Anda di halaman 1dari 14

TEORI PEMBELAJARAN MENURUT ROBERT M GAGNE

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran

Dosen Pengampu: Nostalgianti Citra P, M.Pd

Disusun oleh :

Uswatul Hasanah 221E10437

Yayus Lana Putri 221E10438

Rifatul Umamah 221E10434

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN ( FKIP )

UNIVERSITAS PGRI ARGOPURO

KELAS BONDOWOSO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kita sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori
Belajar dan Pembelajaran Menurut Robert M.Gagne”. Sholawat serta salam kita sanjungkan
kehadirat Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari zaman kegelapan ke
zaman terang benderang seperti yang kita rasakan saat ini.

Makalah ini merupakan salah satu bentuk pemenuhan dari tugas perkuliahan, mata
kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran yang diampu oleh bapak Drs. Eko Tri Rahardjo M.Pd
Dalam proses penyajiannya, makalah ini berusaha ditulis dengan sebaik-baiknya. Sejumlah
sumber, saya gunakan untuk membantu penulis dalam memahami materi-materi tentang hal
yang dibahas dalam materi ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Jakarta, Maret 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN MAKALAH..................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I (PENDAHULUAN)...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................1

BAB II (PEMBAHASAN)................................................................................................2
2.1 Biografi Gagne..........................................................................................................2
2.2 Teori belajar Gagne...................................................................................................2
2.3 Hasil atau variasi belajar menurut Gagne.................................................................3
2.4 Tipe belajar menurut Gagne.....................................................................................4
2.5 Fase belajar menurut Gagne....................................................................................6
2.6 Implikasi teori Gagne dalam pembelajaran............................................................6
2.7 Implementasi teori Gagne.......................................................................................7
2.8 Prinsip pembelajaran Gagne...................................................................................9

BAB III (PENUTUP)......................................................................................................10


3.1 Kesimpulan..............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi manusia sejak dilahirkan bahkan
hingga manusia itu meninggal, karena belajar akan mempengaruhi perkembangan individu.
Belajar akan terjadi setiap saat dalam diri seseorang, dimanapun dan kapanpun proses
belajar dapat terjadi. Belajar tidak hanya terjadi dibangku sekolah, tidak hanya terjadi ketika
siswa berinteraksi dengan guru, tidak hanya ketika seseorang belajar membaca, menulis dan
berhitung. Belajar bukan hanya seperti ketika seseorang belajar naik sepeda, belajar
menjahit, atau belajar mengoperasikan komputer. Belajar bisa terjadi dalam semua aspek
kehidupan. Belajar sudah dimulai sejak suatu individu atau manusia di lahirkan ke dunia,
karena tidak ada satupun manusia yang ketika dilahirkan kemudian mampu melakukan
segala sesuatu dengan sendirinya, oleh sebab itu dibutuhkan yang namanya proses belajar,
dan proses inipun akan terus berlanjut hingga ajal tiba.
Teori belajar yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne merupakan salah satu teori
belajar yang penting untuk diketahui serta diterapkan dalam belajar. Teori yang
diperkenalkan Robert M. Gagne pada tahun 1960-an pembelajaran harus dikondisikan untuk
memunculkan respons yang diharapkan. Menurut Gagne (dalam Ismail 1998), belajar
matematika terdiri dari objek langsung dan objek tak langsung. Ada banyak sekali tokoh
yang mengemukakan teori tentang belajar, tetapi pada makalah ini hanya akan membahas
mengenai teori “Hirarki Belajar” yang dicetuskan oleh Robert M. Gagne.

1.2 Rumusan Masalah

1. Siapakah Robert M Gagne?


2. Bagaimana teori belajar yang dikemukakan oleh Robert M Gagne?
3. Bagaimana implementasi teori Gagne?
4. Bagaimana aplikasi teori Gagne?
5. Apa implikasi teori Gagne bagi pembelajaran?

