Anda di halaman 1dari 30

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
ACARA IV : BRACHIOPODA DAN MOLLUSCA

LAPORAN

OLEH:
VIRLY FAKHRIYAH UZDAH IDHAM
D061201020

GOWA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Paleontologi berasal dari bahasa yunani, yaitu paleon yang berarti tua atau

yang berkaitan dengan masa lalu dan ontos berarti kehidupan dan logos yang

berarti ilmu atau pembelajaran, atau di pihak lain menyebutkan bahwa

paleontology adalah juga paleobiologi ( paleon = tua, bios =hidup, logos = ilmu )

jadi paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sejarah kehidupan di

bumi termasuk hewan dan tumbuhan zaman lampau yang telah menjadi fosil. Di

dalam paleontologi ini, kita akan mempelajari tentang hewan dan tumbuhan yang

hidup di masa lampau yang kini bisa kita lihat melalui fosil-fosil dan peninggalan

lainnya.

Fosil adalah sisa-sisa atau berkas-berkas kehidupan mahluk hidup yang

berubah menjadi batu atau mineral. Fosil termasuk ke dalam benda yang langka

karena tidak semua sisa-sisa makhluk hidup pada zaman dahulu dapat menjadi

fosil. Terdapat beberapa kelas dalam pengklasifikasian fosil itu tersendiri.

Diantaranya yaitu Brachiopoda dan Mollusca.

Brachiopoda adalah hewan invertebrate yang multiseluler dimana ia

merupakan suatu kesatuan tubuh yang difungsikan sebagai kaki dan lengan. Filum

ini merupakan salah satu filum filum kecil dari benthic invertebrates (invertebrata

yang hidup secara tertambat di dasar lautan). Mollusca adalah hewan multiseluler

yang tidak memiliki tulang belakang (invertebrata) dan bertubuh lunak. Tubuh

dari mollusca dapat digolongkan dalam dua bagian besar yaitu bagian lunak dan
bagian yang keras (shell). Fosil dari kedua filum ini memberikan banyak manfaat

ketika diteliti dan dianalasi dengan baik. Tentunya ini akan membantu dalam

memberikan informasi Geologi pada masa lampau.

Oleh karena itu pada praktikum kali ini dimaksudkan untuk para praktikan

dapat mendeskripsikan fosil dari filum brachiopoda dan mollusca berdasarkan ciri

khas dari fosil tersebut, beserta pembagian-pembagiannya.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Adapun maksud dari praktikum acara ini adalah mengembangkan

pemahaman mengenai fosil – fosil dari filum brachiopoda dan mollusca.

1.2.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum acara ini yaitu :

1. Praktikan dapat mengetahui ciri – ciri dan anatomi dari filum brachiopoda dan

mollusca.

2. Praktikan dapat mengetahui morfologi dan klasifikasi dari filum brachiopoda

dan mollusca.

3. Praktikan dapat mengidentifikasi fosil dari filum brachiopoda dan mollusca.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Brachiopoda

2.1.1 Filum Brachiopoda

Brachiopoda adalah bivalvia yang berevolusi pada zaman awal periode

Cambrian yang masih hidup hingga sekarang yang merupakan komponen penting

organisme benthos pada zaman Paleozoikum.

Brachiopoda berasal dari bahasa latin bracchium yang berarti lengan (arm),

dan poda yang berarti kaki (foot). Brachiopoda artinya hewan ini merupakan

suatu kesatuan tubuh yang difungsikan sebagai kaki dan lengan atau dengan kata

lain binatang yang tangannya berfungsi sebagai kaki.

Filum ini merupakan salah satu filum kecil dari invertebrata. Hingga saat ini

terdapat sekitar 300 spesies dari filum ini yang mampu bertahan dan sekitar

30.000 fosilnya telah dinamai. Mereka sering kali disebut dengan “lampu

cangkang” atau lamp shell.

Secara umum brachiopoda merupakan salah satu fosil hewan yang sangat

melimpah keberadaannya pada sedimen yang berasal dari zaman paleozoikum.

Salah satu kelasnya, yaitu Inarticulata bahkan menjadi penciri penting (fosil

index) zaman Cambrian awal.


Gambar 2.1 Filum Brachiopoda
2.1.2 Ciri-ciri Brachiopoda

Adapun ciri-ciri dari brachipoda, yaitu hidup di air laut secara bentos sesil,

jarang hidup di air tawar, mampu hidup dalam kedalaman 5.600 m, terdapat

pedichal opening dan brachial opening, Ordo Lingulida hanya dapat hidup pada

daerah tropis dengan kedalaman maksimal 40 m, dan sebagai penunjuk stratigrafi

berdasarkan kedudukan cangkangnya.

2.1.3 Klasifikasi Brachiopoda

Adapun klasifikasi filum brachiopoda sebagai berikut:

a. Kelas Articulata/ Phygocaulina

Cangkang atas dan bawah (valve) dihubungkan dengan otot dan terdapat

selaput dan gigi. Kelas Articulata / Pygocaulina memiliki masa hidup dari

Zaman Cambrian hingga ada beberapa spesies yang dapat bertahan hidup sampai

sekarang seperti anggota dari ordo Rhynchonellida dan ordo Terebratulida.

Berikut adalah ciri-ciri dari kelas Articulata :

 Cangkang dipertautkan oleh gigi dan socket yang diperkuat oleh otot.

 Cangkang umunya tersusun oleh material karbonatan.

 Tidak memiliki lubang anus.


 Memiliki keanekaragaman jenis yang besar.

 Banyak berfungsi sebagai fosil index.

 Mulai muncul sejak Zaman Kapur hingga saat ini.

Macam-macam ordo dari kelas articulata yaitu :

1. Ordo Orthida

Umumnya memiliki sepasang cangkang sangat biconvex dan “straight hinge

line”. Impunctate shell = tidak terdapat indikasi perforasi sama sekali. Terdapat

2 suborder:

a. Orthacea (impunctate): Orthis dan Platystrophia (Ordovisium).

b. Dalmanellacea (punctate): Dalmanella (Ordovisium ~ Devonian).

2. Ordo Strophomenida

Seperti Orthida yang diperkirakan merupakan nenek moyang (ancestor)-

nya, Ordo Strophomenida ini cangkangnya umumnya juga memiliki straight

hinge line. Ciri lain dari Ordo Strophomenida ini adalah cangkangnya

pseudopunctate (cangkangnya tidak perforate/pori tetapi terdapat bentuk-bentuk

kanal yang disebut taleolae), dan umumnya salah satu cangkangnya cekung

(brachial valve) dan cangkang lainnya cembung dengan radial ribs. Kisarannya

dari Ordovisium ~ Jura.

3. Ordo Pentamerida

Ordo Pentamerida ini juga merupakan turunan langsung dari Ordo Orthida

dimana cangkangnya juga bersifat impunctate. Umumnya berukuran besar dan

sangat biconvex, memiliki hinge-line yang pendek dan delthyrium yang terbuka.

Kisaran umurnya adalah Ordovisium ~ Perm.


4. Ordo Rhynchonellida

Genus ini memiliki cangkang impunctate (tidak memiliki perforasi) dan

fibrous, spherical dan hinge line yang pendek. Umumnya dilengkapi dengan

sulcus (lubang pembuangan) dan lipatan yang berbentuk paruh yang menonjol

pada pedicle valve (rostrate). Diperkirakan merupakan turunan dari Pentamerida

sebagai nenek moyangnya (ancestor). Pertama kali muncul pada Ordovisium

Tengah dan mencapai puncak penyebarannya pada Mesozoikum.

5. Ordo: Spiriferida

Ordo Spiriferida ini adalah kelompok fosil Brachiopoda yang terbesar dan

penting, dimana sebagian besar cangkangnya bersifat impunctate dan sebagian

kecil bersifat punctuate. Memiliki radial ribbed atau cangkang yang terlipat

(folded shell) dan bersifat “strongly biconvex”. Biasanya terdapat “interarea”

yang mudah teramati (well developed interarea) pada pedicle valve, tetapi tidak

terdapat pada brachial valve. Penyebaran vertical ordo ini adalah Ordovisium

Tengah ~ Permian Atas, ada beberapa yang berhasil survive sampai Lias.

6. Ordo Terebratulida

Secara umum cangkangnya bersifat punctate (terdapat kanal-kanal kecil yang

menerus sampai permukaan cangkang), permukaan cangkang relatif licin

(smooth), hinge line relatif pendek, foramen (lubang) berbentuk bundar pada

bagian paruh. Diasumsikan merupakan turunan dari Kelompok Dalmanellacea

(Ordo Orthida). Pemunculan pertama-nya diketahui sejak Silur Atas dan mencapai

puncak perkembangannya pada Zaman Kapur.


b. Kelas Inarticulata/Gastrocaulina (tanpa hinge/engsel)

Cangkang atas dan bawah (valve) tidak dihubungkan dengan otot dan

terdapat socket dan gigi yang dihubungkan dengan selaput pengikat.

Berikut ini adalah ciri-ciri dari kelas Inarticulata:

 Tidak memiliki gigi pertautan (hinge teeth) dan garis pertautan (hinge line).

 Pertautan kedua cangkangnya dilakukan oleh sistem otot, sehingga setelah

mati cangkang akan terpisah.

 Cangkang umumnya berbentuk membulat atau seperti lidah, tersusun oleh

senyawa fosfat atau khitinan.

 Mulai muncul sejak Zaman Cambrian awal hingga sekarang.

Macam-macam ordo dari kelas inarticulate yaitu :

1. Ordo Lingulida: katu kecil memanjang.

Genus Lingula terdapat hampir di seluruh dunia dan mulai ada sejak Ordovisium.

2. Ordo Acrotretida (Inarticulata)

Pedicle valve umumnya “conicle”, “circular” relief tinggi sampai datar, brachial

valve datar (flat). Contoh : Orbiculoida : Ordovisium – Kapur

2.1.4 Manfaat Brachiopoda

Brachiopoda merupakan komponen penting organisme benthos pada zaman

Paleozoikum. Sehingga peran filum ini pada bidang geologi adalah digunakan

sebagai fosil indeks untuk menyusun stratigrafi suatu daerah serta digunakan

untuk mencirikan suatu lapisan tertentu.


2.2 Mollusca

2.2.1 Filum Mollusca

Mollusca berasal dari Bahasa latin yaitu molluscus yang berarti lunak. Jadi,

mollusca merupakan hewan multiseluler yang tidak memiliki tulang belakang

(invertebrata) dan bertubuh lunak.

Mollusca telah menyebar pada setiap tempat hidup air dan telah hidup hingga

ke darat. Sehingga merupakan jenis yang paling sukses hidup dari filum lainnya

sepanjang waktu geologi dan dipercaya sebagai penentu untuk fosil indeks.

Muncul sejak zaman kambrium hingga sekarang.

Gambar 2.2 Filum Mollusca

2.2.2 Ciri-ciri Mollusca

Adapun ciri-ciri dari filum mollusca, yaitu bertubuh lunak dan umumnya

bercangkang, tubuh tidak bersegmen dan simetri bilateral, termasuk dalam hewan

tripoblastik, hidup secara heterotrof, dan mollusca tersebar luas dalam habitat laut,

air tawar dan darat, tetapi lebih banyak terdapat dalam lautan.

2.2.3 Klasifikasi Mollusca

Adapun klasifikasi dari filum mollusca, yaitu :

Adapun pembagian kelas filum Moluska yaitu:


1. Kelas Pelecypoda

Pelecypoda Berasal dari bahasa Yunani yaitu Pelekys yang berarti kapak

kecil dan Pous yang berarti kaki, Jadi Mollusca adalah binatang yang

mempunyai kaki yang mirip kapak kecil disebut juga Lamellibranchia yang

berarti lempeng kecil. Hewan dari filum ini memilki insang, test dari kulit

kerang dimana dua valve ini dihubungkan dengan sistem engsel yang terdiri dari

gigi & socket. Bagian dalam test ini dilapisi oleh membran yang tipis dimana

kearah posteior kulit mantel dapat membentuk saluran-saluran Pada umumnya,

Pelecypoda yang hidup di lumpur mempunyai siphon yang lebih besar

dibandingkan dibandingkan yang hidup di laut.

Klasifikasi Pelecypoda didasarkan pada bagian tubuh tertentu, yaitu insang,

susunan susunan gigi dan otot penutup kelopaknya. Bentuk gigi yang sederhana

telah dijumpai pada zaman Ordovisium & terjadi evolusi. Kerang, tiram,

simping termasuk dalam kelas ini. Hewan ini mempunyai dua buah cangkang

yang melindungi tubuh. Pelecypoda merupakan hewan simetri bilateral, tapi

tidak dapat bergerak dengan cepat. Hewan ini bergerak dengan menjulur kan

kaki otot yang besar melalui celah antara dua cangkang. Semua anggota kelas ini

memperoleh makanan dengan menyaring makanan dari air yang masuk kedalam

rongga mantel.

Adapun perbedaan fosil felecypoda dan brachiopoda yaitu:

Tabel 2.1 tabel perbedaan fosil felecypoda dan brachiopoda

Fosil Pelecypoda Fosil Brachiopoda


Valvenya inequilateral Valvenya equilateral
Valve kiri dan kanan sama Inequivalve
Disebut valve kaan kiri Disebut pedicle dan brachial valve
Tidak terdapat pedicel opening Terdapat pedicle valve
Gigi dan socket terdapat pada masing Gigi dan socket terdapat pada valve
masing valvenya yang berlawanan
Shell terdapat 3 lapis Shell dijumpai lebih dari 3 lapis
Biang simetri terletak pada kedua Bidang simetri memotong kedua valve
valve

Gambar 2.5 kelas Pelecypoda

2. Kelas Gastropoda

Gastropoda berasal dari kata Gaster yang berarti perut dan podos yang berarti

kaki. Jadi Gastropoda adalah hewan yang bertubuh lunak, berjalan dengan perut

yang dalam hal ini disebut kaki. Gastropoda adalah hewan hemafrodit, tetapi tidak

mampu melakukan autofertilisasi. Beberapa contoh Gastropoda adalah bekicot

(Achatina fulica), siput air tawar (Lemnaea javanica), siput laut (Fissurella

sp), dan siput perantara fasciolosis (Lemnaea trunculata).

Gambar 2.4 kelas Gastropoda


3. Kelas Chepalophoda

Cephalopoda berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata cephale yang

berarti kepala dan podos yang berarti kaki. Jadi Cephalopoda adalah mollusca

yang berkaki di kepala. Contoh dari Kelas ini yaitu Cumi-cumi dan sotong yang

memiliki 10 tentakel yang terdiri dari 2 tentakel panjang dan 8 tentakel lebih

pendek. Cangkang cumi-cumi kecil berupa lempengan yang melekat pada mantel

sedangkan gurita tidak bercangkang. (Mustaghfirin, 2014)

Gambar 2.5 kelas Cepalophoda

4. Kelas Scaphopoda

Scaphopoda merupakan kelas terkecil dari moluska. Hewan ini mempunyai

kebiasaan membenamkan diri di pasir pantai. Dentalium vulgare adalah salah satu

contoh kelas Scaphopoda. Dentalium vulgare hidup di laut dalam pasir atau

lumpur. Hewan ini juga memiliki cangkok yang berbentuk silinder yang kedua

ujungnya terbuka. Panjang tubuhnya sekitar 2,5 sampai dengan 5 cm. Dekat mulut

terdapat tentakel kontraktif bersilia, yaitu alat peraba. Fungsinya untuk

menangkap mikroflora dan mikrofauna. Sirkulasi air untuk pernafasan digerakkan

oleh gerakan kaki dan silia, sementara itu pertukaran gas terjadi di mantel.
Gambar 2.5 kelas Cepalophoda

5. Kelas Amphineura

Mollusca kelas Amphineura ini hidup di laut dekat pantai atau di pantai.

Tubuhnya bilateral simetri, dengan kaki di bagian perut (ventral) memanjang.

Ruang mantel dengan permukaan dorsal, tertutup oleh 8 papan berkapur,

sedangkan permukaan lateral mengandung banyak insang. Hewan ini bersifat

hermafrodit (bersifat hermafrodit atau berkelamin dua), fertilisasi eksternal.

Contohnya Cryptochiton sp. Neopilina disebut fosil hidup karena sebelum

ditemukan pada tahun 1957 hewan ini dianggap sudah punah sejak jutaan tahun

yang lalu. Moluska ini sangat menarik perhatian karena di sampinng memiliki

sifat-sifat moluska bagian dalamnya dalamnya beruas-ruas. Karena susunan yang

beruas-ruas seperti Annelida dianggap bahwa annelida dan moluska mempunyai

kerabat yang dekat.


Gambar 2.7 kelas Kelas Amphineura

2.2.4 Manfaat Mollusca

Fosil Mollusca berperan penting dalam bidang Geologi, salah satu fosil
yang sering digunakan dalam penelitian adalah fosil dari kelas Gastropoda. Kelas
Gastropoda dapat dijadikan sebagai fosil indeks dikarenakan lebih dari 14.000
spesiesnya telah punah dan sebagian terawetkan menjadi fosil. Fosil berguna
sebagai indikator umur geologi suatu batuan. Walaupun lebih sering digunakan
fosil mikro untuk penentuan korelasi biostratigrafi, namun keterdapatan fosil
makro juga berperan dalam penentuan umur geologi sedimen.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Metodologi

Metode yang akan digunakan dalam praktikum acara pertama ini adalah

pengenalan dan pendeskripsian fosil yang di lakukan oleh praktikan.

3.2 Tahapan Metodologi

Adapun tahapan-tahapan praktikum, diantaranya:

3.2.1 Tahapan Pendahuluan

Pada tahapan awal, kami pertama-tama diawali dengan pembukaan asistensi

acara 4 yaitu Brachiopoda dan Mollusca. Setelah pembawaan materi singkat

terkait pengenalan dan pendeskripsian fosil Brachiopoda dan Mollusca, asisten

memberi tugas pendahuluan yang menjadi syarat sebelum bisa mengikuti kegiatan

praktikum.

3.2.2 Tahapan Praktikum

Kegiatan praktikum dilakukan di Laboratorium Paleontologi, Departemen

Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin. Sebelum melakukan kegiatan

praktikum, pertama kali dilakukan adalah melakukan responsi guna mengetahui

sejauh mana ilmu yang ditangkap praktikan seusai asistensi acara. Setelah

responsi dilakukan, dilanjutkan dengan kegiatan praktikum. Praktikan diberikan 8

sampel fosil untuk kemudian di deskripsikan dan dituliskan pada lembar kerja

praktikan.

3.2.3 Analisis Data


Pada tahapan ini kami melakukan asistensi dengan asisten terkait lembar

kerja yang telah diisi dengan deskripsi sampel fosil untuk memperoleh hasil yang

benar.

3.2.4 Pembuatan Laporan

Setelah memperoleh analisis data yang benar berdasarkan hasil asistensi dari

asisten, dilanjutkan dengan penusunan laporan sesuai dengan format laporan yang

telah ditentukan.

Tabel 3.1 Diagram alir

Studi Literatur

Pengolahan data

Mengambil sampel fosil mendeskripsi fosil dari literatur yang ada

Membuat hasil, pembahasan, dan kesimpulan


dari praktikum yang telah dilaksanakan

3.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang akan digunakan, diantaranya:

1. Buku penuntun

2. Sampel Fosil

3. LKP (Lembar Kerja Praktikan)


4. Kartu kontrol

5. Lembar asistensi

6. Referensi berupa hardcopy

7. Pensil warna

8. ATK

9. HVS A4

10. Clipboard

11. Sarung tangan latex

12. Lap kasar

13. Lap halus


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

4.1.1 Fosil Peraga 1968

Gambar 4.1 Fosil Peraga 1968


Fosil ini berasal dari filum Bracchiopoda, dengan kelas Artikulata, Ordo

Orbitoidacea, termasuk dalam Famili Orbitoidesidae, Genus Orbitoides, dan

Mempunyai spesies Orbitoides papyracea BOUBEE.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media

geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu

material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman

dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah

cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material

sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya

organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah

permineralisasi. Perminelarisasi yaitu penggantian sebagian tubuh fosil oleh

mineral sehingga bentuk fosil masih terlihat.

Fosil ini berbentuk biconvex. Bereaksi ketika ditetesi HCl yang menandakan

bahwa fosil ini memiliki komposisi kimia berupa Karbonatan (CaCO 3). Dari situ

diketahui bahwa lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah laut dangkal.

Berdasarkan skala waktu geologi fosil ini berumur Eosen Atas (44-37 juta tahun

yang lalu).

4.1.2 Fosil Peraga 185

Gambar 4.2 Fosil Peraga 185


Fosil ini berasal dari filum Bracchiopoda, dengan kelas Artikulata, Ordo

Cystoporida, termasuk dalam Famili Constellarianidae, Genus Constellaria, dan

Mempunyai spesies Constellaria Florida ULRICH.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media

geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi,


material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu

material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.

Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di

daerah cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan

mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material

sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya

organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah

permineralisasi. Perminelarisasi yaitu penggantian sebagian tubuh fosil oleh

mineral sehingga bentuk fosil masih terlihat.

Fosil ini berbentuk bikonveks. Bereaksi ketika ditetesi HCl yang

menandakan bahwa fosil ini memiliki komposisi kimia berupa Karbonatan

(CaCO3). Dari situ diketahui bahwa lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah

laut dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi fosil ini berumur Ordovisum Atas

(450-434 juta tahun yang lalu).

4.1.3 Fosil Peraga 1613


Gambar 4.3 Fosil Peraga 1613
Fosil ini berasal dari filum Molluska, dengan kelas sephalopoda, Ordo

Ammonitida, termasuk dalam Famili Pleydellianidae, Genus Pleydellia, dan

Mempunyai spesies Pleydellia Aalensis ZEITEN.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media

geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu

material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman

dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah

cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan

mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material

sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya

organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah

permineralisasi. Perminelarisasi yaitu penggantian sebagian tubuh fosil oleh

mineral sehingga bentuk fosil masih terlihat.


Fosil ini berbentuk radial. Tidak bereaksi ketika ditetesi HCl yang

menandakan bahwa fosil ini memiliki komposisi kimia berupa Silikaan (SiO2).

Dari situ diketahui bahwa lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah laut

dalam. Berdasarkan skala waktu geologi fosil ini berumur Jura Bawah (195-175

juta tahun yang lalu).

4.1.4 Fosil Peraga 1266

Gambar 4.4 Fosil Peraga 1266


Fosil ini berasal dari filum Brachiopoda, dengan kelas Inartikulata, Ordo

Rhynchonellata, termasuk dalam Famili Spiriferellanidae, Genus Spiriferella, dan

Mempunyai spesies Spiriferella Keilhavi BUCH

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media

geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu

material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman

dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah

cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan

mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material


sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya

organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah

permineralisasi. Perminelarisasi yaitu penggantian sebagian tubuh fosil oleh

mineral sehingga bentuk fosil masih terlihat.

Fosil ini berbentuk konfeks. Beraksi ketika ditetesi HCl yang menandakan

bahwa fosil ini memiliki komposisi kimia berupa Karbonatan (CaCO 3). Dari situ

diketahui bahwa lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah laut dangkal.

Berdasarkan skala waktu geologi fosil ini berumur Perm Atas (251-229 juta tahun

yang lalu).

4.1.5 Fosil Peraga 1758

Gambar 4.5 Fosil peraga 1758

Fosil ini berasal dari filum Mollusca, dengan kelas Scaphopoda, Ordo

Belemnitida, termasuk dalam Famili Belemnitellanidae, Genus Belemnitella, dan

Mempunyai spesies Belemnitella Junior NOWAK

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media

geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu


material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman

dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah

cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan

mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material

sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya

organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah

permineralisasi. Perminelarisasi yaitu penggantian sebagian tubuh fosil oleh

mineral sehingga bentuk fosil masih terlihat.

Fosil ini berbentuk conical (kerucut). Beraksi ketika ditetesi HCl yang

menandakan bahwa fosil ini memiliki komposisi kimia berupa Karbonatan

(CaCO3). Dari situ diketahui bahwa lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah

laut dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi fosil ini berumur Kapur Atas (100-

66 juta tahun yang lalu).

4.1.6 Fosil Peraga 1837

Gambar 4.6 Fosil Peraga 1837


Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas Pelecypoda, ordo Veneroida,

family Corbiculanidae, genus Corbicula, dengan nama spesies Corbicula gravesi

DESH.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media

geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu

material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman

dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah

cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan

mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material

sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya

organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah

permineralisasi. Perminelarisasi yaitu penggantian sebagian tubuh fosil oleh

mineral sehingga bentuk fosil masih terlihat.

Fosil ini memiliki bentuk Convex (satu cangkang). Fosil ini beraksi ketika

ditetesi HCl, hal tersebut menandakan bahwa fosil ini memiliki komposisi kimia

berupa Karbonatan (CaCO3). Dari itu diketahui bahwa lingkungan pengendapan


dari fosil ini adalah laut dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi fosil ini

berumur sekitar Eosen Bawah (55-51 juta tahun yang lalu).

4.1.7 Fosil Peraga 155

Gambar 4.7 Fosil Peraga 155


Fosil ini berasal dari filum Bracchiopoda, dengan kelas Artikulata, Ordo

Terebratalida, termasuk dalam Famili Omphymaidae, Genus Omphyma, dan

Mempunyai spesies Omphyma Subturbinata ORB.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media

geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu

material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman

dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah

cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan

mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material

sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses
leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya

organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah

permineralisasi. Perminelarisasi yaitu penggantian sebagian tubuh fosil oleh

mineral sehingga bentuk fosil masih terlihat.

Fosil ini berbentuk konfeks. Beraksi ketika ditetesi HCl yang menandakan

bahwa fosil ini memiliki komposisi kimia berupa Karbonatan (CaCO 3). Dari situ

diketahui bahwa lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah laut dangkal.

Berdasarkan skala waktu geologi fosil ini berumur Silur Atas (434-424 juta tahun

yang lalu).

4.1.8 Fosil Peraga 1959

Gambar 4.8 Fosil Peraga 1959


Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas Gastropoda, ordo

Sorbeoeoncha, family Tympanotonosidae, genus Tympanotonos, dengan nama

spesies Tympanotonos margaritaceus BROCCHI.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media

geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu

material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman
dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah

cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan

mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material

sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya

organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah

permineralisasi. Perminelarisasi yaitu penggantian sebagian tubuh fosil oleh

mineral sehingga bentuk fosil masih terlihat.

Fosil ini mengalami jenis pemfosilan berupa permineralisasi, dimana

komposisi sebagian dari fosil tersebut telah tergantikan oleh mineral yang resisten

dan bentuk asli dari fosil tersebut masih terlihat jelas. Bentuk fosil ini adalah

conical. Fosil ini memiliki komposisi kimia berupa karbonatan (CaCO3) yang

dilihat dari reaksi fosil tersebut terhadap HCL. Dari reaksi tersebut diketahui

bahwa lingkungan pengendapan dari fosil ini berada di laut dangkal. Berdasarkan

pada skala waktu geologi, fosil ini berumur Miosen Bawah (22,5-16 juta tahun

yang lalu).
BAB V
PENUTUP

5. 1 KESIMPULAN

1. Phylum Brachiopoda adalah hewan yang merupakan suatu kesatuan tubuh

yang difungsikan sebagai kaki dan lengan. Sedangkan Filum Mollusca

adalah kelompok hewan invretebrata yang memiliki tubuh lunak

2. Proses pendeskripsian dari Fosil Brachipoda dan Molluska itu dilihat dari

taksonominya terlebih dahulu, lalu proses pemfosilan, Komposisi Fosil,

Bentuk Fosil, Waktu asal fosil itu sendiri dan lingkungan

pengendapannya

3. Manfaat Phylum Brachiopoda ini merupakan hewan-hewan yang hidup

pada Masa Paleozoikum, sehingga kehadirannya sangat penting untuk

penentuan umur batuan sebagai Index Fosils. Manfaat Moluska tersendiri

yaitu pada Pada kelas Gastropoda Dalam Geologi Khususnya Stratigrafi

Gastropoda berkembang cukup baik di daerah tropis. Beberapa spesies

akan mencirikan lapisan tertentu.

5.2 SARAN
5.2.1 Saran Untuk Lab

1. Sebaiknya disediakan tempat penyimpanan sapu agar tertata rapih

2. Sebaiknya menjaga kerapihan lab


3. Sebaiknya menjaga kerapihan sampel di lab

5.2.2 Saran untuk asisten

1. Tetap menjaga keramahannya.

2. Tetap memberikan penjelasan yang mudah dipahami.

3. Tetap sabar membimbing kami

Anda mungkin juga menyukai