Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

BIMBINGAN KONSELING PADA PROFESI KEGURUAN


“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok pada Mata Kuliah Profesi
Kependidikan”

Dosen Pengampu : Lukman Hadi, M.Pd

DISUSUN OLEH :

Ida Ayu Made Tania Widyasari : F1061201019


Irene Yudea Listra : F1061201005
Melur Regista Cahyani : F1061201031
Seto Hariono : F1061201015
Sri Lestari : F1061201043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa adanya suatu kendala apapun.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam
proses penyelesaian makalah ini.

Kami mengangkat judul “Bimbingan Konseling Pada Profesi Keguruan” pada


makalah kami akan disajikan macam-macam fungsi, serta seperti apa kegiatan konselor.
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan. Kami menyadari
bahwa makalah yang di buat ini belumlah sempurna oleh karena itu, kami menerima kritik
dan saran yang membangun bagi kemajuan bersama.

Pontianak, 11 Februari 2021

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PEMBUKA...................................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang........................................................................................................1
2. Rumusan Masalah ..................................................................................................1
3. Tujuan Penulisan ....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
1. Bimbingan Konseling..............................................................................................2
A. Pengertian bimbingan..................................................................................3
B. Pengertian konseling....................................................................................4
2. Tujuan dan peranan Konseling................................................................................5
3. Landasan Bimbingan konseling...............................................................................6
4. Peranan dan Prinsip Bimbingan konseling..............................................................7
5. Asas – Asas Bimbingan konseling..........................................................................9
6. Kode etik dan Program Bimbingan konseling di sekolah.......................................11
A. pengertian kode etik.....................................................................................11
B. Tujuan kode etik..........................................................................................12
C. Kode etik Guru menurut Kongres PGRI.....................................................13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..............................................................................................................16
B. Saran........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan dapat di artikan sebagai "proses membantu individu untuk mencapai


perkembangan optimal". Bimbingan koseling adalah dua segmenyang membentuk
kepribadian seseorang. Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu individu
atau peserta didik agar dapat menegmbangkan keperibadianya secara optimal, baik
menyangkut masalah fisik, intelektual, emosional, sosial, maupun moral – spiritual.
Menurut Prayitno (2004), bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk
peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa
berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier
melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdaarkan norma-norma yang
berlaku.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Bimbangan Konseling ?
2. Apa tujuan dan peran Bimbingan Konseling ?
3. Apa saja landasan dari Bimbingan Konseling ?
4. Apa saja peranan dan prinsip Bimbingan Konseling ?
5. Apa asas – asas dari Bimbingan Konseling ?
6. Apa yang dimaksud kode etik dan program Bimbingan Konseling ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Bimbingan Konseling
2. Mengetahui tujuan dan peran Bimbingan Konseling
3. Mengetahui landasan dari Bimbingan Konseling
4. Mengetahui peranan dan prinsip Bimbingan Konseling
5. Mengetahui asas – asas Bimbingan Konseling
6. Mengetahui kode etik dan program Bimbingan Konseling

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Bimbingan Konseling

Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan


bagaikan kata majemuk. Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti
atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa knseling
merupakan salah satu jenis layanan bimbingan.

Pengertian pembimbingan menurut para ahli :


1. Menurut Jones (1968), Guidance is the help given by one person to another in
making choice and adjustments and in solving problems. Dalam pengertian
tersebut terkadang maksud bahwa tugas pembimbing hanyalah membantu agar
individu yang dibimbing mampu membantu dirinya sendiri, sedangkan keputusan
terakhir tergantung kepada individu yang di bimbing (klien).
2. Menurut Rochman Natawidjaja (1978), Bimbingan adalah proses pemberian
bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya
individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri
dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta
masyarakat .
3. Menurut Bimo Walgito (1982: 11), Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan
yang di berikan kepada individu atau sekumpulan individu – individu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan – kesulitan di dalam kehidupannya, agar
individu atau sekumpulan individu – individu itu dapat mencapai kesejahteraan
hidupnya.
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh banyak ahli itu, dapat
dikemukakan bahwa bimbingan merupakan :
a. Suatu proses yang berkisambungan
b. Suatu proses membantu individu
c. Bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan
dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan
kemampuan atau potensinya

2
d. Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat
memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.

