Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MAKALAH

KOMUNIKASI KESEHATAN
TEORI PERUBAHAN SIKAP

KELOMPOK 21

STIKes HANG TUAH PEKANBARU


2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang mana atas berkat, dan
karunia-Nya penulis dapat menyusun laporan makalah. Makalah ini dapat selesai dengan lancar
dan semoga bisa berguna bagi pembaca.

Makalah ini disusun dengan semaksimal mungkin, dan juga berusaha untuk dapat membuat
makalah ini menjadi sumber bacaan yang baik bagi para pembaca. Dan saya juga mengucapkan
terima kasih kepada : Dosen mata kuliah komunikasi kesehatan dan Orang tua senantiasa
mendukung terselesaikannya makalah ini serta beberapa sumber berupa buku buku.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kedepannya dapat memperbaiki makalah ini.

Pekanbaru, 4 Mei 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
1. Latar Belakang.................................................................................................................................3

2. Tujuan..............................................................................................................................................3

3. Manfaat...........................................................................................................................................3

BAB 2...........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
1. Teori Hierarki Belajar.......................................................................................................................5

2. Elaboration Likehood Model............................................................................................................6

3. Reinforcement Theory.....................................................................................................................7

4. Information Manipulation Theory...................................................................................................9

5. Communication Competency..........................................................................................................9

6. Health Belief Model.......................................................................................................................10

7. Teori Peluru (Bullet Theory)...........................................................................................................10

8. Social Learning Theory...................................................................................................................11

9. Social Expetations Theory..............................................................................................................12

10. Theory Of Selective Influence........................................................................................................14

11. Media dependency theory.............................................................................................................16

12. Agenda Setting...............................................................................................................................17

BAB 3.........................................................................................................................................................18
PENUTUP...................................................................................................................................................18
1. Kesimpulan....................................................................................................................................19

Daftar Pustaka...........................................................................................................................................19
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang unik karena memilki perbedaan dengan individu lainnya. Sikap
(attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap
baik sebagai individu maupun kelompok. Sikap timbul karena adanya stimulus, terbentuknya
suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan . Sikap
seseorang tidak selamanya tetap, ia dapat berkembang ketika mendapatkan pengaruh baik dari
dalam maupun dari luar yang bersikap positif dan mengesankan.

Banyak sosiolog dan psikolog memberi batasan bahwa sikap merupakan kecenderungan
individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan
sosial. Didalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma atau group.
Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain. Sikap
tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia terhadap suatu objek. Oleh karena itu, disini akan
membahas lebih spesifik lagi mengenai sikap.

2. Tujuan
Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah.Untuk
mempelajari lebih mendalam lagi mengenai pembahasan tentang teori perubahan sikap

3. Manfaat
o Bagi peneliti akan lebih memperdalam pengetahuan dan pemahaman tentang sikap
o Bagi mahasiswa dapat lebih meningkatkan sikap posiif. Dengan meningkatkan sikap positif,
mahasiswa dapat membawa perubahan di masyarakat nantinya.
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Teori Hierarki Belajar


Robert M. Gagne merupakan salah seorang penganut aliran psikologi tingkah laku. Gagne
memiliki pandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang kegiatannya
mengikuti suatu hirarki kemampuan yang dapat diobservasi atau diukur. Teori ini ditemukan
oleh Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor yang kompleks pada proses
belajar manusia. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan
kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal
yang lebih sulit atau lebih kompleks.
Teori hirarki belajar ditemukan oleh Robert M. Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang
faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya dimaksudkan untuk
menemukan teori pembelajaran yang efektif. Dimulai dengan menempatkan kemampuan,
pengetahuan, ataupun keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran
dipuncak hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan, keterampilan atau pengetahuan prasyarat
yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari keterampilan atau
pengetahuan diatasnya.
Robert M Gagne membedakan 8 type belajar yakni :
1. Signal learning (belajar isyarat)
2. Stimulus-response learning (belajar stimulus-respons)
3. Chaining ( rantai atau rangkaian)
4. Verbal Association (asosiasi verbal)
5. Discrimination learning (belajar diskriminasi)
6. Concept learning (belajar konsep)
7. Rule learning (belajar aturan)
8. Problem solving (memecahkan masalah)
Untuk mempelajari sesuatu, untuk dapat memecahkan suatu masalah, seseorang harus mampu
menguasai kemampuan-kemampuan atau aturan-aturan yang lebih sederhana yang merupakan
prasyarat guna pemecahannya. Setiap aturan pada tingkat yang lebih tinggi memerlukan
penguasaan aturan pada tingkat yang lebih rendah. Bila ada sesuatu yang tidak dikuasai dalam
hierarki atau jenjang itu, maka pelajar akan menghadapi kesulitan. Perencanaan Hierarki dalam
Mengajar yaitu Adanya jenjang dalam mempelajari sesuatu mengharuskan guru untuk
merencanakan langkah-langkah yang menuju ke arah penguasaan bahan pelajaran. Jadi kita
dapat menganalisis prasyarat untuk memahami bahan pelajaran yang akan kita berikan, dengan
menganalisis prasyarat-prasyarat atau langkah-langkah secara berangsur surut, sampai aturan
atau konsep yang paling sederhana. Dengan demikian kita akan memperoleh semacam “peta”
tentang hal-hal yang diperlukan. Dengan adanya analisis langkah-langkah itu kita ketahui secara
sistematis jalan mana yang harus ditempuh oleh murid agar memahami bahan pelajaran itu.

