Anda di halaman 1dari 20

REKAYASA IDE

Peran Guru Bidang Studi/ Wali Kelas/ Pks III / Kepala Sekolah/ Orang Tua/
Kakak Abang/ Sahabat Membantu Perkembangan Kognitif/ Intellegensi Remaja
Usia Sekolah Menengah

Nama : Uswatun Hasana Rista


Nim : 7203143029
Kelas : Reguler B
Dosen Pengampu : Drs. Daitin Tarigan M.Pd

FAKULTAS EKONOMI

PRODI PENDIDIKAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya penulis bisa menyelesaikan Rekayasa Ide Peran guru bidang studi/ wali
kelas/ Pks III/ Kepsek/ Orang tua/ kakak abang/ sahabat membantu perkembangan
kognitif/ intellegensi remaja usia sekolah menengah.

Rekayasa ide ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan


dan wawasan kita semua mengenai bagaimana merekayasa sebuah pendidikan yang
berkarakter itu agar mendekati sempurna dengan metode karakter. Apabila dalam
tugas ini terdapat banyak kekurangan sesungguhnya penulis masih terbatas. Karena
itu dari pembaca penulis sangat menanti saran dan kritik dari pembaca yang dapat
membangun untuk menyempurnakan tugas ini. Atas perhatian para pembaca saya
ucapkan terimah kasih.

Medan, November 2020

NIM 7203143029
PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
RINGKASAN .................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian........................................................................................................ 1
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................................. 2
A. Kerangka Pemikiran ................................................................................................... 2
B. Subjek Penelitian ...................................................................................................... 12
C. Assesment Data......................................................................................................... 12
BAB III METODE PELAKSANAAN ............................................................................. 13
A. Desain Penelitian...................................................................................................... 13
B. Subjek Penelitian ...................................................................................................... 13
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................................... 13
D. Metode Analisis Data ............................................................................................... 13
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................. 14
A. Persiapan Penelitian ................................................................................................. 14
B. Pelaksanaan Penilitian .............................................................................................. 14
C. Hasil Penelitian ........................................................................................................ 14
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 15
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 15
B. Saran ......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

ii
RINGKASAN

Perkembangan merupakan perubahan yang sistematis, progresif dan


berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir sampai akhir hayatnya atau juga
dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan menuju tingkat kedewasaan atau
kematangan baik fisik maupun psikis. Perkembangan fisik melalui fase-fase yaitu
masa usia pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan mahasiswa.
Sedangkan perkembangan kognitif beberapa tahap yaitu sensori-motorik,
praoperasional, operasional, dan operasional formal. Dalam hal ini hubungan
orang tua sangat berpengaruh pada perkembangan seorang anak. Cara
pembelajaran dalam suatu pendidikan disesuaikan dengan tahap perkembangan
anak.

Guru, orang tua dan juga teman hendaknya selalu menjadi pendukung
dalam perkembangan kognitif remaja sehingga perkembangan kognitif dapat
berjalan dengan baik.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Studi tentang perkembangan manusia merupakan usaha yang terus


berlangsung dan berkembang. Seiring dengan berkembangnya, studi tentang
perkembangan manusia telah menjadi sebuah disiplin ilmu dengan tujuan untuk
memahami lebih dalam tentang apa dan bagaimana proses perkembangan
manusia baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif
Bagi anak-anak usia sekolah dan remaja, perkembangan fisik dan perkembangan
kognitif secara kuantitatif maupun kualitatif yang optimal adalah sangat penting,
sebab perkembangan tersebut secara langsung atau tidak langsung akan
mempengaruhi perilaku sehari- hari.
Secara garis besarnya, tahap perkembangan yaitu , masa prasekolah (0,0-6,0
tahun), masa usia sekolah dasar (6,0-12,0), masa usia sekolah menengah (12,0-
18,0). Studi maupun teori-teori tentang perkembangan manusia secara fisik
maupun kognitif sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan untuk membantu
membimbing baik orang tua maupun guru tentang perkembangan anak kearah
kedewasaan.

B. RumusanMasalah

1. Bagaimana perkembangan fisik siswa SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA?


2. Bagaimana perkembangan kognitif siswa SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA?
3. Bagaimana implikasi tahapan perkembangan fisik dan kognitif dalam
pembelajaran?

C. TujuanPenelitian

1. Untuk mengetahui perkembangan fisik siswa SD/MI, SMP/MTS,


SMA/MA
2. Untuk mengetahui perkembangan kognitif siswa SD/MI, SMP/MTS,
SMA/MA
3. Untuk mengetahui implikasi perkembangan fisik dan kognitif dalam
proses pembelajaran

1
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN

A. Kerangka Pemikiran

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan


kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati.
Pengertian lain dari perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami
individu atau organisme meuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang
berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik
menyangkut fisik maupun psikis.
Perkembangan fisik merupakan salah satu aspek penting dari
perkembangan individu. Menurut Seifert dan Hoffnung (1994), perkembangan
fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (pertumbuhan otak, system
syaraf, dan lain-lain), dan perubahan dalam cara-cara individu dalam
menggunakan tubuhnya, serta perubahan dalam kemampuan fisik. Perkembangan
tersebut meliputi perkembangan fisik melewati fase-fase perkembangan sebagai
berikut:
TAHAP PERKEMBANGAN FISIK USIA
Masa usia pra sekolah 0,0-6,0
Masa usia sekolah dasar 6,0-12,0
Masa usia sekolah menengah (SMP- 12,0-18,0
SMA)
Masa usia mahasiswa 18,0-25,0

A. Perkembangan Fisik Masa Usia pra sekolah (0,0-6,0)


Perkembangan anak cepat sekali sebelum mereka masuk sekolah taman
kanak-kanak dan sekolah dasar yaitu antara umur 3-6 tahun. Mereka mulai
menggunakan ketrmpilan fisik untuk mencapai tujuan. Secara kognitif
mereka mulai berkembang dan mengerti sekolah dari hubungan mereka dari
dunia sekitar. Pada umur 6 tahun, anak-anak dapat berbicara hampir
sempurna, tidak hanya mengungkapkan keinginannya dan kebutuhan mereka,
tetapi juga menyampaikan ide-ide dan pengalaman-pengalaman mereka.

2
Perkembangan fisik menggambarkan perubahan dalam penampilan fisik
anak-anak, sama seperti dalam keterampilan motor mereka. Dalam tahun-
tahun sebelum masuk taman kanak-kanak ,urut-urutan perkembangan motor
semua anak pada umumnya sama, walaupun ada beberapa anak yang lebih
cepat dari yang lain.Perkembangan fisik anak ditandai dengan hilangnya ciri-
ciri perut yang menonjol, seperti halnya kaki dan tubuh yang berkembang
lebih cepat dari pada kepala mereka.
Prestasi fisik yang penting dalam masa ini adalah bertambahnya kontrol
anak terhadap gerakan-gerakan motor dari yang tidak karuan menjadi teratur
dan terarah. Mereka sudah dapat menali sepatunya, menulis huruf abjad,
berjalan, berlari, dan sebagainya. Mereka juga dapat menunjukkan
keterampilan motor yang baik, seperti memotong dengan gunting, dan
menggunakan pensil warna untuk mewarnai sebuah gambar. Mereka juga
mulai belajar menulis kalimat dan kata-kata. Setelah enam atau tujuh tahun
umur mereka, semua keterampilan dasar tersebut dapat dikuasai.
Anak yang mulai masuk sekolah SD akan melalui masa transisi yaitu
suatu masa ketika anak tumbuh dan berkembang dalam semua bidang dan
mulai pada suatu fase perkembangan yang lebih perlahan-lahan. Masa usia
sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian
bersekolah. Namun pada umur 6 atau 7 tahun biasanya anak telah matang
untuk memasuki sekolah dasar. Pada masa ini secara relative anak-anak lebih
mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya.

B. Perkembangan Fisik Masa Usia Sekolah Dasar (6-12 tahun)


Selama di sekolah dasar, perkembangan fisik anak-anak tumbuh lebih
lambat dibandingkan ketika mereka memasuki masa kanak-kanak. Anak-anak
pada masa ini mengalami perubahan yang relatif stabil sedikit.
Perkembangan otot didahului oleh perkembangan tulang dan kerangka.
Oleh karena itu, untuk pertumbuhan otot diperlukan banyak latihan. Pada
umur kira-kira 9-10 tahun banyak anak perempuan yang tumbuh terus sampai
mereka berumur 18 tahun, atau berakhir sampai pubertas. Pertumbuhan ini
dimulai dengan makin panjangnya tangan dan kaki secara cepat, tubuh
semakin langsing dan perkembangan motoric menjadi lebih halus dan lebih

3
terkoordinasi. Pada anak perempuan sudah mulai tumbuh buah dada dan
rambut pada alat kelaminnya.
Saat mulai berumur 11-12 tahun,hampir semua anak perempuan telah
tumbuh otot dan tulang rawan pada anggota badan mereka. Pada saat ini,
anak perempuan mulai matang. Dan akhir umur 11 tahun mereka lebih tinggi,
lebih berat, dan lebih kuat daripada anak laki-laki. Pada umur 13 tahun
hampir semua anak perempuan mendekati puncak pertumbuhan dan anak
laki-laki yang mulai matang dilanjutkan perlahan-lahan dan tetap tumbuh
sampai akhir anak-anak. Anak perempuan akan mulai datang bulan atau
menstruasi biasanya 13 tahun. Untuk anak laki-laki ditandai oleh ejakulasi
pertama dan terjadi antara umur 13-16 tahun.

C. Perkembangan Fisik Masa Usia Sekolah Menengah (SMP-SMA)


Masa perkembangan remaja dimulai dari masa puber, umur 12-14 tahun.
Masa puber atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan
fisik dan intelektual berkembang secara cepat. Pertengahan masa remaja
adalah masa yang lebih stabil untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi
dengan perubahan permulaan remaja kira- kira umur 14-16 tahun. Pubertas
adalah suatu rangkaian perubahan fisik yang membuat organisme secara
matang mampu berproduksi. Hampir setiap organ dan system tubuh
dipengaruhi oleh perubahan ini. Anak yang mengalami puber awal akan
mengalami berbeda dengan puber akhir. Dalam penampakan luar karena
perubahan tinggi, proporsi tubuh, dan adanya tanda-tanda perkembangan
seksual pertama dan kedua.
Walaupun urutan kejadian pada pubertas pada umumnya sama bagi
setiap anak. Waktu dan kecepatan tiap-tiap anak berbeda. Rata-rata anak
perempuan mengalami perubahan 1 sampai 2 tahun lebih awal daripada anak
laki-laki. Seperti pada permulaan kecepatan, perubahan juga bervariasi,
beberapa anak pada 18 sampai 24 bulan dari permulaan sudah mengaami
perubahan untuk matang berproduksi, sedangkan yang lain mungkin
memerlukan 6 tahun untuk berubah melalui tahap-tahap yang sama.
Perbedaan ini berarti bahwa beberapa individu mungkin beul-betul sudah
matang secara sempurna, sedangkan yang lain pada umur yang sama bahkan

4
mulai baru pubertas. Perbedaan umur maksimum adalah 13 tahun untuk laki-
laki dan kira-kira 11 tahun untuk perempuan. Perbandingan antara mereka
sendiri merupakan suatu masalah karena ada yang sudah matang merupakan
masalah bagi anak yang belum matang. Sebaliknya, anak yang matang
pertama kali barangkali merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan
karena mereka diantara anak yang belum matang.
1) . Reaksi terhadap pubertas
Satu dari tantangan yang lebih penting untuk remaja adalah menyesuaikan
diri terhadap perubahan tubuhnya. Koordinasi dan aktifitas fisik harus
disesuaikan cepat-cepat seperti tinggi, berat, dan perubahan ketrampilan.
Tubuh baru harus diintegrasikan kedalam kesan diri yang ada. Kebiasaan baru
harus dipelajari dan dikembangkan. Sebagai remaja yang menjadi orang
dewasa dalam penampilannya, mereka menemukan diri mereka sendiri dan
diharapkan untuk bertingkah lak sebagai orang dewasa tanpa memandang
emosi, intelek, dan kematangan social mereka. Tujuan remaja adalah untuk
dapat bereproduksi. Jadi, remaja dihadapkan pada potensi-potensi baru yang
meliputi minat terhadap seksual, fantasi erotik dan eksperimen. Masturbasi
menjadi kegiatan tetap bagi sebagian besar remaja dan meningkatnya
presentase remaja untuk berhubungan seks. Kegiatan seksual mengharuskan
remaja berhadapan dengan kemungkinan pemindahan penyakit, konflik
dengan orang tua dan kehamilan.
2). Kematangan awal dan kematangan terlambat
Pestein (1987) menunjukkan bahwa anak yang matang lebih suka cemas,
marah, sering konflik dengan orang tua dan mempunyai harga diri yang lebih
redah daripada anak yang msuk pubertas lebih akhir. Tetapi dengan
berjalannya waktu, mereka yang matangnya lebih awal akan menyesuaikan
diri terhadap perubahan lebih lama. Mereka lebih populer, lebih mudah
bergaul dan lebih matang daripada anak-anak yang mengalami pubertas
terlambat. Dengan berjalannya waktu kedua kelompok ini hanya mempunyai
perbedaan sedikit detelah dewasa. Data Pestein menyarankan supaya anak-
anak yang matang lebih awal membutuhkan lebih banyak bantuan untuk
mengerti perubahan pubertasnya. Sedangkan anak yang terlambat matang atau

5
terlambat menjadi pubertas mungkin lebih banyak membutuhkan bantuan
untuk berhadapan dngan anak-anak yang relative belum matang dan kurang
dapat bersaing dalam situasi, dimana kematangan menjadi ukuran penting.
Kesimpulan yang jelas dapat digambarkan dari penelitihan pubertas. Masa ini
untuk sebagian pubertas semakin sulit, apakah itu orang dewasa maupun
kelompok remaja sendiri menyatakan bahwa remaj mudah untuk berhubungan
dengan siapa saja.

Teori perkembangan kognitif adalah salah satu teori yang menjelaskan


bagaimana beradaptasi dengan menginterprestasikan objek kejadian-kejadian di
sekitarnya. Beberapa perubahan yang tampak dan penting pada umur 6 tahun
dalam kehidupan anak adalah kemampuan kognitif mereka. Pada pandangan
piaget (1952), kemampuan atau perkembangan kognitif adalah hasil dari
hubungan perkembangan otak dan sistem nervous dan pengalaman-pengalaman
yang membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Piaget (1964) bependapat, karena manusia secara genetik sama dan
mempunyai pengalaman yang hampir sama, mereka diharapkan untuk sungguh-
sungguh memperlihatkan keseragaman dalam perkembangan kognitif mereka.
Oleh karena itu, dia mengembangkan empat tahap tingkat perkembangan kognitif
yang akan terjadi selama masa kanak-kanak sampai remaja, yaitu sensorimotor (0-
2 tahun), dan praoperasional (2-7 tahun). Sedangkan konkret (7-11 tahun) dan
operasional formal (11-dewasa) yang akan kita bicarakan pada perkembangan
kognitif siswa SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA.
Menurut Jean Pieget, perkembangan manusia melalui empat tahap
perkembangan kognitif dari lahir sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan
munculnya kemampuan intelektual baru dimana manusia mulai mengerti dunia
yang bertambah kompleks.