A. Pengertian Bimbingan

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dari seorang ahli,
namun tidak sesederhana itu untuk memahami pengertian dari bimbingan. Pengertian
tetang bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak awal abad ke-20,
yang diprakarsai oleh Frank Parson pada tahun 1908. Sejak itu muncul rumusan
tetang bimbingan sesuai dengan perkembangan pelayanan bimbingan, sebagai suatu
pekerjaan yang khas yang ditekuni oleh para peminat dan ahlinya. Pengertian
bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli pengertian yang saling melengkapi satu
sama lain.

Maka untuk memahami pengertian dari bimbingan perlu mempertimbangkan


pengertian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

- “Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat


memilih, mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan kemajuan dalam
jabatan yang dipilihnya” (Frank Parson, 1951).

Frank Parson merumuskan bimbingan dalam beberapa aspek yakni bimbingan yang
diberikan kepada individu untuk memasuki suatu jabatan dan kemajuan dalam
jabatan. Pengertian ini masih sangat spesifik yang berorientasi karir.

- “Bimbingan membantu individu untuk lebih memahami berbagai informasi


tentang dirinya sendiri” (Chiskolm, 1959).

Pengertian bimbingan yang dikemukan oleh Chiskolm bahwa bimbingan individu


memahami dirinya sendiri, menitik beratkan pada pemahaman terhadap potensi diri
yang dimiliki.

- “Bimbingan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap


individu” (Bernard & Fullmer, 1969).

Pengertian yang dikemukakan oleh Bernard & Fullmer bahwa bimbingan dilakukan
untuk meningkatakan pewujudan diri individu. Dapat menerapkan bahwa bimbingan
membantu individu untuk mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya.

3
- “Bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses
belajar yang sistematik” (Mathewson, 1969).

Mathewson mengemukakan bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang


menekankan pada proses belajar. Pengertian ini menekankan bimbingan sebagai
bentuk pendidikan dan pengembangan diri, tujuan yang diinginkan melalui proses
belajar.

Dari pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli maka dapat
diambil kesimpulan tentang bimbingan yang lebih luas, bahwa bimbingan adalah:
“Suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan
sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus
untuk itu, agar individu dapat memahami dirinya, lingkunganya serta dapat mengatur
diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya
secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat ”.

B. Pengertian Konseling

Istilah konseling (counseling) diartikan sebagai penyuluhan. Menurut para ahli


istilah penyuluhan kurang tepat. Menurut meraka yang lebih tepat adalah konseling,
karena kegiatan konseling ini sifatnya lebih khusus, tidak sama dengan kegiatan –
kegiatan penyuluhan lain seperti menyuluhan dalam bidang pertanian dan penyuluhan
dalam keluarga berencana. Untuk menekankan maka dipakai istilah Bimbingan dan
Konseling.

Pengertian konseling menurut para ahli :


1. Menurur James P. Adam yang dikutip oleh Depdikbud (1976: 19a), Konseling
adalah suatu pertalian timbal balik antara dua oarang individu dimana yang
seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik
memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang dihadapinya
pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.
2. Menurut Bimo Walgito (1982: 11), Konseling adalah bantuan yang di berikan
kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara,
dengan cara – cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk
mencapai kesejahteraan hidpnya.

4
Berdasarkan pendapat – pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan konseling
itu mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
a. Pada umumnya dilaksanakan secara individual
b. Pada umumnya dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka
c. Untuk pelaksanaan konseling dibutuhkan orang yang ahli
d. Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk
memecahakan masalah ang dihadapi klien
e. Individu yang menerma layanan (klien) akhirnya mampu memecahkan
masalahnya dengan kemampuannya sendiri

2. Tujuan dan Peranan Bimbingan Konseling


Secara umum, tujuan bimbingan dan konsling adalah membantu siswa agar
mampu menghadapi dan memecahkan masalah yang di hadapi sehingga dapat
mencapai tujuan hidup yang di cita – citakan.
Menurut sukardi, 1988:11 dalam Dr. Rulam Ahmadi M.Pd 2018 sebagai berikut :
1. Mengembangkan pengertian dan pemahaman diri siswa dalam kemajuannya
di sekolah
2. Memilih dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi
tentang kesempatan yang ada secara tepat dan bertanggung jawab
3. Mewujudkan penghargaan terjadap orang lain
4. Mengatasi kesulitan dalam mamahami dirinya
5. Mamahami lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat
6. Mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang di hadapi
7. Menyalurkan dirinya dalam kegiatan bidang pendidikan atau dalam bidang –
bidang kehidupan lainnya

Tujuan bimbingan dan konseling yang jauh lebih teperinci lagi dikemukakan oleh
Soetjipto dan Kosasi 2009 : 69 dalam Dr. Rulam Ahmadi M.Pd 2018 sebagai berikut :
1. Membantu siswa untuk dapat memilih di antara program – program, kursus –
kursus, subjek – subjek, dan kegitan – kegiatan ekstrakulikuler yang berguna
bagi dirinya, baik siswa maupun untuk peluang kareirnya kelak.
2. Menyadarkan siswa akan pentingnya perencanaan yang terperinci tentang
kareirnya di masa mendatang yang sebagian di dasarkan atas kekuatan sendiri

5
3. Mewujudkan dan menguji kekuatan – kekutan yang menyebabkan perubahan
– perubahan besar dalam dunia pendidikan serta memikirkan bersama – sama
dengan siswa bagaimana perubahan – perubahan tersebut dapat mempengarui
masa depan
4. Menjelaskan kendala dan peluang yang dapat ia tempuh agar dapat mencapai
tujuan kareirnya
5. Membantu siswa memilih pendidikan yang tepat bagi rencana kareirnya di
masa mendatang
6. Menjelaskan perlunya pengertian, apresiasi, dan kerja sama antara individu
dalam dunia kerja
7. Menganjurkan siswa mengikuti kursus – kursus latihan dengan
mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan siswa secara riil
8. Menunjukan pentingnya mengerti orang lain dan dirinya sendiri

Pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat di perlukan terutama di lingkungan


sekolah, karena dalam praktiknya tidak sedikit di antara peserta didik yang mengikuti
proses belajar mengajar menghadapi masalah yang berasal dari dirinya sendiri
maupun lingkungan sekitarnya.

3. Landasan Bimbingan Konseling


Pemberian layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya selalu
didasarkan atas landasan – landasan utama atau prinsip – prinsip dasar. Hal ini berupa
keyakinan – keyakinan yang pada akhirnya dapat mewarnai seluruh kegiatan
bimbingan dan konseling.
Menurut Winkel (1991) landasan – landasan itu adalah :
1. Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang
mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang
2. Bimbingan berkisar pada dunia subjektif masing – masing individu
3. Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar dasar kesepakatan antara
pembimbing dengan yang dibimbing
4. Bimbingan berlandaskan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu
yang dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak – hak asasi
5. Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan
bidang – bidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis

6
6. Pelayanan ditunjukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang
bermasalah saja
7. Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menurus,
berkesinambungan, berurutan, dan mengikuti tahap – tahap perkembangan
anak.

Landasan – landasan tersebut merupakan dasar filosofis dalam layanan


bimbingan dan konseling. Sebagai suatu kegiatan yang bersifat profesional. Dasar ini
menentukan pendekatan (approach) yang di tempuh dalam membantu klien untuk
memecahkan masalahnya.

4. Peranan dan Prinsip Bimbingan Konseling


Bimbingan di sekolah dapat di golongkan ke dalam bimbingan belajar,
pribadi, sosial, dan juga karier. Guru bimbingan konseling berpartisipasi secara aktif
dalam kegiatan pengembangan diri yang bersifat rutin, incidental, dan keteladanan,
seperti tertera dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 4 ayat (4) bahwa pendidikan diselenggarakan dengan
member keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran, dan pasal 12 ayat (1b) yang menyatakan bahwa
setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai pondasi atau
landasan bagi pelayanan bimbingan koseling. Prinsip – prinsip ini berasal dari konsep
– konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian
pelayanan bantuan atau bimbingan, Prinsip Bimbingan Konseling :
1. Bimbingan diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses
berkembang, berarti bahwa bnatuan yang di berikan kepada siswa harus bertolak
dari perkembangan dan kebutuhan siswa. Pembimbing tidaklah memaksakan
kehendak dan kebutuhan siswa, tetapi bnatuan yang di berikan harus berdasarkan
pemahaman dan kebutuhan dan masalah siswa.
2. Bimbingan di berikan kepada semua siswa, bimbingan tidak hanya di tunjukan
kepada kepada siswa yang bermasalah atau salah satu dari mereka tetapi
ditunjukan kepada semua siswa.
3. Bimbingan dilaksanakan dengan mempedulikan semua segi perkembangan siswa,
prinsip ini mengandung arti bahwa dalam bimbingan semua segi perkembangan

7
siswa, baik fisik, mental, sosial, emosional, maupun moral – spiritual dipandang
sebgai satu kesatuan dan saling berkaitan.
4. Bimbingan berdasar kepada kemampuan individu untuk menentukan pilihan.
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap siswa memiliki kemampuan untuk
menentukan pilihan sendiri tentang apa yang akan di lakukan. Pembimbing tidak
memilihkan sesuatu untuk siswa melainkan membantu mengembangkan
kemampuan siswa untuk melakukan pilihan.
5. Bimbingan adalah bagian terpadu dari proses pendidikan. Proses pendidikan
bukanlah proses pengembangan aspek intelektual semata, melainkan proses
pengembangan seluruh aspek keperibadian siswa seperti keterampilan sosial,
kecerdasan emosional, disiplin diri, pemahaman nilai, sikap dan kebiasaan belajar.
6. Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa merealisasikandirinya. Prinsip
ini mengandung arti bahwa bantuan di dalam proses bimbingan di arahkan untuk
membantu siswa memahami dirinya, mengarahkan diri kepada tujuan yang
realistik, dan mencapai tujuan yang realistik itu sesuai dengan kemampuan diri
dan peluang yang di peroleh.

Ada beberpa macam Prinsip-prinsip tersebut yaitu bimbingan dan konseling :

a. diperuntukkan bagi semua konseling. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan


diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah
maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja,
maupun dewasa
b. Sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama
lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan
perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang
menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan
bimbingannya menggunakan teknik kelompok
c. Menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang
memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan
dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan
pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang
menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara
untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan
dorongan, dan peluang untuk berkembang

8
d. Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung
jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah atau Madrasah
sesuai dengan tugas dan peran masingmasing. Mereka bekerja sebagai
teamwork
e. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan
konseling. bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat
melakukan pilihan dan mengambil keputusan.

5. Asas – Asas Bimbingan Konseling


Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Sesuai
dengan makna uraian tentang kefahaman, penanganan dan penyikapan yang meliputi
unsur kognisi, afeksi dan perlakuan konselor terhadap kasus, pekerjaan profesional itu
harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah yang menjamin efesien dan efektifitas
proses dan lainnya. Kaidah-kaidah tersebut didasarkan atas tuntutan keilmuan layanan
di satu segi, antara lain bahwa layanan harus didasarkan atas data dan tingkat
perkembangan klien, dan tuntutan optimalisasi proses penyelenggaraan layanan di
segi lain, yaitu antara lain suasana konseling ditandai oleh adanya kehangatan,
kefahaman, penerimaan, kebebasan dan keterbukaan serta berbagai sumber daya yang
perlu diaktifkan.

Dalam pcnyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidah-kaidah


tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan yang
harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Asas-asas yang dimaksudkan
adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian,kemandirian, kegiatan,
kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan,keahlian, alih tangan kasus dan tut wuri
handayani. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan secara terperinci masing-
masing asas tersebut. sebagai berikut:
1. Asas kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut
dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli) yang
menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak
layak diketahui oleh orang lain.
2. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya
kesukaan dan kerelaan konseli (konseli) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan
yang diperlukan baginya.

9
3. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan
tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri
maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna
bagi pengembangan dirinya.
4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di
dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan.
5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada
tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli (konseli) sebagai sasaran
pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang
mandiri dengan ciriciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya,
mampu mengambil keputusan,mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.
6. Asas Kekinian yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek
sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli (konseli)
dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau
kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi
yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
7. Asas Kedinamisan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi
pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu
bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai
dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan
oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan
terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang
berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus
dikembangkan.
9. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan
tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma
agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang
berlaku.

