Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Jiwa. HB. Saanin Padang yang

berlokasi di Jln. Raya Ulu Gadut Kelurahan Limau Manis Selatan kecamatan

Pauh, merupakan satu satunya RS jiwa rujukan yang ada di Sumatera Barat.

Pengumpulan data dimulai 12 Juni – 2 Juli 2011 di 6 ruangan rawat inap

dengan jumlah sampel 53 responden.

Dalam periode penyebaran kuesioner peneliti menemui sedikit

kendala karena pada bulan Juli terjadi mutasi Kepala Ruangan dan beberapa

perawat, untuk itu peneliti menghentikan penelitian sementara selama 2

minggu hingga kondisi stabil kembali.

2. Karakteristik Responden

Karasteristik responden menurut umur, jenis kelamin, pendidikan

terakhir, suku dan pernah mengikuti pelatihan komunikasi terapeutik yang

dilakukan di Rumah Sakit Jiwa. HB. Saanin Padang ditampilkan pada Tabel

4.1
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan
Terakhir, Suku Dan Pelatihan Komunikasi Terapeutik Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Jiwa. HB. Saanin Padang Tahun 2011

Karakteristik
No Kategori N %
Responden
1 Umur 20 – 30 th 23 43,3
31 – 40 th 26 49,2
>41 th 4 7,5
Jumlah 53 100
2 Jenis Kelamin Laki – laki 4 7,5
Perempuan 49 92,5
Jumlah 53 100
3 Pendidikan Terakhir DIII 45 84,9
S1 8 15,1
Jumlah 53 100
4 Suku Minang 51 96,2
Batak 2 3,8
Jumlah 53 100
5 Pelatihan Komunikasi Ada 39 73,6
Terapeutik Tidak 14 26,4
Jumlah 53 100

Karasteristik responden berdasarkan umur didapatkan dari 53

responden ditemui 23 perawat dalam rentang 20 – 30 thn, 26 perawat dalam

rentang 31 – 40 thn, 4 responden dalam rentang >41 thn. berdasarkan jenis

kelamin ditemui 4 perawat laki- laki dan 49 perawat perempuan. berdasarkan

pendidikan terakhir ditemui 45 perawat DIII dan 8 perawat S1. berdasarkan

suku ditemui 51 perawat bersuku minang dan 2 perawat bersuku batak

sedangkan berdasarkan Pelatihan komunikasi terapeutik ditemui 39 perawat

ada mengikuti pelatihan komunikasi terapeutik dan 14 perawat tidak

mengikuti pelatihan komunikasi terapeutik


3. Analisa Univariat

a. Perilaku Caring Perawat

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku Caring
Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa.
Hb. Saanin Padang Tahun 2011

No Perilaku Caring Perawat Frekuensi Persentase (%)


1 Kurang Baik 23 43,4
2 Baik 30 56,6
3 Total 53 100

Berdasarkan Tabel 4.2 hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak

30 responden atau lebih dari separoh (56,6 %) menerapkan perilaku caring

dengan kategori baik

b. Komunikasi Terapeutik

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pelaksanaan Komunikasi
Terapeutik Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa.
Hb. Saanin Padang Tahun 2011

Pelaksanaan Komunikasi
No Frekuensi Persentase (%)
Terapeutik
1 Baik 25 47,2
2 Kurang baik 28 52,8
3 Total 53 100

Berdasarkan Tabel 4.3 hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak

28 responden atau lebih dari separoh (52,8 %) melakukan komunikasi

terapeutik dengan kategori baik.


4. Analisa Bivariat Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan

Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik

Analisa bivariat bertujuan untuk melihat hubungan dua variabel,

meliputi variabel independen yaitu Perilaku Caring perawat dengan variabel

dependen yaitu Pelaksanaan komunikasi terapeutik di RSJ. HB. Saanin

Padang.

Tabel 4. 4
Distribusi Frekuensi Perilaku Caring Perawat dengan Pelaksanaan
Komunikasi Terapeutik Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa. HB.
Saanin Padang Tahun 2011

Pelaksanaan Komunikasi
Perilaku Terapeutik Total
Caring P-Value
Baik Kurang Baik
Perawat
F % F % F %
Baik 26 86,7 4 13,3 30 100
Kurang Baik 2 8,7 21 91,3 23 100 0,000
Total 28,0 52,8 25,0 47,2 53 100

Berdasarkan Tabel 4. 4 hasil penelitian menunjukkan dari 30

responden dengan perilaku caring baik sebesar 86,7 % pelaksanaan

komunikasi terapeutik kategori baik. Sedangkan 23 responden perilaku

caring kurang baik sebesar 8,7 % pelaksanaan komunikasi terapeutik kategori

baik.