6
Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
Tahap-Tahap Umur Kemampuan
Sensori-motorik 0-2 tahun Menunjuk pada konsep permanensi objek,
yaitu kecakapan psikis untuk mengerti bahwa
suatu objek masih tetap ada. Meskipun pada
waktu itu tampak oleh kita dan tidak
bersangkutan dengan aktivitas pada waktu itu.
Tetapi, pada stadium ini permanen objek
belum sempurna.
Praoperasional 2-7 tahun Perkembangan kemampuan menggunakan
simbol-simbol yang menggambarkan objek
yang ada di sekitarnya. Berpikirnya masih
egosentris dan berpusat
Operasional 7-11 Mampu berfikir logis. Mampu konkret
tahun memperhatikan lebih dari satu dimensi
sekaligus dan juga dapat menghubungkan
dimensi ini satu sama lain. Kurang egosentris.
Belum bisa berfikir abstrak.
Operasional 11tahun- Mampu berfikir abstrak dan dapat
formal dewasa menganalisis masalah secara ilmiah dan
kemudian menyelesaikan masalah.

Piaget percaya bahwa anak yang lebih dewasa mempunyai perkembangan


kognitif yang lebih luas. Mereka mempunyai pengalaman yang lebih luas dan
dapat memproses imformasi dengan cara-cara yang lebih berpengalaman, karena
perkembangan bilogi dan perkembangan adaptasi dari struktur kognitif.

7
1) Tahap sensori motoric (0-2 tahun)
Tahap pertama dari perkembangan kognitif adalah tidak tepatan objek
(permanensi objek) yang belum pernah berkembang. Menurut Piaget,
permanensi objek diperlukan sebelum anak dapat menyelesaikan masalah, atau
sebelum mereka berpikir dengan apa yang dikeluarkan dari dalam otak mereka,
dan menggunakan symbol-simbol mental atau kesan-kesan. Kita dapat
menangkap suatu objek secara tepat atau termasuk permanensi, bahkan ketika
benda itu tidak ada. Tanpa kesan mental, dengan symbol atau gambar untuk
menghadirkan sebuah objek, kita tidak dapat berpikir dengan benda itu karna
kita tidak mempun yai cara untuk menghadirkan suatu objek dari dalam kita
sendiri. Jadi, tanpa ketepatan objek ini akan keluar dari pikitan kita.
Piaget berpendapat bahwa pada permulaan tahap sensori motorik pada
bayi mula-mula belum tampak sehingga belum dapat berpikir. Tetapi ketika
kemudian ketepatan objek terjadi dan berkembang penuh, ba yi akan memasuki
tahap sensorimotor.
2) Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Perbedaan antara tahap sensori motorik dan tahap praoperasional adalah
pada perkembangan dan penggunaan symbol dan kesan dari dalam atau
internal. Perkembangan pikiran seperti pembentukan ketepatan objek, ditandai
dengan dipisahkann ya garis antara tahap sensori motorik dan praoperasional.
Pikiran yang ada dalam otak mungkin sebagai tanda dari kesadaran diri.
Dalam tahap praoperasional anak menunjukkan pengguanaan fungsi
symbol yang lebih besar. Perkembangan bahasa bertambah secara dramatis dan
permainan imajinasi menjadi lebih tampak. Pemikiran anak-anak dalam tahap
praoperasional terbatas, karenan ya ia cenderung egosentris (memikirkan dirin
ya sendiri). Dengan egosentris, Piaget tidak bermaksud menunjukkan bahwa
anak-anak mementingkan dirin ya sendiri, tetapi mereka merasa bahwa dunia
milik mereka dalam kontek yang berbeda.
Berpikir egosentris adalah salah satu keterbatasan yang dihadapi oleh
anak-anak dalam tahap praoperasional. Keterbatasan tambahan adalah
ketidakmampuan mereka untuk memahami lebih dari satu aspek masalah pada
waktu yang sama. Dengan ini anak akan cenderung memakai intuisi dan tidak