10
10. Asas Keahlian yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar
kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang
bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan
konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli (konseli)
mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.
12. Asas Tut Wuri Handayani, setelah konseling mendapatkan layanan dan merasa
bahwa layan tersebut tidak hanya pada saat melakukan konseling mengemukakan
persoalannya.
13. Asas Kenormatifan, yaitu usaha bimbingan dan konseling tidak boleh
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau daripada norma
agama, adat, hukum, ilmu pengetahuan, maupun kebiasaan sehari-hari. Asas
kenormatifan ini ditetapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan
bimbingan dan konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma
yang ada. Demikian pula prosedur, teknik dan peralatan yang dipakai tidak
menyimpang daripada norma-norma yang dimaksudkan. Lebih jauh, layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling, justru harus dapat meningkatkan kemampuan
klien memahami, menghayati dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.

6. Kode Etik dan Program Bimbingan Konseling di sekolah


A. Pengertian Kode Etik

Kode etik berasal dari dua kata, yaitu kode yang berarti tulisan ( kata-kata,
tanda) yag punya arti atau maksud tertentu. Sedangkan etik, berarti aturan tata susila,
sikap atau akhlak.Dengan demikian kode etik secara kebahasaan berarti ketentuan
atau aturan yang berkenaan dengan tata susila dan akhlak. ( Abuddin Nata;2003 )

Menurut Sardiman “kode etik”berarti sumber etik. Etik artinya tatasusila


( etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu
pekerjaan. Jadi “kode etik” di artikan aturan tata susila keguruan.(Sardiman AM;1994
)

11
Yang dimaksud dengan pengertian di atas adalah dalam mengerjakan tugasnya
guru terikat pada aturan-aturan kesusilaan yang berkaitan dengan baik atau tidak
baiknya sesuatu untuk dikerjakan menurut ketentuan umum. Muhaimin dan Abdul
Mujib, dalam buku Pemikiran Pendidikan Islam menyebutkan bahwa kode etik
pendidikan adalah “ norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan (hubungan
relationship) antara pendidik dan anak didik, orang tua, anak didik serta dengan
atasannya”. (Muhaimin dan Abdul Mujib; 1993 )
Dalam kode etik atau akhlak terkandung lima ciri yaitu: pertama, tingkah laku
yang diperbuat itu telah mendarah daging dan menyatu menjadi kepribadian yang
membedakan antara satu individu dengan individu lainnya. Kedua, tingkah laku
tersebut sudah dapat dilakukan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran lain. Hal
ini karena perbuatan tersebut sudah mendarah daging. Ketiga, perbuatan yang
dilakukan itu timbul bukan atas tekanan dari orang lain. Keempat, perbuatan yang
dilakukan itu berada dalam keadaan sesungguhnya , bukan berpura-pura atau
bersandiwara. Kelima, perbuatan tersebut dilakukan atas niat semata-mata karena
Allah SWT, sehingga bernilai ibadah yang kelak akan dibalas Allah SWT.

B. Tujuan Kode Etik


Setiap jabatan dalam masyarakat itu mempunyai kode etik, dalam dunia
kedokteran dikenal adanya kode etik dokter, dalam bidang jurnalistik ada kode etik
jurnalistik begitu profesi lainnya, yang bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan
kemurnian profesi masing-masing. Guru sebagai tenaga profesional dalam
kependidikan juga memiliki kode etik. Yang menjadi pedoman dalam melaksanakan
tugasnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wasti Sumanto. Suatu jabatan yang
melayani orang lain selalu memiliki kode etik.
Demikian pula jabatan mendidik mempunyai kode etik yang harus dikenal dan
dilakukan oleh pendidik yang melakukan jabatan.Kode etik pada suatu negara atau
bangsa tidaklah serupa, tetapi pada umumnya
menpunyai kesamaan isi yang berlaku pada semua bangsa dalam satu
jabatan yang sama.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa tugas guru bukan hanya
sekadar mengajar tapi juga mendidik dan membimbing anak didik agar menjadi
pribadi yang utuh, mereka mempunyai tanggung jawab besar terhadap keberhasilan
program pendidikan. Oleh karena itu guru sebagai tenaga profesional memerlukan

