Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DASAR-DASAR KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT VETERINER

Komunikasi Verbal

Oleh:
Kelompok III
Anggota:

Citra Yudeska (1609511073)


Mahda Dwi Darmayanti (1609511074)
Made Krisna Ananda (1609511075)
Maria Anastasia Hutapea (1609511076)
Zefanya Christiani (1609511077)
Derfina Lijung (1609511078)
Melati Pusparini W. (1609511079)
Raisis Farah D.A (1609511080)
Vanesya Yulianti (1609511082)
Widia Insani (1609511083)
Dede Ayu Pratiwi (1609511107)
Serly Nur Indah P. (1609511108)
Ni Wayan Intan Martinez (1609511109)
I Putu Sandika Artaguna (1609511110)
Ni Luh Risna Cahyani (1609511111)
Derisna Sawitri Ungsyani (1609511112)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2017
KATAPENGANTAR

Puji syukur kami panjatkankan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat

diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini kami susun untuk

pemenuhan tugas dari mata kuliah Dasr-Dasar Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat Veteriner dengan judul Komunikasi Verbal. Ucapan terima kasih

kami sampaikan kepadaProf. Dr. drh. Nyoman Sadra Dharmawan, MS. selaku

dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi

lancarnya penyelesaian tugas makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun, kami menyadari masih ada

kekurangan di dalamnya oleh karena itu kritik dan saran pembaca sangat kami

butuhkan. Besar harapan kami makalah ini dapat berguna dan dapat menambah

wawasan para pembaca.

Denpasar, 12 Mei 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komunikasi Verbal dan Mendengarkan .........................4

2.2 Fungsi dari Kemampuan Mendengarkan..........................................6

2.3 Mendengarkan Sebagai Kemampuan Berkomunikasi ......................7

2.4 Jenis-Jenis Mendengarkan ................................................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................12

3.2 Saran .................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial, hanya dapat hidup berkembang dan

berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia

lain. Salah satu cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja sama dengan

manusia lain adalah komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu aspek

terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia.

Banyak yang beranggapan komunikasi itu mudah untuk dilakukan,

semudah bernafas karena bisa melakukannya sejak lahir, tetapi komunikasi tidak

semudah yang diduga. Karena ada kesan enteng itu, tidak mengherankan bila

sebagian orang enggan mempelajari bidang ini, terbiasa berkomunikasi

sebenarnya belum berarti memahami komunikasi manusia, belum berarti

memahami apa yang tejadi selama komunikasi berlangsung, mangapa itu terjadi?

Akibat-akibat apa yang terjadi?

Sebagai makhluk sosial, dimanapun kita tinggal dan apapun pekerjaan

kita, kita selalu membutuhkam komunikasi dengan orang lain, jadi bukan hanya

dosen, polisi, pengacara ataupun penjual yang harus terampil berkomunikasi,

namun semua jabatan termasuk dokter hewan, banyak orang gagal karena mereka

tidak terampil berkomunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari pun banyak kegagalan

dalam komunikasi. Misalnya hubungan sebuah pertemanan akan hancur jika

terjadi miskomunikasi di dalamnnya atau contoh kasus lain dalam pekerjaan atau

1
2

karir misalnya orang tidak terima bekerja karena ia gagal berkomunikasi dalam

wawancara. Semua hal ini berkaitan dengan pentingnya keterampilan dalam

komunikasi termasuk dalam mengartikan pesan yang verbal.

Komunikasi verbal merupakan proses komunikasi dimana pesan

disampaikan menggunakan kata-kata. Penting bagi komunikan untuk

mendengarkan dan mengartikan pesan dengan baik agar tidak terjadinya

miskomunikasi.

Untuk mengetahui hal itu secara lebih mendalam perlu pembelajaran yang

lebih lanjut. Hal inilah yang melatar belakangi pembuatan paper ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang muncul sebagai

berikut :

1. Apa pengertian komunikasi verbal dan kemampuan mendengarkan?

2. Apa fungsi dari kemampuan mendengarkan?

3. Apa saja jenis-jenis mendengarkan?

4. Apa yang dimaksud dengan mendengarkan sebagai kemampuan

berkomunikasi?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat memahami dan menjelaskan pengertian komunikasi verbal dan

mendengarkan.
3

2. Dapat memahami dan menjelaskan fungsi dari kemampuan

mendengarkan.

