DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa adanya suatu kendala apapun.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam
proses penyelesaian makalah ini.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN PEMBUKA...................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang........................................................................................................1
2. Rumusan Masalah ..................................................................................................1
3. Tujuan Penulisan ....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1. Bimbingan Konseling..............................................................................................2
A. Pengertian bimbingan..................................................................................3
B. Pengertian konseling....................................................................................4
2. Tujuan dan peranan Konseling................................................................................5
3. Landasan Bimbingan konseling...............................................................................6
4. Peranan dan Prinsip Bimbingan konseling..............................................................7
5. Asas – Asas Bimbingan konseling..........................................................................9
6. Kode etik dan Program Bimbingan konseling di sekolah.......................................11
A. pengertian kode etik.....................................................................................11
B. Tujuan kode etik..........................................................................................12
C. Kode etik Guru menurut Kongres PGRI.....................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Bimbangan Konseling ?
2. Apa tujuan dan peran Bimbingan Konseling ?
3. Apa saja landasan dari Bimbingan Konseling ?
4. Apa saja peranan dan prinsip Bimbingan Konseling ?
5. Apa asas – asas dari Bimbingan Konseling ?
6. Apa yang dimaksud kode etik dan program Bimbingan Konseling ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Bimbingan Konseling
2. Mengetahui tujuan dan peran Bimbingan Konseling
3. Mengetahui landasan dari Bimbingan Konseling
4. Mengetahui peranan dan prinsip Bimbingan Konseling
5. Mengetahui asas – asas Bimbingan Konseling
6. Mengetahui kode etik dan program Bimbingan Konseling
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Bimbingan Konseling
2
d. Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat
memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.
A. Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dari seorang ahli,
namun tidak sesederhana itu untuk memahami pengertian dari bimbingan. Pengertian
tetang bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak awal abad ke-20,
yang diprakarsai oleh Frank Parson pada tahun 1908. Sejak itu muncul rumusan
tetang bimbingan sesuai dengan perkembangan pelayanan bimbingan, sebagai suatu
pekerjaan yang khas yang ditekuni oleh para peminat dan ahlinya. Pengertian
bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli pengertian yang saling melengkapi satu
sama lain.
Frank Parson merumuskan bimbingan dalam beberapa aspek yakni bimbingan yang
diberikan kepada individu untuk memasuki suatu jabatan dan kemajuan dalam
jabatan. Pengertian ini masih sangat spesifik yang berorientasi karir.
Pengertian yang dikemukakan oleh Bernard & Fullmer bahwa bimbingan dilakukan
untuk meningkatakan pewujudan diri individu. Dapat menerapkan bahwa bimbingan
membantu individu untuk mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya.
3
- “Bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses
belajar yang sistematik” (Mathewson, 1969).
Dari pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli maka dapat
diambil kesimpulan tentang bimbingan yang lebih luas, bahwa bimbingan adalah:
“Suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan
sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus
untuk itu, agar individu dapat memahami dirinya, lingkunganya serta dapat mengatur
diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya
secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat ”.
B. Pengertian Konseling
4
Berdasarkan pendapat – pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan konseling
itu mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
a. Pada umumnya dilaksanakan secara individual
b. Pada umumnya dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka
c. Untuk pelaksanaan konseling dibutuhkan orang yang ahli
d. Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk
memecahakan masalah ang dihadapi klien
e. Individu yang menerma layanan (klien) akhirnya mampu memecahkan
masalahnya dengan kemampuannya sendiri
Tujuan bimbingan dan konseling yang jauh lebih teperinci lagi dikemukakan oleh
Soetjipto dan Kosasi 2009 : 69 dalam Dr. Rulam Ahmadi M.Pd 2018 sebagai berikut :
1. Membantu siswa untuk dapat memilih di antara program – program, kursus –
kursus, subjek – subjek, dan kegitan – kegiatan ekstrakulikuler yang berguna
bagi dirinya, baik siswa maupun untuk peluang kareirnya kelak.