Hasil uji statistik dengan Chi-Square diperoleh nilai p= 0,000 yang

menunjukkan ada hubungan bermakna antara perilaku caring perawat dengan

pelaksanaan komunikasi terapeutik di ruang rawat inap RS Jiwa HB Saanin

Padang Tahun 2011.


B. Pembahasan

1. Analisa Univariat

a. Perilaku Caring Perawat

Hasil penelitian pada tabel 4.2 didapatkan data bahwa sebanyak 30

perawat pelaksana atau lebih dari separuh (56,6%) menerapkan perilaku

caring dalam kategori baik

Penelitian ini sejalan Hasil penelitian Rahayu (2001) dalam

penelitiannya tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan sikap Caring

perawat yang dipersepsikan perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUP

Persahabatan Jakarta, menemukan bahwa 51,8% perawat bersikap Caring dan

48,1% bersikap kurang Caring.

Caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik

keperawatan, Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk berdediksi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, dan perasaan

cinta atau menyayangi. Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of

Human Care, mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan

transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk

meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian

mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.

Lebih lanjut Mayehoff memandang caring sebagai suatu proses yang

berorientasi pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan

mengaktualisasikan diri. Mayehoff juga memperkenalkan sifat-sifat caring


seperti sabar, jujur, rendah hati. Sedangkan Sobel mendefinisikan caring

sebagai suatu rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain. Artinya

memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan

bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan berperasaan. Caring sebagai

suatu moral imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari

orang-orang yang bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan

pasien, yang mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai

seorang manusia, bukan malah melakukan tindakan amoral pada saat

melakukan tugas pendampingan perawatan. Caring juga sebagai suatu affect

yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati

terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan

keperawatan bagi pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus ada

dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien

Menurut peneliti, Caring bukan semata-mata perilaku, Caring juga

didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan

memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan

klien. Semua perawat di Rumah Sakit Jiwa. HB. Saanin. Padang memanggil

nama klien dengan hormat, dan dengan panggilan yang disenangi,

mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien, mengenalkan diri pada saat

kontak awal dengan klien, Mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien,

Memberikan motivasi untuk tidak putus harapan dalam pengobatan dan

perawatan. Namun pada faktor karatif ke 9 tentang eksistensi fenomenal dan

spiritual penyembuhan tidak semua perawat yang mengijinkan klien dan


keluarga untuk melakukan terapi alternative sesuai pilihannya sehingga hal

ini dapat menyebabkan penurunan kepercayaan klien, hendaknya perawat

juga menjelaskan alasan kenapa keinginan klien untuk melakukan alternatif

lain tidak diijinkan agar klien tidak merasa tidak dipercayai oleh perawat.

Pada faktor karatif ke 8 tentang menciptakan lingkungan fisik, mental,

sosiokultural, spiritual yang mendukung tidak semua perawat yang

menyetujui keinginan klien untuk bertemu atau mendatangkan ulama agama

klien sehingga menyebabkan klien kehilangan kepercayaan terhadap sang

pencipta, hendaknya perawat juga menghargai agama klien.

b. Penerapan Komunikasi Terapeutik

Hasil penelitian pada tabel 4. 3 didapatkan data bahwa sebanyak 28

perawat pelaksana atau lebih dari separuh (52,8%) menerapkan komunikasi

terapeutik dengan kategori baik.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Andi Wicaksono (2010) dalam karya ilmiahnya yang berjudul ” Gambaran

Komunikasi Terapeutik Perawat Di Rumah Sakit Khusus Anak 45

Yogyakarta”, bahwa sebanyak 12 orang atau 60% sering melakukan

komunikasi terapeutik pada klien. Hal ini menunjukkan bahwa proses

komunikasi antara perawat dan klien di Rumah Sakit Khusus Anak 45

Yogyakarta telah menggunakan komunikasi terapeutik.

Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari

penyembuhan (Hornby dalam Nurjannah, 2005). Maka di sini diartikan


bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi

prosespenyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu sendiri adalah

komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu

penyembuhan/ pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan

komunikasi profesional bagi perawat.