3. Dapat memahami dan menjelaskan jenis-jenis dari kemampuan

mendengarkan.

4. Dapat memahami dan memiliki kemampuan berkomunikasi terkhususnya

di bidang mendengarkan.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:

1. Melalui paper ini diharapkan kalangan mahasiswa Universitas Udayana,

khususnya Kedokteran Hewan memiliki wawasan lebih mengenai dasar

komunikasi khususnya mengenai keterampilan berkomunikasi verbal.

2. Hasil tugas ini dapat menjadi arsip yang dapat membantu untuk

mengerjakan tugas yang berhubungan dengan dasar komunikasi

khususnya mengenai keterampilan berkomunikasi verbal.

3. Dapat menggunakan komunikasi verbal dan kemampuan mendengarkan

sebagai modal dalam bidang kedokteran hewan yaitu melayani pasien dan

klien.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komunikasi Verbal dan Mendengarkan

2.1.1 Pengertian Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan

komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral).

Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia. Melalui

kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan,

menyampaikan fakta, data dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar

perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar. Dalam komunikasi

verbal itu sendiri, bahasa yang digunakan memegang peranan penting.

2.1.2 Pengertian Mendengarkan

Mendengarkan memiliki banyak pengertian, salah satunya adalah

pemilihan dan penyimpanan data yang diterima secara aural (Weaver, 2007),

atau proses dimana bahasa dibicarakan kemudian diubah menjadi makna di

pikiran (Hargie, 2007). Beberapa teoris memandang, mendengarkan semata-mata

aktivitas auditori, sebuah proses yang terjadi ketika manusia menerima data secara

aural (Hargie, 2007; OGara & Fairhust, 2004). Hearing (sekedar mendengar) dan

Listening (proses mendengarkan) memiliki perbedaan dimana hearing dipandang

hanya sebagai aktivitas fisik, sedangkan listening merupakan proses yang terjadi

secara mental. Pengertian secara luas oleh Wolvin dan Coakley (1996)

4
5

menggambarkan listening (mendengarkan) sebagai proses menerima, kesertaan,

dan pemberian makna terhadap stimuli aural dan visual. Definisi ini

menggambarkan komplekasitas dari listening dan menyertakan tiga elemen pokok

yakni: menerima, kesertaan, dan pemberian makna, seperti yang dideskripsikan

pada kebanyakan literatur mengenai komunikasi.

Beberapa literatur menjelaskan konsep dari mendengarkan dengan

menggunakan salah satu dari tiga prefiks yaitu aktif, reflektif, dan terapeutik

(Fredriksson, 1999). Tiga prefiks ini digunakan secara bergantian, namun istilah

terapeutik umumnya dikaitkan dengan hubungan yang membantu seperti

hubungan antara klien dan aparat kesehatan (profesional).

Dalam konteks interaksi interpersonal, poin yang ditekankan terletak pada

proses dimana pembicaraan verbal diubah menjadi sebuah makna. Layaknya kita

melihat dengan mata namun membaca dilakukan oleh otak, kita pun mendengar

(hear) menggunakan telinga namun memahami (listen) dengan otak. Kita tidak

perlu belajar untuk mendengar (hear) tapi perlu belajar untuk memahami (listen)

(Wolvin & Coakley, 1996). Dalam artian ini, listening bukanlah suatu proses yang

terjadi secara fisik di telinga, namun proses yang terjadi secara mental dan

merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar dan aktif (Fredriksson, 1999).

Pengertian aural dari mendengarkan (listening) mengabaikan isyarat non-verbal

yang disampaikan pembicara dalam interaksi sosial. Padahal, isyarat tersebut

dapat memiliki efek penting pada makna dari komunikasi untuk disampaikan

selama interaksi sosial terjadi. Seharusnya, listening mencakup pesan verbal dan

non-verbal.
6

Mendengarkan adalah proses menerima serta memahami makna dari bunyi

(pesan) yang ditangkap telinga secara disengaja. Mendengarkan merupakan

sebuah proses aktif dari satu orang ke orang lain atau banyak orang dengan

melalui perangsangan panca indera telinga sebagai alat pendengaran.

Mendengarkan terikat erat dengan penerimaan rangsangan dan dibedakan dengan

mendengar sebagai sebuah proses psikologis.

2.2 Fungsi dari Kemampuan Mendengarkan

Mendengarkan dapat digunakan untuk memperoleh informasi baru berarti

mendapatkan beberapa kemampuan baru atau segala sesuatu yang berhubungan

dengan beberapa perilaku yang lebih efektif. Pada kesempatan lain kita

mendengarkan untuk informasi yang kita gunakan dalam memberikan beberapa

macam evaluasi, keputusan, dan kritikan.

Tujuan dari proses mendengarkan adalah untuk benar-benar memahami

sepenuhnya apa yang ingin disampaikan oleh pembicara. Fungsi dari listening,

dalam konteks medis (health care), disimpulkan sebagai berikut (Metcalf, 1998) :

Untuk memusatkan perhatian pada spesifik pesan yang sedang disampaikan

oleh orang lainnya.

Untuk memperoleh pemahaman penuh dan akurat mengenai masalah yang

dimiliki oleh orang lain.

Untuk menyampaikan perhatian dan keprihatinan untuk orang tersebut

(empati).
7

Untuk mendorong terjadinya penyampaian pesan yang terbuka, jujur, dan

menyeluruh.

Untuk membangun/mengembangkan pendekatan berpusat pada klien selama

interaksi terjadi.

Kesuksesan dalam komunikasi bergantung pada keefektifan

mendengarkan. Ini sangat penting untuk memenuhi tujuan dan kebutuhan orang

lain, serta diri sendiri. Mendengarkan yang efektif adalah keterampilan

interpersonal yang dapat dikembangkan dan dipraktekkan dalam interaksi

profesional. Penelitian sebelumnya yang dilakukan di lembaga-lembaga akademik

dan asumsi adalah mahasiswa belajar dengan membaca buku dan mendengarkan

ceramah (kuliah). Penelitian pendidikan terbaru, yang berfokus pada pendidikan

student center, menekankan bagaimana mendengarkan dan keterampilan

komunikasi lainnya hanya bagian dari proses pembelajaran. Penelitian saat ini,

menyimpulkan bahwa mendengarkan lebih dari hanya mendengar dan

mendengarkan sebagi proses aktif bukan proses pasif.

2.3 Mendengarkan Sebagai Kemampuan Berkomunikasi

Kebanyakan buku pelajaran komunikasi menganggap mendengarkan

adalah inti keterampilan komunikasi, yang berarti bahwa hal itu dapat dipelajari

dan dipraktekkan (Frediksson, 1999; Redmond, 2000). Sangat penting untuk tidak

bingung akan kemampuan dalam percakapan dengan kemampuan dalam

mendengarkan, seperti halnya pembicara yang hebat tidak selalu menjadi

pendengar yang baik (Stickley & Freshwater, 2006). Mendengarkan pada

permulaan konsultasi adalah pokok untuk kesuksesan dari keberhasilan interaksi.


8

Dalam praktek medis, mendengarkan cerita pasien menambahkan hampir

85% dari diagnosis tanpa pemeriksaan lebih lanjut atau tes (Cocksedge & May,

1999). Mendengarkan merupakan salah satu model konsultasi (Kurtz et al., 2003;

Silverman et al., 1999) untuk mengumpulkan data secara profesional yang

menjadi dasar diagnosis dan pengobatan (Cocksedge et al., 1998). Manfaat yang

diambil baik isyarat verbal dan non-verbal di awal konsultasi dan pilihan untuk

menggunakan the listening loop(Cocksedge & May, 1999) dapat memberikan

kontribusi positif terhadap hasil untuk klien.

Tidak dapat dipungkiri, komunikasi terjadi antar individu harus ada

pengiriman dan penerimaan sinyal dari satu orang ke orang lain. Untuk merespon

dengan tepat kepada orang lain, penting untuk memperhatikan pesan yang mereka

kirim dan terkait jawaban untuk pesan tersebut, khusus untuk mendengarkan

secara aktif.