1.1 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui siapa itu Robert M Gagne.
2. Untuk memahami bagaimana tepri belajar yang dikemukakan oleh Robert M Gagne.
3. Untuk memahami bagaimana cara implementasi dari teori Robert M Gagne.
4. Untuk memahami bagaimana cara mengaplikasikan teori yang dikemukakan oleh
Robert M Gagne.
5. Untuk mengetahui implikasi teori Gagne bagi pembelajaran.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Robert M Gagne

Robert Mills Gagne atau yang di kenal dengan Robert M Gagne adalah seorang
ilmuwan psikologi yang lahir di Andover Utara,Massachusetts pada 21 Agustus 1916 dan
meninggal pada 28 April 2002. Robert M Gagne adalah seorang ahli psikolog pendidikan. Ia
telah banyak memperkenalkan pandangan tentang pembelajaran. Salah satunya adalah teori
pembelajaran yang didasarkan pada proses informasi. Dalam teori belajarnya ini, salah satu
hal terpentingnya adalah perancangan instruktusinalnya. Tahun 1937 Gagne memperoleh
gelar A.B. dari Yale University dan tahun 1940 memperoleh gelar Ph.D. dari Brown
University dalam bidang psikologi. Beliau adalah seorang professor dalam bidang psikologi
dan psikologi pendidikan di Connecticut College for women(1940–1949, Penn State
University dari tahun 1945-1946, serta professor di Tallahasse, Florida State University mulai
tahun 1969.Antara tahun 1949-1958, Gagne menjadi Direktur Perceptual and Motor Skills
Laboratory US Air Force. Pada waktu inilah dia mulai mengembangkan teori “Conditions of
Learning” yang mengarah pada hubungan tujuan pembelajaran dan kesesuaiannya dengan
desain pengajaran. Teori ini dipublikasikan pada tahun 1965. Gagne merupakan seorang
tokoh psikologi yang mengembangkan teori belajar dan pengajaran.Walaupun pada awal
karirnya, dia adalah seorang behaviorist, namun belakangan dia memusatkan perhatian pada
pengaruh pemrosesan informasi terhadap belajar dan memori. Dia juga dikenal sebagai
seorang psikolog eksperimental yang berkonsentrasi pada belajar dan pengajaran. Kontribusi
besar Gagne dalam pengembangan pengajaran adalah tulisan-tulisannya tentang: Instructional
Systems Design, The Condition of Learning (1965), dan Principles of Instructional Design
(Gagne). Ketiga karyanya tersebut telah mendominasi bagaimana melaksanakan pengajaran
untuk berbagai topik pelajaran di sekolah. Karyanya tentang The condition of Learning,
merupakan tulisan yang dibuatnya ketika melaksanakan latihan militer di Angkatan Udara
Amerika.

Gagne menggunakan matematika sebagai sarana untuk menyajikan dan mengaplikasi


teori-teorinya tentang belajar. Menurut Gagne, objek belajar matematika terdiri dari objek
langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung meliputi kemampuan menyelidiki,
kemampuan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika dan
tau bagaimana seharusnya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, keterampilan,
konsep dan aturan.

2.2 Teori Belajar Robert M Gagne

Menurut Gagne, belajar memberi konstribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk
mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan perilaku (behaviour) adalah
hasil dari efek belajar yang kumulatif serta tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena
belajar bersifat kompleks. Menurutnya, belajar bukan merupakan proses tunggal melainkan
proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Jadi,
tingkah laku itu merupakan hasil dari efek kumulatif belajar. Dengan demikian belajar
menurut Gagne yaitu suatu proses di mana suatu organisasi (siswa) berubah perilakunya
sebagai akibat dari pengalaman. Berdasarkan definisi ini, diketahui bahwa belajar
merupakan suatu proses yang akan memerlukan waktu untuk melihat perubahannya.

2
Perubahan yang dimaksud disini adalah perubahan perilaku dari kurang baik menjadi lebih
baik

Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus,
dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne
juga mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar, sistematika lima jenis belajar,
fase-fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.

2.3 Hasil atau Variasi Belajar Menurut Robert M. Gagne

Hal mendasar yang harus diketahui sebelum merencanakan sebuah pembelajaran adalah
mengetahui apa hasil belajar yang ingin dicapai. Seorang siswa sudah pernah belajar jika
telah mengalami perubahan dalam perilakunya. Dalam hal ini ada beberapa macam hasil atau
variasi belajar yang dikemukakan oleh Gagne, yaitu informasi verbal, keterampilan
intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik.

2.3.1 Informasi Verbal

Informasi verbal atau pengetahuan verbal kemampuan yang dinyatakan dengan kategori
memperoleh label atau nama-nama, fakta, dan bidang pengetahuan yang sudah tersusun
(Andriyani, 2008). Fakta ini dapat diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dari ucapan
orang lain, mendengar radio, televisi atau media lainnya.

2.3.2 Keterampilan Intelektual

Keterampilan intelektual merupakan kemampuan untuk dapat memperbedakan,


menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah. Keterampilan ini memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungannya dalam simbol atau konseptualisasi. Gagne
(Driscoll, 2005) membagi kategori keterampilan intelektual menjadi sub-subketerampilan
yang terurut berdasarkan tingkat kompleksitasnya. Keterampilan ini dirincikan ke dalam lima
tingkatan, yaitu belajar diskriminasi (membedakan), konsep nyata, mendefinisikan konsep,
aturan, dan tatanan aturan yang lebih tinggi, menyelesaikan masalah.

2.3.3 Strategi Kognitif

Hasil belajar ini adalah kemampuan yang menentukan pembelajaran pribadi seseorang,
mengingat, dan menentukan sikap. Memiliki teknik berpikir tertentu, cara menganalisis
masalah, dan memiliki pendekatan untuk memecahkan masalah. Strategi ini desebut juga
sebagai proses berfikir siswa sendiri. Andriyani (2008) menjelaskan bahwa strategi kognitif
merupakan kemampuan yang mengatur bagaimana siswa mengelola belajarnya, seperti
mengingat atau berfikir dalam rangka mengendalikan sesuatu untuk mengatur suatu tindakan.
Hal ini berpangaruh terhadap perhatian siswa dan informasi yang tersimpan dalam
ingatannya serta menemukan kembali ingatan itu. Strategi ini adalah suatu proses informasi
atau induksi di mana seseorang mengingat objek-objek kejadian untuk memperoleh suatu
kejelasan mengenai suatu gejala tertentu untuk menghasilkan induksi

2.3.4 Sikap

3
Hasil belajar yang berupa sikap adalah hal-hal yang berkaitan dengan pemilihan
tindakan pribadi berdasarkan pemahaman intens dan perasaan. Dapat juga dikatakan sebagai
kondisi mental yang mempengaruhi pilihan tindakan pribadi.
2.3.5 Keterampilan Psikomotorik
Keterampilan psikomotorik adalah keterampilan untuk melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan penggunaan otot/tubuh (perbuatan jasmani). Indriyani (2008), menyebutkan
bahwa ciri umum keterampilan ini adalah membutuhkan prasyarat untuk mengembangkan
kemulusan kehalusan dan pengaturan waktu. Dengan demikian, keterampilan ini akan
bertambah sempurna jika sering dipraktekkan. Sebagai contoh adalah keterampilan
menggunakan penggaris dan jangka dalam membuat bentuk lingkaran, segi tiga sama sisi,
sudut siku-siku dan lain-lain.

2.4 Tipe Belajar Menurut Gagne


Berbagai potensi yang dimiliki seseorang akan berpengaruh terhadap proses dan tipe
belajar yang dilakukannya. Bertolak dari keragaman potensi itu maka tipe-tipe belajar yang
dilakukan orang menjadi beragam pula. Menurut Gagne (dalam Eveline, 2010), terdapat
delapan tipe belajar yang biasa dilakukan orang, yaitu :
2.4.1 Isyarat (Signal)
Belajar isyarat adalah belajar sesuatu yang tidak diniati (disengaja) sebagai akibat dari
suatu rangsangan yang dapat menimbulkan reaksi emosional. The Robert Gordon Unversity
(1998) juga menjelaskan bahwa belajar isyarat adalah bentuk paling sederhana dari
pembelajaran, dan pada dasarnya terdiri dari pengkondisian klasik yang pertama kali
dijelaskan oleh psikolog perilaku Pavlov. Dalam hal ini, subjek dikondisikan untuk
memancarkan respon yang diinginkan sebagai hasil dari stimulus yang biasanya tidak
menghasilkan respon itu. Hal ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengekspos subjek
terhadap stimulus yang dipilih (dikenal sebagai stimulus terkondisi) bersama dengan stimulus
lain (dikenal sebagai stimulus berkondisi) yang menghasilkan respon yang diinginkan secara
alami. Setelah sejumlah pengulangan dari stimulus ganda, ia menemukan bahwa subjek
memancarkan respon yang diinginkan cukup dengan pemberian stimulus yang dikondisikan.
Contoh belajar isyarat adalah reaksi emosional siswa terhadap pelajaran matematika. Dapat
berupa perasaan kesal yang terjadi akibat sikap atau ucapan gurunya yang tidak
menyenangkan disebabkan oleh siswa tersebut acuh tak acuh dalam belajarnya. Atau sikap
positif siswa terhadap matematika karena sikap gurunya yang menyenangkan.
2.4.2 Stimulus Respons
Perbedaan antara belajar stimulus respons dengan belajar signal terletak pada niat dan
respons siswa. Jika dalam belajar isyarat siswa belajar tidak diniati dan responnya emosional,
maka pada tipe belajar stimulus respons belajarnya diniati dan responnya jasmaniah
(fisik).Contohnya siswa meniru menyebutkan segi tiga setelah gurunya menyebutkan segi
tiga, siswa mengumpulkan benda segitiga setelah diminta oleh gurunya. Pada tipe belajar ini
diharuskan adanya rangsangan dari luar yang akan menyebabkan timbulnya respons tertentu
yang diharapkan dari siswa. Setiap adanya stimulus baru, pada diri siswa itu akan terjadi
penguatan.

4
2.4.3 Rangkaian Gerak (Motor Chaining)
Rangkaian gerak adalah perbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan (atau lebih)
stimulus respons. Ini adalah bentuk yang lebih maju dari belajar di mana subjek
mengembangkan kemampuan untuk menghubungkan dua atau lebih ikatan stimulus respon
yang dipelajari sebelumnya ke dalam urutan terkait. Sebagai contoh adalah kegiatan siswa
dalam belajar menggambar ruas garis melalui dua titik yang diketahui.
2.4.4 Rangkaian Verbal (Verbal Chaining)
Rangkaian verbal adalah perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus
respons. Contohnya dalam pembelajaran matematika adalah menyatakan atau
mengemukakan pendapat tentang konsep, simbol, definisi, aksioma, dalil, dan lain-lain.
2.4.5 Memperbedakan (Discrimination Chaining)
Belajar memperbedakan merupakan belajar memisah-misah rangkaian yang bervariasi.
Dalam hal ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu membedakan tunggal misalnya
pengenalan siswa terhadap lambang bilangan, dan membedakan jamak misalnya mengenal
perbedaan antara lambang bilangan satu dengan lainnya.
2.4.6 Pembentukan Konsep (ConceptFormation)
Tipe belajar ini disebut juga tipe belajar pengelompokkan, yaitu belajar melihat
(mengenal) sifat bersama benda-benda konkret atau peristiwa untuk dijadikan suatu
kelompok. Sebagai contoh adalah siswa mengamati sisi meja (yang lurus), garis pertemuan
dua dinding (lurus) dari ruangan kelas, seutas tali yang direntangkan dengan kuat. Dalam hal
ini ia membedakan dengan lengkungan lain (tidak lurus), ruas garis, sinar, dan lain-lain.
2.4.7 Pembentukan Aturan (PrincipleFormation)
Pada tipe belajar ini siswa diharapkan mampu memberikan respons terhadap semua
stimulus dengan segala macam perbuatan. Dalam hal ini terutama adalah kemampuan
menggunakannya Misalnya, seorang siswa diharapkan mampu mengaplikasikan aturan
(rumus) Phytagoras dalam segi tiga siku-siku, bukan hanya mampu menyebutkannya.
2.4.8 Pemecahan Masalah (Problem Solving)
The Robert Gordon University (1998) menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah
tingkat tertinggi dari proses kognitif menurut Gagne. Ini melibatkan pengembangan
kemampuan untuk menciptakan aturan yang kompleks, algoritma atau prosedur untuk tujuan
memecahkan satu masalah tertentu, dan kemudian menggunakan metode untuk memecahkan
masalah-masalah lain yang sifatnya serupa.
Dalam pemecahan masalah biasanya ada lima langkah yang harus dilakukan:
 Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas.
 Menyatakan masalah dalam bentuk yang operasional (dapat memecahkan masalah).
 Menyusun hipotesis-hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik
untuk dipergunakan dalam memecahkan masalah itu.
 Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya (pengumpulan
data, pengolahan data, dan lain-lain), hasilnya mungkin lebih dari satu.

