Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Belajar dan Pembelajaran

Disusun oleh:

Ira Nurjanah (182151035)


Irfan Hanif N (182151089)
Lufi Feriansyah (182151094)
Mega Ayu R (182151030)
Opi Sopiah (182151037)
Pipi Apiyanti (182151032)
Tia Tresna Y (182151019)
Yunita Afriyanti (182151137)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji  syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah ini berisi penjelasan mengenai “Hakikat Belajar dan
Pembelajaran”. Atas terselesaikannya makalah ini, kami mengucapkan terima
kasih, terutama kami haturkan kepada:

1. Bapak Dr. H. Ebih AR. Arhasyi., Drs., M.Pd. Selaku Dosen


Pembimbing mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
2. Semua pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan
yang menyebabkan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
Kami mengharapkan kritik dari pembaca yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Harapan kami atas terbentuknya makalah ini, semoga
makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Tasikmalaya, September 2019

                                          

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan Makalah.................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
A. Pengertian Belajar................................................................................................6
B. Pengertian Pembelajaran....................................................................................8
C. Tujuan Belajar.....................................................................................................9
D. Tujuan Pembelajaran..........................................................................................9
E. Jenis-jenis belajar...............................................................................................10
F. Pengertian Hasil Belajar....................................................................................15
G. Macam-macam hasil belajar.........................................................................16
H. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Belajar.............................................17
I. Pembelajaran Efektif.........................................................................................20
BAB III...........................................................................................................................23
SIMPULAN DAN SARAN............................................................................................23
A. Simpulan.............................................................................................................23
B. Saran...................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi yang serba modern menuntut setiap Negara
untuk menghasilkan sumber daya manusia dengan kesiapan yang lebih
matang dalam segala hal. Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang
yang sangat berpengaruh untuk mempersiapkan sumber daya manusia
yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan zaman. Namun, mendidik
anak sejak dini hingga menjadi individu yang berkualitas, dan
mempertahankan kualitas tersebut bukan hal yang mudah. Perlu proses
yang panjang untuk membentuk individu yang mampu mengikuti alur era
globalisasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu individu harus
melakukan suatu proses yang disebut belajar.
Revolusi di bidang teknologi komunikasi dan informasi ternyata
telah memengaruhi hampir seluruh sendi-sendi kehidupan manusia
modern, termasuk dalam dunia pendidikan dengan munculnya istilah-
istilah seperti e-learning, e-book, sampai e-education. Revolusi ini juga
berpengaruh pada paradigma pendidikan akan “tempat” belajar, dengan
gedung sekolah akan semakin tak populer karena manusia bisa belajar
dimana saja dengan bantuan teknologi. Disini yang terpenting adalah
interaksi manusia dengan materi pelajaran, pemahaman dan penguasaan
ilmu. Dengan sekolah tidak lagi menjadi pertanyaan penting, sebab otak
manusia sekarang sudah terbiasa dengan konsep ruang dan waktu yang
bersifat relatif.
Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari, hampir tidak
terlepas dari belajar, baik aktivitas individu maupun kelompok. Dengan
demikian, dapat kita katakan bahwa belajar tidak dibatasi usia, tempat
maupun waktu. Karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas
belajar. Dalam proses belajar itu, manusia diharapkan mampu

4
mengembangkan ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, sehingga
adanya perubahan tingkah laku kea rah yang lebih baik.
Namun, banyak dari kita yang belum menyadari arti penting dari
belajar. Kita datang ke sekolah hanya untuk bisa paham membaca dan
menulis tanpa memahami setiap informasi yang kita dapat dari bertatap
muka dengan guru ataupun dosen dikelas.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka tim penulis mengajukan
makalah yang berjudul “Hakikat Belajar dan Pembelajaran” yang nantinya
dapat memperjelas pengertian belajar dan lain-lainnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang diajukan tim penulis pada makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari belajar?
2. Apa pengertian dari pembelajaran?
3. Apa saja tujuan dari belajar?
4. Apa saja tujuan dari pembelajaran?
5. Apa saja jenis-jenis belajar?
6. Apa pengertian dari hasil belajar?
7. Apa saja macam-macam hasil belajar?
8. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar?
9. Bagaimana pembelajaran yang efektif?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari belajar
2. Untuk mengetahui pengertian dari pembelajaran
3. Untuk mengetahui tujuan dari belajar
4. Untuk mengetahui tujuan dari pembelajaran
5. Untuk mengetahui jenis-jenis belajar
6. Untuk mengetahui pengertian dari hasil belajar
7. Untuk mengetahui macam-macam hasil belajar
8. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar
9. Untuk mengetahui pembelajaran yang efektif