Seberapa baik kita mendengarkan akan berdampak pada profesi atau

pekerjaan kita dan hubungan kita dengan orang lain. Mendengarkan yang efektif

adalah memperhatikan dengan seksama apa yang lawan bicara kita ungkapkan

atau katakan. Setiap individu cenderung ingin didengarkan dibanding

mendengarkan, sedemikian jalan sukses kita adalah bagaimana mengendalikan

diri untuk mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Kebanyakan orang lupa

akan kemampuan mendengarkan yang baik. Saat kita sudah mengerti akan orang

lain melalui proses mendengarkan maka komunikasi yang terjalin akan berjalan

lancar. Karena itulah mendengarkan merupakan salah satu syarat dalam

komunikasi efektif.
9

2.4 Jenis-Jenis Mendengarkan

Wolvin dan Coakley (1996) telah mengidentifikasi tipe dari

mendengarkan. Mereka menggambarkan ini sebagai hirarki menggunakan sebuah

pohon dan cabang-cabangnya untuk menggambarkan bagaimana setiap jenis

sesuai untuk tujuan tertentu.

1. Mendengarkan diskriminatif (Discriminative Listening)

Adalah akar pohon dimana pendengar mencoba untuk membedakan stimuli

auditori dan visual. Pada tingkat ini, pendengar membuat penilaian cepat dari

masalah dan mungkin yang sederhana seperti membaca ekspresi wajah.

2. Mendengarkan komprehensif (Comprehensive Listening)

Merupakan tingkat berikutnya tetapi terletak di dalam batang pohon. Sebagai

salah satu upaya untuk memahami pesan dalam mengingat pesan sebelumnya

atau mempertahankan pesan itu untuk kemudian digunakan dalam interaksi.

Beberapa contoh mendengarkan komprehensif termasuk menghadiri kuliah,

mendengarkan radio atau menonton berita dan urusan saat ini di televisi.

Penekanannya untuk fakta pusat, ide utama, dan tema penting untuk

memahami pesan yang diterima sepenuhnya. Jadi, diskriminatif listening

yang merupakan akar pohon dan komprehensif listenig sebagai batang pohon

merupakan dua elem penting untuk mendukung tipe lain yang berupa cabang

dari pohon.

3. Mendengarkan Terapeutik (Theraupeutic Listening)

Adalah satu dari tiga cabang ketika kita mendengarkan untuk memberikan

dukungan, bantuan, dan empati kepada seseorang yang perlu berbicara dan

dimengerti oleh orang lain. Dalam konteks ini, hal ini diwakilkan dari
10

klien/pemilik yang datang untuk konsultasi dengan dokter hewan. Disini,

pendengar menunjukkan empati dan mencoba mengerti pikiran, anggapan,

dan perasaan dari klien.

4. Mendengarkan Kritik (Critical Listening)

Merupakan cabang kedua, dengan tujuan untuk mengevaluasi maksud dari

pesan yang disampaikan, hal ini digambarkan seperti bertemu dengan penjual

atau mendengarkan iklan di radio atau televisi. Pembicara mencoba untuk

membujuk orang lain dengan cara mempengaruhi sikap, anggapan serta

perilaku. Dalam konteks ini, dianggap penting untuk menggunakan tiga tipe

lainnya yang telah dijelaskan untuk membuat penilaian yang kritis. Sebagai

tambahan, mempertimbangkan tindakan non-verbal seperti halnya pesan

verbal sangat penting dalam proses ini.

5. Mendengarkan Apresiasi (Appreciative Listening)

Merupakan cabang terakhir. Bentuk dari mendengarkan ini membutuhkan

pendengar untuk membedakan isyarat pendengaran dan visual dalam pesan,

memahami pesan, mengolah pesan dan menghargai isi dari pesan, sehingga

dapat merespon. Mendengarkan musik adalah salah satu contoh dari

pendengaran apresiatif.