2. Menyadarkan siswa akan pentingnya perencanaan yang terperinci tentang
kareirnya di masa mendatang yang sebagian di dasarkan atas kekuatan sendiri
5
3. Mewujudkan dan menguji kekuatan – kekutan yang menyebabkan perubahan
– perubahan besar dalam dunia pendidikan serta memikirkan bersama – sama
dengan siswa bagaimana perubahan – perubahan tersebut dapat mempengarui
masa depan
4. Menjelaskan kendala dan peluang yang dapat ia tempuh agar dapat mencapai
tujuan kareirnya
5. Membantu siswa memilih pendidikan yang tepat bagi rencana kareirnya di
masa mendatang
6. Menjelaskan perlunya pengertian, apresiasi, dan kerja sama antara individu
dalam dunia kerja
7. Menganjurkan siswa mengikuti kursus – kursus latihan dengan
mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan siswa secara riil
8. Menunjukan pentingnya mengerti orang lain dan dirinya sendiri
6
6. Pelayanan ditunjukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang
bermasalah saja
7. Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menurus,
berkesinambungan, berurutan, dan mengikuti tahap – tahap perkembangan
anak.
7
siswa, baik fisik, mental, sosial, emosional, maupun moral – spiritual dipandang
sebgai satu kesatuan dan saling berkaitan.
4. Bimbingan berdasar kepada kemampuan individu untuk menentukan pilihan.
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap siswa memiliki kemampuan untuk
menentukan pilihan sendiri tentang apa yang akan di lakukan. Pembimbing tidak
memilihkan sesuatu untuk siswa melainkan membantu mengembangkan
kemampuan siswa untuk melakukan pilihan.
5. Bimbingan adalah bagian terpadu dari proses pendidikan. Proses pendidikan
bukanlah proses pengembangan aspek intelektual semata, melainkan proses
pengembangan seluruh aspek keperibadian siswa seperti keterampilan sosial,
kecerdasan emosional, disiplin diri, pemahaman nilai, sikap dan kebiasaan belajar.
6. Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa merealisasikandirinya. Prinsip
ini mengandung arti bahwa bantuan di dalam proses bimbingan di arahkan untuk
membantu siswa memahami dirinya, mengarahkan diri kepada tujuan yang
realistik, dan mencapai tujuan yang realistik itu sesuai dengan kemampuan diri
dan peluang yang di peroleh.
8
d. Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung
jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah atau Madrasah
sesuai dengan tugas dan peran masingmasing. Mereka bekerja sebagai
teamwork
e. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan
konseling. bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat
melakukan pilihan dan mengambil keputusan.
9
3. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan
tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri
maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna
bagi pengembangan dirinya.
4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di
dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan.
5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada
tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli (konseli) sebagai sasaran
pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang
mandiri dengan ciriciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya,
mampu mengambil keputusan,mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.
6. Asas Kekinian yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek
sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli (konseli)
dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau
kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi
yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
7. Asas Kedinamisan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi
pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu
bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai
dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan
oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan
terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang
berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus
dikembangkan.
9. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan
tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma
agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang
berlaku.
10
10. Asas Keahlian yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar
kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang
bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan
konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli (konseli)
mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.
12. Asas Tut Wuri Handayani, setelah konseling mendapatkan layanan dan merasa
bahwa layan tersebut tidak hanya pada saat melakukan konseling mengemukakan
persoalannya.
13. Asas Kenormatifan, yaitu usaha bimbingan dan konseling tidak boleh
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau daripada norma
agama, adat, hukum, ilmu pengetahuan, maupun kebiasaan sehari-hari. Asas
kenormatifan ini ditetapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan
bimbingan dan konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma
yang ada. Demikian pula prosedur, teknik dan peralatan yang dipakai tidak
menyimpang daripada norma-norma yang dimaksudkan. Lebih jauh, layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling, justru harus dapat meningkatkan kemampuan
klien memahami, menghayati dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.