2. Elaboration Likehood Model


Elaboration Likelihood Model (ELM) merupakan teori umum perubahan sikap yang dipercaya
memberikan kerangka yang cukup umum untuk mengatur, mengkategorikan, dan memahami
proses dasar yang mendasari efektivitas komunikasi persuasif. ELM berusaha untuk
mengintegrasikan banyak temuan penelitian yang tampaknya saling bertentangan dan orientasi
teoritis di bawah satu payung konseptual (Petty dan Cacioppo, 1986). Menurut ELM proses
persuasi dimulai ketika konsumen menerima komunikasi (Mowen dan Minor, 2002:359). ELM
adalah teori komprehensif pembentukan dan perubahan sikap (dan penilaian sosial lainnya) yang
menentukan proses di mana berbagai sumber, pesan, penerima, dan faktor-faktor konteks
diketahui dapat mempengaruhi sikap (Petty dan Briñol, 2014). ELM mengilustrasikan tahapan
pengambilan keputusan menuju pada perubahan kepercayaan, sikap, dan perilaku. ELM
menyatakan bahwa terdapat banyak proses spesifik perubahan sikap yang bergerak di sepanjang
kontinum elaborasi (Petty dan Briñol, 2014). Terdapat dua rute yang relatif berbeda untuk
persuasi, yaitu:

1) Central route: yang mungkin dihasilkan dari pertimbangan hati-hati dan bijaksana seseorang
tentang manfaat sebenarnya dari informasi yang disajikan dalam mendukung advokasi (misalnya
kualitas argumen. Apabila perubahan sikap dan kepercayaan konsumen terjadi melalui rute
sentral, maka konsumen akan menjadi lebih hati-hati terhadap pesan yang diterimanya. Jika
mereka dapat memroses informasi, maka mereka akan membangkitkan sejumlah tanggapan
kognitif terhadap komunikasi. Jika kepercayaan berubah, maka selanjutnya mereka akan
mengalami perubahan sikap. Apabila perubahan kepercayaan dan sikap terjadi melalui rute
sentral persuasi, konsumen dikatakan menerapkan isyarat sentral ketika sedang mengevaluasi
pesan. Isyarat sentral (central cues) adalah ide-ide dan data pendukung yang secara langsung
menunjang mutu argumentasi yang dikembangkan dalam pesan. Perubahan sikap yang terjadi
melalui rute ini bersifat jangka panjang

2) Peripheral route: yang lebih mungkin terjadi sebagai akibat dari beberapa isyarat sederhana
dalam konteks persuasi (misalnya, sumber yang menarik) yang menginduksi perubahan tanpa
memerlukan pengawasan dari manfaat sebenarnya dari informasi yang disajikan 17. Ketika
konsumen terlibat dalam pemrosesan informasi dengan keterlibatan rendah, mereka bergerak
melalui rute periferal. Pada keadaan seperti ini tanggapan kognitif kurang mungkin terjadi karena
orang-orang tidak memperhatikan dengan seksama masalah pro dan kontra terhadap isu-isu itu.
Selain itu mereka menggunakan isyarat periferal untuk menentukan apakah akan menerima atau
menolak pesan. Isyarat persuasi periferal (peripheral persuasion cues) mencakup faktor-faktor
seperti daya tarik dan keahlian sumber pesan, jumlah argumen yang ditampilkan, dan rangsangan
positif atau negatif yang membentuk konteks di mana pesan disajikan (misalnya musik yang
menyenangkan). Perubahan sikap yang terjadi melalui rute ini bersifat jangka pendek

3. Reinforcement Theory
Reinforcement Theory merupakan suatu pendekatan psikologi yang sangat penting bagi
manusia.Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang itu dapat menentukan, memilih dan
mengambil keputusan dalam dinamika kehidupan. Teori ini bisa digunakan pada berbagai
macam situasi yang seringkali dihadapi manusia. Reinforcement Theory ini mengatakan bahwa
tingkah laku manusia itu adalah hasil kompilasi dari pengalaman-pengalaman yang ia temui
sebelumnya, atau dalam bahasa lainnya disebut “Consequences influence behavior”.

