheezing, ronchi kering) hidung
Terapeutik : 12. Tidak terdapat otot bantu napas
1. Mempertahankan kepatenan 13. Irama napas teratur
jalan napas A : Masalah pola napas tidak efektif
2. Memberikan asi teratasi
3. Memberikan oksigen P : Intervensi dihentikan
Edukasi :
1. Menganjurkan asupan cairan
(ASI)
Kolaborasi :
1. Mengkolaborasi pemberian
bronkodilator, jika perlu
2. 11 Maret 2021 Risiko Hipotermia Managemen Hipotermi (I.14507) S:-
(D.0140) Observasi : O : 1. Bayi tidak menggigil
1. Memonitor suhu tubuh 2. Akral hangat
2. Mengidentifikasi penyebab 3. Kuku dan bibir tidak sianosis
hipotermi (misal: terpapar 4. Suhu normal
suhu lingkungan rendah, 5. TTV : N : 156 x/menit
pakaian tipis, kerusakan RR : 58 x/menit
hipotalamus, penurunan laju S : 36,3˚C
metabolisme, kekurangan A : Masalah risiko hipotemia teratasi
lemak subkutan) P : Intervensi dihentikan
3. Memonitor tanda dan gejala
akibat hipotermi (hipotermi
ringan : takipnea, disartia,
menggigil, hipertensi, diuresis,
hipotermi sedang aritmia,
hipotensi, apatis, koagulasi,
reflex menurun, hipotermia
berat : oliguria, reflex
menghilang, edema paru, asam
basa abnormal)
Terapeutik :
1. Menyediakan lingkungan yang
hangat (misal : suhu ruangan,
incubator)
2. Mengganti pakaian dan/ atau
linen yang basah
3. Melakukan penghangatan pasif
(misal : selimut, menutup
kepala, pakaian tebal)
Edukasi :
1. Menganjurkan minum ASI
3. 09 Maret 2021 Risiko Infeksi (D.0142) Perawatan Neonatus ( I.03132) S:-
Observasi : O : 1. Tali pusat masih basah
1. Mengidentifikasi kondisi awal A : Masalah risiko infeksi teratasi sebagian
bayi setelah lahir (misal: P : Intervensi dilanjutkan
kecukupan bulan, air ketuban 1. Merawat tali pusat secara terbuka
jernih atau bercampuran (tidak dibungkus)
meconium, menangis spontan, 2. Membersihkan tali pusat dengan air
tonus otot) steril atau air matang
2. Memonitor inisiasi menyusui 3. Menganjurkan tidak membubuhi
dini (IMD) segera setelah bayi apapun pada tali pusat
lahir
3. Memberikan vitamin K 1mg
intramuskuler ntuk mencegah
perdarahan
4. Memandikan selama 5-10
menit, minimalkan sekali sehari
5. Memandikan dengan air hangat
(36-37˚C)
6. Menggunakan sabun yang
mengandung provitamin B5
7. Merawat tali pusat secara
terbuka (tidak dibungkus)
8. Membersihkan tali pusat dengan
air steril aau air matang
9. Mengenakan pakaian dari bahan
katun
10. Menselimuti untuk
mempertahankan kehangata atau
mencegah hipotermia
11. Mengganti popok segera
ungkin
Edukasi :
1. Menganjurkan tidak
membubuhi apapun pada tali
pusat
2. Menganjurkan ibu menyusui
bayi setiap 2 jam
3. Meganjurkan menyendawakan
bayi setelah disusui
4. Anjurkan ibu mencuci tangan
sebelum menyentuh bayi

Managemen Imunisasi/Vaksinasi
(I.14508)
Observasi :
1. Mengidentifikasi riwayat
kesehatan dan riwayat alergi
2. Mengidentifikasi kontraindikasi
pemberian imunisasi (misal :
reaksi anafilaksis terhadap
vaksin sebelumnya dan atau
sakit parah dengan atau tanpa
demam)
3. Mengidentifikasi status
imunisasi setiap kunjungan ke
pelayanan kesehatan
Terapeutik :
4. Memberikan suntikan pada bayi
di bagian paha anterolateral
5. Mendokumentasikan informasi
vaksinasi 9misal : nama
produsen, tanggal kedaluarsa)
6. Menjelaskan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi :
1. Menjelaskan tujuan, manfaat,
reaksi yang terjadi, jadwal, dan
efek samping
2. Menginformasikan yang
diwajibkan pemeritah (misal :
hepatitis B, BCG, Difteri,
Tetanus Pertusis, H.Influenza,
Polio, Campak, Measles,
Rubela)
3. Menginformasi vaksinasi untuk
kejadian khusus (misal : rabies,
tetanus)
4. Menginformasi penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
5. Menginformasikan penyedia
layanan pecan imunisasi
nasional yang menyediakan
vaksin gratis
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MANAGEMEN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
Pengertian Managemen asfiksia pada BBL adalah penatalaksanaan keadaan bayi yang tidak bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah managemen asfiksia pada BBL
Referensi Buku acuan APN Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2008.
Buku Acuan Managemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Alat dan Bahan 1. Kain 3 buah (untuk mengeringkan, membungkus, dan mengganjal bahu)
2. Alat penghisap
3. Tabung dan sungkup
4. Sarung tangan
5. Kotak alat resusitasi
6. Jam dan lembar dokumentasi
Prosedur 1. Bayi lahir lakukan penilaian sambil meletakkan dan menyelimuti bayi diatas perut ibu atau dekat
perineum
a. Apaka bayi cukup bulan ?
b. Apakah ketban jernih, tidak bercampur meconium?
c. Apakah bayi bernafas dan menangis ?
d. Apakah bayi aktif ?
2. Bila ya dilakukan asuhan bayi normal, jika salah satu tidak lakukan langkah awal :
a. Jaga bayi tetap hangat
b. Atur posisi bayi
c. Hisap lender
d. Keringkan dan rangsang taktil
e. Reposisi
3. Bayi bernafas normal lakukan asuhan pasca resusitasi
4. Bayi tidak bernafas/megap-megap, lakukan ventilasi :
a. Pasang sungkup dan perhatikan lekatan
b. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air raksa
c. Bila dada mengembang lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 30 cm selama 30 detik
5. Nilai pernafasan
Bila bayi tidak bernafas/bernafas megap-megap
a. Ulangi ventilasi 20 kali selama 30 detik
b. Hentikan ventilasi dan nilai kembali nafas tiap 30 detik
c. Bila bayi tidak bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi siapkan rujukan
Bila tidak mau dirujuk dan tidak berhasil
a. Sesudah 10 menit pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi
b. Lakukan konseling
c. Pencatatan dan dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai