Anda di halaman 1dari 15

HEDONISME : GAYA HIDUP DAN SYARIAT ISLAM

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3
AK18P

BERLIANA NURANNISA (0312518145)


NUR AYU ISHNA WATI (0312518161)
PRITTA SAFITRI FIKE TAMARA (0312518165)
USMAN DARUSMAN (0312518179)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AL-AZHAR INDONESIA
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seiring perkembangan zaman manusia telah beradaptasi dengan
lingkungannya. Perubahan ini juga mempengaruhi pola gaya hidup mereka,
membawa dampak yang positif ataupun negatif. Setiap perubahan ini
mengindikasikan bahwa manusia untuk menunjukkan jati diri atau
eksistensinya akan nampak dari akhlak dan perilakunya.
Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas,
minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk
merefleksikan status sosialnya. Gaya hidup merupakan kebiasaan atau adat
yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku dan akan membentuk pola
perilaku tertentu. Perubahan yang paling dominan terjadi pada kalangan
remaja. Remaja selalu antusias terhadap hal yang baru, dengan arus
perkembangan zaman yang serba modern sehingga mempengaruhi pola pikir
yang terlihat selalu ingin instan.
Remaja cenderung menginginkan hidup mewah, bersenang-senang,
berfoya-foya, bergaya hidup secara berlebihan mementingkan pergaulan dan
percintaan yang menuju ke dalam seks bebas. Kecenderungan tersebut sering
diistilahkan sebagai gaya hidup hedonis. Remaja sering tidak berpikir
panjang terhadap risiko dari setiap keputusan mereka dalam beradaptasi
dengan lingkungannya sehingga banyak yang terjerumus dalam gaya hidup
hedonis. Remaja berjuang untuk memperoleh kebebebasan, tetapi mereka
juga ingin memperoleh pijakan rasa aman dan sering kali menunjukkan rasa
ingin tahu yang semakin dewasa terhadap dirinya serta lingkungan.1
Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi remaja. Daya pikirnya sangat
luar biasa, sehingga dalam waktu singkat remaja mudah terpengaruh oleh
gaya hidup ini. Fenomena yang muncul ada kecenderungan untuk lebih
memilih hidup enak, mewah, dan serba kecukupan tanpa harus bekerja keras.
Titel “Remaja yang Gaul dan Funky” baru melekat bila mampu memenuhi
standar trend saat ini, yaitu minimal harus memiliki gadget, smartphone lalu
baju serta dandanan yang selalu mengikuti model. Beruntung bagi mereka
yang termasuk dalam golongan ekonomi kelas atas, sehingga dapat
memenuhi semua tuntutan kriteria tersebut. Akan tetapi bagi mereka yang
tidak mampu dan ingin cepat seperti itu, pasti jalan pintaslah yang akan
mereka tempuh.1
Pelaku hedonis apabila dibiarkan ini akan menjadi dampak negatif bagi
bangsa dan khususnya bagi kita yang beragama islam karena tentu
berbanding terbalik dengan syariat islam. Gaya hidup hedonis disebabkan
oleh akhlak manusia yang rendah, khususnya pada masa remaja. Oleh karena
itu, peran dan tugas syariat islam dihadapkan pada tantangan yang besar dan
kompleks akibat pengaruh dari gaya hidup hedonis remaja islam yang
mempengaruhi kepribadian akhlak orang islam.
Akhlak merupakan salah satu aspek yang berpengaruh dalam kehidupan,
bagaimanapun pandainya seorang siswa dan tingginya intelegensi siswa
harus dilandasi dengan akhlak yang baik dan budi pekerti yang luhur, maka
kelak akan mencerminkan kepribadian yang baik. Baik buruknya akhlak
seseorang akan terlihat pada perbuatan yang dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari. Menurut Ihwanul Muslimin aspek yang terpenting dalam
pendidikan adalah aspek kejiwaan atau akhlak karena akhlak merupakan
tonggak pertama untuk perubahan masyarakat.2
Menurut Imam Al Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan mudah, tidak
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Firman Allah SWT :

ٍ ُ‫ﻚ ﻟَ َﻌﻠﻰ ُﺧﻠ‬


‫ﻖ َﻋ ِﻈ ٍﻴﻢ‬ َ َّ‫َﻭﺇِﻧ‬

Artinya : “dan sesungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi


pekerti yang agung”. (QS. Al-Qalam : 4)3

Menanamkan pendidikan agama pada anak berati menanamkan ajaran-


ajaran islam, berisi tentang tata hidup yang diturunkan Allah SWT kepada

1
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam (Jakarta : PT. Rajawali Press, 2006),
hlm.165
2
Al Qardhawy,Yusuf, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al Banna,
(Jakarta : Bulan Bintang, 1980),hlm. 47
3
Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta : Darus Sunnah, 2002), hlm. 565
manusia, berupa pegangan hidup mengarah pada perbuatan atau akhlak serta
akan memberikan nilai positif bagi perkembangan anak. Dengan
ditanamkan ajaran islam tersebut, pola perilaku anak akan terkontrol
sehingga dapat mengurangi tindakan kriminalitas. Oleh karena itu, sangat
sesuai apabila ajaran-ajaran agama islam digunakan untuk menuntun
manusia dalam kehidupan, baik hablun minallah (hubungan manusia dengan
Allah) ataupun hablun minannas (hubungan manusia dengan manusia
maupun dengan alam sekitarnya).
Membina akhlak sejak dini sama artinya dengan memberikan sumbangan
yang besar bagi masa depan penerus generasi bangsa yang lebih baik.
Sebaliknya, membiarkannya terjerumus ke dalam perbuatan yang tersesat,
berarti bangsa dan negara terjerumus ke dalam jurang kehancuran.
Pembinaan akhlak pada remaja juga berguna bagi yang bersangkutan, karena
dengan cara demikian masa depan kehidupan mereka akan penuh harapan
yang menjanjikan yaitu memiliki akhlak yang luhur. Untuk itu pembentukan
atau pembinaan akhlak tidak bisa secara langsung atau instan tetapi melalui
proses atau bertahap sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan, agar
dapat menjadi insan yang berakhlak mulia (Akhlakul Karimah).

B. RUMUSAN MASALAH
Dengan melihat fenomena diatas, pembahasan ini akan difokuskan pada
perumusan masalah tentang Gaya Hidup Hedonisme dan Menanggulangi
Gaya Hidup Hedonisme melalui Syariat Islam.
Dari pernyataan tersebut, secara rinci dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa itu hedonisme ?
2. Kapan dan dimana mulainya perkembangan hedonisme yang membawa
dampak negatif bagi remaja atau masyarakat sekitar ?
3. Bagaimana gaya hidup dan budaya hedonisme di kalangan remaja atau
masyarakat?
4. Mengapa gaya hidup hedonisme dapat terjadi? Apa saja faktor yang
menyebabkan seorang manusia menjadi hedonis?
5. Apa dampak negatif dari gaya hidup hedonis?
6. Bagaimana peran agama islam dalam upaya penanggulangan gaya hidup
hedonisme melalui penerapan syariat islam?
7. Bagaimana cara mengatasi budaya hedonisme pada diri sendiri atau
lingkungan sekitar ?

C. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN


Berdasarkan fokus rumusan masalah, maka tujuan pembahasan ini
adalah :
1. Mendeskripsikan pengertian dari hedonisme.
2. Mendeskripsikan kapan dan dimana mulai terjadi perkembangan
hedonisme yang berdampak buruk bagi remaja atau masyarakat sekitar.
3. Mendeskripsikan bagaimana gaya hidup dikalangan remaja atau
masyarakat yang mengarah pada hedonisme.
4. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan seorang manusia menjadi
hedonis.
5. Menjelaskan dampak negatif dari gaya hidup hedonis.
6. Menjelaskan bagaimana usaha yang dilakukan dalam upaya penerapan
syariat islam untuk menanggulangi gaya hidup hedonisme.
7. Menjelaskan cara mengatasi budaya hedonisme yang terjadi pada diri
sendiri maupun masyarakat sekitar.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Hedonisme
Hedo berasal dari bahasa Yunani yang berarti kesukaan,
kesenangan atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran filsafat
yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah
mencari kesenangan (hedone) yang bersifat dunia. Berpandangan pada
teori ini apabila menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia
cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan
kesenangan daripada yang mengakibatkan kesulitan, penderitaan dan
keseimbangan.4
Hedonisme adalah suatu paham yang tujuan utamanya adalah
memandang kehidupan untuk meraih kesenangan dan kenikmatan hidup.

2. Perkembangan Hedonisme
Kuswandono menyatakan bahwa hedonisme adalah paham
sebuah aliran filsafat dari Yunani dan tujuan paham aliran ini yaitu
untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati kebahagiaan sebanyak
mungkin dalam kehidupan di dunia. Hedonisme awalnya memiliki arti
yang positif. Penganut paham ini menjalani kegiatan-kegiatan seperti
puasa, hidup miskin, bahkan menjadi pertapa untuk mendapatkan
kebahagiaan sejati. Hedonis mengalami pergeseran ke arah yang
negatif setelah kekaisaran Romawi menguasai seluruh Eropa dan
Afrika. Paham ini mengalami pergeseran dengan semboyan baru yaitu
carpe diem (raihlah kenikmatan sebanyak mungkin selagi kamu hidup).
Kebahagiaan hanya diartikan sebagai kenikmatan tanpa mempunyai arti
yang mendalam sehingga pemahaman hedonis telah mengedepankan
kebahagiaan diganti dengan kenikmatan. Kebahagiaan dan kenikmatan
mempunyai arti yang berbeda. Kenikmatan cenderung lebih bersifat

4
Purwanto, Ngalim, Psikologi Perkembangan sebagaimana dikutip Baharuddin,
Pendidikan dan Psikologi Perkembangan ( Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2010), hlm. 50
duniawi daripada rohani, kenikmatan hanya mengejar hal-hal yang
bersifat sementara dan masa depan dianggap tidak penting.

3. Gaya Hidup dan Budaya Hedonisme


Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari sekelompok
manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).
Gaya hidup merupakan identitas kelompok. Gaya hidup setiap kelompok
akan mempunyai ciri-ciri unit tersendiri. Dari beberapa definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa gaya hidup lebih menggambarkan perilaku
seseorang, yaitu bagaimana ia hidup, menggunakan uangnya dan
memanfaatkan waktu yang dimilikinya namun bukan atas dasar
kebutuhan tetapi atas dasar keinginan untuk bermewah- mewahan atau
berlebih-lebihan.
Gaya hidup hedonis adalah pola hidup seseorang dalam menjalani
hidupnya yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opini yang
mengarah kepada pencarian kesenangan dan kenikmatan hidup yang
berlebihan serta menghindari penderitaan yang bersifat duniawi dan
sementara.5
Hedonisme merupakan pandangan hidup yang menganggap bahwa
kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi
para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta pora, dan pelesiran
merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain
atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya sekali, sehingga
mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. Dalam
lingkungan penganut paham ini, hidup dijalani sebebas-bebasnya demi
memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Hedonisme mengajarkan
bahwa yang benar ialah sesuatu yang menghasilkan kenikmatan, tugas
manusia hanya menikmati hidup ini sebanyak dan seintensif mungkin.
Dalam penelitian kenikmatan tertinggi dan paling berkesan adalah
kenikmatan seksual, oleh karena itu hampir semua kegiatan hidup dan

5
Eriyanti, Mega Yuni, Hubungan Antara Intensitas Menonton Sinetron
Percintaan Remaja dengan Gaya Hidup Hedonis
(http:www.jurnalpendidikanbudayahedonis.co.id)
produk manusia diarahkan ke penikmat seksual. Pergaulan seks bebas
adalah datangnya dari paham hedonisme ini.6

4. Faktor-Faktor Penyebab Hedonisme


Secara umum ada dua faktor yang menyebabkan seorang manusia
menjadi hedonis, yaitu faktor ektern yang meliputi media dan
lingkungan sosial serta faktor intern yang meliputi keyakinan dalam
beragama dan keluarga.
a. Faktor Ekstern
Derasnya arus industrialisasi dan globalisasi yang menyerang
masyarakat merupakan faktor yang tidak dapat dielakkan. Nilai-nilai
yang dulu dianggap tabu kini dianggap biasa. Media komunikasi,
khususnya media internet dan iklan memang sangat bertolak
belakang dengan masalah etika dan moral. Melalui simbol imajinatif
media komukasi massa jelas sangat memperhitungkan dan
memanfaatkan nafsu, perasaan dan keinginan.
b. Faktor Intern
Sementara itu dilihat dari sisi intern, lemahnya keyakinan agama
seseorang juga berpengaruh terhadap perilaku sebagian masyarakat
yang mengagungkan kesenangan dan hura-hura semata. Binzar
Situmorang menyatakan bahwa, “Kerohanian seseorang menjadi
tolak ukur dalam kehidupan sehari-hari, khusunya bagi mereka yang
suka mengejar kesenangan.” Disamping itu keluarga juga memegang
peranan terbesar dalam pembentukan sikap dan perilaku individu.
Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak
yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.

5. Hedonisme Dalam Pandangan Islam


Seiring perkembangan zaman, manusia telah beradaptasi dengan
lingkungannya. Perubahan ini juga mempengaruhi pola gaya hidup
mereka. Bagi umat muslim, gaya hidup setiap individu telah diatur oleh
6
Muhaimin,Nuansa Baru Pendidikan Islam (Jakarta : PT. Rajawali Press, 2006),
hlm. 165
Allah dan Rasul-Nya melalui Al Qur’an dan As Sunnah. Namun,
perkembangan zaman sepertinya telah mengubah sebagian besar kaum
muslim dalam memahami tuntunan dalam menjalani hidup. Saat ini
sebagian besar orang memang bergaya hedonis, suka berfoya foya dan
hanya memikirkan kepentingan duniawi saja. Hal tersebut sangat
bertentangan dengan gaya hidup sebagaimana yang diperintahkan oleh
Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya :
“dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan  yang
mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang
berdosa.” (Qs. Huud: 116).
Maka dari itu kita sebagai umat muslim harus mampu menjaga
diri dan mengetahui batasan-batasan dalam pergaulan agar tidak tergilas
budaya hedonisme. Kita harus menghindari atau keluar dari budaya
tersebut, karena segala yang memberikan dampak negatif tidak
diperbolehkan dalam islam. Islam hanya mengajarkan kebaikan. Jadikan
islam sebagai pedoman hidup bukan hanya identitas diri belaka. Jika
setiap remaja sudah memegang teguh pendiriannya dan dibekali dengan
ilmu agama islam yang kuat maka mereka tidak akan terjerat dalam
lingkaran sesat hedonisme.

