Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“POST LAPAROTOMI”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Putro Setiawan ( 2102013362P )

PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas mengenai Ketoasidosis
Diabetikum pada mata kuliah Keperawatan Kritis.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian
Terima kasih.

Lamongan, 22 Oktober 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.....................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian...............................................................................................5
2.2 Etilogi.....................................................................................................5
2.3 Jenis-jenis...............................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinis...................................................................................6
2.5 Komplikasi.............................................................................................6
2.6 Pathway..................................................................................................7
2.7 Patofisiologis..........................................................................................8
2.8 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................10
3.2 Saran.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laparatomi merupakan salah satu pembedahan mayor, dengan melakukan
penyayatan pada lapisan – lapisan dinding abdomen, untuk mendapatkan
bagian organ yang mengalami masalah seperti hemoragi, perforasi, kanker dan
obstruksi. Tindakan laparatomi merupakan teknik oprasi yang dapat dilakukan
pada gangguan sistem digestif maupun perkemihan (Lakaman, 2013). Adapun
tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan teknik laparatomi
adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi, hepatorektomi,
splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dan fistuloktomi.
Sedangkan teknik bedah perkemihan dengan teknik laparatomi adalah
nefrektomi dan ureterostomi (Syamsuhidayat & Wim De Jong, 2014).
Tindakan pembedahan laparatomi dapat menimbulkan beberapa masalah
diantaranya adalah nyeri akut paska pembedahan, rusaknya integritas kulit,
imobilisasi, pendarahan dan resiko infeksi (Jitowiyono, 2012). Nyeri
merupakan keluhan yang paling sering diungkapkan pasien dengan tindakan
pembedahan laparatomi. Nyeri tersebut biasa disebut dengan nyeri pasca
operasi. Nyeri pasca operasi laparatomi diakibatkan karena diskontinuitas
jaringan atau luka operasi akibat insisi pembedahan, sehingga sel saraf kulit
rusak. Trauma jaringan akan merangsang terbentuklah zat kimia seperti :
bradikinin, serotinin, histamin dan enzim proteotik. Zat tersebut merangsang
nyeri dan membuat kaku otot. Reseptor nyeri rangsangan tersebut akan
dihantarkan ke hipotalasmus melalui saraf assenden menjadi nyeri. Sistem
syaraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang
terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai sistem nosiseptif,
sehingga terjadilah nyeri akut. Selain itu Sinyal nyeri dari daerah yang terluka
berjalan sebagai impuls elektrokimia di sepanjang saraf ke bagian dorsal
spinal cord (daerah pada spinal yang menerima sinyal dari seluruh tubuh).
Pesan kemudian dihantarkan ke saraf perifer tubuh sehingga terjadi nyeri
sebar (Taylor & Le Mone, 2015).

3
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian dari Laparotomi ?
1.2.2 Apa saja etiologi dari Laparotomi?
1.2.3 Apa saja jenis-jenis Laparotomi?
1.2.4 Apa saja manifestasi klinis dari Laparotomi?
1.2.5 Bagaimana komplikasi dari Laparotomi?
1.2.6 Bagaimana pathway dari Laparotomi?
1.2.7 Bagaimana patofisiologi dari Laparotomi?
1.2.8 Apa saja pemeriksaan penunjang dari Laparotomi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan ini adalah agar penulis mampu
menerapakan asuhan keperawatan pada pasien penderita Post
Laparotomi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Laparotomi
2. Untuk mengetahui etiologi dari Laparotomi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis Laparotomi
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Laparotomi
5. Untuk mengetahui komplikasi dari Laparotomi
6. Untuk mengetahui pathway dari Laparotomi
7. Untuk mengetahui patofisiologi dari Laparotomi
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Laparotomi

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat

terjadinya perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif

Mansjoer, 2010).

Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput perut dengan

operasi. (Lakaman 2011).

