DISUSUN OLEH :
Dinda Rahmi Listi
G1B220037
PEMBIMBING AKADEMIK :
Ns. Nurhusna, S.Kep., M.Kep
Ns. Andika Sulistiawan, S.Kep., M.Kep
PEMBIMBING LAPANGAN :
Ns. Eko Sutrisno, S.Kep
1.2. Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh beberapa
hal (Smeltzer, 2012) yaitu:
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
2. Peritonitis.
3. Perdarahan saluran cernas
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar
5. Massa pada abdomen
1.3. Manifestasi Klinis
1. Nyeri tekan
2. Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan
3. Kelemahan.
4. Gangguan integumen dan jaringan subkutan
5. Konstipasi
6. Mual dan muntah, anoreksia..
1.4. Komplikasi
1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya
besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh
darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak.
Pencegahah tromboplebitis yaitu latihan kaki, ambulasi dini post operasi.
2. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi. Organisme
yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus aurens,
organisme gram positif. Stapilococus mengakibatkan peranahan. Untuk
menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan
memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.
4. Ventilasi paru tidak adekuat.
5. Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.
6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
7. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.(Arif Mansjoer, 2012).
1.5. Patofisiologi
Trauma adalah cedera atau kerugian psikologis atau emosional. Trauma adalah
luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang
hebat. Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang
dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada
trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja. Trauma
abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta
trauma yang disengaja atau tidak disengaja. Trauma abdomen merupakan luka pada
isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana
pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan
tindakan laparatomi. Tusukan/tembakan , pukulan, benturan, ledakan, deselerasi,
kompresi atau sabuk pengaman (setbelt) dapat mengakibatkan terjadinya trauma
abdomen sehingga harus di lakukan laparatomy. Trauma tumpul abdomen dapat
mengakibatkan individu dapat kehilangan darah, memar/jejas pada dinding perut,
kerusakan organorgan, nyeri, iritasi cairan usus. Sedangkan trauma tembus abdomen
dapat mengakibatkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres
simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, kematian sel.
Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan respon stress dari saraf simpatis
akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit, syok dan perdarahan,
kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap infeksi, nyeri akut.(Arif Muttaqin,
2013). Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga
abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis primer
dapat disebabkan oleh spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar
kronis. Peritonitis sekunder disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster
dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid),
sementara proses pembedahan merupakan penyebab peritonitis tersier. Obstruksi usus
dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus
sepanjang saluran usus. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat
karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru
mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang
memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin
tetap hidup. Penyebabnya dapat berupa perlengketan (lengkung usus menjadi melekat
pada area yang sembuh secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan
abdomen), Intusepsi (salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang
ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus), Volvulus (usus besar yang
mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan
penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi), hernia
(protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen),
dan tumor (tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor
diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus).
1) Pada pasien pasca operasi hari ke 0–3 atau 5 (sesuai jumlah produksi
stoma) disarankan untuk menggunakan kantong stoma yang transparan,
supaya mudah diobservasi.
2) Pada pasien yang akan pulang ke rumah disarankan untuk menggunakan kantong
stoma yang gelap, agar rasa percaya diri pasien meningkat.
3) Khusus untuk “Ostomate” dengan stoma kolon, apabila ingin berenang dapat
menggunakan kantong stoma yang kecil/mini closed pouch.
Pada perawatan stoma ini ada kalanya menemukan berbagai masalah yang
timbul akibat dari produksi stomanya sendiri atau bahan dari base plate yang
membuat alergi terhadap kulit sekitar stoma; selain itu dapat juga terjadi infeksi
disekitar jahitan stoma, sehingga jahitan stoma terlepas. Oleh karena itu perlu juga
diketahui berbagai asesoris yang dapat dipilih untuk memberikan perawatan pada
kulit sekitar stoma tersebut, antara lain:
1) Various standard size protective sheets: lapisan dasar untuk memproteksi kulit
sekitar stoma dari cairan/produksi stoma.
2) Strip paste/pasta yang berupa lempengan seperti penggaris kecil, dan small paste
tube/pasta seperti pasta gigi: bahan ini dapat dipergunakan untuk melapisi lubang
yang terjadi akibat adanya infeksi pada jahitan sekitar stoma, atau pasta ini dapat
dimanfaatkan juga untuk membantu lebih rekatnya base plate dengan kulit sekitar
stoma
3) Powder: bahan yang dapat dimanfaatkan untuk melapisi kulit sekitar stoma yang
mengalami iritasi/ekskoriasi, dan penggunaannya cukup pada daerah yang
teriritasi tersebut, serta penggunaannya cukup tipis saja seperti menggunakan
bedak (jika terlalu tebal, base plate kurang menempel ).
Ada bermacam-macam jenis klip yang dapat dipilihkan untuk “Ostomate”,
akan tetapi tetap pilihan yang tepat adalah sesuai keinginan pasien setelah diberikan
penjelasan. Klip ini bisa tahan lama pemakaiannya, sepanjang tidak patah, serta
dibersihkan dengan baik, dan benar. Ada juga klip yang langsung menempel pada
stoma bag drainable/kantong stoma yang bagian bawahnya terbuka (ada beberapa
cara pemakaiannya, yang dapat diikuti sesuai petunjuk pemakaian). Selain asesoris di
atas, ada satu lagi asesoris yang tidak kalah pentingnya, yaitu yang disebut dengan
Stoma Guide/ukuran stoma yaitu alat yang dipergunakan untuk mengukur diameter
stoma.
No. Kamar : 01
a. Identitas Pasien
1. Nama : Tn.A
2. Umur : 27 Tahun
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Melayu/Indonesia
6. Pendidikan : SLTP
c. Antropometri
Berat Badan
Sebelum sakit : 58 kg
Saat sakit : 48 kg
Tinggi Badan : 158 cm
Pemeriksaan BB Ideal IMT Presentase Penurunan
BB
Hasil 158-100x100% 48/1.52=48/2,25 58-48x100%
= 58 = 21,3 = 10
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
3. Pola Istirahat/Tidur
Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jml jam tidur siang 6 Jam 2 jam
Jml jam tidur malam 3-4 jam 6 jam
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan waktu bangun Masih mengantuk Lebih segar
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
6. Pola Eliminasi
Pemeriksaan Eliminasi Urin Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi/hari >5x sehari >5x sehari
Pancaran (Kuat, lemah, menetes) kuat kuat
Jumlah/BAK Tidak dihitung Tidak dihitung
Bau Normal Normal
Warna Kuning Kuning
Perasaan stlh BAK Baik dan Tidak ada Baik dan tidak ada
Nyeri nyeri
Total Produksi urin/hari (cc) Tidak di hitung Tidak dihitung
Kesulitan BAK Tidak Tidak
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
d. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda Vital dan Respon Nyeri
a. Nadi : 90x permenit
b. Suhu : 36 derajat celcius
c. RR : 20 x permenit
d. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
e. Nyeri
-Palliative/Profokatif : Nyeri pada bagian perut sebelah kiri yang di
operasi
- Quality : Nyeri
- Region : Daerah sekitar luka
Depan Belakang
- Scale : 5-6
- Time : Nyeri yang dirasakan terus menerus
Masalah Keperawatan:
3. Kepala :
Kulit : Tidak ada luka dan benjolan
Rambut : Tidak rontok, bersih, sehat
Muka : Tidak ada luka
4. Sistem Sensori Persepsi
Mata
Inspeksi : Tampak simetris, tidak ada kemerahan
Konjungtiva : Anemis
Sklera : Ikteris
Pupil : Isokor
Palpebra : Tidak ada lesi
Lensa : Tampak bersih
Palpasi
Tekanan intra Okuler : Baik
Hidung : Simetris, tidak ada pembengkakan
Gigi : Bersih
Bibir : Tidak ada sariawan
Leher : Tidak ada benjolan
Telinga : Tidak ada masalah
Lubang Telinga : Bersih
Membran Tympani : Baik
Gangguan Pendengaran : Klien mampu mendengar dengan baik
Masalah Keperawatan:
5. Sistem Respirasi
a. Inspeksi
Bentuk : Tidak ada penarikan dinding dada, simetris
b. Palpasi
Tractil Fremitus : Simetris antara kanan dan kiri
c. Perkusi : Redup
d. Auskultasi
Suara Nafas : Vesikuler (+/+), irama nafas teratur
Suara Nafas tambahan : Tidak ada suara nafas tambahan
Masalah Keperawatan:
6. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Bentuk : Baik
b. Palpasi
Iktus Cordis : Teraba
c. Perkusi
Batas Jantung : Batas Atas (ICS II Naid Sternalis)
Batas Bawah (diantara ICS 5 dan ICS 6)
Batas Kanan (Linea Midsternalis dan Midclavikularis
sinistra)
Batas Kiri (sedikit bergeser dari midclavikularis
sinistra)
Pembesaran Jantung : Tidak ada
d. Auskultasi
Bunyi normal : BJ I : lup
BJ II : dup
BJ III :
BJ IV :
Bunyi tambahan : Tidak ada
e. Cappilary Refill : Kurang dari 2 detik
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
6. Sistem Gastrointestinal
a. Inspeksi
Bentuk : Terdapat luka post op laparatomy
Tepi Perut : Tepi sebelah kiri luka bekas post op
laparatomy
Bendungan pembuluh darah : tidak ada
Ascites : Tidak ada
b. Auskultasi
Peristaltik : Normal
c. Palpasi
Nyeri : Tidak ada
Massa : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
Pembesaran hepar : Tidak ada
Pembesaran Lien : Tidak ada
Masalah Keperawatan:
RESIKO INFEKSI
7. Sistem Musculoskeletal
a. ROM : Mampu bergerak
b. Keseimbangan : Baik
Masalah Keperawatan:
8. Sistem Integument
a. Inspeksi : Terdapat luka post op laparotomy pada bagian perut
kiri
b. Palpasi : Teraba hangat
c. Pitting Oedem : Tidak ada
d. Akral : Hangat
Masalah Keperawatan:
RESIKO INFEKSI
9.Sistem Reproduksi
a. Pria
Inspeksi : Tidak ada lesi dan peradangan
Palpasi : Tidak ada pembengkakan
b. Wanita
Inspeksi :
Palpasi :
Masalah Keperawatan:
e. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Hari/Tgl/Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
Sabtu, Hemoglobin 13,1 Normal
Hematokrit
03 April 2021 38,4
MCV
MCH 78,9
Jumlah Eritrosit
26,9
Jumlah Leukosit
Jumlah Trombosit 4.87
MCHC
5,63
Monosit
Limposit 269
Neutrofil
Eosinofil
Basinofi 34,1
Basofil
4.4
RDW
Golongan darah dan 35,0
RH
58,8
Glukosa sewaktu
SGOT 0,9
SGPT
0,9
13,1
B
rhesus
positif
99
23
28
b. USG/EKG/EEG/MRI/Pemeriksaan lain
Hari/Tgl/Jam Kesan
EKG : Sinus Rhythm
14 maret 2021
DATA FOKUS