Anda di halaman 1dari 17

EVALUASI

PENDIDIKAN ISLAM
PRESPEKTIF
HADIST
Kelompok 10
Fithriaturrizqi Z
Jamilah
Purna ‫مرحبا‬
‫مرحبا‬
Rasidah
Rasifa Annisa Sholehah
Hidayatul Auliya
Pengertian
evaluasi ‫اثنان‬
pendidikan
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang
berarti tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu (Arikunto,
1993:1). Sesuai dengan pendapat tersebut, menurut Wand dan Brown
(dalam Nurkancana, 1986:1), evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai
suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala
sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan dunia pendidikan.

Dalam bahasa Arab, evaluasi dikenal dengan istilah imtihan


yang berarti ujian, dan dikenal pula dengan istilah khataman sebagai
cara menilai hasil akhir dari proses pendidikan.
Hadist
01.
Hadits Imam Bukhari Kitab ke-34, Bab Balighnya anak kecil dan nilai
persaksiannya, hadits no 2470 :

‫صلَّى‬ ِ َّ ‫سو َل‬


َ ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْن ُه َما أ َ َّن َر‬
َ ُ‫َّللا‬
َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع َم َر َر‬ ُ ‫َّللا قَا َل َح َّدث َ ِني نَا ِف ٌع قَا َل َح َّدث َ ِني اب ُْن‬ ُ ‫سا َمةَ قَا َل َح َّدث َ ِني‬
ِ َّ ‫ع َب ْي ُد‬ َ ُ ‫س ِعي ٍد َح َّدثَنَا أَبُو أ‬َ ‫َّللا ب ُْن‬ ُ ‫َح َّدثَنَا‬
ِ َّ ‫ع َب ْي ُد‬
‫سنَةً فَأ َ َجازَ نِي قَا َل‬ َ َ ‫ع ْش َرة‬ َ ‫س‬ َ ‫ق َوأَنَا اب ُْن خ َْم‬ ِ ‫ضنِي َي ْو َم ْال َخ ْن َد‬
َ ‫ع َر‬ َ ‫سنَةً فَلَ ْم ي ُِج ْزنِي ث ُ َّم‬ َ َ ‫ع ْش َرة‬َ ‫ضهُ َي ْو َم أ ُ ُح ٍد َو ُه َو اب ُْن أ َ ْر َب َع‬َ ‫ع َر‬ َ ‫سلَّ َم‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫َّللا‬َّ
‫ع َّما ِل ِه أ َ ْن‬
ُ ‫ب ِإلَى‬ َ َ ‫ير َو َكت‬ ِ ‫ير َو ْال َك ِب‬
ِ ‫ص ِغ‬َّ ‫ِيث فَقَا َل ِإ َّن َه َذا لَ َحد بَيْنَ ال‬ َ ‫يز َو ُه َو َخ ِليفَةٌ فَ َحدَّثْتُهُ َه َذا ْال َحد‬ ِ ‫ع ْب ِد ْال َع ِز‬
َ ‫ع َم َر ب ِْن‬ ُ ‫علَى‬ َ ُ‫نَافِ ٌع فَقَد ِْمت‬
َ ‫ع ْش َرة‬ َ ‫س‬ َ ‫ضوا ِل َم ْن بَلَ َغ خ َْم‬ ُ ‫يَ ْف ِر‬

Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Sa'id] telah menceritakan


kepada kami [Abu Usamah] berkata, telah menceritakan kepadaku ['Ubaidullah] berkata,
telah menceritakan kepadaku [Nafi'] telah menceritakan kapadaku [Ibnu'Umar
radliallahu 'anhuma] bahwa dia pernah menawarkan diri kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam untuk ikut dalam perang Uhud, saat itu umurnya masih empat belas tahun
namun Beliau tidak mengijinkannya. Kemudian ia menawarkan lagi pada perang Khandaq
saat itu usiaku lima belas tahun dan Beliau mengijinkanku". Nafi' berkata; "Aku menemui
'Umar bin 'Abdul 'aziz saat itu dia adalah khalifah lalu aku menceritakan hadis ini, dia
berkata: "Ini adalah batas antara anak kecil dan orang dewasa". Maka kemudian dia
menetapkan pegawainya untuk mewajibkan kepada siapa saja yang telah berusia lima belas
tahun.
Dalam hal ini usia baligh, atau usia lima belas tahun, merupakan batas
usia dari kanak-kanak ke dewasa dan usia enam puluh tahun, kurang lebih,
merupakan saat-saat peralihan ke usia tua. Usia lima belas tahun adalah waktu
yang tidak terlalu lama sejak seorang anak mencapai usia baligh, sehingga
membuat seorang anak tidak perlu melewati masa peralihan yang terlalu
panjang untuk memasuki usia dewasa.
Islam adalah agama rahmatan lil alamin, yaitu agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan
bagi semesta alam. Segalanya telah diatur oleh Al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar hukum. Apa yang diatur
oleh keduanya tidak lain untuk membawa manfaat bagi manusia sendiri. Islam mengatur segalanya baik
ekonomi, politik, sosial, dan ekonomi. Sampai hal-hal kecil juga diatur oleh Islam seperti bersin, mengucap
salam, makan, minum, dsb. Tak terkecuali dalam perang. Islam mengatur peperangan agar tidak terjadi
kerusakan.
Salah satusyarat dibolehkannya ikut perang ialah balig, Balig adalah kondisi di mana seseorang
sudah bisa dikatakan mencapai kedewasaan. Setelah masa balig inilah, seseorang mendapatkan kewajiban-
kewajiban yang sebelumnya belum mereka dapatkan. Salah satu tanda balig ialah sudah berusia 15 tahun dari
dalilnya yaitu, Ibnu Umar pernah mendaftar untuk ikut Perang Badr, namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menolaknya karena usianya belum genap 15 tahun. Selanjutnya keterangan hadis di atas dapat dipahami
bahwa kriteria usia anak menentukan aqil baligh baik menurut ahli hadis maupun ahli fiqh.
Hadist
02.
Hadits Imam Bukhari Kitab ke-3, Bab Ucapan ahli hadits, telah bercerita kepada kami,
telah mengabarkan kepada kami …, hadits no 59 :

‫ع َم َر قَا َل‬ ُ ‫ع ْن اب ِْن‬ َ ‫َار‬ ِ َّ ‫ع ْب ِد‬


ٍ ‫َّللا ب ِْن دِين‬ َ ‫ع ْن‬ َ ‫َح َّدثَنَا قُت َ ْيبَةُ ب ُْن‬
َ ‫س ِعي ٍد َح َّدثَنَا ِإ ْس َما ِعي ُل ب ُْن َج ْعفَ ٍر‬
‫ش َج ِر‬ ُ َّ‫ي فَ َوقَ َع الن‬
َ ‫اس فِي‬ َ ‫ط َو َرقُ َها َو ِإنَّ َها َمث َ ُل ا ْل ُم ْس ِل ِم فَ َح ِدثُونِي َما ِه‬ُ ُ‫ش َج َرة ً ََل يَ ْسق‬ َ ‫ش َج ِر‬َّ ‫سلَّ َم ِإ َّن ِم ْن ال‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫قَا َل َر‬
ُ‫ي النَّ ْخلَة‬
َ ‫َّللا قَا َل ِه‬
ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ي يَا َر‬ َ ‫َّللا َو َوقَ َع فِي نَ ْف ِسي أَنَّ َها النَّ ْخلَةُ فَا ْست َ ْحيَيْتُ ث ُ َّم قَالُوا َحدِثْنَا َما ِه‬ َ ‫ْالبَ َوادِي قَا َل‬
ِ َّ ‫ع ْب ُد‬

Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] Telah menceritakan kepada kami
[Isma'il bin Ja'far] dari [Abdullah bin Dinar] dari [Ibnu Umar] berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya diantara pohon ada suatu pohon yang tidak jatuh
daunnya. Dan itu adalah perumpamaan bagi seorang muslim". Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bertanya: "Katakanlah kepadaku, pohon apakah itu?" Maka para sahabat beranggapan bahwa yang
dimaksud adalah pohon yang berada di lembah. Abdullah berkata: "Aku berpikir dalam hati pohon
itu adalah pohon kurma, tapi aku malu mengungkapkannya. Kemudian para sahabat bertanya:
"Wahai Rasulullah, pohon apakah itu?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Pohon kurma".
Pelajaran yang dapat diambil