5
 Memeriksa kembali apakah hasil yang diperoleh benar

2.5 Fase Belajar Menurut Gagne


Menurut Gagne belajar berlangsung dalam empat fase, yang sukar dipisahkan satu sama
lainnya. Fase pertama dapat berlangsung beberapa detik, fase kedua dapat dipandang sebagai
perbuatan belajar, sedangkan fase ketiga dan empat dipandang sebagai mengingat. Fase-fase
belajar ini berlaku bagi semua tipe belajar.
2.5.1 Fase Pengenalan (Apprehending Phase)
Pada fase ini siswa memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya
dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara.
ini berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai
akibatnya setiap siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya karena cara yang unik yang
dia terima pada situasi belajar.
2.5.2Fase perolehan (acqusitionphase)
Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru dengan menghubungkan informasi
yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya. Dengan kata lain pada fase ini siswa
membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.
2.5.3Fase penyimpanan (storagephase)
Fase storage adalah fase penyimpanan informasi. Dalam hal ini ada informasi yang
disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang. Pengulangan informasi
dalam memori jangka pendek dapat memindahkannya ke memori jangka panjang.
2.5.4Fase pemanggilan (retrievalphase)
Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali
informasi yang ada dalam memori.

2.6 Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran


 Mengontrol perhatian siswa.
 Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang diharapkan
guru.
 Merangsang dan mengingatkan kembali  kemampuan-kemampuan siswa.
 Penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-pisahkan dari tugas belajar.
 Memberikan bimbingan belajar.
 Memberikan umpan balik.
 Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang telah
dicapainya.

6
 Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of learning.
 Memberikan kesempatan untuk melakukahn praktek dan penggunaan
kemampuan yang baru diberikan.
2.7 Implementasi Teori Gagne

Teori belajar Gagne dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di Indonesia. Ada
beberapa pendekatan dan langkah-langkah agar bisa menerapkan teori tersebut dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan konsep Sembilan kondisi Intruksional Gagne, maka dapat disusun
rancangan kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:

1. Memperoleh perhatian

Guru dalam memberikan stimulus kepada siswa dengan cara meyakinkan siswa bahwa
mempelajari materi tersebut itu penting. Hal ini bisa dilakukan melalui pertanyaan-
pertanyaan ringan seputar materi yang akan disajikan. Contoh: Mengenalkan hutan dengan
cara mengajak siswa TK seolah-olah kemping. Dengan mendekorasi ruangan kelas seperti
hutan (tanaman dengan pot yang ditutup kain atau kertas, batu batuan, bunga, ranting dll).
Hari sebelumnya, Guru meminta siswa membawa peralatan dan perlengkapan berkemah
seperti makanan, pakaian, sepatu, tas ransel, senter. Ketika kegiatan ini dilaksanakan biarkan
siswa memperlihatkan kemampuan menolong dirinya sendiri serta bersosialisasi dengan
temannya. Kenalkan hutan melalui temuan-temuan anak atau yang dilihat siswa di hutan
(ruangan yang sudah disiapkan) dan cocokkan dengan buku tentang hutan yang dibawa guru.
Ajak siswa mendengarkan bunyi-bunyian yang berkaitan, misalnya rekaman air dan suara
binatang. Lampu dapat dimatikan seolah-olah malam hari di hutan.

2. Memberikan informasi tujuan pembelajaran

Guru harus mengupayakan untuk memberitahu siswa akan tujuan pembelajaran.


Sehingga siswa mengetahui tujuan dari materi pembelajaran yang dipelajarinya. Ini sangat
penting dilakukan agar siswa lebih termotivasi untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran.
Contoh: Kegiatan diawali dengan tanya jawab, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa, dilanjutkan menyampaikan tujuan pembelajaran. Sebelum kegiatan berkemah, guru
mengadakan tanya jawab dengan siswa. Seperti mengatakan “Siapa yang pernah ke hutan?”
“Seperti apa ya hutan itu?” “Apa saja isinya?” “Siapa yang mau ke hutan?” “Nanti teman-
teman akan melihat hutan, juga mengetahui isi hutan!”

3. Merangsang anak untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari.

Upaya merangsang siswa dalam mengingat materi yang lalu bisa dilakukan dengan
cara bertanya tentang materi yang telah diajarkan. Contoh: Di pertemuan berikutnya, untuk
mengingat kembali pengetahuan tentang hutan, ajak siswa TK mengklasifikasikan kepingan
gambar yang disediakan. Menklasifikasikan gambar yang berkaitan dengan hutan dengan
yang bukan hutan.

4. Menyajikan stimulus

7
Guru menyajikan materi pembelajaran secara menarik dan menantang. Sehingga
siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung.

Contoh: Guru menyampaikan materi “hutan” dengan bercerita menggunakan wayang hutan
(dibuat sendiri, berupa gambar-gambar seperti : pohon, binatang, jamur, batu, matahari, air
dll yang diberi tongkat). Guru juga mengajak siswa ikut memainkan wayang yang disediakan.

5. Memberikan bimbingan kepada anak.

Guru harus membimbing siswa dalam proses belajarnya. Sehingga siswa dapat terarah
dalam pembelajarannya. Contoh: Kegiatan berupa membuat peta pikiran di atas sebuah kertas
besar atau papan tulis dengan spidol warna warni. Guru menuliskan kata “hutan” di tengah
papan. Ajukan pertanyaan misalnya “Kalau mendengar kata hutan, apa yang terlintas di
pikiranmu?” Biarkan siswa menjawab dan tuliskan /gambarkan jawaban siswa. Tidak ada
jawaban salah. Arahkan siswa ke pada tema kali ini. Misalnya ketika siswa menjawab
“Harimau.” Guru dapat balik bertanya “Kenapa harimau?” siswa menjawab “Kan adanya di
hutan.” dan seterusnya. Atau siswa lain mengatakan pendapatnya tentang hutan, siswa
tersebut mengatakan “Takut” Guru dapat menayakan “Kenapa takut?” Misalnya siswa
menjawab “Gelap” Guru dapat menanyakan “Kenapa gelap? Misalnya siswa menjawab
“banyak pohon.” dan seterusnya. Dalam kegiatan ini, dapat juga menggunakan potongan-
potongan gambar Koran atau majalah atau clip-art.

6. Memancing kinerja

Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk


menerapkan apa yang telah dipelajari itu. Contoh: Di pertemuan berikutnya, untuk siswa
TKA kegiatan berupa membuat gambar hutan, dan guru dapat memancing siswa bercerita
tentang hutan melalui gambar yang siswa buat

7. Memberikan balikan

Memberikan feedback dengan memberitahukan kepada murid apakah hasil belajarnya


benar atau tidak. Contoh: Berkaitan dengan poin sebelumnya yaitu memperoleh unjuk kerja
siswa, guru dapat memberikan balikan atas hasil karya yang siswa buat. Misalnya, ketika
siswa menunjukkan maket hutan buatannya, guru dapat mengajukan pujian atau mengajukan
beberapa pertanyaan yang memancing siswa menceritakan hasil karyanya. Misalnya ketika
siswa membuat gajah berkaki dua guru dapat bertanya “Ini apa?” “Menurutmu kaki gajah ada
berapa?” jika siswa mengalami kesulitan, ajak siswa melihat buku, gambar atau fotoh gajah
hingga anak gambar atau foto gajah hingga siwa memahami.

8. Menilai hasil belajar

Menilai hasil-belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk


mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan
beberapa soal.
Minta siswa memilih sebuah kartu kata atau gambar berkaitan dengan hutan (siapkan kata
atau gambar yang berbeda sejumlah siswa). Misalnya gambar pohon, batu, jamur dll. Ajak
siswa bercerita di depan kelas sekitar 1-2 menit mengenai kata atau gambar tersebut. Guru
dapat merekam cerita siswa tersebut dan memutarnya kembali setelah siswa selesai bercerita.

