Anda di halaman 1dari 27

KONSEPT

KEPUTUSAN BERSAMA
KEPALA KANTOR KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS
PELABUHAN KELAS I PANJANG
DENGAN
GENERAL MANAGER PT. PELINDO II (Persero) CABANG PANJANG
NOMOR : PP……./….../……/KSOP.PJG-17
NOMOR : HK……./…..../……/C. PJG-2017

TENTANG

SISTEM DAN PROSEDUR PELAYANAN PEMANDUAN DAN PENUNDAAN KAPAL


DI PELABUHAN PANJANG

Menimbang : a. Bahwa untuk lebih meningkatkan keselamatan dan keamanan


bagi pelayaran kapal-kapal, fasilitas pelabuhan serta lingkungan
perairan Pelabuhan Panjang dan sekitarnya.
b. Bahwa sebagai tindaklanjut Keputusan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor KP 547 Tahun 2017 tentang
Penetapan Perairan Wajib Pandu Kelas 1 Pada Pelabuhan
Panjang dan beberapa Terminal Khusus di Provinsi Lampung,
dipandang perlu untuk merevisi Petunjuk Teknis Tata Cara
Pemanduan Kapal di Pelabuhan Panjang tahun 2016, sebagai
pedoman pelayanan pemanduan dan penundaan kapal dengan
Keputusan Bersama Kepala Kantor Kesyahbandaran dan
Otoritas Pelabuhan Kelas 1 Panjang dengan General Manager
PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Panjang.
Mengingat : 1. Undang – Undang RI. Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 5070).
3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 8 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5093).
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan
di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5108) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 (lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5208).

page 1 of 27
5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5109).
6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 1121 Tahun 2012
tentang Pemberian Izin Kepada PT. Pelabuhan Indonesia II
(Persero) Untuk Penyelenggaraan Pelayanan Jasa Pemanduan
Pada Perairan Pandu Pelabuhan Laut Dan Terminal Khusus
tertentu.
7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 26 Tahun 2011
tentang Telekomunikasi Pelayaran.
8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 93 Tahun 2014
tentang Sarana Bantu dan Prasarana Pemanduan Kapal.
9. Perjanjian Serah-operasi Fasilitas Pemanduan, Penundaan dan
Kepil Milik PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) ke PT. Jasa
Armada Indonesia Nomor HK. 566/10/3/3/PI. II-14 dan HK.
566/1/1/MS-14 tanggal 10 Maret 2014.
10. Surat Direktur Utama PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
Nomor OT. 69/27/6/1/PI. II-14 tanggal 27 Juni 2014 perihal
Pengoperasian PT. Jasa Armada Indonesia.
11. Surat Direktur Utama PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
Nomor PD. 04/1/9/1/DIT. SUM-14 tanggal 01 September 2014
perihal Pelayanan Pemanduan di Lingkungan PT. Pelabuhan
Indonesia II (Persero).
12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 57 Tahun 2015
tentang Pemanduan dan Penundaan Kapal.
13. Keputusan Menteri Perhubungan No. 547 tahun 2017 tentang
PenetapanPerairan Wajib Pandu Kelas 1 Pada Pelabuhan
Panjang dan Beberapa Terminal Khususdi Provinsi Lampung.
14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.135 Tahun 2015
Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 36 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan.
15. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 199 Tahun 2015
tentang Penunjukan Otoritas Pelabuhan sebagai Koordinator
Kegiatan Pemerintahan dan Pengusahaan di Pelabuhan.
16. Surat Perintah Tugas Kepala Kantor Kesyahbandaran dan
Otoritas Pelabuhan Kelas 1 Panjang Nomor
KP.104/20/15/KSOP.Pjg tanggal 25 Agustus 2015 tentang
melaksanakan evaluasi baik administrasi maupun operasional
dan menyusun PROTAP Pemanduan dan Penundaan Kapal di
Pelabuhan Panjang.
Memperhatikan : Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor
PP.75/1/2-2003 tentang Prosedur Pelaksanaan Pemanduan
Kapal di Perairan Pandu.

page 2 of 27
MEMUTUSKAN
Menetapkan :

PERTAMA : Menetapkan Sistem dan Prosedur Pemanduan Dan Penundaan


Kapal di Perairan Wajib Pandu Kelas 1 Pada Pelabuhan Panjang
dan Beberapa Terminal Khusus di Provinsi Lampung sebagaimana
tercantum dalam lampiran Surat Keputusan Bersama ini.
KEDUA : Dengan berlakunya keputusan bersama Kepala Nomor Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan kelas I Panjang Nomor:
PP.006/1/1/KSOP.PJG-16 dengan General Manager PT.(persero)
Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang nomor HK.56/18/2/
1/C.PJG-201, tentang Prosedur Tetap Cara Pemanduan dan
Penundaan Kapal di Pelabuhan Panjang, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
KETIGA : Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
Ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan, akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya. .

DITETAPKAN DI : P A N J A N G
PADA TANGGAL : Oktober 2017

GENERAL MANAGER KEPALA KANTOR


CABANG PELABUHAN PANJANG KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS
PELABUHAN KELAS I PANJANG

Ir. MULYADI MM Ir. GUNUNG HUTAPEA,MM


NIPP. 268015916 Pembina Tk. I (IV/b)
NIP.19630925 199303 1 001

Tembusan Yth :
1. Dirjen Perhubungan Laut;
2. Sesditjen Hubla;
3. Dir. Kappel Ditjen Hubla;
4. Dir. Pelpeng Ditjen Hubla;
5. Dir. KPLP Ditjen Hubla;
6. Dir. LALA Ditjen Hubla;
7. Dir. Kenavigasian Ditjen Hubla;
8. Ka. Dinas Perhubungan Provinsi. Lampung;
9. Direksi PT. Pelabuhan Indonesia II ( Persero );
10. Direksi PT. Jasa Armada Indonesia;
11. DPC INSA Lampung.
page 3 of 27
Lampiran I : Keputusan Bersama Kepala Kantor
Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Kelas I
Panjang dengan General Manager
PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
Cabang Panjang
Nomor : PP. …….../......../......../KSOP.PJG-17
HK. ........../......../......../C.PJG-2017
Tanggal : ……... Oktober 2017

SISTEM DAN PROSEDUR PELAYANAN PEMANDUAN DAN PENUNDAAN KAPAL


DI PELABUHAN PANJANG

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun
penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat
berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan
intra dan antarmoda transportasi.

2. Terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri atas kolam sandar dan tempat
kapal bersandar atau tempat tambat, tempat penumpukkan tempat menunggu
dan naik turun penumpang, dan/atau tempat bongkar muat barang.

3. Terminal Khusus adalah terminal yang terletak di luar Daerah Lingkungan Kerja
dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang merupakan bagian dari
pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai denga usaha
pokoknya.

4. Terminal Untuk Kepentingan Sendiiri adalah terminal yang terletak didalam


Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang
merupakan bagian dari pelabuhan untuk melayani kepentingan sendiri sesuai
dengan usaha pokoknya.

5. Badan Usaha Pelabuhan adalah badan usaha yang kegiatan usahanya khusus
dibidang pengusahaan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya.

