Anda di halaman 1dari 6

Tahun 1998 merupakan tahun tragedi bagi perekonomian bangsa ini.

Keadaannya berlangsung sangat tragis dan tercatat sebagai periode paling suram
dalam sejarah perekonomian Indonesia. Hanya dalam waktu setahun, perubahan
dramatis terjadi. Prestasi ekonomi yang dicapai dalam dua dekade sebelumnya,
tenggelam begitu saja. Krisis yang sudah mulai bergejolak dari tahun 1997 itu,
berkembang semakin buruk dalam tempo cepat. Dampak krisis pun mulai
dirasakan secara nyata oleh masyarakat, dunia usaha.
Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan adanya peningkatan jumlah
pengangguran sebagai dampak dari banyaknya perusahaan yang pailit dan
melemahnya investasi. Jumlah pengangguran yang pada masa sebelum krisis
berkisar antara 3 - 4 juta orang tiap tahun, pada tahun 1998 membengkak hingga
mencapai 13,8 juta orang. Jumlah penduduk miskin pun meningkat, jika pada
tahun 1996, jumlah penduduk miskin di Indonesia berdasarkan data SUSENAS
berjumlah 22,5 juta orang, maka berdasarkan perkiraan BPS jumlah tersebut pada
pertengahan 1998 meningkat empat kali mencapai 79,35 juta orang (Wibowo
dan Gunawan, 1999).
Ditengah dahsyatnya badai krisis ekonomi pada tahun 1998, ada salah satu
jenis kegiatan usaha yang mampu bertahan dan tetap menunjukkan eksistensinya,
yaitu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Disaat banyak perusahaan
besar yang mengalami keterpurukan, UMKM tetap kokoh dan menjadi penyokong
bagi perekonomian nasional bahkan jumlahnya dari tahun ke tahun terus
meningkat. Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan, pasca krisis ekonomi
tahun 1997-1998 jumlah UMKM tidak berkurang, justru meningkat terus. Pada
tahun 2012, jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak 56.539.560 unit. Dari
jumlah tersebut, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak
56.534.592 unit atau 99.99%. Sisanya, sekitar 0,01% atau 4.968 unit adalah usaha
besar (LPPI & BI, 2015).
Keberadaan UMKM sangatlah dibutuhkan bagi perekonomian nasional.
Setidaknya ada tiga peranan UMKM yang menjadikannya begitu penting bagi
negara ini. Pertama adalah UMKM merupakan penyumbang Produk Domestik
Bruto (PDB) terbesar. Menurut data dari BPS “hingga tahun 2013 UMKM telah
menyumbang hampir 60% dari PDB nasional atau sekitar Rp 1.500 Triliun (BPS,
2016). Kedua, UMKM berperan untuk menyerap hampir keseluruhan tenaga kerja
yang ada. Sekitar 96% tenaga kerja di Indonesia bekerja pada UMKM, pada 2013
tercatat jumlahnya sekitar 114 juta tenaga kerja, jumlah ini meningkat 6% dari
tahun sebelumnya (BPS, 2016). Dan yang ketiga adalah UMKM berperan untuk
menjaga kestabilan ekonomi apabila terjadi krisis atau keadaan ekonomi yang
memburuk. Pada saat krisis ekonomi 1998 UMKM terbukti mampu bertahan dan
melewatinya, begitupun pada saat krisis ekonomi yang kembali terjadi pada tahun
2008, UMKM tetap menunjukkan eksistensinya dan relatif mampu bertahan
dibandingkan perusahaan besar. Dalam buku yang disusun oleh BI dan LPPI :
2015, menyatakan bahwa “mayoritas usaha berskala kecil tidak terlalu tergantung
pada modal besar atau pinjaman dari luar dalam mata uang asing. Sehingga,
ketika ada fluktuasi nilai tukar, perusahaan berskala besar yang secara umum
selalu berurusan dengan mata uang asing adalah yang paling berpotensi
mengalami imbas krisis”.
Ada berbagai macam sektor industri yang dapat dikembangkan melalui
UMKM, salah satu yang sedang mengalami perkembangan cukup pesat adalah
industri farmasi, khususnya pada kosmetika. Meningkatnya jumlah penduduk
terutama pada usia-usia produktif atau bonus demografi menjadikan industri
kosmetik sangat potensal untuk dikembangkan. Pada usia-usia produktif,
kosmetik menjadi salah satu hal yang menjadi lifestyle atau gaya hidup untuk
menunjang aktivitas mereka. Potensi pengembangan industri ini didukung juga
oleh data pertumbuhannya pada tahun 2018, Menteri Perindustrian RI pada
pembukaan Pameran Industri Kosmestik dan Obat Tradisional mengatakan,
“pertumbuhan industri ini pada tahun 2018 mencapai 8,12% yang artinya
melampaui rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional, nilai PDB yang dihasilkan
pun cukup besar yaitu mencapai Rp50 Triliun.” (Kemenperin,
kemenperin.go.id/artikel/20810/Industri-Kosmetik-dan-Jamu-Diracik-Jadi-Sektor-
Andalan-Ekspor, akses 19 Juli 2019).
Produk kosmetik berbahan alami saat ini cukup digemari oleh masyarakat
seiring dengan tren yang berkembang untuk kembali menggunakan produk-
produk berbahan alami atau back to nature. Kandungan kimia dalam kosmetik
seringkali mengakibatkan berbagai masalah kulit seperti ketidakseimbangan