Contoh yang paling mudah yang bisa saya gambarkan disini adalah bagaimana sikap yang
diambil oleh seorang siswa di dalam kelas. Asumsikan bahwa sang guru sudah menjelaskan
seperangkap aturan yang harus ditaati oleh siswa di dalam kelas. Suatu ketika, seorang siswa
berteriak di dalam kelas. Maka sang guru langsung memberikan hukuman kepada siswa tersebut.
Dari hukuman itu, siswa tadi akan merubah sikapnya untuk tidak berteriak lagi. Juga demikian,
kepada siswa yang tekun mengikuti pelajaran di dalam kelas, maka sang guru memberikan
kepada mereka semacam hadiah atau penghargaan. Jika sistem ini berjalan dalam jangka waktu
tertentu, maka keadaan siswa tadi pasti akan konvergen untuk mengambil sikap yang baik di
dalam kelas. Dalam Reinforcement Theory, terdapat 3 konsekuensi yang berbeda, yaitu:

 Konsekuensi yang memberikan reward.


 Konsekuensi yang memberikan punishment.
 Konsekuensi yang tidak memberikan apa –apa

Seorang siswa yang bersikap baik di dalam kelas, ia akan mendapatkan reward. Dengan reward
itu, ia akan bersikap lebih baik lagi. Jika ia bersikap lebih baik lagi, ia akan mendapatkan reward
lagi. Demikian seterusnya yang terjadi sehingga ia pasti akan semakin konvergen dalam bersikap
baik di dalam kelas. Sebaliknya, jika ia bersikap buruk, maka ia akan menerima punishment.
Dengan punishment itu, ia akan merubah sikapnya. Jika punishment itu tidak cukup untuk
membuatnya berubah, maka ia akan mendapatkan punishment lagi, sehingga dalam batasan
tertentu, ia pasti akan berubah sikap yang hasilnya adalah ia akan mendapatkan reward.
Demikian seterusnya, sehingga pada suatu saat nanti, ia akan konvergen bersikap baik di dalam
kelas. Ini adalah teori yang luar biasa dalam menjelaskan dynamic system pada real system.
Akan tetapi, sangat sulit sekali untuk memodelkan dan mentransformasikannya dalam bentuk
computational system. Seandainya saja siswa tersebut berteriak dan ia mendapatkan punishment,
maka bisa jadi punishment itu tidak berpengaruh pada dirinya. Atau sebaliknya, punishment itu
sangat berpengaruh pada dirinya, sehingga ia menjadi sangat malu, dan akhirnya bunuh diri!.
Juga demikian dengan bagaimana memodelkan bentuk konsekuensi yang tepat, baik dari segi
kategori konsekuensi maupun dari segi intensitas konsekuensi. Kesulitan yang lainnya adalah
bagaimana memodelkan sistem yang dinamik dalam aturan-aturan Reinforcement Theory.
Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa Reinforcement Theory itu bukan merupakan teori yang
sederhana, akan tetapi merupakan teori yang sangat kompleks Reinforcement adalah penguatan
suatu reaksi. Ada tiga macam reinforcement yaitu : (1) Positive Reinforcement, (2) Conditioned
Reinforcement (3) Intermittent Reinforcement.
Positive Reinforcement, adalah suatu peristiwa yang bila hadir mengikuti suatu perilaku
tertentu dapat menyebabkan perilaku tersebut akan diulangi. Conditioned Reinforcement,
unconditioned reinforcer, suatu stimulus yang menguatkan perilaku tertentu tanpa dikondisikan
lebih dahulu. conditioned reinforcer. stimulus yang awalnya bukan reinforcer, tapi kemudian
diasosiasikan dengan reinforcer lain (back up reinforcer). Intermittent Reinforcement adalah
pemeliharaan perilaku dengan memberikan reinforcer sewaktu – waktu daripada memberikannya
setiap saat perilaku muncul. Keuntungan intermittent reinforcemen adalah reinforcer tetap efektif
dalam waktu yang lebih lama daripada continuous reinforcement, perilaku yang diberi
intermittent reinforcement cenderung lebih lama hilang daripada yang diberi continuous
reinforcement, individu bekerja lebih konsisten, perilaku yang diberi intermittent reinforcement
berlangsung dengan cepat ketika dipindah ke reinforcer dalamlingkungan yang alami

4. Information Manipulation Theory


Teori ini diperkenalkan oleh Steve A. McCormack, mengatakan bahwa suatu pesan itu akan
diterima oleh audiens manakala komunikator dengan metode dan teknik tertentu menambah
jumlah informasi (quantity), meningkatkan kualitaas informasi (quality) dan terakhir
komunikator meningkatkan relasi (relations) dengan audiens. Makin banyak jumlah informasi
yang dibagi, maka makin baik kualitasnya, dan makin kuat relasi antara komunikator dan
komnikan, maka komunikan ini makin mudah menerima pesan tersebut.

5. Communication Competency
Teori ini diperkenalkan oleh Spitzberg dan Cupac. Kata teori ini kompetensi komunikasi
bahwa komunikasi ini akan efektif artinya komunikasi mengubah sikapnya kalai komunikator
mempunyai kompetensi misalnya : (1) mempunyai pengetahuan tentang apa yang
diinformasikan; (2) keterampilan berkomunikasi; (3) motivasi komunikasi yang dikemukakan
oleh komunikator. Jika pengetahuan komunikator atas topik itu makin lengkap, komunikator ini
makin terampil berkomunikasi, dan menjelaskan motivasi komunikasi, maka akan menubah
sikap komunikan.
6. Health Belief Model
The health belief model diperkenalkan pada tahun 1950-an untuk menerangkan tanggapan
audiens terhadap program pemberantasan penyakit TBC; dalam tanggapan ini dianalisis pula
konsep audiensi tentang keyakinan mereka atas slogan bahwa jika tubuh Anda sehat maka tubuh
yang sehat itu akan berpengaruh terhadap perilaku sehari-hari. Beberapa konsep atau lebih tepat
orientasi budaya audiensi terhadap kcsehatan yang ditanyakan misalnya hagaimana individu
mengatur pcriIaku hidup schat. bagaimana individu berhadapan dengan ancaman penyakit TBC.
bagaimana berhubungan dengan orang yang berpenyakit TBC. bagaimana mencegah penyakit
TBC dan bagaimana mengobati penyakit TBC. Indikasi peruhahan sikap individu terlihat dalam
hipotesis bahwa, makin tinggi keyakìnan individu atas bahaya penyakit TBC, maka dia akan
makin berusaha untuk mencegah penyakit itu.

7. Teori Peluru (Bullet Theory)


Teori peluru atau bullet theory. Kadang-kadang teori itu disebut hipodemic needle model atau
Schramm menyebutnya dengan silver bullet model (1982). Kata teori ini -> media massa
memiliki kekuatan yang tuar biasa. dia dapat menyuntik pesan-pesannya kepada massa. Pesan-
pesan ini ibarat peluru tajam yang dapat ditembak ke arah audiensi yang sudah ditargetkan
sebelumnya. Berdasarkan prinsip ini maka para perancang pesan membuat pesan apa saja yang
setiap saat ditembaki ke arah sasaran.
Prinsip teori tersebut sampai sekarang digunakan oleh para perancang iklan waktu membuat
pesan-pesan ikian di media. Media tidak mau tahu akan audiensnya, yang penung pesan ini
sampai media tidak berurusan dengan apakah pesan ini efektif atau tidak efektif sampai ke
audiens. Asumsi dasar teori ini adalah, semua orang dalam audiens itu mempunyai status dan
selera yang sama sehingga komunikator dapat mengirimkan semua jenis informasi. Akibat
asumsi teoritis ini bahwa media tidak memperhatikan kemungkinan penolakan dari individu,
kelompok atau kategori social tertentu, bahkan media tidak memperhitungkan relasi-relasi social
dalam masyarakat.
8. Social Learning Theory
Teori yang diperkenalkan oleh Albert Bandura ini menekankan tiga hal :
1. Observational learning bahwa, setiap orang mempunyai kemampuan untuk meniru
perilaku yang dia lihat. Mengapa? Karena setiap orang mempunyai kemempuan untuk
“belajar mengamati”.
2. Self-evaluation hasil pengamatan terhadap perilaku tersebut tidak selalu membentuk
perilaku individu akan terus memantau dan mengevaluasi perilakunya sendiri—ketika dia
berhadapan dengan situasi dan kondisi kehidupan—yang dia kaitkan dengan standar-
standar perilaku yang ditiru tersebut.
3. Control and shaping bahwa, semua perilaku yang dipelajari individu selalu berada
dibawah kontrol, yakni kontrol ataupun kontrol eksternal yang berkaitan dengan perilaku
yang dia sedang pelajari tersebut.
Menurut Bandura, tingkah laku manusia yang ditampilkan setiap hari merupakan gambaran
tingkah laku dari lingkungan di sekelilingnya. Sekurang-kurangnya ada enam cara bagi individu
untuk memilih cara belajar secara social tersebut, yaitu:
1. Trial and error (mengalami dan mencoba)
2. Perception of the object (mempersepsikan suatu objek)
3. Mengamati respon orang-orang lain terhadap objek
4. Modeling, menjadi perilaku orang lain sebagai model yang dipelajari/
5. Exhortation, memperlajari perilaku orang lain sebagai peringatan terhadap apa yang akan
dilakukan individu .
Berdasarkan beberapa asumsi tersebut, maka menurut Bandura, kekerasan di TV selalu dapat
diikuti dengan PERMODELAN, dan inilah efek media. Ada tiga postulat penting yang berkaitan
efek media khususnya TV:
1. Attention memperhatikan, waktu audiens melihat di TV dia akan memperhatikan ( bisa
dengan seksama atau sepintas lalu) sesuai kebutuhan dia. (I never thought of that before
[saya tidak pernah berfikir tentang tindakan itu sebelumnya])
2. Retention mengingat kembali, audiensi mengingat kembali apa yang dia lihat (I figured
out what I was doing was wrong [saya merancang apa yang saya lakukan itu salah])
3. Motivation motivasi, audiensakan terdorong untuk melakukan sesuatu yang sesuai
dengan apa yan dia lihat (why not to do it? It worked out fine for them [mengapa saya
tidak melakukan hal itu])
Dari tiga polustat tersebut lahirlah ‘dalil’ dari teori ini, bahwa “kekerasan yang ditayangkan
TV menggambarkan perbuatan palsu”, dalil ini menggambarkan tiga akibat penting dari
kekerasan dari siaran yang ditayangkan di TV:
1. Sederhana, karena siaran kekerasan itu ada didepan mata kita dan di samping kita
2. Spesifik, karena siaran tersebut menampilkan watak, karakter seseorang yang khas
sebagaimana yang ditampilkan oleh pemerannya, setiap orang dapat melihat ada tingkah
laku yang prososial maupun antisosial.
3. Kelaziman (prevalent), kalau siaran tersebut dinilai dengan indeks kekerasan dan Gebner
maka dapat dikatakan bahwa apa yang digambarkan TV selalu "sangat menyakitkan",
dan lebih dari 80 persen waktu tayang TV selalu terprogram untuk menggambarkan
perilaku kekerasan.
4. Bermanfaat useful, Bandura menampilkan protes yang serampangan terhadap dampak
siaran kekerasan televisi, bahkan dia mengatakan bahwa setiap agresi yang dilakukan
individu tak dapat "dipaksa” untuk dihubungkan dengan siaran televisi.
5. Tampilan perilaku yang “posilif” karena setiap perilaku yang ditampilkan di depan TV
selalu asli apalagi dengan dukungan kamera.

9. Social Expetations Theory


Para psikolog memandang bahwa perliaku manusia diawali oleh sebuah proses "di dalam”
yang keluar dalam bentuk tindakan tertentu yang dipilih individu. Para sosiolog (dan sebagian
antropolog melihat hal yang sama dengan perspektif yang berbeda). Inti perspektif ini bahwa
manusia tidak sekadar sebagai individu sebagaimana dilihat psikolog tetapi dia individu dalam
konteks sosial, dan individu dalam sebuah kebudayaan. Individu yang ada dalam sebuah
interaksi sosial, dalam jaringan sosial, dalam masyarakat yang kompleks. Sehingga dia selalu
merespons setiap stimulus dan luar, berarti pengaruh faktor sosial dan kultural sangat besar
terhadap perilaku individu. Berdasarkan logika ini, maka para sosiolog akan melihat interaksi
antarpersonal lebih dari sekadar interaksi yang terbentuk oleh struktur kognitif individual yang
ada di dalam diri individu semata-mata.
Analisis sosiologi terhadap perilaku manusia dimulai dengan asumsi memahami sifat-sifat
kelompok manusia. Postulat yang fundamental dalam eksplanasi sosiologi mengatakan bahwa ke
rap kali dan malah kebanyakan penilaku interaksi antarmanusia memberikan arah bagi tata
aturan tindakan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari,
setiap orang yang akan memilih satu atau lebih tindakan, pertama dan terutama
mempertimbangkan harapan orang lain terhadap tindakannya (baca: kalau saya bertindak begini
bagaimana harapan orang terhadap tindakan saya ini?). Jadi: apa yang orang lain akan pikirkan
(what other people will think) selalu dapat dihubungkan dengan harapan orang lain terhadap
tindakan kita, mungkin keuntungan tetapi juga kerugian yang dia peroleh. atau manfaat,
hukuman, pengakuan, atau persetujuan terhadap tindakan individual. Kata Charles Horton
Cooley: the imagination which people have of another the solid facts of society.
Selanjutnya, Cooley mengatakan bahwa fakta menunjukkan, seseorang yang berada di dalam
suatu kelompok selalu berusaha mempertukarkan "apa” kepada orang lain secara mutual,
misalnya berusaha dipahami atau memahami, atau mengusahakan agar perilakunya dapat
diterima, diramalkan, bahkan diharapkan oleh semua anggota kelompok. Pola-pola perilaku ini
terusbertumbuh dan menjadi sebuah aturan bagi stabilitas hubungan interaksi antara pribadi
dalam sebuah konektivitas “organisasi sosial”. Perilaku kolektif ini merupakan payung bagi
perilaku kelompok; mulai dari organisasi sosial yang sederhana sampai organisasi sosial yang
paling kompleks sekalipun, mulai dari hubungan antarpersonal dalam kelompok kecil sampai
dengan kelompok luas atau massa.
Dari organisasi itu, maka muncu norma peran, pemeringkatan dan sanksi yang di terima secara
kolektif yang membuat kita dapat meramalkan aktivitas antarpribadi. Media juga menampilkan
sebuah potret dan potret itu menjadi sumber harapan sosial Bayangkan bahwa dengan membaca
sebuah buku. menonton televisi atau film, maka kita seolah-olah dilarang keluar dari rumah
karena media menyatakan bahwa di dunia luar ada kejahatan, ada “geng", ada rumah makan atau
restoran, hotel, polisi, orang kaya, dan musik rock. Media menjadi sumber inspirasi dan angan-
angan bagi setiap orang sehingga memberikan atau membangkitkan harapan orang untuk
menjadi seorang profesor, gubernur, bupati, orang kaya, atau sebaliknya media mendorong orang
utnuk menolak menjadi penjahat, orang kaya yang tidak aman, dan pejabat yang terus dimaki -
maki.

10. Theory Of Selective Influence


Jika kita membaca secara mendalam Isi teori selective influence, maka terlihat bahwa teori ini
merupakan perubahan dratis dan teori peluru (bullet theory). Kalau teori peluru mengemukakan
bahwa audiensi merupakan tembok mati yang siap ditembaki atau dijejali pesan. maka teori
selective influence (selective attention, selective perception, dan selective recall) ini lebih
menekankan pada kebebasan individual untuk memilih sendiri pesan yang paling dia sukai.
Teori ini meyakini bahwa setiap individu mempunyai perbedaan satu sama lain. Contoh,
perbedaan dalam kapasitas bawaan, kecenderungan, dan pola-pola perilaku yang kalau dalam
jangka panjang terjadi menurut proses evolusi (pelan namun mantap). Perlu diingat bahwa
evolusi manusia pun dipelajari oleh banyak bidang ilmu. seperti biologi mempelajari
perkembangan fisik, segi kejiwaan searang dipelajari oleh psikologi, jadi faktor keberadaan
individu ditentukan oleh pengalaman pribadinya dengan lingkungan di mana dia dibesarkan
secara fisik, psikologis, kultural, dan sosial. Ada tiga bentuk selective influence yang perlu
diketahui yakni: (1) the individual differences theory; (2) the social differences theory dan (3) the
social relationship theory.

 the individual differences theory


Sumber perbedaan individu terletak pada learning dan inheritance (pembelajaran dan bawaan)-
setiap individu dibesarkan oleh Iingkungan fisik (alam sekitar). juga lingkungan sosial budaya
yang mengelilinginya. Dua aspek tersebut mempengaruhi kebiasaan hidup, persepsi, sikap
(kognitif, afekiif, dan psikomotorik) dan keterampilan. Faktor-faktor ini berpengaruh terhadap
disposisi pribadi (dari dalam karena faktor bawaan) lalu membuatnya belajar dan lingkungan
pergaulan. Hasil dari pengaruh tersebut dapat terlihat dalam cara-cara seseorang berinteraksi,
Relasi,termasuk cara mcncnma dan mengakses informasi.
Pengembangan teori pembelajaran kemudian mendapat tanggapan dari Hermann Ebingghaus.
Kata Ebingghaus, setiap individu selalu menampilkan suatu efek dan perilaku yang dia peroleh
dari apa yang dia pelajari dan apa yang dia coba (learning and trying). Banyak tampilan perilaku
dan tindakan individu merupakan hasil dan apa yang dia pelajari berulang-ulang, yang dia
pelajari secara teratur dan akuran dan waktu ke waktu. Edward L Thorndike kemudian
menyebutkan bahwa perilaku dan tindakan manusia yang trial and error dan waktu ke waktu itu
dimungkinkan karena individu selalu mendapat ganjaran, peneguhan, dan hukuman (reward.
reinforcement, and punishment). Sementara itu. B.F. Skinner menyebutkan bahwa perilaku
individu itu mengikuti law of effect atau hukum dampak. di mana tindakan seorang merupakan
respons dia terhadap sesuatu yang datang dan luar, lalu individu mengikuti kondisi yang telah
siap, akibatnya dalam periode tertentu perilaku-perilaku tersebut akhirnya diteguhkan. Prinsip
teori ini juga mengakui kalau proses pembelajaran itu berkaitan dcngan motivasi. Orang tidak
mungkin mempelajari sesuatu dcngan saksama jika dia tidak memiliki motivasi. Motivasi
merupakan dorongan atau gerakan dan dalam diri seseorang untuk mencapai, mengejar, berusaha
sekuat mungkin untuk mendapatkan sesuatu yang ditampilkan dengan daya tarik tertentu (lihat
kebutuhan Maslow, FIRO). Di samping itu, kata teori ini bahwa proses pertama dan
pembelajaran yang dilakukan oleh setiap individu dimulai dan instinct individu yang kemudian
Iahirlah dorongan untuk menentukan sikap tententu.
Kesimpulan yang dapat ditarik dan prinsip teori ini bahwa. meskipun setiap individu berbeda
dalam banyak hal, misalnya kebiasaan, perilaku dan tindakan, kebutuhan dan dorongan, namun
individu-individu yang sama akan membentuk satu kategori berdasarkan kesamaan karakteristik
yang mereka miliki. Faktor-faktor inilah yang menjadi inspirasi bagi segmentasi audiens oleh
para pemilik dan perancang pesan media massa.

 the social differences theory


Teori individual difference berbicara tentang perbedaan individual antarmanusia, Kita ingat
bahwa kalau masyarakat itu makin heterogen. maka terjadilah diferensiasi. Heterogenitas itu
dimungkinkan oleh adanya urbanisasi, modernisasi, pembagian kerja, mobilitas sosial vertical
(kadang-kadang orang menyebutkannya sebagai kategori sosial). Mengapa kita sebut kategori
karena setiap orang yang menjadi anggota dari satu kategori mempunyai karakteristik yang sama
(berdasarkan alasan mengapa mereka bersama). Beberapa contoh kategori antara lain: kelompok
umur, kelas sosial, agama, identitas etnik, desa, kota, dan stratifikasi sosial.
Kadang-kadang terlihat pula bahwa mereka yang berada pada kategori yang sama akan
membentuk pula subkultur, yaitu kebudayaan khusus yang dimiliki dan berlaku para anggota
(misalnya para dokter, kaum homoseksual, dosen, dan guru) merupakan komunitas dengan
subkultur sendiri. Prinsip ini dapat terlihat dalam definisi komunikasi yang disajikan oleh
Laswell. yakni: Who says what in what channel to whom with what effects. Dari segi audiens,
maka mereka yang berada dalam satu kategori sosial yang sama diasumsikan mempunyai minat
yang sama terhadap isi media, dan oleh karena itu akan menggunakan media untuk keperluan
yang relatif sama (uses and gratifications).

 the social relationship theory


Penting untuk diketahui bahwa meskipun setiap individu yang berbeda-beda, atau setiap
kelompok yang mengalamì diferensial, namun setiap individu ataupun kelompok letap menjalin
relasi sosial dalam kehidupan bersama. Relasi sosial ini dapat berisi anggoa-anggota individu
atau kelompok yang tidak sama. Prinsip perkawanan/sahabat dekat melalui relasi sosial ini akan
mengakibatkan bertumbuhnya minat yang sama terhadap isi media. Contoh yang baik untuk
menjelaskan prinsip selective relationship theory dapat terlihat dalam Two Step Flow of
Communication and Influence dan Adopsi Inovasi.

11.Media dependency theory


Teori ini dikembangkan oleh Ball, Rokeach, dan DeFleur. Kata kunci untuk teori ini yaitu
audiens sangat bergantung pada informasi dan media, oleh karena itu manfaat dan informasi
adalah mempertemukan audiens dengan kebutuhan. dan mengarahkan seseorang untuk memilih
cara untuk mencapai tujuan yang dia cita-citakan. Oleh karena kita katakan bahwa media juga
sebagai institusi sosial yang berinteraksi dengan audiens untuk memenuhi kebutuhan, minat, dan
motif personal. Jabaran de teori ini sebagai berikut:
 Media berfungsi untuk memainkan sebagian peranannya sebagai;
 Penghibur;
 Pemantau aktivitas pemerintah;
 Pendidik yang bertujuan untuk meningkatkan kohesi sosial
 bahwa suatu stabilitas sosial itu akan terasa ketika dalam masyarakat terjadi perubahan
sosial misalnya meningkatkan konflik sosial. Akibatnya antara lain Iahirlah institusi
kepercayaan, Kesetiakawanan, dan bahkan tindakan praktis untuk menghadapinya.

12.Agenda Setting
Pikiran Teori Agenda Setting di pelopori oleh Walter Lipmann pada tahun 1922. Lippmann
mengusulkan bahwa : “masyarakat menerima fakta bukan sebagaimana adanya, akan tetapi apa
yang mereka anggap sebagai fakta; kenyataan fatamorgana atau lingkungan palsu”. Teori agenda
setting ini bermula dari hipotesa yang tidak memuaskan dengan dominan teoretis paradigma
komuniksi massa selama 1950 dan 1960 model yang digunakan sangat terbatas Titik mulai studi
adalah hipotesa mereka "bahwa media massa menentukan agenda untuk masing-masing
kampanye politik, mempengaruhi sikap dari publik terhadap persoalan politik".
Fungsi penentuan agenda merupakan suatu proses linear yang terdiri dari tiga bagian : Agenda
Media, (Prioritas masalah-masalah yang harus dibahas dalam media harus ditentukan) Agenda
Publik, (Agenda media tadi dalam beberapa hal mempengaruhi atau berinteraksi dengan apa
yang ada dalam pikiran publik) Agenda Kebijaksanaan, (Agenda publik mempengaruhi atau
berinteraksi dalam batas-batas tertentu dengan apa yang dianggap penting oleh para pembuat
kebijaksanaan). Kelebihan teori Publik dapat mengetahui informasi atau isu-isu yang sedang
hangat atau penting. Informasi itu dapat dilihat atau di dengar dari media. Media pun mulai
menggunakan teori agenda setting ini untuk penentuan agendanya. Media juga dapat membantu
menciptakan citra tertentu untuk seorang calon dengan membuat sebagian karakteristik pribadi
tampak lebih penting dan dengan mengabaikan karakteristik yang lain. Contoh, Agenda Media.
Kasus Prita bermula dari ekspos media mengenai penahanan yang dialaminya akibat curhatannya
di media virtual, facebook. Agenda Publik. Begitu kasus Prita terekspos di media dan diketahui
khalayak luas, publik pun bereaksi. Muncullah pro dan kontra. Tak terkecuali para calon
presiden yang sedang berkampanye pun menjadikan derita Prita ini sebagai tunggangan politik.
Agenda Kebijaksanaan/Eksekutif. Mau tidak mau, tekanan publik dari berbagai kalangan baik
dari masyarakat maupun para key person yang begitu besar akhirnya mempengaruhi para agenda
eksekutif. Framing yang dilakukan media membuat suatu berita terus menerus ditayangkan di
media sehingga muncul agenda publik.
BAB 3

PENUTUP

1. Kesimpulan
Masalah sikap merupakan masalah yang penting dalam menjalin hubungan dengan orang lain,
khususnya dalam menjalin hubungan dengan klien. Penelitian dan pengukuran mengenai sikap
pada umumnya akan membantu dasar-dasar teori dari pengertian tentang tingkah laku ataupun
perbuatan seseorang atau kelompok. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Berdasarkan beberapa teori di atas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa prilaku adalah segala tindakan atau reaksi manusia yang
disebabkan oleh dorongan organisme kongkret yang terlihat dari kebiasaan, motif, nilai-nilai,
kekuatan pendorongdan kekuatan penahan sebagai reaksi atau respon seseorang yang muncul
karena adanya pengalaman proses pembelajaran dan rangsangan dari lingkungannya.
Daftar Pustaka

Liliweri, Alo.2011 Komunikasi: Serba ada serba makna. Jakarta, Kencana


https://www.scribd.com/document/405845662/Makalah-Sosial-Perubahan-Sikap

Anda mungkin juga menyukai