8
dengan logika dalam men yelesaikan masalah. Hampir sebagian besar dari
mereka tetap dalam perkembangan kognitif tahap praoperasional sampai
mereka berumur 7-8 tahun.
3) PerkembanganKognitifOperasional ( Sekolah Dasar / 7-11 Tahun)
Antara umur 5 sampai 7 tahun, proses pikiran anak-anak mengalami
perubahan yang berarti (Osborn dan Osborn,1983). Ini adalah suatu masa
transisi dari tahap pikiran praoperasional ke tahap operasional konkret. Dalam
tahap operasional konkret, kekurangan logis dari tahap praoperasional hilang.
Anak juga menunjukkan kemampuan baru dalam memberikan alas an untuk
memperhitungkan apa yang akan dilakukan. Pikiran mendahului perbuatan.
Contoh, ketika anak-anak bermain teka-teki,”dalam kepalanya”tidak hanya
coba-coba (trial and error), tetapi selalu berpikir tentang apa yang mendasari
suatu objek bukan ide-ide yang abstrak dan symbol-simbol.
Berpikir logis (dengan objek konkret) adalah sifat-sifat atau ciri pada masa
ini. Anak-anak dapat membayangkan hasil ramalan secara cepat, meskipun
dicoba oleh ahli-ahli psikologi perkembangan. Pikiran untuk menghitung atau
mengerti kesatuan pengukuran adalah satu ciri yang paling menonjol dari
operasional konkret anak.
Selama egosentris masih ada pada anak-anak dalam tahap praoperasional
yang membuat aturan belajar serta aturan-aturan yang perlu diikuti sulit, maka
anak-anak pada tahap operasional konkret tidak sulit lagi. Mereka menguasai
aturan-aturan social (seperti kita mengatakan silakan, maaf) bersamaan dengan
aturan-aturan lain dalam situasi social yang khusus (waktu makan, di kelas,
mengunjungi nenek) Dia belajar apa yang harus dilakukan ketika ada ketukan
pintu, bagaimana bertingkah laku di perpustakaan, dan bagaimana bermain
sepak bola. Yang penting anak-anak pada tahap operasionalkonkret mengenal
aturan-aturanini sebagai hal yang tepat dan tidak berubah.Anak-anak dalam
operasional konkret mengerti klasifikasi, subklasifikasi, dan multiple
klasifikasi. Bunga mawar adalah bunga dan bunga adalah suatu tanaman.
Bunga juga ada yang berwarna merah, sesuatu yang baunya harum, dan
membuat senang jika diberikan pada ibu. Ini semua merefleksikan kemampuan