12
pedoman atau kode etik guru agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan, dengan
adanya kode etik tersebut penampilan guru akan lebih terarah.
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Adapun tujuan
ditetapkannya kode etik adalah:
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
Dengan adanya kode etik, maka setiap profesi tidak dipandang rendah atau
remeh terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh karenanya, setiap kode etik
suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan
anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia
luar.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
Dalam kode etik umumnya terdapat larangan-larangan kepada anggotanya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan para
anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif umum bagi honorarium
anggota profesi dalam melaksanakan tuganya, sehingga siapa-siapa yang
mengadakan tarif di bawah minimum akan dianggap tercela dan merugikan
rekan seprofesinya.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi Tujuan lain kode etik
dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi,
sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena
itu, kode etik merumuskan ketentuan- ketentuan yang perlu dilakukan para
anggota profesi dalam menjalankan tugasnya. Untuk meningkatkan mutu
profesi Kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran-anjuran agar para
anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu profesi para
angotanya.
d. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, Dalam meningkatkan mutu
organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota untuk secara aktif
berpartisipasi dalam membin organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang
dirancang organisasi.

C. Kode Etik Guru Menurut Kongres PGRI


Adapun kode etik guru di Indonesia dirumuskan dalam kongres PGRI ke

13
XIII pada tanggal, 21-25 November 1973 di Jakarata.
a. Guru berbakti “membimbing” anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan yang berpancasila.
b. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh
d. informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan.
e. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan
orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
f. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya
maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
g. Guru secara sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya. Guru menciptakan dan memelihara hubungan
antara sesama guru baik berdasarknan lingkungan kerja maupun didalam
hubungan keseluruhan. 
h. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu
organisasi guru profesional sebagai sarana pengembangannya. Guru
melaksanakan segala ketentuan yang merupkan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan.19

Kemudian Rumusan Kode Etik Guru Indonesia ini disempurnakan dalam


kongres PGRI XVI tahun 1989 di Jakarta, menjadi sebagai berikut:
a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
d. Guru menciptakan suasana sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses
belajar mengajar.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan orangtua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peranserta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap
pendidikan.

14
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu
dan martabat pofesinya.
g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdian
i. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Dengan disempurnakannya kode etik guru ini berarti ia harus dijadikan


barometer atau ukuran bagaimana guru bertindak, bersikap dan berbuat dalam
kehidupannya, baik kehidupan individu, keluarga dan sekolah maupun kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan
bagaikan kata majemuk. Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti
atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa knseling
merupakan salah satu jenis layanan bimbingan. Bimbingan di sekolah dapat di
golongkan ke dalam bimbingan belajar, pribadi, sosial, dan juga karier. Pemberian
layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya selalu didasarkan atas landasan –
landasan utama atau prinsip – prinsip dasar.

B. Saran
Bimbingan konseling sangat diperlukan di lingkunga siswa, jadi sebaiknya
lebih maju lagi dan tidak terfokus pada satu siswa saja yang bermasalah tetapi juga
menakup seluruh siswa. Mampu membuat siswa mengerti apa saja yang dibutuhkan
untuk masa depan apa yang akan dijalaninya di masa yang akan mendatang.

16
DAFTAR PUSTAKA

H.Kamaluddin ; Bimbingan dan Konseling Sekolah ; Universitas Muhammadiyah.


Putra, Andi Riswandi ; 2015; Peran guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi
kecendurungan perilaku agresif peserta didik di SMKN 2 Palangka Raya tahun
pelajaran 2014/2015 ; FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Hamdan Husein Batubara dan Dessy Noor Ariani ; 2018; Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar; Pendidikan Guru Madrasah
Intidaiyah – Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin.
Subagyo, Imam ; 2013; Bimbingan Kelompok dengan Teknik Outbound untuk
Meningkatkan Penyesuai Diri Siswa; Prodi Bimbingan Konseling, Program
Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia.
DR. Rulam Ahmadi, M.Pd.; 2018; Profesi Keguruan; AR-RUZZ MEDIA; Jogjakarta.
D jam’an Satori, dkk; 2014; Profesi Keguruan; Universitas Terbuka; Banten,
Indonesia.
Dr. Ahmad Susanto, M.Pd. ; 2018; Bimbingan dan Konseling di Sekolah;
Prenadamedia Group; Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai