Anda di halaman 1dari 4

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT


GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17
JL. MEDAN MERDEKA BARAT NO.8 1 TEL.: 3811308,3505006,3813269,34470171 TLX : 3844492,3458540
3842440
JAKARTA-10110 Pst. : 4213,4227,4209,4135 Fax: 3811786,3845430,3507576

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT


NOMOR: Urn coB f /7 1/ p /t;JPL - 17
TENTANG
PELAKSANAAN PENERTIBAN PERIZINAN TERMINAL KHUSUS (TERSUS)
DAN TERMINAL UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI (TUKS)

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT,

Menimbang a. bahwa sehubungan dengan akan berakhirnya batas waktu pengajuan


permohonan perizinan oleh pengelola Tersus dan TUKS yang beroperasi
tanpa memiliki izin maupun yang telah memiliki izin namun belum
disesuaikan dengan ketentuan perundang-undangan sesuai Surat Edaran
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor UM.003/39/8/DJPL-17 tanggal
15 Mei 2017 tentang Penertiban Perizinan di Bidang Kepelabuhanan
Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,


dipandang perlu mengeluarkan Instruksi Direktur Jenderal Perhubungan
Laut tentang Pelaksanaan Penertiban Perizinan Terminal Khusus (Tersus)
dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS).

Mengingat 1. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4849);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151), Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 (Lembar
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 193, Tambahan Lembar
Negara Republik Indonesia Nomor 5731);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5093);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108), sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5208);

/6. Peraturan .....


I Model Takah 021 ",j~fJewJwum,fJ~[!JJ~~fJ~~[!JJ~'
6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan
Lingkungan Maritim (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285);

8. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

9. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian


Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 75);

10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 62 Tahun 2010 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kartor Unit Penyelenggara Pelabuhan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM. 130 Tahun 2015 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1400);

11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun 2010 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan Batam, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 47 Tahun 2011
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 65
Tahun 2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan Batam;

12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 36 Tahun 2012 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 629) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 135 Tahun
2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1401);

13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 35 Tahun 2012 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan Utama;

14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 189 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 44
Tahun 2017 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 816);

15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 20 Tahun 2017 tentang


Terminal Khusus dan Terminal untuk Kepentingan Sendiri (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 394).

16. Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor


UM.003/39/8IDJPL-17 tanggal15 Mei 2017 tentang Penertiban Perizinan di
Bidang Kepelabuhanan Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan
Sendiri;

MENGINSTRUKSIKAN :

Kepada 1. Para Kepala Kantor Syahbandar Pelabuhan Utama;


2. Para Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Utama;
3. Para Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan;
4. Kepala Kantor Pelabuhan Batam;
5. Para Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan;

IUntuk .....
Untuk

PERTAMA a. Memerintahkan atau memberi peringatan kepada pengelola Tersus dan


TUKS yang beroperasi tanpa memiliki izin maupun yang telah memiliki izin
namun belum disesuaikan dengan ketentuan perundang-undangan untuk
segera mengajukan permohonan izin (sebagaimana Surat Edaran Direktur
Jenderal Perhubungan Laut Nomor UM.003/39/8/DJPL-17 tanggal 15 Mei
2017) paling lambat sampai dengan tanggal 30 September 2017 telah
diterima oleh Pusat Pelayanan Satu Atap (PPSA) Kementerian Perhubungan;

b. Agar sejak tanggal 1 Oktober 2017 terhadap pengelola Tersus dan TUKS
sebagaimana huruf a, ketentuan pemberian pelayanan jasa kepelabuhanan
sebagai berikut:

1) Terhadap Tersus dan TUKS yang telah mengajukan permohonan izin


dan telah diterima oleh Pusat Pelayanan Satu Atap (PPSA) Kementerian
Perhubungan paling lambat sampai dengan tanggal 30 September 2017,
tetap dapat diberikan pelayanan jasa kepelabuhanan apabila
permohonan dimaksud telah dilengkapi persyaratan minimal:
a) Akta Perusahaan;
b) Izin Usaha Pokok dari intansi yang berwenang yang masih berlaku;
c) Rekomendasi dari Syahbandar pad a Pelabuhan terdekat;
d) Izin Lingkungan sesuai ketentuan perundang-undangan di bidang
lingkungan.

(dibuktikan dengan Tanda Terima Kelengkapan Persyaratan


Permohonan Izin sebagaimana contoh terlampir)

2) Terhadap Tersus dan TUKS yang telah mengajukan permohonan izin


dan telah diterima oleh Pusat Pelayanan Satu Atap (PPSA) Kementerian
Perhubungan paling lambat sampai dengan tanggal 30 September 2017
namun tidak dilengkapi dengan persyaratan minimal tersebut di atas
atau belum/tidak mengajukan permohonan izin sampai dengan
tanggal 30 September 2017 agar tidak diberikan pelayanan jasa
kepelabuhanan.

c. Terhadap Tersus dan TUKS yang telah mengajukan permohonan izin yang
diterima oleh Pusat Pelayanan Satu Atap (PPSA) Kementerian Perhubungan
paling lambat sampai dengan tanggal 30 September 2017, diberikan
kesempatan pemenuhan kelengkapan seluruh persyaratan perizinan sampai
dengan 31 Desember 2017. Apabila sejak tanggal1 Januari 2018 tidak dapat
memenuhi kelengkapan seluruh persyaratan perizinan, agar tidak diberikan
pelayanan jasa kepelabuhanan.

d. Terhadap Tersus dan TUKS yang belum/tidak mengajukan permohonan izin


sampai dengan tanggal 30 September 2017, agar tidak diberikan pelayanan
jasa kepelabuhanan sampai dengan diterbitkannya izin
pengoperasian/pengelolaan dari Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

e. Terhadap Tersus dan TUKS sebagaimana huruf b angka 1 di atas dan telah
diberikan pelayanan jasa kepelabuhanan agar tetap dikenakan pungutan
PNBP sebagaimana ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor PP 15 Tahun
2015 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
Yang Berlaku Pada Kementerian Perhubungan.

/KEDUA .....
KEDUA Para Penyelenggara Pelabuhan dan Syahbandar agar melaksanakan Instruksi
ini dengan penuh rasa tanggung jawab dan melaporkan hasilnya kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Laut paling lambat tanggal15 Oktober 2017 dan
selanjutnya agar Penyelenggara Pelabuhan dan Syahbandar secara rutin
menyampaikan laporan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut paling
lambat tanggal 10 tiap bulannya.

KETIGA Instruksi ini mulai berlaku pad a tanggal dikeluarkan

~,,/~~ 2017

~~~~ RHUBUNGAN LAUT


-;; Tugas

HA~II.IIJlDHASAN I
~~~~~;'ll Muda (IV/c)
~:::::::::;:::::::::;-'
__ 197903 1 002
Salinan Instruksi ini disampaikan kepada:
1. Menteri Perhubungan;
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan;
3. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan;
4. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;
5. Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;
6. Para Kepala Bagian di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

Anda mungkin juga menyukai