9
anak-anak pada tahap ini untuk merasakan bahwa objek yang sama mempunyai
keunikan dan kedudukan dalam suatu situasi.
Anak-anak ini juga berpikir logis dan dapat menghubungkan sesuatu yang
umum, seperti : Semua anjing menyalak. Nero adalah anjing. Oleh karena itu,
Nero menyalak. Anak juga dapat memperkirakan suatu objek atau misalnya
penggaris menurut ukuran tanpa mengukur dengan teliti. Ia mengerti bahwa
suatu penggaris lebih panjang dari penggaris temennya dan lebih pendek dari
penggaris lain. Dan penggaris dapat dijadikan satu seri dari yang terpanjang
hingga terpendek. Piaget menyebut ini sebagai seriation. Penelitian white,
Yussen dan Docherry 1976 menunjukkan bahwa latihan latihan khusus di
sekolah Montesorry memungkinkan sejumlah pemikir operasional ini untuk
menunjukkan tugas” seriation yang memerlukan pikiran-pikiran yang konkret.
Perkembangan lain yang penting dalam tahap ini adalah penguasaan akan
konsep tetapi tidak berubah (conservation concept). Anak telah belajar konsep
conservation ketika mereka mengerti air dalam gelas yang pendek jika
dituangkan ke dalam gelas yang lebih kecil tinggi aan tetap sama isinya.
Ciri-ciri lain dari tahap operational konkret adalah kemampuan untuk
membalikkan pikiran atau operation yang oleh Piaget disebut Reversibility.
Kurangnya reversibility dapat diberikan contoh sebagai berikut:
T : Apakah kamu punya saudara?
J : Punya
T : Siapa namanya?
J : Namanya Ina
T : Apakah ina punya saudara?
J : Tidak
Reversibility dari pikiran memberikan kesempatan kepada anak dalam
tahap operasional konkret untuk mengenal jika 4 x 2 = 8, kemudian 2 x 4 =
berapa? Anak yang lebih mudah harus mengingat setiap hubungan yang terpisah.
Pada masa pubertas tejadi perubahan tubuh. Tidak hanya itu, otak dan
fungsi otak juga berubah. Skor pada tes inteligensi menunjukan turun naik
beberapa tahun pada anak-anak remaja dari umur 12-15 tahun.

10
Secara fisik , anak pada usia sekolah dasar memiliki karakteristik tersendiri
berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan sesudahnya. Pembelajaran dapat
diselenggarakan sedemikian rupa sehingga dapat membantu percepatan
perkembangan anak didik. Karakteristik perkembangan fisik ini perlu dipelajari
dan dipahami karena akan memiliki implikasi tertentu bagi penyelenggara
pendidikan. Cara pembelajaran yang diharapkan harus sesuai dengan tahapan
perkembangan anak, yakni memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Programnya disusun secara fleksibel dan tidak kaku serta
memperhatikan perbedaan individual anak.
b. Tidak dilakukan secara monoton, tetapi disajikan secara variatif
melalui bnya aktifitas
c. Melibatkan penggunaan berbagai media dan sumber belajar (sarana
dan prasarana)
Perkembangan fisik anak terus berlangsung. Pemahaman tentang
karakteristik perkembangan akhirnya membawa beberapa implikasi bagi
penyelenggara pendidikan. Implikasi-implikasi dimaksud khususnya berkenaan
dengan penyelenggara pembelajaran secara umum, pemeliharaan kesehatan, dan
nutrisi anak, pendidikan jasmani dan kesehatan, serta penciptaan lingkungan dan
pembiasaan berperilaku sehat.
Proses perkembangan intelektual menurut Budiamin,dkk (2009:5)
melibatkan kemampuan berfikir, kemahiran berbahasa, dan cara individu
memperoleh pengetahuan dari lingkungannya. Aktivitas-aktivitas seperti
mengamati dan mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa kata
menjadi satu kalimat, memecahkan soal matematika merupakan peran intelektual
atau kognitif dalam perkembangan anak.
Teori Piaget banyak digunakan dalam praktik pendidikan atau proses
pembelajaran, meski teori ini bukanlah teori mengajar. Piaget
(Budiamin,dkk,2009:108) berpandangan bahwa :
a. Pembelajaran tidak harus berpusat pada guru, tetapi berpusat pada peserta
didik
b. Materi yang dipelajari harus menantang dan menarik minat belajar peserta
didik

11
c. Pendidik dan peserta didik harus sama-sama terlibat dalam proses
pembelajaran
d. Metode dan bahan pembelajaran harus menjadi perhatian utama
e. Guru harus memperhatikan tahapan perkembangan kognitif peserta didik
f. Pembelajaran hendaknya dibantu dengan benda-benda konkret

B. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah seluruh remaja yang duduk disekolah
menengah yang mendukung penelitian.