Menurut peneliti komunikasi terapeutik menjadi suatu keharusan

untuk dipahami dan diimplementasikan oleh seorang perawat dalam

melakukan tindakan kepada pasien. Komunikasi terapeutik hendaknya dapat

menjadi salah satu sarana menyembuhkan atau mempercepat kesembuhan

pasien. Melalui komunikasi ini, perawat dapat menyampaikan ide dan

pikirannya kepada pasien dan kemudian ia dapat mengetahui pikiran dan

perasaan pasien terhadap penyakit yang diderita dan juga sikap prilaku pasien

terhadap dirinya sendirinya.Dengan demikian segala tindakan perawat

disepakati oleh pasien, dan pasien itu sendiri ikut membantu segala upaya

penyembuhan yang dilakukan terhadapnya. Bila dilakukan tindakan terhadap

pasien tanpa diberi penjelasan lebih dahulu, pendapat pasien tidak diminta

atau sebaliknya pasien menyembunyikan perasaannya maka upaya

penyembuhan akan kurang berhasil.

Sebanyak 39 dari 43 perawat yang mengikuti pelatihan komunikasi

terapeutik memberi sedikit pengaruh terhadap pelaksanaan komunikasi

terapeutik di RSJ. HB. Saanin Padang karena ada perawat yang ikut pelatihan

namun tidak melaksanakan komunikasi secara terapeutik dan ada perawat

yang tidak ikut pelatihan namun pelaksanaan komunikasi terapeutiknya baik,


berdasarkan tingkat pendidikan perawat DIII lebih menerapkan komunikasi

terapeutik karena perawat ini lebih sering melakukan interaksi kepada klien.

Dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik semua perawat telah

berhadapan dengan pasien, mempertahankan kontak mata dengan pasien,

rileks saat mengkaji pasien, memberikan senyuman kepada pasien, tidak

tergesa-gesa berkomunikasi dengan pasien. Namun tidak semua perawat yang

membungkukkan badan ke arah pasien dalam konteks terapeutik dan

memberikan sentuhan kepada klien yang akan menyebabkan klien merasa

tidak dihargai, sebaiknya perawat melakukan teknik ini untuk

membangkitkan harga diri klien walaupun klien sudah lama tinggal di RSJ.

Tidak semua perawat yang memberikan pertanyaan terbuka kepada pasien

dan memfokuskan pembicaraan pasien sehingga menyebabkan klien tidak

mau terbuka kepada perawat, hendaknya perawat memberikan pertanyaan

terbuka kepada klien untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi pisik

dan psikologi klien. Secara garis besar pelaksanaan komunikasi terapeutik di

RSJ. HB. Saanin Padang 2011 dalam kategori baik.

2. Analisa Bivariat Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan

Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Jiwa. Hb. Saanin. Padang 2011

Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden dengan perilaku

caring baik sebesar 86,7 % pelaksanaan komunikasi terapeutik kategori baik.

Sedangkan 23 responden perilaku caring kurang baik sebesar 8,7%


pelaksanaan komunikasi terapeutik kategori baik.Secara statistik dengan uji

Chi-Square didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05) menunjukkan terdapat

hubungan yang bermakna antara Perilaku Caring perawat dengan

pelaksanaan Komunikasi terapeutik di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa.

HB. Saanin Padang tahun 2011.

Hasil penelitian ini sejalan penelitian Rahayu (2001) dalam

penelitiannya tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan sikap Caring

perawat yang dipersepsikan perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUP

Persahabatan Jakarta, menemukan bahwa 51,8% perawat bersikap Caring dan

48,1% bersikap kurang Caring. Dalam hal komunikasi terapeutik penelitian

ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono (2010)

dalam karya ilmiahnya yang berjudul ” Gambaran Komunikasi Terapeutik

Perawat Di Rumah Sakit Khusus Anak 45 Yogyakarta”, bahwa sebanyak 12

orang atau 60% sering melakukan komunikasi terapeutik pada klien. Hal ini

menunjukkan bahwa proses komunikasi antara perawat dan klien di Rumah

Sakit Khusus Anak 45 Yogyakarta telah menggunakan komunikasi

terapeutik.

Salah satu bentuk pelayanan keperawatan adalah perilaku caring

perawat yang merupakan inti dalam praktek keperawatan professional

(Sobirin, 2006).

Perilaku caring perawat adalah suatu perilaku yang meliputi seperti :

mendengarkan penuh perhatian, hiburan, kejujuran, kesabaran, tanggung

jawab, menyediakan informasi sehingga pasien dapat membuat keputusan


(Watson, 2007). Untuk menerapkan Caring, perawat tidak lepas dari

komunikasi efektif atau komunikasi terapeutik, Dengan memiliki

keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin

hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan lebih efektif dalam

mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan, memberikan

kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan

profesi (Damaiyanti, 2008). Tujuan komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994

dalam Damaiyanti, 2008) adalah membantu pasien untuk memperjelas dan

mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan

untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang

diperlukan, mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan

yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya, mempengaruhi orang

lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri. Dalam berkomunikasi terapeutik di

butuhkan perilaku caring agar komunikasi menjadi efektif begitu juga dalam

perilaku caring, dibutuhkan komunikasi yang terapeutik.

