Disusun Oleh
NAMA : Dinda Rahmi Listi
NIM : G1B220037
PERIODE : Minggu Ke-2
PEMBIMBING AKADEMIK :
Dr. Muthia Mutmainnah, M.Kep, Sp. Mat
Ns. Sri Mulyani, S.Kep., M.Kep
PEMBIMBING LAPANGAN :
Ns.Radna Vilusa,S.Kep
Contents
DAFTAR ISI......................................................................................................................................i
BAB I.................................................................................................................................................1
LAPORAN PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 KONSEP DASAR ABORTUS.................................................................................................1
1.1.1 Definisi Abortus..........................................................................................................1
1.1.2 Jenis-Jenis Abortus....................................................................................................1
1.1.3 Pemenuhan Dasar Kebutuhan Pada Ibu Abortus Menurut Virginia Henderson:
3
1.2 KONSEP DASAR ABORTUS IMMINENS..............................................................................4
1.2.1 Definisi Abortus Imminens........................................................................................4
1.2.2 Etiologi Abortus Imminens........................................................................................4
1.2.3 Manifestasi Klinis.......................................................................................................7
1.2.4 Klasifikasi Abortus.....................................................................................................8
1.2.5 Patofisiologi...............................................................................................................10
1.2.6 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................10
1.2.7 Penatalaksanaan Abortus Imminens......................................................................11
1.2.8 Komplikasi................................................................................................................11
1.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................12
1.3.1 Pengkajian.................................................................................................................12
1.3.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................................16
1.3.3 Perencanaan Keperawatan......................................................................................17
1.3.4 Pelaksanaan Keperawatan......................................................................................19
1.3.5 Evaluasi Keperawatan.............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................21
BAB II..............................................................................................................................................22
LAPORAN KASUS........................................................................................................................22
i
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1
yang diukur secara akurat dalam periode waktu tertentu tidak membesar
malah mengecil, dapat disimpulkan bahwa janin telah meninggal.
b. Abortus insipien adalah abortus yang ditandai oleh robekan selaput ketuban
yang nyata disertai dilatasi serviks.
c. Abortus inkompletus adalah abortus yang terjadi pada minggu kesepuluh,
janin dan plasenta kemungkinan besar dikeluarkan bersama-sama, tetapi
sesudah minggu kesepuluh, pengeluaran terjadi secara terpisah. Perdarahan
yang menyertai abortus pada kehamilan yang lebih lanjut seringkali banyak
dan kadang-kadang massif sehingga menimbulkan hypovolemia berat.
d. Missed abortion adalah retensi produk konsepsi in utero yang sudah
meninggal selama 4-8 minggu atau lebih. Saat ovum mati, mungkin mungkin
timbul perdarahan vagina atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus
iminem. Pada palpasi dan pengukuran uterus akan menunjukan bahwa uterus
tidak berhenti membesar, tetapi malah mengecil akibat absorbpsi cairan
amnion dan maserasi janin.
e. Abortus spontan rekuren adalah abortus spontan yang terjadi setelah tiga kali
atau lebih abortus spontan yang beruntun .abortus spontan rekuren umumnya
terjadi secara kebetulan.
2. Abortus yang diinduksi (Abortus Buatan)
Abortus buatan atau abortus yang diinduksi yaitu tindakan abortus
yang sengaja dilakukan.Dua bentuk abortus yaitu abortus terapeutikus
(abortus provokatus medisinalis) dan abortus elektif (abotus provokatus
kriminalis). Berikut uraiannya:
a. Abortus Terapeutik (Abortus Provokatus Medisinalis)
Adalah penghentian kehamilan sebelum janin mampu hidup demi
keselamatan atau kesehatan ibunya. Indikasi dilakukannya abortus
terapeutikus menurut kebijakan yang dibuat oleh American College of
Obstetrician and Gynecologists:
Jika diteruskan, kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau menyebabkan
gangguan kesehatan yang serius. Dalam menentukan apakah ada resiko
2
kesehatan semacam itu, dapat dipertimbangkan lingkungan pasien
keseluruhan, saat ini atau pada masa mendatang yang relevan.
Jika kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Pada kasus seperti ini
digunakan kriteria medis yang sama dalam evaluasi pasien.
Jika kehamilan diteruskan, kemungkinan besar anak dilahirkan dengan
deformitas fisik atau retardasi mental yang parah.
b. Abortus Elektif (Sukarela) / Abortus Provokatus Kriminalis
Adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable (mampu
hidup) atas permintaan pasien, teapi bukan disebabkan risiko ibu atau
penyakit janin.Atau aburtus pada kehamilan yang tidak diinginkan.
3
9. Mempertahankan temperature tubuh dan sirkulasi : Klien dengan abortus
biasanya mengalami gangguan dalam hal temperature tubuh berupa
peningkatan suhu tubuh dan sirkulasi berupa penurunan tekanan darah.
10. Kebutuhan keamanan : Kebutuhan keamanan ini perlu dipertanyakan apakah
klien tetap merasa aman dan terlindungi oleh keluarganya.Klien mampu
menghindari bahanya dari lingkungan.