6. Dampak Negatif Hedonisme Dalam Islam


Bagi umat muslim, dunia hanya sesaat dan hanya mementingkan
urusan akhirat. Budaya hedonisme sangat berbahaya jika sudah
memasuki pribadi seorang muslim yang sangat bertolak belakang
dengan rukun islam, rukun iman, dasar hukum islam, fungsi iman
kepada Allah dan sumber syariat islam.
Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya : “Kesenangan di dunia
ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang
bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun”(QS. An Nisa : 77).
Berikut beberapa sifat yang muncul akibat budaya hedonisme, yaitu :
1. Materialistik
Sifat keduniaan dalam paham hedonisme menyebabkan
munculnya sifat materialistik. Materialistik adalah sifat yang
memandang sesuatu dari segi materi atau harta. Sifat matrealistik ini
sangat dibenci oleh Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
2. Lebih Mementingkan Urusan Duniawi
Allah SWT memberitahukan mayoritas kaum hedonis dalam
firman-Nya :
َ‫يَ ْعلَ ُمونَ ظَا ِهرًا ِمنَ ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َوهُ ْم َع ِن اآل ِخ َر ِة هُ ْم غَافِلُون‬
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (nampak) dari kehidupan
dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.”
(QS. ar-Ruum: 7).
Allah SWT telah mengetahui bahwa di masa mendatang manusia
lebih mementingkan urusan duniawi. Paham hedonisme yang di anut
oleh mayoritas non-muslim telah menyebar ke kaum muslimin.
3. Gaya Hidup Mewah
Penganut hedonisme selalu memberikan kesan glamour dan
mewah untuk dipamerkan ke orang lain. Padahal Rasullullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan bersikap hidup sederhana,
sebagaimana sabda beliau ;
“Jauhilah gaya hidup bermewahan. Sesungguhnya hamba-hamba
Allah itu bukan orang-orang yang bermewah-mewahan”.
4. Sombong
Sifat merasa paling banyak harta dan terhormat. Tidak percaya
apa yang dimilikinya bersumber dari Allah SWT dan hanya
sementara. Mereka beranggapan segala yang di miliki karena hasil
kerja kerasnya sendiri. Seperti kisah Qarun pada zaman Nabi Musa
AS, Al-Qur’an menyebutnya,
“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia
berlaku aniaya terhadap mereka.” (QS Al-Qashash, 76)
5. Congkak dan Angkuh
Para hedonisme selain memiliki sifat sombong dengan apa yang
dimilikinya, merekapun menumbuhkan sifat congkak dan angkuh
dalam hatinya.Kedua sifat ini sangat dibenci oleh Allah SWT.
6. Selalu Ingin Dihormati
Bagi mereka kehormatan berasal dari jumlah harta yang dimiliki.
Semakin banyak harta semakin di hormati. Memiliki jabatan dan
kekayaan melimpah menjadi lebih terhormat.
7. Takabur
Manusia yang memegang paham hedonisme akan melupakan
penciptanya dan menganggap bahwa apa yang dimiliki dari
usahanya sendiri tanpa campur tangan dari Allah SWT.
8. Menghilangkan Kepekaan Sosial
Bahaya dari hedonisme juga membuat seseorang kehilangan
kepekaan sosial. Mereka hanya mementingkan diri sendiri tanpa
melihat yang di hadapi orang lain, hilang juga rasa iba dan kasihan.
9. Mengurangi Hubungan dengan Allah
Penganut paham hedonisme hanya mengejar urusan duniawi,
lama-kelamaan urusan dengan sang penciptapun terabaikan. Tidak
ada waktu untuk mengingat Allah apalagi beribadah kepada-Nya,
karena waktunya hanya dihabiskan untuk mengejar kekayaan dan
kejayaan dunia.
10. Menjadi Pribadi yang Gemar Berbelanja
Bahaya sifat hedonisme yang lain yaitu menciptakan pribadi yang
gemar berbelanja. Kebiasaan berbelanja barang-barang yang mewah.
Tentunya ini merupakan bagian dari budaya boros yang sangat
dibenci oleh Allah sekaligus Rasul-Nya. Sebagaimana Ali bin Tsâbit
rahimahullah berkata:
“Kelemahan akal itu bangga diri dan emosi dan penyakit harta itu
pemborosan dan perampokan.”
11. Tidak Menyukai Kesederhanaan
Karena hedonisme sangat menganut kemewahan mereka sama
sekali tidak meyukai kesederhanaan, dalam benak mereka hanya ada
kemewahan, kekayaan dan kejayaan. Hidup sederhana sudah
diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫إِ َّن ْالبَ َذاَةَ ِمنَ اإْل ْي َما ِن‬
“Sesungguhnya hidup sederhana termasuk cabang dari iman.”
12. Menciptakan Pemimpin yang Korup
Jika sifat hedonisme dimiliki oleh seorang pejabat atau
pemimpin, dapat menciptakan keinginan untuk memperkaya diri
sendiri, ketidakpuasan dan kepentingan duniawi yang mempengaruhi
tindakan korupsi.
13. Berfoya-foya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan dalam
islam berfoya-foya merupakan hal yang sama sekali tidak dianjurkan
dan termasuk kedalam akhlaq yang tidak terpuji. Secara langsung
pengaruh paham hedonisme akan berpengaruh pada individu dalam
memanfaatkan uang yang diperoleh.
14. Terjerumus ke Dalam Pergaulan Bebas
Biasanya remaja jika sudah masuk ke dalam gaya hidup
hedonisme, mereka menjadi terjerumus ke dalam pergaulan bebas,
seperti narkoba, seks bebas, aborsi dan silau akan gemerlapnya hidup
mewah.
15. Individualisme
Sifat ini menjadi sangat terlihat jelas jika seseorang sudah
menganut hedonisme menjadi pribadi yang lebih mementingkan
dirinya sendiri, penyendiri dan tidak memikirkan perasaan atau
kepentingan orang lain.
16. Konsumtif
Seseorang menjadi sangat konsumif karena demi membuat
dirinya senang, akan selalu mencoba meraih apapun yang
membuatnya terpuaskan dengan membeli barang yang belum tentu
barang itu akan digunakan atau tidak nantinya.
17. Tidak disiplin
Kehidupannya menjadi sangat tidak teratur, karena yang
dipikirkan hanyalah kesenangan. Selalu menghabiskan waktunya
hanya untuk kesenangan hidup.
18. Tidak Berpikir Panjang
Selalu melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang, tidak
memikirkan dampak yang bisa ditimbulkan dari apa yang akan
dilakukannya.

7. Cara Mengatasi Budaya Hedonisme


Sulit sekali menghilangkan budaya hedonisme pada masa sekarang,
mulai dari diri sendiri, dukungan dari keluarga dan masyarakat sekitar.
Hedonisme ini sangat berpengaruh pada generasi muda harapan bangsa.
Untuk mengantisipasi pengaruh negatif budaya hedonisme perlu
diadakan sosialisasi, seperti berikut :
1. Menanamkan pendidikan agama yang berisi tatanan hidup yang
sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits.
2. Perlunya selektif memilih barang agar tidak terjebak dalam gaya
hidup hedonisme.
3. Harus bisa membedakan mana barang yang benar-benar
dibutuhkan dan barang-barang yang diinginkan namun tidak di
perlukan.
4. Senantiasa mempunyai rasa syukur akan nikmat yang diberikan
Allah.
5. Selalu mengingat bahwa kehidupan di dunia hanya sementara.
6. Menjalani hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
7. Berpikir lebih dewasa agar dapat membentengi diri dari pola hidup
hedonisme.
8. Habiskan waktu lebih banyak untuk menngingat Allah dan
beribadah kepada-Nya.
9. Jika mempunyai uang lebih sebaiknya jangan digunakan untuk
foya-foya, uang tersebut dapat ditabung atau di sedekahkan untuk
pihak yang lebih membutuhkan, seperti yatim piatu atau fakir
miskin.
10. Lebih mendekatkan diri dengan keluarga dan berbaur dengan
masyarakat sekitar agar membangun rasa empati dan saling peduli.

BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Hedo berasal dari bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan
atau kenikmatan. Gaya hidup hedonis adalah pola hidup seseorang dalam
menjalani hidupnya yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opini yang
mengarah kepada pencarian kesenangan dan kenikmatan hidup yang
berlebihan serta menghindari penderitaan yang bersifat duniawi dan
sementara.
Hedonisme dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, eksternal dan internal.
Gaya hidup hedonis sangat bertolak belakang dengan ajaran agama islam
yang telah diatur oleh Allah dan rasul-Nya melalui Al-Quran dan As-Sunnah.
Prinsip gaya hidup islam yaitu berniat untuk ibadah karena Allah, halal, tidak
berlebihan, dan sesuai kemampuan. Cara menjauhkan diri dari sikap
hedonisme yaitu menanamkan pendidikan agama yang berisi tatanan hidup
yang sesuai dengan Al-Quran, selalu mengingat bahwa kehidupan di dunia
hanya sementara, menerapkan pola hidup sederhana, senantiasa mempunyai
rasa syukur akan nikmat yang diberikan Allah, harus bisa membedakan mana
barang yang benar-benar dibutuhkan dan barang-barang yang diinginkan
namun tidak di perlukan.
B. SARAN
Hedonisme merupakan kebiasaan yang dilarang dalam ajaran islam,
untuk dapat menjadi muslim yang baik kita harus menjauhi bahkan
meninggalkan kebiasaan gaya hidup hedonisme. Sesuatu yang dilarang Allah
sudah pasti tidak baik yang akan menimbulkan dampak negatif untuk kita.
Hedonisme tidak akan memberikan kepuasan dan kebahagian abadi. Budaya
hedonisme akan merusak kaum muslimin jika tidak dapat menghindari dan
menyadarinya. Kita harus lebih selektif lagi dalam dalam memilih teman dan
pada pergaulan di masa sekarang. Pastikan pada diri masing-masing untuk
selalu mengingat Allah dan beribadah kepada-Nya. Memegang teguh
panduan hidup pada Al-Qur’an dan Hadist.

C. REFERENSI
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam (Jakarta : PT. Rajawali Press,
2006), hlm.165
Al Qardhawy,Yusuf, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al Banna,
(Jakarta : Bulan Bintang, 1980),hlm. 47
Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta : Darus Sunnah, 2002), hlm. 565
Purwanto, Ngalim, Psikologi Perkembangan sebagaimana dikutip
Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan ( Yogyakarta: Ar Ruzz
Media, 2010), hlm. 50
Eriyanti, Mega Yuni, Hubungan Antara Intensitas Menonton Sinetron
Percintaan Remaja dengan Gaya Hidup Hedonis
(http:www.jurnalpendidikanbudayahedonis.co.id)
https://fatonikeren.blogspot.com/2016/06/hedonisme.html?m=1
https://www.academia.edu/5114522/Hedonisme
https://dalamislam.com/akhlaq/larangan/bahaya-hedonisme-dalam-islam

Anda mungkin juga menyukai