5
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Kata atau istilah belajar bukanlah sesuatu yang baru, sudah sangat
dikenal secara luas, namun dalam pembahasan belajar ini masing-masing
ahli memiliki pemahaman dan definisi yang berbeda-beda, walaupun
secara praktis masing-masing kita sudah sangat memahami apa yang
dimaksud belajar tersebut. Oleh karena itu, untuk menghindari
pemahaman yang beragam tersebut, berikut akan dikemukakan berbagai
definisi belajar menurut para ahli.
Menurut R. Gagne (1989), belajar dapat didefinisikan sebagai
suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat
di pisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu
kegiatan dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa
dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk
memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan
tingkah laku. Selain itu, Gagne juga menekankan bahwa belajar sebagai
suatu upaya memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui intruksi.
Intruksi yang dimaksud adalah perintah atau arahan dan bimbingan dari
seorang pendidik atau guru. Selanjutnya Gagne dalam teorinya yang
disebut The domains of learning, menyimpulkan bahwa segala sesuatu
yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori, yaitu:
1. Keterampilan Motoris (motor skill); adalah keterampilan yang
diperlihatkan dari gerakan badan, misalnya menulis, menendang bola,
berlari, dan loncat.
2. Informasi Verbal; informasi ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan
otak atau inteligensi seseorang, misalny seseorang dapat memahami
sesuatu dengan berbicara, menulis, manggambar, dan sebagainya yang
berupa symbol yang tampak (verbal).

7
3. Kemampuan Intelektual; selain menggunakan symbol verbal, manusia
juga mampu melakukan interaksi dengan dunia luar melalui
kemampuan intelektualnya, misalnya mampu membedakan warna,
bentuk, dan ukuran.
4. Strategi Kognitif; Gagne menyebutnya sebagai organisasi
keterampilan yang internal (internal organized skill), yang sangat
diperlukan untuk belajar mengingat dan berfikir. Kemampuan kognitif
ini lebih ditujukan ke dunia luar, dan tidak dapat dipelajari dengan
sekali saja memerlukan perbaikan dan latihan terus-menerus yang
serius.
5. Sikap (attitude); sikap merupakan factor penting dalam belajar, karena
tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik. Sikap
seseorang dalam belajar akan sangat memengaruhi hasil yang
diperoleh dari belajar tersebut. Sikap akan sangat tergantung pada
pendirian, kepribadian, dan keyakinannya, tidak dapat dipelajari atau
dipaksakan, tetapi perlu kesadaran diri yang penuh.

Adapun menurut Burton dalam Usman dan Setiawati (1993: belajar


dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat
adanya interaksi aantara individu dengan individu lain dan individu
dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan
lingkungannya. Sementara menurut E.R. Hilgard (1962), belajar adalah
suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan
yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini
diperoleh melalui latihan (pengalaman). Hilgard menegaskan bahwa
belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang
melalui latihan, pembiasaan, pengalaman dan sebagainnya.

Sementara Hamalik (2003) menjelaskan bahwa belajar adalah


memodivikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman (learning is
defined as the modivicator or strengthening of behaviour through
experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses,
suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Dengan
demikian, belajar itu bukan sekedar mengingat atau menghafal saja,

8
namun lebih luas dari itu merupakan mengalami. Hamalik juga
menegaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan
(habit),sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Perubahan
tingkah laku dalam kegiatan belajar disebabkan oleh pengalaman atau
latihan.

Adapun pengertian belajar menurut W.S. Winkel (2002) adalah


suatu aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara
seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang
bersifat relative konstan dan berbekas. Jadi, kalau seseorang dikatakan
belajar matematika adalah apabila pada diri orang ini terjadi suatu kegiatan
yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan
matematika. Perubahan ini terjadi dari tidak tahu menjadi tahu konsep
matematika ini, dan mampu menggunakannya dalam materi lanjut atau
dalam kehidupan sehari-hari

Dari beberapa pengertian belajar diatas, dapat ditarik kesimpulan


bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan
sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep,
pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang
terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir,
merasa, maupun dalam bertindak.

B. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran ialah proses dua arah,dimana mengajar dilakukan


oleh pihak guru sebagai pendidik,sedangkan belajar dilakukan oleh peserta
didik atau murid.Seorang guru membelajarkan siwa dengan
mennggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu
utama keberhasilan pendidikan.Istilah pembelajaran lebih popular dan
lebih tepat ketimbang proses belajar mengajar yang tekanannya pada
motivasi peserta didik untuk aktif agar mereka dapat menemukan sendiri

9
cara belajar yang tepat baginya (learn how to learn).Kalau secara filosopi
dalam prosses pembelajaran berilah pancing dan ajari cara memancing dan
jangan diberikan kepada mereka ikan yang telah siap dimakan.Maka disini
akhirnya para peserta didik harus mampu mencari dan membangun sendiri
pengetahuan nya.

C. Tujuan Belajar

Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan


tingkah laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses
belajar. Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan)
bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya. Selain itu
tujuan belajar yang lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar dan
pengalaman hidup. Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk tingkah
laku sebagai tujuan belajar atas tiga ranah, yakni:

1. Ranah kognitif
2. Ranah afektif

3. Ranah psikomotor

D. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang


dinyatakan dalam prilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk
tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.Seorang guru
hanya dapat dikatakan telah melakukan kegiatan pembelajaran jika terjadi
perubahan prilaku pada diri peserta didik sebagai akibat dari kegiatan
tersebut.Ada hubungan pungsional antara perbuatan guru dengan
perubahan prilaku peserta didik ( karta dinata,1997: 75).
Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dikatakan sebagai dampak dari
proses pembelajaran merujuk pada tulisan Hamzah B.Uno (2008) berikut
ini dikemukakan beberapa pengertian tujuan pembelajaran yang
dikemukakan oleh para ahli,yaitu sebagai berikut:

10
 Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran
adalah prilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh
siswa pada kondisi dan tingkat kompotensi tertentu.
 Kemp (1977) dan David E.kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam
prilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
 Hendry ellington(1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan
yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.

E. Jenis-jenis belajar

Walaupun belajar dikatakan berubah, namun untuk mendapatkan


perubahan itu bermacam-macam caranya. Setiap perbuatan belajar
mempunyai ciri-ciri masing masing. Para ahli dengan melihat ciri-ciri yang
ada didalamnya, mencoba membagi jenis-jenis belajar ini. Oleh karna
itu,sampai saat ini beluma ada kesepakatan atau keragaman dalam
merumuskannnya. A.Debelac misalnya berbeda dengan C.Vanparere
dalam merumuskan sitematika jenis-jenis belajar. Demikian juga antara
rumusan sitematika jenis-jenis belajar yang dikemukakan oleh
C.Vanparere dengan Robert M.Gagne.
Oleh karena itu, jenis-jenis belajar yang diuraikan berikut ini
menyangkut masalah belajar arti kata-kata,belajar kognitif, belajar
menghapal, belajar teoritis, belajar kaedah, belajar konsep/pengertian,
belajar keterampilan motoric,dan belajar estetik. Untuk jelasnya ikutilah
uraian berikut:
1. Belajar arti kata-kata
Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap
arti yang terkandung dalam kata- kata yang digunakan. Pada mulanya
suatu kata sudah dikenal,tetapi belum tahu artinya. Misalnya, pada anak
kecil, dia sudah mengetahui kata “kucing” atau “anjing”, tetapi dia belum
engetahui bendanya, yaitu binatang yang disebutkan dengan kata itu.
Namun lama kelamaan dia mengetahui juga apa arti kata "kucing"“atau”

11
anjing”. Dia sudah tahu bahwa kedua binatang itu berkaki empat dan dapat
berlari.Suatu ketika melihat seekor anjing dan anak tadi menyebutnya
“kucing”. Koreksi dilakukan bahwa itu bukan kucing,tetapi anjing. Anak
itupun tahu bahwa anjing bertubuh besar dengan telinga yang cukup
panjang, dan kucing itu bertubuh kecil dengan telinga yang kecil dari pada
anjing.
2. Belajar kognitif
Tak dapat disangka bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan
masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri
seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambing yang merupakan
sesuaatu bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan hasil
perjalanannya berupa pegalaman kepada temuannya. Ketika ia
menceriatakan pengalamannya selama dalam perjalanan, diaa tidak dapat
menghadirkan objek-objek yang pernah dilihatnya selama dalam
perjalanan itu dihadapan temannya, dia hanya dapat menggambarkan
semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Gagasan atau
tanggapan tentang objek-objek yang dilihat itu dituangkan dalam kata-kata
atau kalimat yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan
ceritanya.
3. Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu maeri verbal
dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali
secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-
kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali ke
alam dasar.
Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu
mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya
dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut. Menghafal tanpa
tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur,
meneghafal tanpa perhatian adalah kacau dan menghafal tanpa ingatan
adalah sia-sia.
4. Belajar Teoritis

12
Bentuk belajar ini bertujuan menempatkan semua data dan fakta
(pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat
dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi
dalam bidang-bidang studi ilmiah. Maka, diciptakan konsep dan relasi
diantara konsep-konsep dan struktur-struktur hubungan. Misalnya, “bujur
sangkar” mencakup semua persegi empat; iklim dan cuaca berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman; tumbuh-tumbuhan dibagi dalam genus
dan spesies. Sekaligus dikembangkan dalam metode-metode untuk
memecahkan problem-problem secara efektif dan efisisen, misalnya dalam
penelitian fisika.
5. Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang memiliki sebuah
objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep
mampu mengadakan abstraksi terhadap bjek-objek yang dihadapinya,
sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek
dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak
berperaga. Konsep sendiripun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu
kata (lambang bahasa).

Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus


didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada
objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep ini mewakili benda tertentu,
seperti meja, kursi, tumbuhan, rumah, mobil, sepeda motor dan
sebagainya. Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili
realitas hidup, tetapi tidak lansung menunjuk pada realitas dalam
lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Hanya dirasakan
adanya melalui proses mental misalnya saudara sepupu, saudara kandung,
paman, bibi, belajar, perkawinan dan sebagainya adalah kata-kata yang
tidak dapat dilihat dengan mata biasa,nahkan dengan mikrosoft sekalipun.
Untuk memberikan pengertian pada semua kata itu diperlukan konsep
yang didefinisikan dengan menggunakan lambing bahasa.

Ahmad adalah saudara sepupu Mahmud; merupakan kenyataan


(realitas), tetapi tidak dapat diketahui dengan mengamati Ahmad dan

13
Mahmud. Kenyataan itu dapat diketahui dengan menggunakan lambing
bahasa kata “saudara sepupu” dijelaskan. Penjelasan atas kata “saudara
sepupu” itulah yang dimaksudkan disini dengan konsep yang
didefinisikan. Berdasarkan konsep yang didefinisikan, didapatkan
pengertian, saudara sepupu adalah anak dari paman atau bibi. Akhirnya
belajar konsep adalah berfikir dalam konsep dan belajar pengertian. Taraf
ini adalah taraf Konfrehensif. Taraf kedua dalam taraf berfikir. Taraf
pertamanya adalah taraf pengetahuan, yaitu belajar reseptif atau menerima.

6. Belajar Kaidah
Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu
sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang merefrensikan suatu keteraturan.
Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu menghubungkan
beberapa konsep. Misalnya, seseorang berkata, “besi dipanaskan memuai”,
karena seseorang telah menguasai konsep dasar mengenai “besi”,
“dipanaskan” dan “memuai”, dan dapat menentukan adanya suatu relasi
yang tetap antara ketiga konsep dasar itu (besi, dipanaskan, dan memuai),
maka dia dengan yakin mengatakan bahwa “besi dipanaskan memuai”.
Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah.
Kaidah merupakan suatu representasi (gambaran) mental dari kenyataan
hidup dan sangat berguna dalam mengatur sehari-hari. Hal ini berarti
bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa.
Oleh karena itu, belajar kaidah sangat penting bagi seseorang sebagai salah
satu upaya penguasaan ilmu selama belajar di sekolah atau di perguruan
tinggi (universitas).
7. Belajar Berpikir
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang
harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam
pengamatan masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya
menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode kerja tertentu.
Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan berpikir
divergen. Berpikir konvergen adalah berpikir menuju satu arah yang benar
atau satu jawaban yang paling tepat atau satu pemecahan dari suatu

14
masalah. Berpikir divergen adalah berpikir dalam arah yang berbeda-beda,
akan diperoleh jawaban-jawaban unit yang berbeda-beda tetapi benar.
Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan
masalah adalah sebagai berikut:
a. Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya salah.
b. Masalah itu diperjelas dan dibatasi.
c. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.
d. Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis,
kemudian hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk
diterima atau ditolak.
e. Penerapan pemevahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku
sebagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada
kesimpulan.

Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah


sebagai berikut:

a. Kesadaran akan adanya masalah.


b. Merumuskan masalah.
c. Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.
d. Menguji hipotesis-hipotesis itu.
e. Menerima hipotesis yang benar.
8. Keterampilan Motorik
Keterampilan motoric adalah tindakan yang berupa serangkaian
gerakan sukarela hasil control bagian-bagian tubuh yang melatari tindakan
tersebut. Penguasaan suatu keterampilan motoric merupakan suatu proses
dimana seseorang mengembangkan seperangkat respon kedalam suatu
pola gerak yang terkoordinasi, terorganisasi, dan terpadu. Tiap
keterampilan motoric memerlukan pengorganisasian berupa gerakan otot,
baik dalam aspek tempat maupun waktu.
Keterampilan motoric dibagi menjadi keterampilan motoric kasar
dan keterampilan motoric halus. Keterampilan motoric kasar merupakan
keterampilan yang meliputi aktivitas otot besar, seperti menggerakkan
lengan dan berjalan. Jadi keterampilan motoric kasar lebih kepada kegiatan

15
yang melibatkan control tubuh dan koordinasi yang baik dan aktivitas yang
bersifat bergerak.
Sedangkan keterampilan motoric halus melibatkan kegiatan yang
diatur secara halus deperti menggenggam mainan, mengancing baju, atau
melakukan apapun yang memerlukan keterampilan tangan menunujukkan
keterampilan motoric halus. Keterampilan motoric halus melibatkan
sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jari, tangan, lengan dan
membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata-tangan. Seperti makan,
menggambar, menulis, mengetik dan menjahit.
9. Belajar Estetis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk membentuk kemampuan
menghayati keindahan, bahkan menciptakan keindahan dalam berbagai
segi kehidupan. Yang mana keindahan itu terdapat dimana-mana. Seperti
pelukis menuangkan imajinasinya dalam lukisan, sastrawan dalam bentuk
sajak, dan komponis dalam bentuk lagu. Dalam diri manusia terdapat jiwa
estetis yang perlu dikembangkan melalui belajar, yaitu belajar estetis.
Yang mana belajar ini mencakup fakta, seperti nama Mozart sebagai
pengubah music klasik, konsep seperti ritme, tema dan komposisi relasi
seperti hubungan antara bentuk dan isi; struktur seperti sitematika warna
dan aliran seni dalam lukis; dan metode seperti nilai motto dan originalitas
karya seni.
F. Pengertian Hasil Belajar

Berdasarkan uraian tentang konsep belajar diatas, dapat dipahami tentang


makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa,
baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, psikomotor sebagai hasil dari
kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan diatas
dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim (2007 : 39) yang menyatakan
bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah


kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena

16
belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam
kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan
tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujjuan intruksional .

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai


dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh sunal (1993:94) bahwa evaluasi merupakan
proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektip
suatu program telah memenuhi kebutuham siswa. Selain itu, dengan
dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan indeks feedback atau
tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.
Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu
pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian, penilaian
hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari disekolah, baik itu
menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata
pelajaran yang diberikan pada siswa.

G. Macam-macam hasil belajar

Hasil belajar sebagai mana telah dijelaskan diatas meliputi pemahaman


konsep (aspek kognitif) keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap
siswa (aspek apektif). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemahaman konsep
Pemahaman menurut blum (1979:89)diartikan sebagai kemampuan
untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang
dipelajari.Pemahaman menurut blum ini adalah seberapa besar siswa
mampu menerima,menyerap,dan memahami pelajaran yang
diberikan oleh guru kepada siwa,atau sejauh mana siwa dapat
memahami seta mengerti apa yang ia baca,yang dilihat,yang
dialami,atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi
langsung yang ia lakukan.
2. Keterampilan proses

17
Usman dan setiawati (1993:77) mengemukakan bahwa keterampilan
prosses merupakan keterampilan yang mengarah kepada
pembangunan kemampuan mental, fisik, dan social yang mendasar
sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu
siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran,
nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
hasil pembelajaran tertentu, termasuk kreativitasnya.
Dalam melatih keterampilan proses, secara bersamaan
dikembangkan pula sikap-sikap yang dikehendaki, seperti
kreatifitas ,kerjasama, bertanggung jawab, dan berdisiplin, sesuai
dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.
3. Menurut lange dalam Azwar (1998: 3), sikap tidak hanya merupakan
aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respon pisik.
Jadi, sikap ini harus ada kekompakan antara mental dan fisik secara
serempak. Jika mental saja yang dimunculkan, maka belum tampak
secara jelas sikap seseorang yang ditunjukannya. Selanjutnya, Azwar
mengungkapkan tentang struktur sikap terdiri atas tiga komponen
yang saling menunjang, yaitu: komponen kognitif, afektif, dan
konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang
dipercayai oleh individu pemillik sikap; komponen afektif yaitu
persaan yang menyangkut emmosional; dan komponen konatif
merupkan aspek kecenderungan berprilaku tertentu sesuai dengan
sikap yang dimiliki seseorang.
H. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Menurut sudjana (1989:39), hasil belajar yang dicapai oleh siswa


dipengaruhi oleh dua factor utama, yakni factor dalam diri siswa dan factor
yang datang dari luar diri siswa atau factor lingkungan. Factor yang datang dari
diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Factor kemampuan siswa
besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.

1. Kecerdasan anak
Kemampuan intelegensi seseorang sangat mempengaruhi
terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta

18
terpecahkan atau tidaknya suatu permasalahan kecerdasan siswa
sangat membantu pengajar untuk menentukan apakah siswa itu
mampu mengikuti pelajaran yang diberikan dan untuk meramalkan
keberhasilan siswa setelah mengikuti pelajaran yang diberikan
meskipun tidak akan terlepas dari factor lainnya.
2. Kesiapan Atau Kematangan
Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan
dimana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagai
mestinya. Dalam proses belajar, kematangan atau kesiapan ini
sangan menentukan keberhasilan dalam belajar tersebut. Oleh
karena itu, setiap upaya belajar akan lebih berhasil jika dilakukan
persamaan dengan tingkat kematangan individu, karena
kematangan ini erat hubungannya dengan masalah minat dan
kebutuhan anak.
3. Bakat Anak
Menurut Caplin, yang dimaksud dengan bakat adalah
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian,
sebetulnya setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk
mencapai prestasi samapai tigkat tertentu. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
prestasi belajar.
4. Kemauan Belajar
Salah satu tugas guru yang kerap sukar dilakanakan ialah
membuat anak menjadi mau belajar atau menjadi giat untuk
belajar. Keengganan siswa untuk belajar mungkin disebabkan
karena ia belum mengerti bahwa belajar sangat penting untuk
kehidupannya kelak. Kemauan belajar yang tinggi disertai dengan
rasa tanggung jawab yang besar tentunya berpengaruh positif
terhadap hasil belajar yang diraihnya. Karena kemauan belajar
menjadi salah satu penentu dalam mencapai sebuah keberhasilan.
5. Minat