6. Pemanduan adalah kegiatan Pandu dalam membantu,memberikan saran dan


informasi kepada Nakhoda Kapal tentang keadaan perairan setempat yang
penting agar Navigasi Pelayaran dapat dilaksanakan dengan selamat, tertib dan
lancar demi keselamatan kapal dan lingkungan.
7. Penundaan kapal adalah bagian dari pemanduan yang meliputi kegiatan
mendorong,menarik,menggandeng,mengawal (escort) dan membantu (assist)
kapal yang berolah gerak di alur pelayaran, daerah labuh jangkar, maupun

page 4 of 27
kolam pelabuhan, untuk bertambat ke atau untuk melepas dari dermaga, jetty,
trestle, pier, pelampung, dolphin, kapal dan fasilitas tambat lainnya dengan
mempergunakan kapal tunda sesuai ketentuan yang berlaku.
8. Pandu adalah Pelaut yang mempunyai keahlian dibidang Nautika yang telah
memenuhi persyaratan untuk melaksanakan pemanduan kapal.
9. Operator radio kepanduan adalah operator radio di stasiun Pandu yang
memenuhi persyaratan, bertugas memberikan layanan komunikasi dan informasi
terhadap pelayanan pemanduan, serta memiliki sertifikat operator radio yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal.
10. Sarana Bantu Pemanduan adalah peralatan atau sistem yang berada diluar
kapal serta didesain dan dioperasikan secara langsung digunakan Pandu dalam
melakukan tugas-tugas pemanduan untuk meningkatkan keselamatan, efisiensi
dalam berolah gerak kapal.
11. Prasarana Pemanduan adalah peralatan atau sistem yang didesain untuk
meningkatkan keselamatan dan efisiensi secara tidak langsung digunakan untuk
membantu Pandu dalam melakukan tugas-tugas pemanduan.
12. Perairan Wajib pandu adalah suatu wilayah perairan yang karena kondisi
perairannya wajib dilakukan pemanduan bagi kapal-kapal berukuran tonase
kotor tertentu.
13. Perairan Pandu Luar Biasa adalah suatu wilayah perairan yang karena kondisi
perairannya tidak wajib dilakukan pemanduan, namun apabila Nakhoda atau
pemimpin kapal memerlukan pemanduan dapat mengajukan permintaan untuk
menggunakan fasilitas pemanduan.
14. Syahbandar adalah pejabat Pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh
Menteri dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan
pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan
untuk menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran.
15. Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan adalah lembaga Pemerintah di
pelabuhan yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan penegakan
hukum di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran, koordinasi kegiatan
pemerintahan di pelabuhan, serta pengaturan, pengendalian, dan pengawasan
kegiatan kepelabuhanan pada pelabuhan yang diusahakan secara komersil.
16. Sarana Bantu Navigasi Pelayaran adalah peralatan atau sistem yang berada di
luar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan
efisiensi bernavigasi kapal dan/atau lalu lintas kapal.
17. Badan Usaha Pelabuhan adalah badan usaha yang kegiatan usahanya khusus
di bidang pengusahaan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya.
18. Pengelola Terminal Khusus adalah badan usaha tertentu sesuai dengan usaha
pokoknya.
19. Alur Pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar dan bebas
hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari.
20. Pengawas pemanduan adalah pejabat pelaksana fungsi keselamatan pelayaran,
dalam hal ini Kepala Kantor Kesyahbandaran Utama, Kepala Kantor Pelabuhan,
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan, dan Kepala Kantor Unit
Penyelenggara Pelabuhan.
page 5 of 27
BAB II
PERAIRAN PANDU
Pasal 2
(1) Pelabuhan Panjang terletak di perairan Teluk Lampung pada koordinat
05º28’08″ S /105º18’55″ E Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung.
(2) Untuk kepentingan keselamatan, keamanan berlayar, perlindungan lingkungan
maritim, dan kelancaran berlalu-lintas di perairan pelabuhan dan terminal
khusus, serta perairan sekitar pelabuhan Panjang ditetapkan perairan pandu
yang meliputi:
a. Perairan Wajib Pandu, dan
b. Perairan Pandu Luar Biasa.
(3) Perairan wajib pandu di sekitar pelabuhan Panjang sebagaimana dimaksud
pasal (2) huruf a adalah Perairan Wajib Pandu Kelas 1 (satu).
Pasal 3
(1). Penetapan perairan wajib pandu kelas 1 pada pelabuhan Panjang dan beberapa
terminal khusus di Provinsi Lampung Batas perairan wajib pandu di Pelabuhan
Panjang, berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor KP. 547 tahun 2017 meliputi perairan yang dibatasi oleh garis yang
menghubungkan titik-titik koordinat :
A. 0526’50,00” LS / 10517’00,00” BT,
B. 0530’00,00” LS / 10517’00,00” BT
C. 0533’30,00” LS / 10519’30,00” BT,
D. 0535’06,00” LS / 10522’04,00” BT,
E. 0535’06,00” LS / 10522’30,00” BT,
Menyusuri garis Pantai Sebalang Titik E melalui pelabuhan Tarahan, Pelabuhan
Panjang sampai kembali pada Pantai Bumi Waras Titik A

page 6 of 27
(2). Koordinat Pilot Boarding Ground station untuk;
Pelabuhan Panjang: 0533’36,00” LS / 10519’00” BT

(3). Perairan pandu luar biasa, terdapat di perairan Teluk Semangka STS PT.
PERTAMINA posisi 05º33’06″ S / 104º37’05″ E.

Pasal 4
Untuk kepentingan keselamatan, perlindungan lingkungan maritim, dan ketertiban
serta kelancaran berlalu-lintas di perairan Wajib Pandu Kelas 1 Panjang, ditetapkan
anchorage areas sesuai dengan jenis dan peruntukan kapal:
a. Kapal Penumpang, dengan baringan ke lampu/suar Kunyit 300º jarak 1,2 mil
laut;
AY. 0527’17,44” S / 10518’13,75” E, AX. 0527’23,28” S / 10517’50,43” E,
AV. 0527’42,23” S / 10517’55,12” E, AX. 0527’36,39” S / 10518’18,49” E.

b. Kapal Negara, dengan baringan ke lampu/suar Kunyit 315º jarak 1,1 mil laut;
AW. 0527’32,76” S / 10517’52,78” E, AU. 0527’35,63” S / 10517’41,31” E,
AT. 0527’45,11” S / 10517’43,68” E, AV. 0527’42,23” S / 10517’55,12” E.

c. Kapal Mati, dengan baringan ke lampu/suar Kunyit 335º jarak 0,6 mil laut;
A. 0527’00,27” S / 10517’36,90” E, B. 0527’00,29” S / 10516’47,99” E,
C. 0527’25,72” S / 10516’48,01” E, D. 0527’25,70” S / 10517’36,92” E.

d. Alih Muat, dengan baringan ke lampu/suar Kunyit 345º jarak 0,9 mil laut;
E. 0527’27,33” S / 10517’36,92” E, F. 0527’27,35” S / 10516’48,01” E,
G. 0527’51,74” S / 10516’48,02” E, AS. 0527’46,80” S / 10517’36,93” E.

e. Kapal Curah Kering, dengan baringan ke lampu/suar Kunyit 355º jarak 2,0 mil
laut;
AQ. 0527’53,35” S / 10517’36,93” E, H. 0527’53,37” S / 10516’48,02” E,
I. 0529’20,62” S / 10516’48,06” E, J. 0527’42,23” S / 10517’55,12” E,

page 7 of 27
AO. 0529’56,80” S / 10517’55,25” E, AP. 0529’11,15” S / 10517’36,97” E,

f. Kapal Dalam Perbaikan, dengan baringan ke lampu/suar Kunyit 333º jarak 3,8
mil laut;
BL. 0529’20,14” S / 10518’40,12” E, BK. 0529’28,65” S / 10518’19,00” E,
BV. 0532’32,78” S / 10519’32,74” E, BU. 0532’24,30” S / 10519’53,87” E.

g. Kapal General Cargo, dengan baringan ke lampu/suar Kunyit 353º jarak 3,5
mil laut;
AN. 0529’58,33” S / 10517’55,87” E, K. 0530’22,56” S / 10516’55,53” E,
L. 0531’03,13” S / 10517’11,77” E, AM. 0530’38,87” S / 10518’12,11” E.

h. Kapal Container, dengan baringan ke lampu/suar Kunyit 350º jarak 4,3 mil
laut;
AL. 0530’40,37” S / 10518’12,70” E, M. 0531’04,63” S / 10517’12,39” E,
N. 0531’55,71” S / 10517’32,82” E, AK. 0531’31,45” S / 10518’33,17” E.

i. Kapal Tanker, dengan baringan ke lampu/suar Kunyit 350º jarak 5,2 mil laut;
AJ. 0531’32,95” S / 10518’33,75” E, O. 0532’09,34” S / 10517’03,25” E,
P. 0532’49,20” S / 10517’19,23” E, AI. 0532’12,84” S / 10518’49,73” E.

j. Kapal B3, dengan baringan ke lampu/suar Kunyit 358º jarak 5,7 mil laut;
AH. 0532’14,34” S / 10518’50,32” E, Q. 0532’50,73” S / 10517’19,82” E,
R. 0533’14,14” S / 10517’29,22” E, AG. 0532’37,78” S / 10518’59,72” E.

k. Areal Karantina, dengan baringan ke lampu/suar Kunyit 350º jarak 6,1 mil laut;
AF. 0532’39,28” S / 10519’00,31” E, S. 0533’15,67” S / 10517’29,81” E,
T. 0533’27,49” S / 10517’34,56” E, AE. 0532’51,13” S / 10519’05,06” E.

l. Areal Keperluan Darurat, dengan baringan ke lampu/suar Kunyit 350º jarak


6,4 mil laut;
AD. 0532’52,63” S / 10519’05,65” E, U. 0533’29,02” S / 10517’35,18” E,
V. 0534’00,76” S / 10517’47,87” E, AC. 0532’24,40” S / 10519’18,37” E.

page 8 of 27
BAB III

PETUGAS PANDU
Pasal 5

(1) Sehat jasmani dan rohani sesuai hasil medical check up yang tercantum dalam
surat keterangan kesehatan dari rumah sakit yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Laut
(2) Memiliki sertifikat Pandu (Maritime Pilot Certificate) dan endorsement ertificate-
nya yang masih berlaku, diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
(3) Petugas Pandu wajib mengikuti Familiarisasi pemanduan yang dilaksanakan
oleh pengawas pemanduan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan
Kelas 1 Panjang.
(4) Petugas Pandu yang telah mengikuti Familiarisasi diberikan Surat Keterangan
Melaksanakan Tugas Pemanduan yang diterbitkan oleh Kepala Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas 1 Panjang.
(5). Pelaksanaan pemanduan dan penundaan kapal di perairan Wajib Pandu kelas 1
Panjang dan perairan Pandu Luar Biasa harus dilakukan oleh petugas Pandu.
(6) Petugas Pandu yang memiliki Sertifikat Pandu Tingkat II hanya dapat
melakukan pemanduan terhadap kapal dengan ukuran panjang ( Length Over
All/LOA) kurang dari 200 (dua ratus) meter.
(7) Petugas Pandu yang memiliki Sertifikat Pandu Tingkat I, dapat melakukan
pemanduan terhadap kapal dengan ukuran panjang (Length Over All/LOA) tidak
terbatas (unlimited) tapi tidak dapat melaksanakan pemanduan laut dalam.
(8) telah memahami sistem dan prosedur tetap (PROTAP) Pemanduan Pelabuhan
Panjang
(9) wajib mengenakan perlengkapan kerjanya, antara lain;
i. pakaian dinas (uniform) pandu lengkap dengan atributnya,
ii. life jacket yang sesuai dengan SOLAS,
iii. alat komunikasi marine yang handal (Handy Talky) dengan frekuensi
yang telah ditentukan oleh peraturan yang berlaku,
iv. mantel hujan yang layak (jika cuaca hujan),
v. kendaraan operasional antar-jemput pandu, dan
vi. prasarana penunjang lainnya.

Pasal 6

(1) Pelaksanaan Pemanduan dan penundaan kapal di perairan Wajib Pandu Kelas
1 Panjang, dan perairan Pandu Luar Biasa harus dilakukan oleh Petugas Pandu
yang telah mempunyai Surat Keterangan Melakukan Pemanduan dari Pengawas
Pemanduan.
(2) Untuk kelancaran dan keselamatan pelaksanaan pemanduan dan penundaan
kapal, petugas Pandu sebelum melaksanakan tugasnya dapat meminta data
cuaca melalui Kantor Vessel Traffic Service ( VTS ) Panjang channel 16
(156.800 MHz} atau pada website maritim BMKG, http:maritim
BMKG.go.id/stasiun_maritim/pelabuhan.
(3) Atas dasar pertimbangan keselamatan pemanduan, kapal dan dermaga,
petugas Pandu dapat menunda pelaksanaan Pelayanan jasa pemanduan dan
penundaan kapal jika dalam keadaan cuaca buruk dan kekuatan angin > 15
knots (lebih dari limabelas mil laut per jam).

page 9 of 27
(4) Pelaksanaan pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal dapat
dilanjutkan jika cuaca dalam keadaan normal, kekuatan angin < 15 knots
(kurang dari limabelas mil laut per jam).

BAB IV
PROSEDUR PEMBERIAN PELAYANAN
JASA PEMANDUAN DAN PENUNDAAN KAPAL
Pasal 7
Penyelenggaraan pemanduan kapal di perairan wajib pandu kelas 1 Panjang
dilakukan oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan kelas 1 Panjang dan
pelaksanaannya diberikan ijin kepada PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) sesuai
Surat Keputusan Menteri Perhubungan nomor KP. 1121 Tahun 2012 tentang
Pemeberian Ijin kepada PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) untuk
menyelenggarakan Pelayanan Jasa Pemanduan pada Perairan Pandu Pelabuhan
Laut dan Terminal Khusus tertentu
Pasal 8

(1) Penyelenggaraan pemanduan dan penundaan kapal di Terminal Untuk


Kepentingan Sendiri, Terminal Khusus, dan Perairan Pandu Luar Biasa
dilakukan oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan kelas 1 Panjang
dan pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada Badan Usaha Pelabuhan yang
memenuhi persyaratan.

(2) Pelaksanaan pelayanan pemanduan dan penundaan kapal pada Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri, Terminal Khusus dan Perairan Pandu Luar Biasa dilayani
setelah mendapat Persetujuan dari pengawas pemanduan Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas 1 Panjang.

Pasal 9
(1). Pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal pada perairan wajib pandu
kelas 1 Pelabuhan Panjang;
a. dikenakan wajib bagi kapal berukuran tonase kotor paling rendah GT 500
(lima ratus ) gross tonnage atau lebih,
b. Pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal dapat diberikan kepada
kapal berukuran tonase kotor kurang dari GT 500 (lima ratus ) gross tonnage
atas permintaan Nakhoda atau perintah pengawas pemanduan dari kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan kelas 1 Panjang,
(2). Pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal dapat diberikan atas
permintaan Nakhoda atau perintah pengawas pemanduan dari Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan kelas 1 Panjang pada;
a. Terminal Untuk Kepentingan Sendiri dan Terminal Khusus.
b. Perairan pandu luar biasa termasuk perairan Teluk Semangka STS PT.
PERTAMINA,
c. Perairan yang belum ditetapkan sebagai Perairan wajib pandu atau Perairan
pandu luar biasa.
(3). Pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal yang dimaksud pada ayat (2)
berdasarkan atas pertimbangan keselamatan, keamanan berlayar, perlindungan
lingkungan maritim dan kelancaran berlalu-lintas kapal ;
page 10 of 27
(4). Setiap kapal yang akan memasuki daerah perairan wajib pandu dan atau
perairan pandu luar biasa, wajib memiliki bukti jaminan /Polis Asuransi kerangka
kapalnya sesuai ketentuan yang berlaku dan dapat menujunjukkannya kepada
pengawas pemanduan /Syahbandar sebelum diberikan Surat Persetujuan Olah
Gerak Kapal.