hormon yang memicu kulit kering, berjerawat, ataupun berbagai masalah kulit
lainnya. Salah satu bahan alam yang dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk
kosmetik adalah kecombrang.
Kecombrang merupakan tumbuhan yang termasuk dalam keluarga
Zingiberaceae dan tersebar cukup luas di Indonesia serta merupakan tanaman
etnik daerah yang banyak tumbuh dipulau sulawesi, salah satunya Sulawesi
Tenggara. Tanaman ini banyak tumbuh secara liar dan pemanfaatannya yang
masih kurang dari masyarakat. Saat ini tanaman kecombrang hanya digunakan
sebagai bumbu masakan saja namun faktanya peneliti saat ini telah mengetahui
bahwa tanaman tersebut mengandung manfaat lain salah satunya sebagai
antioksidan. Kandungan antioksidan yang terdapat pada tanaman bertindak
sebagai radical scavenger dan membantu mengkonversikan radikal bebas yang
kurang reaktif. Dimana pada ekstrak dari daun kecombrang ini saja memiliki
tingkat antioksidan yang tinggi sebesar lC50 52,05 (µg/mL) untuk setiap r 2=0,996
(Fadiyah, dkk., 2018). Selain itu pada Hasil penelitian Maimulyanti dan Prihadi
(2015) bunga kecombrang memiliki aktivitas antioksidan sedang sampai sangat
kuat berdasarkan uji penangkapan radikal DPPH, dimana hasilnya menunjukkan
antioksidan potensial yang lebih tinggi (IC50=21,14 mg/ml). Dari hasil tersebut
menunjukkan bahwa tanaman ini berpotensi, jika diolah menjadi produk UMKM.
Salah satunya produk UMKM yang bergerak dibidang kesehatan dan kecantikkan.
Kemampuan kecombrang sebagai antioksidan yang baik dapat dikembangkan
sebagai produk skinlightening salah satunya krim wajah.
Bentuk produk kosmetik yang banyak tersedia dipasaran adalah bentuk
produk krim wajah. Produk krim wajah sangat banyak dipasaran seperti pada
produk Laneige clear-C , Avene Retrin Al dan masih banyak lagi, namun pada
produk tersebut masih menggunakan bahan dasar kimia sintetis dengan harga jual
produk sangat mahal hingga jutaan, sehingga kami menawarkan sebuah produk
baru krim wajah dengan bahan dasar asli dari tanaman herbal yaitu tanaman
kecombrang (Etlingera elatior) yang dapat meregenasi kulit dan melawan radikal
bebas secara alami dengan harga yang terjangkau. Produk krim wajah yang kami
tawarkan kami namakan dengan produk PEKADONG yang merupakan singkatan
(Pemanfaatan Krim Antioksidan Dari Daun Kecombrang).
Produk PEKADONG yang kami tawarkan sangat menarik konsumen
masyarakat, dilihat dari segi estetika produk PEKADONG ini memiliki unsur
keunikan salah satunya dari segi nama yang mengingatkan kita untuk peka
terhadap perasaan dan katanya yang mudah diingat apalagi bagi kaum muda.
Ukuran produk yang simple dan mudah dibawa-bawa kemana-mana
mempermudah konsumen dalam menggunakan produk PEKADONG ini, produk
ini dibuat dari bahan dasar herbal asli Indonesia dari Kolaka Utara Sulawesi
Tenggara yang belum pernah diteliti serta dieksplor oleh produsen manapun.
Produk ini bisa digunakan oleh kalangan remaja maupun orang tua dan dapatkan
digunakan kapanpun dimanapun dengan harga produk PEKADONG ini yang
ditawarkan sangat ekonomis sehingga cocok untuk kantong mahasiswa, produk
yang kami buat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mengatasi radikal
bebas yang dimana radikal bebas ini sangat berbahaya jika tidak cegah secara
preventif.
Pembuatan krim PEKADONG ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari
petani , lembaga pendidikan, dan masyarakat. Keterlibatan petani dalam hal ini
yaitu dapat membudidayakan tanaman kecombrang yang awalnya tumbuh liar saja
kini dapat menjadi tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sekaligus dapat menjadi
wadah pekerjaan bagi masyarakat yang dapat menekan angka pengangguran di
Indonesia. Keterlibatan lembaga pendidikan juga membantu kami dalam
mengolah tanaman kecombrang menjadi ekstrak yang dapat digunakan untuk
pembuatan krim PEKADONG, sekaligus dapat menjadi informasi penting
masyarakat dalam hal pemanfaatan tanaman kecombrang. Usaha ini dapat
menjadi sumber pencaharian masyarakat yang berarti bahwa jika usaha ini terus
dikembangkan maka dapat menjadi lapangaan kerja yang cukup besar serta
mampu bersaing dengan kompetitor lain serta sumber daya manusia khususnya
masyarakat lokal dapat diberdayakan.
Proses pembuatan krim PEKADONG ini cukup mudah dilakukan,
menggunakan bahan-bahan yang murah dan mudah didapatkan, serta alat yang
digunakan cukup sederhana. Pembuatannya diawali dengan memilih daun
kecombrang yang memiliki kualitas yang baik dari petani lokal. Kemudian, daun
kecombrang ini diolah menjadi ekstrak ............................................................