11. Sosialisasi : Bagaimana klien mampu berkomunikasi dengan orang laim
dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran.
12. Kebutuhan spiritual : Pada kebutuhan spiritual ini, tanyakan apakah klien
tetap menjalankan ajaran agamanya ataukah terhambat karena keadaan yang
sedang di alami.
13. Kebutuhan bermain dan rekreasi : Klien abortus biasanya tidak dapat
memenuhi kebutuhan bermain dan rekreasi karena dalam kondisi yang lemah.
14. Kebutuhan belajar : Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau
memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal,
kesehatan dan penggunanaan fasilitas kesehatan yang tersedia.
4
sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh
penyakit dari ayahnya
5
1 Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.
Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah
pada kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah:
a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X. Abnormalitas
embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini dan
kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom.
Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang
sempurna sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil
konsepsi.Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu
pendek jarak kehamilan.
Pengaruh akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik
hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.Pengaruh ini
umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain
misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.
b. Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin.Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan
muda misalnya karena hipertensi menahun.Infeksi pada plasenta dengan
berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi.Gangguan
pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus.Hipertensi
menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan
keguguran.
2 Faktor maternal
Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat: penyakit
menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada
vaksinasi terhadap penyakit cacar. nefritis kronis dan gagal jantung dapat
6
mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat
yang diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian
janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu
proses normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan
menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi uterus. Penyakit
infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium
dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian
janin, kemudian terjadi abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan
derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga
hipotiroidisme dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana
autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun
tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.
3 Kelainan traktus genetalia
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri
atau halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya
fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.Kerusakan
pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau akibat
tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi). Rahim merupakan tempat
tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk
mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks
inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks),
robekan serviks postpartum.
4 Trauma
Biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita
dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.
5 Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai
penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu,
7
yaitu saat plasenta mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi
hormon.
6 Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengaruhi fungsi
uterus lewat hipotalamus-hipofise.
1.2.3 Manifestasi Klinis
1 Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah: Terlambat haid
atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2 Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat
3 Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
4 Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
akibat kontraksi uterus
5 Pemeriksaan ginekologi:
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dari ostium
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri
d. Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif.
6 Terdapat keterlambatan datang bulan
7 Terdapatnya perdarahan, disertai sakit perut (mules)
8 Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan
dan terjadi kontraksi otot rahim.
8
9 Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis
servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim.
10 Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif (Manuaba IGB, : 2009).
9
1.2.4 Klasifikasi Abortus
1 Abortus Spontan
Abortus Spontan adalah keadaan terjadinya pengeluaran sebagian
ataupun seluruh bagian hasil konsepsi secara alami, bukan tindakan
pengeluaran secara sengaja.Abortus spontan ditandai dengan terjadinya
perdarahan dari jalan lahir dengan adanya jaringan disertai dengan rasa
mulas pada perut bagian bawah.Keadaan ini disebut sebagai keadaan
keguguran yang sebenarnya.
2 Abortus Imminens
Abortus Imminens atau abortus mengancam merupakan keadaan
terjadinya perdarahan berupa bercak dengan atau tanpa mulas pada bagian
perut bawah.Pada pemeriksaan inspeksi genitalia interna, keadaan ostium
uteri tertutup. Delapan puluh persen ibu yang mengalami abortus
mengancam jika ditangani dengan tepat maka kehamilannya akan dapat
dipertahankan. Jika perdarahan tetap berlangsung disertai dengan mulas,
maka prognosa kehamilan menjadi lebih buruk, hal ini menjadi tanda
terjadinya abortus spontan.
3 Abortus Insipiens
Abortus Inspiens merupakan pengeluaran hasil konsepsi yang tidak
dapat dicegah lagi, dimana peristiwa tersebut sedang berlangsung, disertai
dengan mulas yang meningkat dan perdarahan yang bertambah.Pada
pemeriksaan inspekulo terlihat ostium uteri terbuka dan kantung
kehamilan menonjol ataupun terlihat aliran darah.
4 Abortus Inkomplet
Abortus Inkomplet adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi
dengan meninggalkan sisa konsepsi dalam Rahim sehingga menimbulkan
keluhan perdarahan dan nyeri pada bagian perut bawah.Pada pemeriksaan
inspekulo didapati ostium uteri membuka. Darah yang dikeluarkan diserati
dengan jaringan dan tidak akan berhenti hingga sisa konsepsi dikeluarkan.
Jika sisa konsepsi tidak dikeluarkan dapat menimbulkan infeksi pada ibu.
5 Abortus Komplet
10
Abortus Komplet pada keadaan ini, hasil konsepsi keluar dari
cavum uteri secara keseluruhan, biasa terjadi pada kehamilan awal, pada
saat plasenta belum terbentuk sehingga memungkinkan hasil konsepsi
terkeluarkan seluruhnya dan ostium uteri akan tertutup serta perdarahan
akan berangsur-angsur berhenti.
6 Missed Abortion
Pada missed abortion janin telah meninggal tetapi hasil konsepsi
masih ada di dalam Rahim selama beberapa jangka waktu yang lebih
panjang (2 minggu atau lebih). Gejala klinis yang muncul yaitu perdarahan
bercak, terdapat nyeri abdomen/punggung (bisa ada/bisa tidak), ostium
uteri tertutup, kondisi pada awal kehamilan. Tidak terjadi penambahan
tinggi fundus uteri serta berangsur-angsur rahim menjadi kecil (akibat
maserasi janin dan penyerapan cairan amnion), kelenjar susu yang
sebelumnya mengalami perubahan kembali ke keadaan semula, wanita
tertentu mengalami penurunan berat badan. Amenore menetap dan tidak
ada denyut jantung. Keadaan ini berbeda dengan blighted ovum, dimana
hasil fertilisasi tidak mengalami perkembangan menjadi embrio, sehingga
kantung kehamilan terlihat kosong pada USG.
7 Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah istilah yang diberikan ketika seorang ibu
mengalami abortus spontan sebanyak tiga kali atau lebih secara berurutan.
Apabila wanita tersebut sudah berulang kali mengalami abortus, maka ia
perlu ipertimbangkan untuk mendapat konseling genetik dan pemeriksaan
endokrinologi.
11
1.2.5 Patofisiologi
12
1.2.7 Penatalaksanaan Abortus Imminens
1 Penatalaksnaan Keperawatan
a) Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsangan
mekanik berkurang.
b) Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila klien tidak panas
dan tiap empat bila pasien panas.
c) Tes kehamilan dapat dilakukan bila hasil negative, mungkin janin sudah
mati, periksa USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
d) Berikan obat penenang, biasanya Fenobarbital 3x30mg, berikan Preparat
Hemafinik misalnya Sulfas Ferosus 600-1000mg.
e) Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
f) Bersihkan vulva minimal 2x sehari dengan cairan anti septik untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan cokelat.
2 Penatalaksanaan Medik Abortus Imminens
a) Tirah baring
b) Pemberian hormone progesterone, sebelumnya dipastikan dulu karena
adanya kekurangan hormone progesterone
c) USG: Penentuan kondisi janin
d) Pemeriksaan lanjut untuk mncari penyebab abortus. Perhatikan juga
involusi uterus dan kadar B-Hcg 1-2 bulan kemudian
e) Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika
perlu, anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil.
1.2.8 Komplikasi
1) Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan abortus imminens adalah
sebagai berikut :
a) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi denga pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlInfeksiu pemberian transpusi darah, Kematian
karena perdarahan dapatb terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
13
b) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini pendrita perlu
diamati dengan teliti.Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi.
c) Infeksi
Keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau
toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritonium.
d) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok
Hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).
1.3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam landasan proses
keperawatan, bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien agae
dapat mengidentifikasi dan menganalisa masalah pasien. Penulis hanya
akan menjelaskan pengkajian secara khusus pada pasien dengan abortus
pengkajian abortus adalah:
1) Anamesa:
a) Usia kehamilan ibu (kurang dari 20 minggu)
b) Adanya kram perut atau mules daerah atas simpisis, nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus
c) Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
d) Lama kehamilan
e) Kapan terjadi perdarahan, berapa lama, banyaknya, dan aktivitas yang
mempengaruhi
f) Karakteristik darah: merah terang, kecokelatan, adanya gumpalan darah,
dan lender
14
g) Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul atau tajam,
mulas, serta pusing
h) Gejala – gejala hipovolemia seperti sinkop.
2) Keluhan utama:
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam
berulang, rasa nyeri atau kram pada perut. Pasien juga mungkin mengeluhkan
terasa ada tekanan pada punggung, merasa lelah dan lemas.
3) Riwayat kesehatan , yang terdiri atas:
a) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di
luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
b) Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakityang pernah dialami oleh klien misalnya: DM,
jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan
penyakit-penyakit lainnya.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
4) Riwayat Obstetri
Yang perlu dikaji adalah:
a) Keadaan haid
Yang perlu diketahui pada keadaan haid adalah tentang Menarche, siklus
haid, hari pertama haid terakhir, jumlah dan warna darah keluar, lamanya
haid, nyeri atau tidak, bau.
b) Perkawinan
Yang perlu ditanyakan berapa kali kawin dan sudah berapa lama
15
c) Riwayat kehamilan
7 Riwayat kehamilan yang perlu diketahui adalah berapa kali melakukan
ANC (Ante Natal Care), selama kehamilan
d) Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan
serta keluhan yang menyertainya.
5) Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan
jenis obat lainnya.
6) Pemeriksaan Fisik
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, metode yang digunakan adalah
pemeriksaan Head To Toe. Pemeriksaan fisik secara head to toe pada klien
dengan abortus meliputi:
a) Keadaan umum
Klien dengan abortus biasanya keadaan umumnya lemah
b) Tanda – tanda vital
ta
Tekanan darah : Menurun
Nadi : Mungkin meningkat (›90x/menit)
Suhu : Meningkat/menurun
Respirasi : Meningkat ›20x/menit
c) Kepala:
Inspeksi: bersih atau tidaknya, ada atau lesi
Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan, krepitasi, masa
d) Wajah
Inspeksi : Tampak pucat, ada atau tidak oedem
e) Mata
Inspeksi : Konjungtiva tampak pucat (karena adanya
perdarahan), sklera ikterus.
f) Hidung
Inspeksi : Simetris atau tidak, ada tidaknya polip
g) Telinga
16
Inspeksi : Ada tidaknya peradangan dan lesi
h) Mulut
Inspeksi : Periksa apakah bibir pucat atau kering,
kelengkapan gigi, ada tidaknya karies gigi.
i) Leher
Inspeksi : Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan
Limfe
Palpasi : Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan
Limfe
j) Payudara
Inspeksi : Ukuran payudara, simetris dan penampilan kulit, inspeksi
puting teradap ukuran, bentuk, ada tidaknya ulkus dan kemerahan.
Palpasi :Palpasi payudara untuk mengetahui konsistensi dan nyeri
tekan
k) Thorax
Inspeksi : Pergerakan dinding dada, frekuensi, irama,
kedalaman dan penggunaan otot bantu
pernapasan, ada tidaknya retaksi dinding dada
Palpasi premitus : Ada tidaknya nyeri tekan dan krepitasi vocal
Perkusi : Kenormalan organ thorax
Auskultasi : Ada tidaknya suara nafas tambahan
l) Abdomen
Inspeksi : Pembesaran perut sesuai usia kehamilan,
perdarahan pervaginam, terlihat jaringan parut pada
perut, ada tidaknya jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva.
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : TFU 2 jari diatas simpisis pubis, terdapat
kontraksi uterus, tonus baik, lembek dan tidak terdapat
nyeri tekan.
17
Perkusi :Suara normal timfani, untuk mengetahui suara
normalnya bila masih ada sisa hasil konsepsi yang belum
dkeluarkan maka suara akan berubah menjadi lebih pekak
m)Genetalia
Inspeksi : Kebersihan kurang, perdarahan pervaginam, terdapat
bekuan darah, serviks tampak mendatar dan dilatasi
n) Ekstremitas atas
Inspeksi : Ada tidaknya infus yang terpasang
Palpasi : CRT (Capilary Refile Time)
o) Ekstremitas bawah
Inspeksi : Ada tidaknya deformitas
Palpasi : Akral (perdarahan biasanya disertai dnegan akral
dingin).
7) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang ini diperlukan dalam keadaan abortus imminens,
abortus habitualis, serta missed abortion:
a) Pemeriksaan ultrasonografi atau doppler untuk menentukan apakah
janin masih hidup atau tidak, serta menentukan prognosis.
b) Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion
c) Tes kehamilan.
1.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada ibu abortus
imminens, menurut (Nugroho, 2011), (NANDA NIC NOC, 2013) antara
lain adalah:
1) Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauterine
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
3) Intoleransi berhubungan dengan respon tubuh terhadap aktivitas: perdarahan,
keletihan
4) Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab
5) Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan, masalah kesehatan.
18
19
1.3.3 Perencanaan Keperawatan
Menurut Nugroho (2011),(NANDA NIC NOC, 2013) Asuhan
Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam (2011):
1) Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan gangguan rasa
nyaman nyeri dapat teratasi dengan:
Kriteria Hasil:
a) Nyeri tidak ada
b) Nyeri hilang
Intervensi:
a) Observasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b) Observasi skala nyeri
c) Monitor tanda – tanda vital
d) Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
e) Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri (miring kanan, miring kiri)
f) Kolaborasi pemberian analgetika
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan resiko tinggi
kekuragan volume cairan dapat diatasi dengan
Kriteria Hasil:
a) Tanda-tanda vital dalam batas normal
b) Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikkan dengan haluaran
urine adekuat dengan berat jenis normal 3 – 5 ml/ jam
c) Turgor kulit elastis
d) Capillaryrefill kurang dari 2 detik
Intervensi
a) Kaji dan observasi penyebab kekurangan cairan (perdarahan)
b) Kaji kondisi status hemodinamika
c) Kaji intake output
d) Monitor tanda – tanda vital
20
e) Pantau kadar Hb dan Ht
f) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
3) Intoleransi berhubungan dengan respon tubuh terhadap aktivitas: perdarahan,
keletihan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan klien dapat
mobilisasi dengan
Kriteria Hasil:
a) Klien dapat beraktivitas kembali
b) Klien dapat melakukan aktivitas mandiri
c) Klien
Intervensi
a) Kaji respon klien terhadap aktivitas: perdarahan dan keletihan
b) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
c) Monitor tanda – tanda vital
d) Tingkatkan aktivitas secara bertahap
e) Berikan klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
f) Berikan klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi
klien.
g) Anjurkan klien untuk istirahat sesuai jadwal sehari – hari
h) Anjurkan pemenuhan aktivitas berat yang tidak dapat/ tidak boleh dilakukan
klien, dan libatkan keluarga klien
i) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
4) Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan Tidak terjadi
infeksi selama perawatan perdarahan dengan
Kriteria Hasil:
a) Infeksi tidak terjadi
b) Tanda – tanda vital dalam batas normal
c) Tanda – tanda infeksi berkurang
21
Intervensi
a) Kaji tanda – tanda vital
b) Monitor tanda – tanda infeksi
c) Kurangi organisme yang masuk kedalam individu: cuci tangan, steril untuk
perawatan luka dan tindakan invasive
d) Anjurkan klien menggunakan tehnik aseptic
e) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
5) Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan tidak terjadi
kecemasan pada klien dengan
Kriteria hasil:
a) Aktivitas fisik meningkat
b) Cemas berkurang
Intervensi
a) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
b) Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
c) Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
d) Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
e) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan
keluarga.
22
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berkurang
2) Volume cairan teratasi
3) Intoleransi aktivitas teratasi dengan mobilisasi
4) Infeksi tidak terjadi
23
DAFTAR PUSTAKA
24
BAB II
LAPORAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 43 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : RT.28 Kumpeh
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No Register : 08.06.16
Diagnosa medis : AB Imminens
Tanggal persalinan : 04 Maret 2021
Tanggal masuk : 04 Maret 2021
Diagnosa Medis : AB Imminens
Tanggal pengkajian : 04-05 Maret 2021
25
B. ALASAN MASUK RS
Klien mengatakan mengalami perdarahan dan terdapat gumpalan darah
(stosel), nyeri pada bagian perut sejak 6 hari. Pagi ini semakin banyak
26
Bau Haid : Anyir / Busuk
Dismenorhea : Ya / Tidak
6) HPHT : klien lupa
7) Taksiran persalinan : 01-10-2021
b. Riwayat perkawinan (suami dan istri)
1) usia menikah : 22 tahun
2) lama perkawinan : 13 tahun
3) pernikahan yang ke : 1
c. Riwayat kontrasepsi
1) Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil
:-
Klien tidak menggunakan kontrasepsi
2) Waktu dan lama penggunaan.
:-
3) Masalah dalam penggunaan cara tersebut
:-
4) Jenis kontrasepsi yang akan dilaksanakan setelah persalinan
sekarang : -
5) Jumlah anak yang direncanakan keluarga
:3
27
2. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
G3 P0 A2
3 Partus
4 ini Abortus
Imminens
28
H. DATA BIOLOGIS
1. Aktivitas Kehidupan Sehari–Hari/ Activity Daily Living (ADL)
N ADL SEBELUM SAKIT SETELAH SAKIT
O (Activity DailyLiving)
1. NUTRISI
a. MAKAN
Jenis Menu Karbohidrat (nasi, jagung), Klien makan dengan kategori
protein (ikan nila, tahu, MB (makan biasa). Makanan
tempe), sayur (bayam. yang diberikan oleh gizi, dapat
Kangkung), lemak (ayam), dihabiskan oleh klien dengan
buah buahan (pisang, papaya) mengkonsumsi beberapa kali
Frekuensi 4-5 kali dalam sehari dengan 3 kali dalam sehari dengan
porsi kecil
29
Klien juga memiliki
pantangan dengan jenis
makanan seafood
b. MINUM
Jenis Air mineral, susu, jus buah Air mineral
Frekuensui Klien minum air mineral 7-8 Klien hanya minum air mineral
kali dalam sehari. 9-10 kali dalam sehari.
Mengkonsumsi susu telah
dihentikan sejak seminggu
yang lalu. Mengkonsumsi jus
2 hari sekali
Jumlah Klien minum air mineral 2 L Klien minum air mineral 2 L per
per hari hari
30
Keluhan Tidak ada keluhan Karena klien banyak minum,
frekuensi BAK klien juga
meningkat
Kesukaran tidur Klien mengatakna mempunyai Klien tidak bisa tidur selama 2
kebiasaan insomnia hari dikarenakan nyeri yang
dirasakan klien sehingga
mengakibatkan gangguan rasa
nyaman klien
b. SIANG
Berapa jam Klien tidak pernah tidur siang Selama di rumah sakit, klien
31
tidak pernah tidur siang
Dari jam - -
Kesukaran tidur Klien memiliki kebiasaan Klien memiliki kebiasaan tidak
tidak pernah tidur pada siang pernah tidur pada siang hari
hari
3. ELIMINASI
a. BAK
Frekuensi 10 kali dalam sehari BAK klien meningkat selama di
RS
Jumlah 1000 cc 1500 cc
Bau Tidak ada bau khusus seperti Tidak ada bau khusus
obat-obatan
32
b. BAB
Frekuensi 1 kali dalam sehari 1 kali dalam sehari
Jumlah Sedikit Sedikit
Bau
Kesulitan Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan
4. PERSONAL HYGIENE
a. MANDI
Frekuensi 3 kali dalam sehari 2 kali dalam sehari menggunakan
tisu basah
Menggunakan sabun Klien mandi menggunakan Klien menggunakan tisu basah
sabun
b. BERPAKAIAN
33
Frekuensi ganti pakaian 3 kali dalam sehari 2 kali dalam sehari
5. MOBILITAS dan
AKTIVITAS
Aktivitas yang dilakukan Klien diminta untuk bed rest. Klien diminta untuk bed rest
Seminggu yang lalu klien
mulai belajar melakukan
aktivitas seperti mencuci
piring
Kesulitan Klien tidak dapat berdiri dan Klien tidak dapat melakukan
jongkok dalam waktu yang aktivitas seperti duduk
lama
34
2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum
Kondisi umum : Sedang
Tingkat kesadaran : Compos Mentis
TTV (T, N, R, S) : TD : 100/60 mmhg, HR : 76x/I, RR : 19x/I,
S : 36,5o C
BB : 50 kg
TB : 158 cm
b. Sistem pernafasan (IPPA) :
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, frekuensi
pernapasan 19x/i, irama napas teratur, tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan, tidak ada
retraksi dinding dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada krepitasi, tidak
ada massa dan lesi
Perkusi : Sonor
auskultasi : Vesicular, tidak ada suara napas tambahan
c. Sistem kardiovaskuler (IPPA: TD, nadi, sianosis, konjungtiva, bunyi
jantung,extremitas {edema, homan sin, varises, CRT}).