19
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran akan
memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya.
Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap
materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih
giat lagi, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
6. Model penyajian materi pelajaran
Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pula pada
model penyajian materi. Model penyajian materi yang
menyenangkan, tidak membosankan, menarik, dan mudah
dimengerti oleh para siswa tentunya berpengaruh secara positif
terhadap keberhasilan belajar.
7. Pribadi dan Sikap Guru
Siswa, begitu juga manusia pada umumnya dalam
melakukan belajar tidak hanya melalui bacaan atau melalui guru
saja, tetapi bisa juga melalui contoh-contoh yang baik dari sikap,
tingkah laku, dan perbuatan. Kepribadian dan sikap guru yang
kreatif dan penuh inovatif dalam perilakunya, maka siswa akan
meniru gurunya yang aktif dan kreatif ini.pribadi dan sikap guru
yang baik ini tercermin dari sikapnya yang ramah, lemah lembut,
penuh kasih saying, membimbing dengan penuh perhatian, tidak
ceoat marah, tanggap terhadap keluhan atau kesulitan siswa
antusias dan semangat dalam bekerja dan mengajar, memberikan
penilaian yang objektif, rajin, disiplin, serta bekerja penuh dedikasi
dan bertanggung jawab dalam segala tindakan yang ia lakukakan.
8. Suasana pengajaran
Faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan siswa dalam
belajar adalah suasana pengajaran. Suasana pengajaran yang
tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dan guru, dan
menumbuhkan suasana yang aktif diantara siswa tentunya akan
memberikan nilai lebih pada proses pengajaran. Sehingga

20
keberhasilan siswa dalam belajar dapat meningkat secara
maksimal.
9. Kompetensi Guru
Guru yang propesional memiliki kemampuan-kemampuan
tertentu. Kemampuan-kemampun itu diperlukan dalam membantu
siswa dalam belajar. Keberhasilan siswa belajar akan banyak
dipengaruhi oleh kemampuan guru yang propesional. Guru yang
propeional adalah guru yang meiliki kompeten dalam bidangnya
dan menguasai dengan baik bahan yang akan diajarkan serta
mampu memilih metode belajar mengajar yang tepat sehingga
pendekatan itu bisa berjalan dengan semestinya.
10. Masyarakat
Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku
manusia dan berbagai macam latar belakang pendidikan. Oleh
karena itu, pantaslah dalam dunia pendidikan lingkungan
masyarakatpun akan ikut mempengaruhi kepribadian siswa.
Kehidupan modern dengan keterbukaan serta kondisi yang luas
banyak dipengaruhi dan dibentuk oleh kondisi masyarakat
ketimbang oleh keluarga dan sekolah.
I. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja
terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses
pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik,
kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan
perubahan perilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka (Esti
Wuryani Djiwandono, 2002 : 226-227).
Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis
dari siswa. Pembelajaran efektif juga dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehingga memberikan kreatifitas siswa
untuk mampu belajar dengan potensi yang sudah mereka miliki yaitu dengan
memberikan kebebasan dalam melaksanakan pmbelajaran dengan cara
belajarnya sendiri. Di dalam menempu dan mewujudkan tujuan pembelajaran

21
yang efektif maka perlu dilakukan sebuah cara agar proses pembelajaran yang
diinginkan tercapai. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu
adanya bimbingan dari guru (slameto, 1995 : 75-76).
Adapun pembelajaran yang efektif dapat diketahui dengan ciri (slameto,
1995 : 94) :
1. Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental
ditunjukan dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya,
kemampuan berfikir kritis. Secara fisik, misalnya menyusun intisari
pelajaran, membuat peta dan lain-lain.
2. Metode yang berfariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan
kelas menjadi hidup.
3. Motivasi guru terhadap pembelajaran dikelas. Semakin tinggi motovasi
seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar.
4. Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan
yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang rasa,
memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, menghargai
pendapat orang lain.
5. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.
6. Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk
mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar
pada pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak
menggantungkan pada diri orang lain.
7. Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul,
mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai
perbaikan.