Pasal 10
Bagi kapal yang memerlukan pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal, dan
akan mendekati perairan TUKS di perairan Pandu Luar Biasa atau memasuki perairan
Wajib pandu/ambang luar diwajibkan :
a. Melakukan komunikasi radio pada frekuensi marine VHF (Port Operation
channels) channel 12 (156.600 Mhz) atau 14 (156.700 MHz) dengan stasiun
radio Kepanduan Panjang guna memberitahukan kedatangan kapal dengan
menyampaikan data kapal antara lain; estimasi waktu tiba (ETA), bendera,
panjang (LOA), sarat (draft), dan nama pengguna jasa yang ditunjuk sebagai
agen setempat (local agent);
b. Memposisikan kapalnya pada alur pemanduan/mendekati Pilot Boarding Ground
station atau area labuh jangkar yang telah di tetapkan untuk menunggu Pandu;
c. Mengibarkan bendera semboyan “G” pada siang hari atau lampu putih merah
tegak lurus pada malam hari: untuk meminta pelayanan Pandu, dan
mengibarkan bendera semboyan “H” bila Pandu telah berada di kapal;
d. Bagi Nakhoda, dalam mengolah gerak menerima/menurunkan Pandu dari/ke
kapal pandu (pilot boat) harus memperhatikan dengan cermat posisi dan
kecepatannya terhadap posisi kapal pandu serta;
e. Menyediakan tangga Pandu dan peralatan/perlengkapan lainnya yang
memenuhi persyaratan keselamatan untuk Pandu naik/turun kapal.

Pasal 11
(1). Pengajuan permohonan pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal di
perairan wajib pandu kelas 1 Panjang dapat dilakukan di kantor;
a. PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Panjang jika kapalnya akan
sandar/berangkat di/dari terminal Pelabuhan Panjang, Terminal Peti Kemas
atau dermaga PT. PERTAMINA.
b. melalui Inaportnet.
(2). Perusahaan angkutan laut/pelayaran, perusahaan angkutan penyeberangan
atau agen kapal/pelayaran yang membutuhkan pelayanan jasa pemanduan dan
penundaan atas kapalnya, wajib secara tertulis mengajukan permohonan
pelayanan jasa kapal dalam tempo 1(satu) x 24(dua puluh empat) jam sebelum
kapal dipandu kepada pengelola pelayanan jasa kapal atau jasa pemanduan
dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan masing-masing
permohonan ditembuskan kepada pengawas pemanduan/Syahbandar di Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Panjang dalam batas waktu
permintaan yang ditetapkan.
(3). Permohonan pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), berisi informasi rencana-rencana penggunaan kapal
tunda dan gerakan kapal yang akan dipandu seperti; kapal masuk/sandar,
melakukan gerakan tersendiri atau keluar/berangkat.
(4). Pihak kapal atau Nakhoda wajib menyampaikan surat izin/persetujuan dari
Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas 1 Panjang kepada
page 11 of 27
petugas Pandu sebelum pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal
dilaksanakan, berupa;
a. Surat Persetujuan Olah Gerak bagi kapal yang akan sandar atau gerakan
tersendiri/pindah/berlabuh,
b. Surat Persetujuan Berlayar bagi kapal yang akan berangkat ke pelabuhan
berikutnya.
(5). Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), petugas Pandu
memberikan pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal dilengkapi
dengan surat seperti tersebut pada ayat (4) dan formulir 2A1 atau Surat Perintah
Kerja (SPK) Pemanduan dan Penundaan Kapal. 2A1 atau SPK tersebut
diserahkan kepada Nakhoda untuk ditandatangani kemudian dikembalikan ke
petugas Pandu saat pelayanan telah selesai dilaksanakan sebagai bukti
penggunaan jasa Pandu dan Tunda. Pandu turut menandatangani sebelum
diserahkan kepada pengelola pelayanan jasa kapal atau jasa pemanduan dan
penundaan kapal.

Pasal 12
(1). Petugas Pandu yang menjalankan tugas wajib memelihara hubungan
komunikasi dengan operator radio kepanduan termasuk dengan kapal-kapal
tundanya, dan petugas Pandu yang bertugas di atas kapal-kapal lain di
sekitarnya yang sedang berolahgerak.
(2). Operator radio kepanduan mencatat waktu kapal tiba, posisi labuh jangkar, data
kapal yang diperlukan dan gerakan kapal masuk / keluar / pindah, pada form
yang telah ditentukan.
(3). Jika diperlukan operator radio kepanduan melalui radio wajib memberikan
informasi/petunjuk kepada kapal-kapal yang tiba, seperti; alur pemanduan, titik
Pilot Boarding Ground, area berlabuh jangkar sesuai dengan jenis/keadaan atau
ukuran kapalnya, waktu sandar dan sebagainya sesuai kebutuhan pelayanan
pemanduan dan penyandaran kapal.
(4). Operator radio kepanduan memonitor lalu lintas kapal pada alur keluar masuk
kapal.
Pasal 13
(1). Pelaksanaan pemanduan agar lancar, selamat dan aman, petugas Pandu wajib
menggunakan sarana bantu dan prasarana pemanduan yang dipersyaratkan
dalam ketentuan yang berlaku agar terjamin keselamatan pelayaran dan
perlindungan lingkungan maritim di perairan pelabuhan dan sekitarnya.
(2). Sarana bantu dan prasarana pemanduan yang dimaksud pada ayat (1) yang
telah mendapatkan persetujuan dari kantor Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan kelas 1 Panjang antara lain;

1 Kapal Pandu (Pilot Boats)


Tahun
No Uraian Kapasitas Jumlah STATUS
Buatan
1. MPAC 001(water jet) 700 HP 1 Unit 2011 MILIK
2. MPAC 002(water jet) 701 HP 1 Unit 2012 MILIK
3. MPAC 003(water jet) 701 HP 1 Unit 2012 MILIK

page 12 of 27
4. MPAX 01 2X255 HP 1 Unit 2009 MILIK

b. Kapal Tunda (Harbor Tugs)


Tahun
No Uraian Kapasitas Jumlah STATUS
Buatan
1. Selat Legundi I-212 2400 HP 1 Unit 2007 MILIK

2. Selat Legundi II-206 1200 HP 1 Unit 2008 MILIK

Selat Legundi III-


3. 2400 HP 1 Unit 2011 MILIK
212
Pulau Sebesi I-212
4. 2400 HP 1 Unit 2013 MILIK
SRP
Pulau Sebesi II-216
5. 3200 HP 1 Unit 2013 MILIK
SRP
c. Kendaraan operasional,
d. Stasiun Pandu/Menara Radio Kepanduan/Kantor Kepanduan,
e. Marine VHF handy talky untuk setiap personil Pandu (9 unit), dan
f. Life jacket untuk setiap personil Pandu. (9 unit).
(3) Penggunaan kapal tunda sebagai sarana membantu olah gerak kapal harus
sesuai dengan panjang keseluruhan (Length Overall = LOA) dari kapal/tongkang
yang dipandu sebagaimana ketentuan dalam daftar di bawah ini:
LOA Jumlah minimal Jumlah DK*) Jumlah minimal
(meter) Kapal Tunda Kapal Tunda Bollard pull (ton)

a. 70 s.d. 150 1 2000 24


b. > 150 s.d. 250 2 6000 65
c. > 250 3 11.000 125
DK*) = jumlah minimal Daya Kuda.

Pasal 14
(1). Fasilitas tambatan dan posisi sandar sebagai berikut,
Maks. Maks.
Nama Panjang Kedalaman Posisi
No LOA Draft
Dermaga/TUKS (meter) (meter) Sandar
(meter) (meter)
1 2 3 4 5 6 7

1. DERMAGA UMUM
a. Dermaga A 180 7,1 – 7,9 Kiri/Kanan 1 x 144 6,4 – 7,1
b. Dermaga B 210 6,8 Kanan/Kiri 1 x 168 6,1
c. Dermaga C1 165 6,0 Kiri / Kanan 1 x 140 5,4

page 13 of 27
d. Dermaga C2 203 11,0 Kiri / Kanan 1 x 157 10,0
D1= 10,6 /
e. Dermaga D*) 486 11,8 – 12,3 Kanan 2 x 202
D2= 11,0
f. Dermaga E**) 401 11,6 Kanan 2 x 174 10,4
g. Dermaga F/ PT. ISAB 300 13,7 – 14,0 Kanan/Kiri 2 x 130 12,3 – 12,6
h. Dermaga G/ PT. TBL 150 6,0 – 6,3 Kiri / Kanan 1 x 150 5,4 – 5,7

2. TUKS
Sumatera Bahtera
a. 80 5,6 Kiri / Kanan 1 x 90 5,0
Raya (SBR)
b. PTPN VII 92 7,8 Kiri 1 x 100 7,0
-. jetty 23,5
- - - -
-. trestle 1 + 2 33,7+34,8
PERTAMINA 1
c. 40 8,0 Kiri / kanan 1 x 100 6,0
(SBM 1) + dolphins
PERTAMINA 2
d. 50 10,0 Kiri / kanan 1 x 190 9,0
(SBM 2) + dolphins
e. ANDATU LESTARI Ply 60 8,5 Kiri / Kanan 1 x 70 7,6
DOSSAN / HANJUNG
f. 225 11 Kiri / Kanan 1 x 203 9,9
jetty 1 + dolphins
DOOSAN / HANJUNG
g. 105 6,0 Kiri / Kanan 1 x 105 5,4
jetty 2 + dolphins
PT. Daya Radar
h. 77 11 Kiri / Kanan 1 x 120 9,9
Utama (galangan)
Tanjung Enim Lestari
i. 275 11 Kiri / Kanan 1 x 247 9,9
(TEL) pulp
j. Bukit Asam 1 + dolphin 231 12 Kiri / Kanan 1 x 208 10,8
k. Bukit Asam 2 A wharf 90 6 Kiri / Kanan 1 x 90 5,4

l. Bukit Asam 2 B wharf 100 6 Kiri / Kanan 1 x 100 5,4


Bukit Asam 2 C
m. dolphins 127 6,3 Kiri / Kanan 1 x 100 5,7

o. Bukit Asam 3 348 21 Kiri / Kanan 1 x 300 18,0


1 2 3 4 5 6 7

n. Indonesia Power 40 6,3 Kiri 1 x 40 5,7


Sumber Indah
p.
Perkasa (SIP) jetty 1
a. outer 180 18 Kiri 1 x 220 16,0
b. inner (barges) 155 10 Kanan 2 x 70 9,0
Sumber Indah
q.
Perkasa (SIP) jetty 2
a. outer 80 18 Kiri 1 x 185 16,0

page 14 of 27
b. inner (barges) 80 10 Kanan / kiri 2 x 90 9,0
Sumber Indah
r. 44 6 Kiri 1 x 50 5,4
Perkasa (SIP) jetty 3
PT. Semen Padang
s. 191 13 Kanan 1 x 130 11,7
+ trestle
Keterangan: *) Posisi sandar bagi kapal LOA maksimum pada Dermaga D;
i. 202 meter kapal sandar kanan,
ii. 230 meter kapal sandar kiri.
**) Posisi sandar bagi kapal LOA maksimum pada Dermaga E;
I, 174 meter kapal sandar kanan,
ii. 220 meter kapal sandar kiri.
(2). Kedalaman dermaga/terminal sebagaimana tercantum pada ayat (1) adalah:
a. hasil sounding pada bulan Juli 2014 di dermaga umum dan TUKS PTPN VII.
b. isobath (kontour dasar laut) rata-rata yang tercantum pada peta Indonesia
nomor 94 TELUK LAMPUNG.
c. hasil sounding pada bulan April 2015 di jetty 3 TUKS PT. Bukit Asam.
Mengenai update kedalaman Terminal umum dan TUKS lainnya diperlukan
kerjasama antar instansi terkait.
(3). Kolam Putar (Turning Basin) di dalam area kolam pelabuhan (dermaga umum)
ditetapkan sebagai berikut;
a. pivot pointnya pada koodinat 05°28'10.59"S 105°18'59.08"E,
b. diameter 300 meter,
c. kedalaman rata-rata kolam putar 12,3 meter.
(4). Dalam pengalokasian dermaga untuk kapal sandar, jarak antara kapal dengan
kapal lainnya sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari panjang (LOA)
kapal yang akan sandar.
(5). Pada optimalisasi penggunaan dermaga umum dan TUKS di perairan wajib
pandu, untuk penyandaran kapal yang panjangnya (LOA) melebihi panjang
dermaga/terminal (overstage) harus mendapat persetujuan dari Kepala Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Panjang.
(6). a. Overstage sebagaimana pada ayat (5) tidak mengganggu tali tambat kapal
lain dan tidak menghalangi ruang olahgerak kapal lain di sekitarnya.
b. Ketentuan panjang Overstage maksimal 10% (sepuluh persen) dari panjang
(LOA) kapal yang akan sandar.

page 15 of 27
BAB V
PELAYANAN PEMANDUAN DAN PENUNDAAN KAPAL
DALAM KEADAAN DARURAT (EMERGENCY)
Pasal 15
(1). Dalam keadaan tertentu PT. Pelabuhan Indonesia (Persero) CabangPanjang
dapat menggunakan sarana bantu dan sarana penunjang lainnya sebagai
sarana bantu pelayanan pemanduan dan penundaan dari dan ke kapal yang
memerlukan jasa Pandu.
(2). Pelayanan dalam keadaan tertentu sebagaimana yang dimaksud ayat (1) adalah
Pelayanan pemanduan dan penundaan kapal dalam keadaan darurat
(emergency) antara lain;
a. Pelayanan yang bersifat membantu/menolong kapal yang dalam keadaan
darurat seperti;
i. memadamkan api kebakaran di kapal atau tongkang,
ii. menolong orang jatuh ke laut atau terapung-apung di laut karena
kecelakaan kapal (laut atau udara), dan mengantarkan orang sakit ke
dermaga terdekat dari kapal yang berlabuh jangkar.
b. Pelayanan berbiaya tertentu dan bersifat membantu
menggerakkan/memindahkan kapal atau tongkang yang mengalami larat
ketika berlabuh, kandas, gagal kemudi, atau rusak mesin induk saat akan
sandar/berangkat.
page 16 of 27
(3). Pelayanan pemanduan dan penundaan kapal sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) huruf a, pihak kapal/pemilik kapal / perusahaan/agen pelayaran boleh
secara lisan melalui alat komunikasi menyampaikan permohonan
bantuan/pertolongan dan harus diselesaikan dengan Berita Acara Pelaksanaan
pelayanan pertolongan kapal dalam keadaan darurat (emergency) dan tidak
dikenakan biaya jasa.
Pasal 16
Pelaksanaan pelayanan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 14 ayat (2) di atas
bukan menolong kapal yang dalam keadaan akan tenggelam dan tidak termasuk
sebagai salvage.
Pasal 17
(1). Proses pelayanan pemanduan dan penundaan kapal dalam keadaan darurat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (2) huruf b, sebagai berikut;
a. Pelayanan pemanduan dan penundaan kapal dalam keadaan darurat
(emergency) dapat dilakukan di Perairan Wajib Pandu atau Perairan Pandu
Luar Biasa sesuai dengan permintaan pemilik kapal/perusahaan/agen
pelayaran yang pengerjaannya memperhitungkan biaya berdasarkan
kesepakatan bersama antara pemilik kapal /perusahaan/agen pelayaran
dengan General Manager Operasi Wilayah II PT. Jasa Armada Indonesia
(Marine Service) c.q. Manager Operasi unit Panjang yang dituangkan pada
Berita Acara Kesepakatan Pelayanan Pemanduan dan Penundaan Kapal
Dalam Keadaan Darurat (Emergency).
b. Pelaksanaan pelayanan dapat dilayani secara langsung terhadap kapal yang
tiba-tiba mengalami kerusakan (kondisi emergency), sejalan dengan
dilakukan perhitungan biayanya berdasarkan kesepakatan bersama antara
pemilik kapal /perusahaan/agen pelayaran dengan General Manager Operasi
Wilayah II PT. Jasa Armada Indonesia (Marine Service) c.q. Manager
Operasi unit Panjang yang dituangkan pada Berita Acara Kesepakatan
Pelayanan Pemanduan dan Penundaan Kapal Dalam Keadaan Darurat
(Emergency).
(2). Berita Acara Kesepakatan sebagaimana yang dimaksud ayat (4) di atas berisi
antara lain;
a. permintaan pelayanan pemanduan dan penundaan kapal dalam keadaan
darurat (emergency) dari pemilik kapal/ perusahaan/agen pelayaran yang
ditujukan pada General Manager Operasi Wilayah II PT. Jasa Armada
Indonesia (Marine Service) c.q. Manager Operasi unit Panjang,
b. data, posisi dan kondisi kapal yang akan dibantu,
c. penetapan biaya dan durasi waktu pelayanan yang telah disepakati kedua
belah pihak,
d. syarat dan ketentuannya, antara lain;
i. bahwa bantuan ini dikerjakan sesuai dengan kemampuan nautis dan
kondisi teknis sarana bantu pihak PT. Jasa Armada Indonesia (Marine
Service) unit Panjang,
ii. bahwa efek dari bantuan ini tidak boleh membahayakan pada sarana
bantu serta personilnya sendiri.
iii. bahwa segala akibat dari pelaksanaan pelayanan ini menjadi risiko dan
tanggungjawab sepenuhnya pemilik kapal/ perusahaan/agen pelayaran.
e. dibubuhkan materai Rp 6000,- (enam ribu rupiah).

page 17 of 27
BAB VI
PILOT EXEMPTION
Pasal 18
(1). Pilot Exemption adalah pembebasan untuk tidak menggunakan jasa pandu
kepada Nakhoda yang melayari kapalnya di perairan wajib pandu secara tetap
dan teratur, dan memiliki kemampuan serta memenuhi persyaratan.
(2). Pengawas pemanduan/ Syahbandar Panjang menerbitkan surat keterangan
tanpa dipandu (pilot exemption certificate) untuk 1 (satu) kali olah
gerak/pergerakan kapal.
(3). Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika Nakhoda:
a. memiliki sertifikat pengukuhan (endorsement certificate) ijazah pelaut
dengan jabatan Master (Nakhoda) sesuai dengan pembatasan yang
tercantum dalam endorsement certificate tersebut,
b. melakukan familiarisasi terhadap peraturan-peraturan pelabuhan Panjang,
perairan wajib pandu dan pelabuhan Panjang sekitarnya,
c. mengenal dengan baik situasi dan kondisi perairan wajib pandu yang
dilayari,
d. diangap cakap dan mampu berolah gerak dengan baik di perairan wajib
pandu,
e. dinyatakan telah memahami peraturan pelabuhan Panjang dan sekitarnya
termasuk sistem dan prosedur pelayanan pemanduan, alur pemanduan dan
area/lokasi berlabuh jangkar,
f. mendapatkan rekomendasi dari Syahbandar Panjang berdasarkan hasil
familiarisasi tersebut.
(4). Untuk mendapatkan Surat KeteranganTanpa Pandu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Nakhoda atau perusahaan angkutan laut atau perusahaan
angkutan penyeberangan atau agen kapal harus mengajukan permohonan
kepada Syahbandar Panjang dengan melampirkan:
a. jadwal pelayaran,
b. daftar anak buah kapal, dan
c. rekomendasi dari Syahbandar Panjang.
(5). Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) oleh Syahbandar
dipertimbangkan dengan memperhatikan:
a. kondisi alur-pelayaran,
b. tingkat kepadatan lalulintas kapal,
c. sistem dan karakteristik Sarana Bantu Navigasi Pelayaran,
d. arus dan pasang surut,
e. cuaca, dan
f. bahaya navigasi.
(6). Setelah ketentuan pada ayat (2) dipenuhi oleh Nakhoda, Syahbandar
memberikan surat keterangan tanpa dipandu (pilot exemption certificate) dan
tembusannya wajib disampaikan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

Pasal 19
Persiapan Pandu pelabuhan Panjang untuk melaksanakan tugas pemanduan antara
lain;
a. Telah memahami sistem dan prosedur pelayanan Pemanduan dan
penundaan kapal Pelabuhan Panjang,
b. Wajib mengenakan perlengkapan kerjanya, antara lain;
page 18 of 27
i. pakaian dinas (uniform) pandu lengkap dengan atributnya,
ii. life jacket yang sesuai dengan SOLAS,
iii. alat komunikasi marine yang handal (Handy Talky) dengan frekuensi
yang telah ditentukan oleh peraturan yang berlaku,
iv. mantel hujan yang layak (jika cuaca hujan),
v. kendaraan operasional antar-jemput pandu, dan
vi. prasarana penunjang lainnya.
Pasal 20
(1). Dalam pelaksanaan pemanduan ketika Pandu sudah berada di atas kapal yang
akan dipandu;
a. sebelum pelayanan dimulai, petugas Pandu dan Nakhoda/pemimpin kapal
harus melakukan persiapan antara lain :
i. saling memberikan data yang diperlukan untuk kepentingan olahgerak
kapal dan data perairan dermaga serta fasilitasnya, dan
ii. Pandu menyampaikan rencana kerja olahgerak kapal, lokasi
alur/dermaga yang akan ditempuh serta sarana bantu pemanduan yang
akan dipakai.
b. pelayanan yang diberikan petugas pandu merupakan petunjuk dan bantuan
proses teknis kepada Nakhoda/pemimpin kapal untuk dapat mengambil
tindakan yang tepat ketika berolahgerak penyandaran kapal atau
meninggalkan pelabuhan, dalam rangka menjamin ketertiban, kelancaran,
keselamatan dan keamanan berlayar dan perlindungan lingkungan maritim.
c. untuk mengambil tindakan yang tepat, tetap keputusan akhir berada ditangan
Nakhoda/pemimpin kapal (bersifat compulsory pilotage).

(2). Petugas pandu disaat sedang melaksanakan tugas pemanduan mempunyai


kewajiban antara lain;

Kepada
item Lain-lain
Nakhoda/kapal KSOP/Syahbandar
a. Membantu nakhoda melaporkan kekurangan berpakaian seragam
kapal untuk mengambil persyaratan kelaiklaut- dinas pemanduan dan
tindakan yang tepat an kapal, jika ada, mengenakan perleng-
dalam menjamin kapan keselamatan
keselamatan dan serta alat komunikasi,
keamanan berlayar.
b. Memberi semua sesegera mungkin mela- berkoordinasi dengan
petunjuk yang porkan bilamana terjadi kapal lain yang dipandu,
diperlukan kepada kecelakaan di dalam / di maupun yang tidak di-
Nakhoda kapal untuk luar kapal, dan ikut aktif pandu, dan dengan
Berlayar dengan ambil bagian penang- menara kontrol untuk
selamat dan untuk anannya sebatas kewe- ketertiban, kelancaran
ketertiban lalulintas nangan yang dimilikinya; dan keselamatan lalu
kapal lintas kapal
c. memberi petunjuk dan menerima dan menin- mengetahui kedalaman
bantuan proses teknis daklanjuti laporan laut alur-pelayaran di
berolah-gerak penyan- kece-lakaan atau dalam batas perairan

page 19 of 27
daran kapal atau me- bahaya apapun yang wajib pandu,
ninggalkan pelabuhan, terjadi,
d. menyampaikan melaporkan perubahan mengamati kemung-
kedalaman alur kedalaman alur pelayar- kinan adanya pembuang
pemanduan, posisi, an di perairan wajib an sampah /minyak dari
cahaya dan atau periode pandu yang diperoleh kapal, yang mengakibat
rambu/pelam-pung suar, dari hasil pemeruman, kan polusi di lingkungan
alur pelayaran,
e. menyampaikan adanya melaporkan; penempat memberikan bimbingan
jangkar, rantai, dan tali
an sero penangkap kepada calon pandu dan
kapal di alur pelayaran ikan /penghalang alur sesama pandu tentang
yang membahayakan lainnya alur-pelayaran setempat,
pelayaran lainnya, melaporkan perubahan
posisi, cahaya dan atau
f. memenuhi permintaan
periode rambu/pelam-
Nakhoda untuk meng-
pung suar, kemungkinan
ambil olah gerak kapal,
adanya jangkar, rantai,
dan tali kapal di alur
pelayaran yang mem
bahayakan pelayaran
lainnya,
g. membantu Nakhoda melaporkan bila pemim-
agar mentaati dan pin kapal / Nakhoda me-
memahami peraturan nyimpang dari petunjuk
setempat yang berlaku yang diberikan atau
serta perubahannya, menyulitkan petugas
pandu dalam bertugas,
h. meminta untuk ditunjuk- melaporkan bila pemim-
kan bukti jaminan/ polis pin kapal/ Nakhoda tidak
asuransi kerangka dapat menunjukkan
kapal-nya. bukti jaminan/polis
asuransi kerangka
kapalnya.

Pasal 21
(1). Petugas Pandu dapat membatalkan/menunda pelayanan pemanduannya
apabila pihak kapal/ Nakhoda;
a. tidak cakap melakukan olahgerak untuk menerima pilot boat yang akan
mengantarkan Pandu dan dapat mengakibatkan kecelakaan, sehingga
Pandu tidak dapat naik ke atas kapal yang akan dipandunya,
b. tidak dapat menyediakan tangga pandu yang layak sesuai peraturan yang
berlaku, sehingga pandu tidak dapat naik/turun dengan aman dan selamat,
c. tidak dapat memberikan salinan Surat Izin Olahgerak atau Surat
Persetujuan Berlayar,
d. menyimpang dari petunjuk yang diberikan atau menyulitkan petugas pandu
dalam bertugas,

page 20 of 27
e. memberikan data kapal yang keliru sehingga kapalnya tidak dapat memasuki
alur pemanduan atau tidak dapat sandar di dermaga,
f. tidak menyiapkan kapalnya dengan wajar untuk berolahgerak karena;
i. mesin induk kapal rusak,
ii. jangkar tidak dapat dioperasikan,
iii. alat bongkar-muat/crane boom rusak sehingga posisinya dapat
membahayakan dermaga atau kapal-kapal lainnya,
iv. over draft terhadap kedalaman kolam dermaga/alur pemanduan, atau
v. stabilitas kapal tidak wajar.
g. melakukan polusi air laut karena tumpahan limbah dari kapalnya,
h. Nakhoda atau pemimpin kapal tidak berada di atas kapal,
i. belum menyelesaikan kewajiban administrasinya pada Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas 1 Panjang dan atau PT.
Pelabuhan indonesia II Cabang Panjang
(2). Pihak kapal/pemilik kapal harus sesegera mungkin memperbaiki/memenuhi
kekurangan atau kerusakan atas penyebab pembatalan atau penundaan
pelayanan pemanduan sebagaimana yang tercantum pada ayat (1) di atas,
sehingga pelayanan pemanduan dapat dilaksanakan dengan aman, lancar dan
selamat.

BAB VII
PENGAWAKAN SARANA BANTU
Pasal 22
Minimal Tingkat
Minimal
Jenis Ijazah (COC)
Jumlah Keterangan
Sarana
Awak Nakhoda KKM
Kapal ATT+ COP sesuai tingkat COC
(1) 9 orang ANT III
Tunda III
masing-masing sesuai
Kapal peraturan perundang-
(2) 6 orang ANT V ATT V undangan.
Pandu

BAB VIII
PROSES ADMINISTRASI DAN BIAYA
PEMANDUAN DAN PENUNDAAN KAPAL

Pasal 23
1. Pelaksanaan pemanduan yang dilakukan oleh PT. (Persero) Pelabuhan
Indonesia II Cabang Panjang, jasa pemanduan dan penundaan kapal dipungut
biaya berdasarkan perjanjian kerjasama dengan mengacu kepada jenis,
struktur dan golongan tarif yang ditetapkan oleh Menteri Perhubungan.
2. Sistem pelayanan administrasi pemanduan dan penundaan kapal yakni;

page 21 of 27
a. Sistem ICT di PT. PELINDO II cabang pelabuhan Panjang, dan
b. Sistem manual konvensional di PT. Jasa Armada Indonesia unit Panjang

3. Prossesing masing-masing dari sistem yang dimaksud pada ayat (2) di atas
pada tabel sebagai berikut;
a. Kapal yang diberikan pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal
sebelum diberikan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) wajib menyelesaikan
biaya pemanduan dan penundaan kapal.
b . Kapal yang tidak diberikan pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal
diperairan wajib pandu, wajib memiliki Pilot Exemption Certificate atau
surat keterangan tanpa dipandu dan atau ditunda yang diterbitkan oleh
Syahbandar Panjang, dan tidak berkewajiban untuk membayar jasa
pelayanan pemanduan dan penundaan kapal.

page 22 of 27
(2). Prossesing masing-masing dari sistem yang dimaksud pada ayat (1) di atas pada tabel sebagai berikut;
Sistem ICT MANUAL
Keterangan
Tahap IN PUT OUT PUT IN PUT OUT PUT
a. PPKB PPKB-D Surat Permohonan Uang Perhitungan PPKB / Surat Permohonan dari
Pelayanan (UPER) agen/perusahaan pelayaran.
b. CMS/UPER SPK PANDU+ 2A2*) UPER SPK PANDU/2A1 CMS / UPER telah
dipenuhi/bayar.
*)
c. Surat Izin Pelaksanaan Surat Izin Pelaksanaan 2A2 jika sandar di dermaga
Olahgerak/SPB pelayanan. Olahgerak/SPB pelayanan. umum.
d. Realisasi SPK PANDU+ Data Transaksi Jasa Realisasi SPK Data Transaksi Jasa perhitungan uang; (tambat),
2A2 Kapal (DTJK) PANDU/2A1 Kapal (DTJK) pandu, tunda dan kepil
e. Data Perhitungan Jasa Nota Tagihan Jasa Data Perhitungan Jasa Nota Tagihan Jasa Nota Tagihan disampaikan ke
Kapal (DPJK) Kapal (4B) Kapal (DPJK) Pelay. Pandu & Tunda. agen/perusahaan pelayaran
untuk segera dilunasi.
f. .............

page 23 of 27
Pasal 24
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang yang diizinkan
menyelenggarakan pelayanan pemanduan berdasarkan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KP. 1121 Tahun 2012 , wajib membayar presentase dari
pendapatan yang berasal dari jasa pemanduan dan penundaan kapal kepada
Pemerintah sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Pasal 25
Biaya pemanduan sebagaimana dimaksud pada pasal 24 ayat (1) tidak dikenakan
bagi:
a. kapal negara atau kapal swasta yang digunakan untuk tugas Pemerintah,
b. kapal rumah sakit,
c. kapal yang memasuki pelabuhan untuk keperluan meminta pertolongan dan
penyelamatan terhadap jiwa manusia,
d. kapal milik organisasi internasional yang tidak digunakan untuk kepentingan
niaga,
e. kapal yang berpindah dari tambatan atas perintah Syahbandar untuk
keselamatan pelayaran dan kepentingan operasional / keamanan pelabuhan.

