Anda di halaman 1dari 1

Nama : Shofwah An Nufus

Pada abad 21 ilmu teknologi dan sains berkembang dengan pesat. Para ilmuwan mengembangkan
berbagai macam mesin yang membantu pekerjaan manusia dalam berbagai bidang. Tak terkecuali
pendidikan. Khususnya pada masa pandemi covid-19. Sistem pembelajaran daring menggunakan alat
penunjang yakni gadget.

Gadget yang awalnya hanya produk hedonis bermetamorfosis menjadi kebutuhan sekunder
terutama bagi para pelajar. Gadget telah mengalami banyak pengembangan dari masa ke masa. Kini
gadget dianggap sebagai pelopor Artifisial Intelligent. Gadget atau handphone adalah AI dalam
bentuk micro yang dijejali berbagai sistem aplikasi guna memudahkan pekerjaan dan media
penghibur bagi manusia. Tak dapat dipungkiri peran Gadget dalam sistem pendidikan daring adalah
hal pokok. Keluasan jangkauan gadget dan aplikasinya membuka berbagai peluang pengetahuan
yang mudah, efektif dan efisien. Seperti jurnal online perpustakaan online dan dalam ranah KBM
menjadi ruang kelas online. Selain beberapa hal di atas gadget telah mengurangi penggunaan kertas.
Gadget menurut sistemnya adalah alat yang menunjang Ecofriendly. Meskipun limbah perusahaan
gadget sendiri termasuk dalam Limbah B3. Kemudahan mendapatkan informasi melalui gadget bak
pisau bermata dua. Dewasa ini banyak tersebar media Radikalisme dan pornografi yang bersarang di
medsos. Media sosial dengan penggunaan yang kurang bijak dapat berakibat buruk pada para
penggunanya. Gadget yang ditampuk sebagai penunjang pendidikan abad 21 berubah menjadi
senjata yang menghancurkan generasi. Peran guru dan orang tua amat penting dalam membimbing
para siswa untuk fokus dalam pelajaran. Penggunaan gadget yang berlebih juga dapat menimbulkan
cacat mata dini pada anak-anak, seperti rabun jauh. Penggunaan gadget juga dapat menyebabkan
CST (carpalsindrometurnel).

Sebagaimana telah disinggung dalam UU sisidiknas. Perkembangan sistem pembelajaran harus


dinamis dan sesuai kebutuhan. Pembelajaran via zoom, google meet dan lain-lain adalah salah satu
pengamalan dari pasal menerapkan sistem belajar yang sesuai tuntunan zaman, sosial dan
kemasyarakatan. Sistem pendidikan online pada masa pandemi dinilai compatible dan tepat.
Namun, efek dari Onlineclass itu berdampak pada kurang efektifnya aktivitas pembelajaran. Dalam
aplikasi zoom misalnya siswa dapat meninggal kan kelas dan bermain meskipun telah masuk ke
dalam zoom. Pemeratan gadget juga menjadi konflik bagi orang tua siswa yang berpendapatan
rendah. Penggunaan gadget juga menggunakan kuota internet yang tidak murah. Kosa kata murah
memang dinamis namun, bagi orang berpendapatan rendah harga kuota yang murah dapat menjadi
sangat mahal.

Indonesia merupakan negara berkembang. Dimana kualitas SDM terbilang rendah dan tidak
merata. Saat Indonesia pelik dengan bencana dan kasus SARU. Negara maju telah seribu langkah
jauh dalam berbagai bidang. Penghargaan terhadap para pendidik atau guru juga belum maksimal.
Belum selesai masalah penggajian guru muncul krisis guru yang melanggar HAM. Banyaknya konflik
di atas adalah pekerjaan rumah bagi seluruh bangsa Indonesia. Negeri ini memerlukan tenaga
pengajar yang kompeten dan berkarakter. Sebagus apapun sistem jika pelaku tidak berbanding lurus
maka akan chaos. Para pengajar juga dituntut untuk dapat menghadirkan suasana belajar yang
kreatif dan inovatif. Penghayatan dan implementasi nilai-nilai pancasila sangat rendah di kalangan
pendidik maupun siswa. Jika kita mau berkaca membenahi diri dan terus maju maka bangsa
Indonesia dapat membuat perubahan besar untuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Anda mungkin juga menyukai