C. Assesment Data

Data yang diperoleh mendukung untuk penelitian Peran guru bidang studi/
wali kelas/ Pks III/ Kepsek/ Orang tua/ kakak abang/ sahabat membantu
perkembangan kognitif/ intellegensi remaja usia sekolah menengah.

12
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk meneliti perkembangan kognitif diri peserta


didik serta permsalahannya.
Penelitian ini menggunakan metode kulitatif yang berdasarkan pendekatan
penggunaan dan pengolahan data yang ada. Metode kualitatif digunakan
dengan alasan penggunaaan sistem informasi manajemen yang ada di
organisasi dikaji lebih sederhana.
Data yang dikaji berupa kata-kata yang dijadikan sumber dari penelitian
dan bukan berbentuk angka-angka karena penelitian ini bersifat kualitatif.

B. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah tenaga pendidik (guru) maupun peserta
didik yang memiliki wewenang dan kompetensi untuk memberikan data yang
relavan dengan penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui :

1. Wawancara langsung
2. Wawancara tak langsung

D. MetodeAnalisis Data

Tehnik analisis data kualitatif dilakukan sesuai dengan pendekatan studi


kasus, sehingga analisis data yang digunakan dengan cara menelaah jawaban-
jawaban yang dikumpulkan yang dapat didapat dari subjek penelitian.

13
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

Langkah awal dari penelitian ini adalah mengumpulkan dan mempelajari


sejumlah literature baik dari buku, jurnal maupun artikel yang berkaitan dengan
topik sistem informasi manajemen. Sebelum peneliti melakukan penelitian maka
terlebih dahulu mempersiapkan instrumen yang digunakan yaitu, alat perekam,
pedoman wawancara, dan instrumen lainnya untuk menunjang kelancaran
jalannya penelitian. Kemudian peneliti mencari subjek yang memenuhi kriteria.

B. Pelaksanaan Penilitian

Peneliti menjalin komunikasi yang baik guna memperlancar proses


penelitian. Kemudian peneliti memilih tempat yang sesuai untuk melakasanakan
wawancara agar partisipan tidak biasa dan bebas bercerita. Penelitian berlangsung
mulai dari tanggal 31 Oktober 2018.

Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat janji untuk


mengadakan wawancara dengan subjek dan mengambil data pribadi yang
diperlukan.

C. Hasil Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan dengan pendekatan-pendekatan


memperoleh hasil sebagai berikut:

1. Peran guru sebagai fasilitator sangat mendukung perkembangan kognitif


para peserta didik. Guru sebagai sumber pengetahuan kognitif di sekolah.
2. Peran orang tua dalam membantu perkembangan kognitif peserta didik juga
sangat diperlukan, orang tua sebagai keluarga utama memiliki peran inti
dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak.
3. Taman sebaya dan juga sahabat sangat berperan dalam membantu
perkembangan kognitif temannya, teman sebagai guru kedua setelah guru
utama di sekolah.

14
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan merupakan perubahan yang sistematis, progresif dan


berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir sampai akhir hayatnya atau juga
dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan menuju tingkat kedewasaan atau
kematangan baik fisik maupun psikis. Perkembangan fisik melalui fase-fase yaitu
masa usia pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan mahasiswa.
Sedangkan perkembangan kognitif beberapa tahap yaitu sensori-motorik,
praoperasional, operasional, dan operasional formal.D alam hal ini hubungan
orang tua sangat berpengaruh pada perkembangan seorang anak. Cara
pembelajaran dalam suatu pendidikan disesuaikan dengan tahap perkembangan
anak.

B. Saran

Guru, orang tua dan juga teman hendaknya selalu menjadi pendukung
dalam perkembangan kognitif remaja sehingga perkembangan kognitif dapat
berjalan dengan baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Monks, F.J, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.
Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
W.D, Sri Esti. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo

16

Anda mungkin juga menyukai