Al Bazzar dalam musnadnya menyatakan, bahwa hadits dengan redaksi seperti ini
Desktop
hanya diriwayatkan oleh Ibnu Umar. Ketika mendengar pendapat tersebut, At-Tirmidzi
berkata, “Hadits tersebut ditemukan pula dalam bab ini dari Abu Hurairah.”Kemudian dia
Software
mengisyaratkan kepada hadits pendek dari Abu Hurairah yang disebutkan oleh Abdu bin
Humaid dalam tafsirnya dengan redaksi, “Perumpamaan seorang muslim adalah seperti
pohon kurma.”
Demikian pula menurut Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Hibban bahwa ketika
Rasulullah membacakan firman Allah,“Perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang
baik” (Qs. Ibraahhm (14): 24) beliau melanjutkan, “Yang dimaksud dengan pohon tersebut
adalah pohon kurma” Dalam riwayat sebelum ini dari Mujahid dari Ibnu Umar diketahui
bahwa umur Ibnu Umar pada saat itu adalah 10tahun.
Untuk itu dapat kita simpulkan, bahwa diantara sahabat yang hadir adalah Abu
Bakar, Umar, Ibnu Umar, ditambah Abu Hurairah dan Anas bin Malik jika keduanya benar-
benar mendengar hadits ini dalam majelis tersebut.
Manfaat Kurma dan Anjuran Rasulullah SAWRasulullah menempatkan kurma pada posisi
yang spesial untuk dikonsumsi. Rasulullah menempatkan kurma pada posisi yang spesial untuk
dikonsumsi, utamanya ketika bulan Ramadhan. Nabi bersabda, ''Jika salah seorang di antara kalian
berbuka, berbukalah dengan kurma karena kurma itu membawa berkah. Jika tidak ada, berbukalah
dengan air karena air itu bersih.'' (HR Abu Dawud).
Tidak hanya hadis Nabi SAW, Alquran juga beberapa kali menerangkan manfaat kurma.
Dalam surah Maryam, Allah berfirman, ''Goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya
pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.'' (QS Maryam: 25).
Menurut berbagai penelitian, buah kurma mengandung dua pertiga unsur gula alami yang
paling mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Mengenai manfaat kurma bagi kesehatan tubuh,
Rasulullah bersabda, ''Barang siapa yang sarapan pagi dengan tujuh buah kurma Ajwa, pada hari
tersebut orang itu tidak akan terkena racun dan juga sihir.'' (HR Abu Dawud).
Tujuh butir kurma sebanding dengan 70 gram unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
(vitamin dan mineral). Jumlah tersebut akan membantu tubuh membersihkan diri dari racun yang
tersimpan dalam sisa-sisa makanan.Racun dalam tubuh bertambah banyak seiring dengan semakin
Hadist
03.
Hadits Imam At Tirmidzi Kitab ke-36, Bab Sabar terhadap bencana, hadits no 2322 :

َ َ ‫اس أ‬
‫ش ُّد بَ ََل ًء قَا َل ْاْل َ ْنبِيَا ُء ث ُ َّم ْاْل َ ْمث َ ُل‬ ِ َّ‫ي الن‬ ُّ َ ‫َّللا أ‬ ُ ‫ع ْن أَبِي ِه قَا َل قُ ْلتُ يَا َر‬
ِ َّ ‫سو َل‬ َ ‫س ْع ٍد‬ َ ‫ب ب ِْن‬ ِ ‫ص َع‬ ْ ‫ع ْن ُم‬ َ َ‫اص ِم ب ِْن بَ ْه َدلَة‬ ِ ‫ع‬ َ ‫ع ْن‬ َ ‫َح َّدثَنَا قُت َ ْيبَةُ َح َّدثَنَا َح َّما ُد ب ُْن زَ ْي ٍد‬
‫ب دِي ِن ِه فَ َما َيب َْر ُح ْال َب ََل ُء ِب ْال َع ْب ِد َحتَّى‬ ِ ‫س‬ َ ‫علَى َح‬ َ ‫ي‬َ ‫ص ْلبًا ا ْشت َ َّد َب ََلؤُ هُ َو ِإ ْن َكانَ ِفي دِي ِن ِه ِرقَّةٌ ا ْبت ُ ِل‬ ُ ُ‫ب دِي ِن ِه فَإ ِ ْن َكانَ دِينُه‬ ِ ‫س‬ َ ‫علَى َح‬ َ ‫الر ُج ُل‬ َّ ‫فَ ْاْل َ ْمث َ ُل فَيُ ْبتَلَى‬
َّ ِ‫ان أ َ َّن النَّب‬
‫ي‬ ِ ‫ت ُح َذ ْيفَةَ ب ِْن ْاليَ َم‬ ِ ‫ع ْن أَبِي ُه َري َْرة َ َوأ ُ ْخ‬ َ ‫ص ِحي ٌح َوفِي ْالبَاب‬ َ ‫س ٌن‬ َ ‫ِيث َح‬ ٌ ‫سى َه َذا َحد‬ َ ‫َطيئ َةٌ قَا َل أَبُو ِعي‬ ِ ‫علَ ْي ِه خ‬
َ ‫ض َما‬ ِ ‫علَى ْاْل َ ْر‬ َ ‫يَتْ ُر َكهُ يَ ْم ِشي‬
‫ش ُّد َب ََل ًء قَا َل ْاْل َ ْن ِب َيا ُء ث ُ َّم ْاْل َ ْمث َ ُل فَ ْاْل َ ْمث َ ُل‬َ َ ‫اس أ‬
ِ َّ‫ي الن‬ ُّ َ ‫س ِئ َل أ‬
ُ ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami Hammad bin
Zaid dari 'Ashim bin Bahdalah dari Mush'ab bin Sa'ad dari ayahnya berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah,
siapakah manusia yang paling berat ujiannya? Beliau menjawab: "Para nabi, kemudian yang sepertinya,
kemudian yang sepertinya, sungguh seseorang itu diuji berdasarkan agamanya, bila agamanya kuat, ujiannya
pun berat, sebaliknya bila agamanya lemah, ia diuji berdasarkan agamanya, ujian tidak akan berhenti menimpa
seorang hamba hingga ia berjalan dimuka bumi dengan tidak mempunyai kesalahan." Berkata Abu Isa: Hadits ini
hasan shahih. Dalam hal ini ada hadits serupa dari Abu Hurairah dan saudari Hudzaifah bin Al Yaman, nabi
Shallallahu 'alaihi wa Salam ditanya tentang siapa orang yang paling berat ujiannya, beliau menjawab: "Para nabi,
kemudian orang-orang serupa kemudian orang-orang serupa."
Kadar cobaan berupa musibah yang diberikan Allah SWT pada setiap manusia itu bertingkat.
Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, semakin berat pula ujian yang akan mereka alami. Sejatinya,
cobaan itu merupakan proses penguatan iman dan ketakwaan. Maka dari itu, bersabarlah dan terimalah dengan
segala keikhlasan apa yang terjadi. Tidak perlu segala cobaan itu disikapi berlebihan. Tafakuri dan temukan
hikmah dari setiap ujian.
Sikap ikhlas atas kehendak-Nya dan menafakuri apa yang dialami, akan memberikan pengalaman
spiritual yang luar biasa dan menjadi bekal dalam menjalani kehidupan. Kehidupan adalah sekolah, nilainya
ditentukan seberapa hebat tingkat kesabaran, keikhlasan, keimanan, dan ketakwaannya. Tidak ada sesuatu pun
yang tak bernilai, semuanya memiliki tujuan. Dan bagi mereka yang mampu mengambil pelajaran, kemuliaan
hidup yang akan didapatkan.
Sebagai yang memiliki otoritas tertinggi dalam menjelaskan al-Qur’an, hadis Nabi Saw. tentu
tidaklah bertentangan dengannya. Sebagaimana alQur’an yang menerangkan bahwa bencana terkadang
bersumber dari manusia atau akibat dari manusia dan terkadang datang langsung dari Allah Swt tanpa ada
sangkut pautnya dengan perbuatan manusia, maka hadis pun demikian. Kami kira sangat banyak riwayat yang
mengemukakan kuasa Allah Swt atas segala makhluk-Nya.
Standar kebencian dan ketidaksukaan manusia terhadap suatu keadaan yang telah ditetapkan oleh
Allah Swt. bukanlah jaminan akan nilai buruk bagi-Nya dalam memutuskan perkara. Karena sejatinya, tidak ada
hal yang akan dipandang buruk oleh seorang muslim, mukmin yang taat kepada-Nya. Ia akan menerima seluruh
yang telah diputuskan-Nya, meskipun secara dzahir terlihat sebagai bencana. Inilah makna bala>’ dalam bentuk
ujian berupa bencana atau musibah. Sebaliknya, perlu diwaspadai pula bahwa tidak jarang kenikmatan yang
tampak secara dzahir, juga merupakan bentuk bencana apabila itu melalaikan kita akan perintah-Nya.
Hal ini berarti bahwa kemurkaan Allah tidak selalu berbanding lurus dengan kejahatan yang
diperbuat oleh manusia. Begitu pula sebaliknya, kenikmatan yang Allah Swt anugerahkan kepada manusia tidak
selalu bermakna kenikmatan sejati. Allah Swt melalui Nabi Muhammad Saw. memerintahkan umat manusia
untuk selalu da senantiasa berbauat baik di setiap waktu dan tempat, kapanpun dan dimanapun. Allah Swt
memang menjanjikan pahala dan balasan kebaikan bagi mereka yang taat dan siksaan pedih bagi mereka yang
durhaka terhadap perintah-perintah-Nya. Namun keberhakan untuk menghukum dan memberi nikmat sejatinya
hanya ada di tangan-Nya. Dalam hal ini, kami kira tidak berlebihan jika kita mengikuti pendapat teologis yang
diungkapkan oleh Imam Abu Hanifah dalam al-Fiqh al-Akbar nya;
ADA
YANG
INGIN
DITANYAKAN?
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.

‫وداعا‬

Anda mungkin juga menyukai