Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN MINGGU KE-1 (SATU)

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


DENGAN KASUS POST LAPARATOMY
DI RUANG BULIAN RS BHAYANGKARA PROVINSI JAMBI

DISUSUN OLEH :
Dinda Rahmi Listi
G1B220037

PEMBIMBING AKADEMIK :
Ns. Nurhusna, S.Kep., M.Kep
Ns. Andika Sulistiawan, S.Kep., M.Kep

PEMBIMBING LAPANGAN :
Ns. Eko Sutrisno, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
DAFTAR ISI
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Laparatomy


Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi
pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen. Ditambahkan pula bahwa
laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang
dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah digestif yang
sering dilakukan dengan tenik insisi laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi,
kolesistoduodenostomi, hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi,
hemoroidektomi dan fistuloktomi. Sedangkan tindakan bedah obgyn yang sering
dilakukan dengan tindakan laoparatomi adalah berbagai jenis operasi pada uterus,
operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi hissterektomi, baik
histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic, salpingooferektomi bilateral.
Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya
perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. Laparatomi adalah pembedahan
perut, membuka selaput perut dengan operasi(Lakaman2011). Laparatomy eksplorasi
digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma dan perbaikan bila
diindikasikan.

1.2. Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh beberapa
hal (Smeltzer, 2012) yaitu:
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
2. Peritonitis.
3. Perdarahan saluran cernas
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar
5. Massa pada abdomen
1.3. Manifestasi Klinis
1. Nyeri tekan
2. Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan
3. Kelemahan.
4. Gangguan integumen dan jaringan subkutan
5. Konstipasi
6. Mual dan muntah, anoreksia..

1.4. Komplikasi
1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya
besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh
darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak.
Pencegahah tromboplebitis yaitu latihan kaki, ambulasi dini post operasi.
2. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi. Organisme
yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus aurens,
organisme gram positif. Stapilococus mengakibatkan peranahan. Untuk
menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan
memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.
4. Ventilasi paru tidak adekuat.
5. Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.
6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
7. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.(Arif Mansjoer, 2012).

1.5. Patofisiologi
Trauma adalah cedera atau kerugian psikologis atau emosional. Trauma adalah
luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang
hebat. Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang
dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada
trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja. Trauma
abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta
trauma yang disengaja atau tidak disengaja. Trauma abdomen merupakan luka pada
isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana
pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan
tindakan laparatomi. Tusukan/tembakan , pukulan, benturan, ledakan, deselerasi,
kompresi atau sabuk pengaman (setbelt) dapat mengakibatkan terjadinya trauma
abdomen sehingga harus di lakukan laparatomy. Trauma tumpul abdomen dapat
mengakibatkan individu dapat kehilangan darah, memar/jejas pada dinding perut,
kerusakan organorgan, nyeri, iritasi cairan usus. Sedangkan trauma tembus abdomen
dapat mengakibatkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres
simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, kematian sel.
Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan respon stress dari saraf simpatis
akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit, syok dan perdarahan,
kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap infeksi, nyeri akut.(Arif Muttaqin,
2013). Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga
abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis primer
dapat disebabkan oleh spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar
kronis. Peritonitis sekunder disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster
dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid),
sementara proses pembedahan merupakan penyebab peritonitis tersier. Obstruksi usus
dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus
sepanjang saluran usus. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat
karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru
mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang
memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin
tetap hidup. Penyebabnya dapat berupa perlengketan (lengkung usus menjadi melekat
pada area yang sembuh secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan
abdomen), Intusepsi (salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang
ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus), Volvulus (usus besar yang
mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan
penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi), hernia
(protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen),
dan tumor (tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor
diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus).

1.6. Memasang Kantung Kolostomi


Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat. Lubang
kantung harus sekitar 0,3 cm lebih besar dari stoma. kulit dibersihkan sesuai prosedur
di atas. Barier kulit peristoma dipasang. Kantung kemudian dipasang dengan cara
membuka kertas perekat dan menekannya diatas stoma selam 30 detik. Iritasi kulit
ringan memerlukan tebaran bedak karaya pada kulit atau bedak stomahesive sebelum
kantung dilekatkan.

1.7. Macam-Macam Jenis Kantung Kolostomi


Menurut Setyorini (2009), ada bermacam – macam jenis kantong stoma yang perlu
diketahui, antara lain:
1. Menurut jenis “Base Plate”/“Faceplate”/Lapisan dasar yang menempel di kulit
sekitar stoma :
a. “One piece system”/sistem satu lempengan (lapisan): pada sistem ini lapisan
dasarnya ada yang seperti perekat “double tape” saja, dan ada pula yang
memiliki “skin barrier”.
b. “Two pieces system”/sistem dua lempengan (lapisan)”: pada sistem ini
lapisan dasarnya sudah dibekali dengan “skin barrier”, dan
pasangannya/tangkupannya sesuai dengan ukurannya masing-masing (tidak
boleh beda ukuran).
2. Menurut bentuk “Base Plate”/“Faceplate”/“Wafer”/Lapisan dasar yang
menempel pada kulit sekitar stoma, ada 2 (dua) jenis :
a. Standard/Normal flange base plate/face plate.
b. Convex flange base plate / face plate.
3. Menurut bentuk kantong stomanya, ada 3 (tiga) jenis:
a. Closed pouch/kantong yang tertutup pada bagian bawahnya.
b. Drainable pouch/kantong yang terbuka pada bagian bawahnya (barus) ditutup
menggunakan klip.
c. Mini closed pouch/kantong stoma yang kecil.
4. Menurut warna kantong stomanya, ada 2 (dua) :
a. Clear bag/Transparant bag/kantong transparan.
b. Opaque bag/kantong warna gelap (sesuai dengan warna kulit).
5. Menurut jenis stomanya, ada 2 (dua):
a. Kantong stoma untuk menampung feses.
b. Kantong stoma untuk menampung urin.

Biasanya pemilihan kantong ini disarankan secara umum sebagai berikut:

1) Pada pasien pasca operasi hari ke 0–3 atau 5 (sesuai jumlah produksi
stoma) disarankan untuk menggunakan kantong stoma yang transparan,
supaya mudah diobservasi.
2) Pada pasien yang akan pulang ke rumah disarankan untuk menggunakan kantong
stoma yang gelap, agar rasa percaya diri pasien meningkat.
3) Khusus untuk “Ostomate” dengan stoma kolon, apabila ingin berenang dapat
menggunakan kantong stoma yang kecil/mini closed pouch.
Pada perawatan stoma ini ada kalanya menemukan berbagai masalah yang
timbul akibat dari produksi stomanya sendiri atau bahan dari base plate yang
membuat alergi terhadap kulit sekitar stoma; selain itu dapat juga terjadi infeksi
disekitar jahitan stoma, sehingga jahitan stoma terlepas. Oleh karena itu perlu juga
diketahui berbagai asesoris yang dapat dipilih untuk memberikan perawatan pada
kulit sekitar stoma tersebut, antara lain:
1) Various standard size protective sheets: lapisan dasar untuk memproteksi kulit
sekitar stoma dari cairan/produksi stoma.
2) Strip paste/pasta yang berupa lempengan seperti penggaris kecil, dan small paste
tube/pasta seperti pasta gigi: bahan ini dapat dipergunakan untuk melapisi lubang
yang terjadi akibat adanya infeksi pada jahitan sekitar stoma, atau pasta ini dapat
dimanfaatkan juga untuk membantu lebih rekatnya base plate dengan kulit sekitar
stoma
3) Powder: bahan yang dapat dimanfaatkan untuk melapisi kulit sekitar stoma yang
mengalami iritasi/ekskoriasi, dan penggunaannya cukup pada daerah yang
teriritasi tersebut, serta penggunaannya cukup tipis saja seperti menggunakan
bedak (jika terlalu tebal, base plate kurang menempel ).
Ada bermacam-macam jenis klip yang dapat dipilihkan untuk “Ostomate”,
akan tetapi tetap pilihan yang tepat adalah sesuai keinginan pasien setelah diberikan
penjelasan. Klip ini bisa tahan lama pemakaiannya, sepanjang tidak patah, serta
dibersihkan dengan baik, dan benar. Ada juga klip yang langsung menempel pada
stoma bag drainable/kantong stoma yang bagian bawahnya terbuka (ada beberapa
cara pemakaiannya, yang dapat diikuti sesuai petunjuk pemakaian). Selain asesoris di
atas, ada satu lagi asesoris yang tidak kalah pentingnya, yaitu yang disebut dengan
Stoma Guide/ukuran stoma yaitu alat yang dipergunakan untuk mengukur diameter
stoma.