Menurut Peneliti, perawat yang melakukan Caring yang baik kepada

kliennya akan menerapkan komunikasi terapeutik yang baik juga, namun

perawat juga harus memahami tentang komunikasi yang efektif atau

komunikasi terapeutik. dalam mencapai tujuan komunikasi terapeutik perawat

harus mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien

melalui hubungan perawat-pasien. Ini membuktikan bahwa perawat harus

menerapkan komunikasi terapeutik kepada klien untuk meningkatkan

kesembuhan klien, untuk meningkatkan kesehatan klien dapat di lakukan


dengan perilaku Caring. perawat memerlukan kemampuan khusus dan

kepedulian besar yang mencakup keterampilan intelektual, teknikal, dan

interpesonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang dalam

berkomunikasi dengan orang lain

Penerapan Komunikasi Terapeutik menciptakan hubungan saling

percaya dan membantu klien mengurangi beban perasaan dan Pikiran serta

dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien

percaya pada hal yang diperlukan. Komunikasi terapeutik juga memudahkan

perawat dalam melakukan pengkajian kepada klien

Perilaku Caring perawat bertujuan memberikan asuhan fisik dan

memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan

klien, sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan dan niat baik.

Caring tidak melihat status social, dengan Caring diharapkan dapat

mempercepat kesembuhan klien.

Perawat di RSJ. HB. Saanin Padang 2011 yang memanggil nama klien

dengan hormat, dan dengan panggilan yang disenangi, mendengarkan dan

memperhatikan keluhan klien dan menerapkan teknik komunikasi terapeutik

seperti posisi berhadapan, mempertahankan kontak mata, rileks dan memberi

senyuman kepada pasien termasuk kepada perawat yang menerapkan caring

dan komunikasi terapeutik dengan kategori baik dengan jumlah perawat 26

orang perawat. Namun perawat dengan caring yang baik namun tidak pada

komunikasi terapeutik ada 4 orang perawat karena tidak membungkukkan

badan, tergesa gesa dan tidak mendengarkan keluhan pasien.


Begitu juga pada perawat yang tidak caring namun menerapkan

komunikasi terapeutik ada 2 orang perawat karena tidak memenuhi keinginan

klien untuk bertemu atau mendatangkan ulama agama klien, namun

menerapkan komunikasi terapeutik seperti posisi berhadapan dan

mempertahankan kontak mata ada . Bahkan juga ada perawat yang tidak

caring dan tidak melakukan komunikasi terapeutik ada 21 orang perawat

karena tidak mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien dan tidak

memberi senyuman kepada pasien

Dengan diterapkan Perilaku Caring dan komunikasi terapeutik akan

meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Kisi-Kisi Kuesioner
    Kisi-Kisi Kuesioner
    Dokumen1 halaman
    Kisi-Kisi Kuesioner
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Zahratul Ain Baru EDIT
    Skripsi Zahratul Ain Baru EDIT
    Dokumen41 halaman
    Skripsi Zahratul Ain Baru EDIT
    milasari
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Zahratul Aini Baru
    BAB IV Zahratul Aini Baru
    Dokumen16 halaman
    BAB IV Zahratul Aini Baru
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen7 halaman
    Lembar Pengesahan
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Penelitian
    Kuesioner Penelitian
    Dokumen7 halaman
    Kuesioner Penelitian
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Master Tabel
    Master Tabel
    Dokumen1 halaman
    Master Tabel
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen29 halaman
    Bab Ii
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen9 halaman
    Bab Iii
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen6 halaman
    Bab V
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen2 halaman
    Bab Vi
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen29 halaman
    Bab Ii
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Zizi adm
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen5 halaman
    Daftar Isi
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Zizi adm
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Dokumen1 halaman
    ABSTRAK
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner
    Kuesioner
    Dokumen10 halaman
    Kuesioner
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Format Bimbingan Skripsi
    Format Bimbingan Skripsi
    Dokumen1 halaman
    Format Bimbingan Skripsi
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen8 halaman
    Bab Iii
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen4 halaman
    Cover
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen8 halaman
    Bab I
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Kisi2 Kuesioner & Kuesioner
    Kisi2 Kuesioner & Kuesioner
    Dokumen3 halaman
    Kisi2 Kuesioner & Kuesioner
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen24 halaman
    Bab Ii
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen1 halaman
    Abstrak
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    milasari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen5 halaman
    Daftar Isi
    milasari
    Belum ada peringkat