Kode etik berasal dari dua kata, yaitu kode yang berarti tulisan ( kata-kata,
tanda) yag punya arti atau maksud tertentu. Sedangkan etik, berarti aturan tata susila,
sikap atau akhlak.Dengan demikian kode etik secara kebahasaan berarti ketentuan
atau aturan yang berkenaan dengan tata susila dan akhlak. ( Abuddin Nata;2003 )
11
Yang dimaksud dengan pengertian di atas adalah dalam mengerjakan tugasnya
guru terikat pada aturan-aturan kesusilaan yang berkaitan dengan baik atau tidak
baiknya sesuatu untuk dikerjakan menurut ketentuan umum. Muhaimin dan Abdul
Mujib, dalam buku Pemikiran Pendidikan Islam menyebutkan bahwa kode etik
pendidikan adalah “ norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan (hubungan
relationship) antara pendidik dan anak didik, orang tua, anak didik serta dengan
atasannya”. (Muhaimin dan Abdul Mujib; 1993 )
Dalam kode etik atau akhlak terkandung lima ciri yaitu: pertama, tingkah laku
yang diperbuat itu telah mendarah daging dan menyatu menjadi kepribadian yang
membedakan antara satu individu dengan individu lainnya. Kedua, tingkah laku
tersebut sudah dapat dilakukan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran lain. Hal
ini karena perbuatan tersebut sudah mendarah daging. Ketiga, perbuatan yang
dilakukan itu timbul bukan atas tekanan dari orang lain. Keempat, perbuatan yang
dilakukan itu berada dalam keadaan sesungguhnya , bukan berpura-pura atau
bersandiwara. Kelima, perbuatan tersebut dilakukan atas niat semata-mata karena
Allah SWT, sehingga bernilai ibadah yang kelak akan dibalas Allah SWT.
12
pedoman atau kode etik guru agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan, dengan
adanya kode etik tersebut penampilan guru akan lebih terarah.
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Adapun tujuan
ditetapkannya kode etik adalah:
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
Dengan adanya kode etik, maka setiap profesi tidak dipandang rendah atau
remeh terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh karenanya, setiap kode etik
suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan
anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia
luar.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
Dalam kode etik umumnya terdapat larangan-larangan kepada anggotanya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan para
anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif umum bagi honorarium
anggota profesi dalam melaksanakan tuganya, sehingga siapa-siapa yang
mengadakan tarif di bawah minimum akan dianggap tercela dan merugikan
rekan seprofesinya.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi Tujuan lain kode etik
dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi,
sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena
itu, kode etik merumuskan ketentuan- ketentuan yang perlu dilakukan para
anggota profesi dalam menjalankan tugasnya. Untuk meningkatkan mutu
profesi Kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran-anjuran agar para
anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu profesi para
angotanya.
d. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, Dalam meningkatkan mutu
organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota untuk secara aktif
berpartisipasi dalam membin organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang
dirancang organisasi.
13
XIII pada tanggal, 21-25 November 1973 di Jakarata.
a. Guru berbakti “membimbing” anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan yang berpancasila.
b. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh
d. informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan.
e. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan
orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
f. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya
maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
g. Guru secara sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya. Guru menciptakan dan memelihara hubungan
antara sesama guru baik berdasarknan lingkungan kerja maupun didalam
hubungan keseluruhan.
h. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu
organisasi guru profesional sebagai sarana pengembangannya. Guru
melaksanakan segala ketentuan yang merupkan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan.19
14
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu
dan martabat pofesinya.
g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdian
i. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan
bagaikan kata majemuk. Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti
atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa knseling
merupakan salah satu jenis layanan bimbingan. Bimbingan di sekolah dapat di
golongkan ke dalam bimbingan belajar, pribadi, sosial, dan juga karier. Pemberian
layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya selalu didasarkan atas landasan –
landasan utama atau prinsip – prinsip dasar.
B. Saran
Bimbingan konseling sangat diperlukan di lingkunga siswa, jadi sebaiknya
lebih maju lagi dan tidak terfokus pada satu siswa saja yang bermasalah tetapi juga
menakup seluruh siswa. Mampu membuat siswa mengerti apa saja yang dibutuhkan
untuk masa depan apa yang akan dijalaninya di masa yang akan mendatang.
16
DAFTAR PUSTAKA
17