1.8. Prosedur Perawatan Kolostomi


Berikut akan dijelaskan tentang prosedur melakukan perawatan stoma rutin
(kolostomi) menurut Hegner & Caldwell (2003) yang harus diketahui oleh keluarga
dalam perawatan stoma :
1) Ingatlah untuk mencuci tangan anda dan mengidentifikasi pasien misalnya
keluhan yang dirasakan pasien.
2) Siapkan peralatan yang diperlukan :
a. waslap dan handuk
b. baskom berisi air hangat
c. perlak
d. selimut mandi
e. kantung kolostomi sekali pakai dan sabuknya
f. bedpan
g. sarung tangan sekali pakai
h. losion kulit sesuai instruksi
3) Ganti selimut tempat tidur dengan selimut mandi
4) Letakkan perlak di bawah pinggul pasien
5) Pakai sarung tangan, lepaskan kantong stoma sekali pakai yang kotor (appliance)
dan letakan di dalam bedpan—perhatikan jumlah dan jenis drainase.
6) Buka sabuk yang menahan kantong stoma dan simpan jika bersih.
7) Bersihkan dengan perlahan daerah di sekitar stoma dengan tisu toilet untuk
membersihkan feses dan drainase. Buang tisu di dalam bedpan.
8) Bersihkan daerah sekitar stoma dengan sabun dan air. Basuh dengan menyeluruh
dan keringkan.
9) Jika diinstruksikan, oleskan sedikit losion di sekitar stoma—losion yang terlalu
banyak dapat menggangu daya rekat kantong ostomi yang baru.
10) Letakkan sabuk yang bersih di sekeliling tubuh pasien—periksa kulit di bawah
sabuk akan adanya iritasi atau kerusakan kulit.
11) Jika perlu, lepas dan ganti obat perekat. Letakan kantong ostomi bersih diatas
stoma dan kaitkan sabuk tersebut.
12) Angkat perlak. Periksa seprei di bawahnya untuk memastikan bahwa seprei
tersebut tidak basah dan ganti jika perlu.
13) Ganti selimut mandi dengan selimut tempat tidur, buat pasien merasa nyaman.
14) Kumpulkan peralatan yang kotor dan bedpan. Buang semua bahan-bahan sesuai
ketentuan berlaku.
15) Kosongkan, cuci, dan keringkan bedpan.
16) Lepas dan buang sarung tangan dengan tepat.
17) Lakukan semua tindakan penyelesaian prosedur. Ingatlah untuk mencuci tangan
anda, dan perhatikan kondisi stoma dan jaringan sekitarnya, dan reaksi pasien.
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Pengkajian Keperawatan


Tanggal Masuk : 05-April-2021

Ruang : Meranti III

No. Kamar : 01

Diagnosa Medis : Post Op Laparatomi

a. Identitas Pasien
1. Nama : Tn.A

2. Umur : 27 Tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Agama : Islam

5. Suku/Bangsa : Melayu/Indonesia

6. Pendidikan : SLTP

7. Pekerjaan : Berjualan (Buka Warung)

8. Alamat : Sungai Gelam

9. Penangung Jawab : Tn. G

10. Hubungan dengan Pasien : Saudara Kandung (Kakak)

b. Riwayat Sakit dan Kesehatan


1. Keluhan Utama : Post Op Colostomy satu tahun yang lalu

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien datang dengan keadaan post colostomy


dari satu tahun yang lalu. Rencana tindakan
yang akan dilakukan laparatomy. Klien tampak
lemah, colostomy (+), fases (+).

3. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien mengalami kecelakaan pada satu tahun


yang lalu, sehingga menyebabkan robekan
pada anus klien, oleh karena itu klien tidak
dapat BAB melalui anus. Berdasarkan hal itu
dilakukanlah tindakan operasi colostomy pada
klien.

4. Riwayat Alergi : Tidak ada riwayat alergi

5. Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga tidak memiliki penyakit turunan

c. Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola Nutrisi
a. Makan
Pengkajian Sebelum Sakit Saat Sakit
Jenis Nasi,Sayur,Lauk Pauk Dianjurkan
mengkonsumsu makanan
yang konsistensinya
lembut
Porsi 1 porsi 1 porsi
Frekuensi 3xsehari 3xsehari
Diet Khusus Tidak ada diet khusus Dianjurkan
mengkonsumsi makanan
yang konsistensinya
lembut
Makanan yang disukai Nasi dan Ikan Nasi dan ikan
Pantangan Tidak ada pantangan Tidak ada pantangan
Nafsu makan Tidak mengalami masalah Tidak mengalami masalah
Kesulitan menelan Tidak mengalami masalah Tidak mengalami masalah
Gigi palsu Tidak ada Tidak ada
b. Minum
Pengkajian Sebelum Sakit Saat Sakit
+ +
Frekuensi 8 gelas perhari
- 8 gelas perhari
-
Jumlah (cc) Lebih dari 1.5 liter Lebih dari 1,5 liter
Jenis Air putih Air putih

c. Antropometri
Berat Badan
Sebelum sakit : 58 kg
Saat sakit : 48 kg
Tinggi Badan : 158 cm
Pemeriksaan BB Ideal IMT Presentase Penurunan
BB
Hasil 158-100x100% 48/1.52=48/2,25 58-48x100%
= 58 = 21,3 = 10

Keterangan <80% Normal Dikarenakan kaki kiri


underweigth klien diamputasi

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada Masalah Keperawatan

2. Persepsi/penatalaksanaan Kesehatan (pandangan pasien terhadap penyakitnya)


Klien mengatakan bahwa dirinya menerima dengan ikhlas atas semua
kejadian atau penyakit yang menimpa dirinya. Klien yakin bahwa dirinya dapat
sembuh seperti dulu lagi. Klien juga mengatakan bahwa apabiladia mengalami
keluhan dari penyakitnya, klien segera berobat kerumah sakit atau puskesmas
terdekat.

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

3. Pola Istirahat/Tidur
Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jml jam tidur siang 6 Jam 2 jam
Jml jam tidur malam 3-4 jam 6 jam
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan waktu bangun Masih mengantuk Lebih segar

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

4. Pola aktivitas latihan


Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Alat Bantu Tidak ada Tidak ada
Mandi Tidak ada Tidak ada
Gosok Gigi Tidak ada Tidak ada
Keramas Tidak ada Tidak ada
Potong Kuku Tidak ada Tidak ada
Berpakaian Tidak ada Tidak ada
Eliminasi Tidak ada Tidak ada
Mobilisasi Tidak ada Tidak ada
Ambulasi Tidak ada Tidak ada
Naik/Turun Tangga Tidak ada Tidak ada
Rekreasi Jalan-jalan Jalan-jalan

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan


Skor
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu
5. Pola konsep diri
a. Body image : Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya
b. Ideal diri : Klien mengatakan ingin segera sembuh dari penyakitnya,
yaitu klien ingin segera menutup Colostomy
c. Harga diri : Klien mengatakan ikhlas dengan kondisi yang dialaminya
d. Peran : Klien berperan sebagai anak laki-laki.
e. Identitas diri : Klien mampu mengenali dirinya sebagai anak dan sebagai
laki-laki

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

6. Pola Eliminasi
Pemeriksaan Eliminasi Urin Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi/hari >5x sehari >5x sehari
Pancaran (Kuat, lemah, menetes) kuat kuat
Jumlah/BAK Tidak dihitung Tidak dihitung
Bau Normal Normal
Warna Kuning Kuning
Perasaan stlh BAK Baik dan Tidak ada Baik dan tidak ada
Nyeri nyeri
Total Produksi urin/hari (cc) Tidak di hitung Tidak dihitung
Kesulitan BAK Tidak Tidak

Pemeriksaan Eliminasi Sebelum Sakit Saat Sakit


Alvi
Frekuensi 1x sehari 1 x sehari
Konsistensi Normal Lebih lunak
Bau Normal Normal
Warna Kuning keoklatan Kuning kecoklatan
Kesulitan BAB Tidak Tidak
Balance Cairan
Pemeriksaan Jenis (cc) Total
Intake Makan:
Minum: 800 cc
Infus: 1000 cc
Transfusi:
Output Urine:
Feses:
Muntah:
Drainage:
Pendarahan :
IWL:
Balance Cairan Total intake-total Tidak dihitung
output

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

7. Pola Nilai Kepercayaan


a. Larangan agama : Meninggalkan sholat dan menyekutukan Allah.SWT
b. Keterangan lainnya : Klien melaksanakan sholat 5 waktu
c. Lainnya : Tidak ada

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan


8. Pola Kognitif perceptual
a. Bicara : Lancar dan tidak terbata-bata
b. Bahasa : Indonesia-Jambi
c. Kemampuan membaca : Klien bisa membaca dengan lancar
d. Tingkat ansietas : Klien mengatakan tidak merasakan cemas
e. Perubahan sensori : Tidak ada

Masalah Keperawatan:

Tidak masalah keperawatan


9. Pola Koping
a. Pola koping : Tidak ada masalah
b. Pola peran dan berhubungan : Hubungan dengan orang lain baik

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

10. Pola Peran – Hubungan


a. Pekerjaan : Membuka warung
b. Hub. Dengan orang lain : Baik
c. Kualitas bekerja : Baik, Tidak ada Masalah. Hanya saja saat ini
klien belum bisa bekerja lagi dikarenakan masih
di rawat di rumah sakit
d. System pendukung : Dukungan dari keluarga

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan


11. Pola Seksual Reproduksi
a. Status perkawinan : belum kawin
b. Pola seksual reproduksi :
c. Masalah yang terkait dengan kesehatan reproduksi : tidak ada masalah

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

d. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda Vital dan Respon Nyeri
a. Nadi : 90x permenit
b. Suhu : 36 derajat celcius
c. RR : 20 x permenit
d. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
e. Nyeri
-Palliative/Profokatif : Nyeri pada bagian perut sebelah kiri yang di
operasi
- Quality : Nyeri
- Region : Daerah sekitar luka
Depan Belakang
- Scale : 5-6
- Time : Nyeri yang dirasakan terus menerus

Masalah Keperawatan:

NYERI AKUT b/d AGEN PECEDERA FISIK (PROSEDUR OPERASI)

3. Kepala :
 Kulit : Tidak ada luka dan benjolan
 Rambut : Tidak rontok, bersih, sehat
 Muka : Tidak ada luka
4. Sistem Sensori Persepsi
 Mata
Inspeksi : Tampak simetris, tidak ada kemerahan
Konjungtiva : Anemis
Sklera : Ikteris
Pupil : Isokor
Palpebra : Tidak ada lesi
Lensa : Tampak bersih
Palpasi
Tekanan intra Okuler : Baik
 Hidung : Simetris, tidak ada pembengkakan
 Gigi : Bersih
 Bibir : Tidak ada sariawan
 Leher : Tidak ada benjolan
 Telinga : Tidak ada masalah
Lubang Telinga : Bersih
Membran Tympani : Baik
Gangguan Pendengaran : Klien mampu mendengar dengan baik

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

5. Sistem Respirasi
a. Inspeksi
Bentuk : Tidak ada penarikan dinding dada, simetris

b. Palpasi
Tractil Fremitus : Simetris antara kanan dan kiri
c. Perkusi : Redup
d. Auskultasi
Suara Nafas : Vesikuler (+/+), irama nafas teratur
Suara Nafas tambahan : Tidak ada suara nafas tambahan

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

6. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Bentuk : Baik
b. Palpasi
Iktus Cordis : Teraba
c. Perkusi
Batas Jantung : Batas Atas (ICS II Naid Sternalis)
Batas Bawah (diantara ICS 5 dan ICS 6)
Batas Kanan (Linea Midsternalis dan Midclavikularis
sinistra)
Batas Kiri (sedikit bergeser dari midclavikularis
sinistra)
Pembesaran Jantung : Tidak ada
d. Auskultasi
Bunyi normal : BJ I : lup
BJ II : dup
BJ III :
BJ IV :
Bunyi tambahan : Tidak ada
e. Cappilary Refill : Kurang dari 2 detik

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

5. Sistem Persyarafan (Neurogical )


a. GCS
Eye :4
Verbal :5
Motorik :6
b. Sistem sensorik
Tajam : Normal, mampu merasakan ketajaman
Tumpul : Normal, mampu merasakan benda tumpul
Halus : Normal, mampu benda halus
Kasar : Normal, mampu merasakan benda kasar
c. Sistem motorik
Keseimbangan : Klien mampu berdiri dengan kedua kakinya
Koordinasi gerak : Baik, klien mampu bergerak
d. Reflek
Bisep : Normal, bisek berkontraksi
Trisep : Normal, trisep berkontraksi
Patella : Tidak terkaji
Meningeal : Normal
Babinsky : Normal, negatif
Chaddock : Normal, negatif

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

6. Sistem Gastrointestinal
a. Inspeksi
Bentuk : Terdapat luka post op laparatomy
Tepi Perut : Tepi sebelah kiri luka bekas post op
laparatomy
Bendungan pembuluh darah : tidak ada
Ascites : Tidak ada
b. Auskultasi
Peristaltik : Normal
c. Palpasi
Nyeri : Tidak ada
Massa : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
Pembesaran hepar : Tidak ada
Pembesaran Lien : Tidak ada

Masalah Keperawatan:

RESIKO INFEKSI
7. Sistem Musculoskeletal
a. ROM : Mampu bergerak
b. Keseimbangan : Baik

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

8. Sistem Integument
a. Inspeksi : Terdapat luka post op laparotomy pada bagian perut
kiri
b. Palpasi : Teraba hangat
c. Pitting Oedem : Tidak ada
d. Akral : Hangat

Masalah Keperawatan:

RESIKO INFEKSI

9.Sistem Reproduksi
a. Pria
Inspeksi : Tidak ada lesi dan peradangan
Palpasi : Tidak ada pembengkakan
b. Wanita
Inspeksi :
Palpasi :
Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

e. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Hari/Tgl/Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
Sabtu, Hemoglobin 13,1 Normal
Hematokrit
03 April 2021 38,4
MCV
MCH 78,9
Jumlah Eritrosit
26,9
Jumlah Leukosit
Jumlah Trombosit 4.87
MCHC
5,63
Monosit
Limposit 269
Neutrofil
Eosinofil
Basinofi 34,1
Basofil
4.4
RDW
Golongan darah dan 35,0
RH
58,8
Glukosa sewaktu
SGOT 0,9
SGPT
0,9
13,1
B
rhesus
positif
99
23
28

b. USG/EKG/EEG/MRI/Pemeriksaan lain
Hari/Tgl/Jam Kesan
EKG : Sinus Rhythm
14 maret 2021

DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


Klien mengatakan merasakan nyeri pada Klien tampak meringis kesakitan, nadi :
bagian luka bekas operasi, nyeri yang 90x/menit, klien tampak gelisah.
dirasakan terus menerus dengan skala
nyeri 5-6.
Klien telah dilakukan prosedur invasif
yaitu op laparotomy pada bagian perut
sebelah kiri
ANALISA DATA

No Symptomp Etiologi Problem


1. Ds : Klien mengatakan merasakan AGEN NYERI AKUT
nyeri pada bagian luka bekas PECEDERA FISIK
operasi, nyeri yang dirasakan terus (PROSEDUR
menerus dengan skala nyeri 5-6. OPERASI)
Do : Klien tampak meringis
kesakitan, nadi : 90x/menit, klien
tampak gelisah.
2. Do : Klien telah dilakukan RESIKO INFEKSI
prosedur invasif yaitu op
laparotomy pada bagian perut
sebelah kiri

2.2 Diagnosa Keperawatan

Nama Klien : Tn.A Nama Mahasiswa : Dinda Rahmi Listi


Ruang : Meranti III Nim : G1B220037
No RM :

No Tanggal Diagnosa Keperawatan TTD


1. 06 april NYERI AKUT b/d AGEN PECEDERA FISIK (PROS
2021 EDUR OPERASI) d/d Klien mengatakan merasakan
nyeri pada bagian luka bekas operasi, nyeri yang
dirasakan terus menerus dengan skala nyeri 5-6, Klien
tampak meringis kesakitan, nadi : 90x/menit, klien
tampak gelisah.
2. 06 april RESIKO INFEKSI d.d Klien telah dilakukan prosedur
2021 invasif yaitu op laparotomy pada bagian perut sebelah
kiri
2.3 Rencana Asuhan Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


o
1. NYERI AKUT b/d Setelah dilakukan tindakan - Lakukan pengkajian nyeri komperhensif
AGEN PECEDERA keperawatan 1x24 jam diharapkan - Gali faktor yang dapat menimbulkan
FISIK (PROS EDUR nyeri yang dirasakan klien nyeri
OPERASI) berkurang/menghilang. - Berikan informasi mengenai penyebab
Dengan kriteria hasil yaitu : nyeri
- Klien mengatakan nyeri yang - Ajarkan teknik non farmakologi dalam
dirasakan sudah manajemen nyeri
berkurang/menghilang - Kolaborasi metode farmakologi
- Nadi : 60 x permenit
- Klien tidak tampak gelisah
lagi
- Klien tidak meringis
kesakitan
2. RESIKO INFEKSI Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam - Lakukan perawatan luka post op
diharapkan tidak ada tanda-tanda laparotomy dengan benar
infeksi pada luka post op - Cek kulit area luka post op laparotomy
laparotomy. - Tekan area sekitar luka untuk melihat
Dengan kriteria hasil yaitu : apakah ada massa
- Tidak ada tanda-tanda - Pastikan luka dalam keadaan bersih
kemerahan pada luka
- Tidak ada sensasi panas pada
luka
- Luka terlihat bersih
- Tidak ada massa pada luka

2.4 Implementasi Keperawatan

Tanggal Diagnosa Implementasi Respons TTD


Keperawatan
07 april 2021 NYERI AKUT b/d - Lakukan pengkajian - Skala nyeri 3-4, nyeri
AGEN PECEDERA nyeri komperhensif berkurang
FISIK (PROS EDUR - Monitor vital sign - N = 65 x permenit
OPERASI) - Gali faktor yang dapat - Nyeri yang dirasakan
menimbulkan nyeri pada saat bergerak atau
- Berikan informasi miring ke kiri
mengenai penyebab nyeri - Penyebab nyerinya
- Ajarkan teknik non yaitu post op
farmakologi dalam laparatomy
manajemen nyeri - klien melakukan teknik
- Kolaborasi metode nafas dalam untuk
farmakologi mengurangi nyerinya
- klien diberikan obat
pereda nyeri
07 april 2021 RESIKO INFEKSI - Lakukan perawatan luka - Luka klien dibersihkan
post op laparotomy setiap pagi
dengan benar - Area kulit sekitar luka
- Cek kulit area luka post tampak bersih, tidak
op laparotomy ada kemerahan, dan
- Tekan area sekitar luka tidak ada sensasi panas
untuk melihat apakah ada - Tidak ada massa atau
massa push pada luka klien

2.5 Evaluasi Keperawatan

Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi


07 april 2021 NYERI AKUT b/d AGEN S = klien mengatakan nyeri yang dirasakan
PECEDERA FISIK (PROS EDUR berkurang, skala nyeri 3-4
OPERASI) O = n : 65 x permenit
A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi dilanjutkan
07 april 2021 RESIKO INFEKSI S = klien mengatakan tidak ada sensasi panas
pada luka post op laparatomy
O = Area kulit sekitar luka tampak bersih, tidak
ada kemerahan, Tidak ada massa atau push pada
luka klien, perawatan luka dilakukan setiap pagi.
A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi dilajutkan

Anda mungkin juga menyukai