1.1 Pendahuluan
Pelabuhan adalah daerah tempat berlabuh/bertambatnya kapal serta kendaraan air lainnya untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang, bongkar muat barang, hewan dan kendaraan serta
merupakan daerah Iingkungan kerja kegiatan ekonomi. Oalam suatu pelabuhan kadang kala
terdiri dari beberapa terminal misalnya terminal minyak, peti kemas dan lain-lain.
Ditinjau dari sub sistem angkutan, pelabuhan merupakan salah satu simpul dari mata rantai
kelancaran angkutan muatan laut dan darat. Secara umum pelabuhan merupakan suatu daerah
pelabuhan yang terlindung dari badai/ombak/arus, sehingga kapal dapat berputar (turning basin),
bersandar/membuang sauh dan bongkar muat. Untuk mendukung fungsi tersebut dibangun
dermaga (wharves atau piers), jalan, gudang terbuka/tertutup, fasilitas penerangan,
telekomunikasi dan sebagainya sehingga fungsi pemindahan muatan dari/ke kapal yang bersandar
di pelabuhan menuju tujuan selanjutnya dapat dilakukan.
Pelabuhan dapat dibangun di suatu teluk, daerah terlindung, di muara dan atau di sungai
(Palembang, Belawan, Pontianak, New York) atau pun di sebuah pantai (Tanjung Priok, Tanjung
Perak). Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan kepedulian terhadap efisiensi maka
terdapat kecenderungan pelabuhan sungai ditinggalkan. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya
kapasitas owr kapal dan manuver kapal yang semakin sulit.
Fungsi utama dari suatu pelabuhan adalah pemindahan muatan dari suatu moda angkutan ke
moda angkutan lainnya. Pada prinsipnya kegiatan muatan dapat dibedakan atas:
Intra-modal transfer: yaitu pemindahan muatan antar moda yang sejenis.
Misalnya dari angkutan !aut ke angkutan perairan daratan atau sebaliknya .
Inter-modal transfer: yaitu pemindahan muatan antar moda yang tidak sejenis.
Misalnya dari angkutan laut ke angkutan darat atau sebaliknya ..
Peranan dari suatu pelabuhan meliputi:
a. Sebagai titik simpul (transfer point) dari beberapa moda angkutan.
b. Menunjang pola perdagangan dan pola distribusi barang (to follow the trade)
c. Merangsang aktifitas ekonomi dan memecah isolasi daerah dibelakangnya (to promote
the trade)
d. Menunjang pembentukan ketahanan nasional.
Untuk melancarkan kegiatan pe!ayanan (arus penumpang, barang dan kendaraan), secara
operasional pelabuhan didukung oieh:
a. Kapal kerja (kapal keruk, kapal tunda, kapal rambu dsb)
b. Sistem telekomunikasi terestrial (tetapj fixed) dan ekstraterestrial
c. Sistem jaringan jalan dengan daerah pendukung (pedalamanj hinterland) yaitu jalan raya
dan atau jalan kereta api
d. Sistem jaringan pelayaran(Route system)
Dalam melaksanakan angkutan secara efektif, masalah utama adalah penanganan yang
terintegrasi dari kegiatan-kegiatan jalur angkutan, penanganan muatan, industri, pengepakan,
asuransi dan jaringan komunikasi.
Keberhasilan kinerja atau efektifitas usaha pelabuhan diukur dari tingkat utilitasnya yang
mencapai maksimum (daya muat, kualitas angkut dan efisiensi penggunaan peralatan baik di
kapal maupun di darat). Hal ini dapat dicapai dengan memperbesar dan mempercepat alat
angkutan yang berdampak pada peningkatan kuantitas fasilitas prasarana agar dapat
menampungnya, seperti makin besar kapal yang akan masuk pelabuhan makin dalam alur
pelayaran, makin dalam dan panjang tambatan, makin besar faktor pengamanan, makin cepat
pula daya bongkar muat yang dibutuhkan. Jadi antara sarana dan prasarana keduanya saling
mempengaruhi, membatasi dan berjalaln seiring.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, pengusahaan dan pembangunan pelabuhan, perencanaan
dan perancangannya harus memperhatikan segi sosial, politis, teknis, manajemen, ekonomis,
finansial dan operasional. Penilaian masalah tersebut biasanya tercakup dalam studi kelayakan
(feasibility study).
teknis meliputi pemilihan lokasi pelabuhan ditinjau terhadap gangguan alam (ecology) teknis
konstruksi (mekanika tanah, pondasi, mekanika teknik, betonfbajafkayu teknik lalu lintas),
pelaksanaan pada sa at pembangunan (network planning), perkiraan biaya yang paling minimal
untuk mendapatkan keuntungan maksimal, perkiraan ukuran kapal dan jenis kapal yang akan
ditampung.
Masalah manajemen yaitu pengelolaan usaha meliputi prosedur operasional, administrasi,
personil, material dan keuangan agar pengelolaan pelabuhan tidak merugi baik bagi perusahaan
maupun masyarakat daerah tersebut.
Masalah penilaian finansial yaitu penentuan apakah pengusahaan pelabuhan tersebut dapat
memenuhi syarat-syarat keuangan, yaitu tingkat pengembalian modal investasi (return on capital
invested) dan dapatkah membantu investasi tambahan dari pendapatan yang diterima arus kas dan
neraca (cash flow and balance sheets).
Masalah penilaian ekonomis adalah mengukur biaya terhadap keuntungan (Iaba) dan
pengembangan ekonomi secara keseluruhan yang akan didapat dari pembangunan suatu proyek
dan dampak lainnya terhadap kelestarian Iingkungan.di daerah tersebut.
Besar investasi proyek menentukan sekali terhadap tarif jasa yang dijual dan biaya pemeliharaan.
Kesemuanya ini menyangkut kelangsungan operasional pelabuhan tersebut. Dalam hal ini
kemampuan mengembalikan dana investasi setelah beroperasinya pelabuhan dan ditambah laba
yang memadai sebelum berakhirnya umur teknologi dari aset yang dipakai.
1.3. Survey dalam Perencanaan Pelabuhan
Informasi awal yang dibutuhkan dalam perencanaan pelabuhan diantaranya meliputi :
a. Kondisi oceanografi, meliputi : gelombang laut, pasang surut dan arus.
b. Kondisi topografi, meliputi : kelebaran perairan, kedalaman air, kondisi tanah pada dasar
sungai/ laut serta daerah sekitarnya dan ketinggian tanah.
c. Kondisi penggunaan tanah, meliputi : luas areal yang tersedia dan kepemilikannnya,
kondisi tumbuh-tumbuhan, tata guna lahan (pemukiman, industry, pertanian dll)
Dalam perancangan fasilitas pelabuhan harus memperhatikan beberapa parameter antara lain
kondisi alam, operasional, aspek perawatan serta aspek ekonominy. Gambaran umum jenis
penyelidikan atau survey untuk perencanaan pelabuhan tergambar
1.4. Uraian Kegiatan dan Data Pendukung dalam Perencanaan pelabuhan
Dalam pembangunan pelabuhan terdapat minimal 7 (tujuh) data pokok yang dibutuhkan, yaitu:
1. Asal dan tujuan muatan (Origin and Destination) dan jenis muatan.
2. Klimatologi, meliputi: angin, pasang surut, sifat air laut dll.
3. Topografi: Geologi dan struktur tanah.
4. Rencana pembiayaan.
5. Pendayagunaan modal.
6. Jenis kapal yang menyinggahi dan sarana dan prasarana lain yang mendukung kegiatan
pelabuhan.
7., Hubungan dengan pelabuhan lain dalam rangka lalu Iintas dan sistem jaringan guna
mendukung perdagangan.
Dalam merencanakan pelabuhan ciri-ciri teknis khusus harus diperhatikan agar pelabuhan yang
dirancang dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Kapal harus dapat dengan mudah keluar masuk pelabuhan dan bebas dari gangguan cuaca
dan gelombang sehingga navigasi kapal dapat dilakukan.
b. Tersedia ruang gerak kapal di dalam kolam pelabuhan. Gerakan memutar untuk
mengarah keluar pelabuhan harus dimungkinkan sebelum kapal ditambatkan.
c. Pengerukan awal (capital dredging) dan pengerukan pemeliharaan (maintenance
dredging) seminimal mungkin.
d. Meminimalkan perbedaan pasang surut dan pengendapan (sedimentasi) seminimal
mungkin bahkan dihilangkan.
e. Kemudahan kapal untuk bertambat.
f. Pembuatan dermaga (tambatan) diusahakan sedemikian rupa agar:
1. Biaya awal dan biaya pemeliharaan minim tetapi kuat memikul muatan, peralatan dan
tumbukan kapal pada saat menambat
2. Letak dan bentuk tambatan mampu menampung bermacam jenis kapal dengan sarat
(draft) dan panjang yang berbeda
3. Mempunyai dimensi yang cukup untuk untuk melaksanakan bongkar muat
4. Penanganan bongkar muat dapat dilaksanakan dengan efisien
g. Mempunyai tempat penyimpanan tertutup (gudang transit) dan lapangan terbuka(open
storage yang cukup)
h. Memiliki peralatan bongkar muat yang memadai
i. Memiliki fasilitas pendukung seperti air bersih, Iistrik, telekomunikasi dan BBM untuk
melayani kapal dan muatan.
j. Mempunyai jaringan angkutan darat yang mudah dengan daerah pendukung (hinter/and)
k. Muatan diusahakan bebas dari gangguan (pencurian, bahaya kebakaran dll)
l. Tersedia fasilitas pemeliharaan minimal baik bagi kapal (dok) atau pemeliharaan
peralatan.
m. Tersedia fasilitas perkantoran agar lalu lintas dokumen dapat dilakukan dengan cepat.
n. Memungkinkan untuk rencana perluasanjpengembangan pelabuhan
Pada tabel 1.1 berikut terlihat hubungan antara macam-macam data dengan kebutuhan fasilitas
yang akan disediakan.
Kapasitas angkut kapal biasanya diukur dengan satuan DWT (Dead Weight Ton), yaitu besaran
selisih dari displacement (berat air yang dipindahkan akibat terapungnya kapal) kapal yang penuh
muatan (extreem weight) dan kapal kosong (light weight) dihitung dengan satuan ton metrik.
Seeara tegas DWT adalah daya muat barang di dalam kapal dihitung dengan unit ton metrik.
Satuan lain yang digunakan adalah BRT (Bruto Registered Ton) atau GT (Gross Tonage) yaitu
jumlah isi dari ruang kapal keseluruhan dalam satuan "Registered tori'. Satu Registered ton adalah
100 eft atau 2,83 m3•
Berikut ini beberapa ukuran dasar terhadap rencana karakteristik kapal yang akan digunakan
dalam perencanaan pelabuhan :
Beberapa Ukuran Dasar Kapal
Jenis Angkutan Laut Ukuran Kapal (DWT) LoA B (mid) Draft
(m) (m) (m)
- Muatan umum regional 2.350 79.10 14.20 4.70
3.000 100.00 16.00 5.20
- Muatan Konvesional 18.000 170.00 26.00 10.00
- Peti Kemas 22.000 210.00 30.50 9.50
- Curah 40.000 200.00 32.00 11.00
- Tanki Minyak 40.000 200.00 32.00 11.00
pembangunan suatu pelabuhan baru didasarkan kepada dua alasan, yaitu untuk mengimbangi
perkembangan suatu Iintasan pelayaran yang baru dibuka dan untuk mengatasi kebutuhan jasa
kepelabuhanan dimana petabuhan yang ada sudah tidak memungkinkan untuk dikembangkan
lagi.
Pertimbangan mendasar dalam proses penentuan lokasi pelabuhan adalah:
a. Upaya untuk memperkecil biaya ekonomi dalam pembangunan dan menciptakan suatu
pelayanan jasa pelabuhan setelah pelabuhan tersebut beroperasi.
b. Lokasi pelabuhan yang dipilih haruslah merupakan suatu daerah yang menguntungkan
dan juga daerah yang memiliki hubungan dengan jalur transportasi lain seperti : jalan
raya, jalan kereta api dll.
c. Lokasi pelabuhan yang dipilih haruslah selaras dengan pola kebijakan pengembangan
daerah dan pemerataan penghasilan penduduk.
Secara garis besar pertimbangan tersebut diatas dapat dikelompokkan menjadi:
a. Pertimbangan yang berhubungan dengan kelengkapan fisik yang meliputi: - kondisi
perairan.
- kondisi daratan.
- Kondisi alam dan cuaca
- Kondisi dampak Iingkungan.
- Biaya pengadaan tanah.
Proses pemilihan lokasi pelabuhan dapat dilakukan seperti terlihat di bagan alir berikut
a. Persyaratan minimum
Pengumpulan dan penganalisaan data terhadap kelengkapan adalah,pekerjaan yang
membutuhkan banyak waktu dan biaya mengingat banyaknya lokasi yang akan disurvey. Suatu
pendekatan yang logis adalah dengan memulai survey sebanyak mungkin loksai dengan suatu
kriteria persyaratan minimum yang harus dipunyai oleh masing-masing lokasi pilihan.
Persyaratan minimum dalam pemilihan lokasi pelabuhan meliputi:
a. Luas atau lebar daerah perairan dan daratan yang dibutuhkan adalah tergantung kepada
besar kecilnya pelabuhan yang dikehendaki. Sebagai contoh sebuah pelabuhan barang
yang kecil membutuhkan kelebaran perairan di depan dermaga sebesar 150 - 200 m dan
luas daratan seluas 10 ha. Sedangkan pelabuhan barang yang besar membutuhkan
kelebaran perairan sebesar 500 - 1.000 m dan lebih 50 ha daerah daratan.
b. Jarak antara lokasi pelabuhan dengan jalur angkutan lain sangat mempengaruhi
pemilihan, dimana semakin dekat lokasi pelabuhan dengan jalur angkutan lain akan
makin menguntungkan pelabuhan tersebut. Jarak maksimum yang ditentukan sebesar 5
km dengan tetap mempertimbangkan kemungkinan adanya pengembangan pelabuhan.
b. Seleksi awal
Seleksi awal merupakan tahapan yang paling kritis dalam proses pemilihan lokasi, mengingat
seleksi awal ini bertujuan untuk mengurangi banyak jumlah lokasi-Iokasi yang akan dipilih.
Mekanisme awal dapat dibagi dalam 2 tahapan, yaitu:
a. Survey lokasi, yang meliputi pengumpulan informasi umum mengenai ukuran luas
daratan, luas atau kelebaran daerah perairan serta jarak lokasi te~adap angkutan lanjutan
seperti jalan raya dan jalan kereta api.
b. Pemeriksaan kondisi perlengkapan masing-masing lokasi hasH survey berdasarkan
persyaratan minimum yang telah ditetapkan. Lokasi-lokasi yang tidak memenuhi
kelengkapan-kelengkapan pesyaratan minimum tidak diikutkan lagi dalam seleksi
berikutnya.
c. Seleksi kedua
Pada seleksi kedua ini, jumlah lokasi yang akan dipilih sudah banyak berkurang dibandingkan
dengan sebelum diadakan seleksi awal. Mekanisme seleksi, kedua dapat dibagi dalam 4
tahapan sebagai berikut :
a. Mendata, mengembangkan dan mengelompokkan seluruh kelengkapan pokok yang
diperlukan sebagai suatu pelabuhan. Pengelompokan kelengkapan pokok tersebut
meliputi:
b. Mengadakan survey tambahan terhadap lokasi-Iokasi yang lulus dalam seleksi awal
sesuai dengan hasil pengembangan kelengkapan pokok
c. Penentuan sistem penilaianjperankingan berdasarkan tingkat kepentingannya
d. Perhitungan indeks yang diinginkan dan ranking dalam pemilihan lokasi berdasarkan
skor yang telah ditetapkan sebelumnya (seperti AMK: AHP dan Concordance Analysis).
Misalnya :
d. Seleksi akhir
Dari hasil perankingan dalam seleksi kedua, dipilih 3 calon lokasi yang terbesar nilai bobotnya.
Terhadap ketiga calon lokasi terbaik tersebut kita lakukan penilaian akhir berdasarkan tingkat
efisiensi dalam pembiayaan pelaksanaan konstruksi dan operasional pelabuhan serta
dampakjpengaruhnya terhadap daerah dimana pelabuhan tersebut beroperasi.
Komponen-komponen biaya konstruksi antara lain:
Biaya pembebasan tanah
Biaya pengerukan penimbunan
Biaya pembuatan jalur angkutan lanjutan
Biaya pembuatan jalan dalam pelabuhan
Biaya pembuatan dermaga dan dolphin
Biaya pembuatan bangunan pemecah gelombang
Biaya pengadaan fasilitas pemeliharaan
Biaya pengadaan fasilitas penunjang
Biaya pembuatan terminal
Biaya pembuatan bangunan perkantoran
Biaya pembuatan gudang
Biaya penyelamatan lingkungan
Biaya relokasi
Biaya tak terduga