Pasal 26
(1). Pandu yang karena keadaan tertentu setelah menyelesaikan tugas pemanduan
tidak dapat turun ke kapal pandu sehingga yang bersangkutan harus mengikuti
kapal berlayar sampai pelabuhan tujuan atau yang disinggahi, pemilik atau
operator kapal harus menyediakan akomodasi, pakaian dan permakanan yang
layak selama menuju pelabuhan yang dimaksud, dan menanggung biaya
pemulangan ke pelabuhan asal.
(2). Apabila pelabuhan tujuan sebagaimana dimaksud ayat (1) berada di luar negeri,
pemilik atau operator kapal dibantu oleh perwakilan negara Republik Indonesia
di negara tersebut mengusahakan proses penyelesaian ke-imigrasiannya
(imigration clearance).

BAB IX
PENGAWAS PEMANDUAN
Pasal 27
(1). Syahbandar/Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan kelas I
Panjang sebagai pelaksana fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran
adalah Pengawasan Pemanduan yang mempunyai tugas;
a. mengawasi pelaksanaan teknis keselamatan pemanduan di perairan yang
dilakukan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang,
b. melaporkan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut mengenai kendala
dan hambatan pemanduan disertai saran pemecahannya terkait
keselamatan dan keamanan pelayaran,
c. melakukan penilikan terhadap keluhan pelayanan pemanduan terkait
keselamatan dan keamanan pelayaran,
d. menerbitkan Pilot Exemption Certificate atau surat keterangan tanpa
dipandu dan atau ditunda untuk Nakhoda,

page 24 of 27
e. menerima dan menindaklanjuti laporan pandu mengenai Nakhoda yang tidak
mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan atau petunjuk
pandu,
f. menerima dan menindaklanjuti laporan pandu tentang kecelakaan atau
bahaya apapun yang mengancam keselamatan pelayaran,
g. menerima dan menindaklanjuti laporan pandu tentang perubahan;
kedalaman alur pemanduan/pelayaran, sarana bantu navigasi pelayaran,
adanya hambatan-hambatan, rintangan yang membahayakan pelayaran,
pengotoran dan polusi di perairan,
h. menetapkan sistem dan prosedur pelayanan jasa pemanduan dan
penundaan kapal pelabuhan Panjang setelah mendapatkan masukan dari
Otoritas Pelabuhan dan PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang
Panjang sebagai pelaksana pelayanan pemanduan dan penundaan kapal,
dan
i. menerbitkan surat persetujuan/izin olahgerak kapal tunda.

Pasal 28
Dalam melaksanakan tugas pengawasan pemanduan, Syahbandar dapat menunjuk
pelaksana pengawasan pemanduan.

BAB X
SANKSI
Bagian Pertama
Terhadap PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang
Pasal 29
PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang Panjang jika tidak
melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan 24 akan
dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis,
b. pembekuan pelimpahan, dan
c. pencabutan pelimpahan pelaksana pelayanan pemanduan dan penundaan kapal
di pelabuhan Panjang.

Pasal 30
(1). Petugas Pandu yang melakukan kesalahan dalam melaksanakan tugas
pemanduan dikenakan sanksi berupa tindakan administratif antara lain:
a. peringatan tertulis,
b. tidak boleh memandu untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan tingkat
kesalahan, dan
c. pencabutan Sertifikat Pandu.
(2). Operator radio kepanduan yang melakukan kesalahan dalam memberikan
informasi dikenakan sanksi berupa tindakan administratif antara lain:
a. peringatan tertulis,
b. tidak boleh mengoperasikan radio kepanduan untuk jangka waktu tertentu
sesuai dengan tingkat kesalahan, atau
c. pencabutan sertifikat operator radio kepanduan.

page 25 of 27
Bagian Kedua
Terhadap Nakhoda / Kapal
Pasal 31
(1). Nakhoda yang tidak menggunakan jasa pandu pada perairan wajib pandu
dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis dari Syahbandar dengan tembusan Direktur Jenderal
Perhubungan Laut, atau
b. pembekuan sertifikat kepelautan.
(2). Nakhoda yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana diatur dalam pasal 8
huruf a dikenakan sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis dari Syahbandar, atau
b. pembekuan sertifikat kepelautan.
(3). Kapal sebagaimana dimaksud dalam bab III pasal 7 ayat (1) huruf a *) yang ber
layar pada perairan wajib pandu namun tidak menggunakan jasa pemanduan
kapal, tidak diberikan Surat Izin Olahgerak Kapal dan atau Surat Persetujuan
Berlayar.
*) kapal berukuran tonase kotor paling rendah GT 500 (lima ratus gross tonnage) atau
lebih.

BAB IX
PERISTIWA FORCE MAJEURE
Pasal 32
(1). Peristiwa Force Majeure adalah kejadian yang disebabkan oleh kekuatan yang
tak terduga dan lebih besar dari biasanya, antara lain berupa:
a. bencana alam (acts of god),
b. kebakaran di kapal atau pelabuhan,
c. kerusuhan atau huru–hara di pelabuhan,
d. tindakan teroris,
e. dan kejadian lain yang mengancam keamanan dan keselamatan pelabuhan,
kapal beserta personilnya dan muatan.
(2). Kecelakaan kapal antara lain:
a. Kapal tabrakan,
b. kapal tenggelam,
c. kapal kandas / terdampar,
d. kapal terbakar.

Pasal 33
(1). Petugas Pandu dalam melaksanakan tugasnya turut serta melakukan
pengamatan terhadap munculnya kejadian force majeure dan kecelakaan kapal
yang meliputi:
a. mendata dan melaporkan pada kesempatan pertama kepada Kepala Kantor
Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan/ Syahbandar, manajer operasi PT.
Jasa Armada Indonesia unit Panjang, Perwira Jaga Kantor Kesyahbandaran
dan Otoritas Pelabuhan serta menyampaikan berita kepada pihak-pihak
terkait lainnya,
b. melaksanakan monitoring dan melaporkan perkembangan situasi kepada
Kepala Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan/Syahbandar,
manajer operasi PT. Jasa Armada Indonesia unit Panjang, dan Perwira Jaga
Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan.
page 26 of 27
(2). Di bawah komando Kepala Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas
Pelabuhan/Syahbandar Petugas Pandu dalam melaksanakan tugasnya turut
serta melakukan tindakan-tindakan dalam menghadapi kapal terbakar dan
pertolongan jiwa manusia antara lain:
a. penanggulangan dan atau pemadaman kebakaran dengan menggunakan
sarana dan fasilitas yang memadai,
b. membantu, mencari dan menolong korban jiwa dengan menggunakan sarana
dan fasilitas yang memadai.

BAB X
PENUTUP
Pasal 34

Hal–hal yang bersifat khusus dan belum diatur dalam prosedur tetap cara pemanduan
dan penundaan kapal ini, akan ditetapkan kemudian dengan berpedoman tetap pada
ketentuan – ketentuan yang berlaku.

DITETAPKAN DI : P A N J A N G
PADA TANGGAL : Oktober 2017

GENERAL MANAGER KEPALA KANTOR


CABANG PELABUHAN PANJANG KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS
PELABUHAN KELAS I PANJANG

Ir. MULYADI, Msc Ir. GUNUNG HUTAPEA, MM


NIPP. 268015916 Pembina Tk. I (IV/b)
NIP.1963092 199303 1 001

page 27 of 27

Anda mungkin juga menyukai