Anda di halaman 1dari 31

BAB III

LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG

3.1 DESKRIPSI FOKUS PENGAMATAN

Setiap instansi membutuhkan karyawan yang memiliki kualitas tinggi

dalam melaksanakan tugas pada suatu instansi. Instansi membutuhkan staf-

staf yang mampu bekerja diberbagai aspek keuangan, pengolahan data dan

lain-lain agar apa yang diinginkan instansi tersebut bisa tercapai dengan

semestinya. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia lulusan Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas

Sriwijaya, setiap mahasiswa semester akhir baik jurusan Kesekretariatan

maupun Akuntansi yang telah memenuhi persyaratan akademik diwajibkan

untuk melakukan praktek kerja lapangan atau magang pada suatu perusahaan,

baik instansi pemerintahan maupun swasta yang berguna untuk memenuhi

persyaratan menyelesaikan studi di Program Diploma III Fakultas Ekonomi

Universitas Sriwijaya.

Salah satu hasil yang diperoleh dari praktek kerja lapangan atau magang

ini adalah memberikan pengalaman kerja bagi mahasiswa. Praktek kerja

lapangan atau magang ini membuat mahasiswa mempunyai kemampuan untuk

memasuki dunia kerja di era globalisasi yang penuh persaingan. Pada

penyusunan laporan ini penulis memfokuskan pengamatan tentang bagaimana

proses penagihan pajak melalui surat paksa dan surat teguran pada Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Palembang Ilir Barat. Adapun tujuan dari

25
26

penyusunan laporan ini untuk mengetahui bagaimana proses di terbitkannya

surat paksa oleh fiskus dan apa penyebab nya sehingga fiskus harus

melakukan penagihan pajak melalui surat paksa dan surat teguran tersebut.

3.1.1 Kegiatan Pelaksanaan Magang

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan/ magang di kantor wilayah

DJP Sumsel dan Babel mulai tanggal 01 februari 2018 sampai dengan 01

april 2018. Dimana waktu pelaksanaannya yaitu pada hari Senin sampai

dengan Jum’at pada pukul 07.30 WIB sampai dengan 16.00 WIB

Untuk memperjelas kegiatan pelaksanaan magang diatas, maka dapat

dilihat dari tabel 3.1 berikut ini:

N Hari/ Tanggal Keterangan Kegiatan

O
1 Senin, Perkenalan magang serta

. 06 Agustus 2018 pembagian tugas ke Bidang

Esktensifikasi,
2 Selasa, 07 Agustus 2018 Memeriksa Surat Teguran Dan

. Surat Panggilan
3 Rabu, 08 Agustus 2018 Melakukan Geo Tagging

4 Kamis, 09 Agustus 2018 Melakukan Geo Taging

.
5 Jum’at, 10 Agustus 2018 Melakukan Geo Taging

.
6 Senin, 13 Agustus 2018 Melayani WP yg ingin Membuat

. NPWP
7 Selasa, 14 Agustus 2018 Merekam Data WP yg ingin
27

. Membuat NPWP
8 Rabu, 15 Agustus 2018 Merekam Data WP Yg Ingin

. Membuat NPWP
9 Kamis, 16 Agustus 2018 Mencetak Kode Biling Bagi WP Yg

. Telah Mendaftar Pembuatan NPWP

1 Jum’at, 17 Agustus 2018 LIBUR

.
1 Senin, 20 Agustus 2018 Merekam Surat Teguran Dan

1 Panggilan WP Dan Badan

.
1 Selasa,21 Agustus 2018 Merekam Surat Teguran Dan

2 Panggilan WP Dan Badan

.
1 Rabu, 22 Agustus 2018 LIBUR

.
1 Kamis, 23 Agustus 2018 Melakukan Visit Ke lapangan

4 (Sekolah Al-Azhar Cairo,Gedung

. UIGM)
1 Jum’at, 24 Agustus 2018 Melayani WP Yg Ingin Membuat

5 NPWP

.
1 Senin, 27 Agustus 2018 Melayani WP Yg Ingin Membuat

6 NPWP

.
1 Selasa, 28 Agustus 2018 Mencetak Kode Biling Bagi WP Yg
28

7 Telah Mendaftar Pembuatan NPWP

.
1 Rabu, 29 Agustus 2018 Mencetak Kode Biling Bagi WP Yg

8 Telah Mendaftar Pembuatan NPWP

.
1 Kamis, 29 Agustus 2018 Melakukan Visit Ke

9 Lapangan(Tokoh Material

. Cemerlang Jaya)
2 Kamis, 01 Maret 2018 Menginput data pendapatan wajib

0 pajak

.
2 Jumat, 02 Maret 2018 Senam bersama dan menginput data

1 pendapatan wajib pajak dan

. membuat nota dinas


2 Senin, 05 Maret 2018 Rolling ke Bagian Umum, serta

2 memeriksa Lembar PKPNS,SKP da

n Capaian SKP
2 Selasa, 06 Maret 2018 memeriksa Lembar PKPNS,SKP da

3 n Capaian SKP
2 Rabu, 07 Maret 2018 Memeriksa Lembar PKPNS,SKP da

4 n Capaian SKP

memeriksa daftar rincian permintaa

n pembayaran
2 Kamis, 08 Maret 2018 Memeriksa daftar rincian permintaa

5 n pembayaran

memeriksa Lembar PKPNS,SKP da

n Capaian SKP
29

menginput data ND perjalanan

dinas mutasi pegawai mencatat

surat masuk Bagi


2 Jumat, 09 Maret 2018 Menginput data Nota Dinas

6
2 Senin, 12 Maret 2018 Menginput data Nota Dinas

7
2 Selasa, 13 Maret 2018 Mengirim surat ekspedisi pos

8
2 Rabu, 14 Maret 2018 Menjilid berkas

9
3 Kamis, 15 Maret 2018 Rolling ke bidang P2Humas,

0 menginput data peserta e-filling dan

mencatat surat masuk bidang

P2Humas
3 Jumat, 16 Maret 2018 Senam bersama dan kelas pajak,

1
3 Senin, 19 Maret 2018 Membuat jadwal kunjungan ke

2 Bangka Belitung
3 Selasa, 20 Maret 2018 Merapikan peralatan P2Humas

3
3 Rabu, 21 Maret 2018 Mencatat surat keluar bidang

4 P2Humas
3 Kamis, 22 Maret 2018 Mengantar surat ke bagian umum

5 dan mencatat surat ekspedisi.


3 Jumat, 23 Maret 2018 Senam Bersama , rolling ke Bidang

5 PEP
3 Senin, 26 Maret 2018 Menginput data kontraktor kontrak

6 kerja dan Kelas pajak


3 Selasa, 27 Maret 2018 Sarapan pagi bersama kepala
30

7 Kanwil DJP Sumsel dan Kep Babel


3 Rabu, 28 Maret 2018

8
3 Kamis, 29 Maret 2018 Kelas pajak dan makan siang

9 bersama bidang P2IP

3.2 LANDASAN TEORI TENTANG PAJAK

A. Definisi Pajak

Negara dalam menyelenggarakan pemerintahan mempunyai

kewajiban untuk menjaga kepentingan rakyatnya, baik dalam bidang

kesejahteraan, keamanan, pertahanan, maupun kecerdasan kehidupannya.

Hal ini sesuai dengan tujuan Negara yang dicantumkan di dalam

Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat yang berbunyi “melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan keadilan sosial.”

Negara memerlukan dana untuk mewujudkan tujuan tersebut, sehingga

diperlukan dana yang tentunya didapat dari rakyat itu sendiri melalui

pemungutan pajak.

Kemudian dalam Pasal 23A UUD 1945 hasil amandemen

disebutkan bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk

keperluan Negara diatur dengan undang-undang. Dengan kata lain, pajak

harus berlandaskan undang-undang, berarti pemungutan pajak tersebut

telah mendapat persetujuan dari rakyat melalui perwakilannya di DPR

yang biasa disebut “berdasarkan yuridis”. Asas ini telah memberikan


31

jaminan hukum yang tegas akan hak Negara dalam memungut pajak.

Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1, disebutkan bahwa

pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Definisi

mengenai “pajak” ini baru diatur dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007.

Dalam UU KUP sebelumnya, tidak pernah diterangkan secara lugas

mengenai pengertian “pajak” sebagai kontribusi wajib kepada Negara.

Selain itu definisi berikut tentang pajak yang dikemukan oleh

beberapa ahli, yaitu :

1. UU Perpajakan

Pajak merupakan iuran atau pungutan bersifat wajib bagi rakyat

kepada negara dengan berdasarkan peraturan undang-undang dan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung yang dipakai dalam pembiayaan

segala pengeluaran.

2. Prof. Dr. Djajaningrat

Pajak merupakan sebuah kewajiban dalam memberikan sebagian harta

kekayaan seseorang kepada negara karena suatu keadaan, kejadian,

perbuatan yang memberikan suatu kedudukan tertentu dimana iuran

tersebut bukanlah suatu hukuman, namun sebuah kewajiban dengan

berdasarkan berbagai peraturan yang ditetapkan pemerintah dan


32

bersifat memaksa. Mempunyai tujuan untuk memelihara kesejahteraan

masyarakat

3. Dr. Soeparman SoemahamidjayaPajak adalah iuran wajib bagi warga

atau masyarakat, baik itu dapat berupa uang ataupun barang yang

dipungut oleh penguasa dengan menurut berbagai norma hukum yang

berlaku untuk menutup biaya produksi barang dan juga jasa guna

meraih kesejahteraan masyarakat.

B. Ciri Pajak

Ada lima unsur yang melekat dalam pengertian pajak tersebut, yaitu:

1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang.

2. Sifatnya dapat dipaksakan.

3. Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan

oleh pembayar pajak.

4. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik oleh pemerintah pusat

maupun daerah.

5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

pemerintah bagi kepentingan masyrakat umum.

Sifat pemungutan pajak yang dapat dipaksakan dapat dijelaskan

dimana uang yang dikumpulkan dari pajak akan dikembalikan kepada

rakyat dalam bentuk pembangunan serta pelayanan yang diberikan oleh

pemerintah. Supaya ada kepastian dalam peroses pengumpulannya dan

berjalannya pembangunan secara berkesinambungan, maka sifat

pemaksaannya harus ada dan rakyat itu sendiri telah menyetujuinya dalam
33

bentuk undang-undang. Unsur pemaksaan disini berarti apabila Wajib

Pajak tidak mau membayar pajak, pemerintah dapat melakukan upaya

paksa dengan mengeluarkan suatu Surat Paksa agar Wajib Pajak mau

melunasi utang pajaknya.

C. Fungsi Pajak

Dalam dunia perpajakan, sering disebutkan bahwa fungsi pajak ada dua

yaitu fungsi budgeter dan regulerend. Fungsi budgeter adalah fungsi yang

letaknya di sektor publik, yaitu fungsi untuk mengumpulkan uang pajak

sebanyak-banyaknya sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku, yang

pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

Negara.

Fungsi regulerend adalah suatu fungsi bahwa pajak-pajak tersebut akan

digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang

letaknya di luar bidang keuangan. Dalam hal ini, pajak berfungsi sebagai alat

pengatur keadaan sosial dan ekonomi. Salah satu contohnya yaitu adanya

pengenaan pajak dengan tarif yang tinggi untuk PPnBM (Pajak Penjualan atas

Barang Mewah).

3.3 LANDASAN UMUM YANG BERKAITAN DENGAN JUDUL

LAPORAN

3.3.1 PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DAN SURAT

TEGURAN
34

A. Dasar Hukum

Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah sebagai berikut :

1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.04/2000 tanggal 26

Desember 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Surat Paksa dan Penyitaan

di Luar Wilayah Kerja Pejabat yang Menerbitkan Surat Paksa

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-561/KMK.04/2000 tanggal

26 Desember 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika

dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa

3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-645/PJ./2001 tanggal 4

Oktober 2001 tentang Bentuk, Jenis, Kartu, Formulir, Surat, dan Buku

yang Digunakan dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

s.t.d.d KEP-474/PJ/2002

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2010 tentang penerbitan

surat teguran

Beberapa pokok perubahan yang menjadi perhatian dalam pembaharuan Undang-

Undang Penagihan Pajak ini adalah sebagai berikut :

1. Mempertegas proses pelaksanaan penagihan pajak dengan menambahkan

ketentuan penerbitan surat teguran, surat peringatan dan surat lain yang

sejenis sebelum surat paksa dilaksanakan.

2. Mempertegas jangka waktu pelaksanaan penagihan aktif.

3. mempertegas pengertian penanggung pajak yang meliputi juga komisaris,

pemegang saham pemilik modal.


35

4. Menaikkan nilai peralatan usaha yang dikecualikan dari penyitaan dalam

rangka menjaga kelangsungan usaha penanggung pajak.

5. Menambah jenis barang yang penjualannya dikecualikan dari lelang.

6. Mempertegas besarnya biaya penagihan pajak, yang didasarkan presentase

tertentu dari hasil penjualan.

7. Mempertegas bahwa pengajuan keberatan atau permohonan banding oleh

wajib pajak tidak menunda pembayaran dan pelaksanaan penagihan pajak.

8. Memberi kemudahan pelaksanaan lelang dengan cara memberi batasan

nilai barang yang diumumkan melalui media masa dalam rangka efisiensi.

9. Memperjelas hak penanggung pajak untuk memperoleh ganti rugi dan

pemulihan nama baik dalam hal gugatannya dikabulkan.

10. Mempertegas pemberian sanksi pidana kepada pihak yang sengaja

mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pelaksanaan

penagihan pajak.

B. Pengertian

Kegiatan penagihan pajak dilakukan oleh bagian penagihan (seksi

penagihan) di Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. Penagihan

pajak adalah tindakan penagihan yang dilaksanakan oleh fiskus atau juru sita

pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu jatuh tempo pembayaran yang

meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak dan tahun

pajak.

3.3.2 PROSES PENAGIHAN PAJAK MELALUI SURAT PAKSA DAN

SURAT TEGURAN
36

Ini merupakan cara penagihan yang terakhir dimana fiskus melalui juru

sita pajak Negara menyampaikan atau memberitahukan surat paksa, melakukan

penyitaan dan melakukan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara terhadap

barang milik Wajib Pajak. Penagihan dengan surat paksa ini dikenal dengan

penagihan yang “keras” dalam rangka melakukan Law- Enforcement di bidang

perpajakan. Namun langkah ini merupakan langkah terakhir yang dilakukan oleh

fiskus apabila tidak ada jalan lain yang dapat dilakukan. Dalam pelaksanaan

penagihan aktif tersebut dapat dilakukan dengan 4 tahap yaitu:

1. Surat Teguran

Surat Teguran atau dapat juga disebut Surat Peringatan atau surat lain

yang

sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau

memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya. Langkah ini

diambil sebagai peringatan agar penanggung pajak segera melunasi utang

pajaknya untuk menghindari dilakukannya tindakan penagihan. Penyampaian

surat teguran merupakan awal pelaksanaan tindakan penagihan oleh fiskus untuk

memperingatkan Wajib Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya sesuai dengan

keputusan penetapan (STP, SKPKB, SKPKBT) sampai dengan saat jatuh tempo.

Surat teguran adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau

memperingatkan Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya. Surat teguran

dikeluarkan apabila utang pajak yang tercantum dalam SPT, SKPKB atau

SKPKBT tidak dilunasi sampai melewati waktu hari dari batas waktu jatuh tempo

1 bulan sejak tanggal diterbitkannya.


37

Menurut keputusan Menteri Keuangan no. 561/KMK.04/2000 Pasal 5 ayat 2

menyatakan bahwa surat teguran tidak diterbitkan terhadap penanggung pajak

yang disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya.

Cara penyampaian surat teguran dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Secara langsung.

2. Melalui pos, atau

3. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman.

2. Surat Paksa

Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya

penagihan pajak. Surat Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan

kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap.

Penagihan dengan surat paksa dilakukan apabila jumlah tagihan pajak

tidak atau kurang bayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran, atau

sampai dengan jatuh tempo penundaan pembayaran atau tidak memenuhi

angsuran pembayaran pajak. Apabila Wajib Pajak lalai melaksanakan

kewajiban membayar pajak dalam waktu sebagaimana ditentukan dalam surat

teguran maka penagihan selanjutnya dilakukan oleh juru sita pajak.

Pengertian surat paksa telah diatur dalam Pasal 1 angka 12 Undang-

undang no. 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa yang

berbunyi: Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya

penagihan pajak
38

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa surat paksa adalah

surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak yang

diterbitkan apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan

tanggal jatuh tempo. Surat paksa diterbitkan apabila Wajib Pajak atau

Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh

tempo dan Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan dalam keputusan

persetujuan angsuran atau penundaan pembayarannya.

Dalam Pasal 7 ayat 2 disebutkan bahwa surat paksa sekurang-kurangnya

harus memuat:

a. Nama Wajib Pajak atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak.

b. Dasar penagihan.

c. Besarnya utang pajak.

d. Perintah untuk membayar.

Pasal 8 ayat 1 menerangkan tentang sebab-sebab penerbitan surat paksa,

yaitu:

a. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah

diterbitkan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang

sejenis.

b. Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan

sekaligus

c. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum

dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran

pajak.
39

Surat paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh Jurusita Pajak

kepada:

a. Penanggung pajak, orang dewasa yang tinggal bersama ataupun

bekerja di tempat usaha penanggung pajak, apabila penanggung pajak

yang bersangkutan tidak dapat dijumpai.

b. Salah satu ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta

peninggalannya apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta

warisan belum dibagi.

c. Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta

warisan telah dibagi.

Surat paksa terhadap badan diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:

a. Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung

jawab,pemilik modal

b. Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan, apabila

Jurusita Pajak tidak dapat menjumpai salah seorang. Apabila utang

pajak tidak dilunasi oleh Wajib Pajak dalam jangka waktu 2×24 jam

setelah surat paksa diberitahukan, maka pejabat menerbitkan surat

perintah melaksanakan penyitaan. Pengajuan keberatan oleh Wajib

Pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan Surat Paksa dan

apabila Wajib Pajak dinyatakan pailit, Surat Paksa diberitahukan

kepada Kurator, Hakim Pengawas atau Balai Harta Peninggalan.

Sedangkan dalam hal Wajib Pajak dinyatakan bubar atau dalam

likuidasi,Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang


40

dibebani untukmelakukan pemberesan atau likuidator. Tata cara

pemberitahuan Surat Paksa:

Surat paksa diberitahukan oleh jurusita pajak dengan pernyataan dan

penyerahan salinan surat paksa kepada wajib pajak. Pemberitahuan surat paksa

kepada wajib pajak tersebut dilaksanakan dengan membacakan isi surat paksa

oleh jurusita pajak dan dituangkan dalam berita acara sebagai pernyataan bahwa

surat paksa telah diberitahukan.

Berita acara tersebut sekurang-kurangnya memuat :

a. Hari dan tanggal pemberitahuan surat paksa.

b. Nama jurusita pajak.

c. Nama yang menerima, dan

d. Tempat pemberitahuan surat paksa, serta

e. Tanda tangan jurusita pajak dan wajib pajak.

Waktu pelaksanaan pemberitahuan Surat Paksa :

Surat paksa diterbitkan apabila jumlah utang pajak tidak dilunasi oleh wajib pajak

setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal disampaikan surat

teguran, kecuali apabila terhadap penangung pajak telah diterbitkan surat

penagihan seketika dan sekaligus, surat paksa dapat segera diterbitkan tanpa

menungggu lewat tenggang waktu 21 hari sejak saat surat teguran diterbitkan.

3. Surat Penyitaan

Penyitaan adalah tindakan penagihan lebit lanjut setelah Surat Paksa. Surat

Penyitaan diterbitkan apabila utang pajak belum dilunasi dalam jangka waktu
41

2×24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan, untuk itu maka dapat dilakukan

tindakan penyitaan atas barang-barang Wajib Pajak. Dalam penagihan pajak

dengan surat paksa, juru sita pajak berwenang melakukan penyitaan terhadap

harta kekayaan Wajib Pajak. Untuk melaksanakan penyitaan barang milik

Penanggung Pajak tersebut diperlukan suatu prosedur yang mengatur secara

rinci, jelas dan tegas yang meliputi status, nilai serta tempat penyimpanan atau

penitipan barang sitaan milik Penanggung Pajak dengan tetap memberikan

perlindungan kepentingan pihak ketiga maupun masyarakat Wajib Pajak.

Undang-undang no.19 tahun 2000 Pasal 14 ayat 1 menjelaskan bahwa

penyitaan dapat dilaksanakan terhadap milik Wajib Pajak yang berada di

tempat tinggal, di tempat usaha, di tempat kedudukan atau di tempat lain

termasuk penguasaannya yang berada di tangan pihak lain yang dibebani

dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, berupa:

1. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal dengan isi

kotor tertentu

2. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, deposito

berjangka, tabungan, saldo rekening koran ataupun bentuk lainnya.

Barang bergerak yang dikecualikan dari penyitaan adalah: Pakaian dan

tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh penanggung

pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya

3. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta

peralatan memasak yang berada di rumah


42

4. Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas yang diperbolehkan

dari Negara

5. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan penanggung

pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan

keilmuan.

6. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk

melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah

seluruhnya tidak lebih dari Rp 20.000.000 (dua puluh juta rupiah).

Besarnya nilai peralatan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan

atau Keputusan Kepala Daerah.

7. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan

keluarga yang menjadi tanggungan. Penyitaan tidak dapat dilaksanakan

terhadap barang yang telah disita oleh Pengadilan Negeri atau instansi

lain yang berwenang. Terhadap barang yang telah disita tersebut, Jurusita

Pajak menyampaikan SuratPaksa kepada Pengadilan Negeri atau instansi

lain yang berwenang. Pengadilan Negeri dalam sidang berikutnya

menetapkan barang tersebut sebagai jaminan pelunasan utang pajak.

Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang menentukan

pembagian hasil penjualan barang tersebut berdasarkan ketentuan hak

mendahului Negara untuk tagihan pajak.

Hak mendahului untuk tagihan pajak melebihi segala hak mendahului

lainnya, kecuali terhadap:


43

1. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan suatu penghukuman untuk

melelang suatu barang bergerak dan atau barang tidak bergerak.

2. Biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang

tersebut.

3. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan pelelangan dan penyelesaian

suatu warisan.

Penyitaan tambahan dapat dilaksakan apabila:

1. Nilai barang yang disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan

pajak dan utang pajak.

2. Hasil pelelangan barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi

biaya penagihan pajak dan utang pajak.

Penyitaan dilakukan oleh juru sita pajak yang telah disumpah terlebih

dahulu dengan didampingi oleh 2 orang saksi, penduduk Indonesia yang telah

dewasa, yang dikenal juru sita pajak dan dapat dipercaya (undang-undang No 19

tahun 2000 tentang Penagihan dengan Surat Paksa). Tujuan dilakukannya

penyitaan adalah untuk memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dari

penanggung pajak. Setiap pelaksanaan penyitaan, juru sita pajak membuat berita

acara pelaksanaan sita yang ditandatangani oleh juru sita pajak, penanggung pajak

dan saksi-saksi.Jika penanggung pajak adalah badan maka berita acara

pelaksanaan sita ditandatangani oleh pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang,

penanggung pajak, pemilik modal atau pegawai tetap perusahaan. Salinan berita

acara pelaksanaan sita dapat ditempelkan di tempat umum dan berlaku sebagai
44

pemberitahuan maksud tindakan juru sita pajak pada penanggung pajak atas

barang yang disita atau diberi segel sita.

Penyitaan dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan

cukup untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Hal lainnya yang

dapat disita diatur dengan peraturan pemerintah.Pencabutan sita dilaksanakan

apabila penanggung pajak telah melunasi biaya penagihan dan utang pajak atau

berdasarkan putusan pengadilan atau putusan Badan Peradilan Pajak atau

ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri Keuangan atau Keputusan Kepala

Daerah.

Waktu pelaksanaan penyitaan:

Pelaksanaan surat paksa tidak dapat dilanjutkan dengan penyitaan sebelum lewat

waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah surat paksa diberitahukan.

Jangka waktu 24 jam tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada

wajib pajak melunasi utang pajak sebagaimana tercantum dalam surat paksa

terkait.

4. Lelang.

Pengertian lelang menurut Keputusan Menteri Keuangan

no.13/KMK.01/2002, yaitu lelang adalah penjualan barang yang terbuka

untuk umum baik secara langsung maupun media elektronik dengan cara

penawaran harga secara lisan dan tertulis melalui usaha pengumpulan

peminat atau calon pembeli. Apabila Wajib Pajak atau penanggung pajak

tidak melunasi kewajiban perpajakannya dan terhadap fiskus telah

melakukan segala upaya hukum agar Wajib Pajak atau penanggung pajak
45

melunasi kewajiban perpajakannya dengan jalan menyampaikan Surat

Teguran, Surat Paksa dan melakukan penyitaan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, maka barang-barang milik Wajib Pajak atau penanggung

pajak dapat dilelang oleh Kantor Lelang Negara.

A. Syarat-syarat lelang

Syarat yang terkandung dalam pengertian lelang adalah:

 Lelang dilakukan dimuka umum

 Lelang dilakukan berdasarkan hukum

 Lelang dilakukan dihadapan pejabat

 Lelang dilakukan dengan penawaran harga

 Lelang dilakukan dengan usaha pengumpulan peminat

 Lelang ditutup dengan berita acara

B. Persiapan lelang

Sebelum dilaksanakan lelang, pejabat terlebih dahulu melakukan

pengumuman masa media.Pengumuman lelang ini diumumkan sekurang-

kurangnya 14 hari setelah penyitaan.

C. Pelaksanaan Lelang

Juru sita pajak datang ketempat dimana barang-barang sitaan ituakan

dilelang untuk mendampingi juru lelang. Sesaat sebelumpelelangan

dimulai sebaiknya juru sita pajak menanyakan kepada wajib pajak apakah

utang pajaknya telah dilunasi, maka pelelangan dibatalkan dan apabila

tidak maka pelelangan segera dilakukan. Juru lelang mengumumkan


46

kepada para calon pembeli tentang syarat-syarat apa yang harus dipenuhi

serta cara-cara penawarannya. Wajib pajak berhak menentukan urutan

nama barang-barang yang disita akan dilelang. Jika hasil penjualan barang

telah mencapai jumlah utang pajak ditambah dengan biaya penagihannya

maka penjualan tersebut dihentikan dan sisa barang dikembalikan dengan

segera dengan wajib pajak.Setelah selesai pelelangan, maka kantor lelang,

juru sita atau orang yang diserahi untuk menjual barang-barang sitaan

melaporkan kepada atasannya dengan membuat laporan hasil pelaksanaan

lelang maka pengumuman lelang dibatalkan dengan memuat iklan

pembatalan lelang dalam media masa, media cetak, atau media elektronik

yang bersangkutan.

D. Pembatalan Lelang

Apabila wajib pajak melunasi utang pajak serta biaya pelaksanaan

penagihannya sesudah pengumuman lelang dimuat dimedia masa, media

cetak atau media elektronik tetapi sebelum pelaksanaan lelang maka

pengumuman lelalng itu di batalkan oleh kepala KPP dengan cara

menerbitkan pembatalan lelang dan memuat iklan pembatalan lelang

dalam surat kabar, media cetak atau media elektronik yang bersangkutan.

Pembatalan pengumuman lelang baru dapat dilakukan apabila wajib pajak

yang bersangkutan harus menunjukan bukti pembayaran utang pajak dan

penagihannya.

3.3.3 TATA CARA DAN WAKTU PENAGIHAN PAJAK


47

Menurut keputusan Menteri Keuangan No. 561/KMK.04/2000

menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan tata cara dan waktu penagihan

pajak sebagai berikut:

1. Tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan penerbitan

surat teguran setelah 7 hari jatuh tempo pembayaran. Surat Teguran

tidak diterbitkan terhadap penanggung pajak yang telah disetujui untuk

mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya.

2. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi

oleh penanggung pajak setelah 21 hari sejak diterbitkannya surat

teguran, maka akan diterbitkan Surat paksa.

3. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar dilunasi oleh

penanggung pajak seteelah lewat waktu 2×24 jam sejak Surat Paksa

diberitahukan, maka segera akan diterbitkan Surat Perintah

Melaksanakan Penyitaan (SPMP).

4. Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yang masih harus

dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat dari jangka waktu 14

hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, maka akan dilaksanakan

pengumuman lelang.

5. Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yang masih harus

dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat dari jangka waktu 14

hari sejak pengumuman lelang, akan segera dilakukan penjualan

barang sitaan penanggung pajak melalui kantor lelang.


48

3.3.4 PROSEDUR PENERBITAN DAN PELAKSANAAN SURAT

PAKSA DAN SURAT TEGURAN

Prosedur penerbitan dan pelaksanaan surat paksa adalah sebagai berikut :

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menugaskan Kepala Seksi Penagihan

untuk melakukan penerbitan Surat Paksa atas utang pajak yang tidak

dilunasi oleh wajib pajak setelah lewat waktu 21 hari sejak tanggal

disampaikan Surat Teguran.

2. Kepala Seksi Penagihan menugaskan Jurusita Pajak untuk melakukan

penerbitan Surat Paksa atas utang pajak yang tidak dilunasi oleh Wajib

Pajak setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal

disampaikan Surat Teguran.

3. Jurusita Pajak melakukan penelitian kemudian menyusun dan

menyerahkan konsep Surat Paksa dan konsep Berita Acara

Pemberitahuan Surat Paksa kepada Kepala Seksi Penagihan. Dalam

melakukan penelitian, jurusita pajak melakukan koordinasi antar seksi

terkait, contohnya dengan seksi pengawasan dan konsultasi untuk

memperoleh data yang valid tentang nama, alamat serta harta kekayaan

Wajib Pajak.

4. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf kemudian menyerahkan

konsep Surat Paksa dan konsep Berita Acara Pemberitahuan Surat

Paksa kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.


49

5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani

kemudian menugaskan Kepala Seksi Penagihan untuk melakukan

pemberitahuan Surat Paksa kepada Wajib Pajak.

6. Kepala Seksi Penagihan menugaskan Jurusita Pajak untuk melakukan

pemebritahuan Surat Paksa kepada Wajib Pajak.

7. Jurusita Pajak melakukan pemberitahuan Surat Paksa dengan

membacakan isi Surat Paksa dan menyerahkan salinan Surat Paksa

kepada Wajib Pajak. Selanjutnya Jurusita Pajak menuangkan

pelaksanaan pemberitahuan Surat Paksa tersebut dalam Berita Acara

Pemberitahuan Surat Paksa dan menandatangani Berita Acara

Pemberitahuan Surat Paksa bersama-sama dengan Wajib Pajak.

8. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan menandatangani kemudian

menugaskan Jurusita Pajak untuk menatausahakan Surat Paksa, Berita

Acara Pemberitahuan Surat Paksa dan Laporan Pelaksanaan Surat

Paksa.

9. Jurusita menatausahakan Surat Paksa, Berita Acara Pemberitahuan

Surat Paksa dan Laporan Pelaksanaan Surat Paksa.

3.3.5 PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS

Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang

dilakukan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal
50

jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh Utang Pajak dari semua jenis

pajak, Masa Pajak dan Tahun pajak. Jurusita Pajak melaksanakan penagihan

seketika dan sekaligus berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan

sekaligus. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan apabila:

 Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya

atau berniat untuk itu.

 Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimliki atau yang

dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan

perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia.

 Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan

usahanya, atau menghubungkan usahanya, atau memekarkan usahanya,

atau memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau

melakukan perubahan bentuk lainnya.

 Badan usaha akan dibubarkan oleh negara.

 Terjadinya penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau

terdapat tanda-tanda kepailitan.

Surat Perintah Penagihan Seketika dan sekaligus sekurang-kurangnya memuat:

 Nama Wajib Pajak, atau Nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak

 Besarnya Utang Pajak

 Perintah untuk membayar

 Saat pelunasan pajak

 Surat perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan sebelum

penerbitan Surat Paksa.


51

 Ketentuan penerbitan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus

sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran.

 Tanpa didahului Surat Teguran.

 Sebelum jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak Surat Teguran

diterbitkan, atau

 Sebelum penerbitan surat paksa.

3.3.6 PENCEGAHAN DAN PENYANDERAAN

A. Pencegahan

1. Pengertian Pencegahan

Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap

Penanggung Pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Republik Indonesia

berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Pencegahan hanya dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak

yang mempunyai jumlah utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp

100.000.000,00 dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.

Pencegahan dapat dilakukan berdasarkan keputusan pencegahan yang

diterbitkan oleh Menteri Keuangan atas permintaan Pejabat atau atasan

Pejabat yang bersangkutan. Jangka waktu pencegahan paling lama 6 bulan

dan dapat diperpanjang selama-lamanya 6 bulan.

1. Keputusan Pencegahan

Keputusan pencegahan memuat sekurang-kurangnya:

a. identitas wajib pajak yang dikenakan pencegahan :


52

 nama

 umur

 pekerjaan

 alamat

 jenis kelamin

 kewarganegaraan

b. Alasan untuk melakukan pencegahan

c. Jangka waktu pencegahan

Jangka waktu pencegahan atau penangkalan harus secara tegas ditentukan

dalam keputusan pencegahan dan penangkalan.

Keputusan pencegahan tersebut disampaikan kepada wajib pajak yang

dikenakan pencegahan, Menteri Kehakiman (Menteri Hukum dan HAM), Pejabat

yang memohon pencegahan, atasan Pejabat yang bersangkutan , dan Kepala

Daerah setempat. Tindakan pencegahan ini dapat dilakukan terhadap beberapa

orang sebagai wajib pajak badan atau ahli waris.

B. Penyanderaan

1. Pengertian Penyanderaan

Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan

Penanggung Pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu. Penyanderaan

hanya dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang mempunyai jumlah

utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp 100.000.000,00 dan diragukan

itikad baiknya dalam melunasi utang pajak. Penyanderaan hanya dapat

dilakukan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan yang diterbitkan oleh


53

Pejabat setelah mendapat ijin tertulis dari Menteri Keuangan atau Gubernur

Kepala Daerah Propinsi. Masa penyanderaan paling lama 6 bulan dan dapat

diperpanjang selama-lamanya 6 bulan.

2. Penghentian Penyanderaan

Penangung pajak yang disandera akan dilepas, apabila memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

1. utang pajak dan biaya penagihan pajak telah dibayar lunas.

2. Jangka waktu yang ditetapkan dalam surat Perintah Penyanderaan

telah dipenuhi yang memohon pencegahan, atasan Pejabat yang

bersangkutan , dan Kepala Daerah setempat. Tindakan pencegahan ini

dapat dilakukan terhadap beberapa orang sebagai wajib pajak badan

atau ahli waris.

3.3.7 GUGATAN

Gugatan Penanggung Pajak terhadap pelaksanaan Surat Paksa, Surat

Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang hanya dapat

diajukan kepada Pengadilan Pajak. Dalam hal gugatan Penanggung Pajak

dikabulkan, Penanggung Pajak dapat memohon pemulihan nama baik

dang ganti rugi kepada Pejabat paling banyak Rp 5.000.000,00. Perubahan

besarnya ganti rugi ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan atau

Keputusan Kepala Daerah. Gugatan diajukan dalam jangka waktu 14 hari.

3.3.8 PERMOHONAN PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN


54

Penanggung Pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau

penggantian kepada Pejabat terhadap Surat Teguran atau Surat Peringatan

atau surat lain yang sejenis, Surat Perintah Penagihan Seketika dan

Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Surat

Perintah Penyanderaan, Pengumuman Lelang dan Surat Penentuan Harga

Limit yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan atau kekeliruan.

Dalam jangka waktu 7 hari sejak tanggal diterima permohonan tersebut,

Pejabat harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan.

Apabila dalam jangka waktu tersebut Pejabat tidak memberikan

keputusan, maka permohonan Penanggung Pajak dianggap dikabulkan dan

penagihan ditunda untuk sementara waktu.

Ketentuan Pidana Penanggung Pajak dilarang:

1. Memindahkan hak, memindah tangankan, meminjamkan,

menyembunyikan, menghilangkan, atau merusak barang yang telah

disita.

2. Membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan hak

tanggungan untuk pelunasan utang tertentu.

3. Membebani barang bergerak yangtelah disita dengan fiducia atau

diagunkan untuk pelunasan utang tertentu.

4. Merusak, mencabut, atau menghilakngkan segel sita atau salinan

Berita Acara Pelaksanaan Sita yang telah ditempel pada barang

sitaan.
55

Penanggung pajak yang melanggar ketentuan ini dipidana dengan pidana

penjara paling laam 4 tahun dan denda paling banyak Rp 12.000.000,00. Setiap

orang yang dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang

dilakukan menurut undang-undang, atau dengan sengaja mencegah, menghalang-

halangi, atau menggagalkan tindakan maka akan dipidana dengan pidana penjara

paling lama 4 bulan 2 minggu, dan denda paling banyak Rp 10.000.000.

Anda mungkin juga menyukai