Inspeksi : TD : 100/60 mmhg, HR : 76x/I, tidak ada sianosis,
konjungtiva tidak anemis, tidak ada edema pada ekstremitas, CRT
<2 detik
Palpasi : Ictus cordis ICS V sisi kiri agak medial dari linea
midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas kiri jantung :
Atas : ICS II kiri di linea parastrenalis kiri
Bawah : ICS V kiri medial linea midklavikularis
kiri (tempat iktus)
Batas kanan jantung :
Atas : ICS II kanan linea parasternalis kanan
35
Bawah : ICS III-IV kanan, di linea parasternalis
kanan
Auskultasi : S1 S2 normal (lub - dub)
d. Sistem pencernaan (IAPP: kelembapan membran mukosa, edema,
BU, hemoroid).
Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak ada sariawan, terdapat
gusi berdarah, lidah tampak bersih
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi :Terdapat nyeri pada daerah abdomen bagian tengah
e. Sistem persyarafan (IPPA: status mental, kejang, reflex patela).
Inspeksi : kesadaran klien compos mentis, tidak ada tremor,
tidak ada kejang
Palpasi : adanya nyeri abdomen di bagian tengah menjalar
selangkang
f. Sistem panca indra (IPPA: fungsi penglihatan [pandangan kabur,
pandangan berkunang–kunang], pendengaran, penciuman,
pengecapan, perabaan).
Inspeksi : pandangan mata klien kabur, fungsi penciuman
baik, fungsi pendengaran baik, fungsi pengecapan
baik, fungsi perabaan baik
g. Sistem perkemihan (IPPA: palpasi kandung kemih, berkemih
berlebihan, hematuri).
Inspeksi : klien BAK 10x dalam sehari, tidak ada hematuri
Palpasi : vesika urinaria penuh
h. Sistem integumen (IPPA: hiperpigmentasi, kloasma gravidarum,
turgor, striae, lukaSC [karakteristik]).
Inspeksi : turgor kulit baik, tidak ada sianosis, terdapat
kloasma gravidarum, tidak ada striae gravidarum, terdapat
linea nigra
i. Sistem endokrin (IPPA: pembesaran kelenjar tiroid, tremor).
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
36
j. Sistem muskuloskeletal (IPPA: masaa tonus otot, kekuatan otot,
ROM, deformitasdiastasis rektur abdominis [lebar, panjang]).
Inspeksi : tidak ada atrofi atau hipertrofi, tidak ada kelainan
pada tulang belakang, kekuatan otot 4
Palpasi : tidak ada edema dan nyeri tekan
k. Sistem reproduksi (IPPA: payudara [pembesaran, hiperpigmentasi
areola, keadaan putting susu, bengkak, bendung/ massa, kebersihan],
Uterus [TFU, posisi uterus,konsistensi uterus], genitalia externa
[edema, varises, kebersihan].
Inspeksi : putting susu menonjol, tidak ada massa pada
payudara, kebersihan putting suus baik
I. DATA PSIKOSOSIAL SPIRITUAL
1. Psikososial
a. Pola pikir dan persepsi (Pengetahuan tentang penyakitnya)
Klien mengatakan jika terdapat keluhan terhadap kesehatannya,
maka klien langsung berobat ke pelayanan kesehatan. Klien
mengatakan saat ini ketiga kalinya di diagnose abortus.
b. Persepsi diri
(Hal yang sangat dipikirkan saat ini, harapan setelah menjalani
perawatan, perubahan yang dirasa setelah hamil)
Klien dan suami sangat menantikan momen mempunyai anak.
Klien dan suami berharap kehamilan ketiga ini dapat berjalan
dengan lancer sampai anak dapat lahir dengan selamat. Akan tetapi
klien dan suami menetapkan komitmen bahwa takdir allah jauh
lebih indah.
c. Konsep diri
(Gambaran diri, peran, ideal diri, identitas diri, harga diri)
Klien mengatakan ingin yang terbaik bagi janin nya, sehingga klien
berusaha semampu mungkin untuk menjaga kandungannya.
37
d. Hubungan/ komunikasi
(Bahasa sehari–hari, kejelasan bicara, relevan, mampu mengerti
orang lain)
Bahasa sehari hari yang digunakan yaitu Bahasa melayu. Klien
dapat berkomunikasi dengan baik
e. Kebiasaan seksual
(Gangguan hubungan seksual, pemahaman terhadap fungsi seksual)
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan kebiasaan seksual
2. Spiritual
(Sumber kekuatan, Tuhan, agama, kepercayaan, sistem nilai dan
kepercayaan)
Klien biasanya sholat 5 waktu. Jika klien tidak mampu berdiri, klien
sholat dengan cara duduk
J. DATA PENUNJANG
1) Laboratorium
38
Hemoglobin 15,1 g/dl 11,5 - 15,0 High
Hematokrit 43,4 % 36 - 47% Normal
MCH 29,5 pg 27 - 34 Normal
Leukosit 12.200 4.000 – 10.000 High
Neotrofil 68,1 % 50 – 70 Normal
Limfosit 22,7 % 20 - 40 Normal
HBsAg Negatif Negatif Normal
39
DATA FOKUS
ANALISA DATA
40
No Hari/Tanggal/Jam Data Problem Kemungkinan
Penyebab
1 04/03/2021 Data Subjektif : Gangguan Kerusakan
Klien rasa jaringan
mengeluh nyaman intrauteri
nyeri di nyeri
perut
bagian
tengah
menjalar ke
bawah
Skala nyeri
7
Klien
mengeluh
terasa ada
tekanan
pada
punggung
Klien
mengatakan
masih
terdapat
pengeluaran
darah dari
jalan lahir
Data objektif :
Penurunan
tekanan
darah
(100/60
41
mmhg)
Klien
tampak
meringis
kesakitan
Klien
tampak
memegang
area nyeri
(abdomen)
42
3 jam
(04.00 –
07.00)
Data Objektif :
Pada saat
pengkajian
klien
tampak
mengantuk
3 14/03/2021 Data Subjektif : Intoleransi Kelemahan
Klien aktivitas
mengatakan
tidak dapat
berdiri,
duduk serta
jongkok
dalam
waktu yang
lama
Data Objektif :
Kekuatan
tonus otot
klien : 4
B. Diagnosa Keperawatan
No Hari/Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Paraf
1 04/03/2021 Gangguan rasa nyaman nyeri b.d
kerusakan jaringan intrauteri t.d
klien mengeluh nyeri di perut
bagian tengah menjalar ke bawah,
skala nyeri 7, klien mengeluh
terasa ada tekanan pada
43
punggung, terdapat pengeluaran
darah dari jalan lahir, penurunan
tekanan darah (100/60 mmhg),
klien tampak meringis kesakitan
dan memegang area nyeri
(abdomen)
2 04/03/2021 Gangguan pola tidur b.d kurang
kontrol tidur t.d klien mengatakan
tidak bisa tidur nyenyak selama 2
hari dikarenakan nyeri yang
dirasakan klien, klien mempunyai
kebiasaan insomnia, klien
biasanya tidur hanya 3 jam (04.00
– 07.00), dan pada saat pengkajian
klien tampak mengantuk
3 04/03/2021 Intoleransi aktivitas b.d
kelemahan t.d klien mengatakan
tidak dapat berdiri, duduk serta
jongkok dalam waktu yang lama,
dan kekuatan tonus otot klien 4
44
C. Intervensi Keperawatan
Tgl/Jam No Tujuan dan Kriteria Intervensi Paraf
. Hasil
Dx
04/03/2021 1 Setelah dilakukan 1. Mengkaji
tindakan keperawatan keluhan nyeri,
selama 2 jam lokasi,
diharapkan nyeri klien serangan, faktor
berkurang, dengan pencetus/yang
kriteria hasil : memperberat
Klien 2. Berikan
mengatakan lingkungan
nyeri yang nyaman
berkurang 3. Bantu klien
Ekspresi untuk
wajah klien mengidentifikas
tampak rileks i posisi yang
Klien tidak nyaman
melindungi 4. Mengajarkan
area nyeri klien teknik
nonfarmakologi
(relaksasi napas
dalam dan
massase)
5. Kolaborasi
pemberian
analgetik
04/03/2021 2 Setelah dilakukan 1. Kaji pola tidur
tindakan keperawatan klien
selama 1x24 jam 2. Kaji faktor yang
diharapkan klien menyebabkan
45
dapat istirahat tidur gangguan tidur
malam optimal, (nyeri, takut,
dengan kriteria hasil : stress, ansietas)
Klien 3. Ciptakan
melaporkan suasana
istirahat tidur nyaman,
malam yang kurangi atau
optimal hilangkan
Wajah tidak distraksi
pucat dan lingkungan dan
konjungtiva gangguan tidur
tidak anemis 4. Gunakan alat
karena kurang bantu tidur
tidur (pijatan di
Klien punggung)
mengatakan
nyeri
berkurang
Ekspresi
wajah klien
tampak rileks
Klien tidak
melindungi
area nyeri
04/03/2021 3 Setelah dilakukan 1. Kaji kesesuaian
tindakan keperawatan aktivitas dan
diharapkan nyeri klien istirahat klien
berkurang, dengan sehari-hari
kriteria hasil : 2. Peningkatan
Klien dapat aktivitas secara
melakukan bertahap,
46
aktivitas biarkan klien
dengan cara berprtisipasi
yang bertahap dalam
perubahan
posisi
3. Ketika
membantu klien
berdiri,
observasi gejala
intoleransi
seperti mual,
pucat, pusing,
dan tanda-tanda
vital
47
D. Implementasi Keperawatan
No Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Selasa 10/11/2020
1 04/03/202 1. Mengkaji keluhan S : klien mengatakan
1 nyeri, lokasi, serangan, masih terasa nyeri pada
faktor pencetus/yang area abdomen bagian
memperberat tengah. Nyeri hilang
2. Memberikan timbul
lingkungan yang
nyaman O : TD : 90/60
3. Membantu klien untuk HR : 80
mengidentifikasi RR : 19
posisi yang nyaman S : 36,5O C
4. Mengajarkan klien
teknik nonfarmakologi A : Masalah belum
(relaksasi napas dalam teratasi
dan massase)
5. Kolaborasi pemberian P : Lanjutkan intervensi
analgetik
2 04/03/202 1. Mengkaji pola tidur S : Klien mengatakan
1 klien durasi tidurnya
2. Mengkaji faktor yang bertambah menjadi 4
menyebabkan jam
gangguan tidur (nyeri,
takut, stress, ansietas) O : Mata klien terdapat
3. Menciptakan suasana lingkaran hitam
nyaman, kurangi atau
hilangkan distraksi A : Masalah belum
lingkungan dan teratasi
gangguan tidur
4. Mengajarkan klien P : Lanjutkan
untuk mengguunakan intervensi
48
alat bantu tidur
(pijatan di punggung)
3 04/03/202 1. Mengkaji kesesuaian S : Klien mengatakan
1 aktivitas dan istirahat masih sulit untuk
klien sehari-hari melakukan aktivitas
2. Mengajarkan duduk, jongkok dan
peningkatan aktivitas berjalan
secara bertahap,
biarkan klien O : Wajah klien tampak
berprtisipasi dalam sedikit meringis saat
perubahan posisi melakukan aktivitas
3. Ketika membantu
klien berdiri, A : Masalah belum
mengobservasi gejala teratasi
intoleransi seperti
mual, pucat, pusing, P : Lanjutkan Intervensi
dan tanda-tanda vital
05/03/2021
1 05/03/202 1. Memberikan S : Klien mengatakan
1 lingkungan yang nyeri berkurang,
nyaman perdarahan pada jalan
2. Membantu klien untuk lahir juga berkurang
mengidentifikasi
posisi yang nyaman O : TD : 110/90
3. Mengajarkan klien HR : 80
teknik nonfarmakologi RR : 20
(relaksasi napas dalam S : 36,5O C
dan massase)
4. Kolaborasi pemberian A : Masalah belum
analgetik teratasi
P : Lanjutkan intervensi
49
2 05/03/202 1. Menciptakan suasana S : Klien mengatakan
1 nyaman, kurangi atau durasi tidurnya
hilangkan distraksi bertambah menjadi 6
lingkungan dan jam
gangguan tidur
2. Mengajarkan klien O : Wajah klien tampak
untuk mengguunakan lebih berseri
alat bantu tidur
(pijatan di punggung) A : Masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan
3 05/03/202 1. Mengajarkan S : Klien mengatakan
1 peningkatan aktivitas dapat berdiri, duduk
secara bertahap, dan berjalan secara
biarkan klien pelan-pelan
berprtisipasi dalam
perubahan posisi O : Wajah klien tampak
2. Ketika membantu tidak meringis saat
klien berdiri, melakukan aktivitas
mengobservasi gejala
intoleransi seperti A : Masalah teratasi
mual, pucat, pusing, sebagian
dan tanda-tanda vital
P : Lanjutkan Intervensi
06/03/2021
1 06/03/202 1. Memberikan S : Klien mengatakan
1 lingkungan yang nyeri hilang, tidak ada
nyaman perdarahan pada jalan
2. Kolaborasi pemberian lahir
analgetik
O : TD : 110/90
50
HR : 80
RR : 20
S : 36,5O C
A : Masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan
2 06/03/202 1. Mengajarkan S : Klien mengatakan
1 peningkatan aktivitas dapat berdiri, duduk
secara bertahap, dan berjalan
biarkan klien
berprtisipasi dalam O : Wajah klien tampak
perubahan posisi tidak meringis saat
2. Ketika membantu melakukan aktivitas
klien berdiri,
mengobservasi gejala A : Masalah teratasi
intoleransi seperti
mual, pucat, pusing, P : Intervensi
dan tanda-tanda vital dihentikan
51