Target konsumen utama produk PEKADONG ini adalah orang-orang yang


memiliki aktivitas penuh setiap harinya, seperti mahasiswa, pelajar, aktivis
ataupun akademisi, namun pengguna produk ini terus meningkat sehingga
konsumen yang difokuskan tidak hanya untuk orang-orang yang memiliki
aktivitas penuh setiap harinya, namun kepada orang-orang yang membutuhkan
perawatan kulit ataupun yang membutuhkan kebutuhan akan kesehatan dan
kecantikkan seperti kaum emak-emak.
Tempat yang kami gunakan selama masa pemasaran yang pertama adalah
daerah kampus dengan menawarkan sekaligus memperkenalkan produk
PEKADONG, seiring dengan berjalannya waktu terjadi peningkatan permintaan
pasar maka tempat yang kami gunakan pemasaran tidak hanya didaerah kampus
saja namun kedaerah perumahan, apotek, toko kosmetik, rumah sakit, instansi-
instansi perkantoran, dan lain-lain. Namun, memasarkan produk ini secara
langsung saja tidak cukup, kita harus mengikuti perkembangan industri yang
sudah memasuki era revolusi industri 4.0. Pemasaran yang dilakukan tidak lagi
hanya berfokus pada penjualan langsung di toko kosmetik, swalayan, dan apotek
saja, teknologi harus dimanfaatkan secara maksimal untuk memperkenalkan
produk ini kepada masyarakat. Penjualan secara online melalui media sosial
seperti Instagram, Facebook, WhatsApp, Line, menjadi sarana yang jitu untuk
memasarkan produk ini. Media sosial dapat diakses kapan pun, dimana pun, dan
oleh siapa pun, sehingga dapat memperluas ekspansi pasar.

Anda mungkin juga menyukai