Anda di halaman 1dari 3

TUGAS II HUKUM ARBITRASE, MEDIASI DAN NEGOSIASI

Nama : Ganjar Satya Atmaja


NIM : 041605756
Kelas/Semester : A/6
Mata Kuliah : Hukum Arbitrase, Mediasi dan Negosiasi
Tutor : Edison Latif, SH., MH.

1. Sebutkan ragam dan bentuk alternatif penyelesaian sengketa (APS), Jelaskan!


Jawab :

Ragam dan bentuk Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS), antara lain;


a. Konsultasi, adalah suatu tindakan yang bersifat “personal” antara suatu pihak
tertentu (klien) dengan pihak lain yang merupakan pihak konsultan, dimana pihak
konsultan memberikan pendapatnya kepada klien sesuai dengan keperluan dan
kebutuhan kliennya.

b. Negosiasi, sebagai sarana bagi para pihak yang bersengketa untuk mendiskusikan
penyelesaiannya tanpa keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah, sehingga tidak
ada prosedur baku, akan tetapi prosedur dan mekanismenya diserahkan kepada
kesepakatan para pihak yang bersengketa tersebut. Penyelesaian sengketa
sepenuhnya dikontrol oleh para pihak, sifatnya informal, yang dibahas adalah
berbagai aspek, tidak hanya persoalan hukum saja. Dalam praktik, negosiasi
dilakukan karena 2 (dua) alasan, yaitu:
 untuk mencari sesuatu yang baru yang tidak dapat dilakukannya sendiri,
misalnya dalam transaksi jual beli, pihak penjual dan pembeli saling
memerlukan untuk menentukan harga, dalam hal ini tidak terjadi sengketa;
 untuk memecahkan perselisihan atau sengketa yang timbul di antara para
pihak.
Dalam negosiasi, penyelesaian sengketa dilakukan sendiri oleh pihak yang
bersengketa, tanpa melibatkan pihak ketiga sebagai penengah.

c. Konsiliasi, adalah penyelesaian sengketa dengan intervensi pihak ketiga


(konsiliator), dimana konsiliator lebih bersifat aktif, dengan mengambil inisiatif
menyusun dan merumuskan langkah-langkah penyelesaian, yang selanjutnya
ditawarkan kepada para pihak yang bersengketa. Jika pihak yang bersengketa tidak
mampu merumuskan suatu kesepakatan, maka pihak ketiga mengajukan usulan
jalan keluar dari sengketa. konsiliator tidak berwenang membuat putusan, tetapi
hanya berwenang membuat rekomendasi, yang pelaksanaanya sangat bergantung
pada itikad baik para pihak yang bersengketa sendiri.

d. Mediasi, adalah penyelesaian sengketa dengan dibantu oleh pihak ketiga (mediator)
yang netral/tidak memihak. Peranan mediator adalah sebagai penengah (yang pasif)
yang memberikan bantuan berupa alternatif-alternatif penyelesaian sengketa untuk
selanjutnya ditetapkan sendiri oleh pihak yang bersengketa. Dalam Peraturan
Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan,
mediasi diberikan arti sebagai cara penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh
mediator. Peran mediator membantu para pihak mencari berbagai kemungkinan
penyelesaian sengketa dengan cara tidak memutus atau memaksakan pandangan
atau penilaian atas masalah-masalah selama proses mediasi berlangsung.
e. Penilaian Ahli, Pendapat para ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis sesuai
dengan bidang keahliannya.

f. Arbitrase, berbeda dengan bentuk APS lainnya. arbitrase memiliki karakteristik


yang hampir serupa dengan penyelesaian sengketa adjudikatif. Sengketa dalam
arbitrase diputus oleh arbiter atau majelis arbiter yang mana putusan arbitrase
tersebut bersifat final and binding. Namun demikian, suatu putusan arbitrase baru
dapat dilaksanakan apabila putusan tersebut telah didaftarkan ke Pengadilan Negeri
(lihat Pasal 59 ayat (1) dan (4) UU No.30/1999). Dalam hal para pihak sepakat
untuk penyelesaian sengketa melalui arbitrase, maka sengketa tidak dapat
diselesaikan melalui pengadilan.

2. Buatlah contoh kasus penyelesaian sengketa non litigasi melalui proses Alternatif
Penyelesaian Sengketa (Pilih Salah Satu).
 Negosiasi
 Mediasi
 Arbitrase

Jawab :

Contoh kasus dari penyelesaian sengketa non litigasi melalui proses alternatif penyelesaian
sengketa negosiasi ;

Sengketa utang Piutang di Kabupaten Sanggau,Provinsi Kalimantan Barat. Adapun yang


menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui
Pelaksanaan perjanjian utang piutang yang dilakukan oleh para pihak. Untuk mengetahui
bagaimana proses pelaksanaan penyelesaian sengketa utang piutang melalui proses
negosiasi diantara kedua belah pihak  Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode yuridis normatif dengan pendekatan diskriptif analisis yaitu melakukan penelitian
dengan menggambarkan dan menganalisa fakta-fakta yang secara nyata diperoleh atau
dilihat pada saat penelitian ini dilakukan di lapangan hingga sampai pada kesimpulan
akhir. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh hasil sebagai berikut :
Bahwa pelaksanaan  perjanjian utang piutang yang dilakukan oleh para pihak antara Ibu
Suryanti dengan Apin dilakukan dengan cara lisan tanpa dibuat suatu perjanjian secara
tertulis. Agar Ibu Suryanti memiliki kepercayaan kepada Apin, telah dititipkan sebuah
sertifikat tanah untuk dijadikan jaminan dalam perjanjian hutan piutang tersebut. Bahwa
proses pelaksanaan penyelesaian sengketa utang piutang melalui proses negosiasi
diantara kedua belah pihak dipilih untuk membantu mereka dalam menyelesaikan
persoalan diantara kedua belah pihak. Cara negosiasi dipilih karena para pihak tidak
menginginkan ersoalan hutang piutang ini dibawa sampai ke ranah pengadilan.
Kehidupan masyarakat selalu bersama dengan masyarakat yang lainnya, mereka selalu
membutuhkan antara satu dan yang lainnya. Berbagai usaha dilakukan oleh masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik itu sekedar kebutuhan sehari-hari maupun
kehidupan perekonomian lainnya. Mulai dengan bekerja untuk mendapatkan penghasilan
maupun dengan meminjam uang dari rekan atau teman. Masyarakat maupun perusahaan
baik itu perusahaan kecil ataupun perorangan maupun berbadan hukum jika
membutuhkan modal dari luar perusahaan maka terjadi hutang piutang. Pihak pemberi
modal uang mengerjakan piutang dan pihak penerima modal mengerjakan utang. Saling
membantu merupakan sifat manusia dalam menjalankan interaksi kehidupannya tidak
terkecuali dalam interaksi bisnis. Utang piutang merupakan hal yang biasa dilakukan oleh
masyarakat baik secara perorangan ataupun secara bersama-sama dalam suatu badan
usaha. Namun sering kali persoalan utang piutang menjadi hal yang rumit untuk
diselesaikan. Kegiatan utang piutang kadang kala menimbulkan konflik diantara kreditur
dan debitur. Konflik ini memerlukan penyelesaian agar tidak menjadi suatu persoalan
yang tambah komplek.  Konflik utang piutang ini terjadi dalam kehidupan masyarakat
sekitar tempat tinggal penulis, ada kasus utang pitang antara masyarakat yang
menimbulkan konflik karena salah satu pihak khususnya pihak debitur yang tidak
melakukan kewajiban pembayaran hutang dengan kesepatakan awal. Banyaknya utang
yang tidak dibayar menyebabkan salah satu pihak kreditur memiliki piutang yang belum
tertagih. Piutang yang tidak tertagih ini kemudian menjadi konflik diantara para pihak
yang memerlukan penyelesaian. Sengketa atau konflik umumnya bersumber dari adanya