Macam-macam jenis mendengarkan ini dapat dikaitkan dengan metode

atau digunakan sebagai alasan untuk mendengar secara tepat dalam interaksi

tertentu, dengan masing-masing metode memiliki kesesuaian dan ketidaksesuaian

dalam penggunaannya (Redmond, 2000). Metode mendengarkan termasuk

mendengar secara objektif untuk memperoleh informasi dan mencapai

pemahaman (Redmond, 2000). Dibandingkan dengan pendengaran komprehensif


11

yang dijelaskan di atas (Wolvin & Coakley, 1996). Redmond (2000) menyatakan

mendengarkan secara kritis sebagai sebuah metode dan menjelaskannya sebagai

menganalisis dan mengevaluasi pesan. Hal ini mengharuskan pendengar untuk

mengevaluasi semua informasi yang diperoleh dengan cara menjauhkan diri dari

emosi dan menggunakan pikiran secara kritis sebelum menjawab. Mendengar

secara apresiatif, sebaliknya, menganjurkan anda untuk menyingkirkan pemikiran

secara objektif dan untuk berpikir terbuka serta terbuka untuk reaksi emosional.

Terakhir, mendengarkan secara personal disampaikan sebagai metode untuk

menarik klien; hal ini diibaratkan seperti tipe pendengaran terapeutik yang telah

dijelaskan di atas (Redmond, 2000).


BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan

komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral).

Guna memahami pesan yang disampaikan oleh komunikan melalui komunikasi

verbal perlu dilakukannya proses mendengarkan. Hearing (sekedar

mendengarkan) berupa bentuk aktivitas fisik oleh telinga, sedangkan listening

(proses mendengarkan) terjadi secara mental berupa tindakan secara sadar dan

aktif. Kesuksesan dalam komunikasi bergantung pada keefektifan mendengarkan.

Salah satu fungsi mendengarkan adalah untuk mendapatkan informasi baru dan

memberika empati. Jenis-jenis dari mendengarkan digambarkan seperti sebuah

pohon dengan akarnya berupa jenis deksriminatif dan komprehensif, dengan

cabang-cabangnya mendengarkan berupa teraupetik, kritik, dan apresiasi.

Dalam berkomunikasi verbal sangat penting untuk mendengarkan agar

komunikan dapat menerima informasi dari komunikator dengan baik untuk

menjalin komunikasi yang baik dan efektif.

3.2 Saran

Masih banyaknya kekurangan dari penulisan paper ini, oleh sebab itu kami

sebagai penulis paper memohon saran serta kritik dari pembaca untuk

memperbaiki penulisan makalah ini.

12
13

DAFTAR PUSTAKA

Cocksedge S, May C. 1999. the listening loop: a model of choice about cues
within primary care consultations. Medical Education 39:999-1005.

Dharmawan, Nyoman Sadra. 2015. Dasar-dasar Komunikasi dan Pengembangan


Masyarakat Veteriner. Denpasar: FKH Universitas Udayana.

Frendriksson L. 1999. Modes of relating in a caring conversation: a research


synthesis on presence, touch and listening. Journal of advanced Nursing
30(5):1167-1176.

Hargie O. 2007. The Handbook of Communication Skill, 3rd end. Routledge,


London.

Hidayat, Riswanto. 2012. Komunikasi Non- Verbal.


https://riswantohidayat.wordpress.com/komunikasi/komunikasi-non-
verbal/. Diakses [24 April 2017].

Kurtz SM, Silverman JD, Draper J. 2003. Teaching and Learning Communication
Skill in medicine, 2nd edn. Radcliffe Medical Press, Oxford.

Metcalf C. 1998. Stoma care: exploring the value of listening. British Journal of
Nursing 7(6):311-318

OGara PE, Fairhurst W. 2004. Therapeutic communication part2: strategies that


can enhance the quality of the emergency care consultation. Accident and
Emergency Nursing 12:201-207.

Redmond MV. 2000. Communication: Theories and Applications. Houghton


Mifflin, Boston. Weaver C. 2007. Human listening: proces and
behaviour. In: Hargie O (ed), The Handbook of Communication Skill, 3rd
end. Routledge, London.

Silverman JD, Kurtz SM, Draper J. 1998. Skills for communicating with Patients.
Radcliffe Medical Press, Oxford.

Stickley T, Freshwater D. 2006. The art of listening in the therapautic


relationship. Mental Health Practice 9(5):12-18.

Willey-Blackwell. 2010. Handbook of Veterinary Communication Skills. Diakses


melalui http://as.wiley.com/WileyCDA/WileyTitle/productCd-
1405158174.html [23 April 2017].
Wolvin A, Coakley CW. 1996. Listening, 5th end. McGraw-Hill, Bostom, p. 69.

Anda mungkin juga menyukai