Dalam mewujudkan kondisi pembelajaran yang efektif, maka perlu


dilakukan langkah-langkah berikut ini:

1. Melibatkan siswa secara aktif


Aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas
siswa dapat digolongkan kedalam beberapa hal, antara lain: aktvitas visual,
seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen, aktivitas lisan, seperti
bercerita, Tanya jawab, aktivitas mendengarkan, seperti mendengarkan

22
penjelasan guru, aktivitas gerak, seperti melakukan praktek dan aktivitas
menulis, seperti mengarang, membuat surat, dan membuat karya tulis.
2. Menarik minat dan perhatian siswa
Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan perhatin siswa
dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatife menetap pada diri
seseorang. Minat ini besar pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan
minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya
tanpa minat seseorang tidak mungkin melalukan sesuatu. Keterlibatan
sswa dalam pembelajaran erat kaitannya dengan sifat, bakat dan
kecerdasan siswa. Pembelajaran yang dapat menyesuaikan sifat, bakat dan
kecerdasan siswa merupakan pembelajaran yang diminati (Rosyada, 2004 :
56).
3. Membangkitan motovasi siswa
Motivasi adalah semacam daya yang terdapat dalam diri seseorang yang
dapat mendorongnya untuk melalukan sesuatu. Tugas guru adalah
bagaimana membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar (John
W.Santrock : 2008: 9)
4. Memberikan pelayanan individu siswa
Salah satu masalah utama adalah kurangnya pemahaman guru tentang
perbedaan individu antara siswa. Guru seing kurang menyadari bahwa
tidak semua siswa dalam suatu kelas dapat menyerap pelajaran dengan
baik. Kemampuan individual mereka dalam menerima pelajaran berbeda
beda. Disinilah sebenarnya perlunya keterampilan guru didalam
memberikan variasi pembelajaran agar dapat diserap oleh semua siswa
dalam berbagai tingkatan kemampuan, dan disini pulalah perlu adanya
pelayanan individu siswa (Madri M. dan Rosmawati, 2004 : 273)
5. Menyiapkan dan mengganti berbagai media dalam pembelajaran
Alat peraga/media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan guru
ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang
disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada
siswa. Sebab, pembelajaran yang banyak menggunakan banyak verbalisme
tentu akan membosankan. Sebaliknya pembelajaran akan lebih menarik

23
bila siswa merasa senang dan gembira setiap merima pelajaran dari
gurunya (Rosyada, 2004:57).

24
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Belajar adalah usaha sadar yang dilakukan seseorang yang relatif
menetap berdasarkan pengalamannya sendiri dan dibantu oleh panca indra.
Belajar bukan hanya sekedar tahu membaca ataupun menulis, namun
belajar berarti dapat memahami apa yang kita pelajari dan diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Belajar berarti kita mengenal kondisi
disekitar kita. Informasi kecil yang kita dapat merupakan hal kecil dalam
memahami arti belajar. Sedangkan pembelajaran sendiri merupakan suatu
rancangan atau rencana program belajar yang disusun oleh pendidik
sebelum terjadinya proses belajar mengajar kepada peserta didiknya.
Belajar dan pembelajaran mempunyai hubungan yang sangat erat
dan keduanya tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Belajar
merupakan proses yang dilakukan manusia untuk mendapat aneka ragam
kemampuan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan pembelajaran
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memfasilitasi dan mendukung
guna menngkatkan intensitas dan kualitas belajar. Dengan kata lain, proses
pembelajaran bertujuan untuk mengoptimalkan potensi pada siswa. Dan
belajar adalah proses yang dilakukan untuk mengoptimalkan potensi
tersebut.
B. Saran
Belajar harus dipahami bukan hanya sekedar dibaca atau ditulis.
Belajar bukan hanya tuntunan tapi tuntutan. Belajar juga bukan hanya
kebutuhan tapi kewajiban.
Sehubungan dengan hasil penulisan makalah ini, tim penulis
menyarankan kepada pembaca agar membaca makalah dengan judul yang
sama untuk pengkajian lebih lanjut.

25
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Baharuddin, Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-
ruzz Media
Dimyati dan Mudjiono. 2015. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Fakhrurrazi. 2018. Hakikat Pembelajaran yang Efektif. Jurnal At-Tafkir
Gintings, Abdorrakhman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora
Suryosubroto. 2009: Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Thobroni, Muhammad dan Mustafa, Arif. 2011. Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media

26

Anda mungkin juga menyukai