perbedaan pendapat atau ketidaksesuaian di antara para pihak. Apabila ada pihak-pihak
yang tidak berhasil menemukan bentuk penyelesaian yang tepat, maka perbedaan
pendapat ini dapat berakibat buruk bagi kelangsungan hubungan di antara keduanya.
Oleh  karena itu, setiap menghadapi perbedaan pendapat para pihak selalu berupaya
menemukan cara-cara penyelesaian yang tepat. Upaya manusia untuk menemukan cara-
cara penyelesaian yang lebih mendahulukan kompromi, dimulai pada saat melihat
bentuk-bentuk penyelesaian yang dipergunakan pada saat itu (terutama lembaga
peradilan) menunjukkan berbagai kelemahan/kekurangan, seperti : biaya tinggi, lamanya
proses pemeriksaan, dan sebagainya. Akibat semakin meningkatnya efek negatif dari
lembaga pengadilan, maka pada permulaan tahun 1970-an mulailah suatu pergerakan
dikalangan pengamat hukum dan akademisi Amerika Serikat untuk mulai memperhatikan
bentuk-bentuk penyelesaian hukum lain. Berdasarkan pengalaman penulis dimana dalam
kehidupan masyarakat persoalan utang pitang ini dicontohkan dalam kasus seseorang
yang bernama Apin yang meminjam sejumlah uang kepada temannya Suryanti sebanyak
Rp 80.000.000,- yang mana Apin menjanjikan akan mengmbalikan uang tersebut dalam
jangka waktu selama 3 bulan, namun sudah setahun lewat uang tersebut belum juga
dikembalikan. Hal ini menimbulkan ketidaksenangan oleh pihak Suryanti atas tindakan
Apin yang belum mengembalikan uang pinjaman tersebut, sampai saat ini
prosespenyelesaian masih dilakukan oleh pihak Suryanti. Berkaitan dengan persoalan
utang piutang yang terjadi di dalam masyarakat diusahakan diselesaikan melalui jalan
musyawarah. Bagaimanakah prosedurnya dan apakah jalan penyelesaian itu dapat
menemukan titik temu yang baik akan dibahsa pada bab selanjutnya. Berdasarkan uraian
dan penjelasan tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap
penyelesaian sengketa antara masyarakat dalam kasus utang piutang dengan judul :
“PELAKSANAAN PENYELESAIAN SENGKETA UTANG PIUTANG MELALUI
NEGOSIASI (STUDI KASUS NON LITIGASI DI KABUPATEN SANGGAU)”
Berdasarkan uraian diatas yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana Pelaksanaan Penyelesaian Utang Piutang Yang Dilakukan Melalui Proses
Negosiasi Antara Para Pihak Yang Terjadi Di Kabupaten Sanggau?” Jadi hutang piutang
yaitu merupakan kegiatan antara orang yang berhutang dengan orang lain/ pihak lain
pemberi hutang atau disebut pelaku piutang, dimana kewajiban untuk melakukan suatu
prestasi yang dipaksakan melalui suatu perjanjian atau melalui pengadilan.  Atau dengan
kata lain : merupakan hubungan yang menyangkut hukum atas dasar seseorang
mengharapkan prestasi dari seorang yang lain jika perlu dengan perantara hukum. Utang
piutang yang terjadi diantara kedua belah pihak terjadi karena adanya perjanjian.
Eksistensi perjanjian sebagai salah satu sumber perikatan dapat kita temui landasannya
pada ketentuan Pasal 1233 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang menyatakan
bahwa : Tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena perjanjian baik karena undang-
undang. Pengertian perjanjian yang diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan
bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih. Dengan demikian jelaslah bahwa perjanjian
melahirkan perikatan yang menimbulkan hubungan hukum antara dua pihak atau lebih.
Perjanjian adalah sumber perikatan disamping sumber-sumber lainnya.

Anda mungkin juga menyukai