2.2 Etiologi

Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh

beberapa hal (Smeltzer, 2012) yaitu:

1.      Trauma abdomen (tumpul atau tajam).

2.      Peritonitis.

3.      Perdarahan saluran cerna.

4.      Sumbatan pada usus halus dan usus besar.

5.      Massa pada abdomen

2.3 Jenis-jenis Laparatomi

a.       Mid-line incision

b.      Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang

(12,5 cm).

c.       Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas,

misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.

d.      Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian

bawah ±4cm diatas anterior spinaliliaka, misalnya; pada operasi

5
appendictomy.  Latihan - latihan fisik seperti latihan napas dalam, latihan

batuk, menggerakan otot-otot kaki, menggerakkan otot-otot bokong,

Latihan alih baring dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan hari

ke 2 post operasi.(Smeltzer, 2012).

2.4 Manifestasi Klinis

a.       Nyeri tekan.

b.      Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.

c.       Kelemahan.

d.      Gangguan integumen dan jaringan subkutan.

e.       Konstipasi.

f.       Mual dan muntah, anoreksia.

2.5 Komplikasi

1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.

Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi.

Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari

dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke

paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki,

ambulasi dini post operasi.

2. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi.

Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus

aurens, organisme gram positif. Stapilococus mengakibatkan peranahan.

Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan

luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.

6
3. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau

eviserasi.

4. Ventilasi paru tidak adekuat.

5. Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.

6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

7. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.(Arif Mansjoer, 2012).

2.6 Pathway

Insisi Bedah

Menyebabkan perlukaan pada abdomen

Terputusnya inkontinuitas jaringan Luka insisis bedah tidak dirawat

Hal ini merangsang pengeluaran Adanya peningkatan leukosit


Histamine dan prostaglandin

Nyeri Resiko tinggi infeksi

                                                              

2.7 Patofisiologi

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional

(Dorland, 2011). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera

fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2010).

Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa

kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor

implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau

7
tidak disengaja (Smeltzer, 2011). Trauma abdomen adalah cedera pada

abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang

disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2011).

Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi

dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada

penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan

tindakan laparatomi. Tusukan/tembakan , pukulan, benturan, ledakan,

deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt) dapat mengakibatkan

terjadinya trauma abdomen sehingga harus di lakukan laparatomy.(Arif

Muttaqin, 2013).

Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu dapat kehilangan

darah, memar/jejas pada dinding perut, kerusakan organ-organ, nyeri, iritasi

cairan usus. Sedangkan trauma tembus abdomen dapat mengakibatkan

hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis,

perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, kematian sel.

Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan respon stress dari saraf

simpatis akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit, syok dan

perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap infeksi, nyeri

akut.(Arif Muttaqin, 2013).

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus

besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan

kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing.

1. Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.

8
2. Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.

3. IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma

saluran kencing.

4. Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang

diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut

yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan

menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui

dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat

dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.

5. Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan

memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan

kedalam rongga peritonium.

Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomy, adalah;

a. Respiratory: Bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan,

bunyi pernapasan.

b. Sirkulasi: Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill

kapiler.

c. Persarafan : Tingkat kesadaran.

d. Balutan: Apakah ada tube, drainage ? Apakah ada tanda-tanda

infeksi?  Bagaimana penyembuhan luka?

e. Peralatan: Monitor yang terpasang, cairan infus atau transfusi.

f. Rasa nyaman: Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas

ventilasi.

g. Psikologis : Kecemasan, suasana hati setelah operasi.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Laparatomi merupakan salah satu pembedahan mayor, dengan melakukan
penyayatan pada lapisan – lapisan dinding abdomen, untuk mendapatkan
bagian organ yang mengalami masalah seperti hemoragi, perforasi, kanker
dan obstruksi. Tindakan laparatomi merupakan teknik oprasi yang dapat
dilakukan pada gangguan sistem digestif maupun perkemihan.
3.2  Saran
Bila menemukan pasien dengan tindakan post laparotomi, sebaiknya perlu
diperhatikan setiap pengkajian dan pemeriksaan fisik, sehingga dalam
menangani tindakan berikutnya akan semakin baik pula.

10
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi

Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Brunner and suddart. (2011). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth

Edition. J.B. Lippincott Campany, Philadelpia.

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (2011). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.

Mansjoer, Arif. 2012. Capita ,Selekta Kedokteran. Bakarta :Media Aesculapius.

Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan NANDA : Masalah Yang Lazim Muncul

Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, Edisi II. Salemba Medika. Jakarta

 Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta :

Graha Ilmu.

Soeparman, dkk. 2010. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Smeltzer, Suzanne C. 2010. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth

Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai