Anda di halaman 1dari 16

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 SEJARAH SINGKAT KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)

PRATAMA PALEMBANG ILIR BARAT

2.2 Berdasarkan Pasal 76 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 132/PMK.01/2006 tanggal 22 Desember 2006 sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

67/PMK.01/2008 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP), Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Wajib Pajak Besar, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya, dan

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama, dan Kantor Pelayanan,

Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama adalah instansi vertkal DJP yang berada di bawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah. Dalam hal

ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Timur yang daerah

administrasinya meliputi Kecamatan Ilir Timur I, Kecamatan Ilir Timur II,

Kecamatan Kemuning, Kecamatan Kalidoni dan Kecamatan Sako

bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah DJP

Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung yang berkedudukan di

Palembang. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor :

KEP-159/PJ/2008 Tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja dan Saat

10
11

Mulai beroperasinya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera

Barat dan Jambi, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Bengkulu dan

Lampung, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Selatan

dan Tengah dan Kantor Wilayah Kalimantan Barat Serta Kantor Pelayanan

Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi

Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

Sumatera Utara II, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera

Barat dan Jambi, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera

Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung, dan Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Pajak Bengkulu dan Lampung, SAAT MULAI

BEROPERASINYA KPP Pratama Palembang Ilir Timur adalah 9

September 2008.

2.3

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Palembang Ilir Barat beralamat di Jalan

Tasik, Kambang Iwak, Palembang 30135, satu gedung dengan Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Sumatera Selatan dan Kepulauan

Bangka Belitung yang berkedudukan di Palembang dan Kantor Pelayanan

Pajak Madya Palembang.

KPP Pratama Palembang Ilir Barat memiliki wilayah kerja meliputi 6

(enam) kecamatan di kota Palembang yaitu :

1. Ilir Barat I

2. Ilir Barat II

3. Bukit Kecil
12

4. Sukarami

5. Alang-Alang Lebar

6. Gandus

Dalam 6 (enam) kecamatan tersebut terdapat 324 Rukun Warga (RW) dan

1338 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk 592.158 jiwa dengan

jumlah penduduk laki-laki 300.631 dan Perempuan 291.527.

Luas wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Palembang Ilir

Barat adalah 190.730 km2 dengan batas-batas sebagai berikut :

Utara : Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin

Selatan : Sungai Musi

Barat : Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin

Timur : Kecamatan Ilir Timur I, Palembang


13

2.2 STRUKTUR ORGANISASI

Dalam menjalankan dan mengelola perusahaan dengan baik, maka sangat

dibutuhkan sekali adanya suatu struktur organisasi perusahaan. Struktur organisasi

merupakan bentuk kerjasama antara dua organisasi atau lebih untuk mencapai

tujuan bersama dan terkait secara formal, dimana selalu ada hubungan antara

sekelompok orang yang disebut bawahan. Untuk dapat melaksanakan kegiatan

perusahaan yang terkoordinasi dengan baik sangat dibutuhkan adanya struktur

organisasi yang dapat menggambarkan tentang pembagian tugas dan pemisahan

fungsi yang jelas dan terarah, serta dapat memberikan gambaran yang nyata

mengenai wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian sesuai dengan

tugas yang diberikan.

Hubungan didalam struktur organisasi biasanya digambarkan dalam bentuk

skema organisasi tersebut disusun tergantung dari sifat dan jumlah pekerjaan yang

dilakukan, tingkat spesifikasi orang-orang, serta lingkungan pekerjaan yang

tersedia. Dengan demikian akan didapatkan suatu susunan organisasi yang dapat

membantu pimpinan dalam melaksanakan tugasnya dan untuk mengawas fungsi-

fungsi yang ada, sehingga tujuan yang diharapkan oleh perusahaan dapat segera

tercapai.

Adapun bentuk-bentuk organisasi menurut Swastha et.al. (2002: 140-148),

dapat dibedakan menjadi:

1. Organisasi Garis

Kekuatan mengalir secara langsung dari Direktur ke Kepala Bagian

dan kemudian terus ke karyawan-karyawan dibawahnya. Masing-masing


14

bagian merupakan unit yang berdiri sendiri, dan Kepala Bagian

menjalankan semua fungsi pengawasan dalam bagiannya.

2. Organisasi Garis dan Staff

Organisasi garis dan staff ini merupakan kombinasi yang

diambilkan dari keuntungan-keuntungan adanya pengawasan secara

langsung dan spesialisasi dalam perusahaan. Tugas Kepala-kepala Bagian

yang semakin berat memerlukan bantuan para ahli (spesialis) yang dapat

memberikan saran-saran dalam beberapa fungsi. Untuk ini dapatlah

dibentuk staff. Selain memberikan saran kepada pimpinan ataupun dalam

pemberian perintah.

3. Organisasi Fungsional

Dalam organisasi fungsional, masing-masing manajer adalah

seorang spesialis atau ahli dari masing-masing bawahan/pekerja

mempunyai beberapa pimpinan. Manajer memiliki kekuasaan penuh untuk

menjalankan fungsi-fungsi yang menjadi tanggung jawabnya. Jadi bentuk

ini lebih menekankan pada pembagian fungsi.

4. Organisasi Komite

Komite sering dilakukan untuk mengumpulkan pendapat tentang

berbagai kegiatan dalam perusahaan. Komite ini dapat dibentuk disemua

bagian dalam organisasi, sehingga sering terdapat beberapa macam

komite.
15

5. Organisasi Matrik

Organisasi matrik ini digunakan berdasarkan struktur organisasi

garis dan staff yang sudah ada. Organisasi matrik, juga disebut organisasi

manajemen proyek, dapat didefinisikan sebagai struktur organisasi dimana

para spesialis dari bagian-bagian yang berbeda disatukan untuk

mengerjakan proyek khusus.

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap struktur

organisasi yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Barat,

maka penulis mengambil kesimpulan bahwa bentuk struktur organisasi yang ada

dalam perusahaan ini adalah organisasi garis dan staf. Hal ini dapat dilihat dari

struktur organisasinya yang mempunyai ciri-ciri, yaitu: organisasinya besar,

jumlah karyawannya banyak, spesifikasi kerja tinggi, dan garis kekuasaan

mengalir secara langsung dari direktur ke kepala bagian dan kemudian terus ke

karyawan dibawahnya, masing-masing bagian merupakan unit yang berdiri

sendiri dan kepala bagian mejalankan semua fungsi pengawasan dalam bagiannya.

Untuk lebih jelasnya struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Palembang Ilir Barat. Berikut ini skema organisasi pada KPP Pratama Palembang

Ilir Barat :

2.2.1 PEMBAGIAN TUGAS DAN WEWENANG

Tugas pokok KPP Pratama Palembang ilir barat adalah menata dan

mengadministrasikan administrasi perpajakan serta mengamankan penerimaan

pajak di wilayah kerjanya. KPP Pratama Palembang ilir barat terdiri dari

beberapa seksi yang menunjang tugas pokok tesebut.


16

Berikut adalah tugas pokok dan fungsi dari seksi-seksi pada KPP Pratama

Palembang ilir barat :

1. Kepala KPP (Kepala Kantor)

Tugas Kepala KPP:

a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja kantor pelayanan

pajak sebagai bahan penyusunan rencana strategi kantor wilayah.

b. Mengkoordinasikan penyusunan rencana pengamanan penerimaan

pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi

keuangan dan realisasi penerimaan tahun lalu.

c. Mengkoordinasikan pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman

(MOU) sesuai arahan kepala kantor wilayah.

d. Mengkoordinasikan rencana pencarian data yang strategis dan

potensial dalam rangka identifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

e. Mengkoordinasikan pelaksanaan pencarian data yang strategis dan

potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

f. Mengkoordinasikan pengolahan data yang sumber datanya

strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi

perpajakan.

g. Mengkoordinasikan pembuatan risalah perincian dasar pengenaan

pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak

berdasarkan hasil penghitungan ketetapan pajak.

h. Mengkoordinasikan pengolahan data guna menyajikan informasi

perpajakan.
17

i. Mengkoordinasikan penyusunan monografi perpajakan.

j. Mengkoordinasikan pemantauan pelaporan dan pembayaran masa

dan tahunan PPh dan pembayaran masa PPN/PPn BM serta

pembyaran BPHTB dan PBB untuk megetahui tingkat kepatuhan

wajib pajak serta mengendalikan/ pelaksanaan pemeriksaan pajak.

2. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,

keuangan, tata usaha dan rumah tangga.

Tugas Kepala Sub bagian umum :

a. Pelaksaan tugas di bidang administrasi penerimaan dan pengiriman

surat-surat serta pelaksanaan tugas bendaharawan.

b. Mendistribusikan surat-surat masuk kepada seksi yang

bersangkutan dan pengiriman surat-surat keluar kepada instansi

terkait

c. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas

bendaharawan rutin.

d. Memberi nasehat dan menegakkan disiplin pegawai bawahan

e. Memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai bawahan

3. Seksi-Seksi

3.1 Seksi pengolahan data dan informasi perpajakan (PDI)

Tugas Seksi PDI:

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data

perpajakan.
18

b. Penyajian informasi perpajakan.

c. Perekaman dokumen perpajakan.

d. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan.

e. Pengalokasian pajak bumi dan bangunan (PBB) dan Bea

perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB).

f. Pelayanan dukungan teknis komputer.

g. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling.

h. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG serta penyiapan laporan

kerja.

3.2 Seksi Pelayanan

Tugas Seksi Pelayanan :

a. Menetapkan penerbitan produk hukum perpajakan.

b. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan.

c. Menerima dan mengelola surat pemberitahuan serta

penerimaan surat lainnya.

d. Memberikan penyuluhan perpajakan.

e. Melaksanakan registrasi wajib pajak.

f. Melakukan kerja sama perpajakan.

3.3 Seksi Penagihan

Tugas seksi penagihan:

a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak dan

memproses permohonan pengangsuran pajak.

b. Pengangsuran atau penundaan pembayaran pajak.


19

c. Penagihan aktif.

d. Mengusulkan penghapusan piutang pajak.

e. Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

 Jurusita Pajak

Jurusita pajak adalah pelaksana pada KPP yang telah mendapat pendidikan

khusus berkaitan dengan penagihan dan penyitaan pajak.

Tugas Jurusita Pajak:

a. Melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus.

b. Memberitahukan surat paksa (SP).

c. Melaksanakan penyitaan barang penanggng pajak berdasarkan surat

perintah melaksanakan penyitaan.

d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan.

Jurusita pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan

kartu tanda pengenal dan memperlihatkan kepada penanggung pajak.

3.4 Seksi Pemeriksaan.

Tugas Seksi Pemeriksaan:

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan.

b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.

c. Penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan

pajak serta administrasi perpajakan lainnya.

3.5 Seksi Ekstensifikasi

Tugas Seksi Ekstensifikasi :


20

a. Melalukan pengamatan dan penggalian potensi perpajakan

b. Pendataan subjek dan objek pajak

c. Penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi

3.6 Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)

Seksi waskon di KPP Pratama Kayu Agung, yaitu Waskon 1, Waskon 2,

dan Waskon 3 yang berada dalam satu naungan tugas yang sama.

Tugas Seksi Waskon:

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan

dari pajak terdaftar.

b. Memberikan bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan

konsultasi tekhnis perpajakan.

c. Penyusunan profil wajib pajak.

d. Menganalisis kinerja wajib pajak.

e. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka

melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil

keputusan banding.

4. Account Representative (AR)

Account Representative (AR) merupakan petugas di Kantor Pajak, yang

memantau keadaan wajib pajak sebagai penghubung dan tempat konsultasi

antara wajib pajak dengan kantor pelayanan pajak.

Keberadaan Account Representative (AR) merupakan bentuk peningkatan

pelayanan kepada wajib pajak. Wajib pajak akan dilayani oleh Account
21

Representative (AR) yang telah ditunjuk sehingga akan terjalin keterbukaan.

Tugas Account Representative (AR):

a. Melayani penyelesaian permohonan restitusi PPN.

b. Melayani penerbitan surat perintah membayar kelebihan pajak.

c. Melayani penyelesaian permohonan legalisai ijin prinsip

pembebasan PPh pasal 22 impor.

d. Melayani penyelesaian surat keterangan bebas (SKB)

pemungutan PPh pasal 22 impor.

5. Fungsional Pemeriksa dan Penilai.

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan

sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

 Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang

terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.

Pejabat fungsional pemeriksa berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan

sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi

Ekstensifikasi.

 Setiap kelompok tersebut di koordinasikan oleh pejabat funsional senior

yang ditunjuk oleh kepala kantor wilayah sebagai supervisor, atau kepala

KPP yang bersangkutan.

 Jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban

kerja.
22

 Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2.3 JUMLAH PEGAWAI

Jumlah Pegawai Berdasarkan Setiap Seksi Pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Palembang Ilir Barat:

Tabel 2.1 Jumlah dan Pembagian Pegawai

NO SEKSI JUMLAH PEGAWAI


1 Subbagian Umum dan Kepatuhan 11 Pegawai

Internal
2 Pengolahan Data dan Informasi 8 Pegawai
3 Pelayanan 12 Pegawai
4 Penagihan 5 Pegawai
5 Pemeriksaan 5 Pegawai
6 Ektensifikasi dan Penyuluhan 7 Pegawai
7 Pengawasan dan Konsultasi I 7 Pegawai
8 Pengawasan dan Konsultasi II 7 Pegawai
9 Pengawasan dan Konsultasi III 7 Pegawai
10 Pengawasan dan Konsultasi IV 9 Pegawai
11 Pegawai Fungsional 10 Pegawai
Total 88 Pegawai

2.4 RINGKASAN SINGKAT PROSES PENAGIHAN PAJAK

MELALUI SURAT PAKSA

Penagihan pajak melalui surat paksa berdasarkan hukum sebagai berikut :

1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.04/2000 tanggal 26

Desember 2000 tantang tata cara Pelaksanaan Surat Paksa dan

Penyitaan di Luar Wilayah Kerja Pejabat yang Menerbitkan Surat

Paksa
23

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-561/KMK.04/2000

tanggal 26 Desember 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan

Seketika dan Sekaligus dalam Pelaksanaan Surat Paksa

3. Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-645/PJ./2001 tanggal 4

Oktober 2001 tentang Bentuk,Jenis,Kartu,Formulir,Surat dan Buku

yang di gunakan dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat

Paksa s.t.d.d KEP-474/PJ/2002


24

Adapun proses yang dilakukan dalam penagihan pajak dilakukan dengan 4

tahap berikut :

1. Penerbitan surat teguran

Surat teguran di terbitkan apabila wajib pajak yang belum melunasi utang

pajak sesudah jatuh tempo pembayaran yang telah ditentukan kepadanya

akan diberikan surat teguran yang harus disampaikan kepada wajb pajak

segera setelah 7 (tujuh) hari sejak pelunasan terakhir atau jatuh tempo

pembayaran .

2. Surat paksa

Surat paksa di terbitkan apabila wajib pajak tidak melunasi utang pajak

dan kepadanya telah diterbitkan surat teguran atau surat peringatan atau surat

lain yang sejenis. Surat paksa diberikan dengan pernyataan kepada wajib pajak

setelah lewat waktu 21 ( dua puluh satu )hari sejak tanggal di sampaikan surat

teguran.

3. Pemberitahuan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan ( SPMP )

Apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 ( dua ) kali 24

( dua puluh empat ) jam terhitung sejak tanggal surat paksa diberitahukan

kepada wajib pajak / penanggung pajak, maka dapat dilakukan penyitaan

terhadap harta kekayaan Wajib Pajak oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak

dengan mengeluarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan ( SPMP ).

Tujuan dilakukan penyitaan adalah untuk memperoleh uang jaminan

pelunasan utang pajak dari Wajib Pajak, baik yang berada ditempat
25

tinggal,tempat usaha, tempat kedudukan Wajib Pajak atau ditempat lain

sekalipun pengusahanya berada di tangan pihak lain.

4. Pelelangan atau Penjualan Aset Sitaan

Jika setelah lampau 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanan surat

perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), Wajib Pajak belum juga melunasi

utang pajaknya maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak mengajukan permintaan

penetapan tanggal dan tempat pelelangan kepada Kantor Lelang Negara

setempat pelelangan maka Juru Sita akan memberitahukan hal tersebut kepada

Wajib Pajak secara tertulis dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan akan

dilalakukan Pelelangan kepada Wajib Pajak.

Anda mungkin juga menyukai