Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini didapatkan wanita 68 tahun datang dengan keluhan sesak.
Pasien datang ke IGD RSML dengan keluhan sesak sejak 2 bulan ini. Sesak
dirasakan membaik jika duduk dan memburuk jika posisi tidur. Jika berjalan
sering ngongsrong dan saat tidur butuh 5 bantal agar tidak sesak. Pasien sudah
berobat ke paciran dengan dr. Ganis Sp.P dikatakan ada paru-paru basah diberi
obat kapsul dan disuruh kontrol tiap 2 minggu. Selama berobat sudah pernah
disedot pada dada kanan 4 kali. Sejak 4 bulan ini pasien juga mengeluh batuk
berdahak warna putih terkadang dahaknya bercampur warna merah seperti darah.
Demam disangkal. Mual dan muntah disangkal. Sejak 2 bulan ini nafsu makan
dan berat badan juga turun sekitar 10kg. pasien juga mengeluh sering berkeringat
malam. BAB dan BAK lancar dalam batas normal.
Pada riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga kencing manis
disangkal, hipertensi, pengobatan paru 6 bulan, riwayat batuk lama, riwayat
terkena kanker atau tumor disangkal. Di rumah ada yang merokok anaknya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS 456, tekanan darah 128/78mmhg,
nadi 116x/menit, RR 28x/menit, temp 36,7 C. Pada pemeriksaan kepala/leher
didapatkan dyspneu+. Pupil bulat isokor, reflex cahaya +/+, pupilisokor diameter
3 mm / 3 mm. Tidak ada deviasi trakea, pembesaran KGB (-) dan tidak ada
peningkatan JVP. Pada Inspeksi thorak didapatkan pergerakan nafas dan dinding
tidak simetris, kanan tertinggal, retraksi dinding dada +/+, jejas-/-. Pada palpasi
Stem fremitus menurun/N. Pada perkusi redup/sonor. Pada auskultasi didapatkan

Vesikuler (menurun/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-). Pada inspeksi dan palpasi
jantung didapatkan iktus kordis kuat angkat. Pada perkusi kesan jantung dalam
batas normal. Pada inspeksi abdomen dan ekstrimitas dalam batas normal.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan peningkatan
diffcount 1/1/90/5/3, LED 109/113, leukosit 15.600. pada foto rontgen didapatkan
efusi pleura masif dextra dan pada percobaan prove didapatkan cairan kemerahan
(hemoragik) sebanyak 750cc.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pasien mengatakan
sesak, ngogngsrong dan jika tidur membutuhkan 5 bantal agar tidak sesak
(orthopnoe dyspnue) hal ini dikarenakan adanya cairan pada paru-paru. Hal ini
didukung pada pemeriksaan fisik paru didapatkan pada hemithorax dextra stem
fremitus menurun, saat perkusi redup dan saat auskultasi vesikuler menurun hal
ini menunjukkan adanya hambatan penghantara suara yang disebabkan adanya
cairan yaitu efusi pleura. Efusi pleura dalam kasus ini adalah efusi pelura eksudat
karena pada prove pungsi didapatkan cairan pleura warna kemerahan (hemoragik)
dimana kemungkinan pertama disebabkan oleh infeksi. Pasien mengatakan 4
bulan ini batuk-batuk terkadang keluar darah. Infeksi bisa menjadikan efusi
karena saat terjadi peradangan maka permeabilitas akan meningkat sehingga
terjadi peningkatan jumlah cairan pleura sehingga terjadi efusi pleura.
Kemungkinan kedua adalah adanya tumor atau keganasan yang menyebabkan
penyumbatan drainase limfatik sehingga terjadi obstruksi pada jaringan limfa dan
terjadi akumulasi cairan pleura. Pada kasus ini telah dilakukan pungsi sebanyak 3
kali namun cairan efusi tetap muncul berwarna kemerahan (hemoragik) secara
masif dan telah diberikan terapi antibiotik tidak berkurang, hal ini menunjukkan

adanya efusi pleura maligna. Sesuai dengan Syahruddin E dkk mengatakan bahwa
diagnosis efusi pleura ganas didasarkan pada sifat keganasan secara klinis, yaitu
cairan eksudat yang serohemoragik/ hemoragik, berulang, masif, tidak respons
terhadap

antiinfeksi

atau

sangat

produktif

meskipun

telah

dilakukan

torakosentesis untuk mengurangi volume cairan intrapleura. Pada pemeriksaan


sitologi didapatkan tumor marker CEA 39,27 sehingga dapat dipastikan efusi ini
disebabkan karena adanya tumor paru.
Terapi yang diberikan adalah terapi supportif O2 NRM 8lpm membantu
memenuhi kebutuhan oksigen, cairan infus yang diberikan ringer asetat 1000cc/24
jam. Diberikan juga antibiotik ceftriaxon untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya efusi karena infeksi. Metamizole dan ranitidin sebagai terapi
simtomatik. Pleurodesis perlu dipertimbangkan pada kasus ini namun sebelum
dilakukan perlu dilakukan pemeriksaan sitologi cairan pleura pH dan glukosa
untuk mengetahui kemungkinan prognosis. Berdasarkan penelitia kadar pH < 7,20
dan kadar gula < 60 mg/dl telah dihubungkan dengan harapan hidup yang singkat
(rerata harapan hidup hanya 1,9 bulan). Pada kasus tersebut, torakosintesis
berulang dapat menjadi tindakan alternatif.

Anda mungkin juga menyukai