8
Ajak siswa mendengarkan suaranya sendiri. Kegiatan ini juga mengajak siswa lainnya belajar
menghargai temannya yang seddang bercerita.

9. Mengusahakan transfer

Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan untuk


menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat menggunakannya dalam
situasi-situasi lain. Contohnya Ajak siswa membaca/melihat gambar/mendengar guru
membacakan koran anak (misalnya dalam lembar anak Koran Kompas edisi Minggu,
Desember 2007 tentang pemanasan global). Ajak siswa kembali mengingat tema hutan
dengan mengajak siswa menanam biji dari buah yang biasa mereka makan dan jadikan ini
proyek berkelanjutan (menanam dan merawat pohon yang nantinya tumbuh).

2.8 Prinsip Pembelajaran Gagne

Gagne memberi kerangka pada analisis kondisi belajar yang memengaruhi belajar
manusia dari perspektif pengidentifikasian faktor- faktor yang dapat memberi perbedaan
dalam pembelajaran. Akibatnya, peralhan dari prinsip belajar secara teoretis ke dalam
prinsip pembelajaran tidak membutuhkan penerjemahan. Menurut asumsi Gagne,
pembelajaran di kelas mencakup sifat dari pembelajaran dan proses yang disebut sebagai
desain pembelajaran. Desain pembelajaran yang dimaksud adalah untuk menangani semua
kejadian yang mungkin mempengaruhi belajar individual. Prinsip Gagne untuk desain dan
pengembangan pembelajaran adalah bagian dari upaya yang lebih besar yang dikenal
sebagai desain sistem

Dengan demikian, ada beberapa prinsip pembelajaran dari teori gagne, yaitu antara lain
berkaitan dengan:

 perhatian dan motivasi belajar peserta didik,


 keaktifan belajar dan keterlibatan langsung/pengalaman dalam belajar,
 pengulangan belajar,
 tantangan semangat belajar,
 pemberian umpan balik dan penguatan belajar,
 adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar.

Selain itu Gagne juga mementingkan akan adanya penciptaan kondisi belajar,
termasuk lingkungan belajar, khususnya kondisi yang berbasis media, yaitu meliputi jenis
penyajian yang disampaikan kepada peserta didik dengan penjadwalan, pengurutan dan
pengorganisasian.

9
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Belajar bukan merupakan proses tunggal melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh
pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Jadi, tingkah laku itu merupakan hasil dari
efek kumulatif belajar. Ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus,
dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Gagne juga
mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar, sistematika lima jenis belajar, fase-
fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.
Menurut Gagne tingkah laku manusia sangat bervariasi dan berbeda dihasilkan dari
belajar. Kita dapat mengklasifikasikan tingkah laku sedemikian rupa sehingga dapat diambil
implikasinya yang bermanfaat dalam proses belajar.Gagne mengemukakan bahwa
ketrampilan-ketrampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan-
kemampuan atau disebut juga kapabilitas
Teori belajar yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne merupakan salah satu teori
belajar yang penting untuk diketahui serta diterapkan dalam belajar.  Hal-hal yang
dibicarakan oleh Gagne dalam teorinya adalah mengenai peristiwa belajar atau empat fase
belajar yaitu: Fase Pengenalan, perolehan, penyimpanan, dan pengambilan. Kemampuan
belajar atau hasil belajar yaitu: yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi
kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. Dan delapan tipe belajar yaitu: isyarat, stimulus
rrespon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, dsb.

10
DAFTAR PUSTAKA
Surachman. Teori belajar dan pembelajaran
https://ulyanurnihayati.wordpress.com/2015/05/25/teori-belajar-menurut-robert-m-gagne/
http://www.karyaku.web.id/2014/12/teori-hirarki-belajar-dari-robert-m.html
https://adityanursasongko.wordpress.com/2015/10/23/profil-singkat-gagne/
https://dedinoviyanto.wordpress.com/my-papers/tentang-pendidikan/teori-belajar-robert-m-
gagne/
https://hendisuhendi2012.wordpress.com/2013/06/08/teori-belajar-matematika-menurut-
bruner-gagne-thorndike-skinner-piaget/
https://www.slideshare.net/AbdulRais2/teori-belajar-robert-m-gagne
http://saidangsaid.blogspot.co.id/

11

Anda mungkin juga menyukai