Anda di halaman 1dari 23

SUPERVISI PENDIDIKAN

Education Profession Task

BY:

CINTA JOHANNA PASARIBU (4191131007)


THERESIA O. AMBARITA (4193131003)

CHEMISTRY EDUCATION STUDY ROGRAM 2019


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Hakekat Supervisi Pendidikan

Secara historis, teori supervisi memiliki pengembangan landasan teori yang kurang fokus
pada perbaikan pembelajran, dan hal ini menurut Sergiovani (1990) menjadi menyebabkan
perhatian terhadap teori tidak banyak digunakan oleh para praktisi.

Secara umum supervisi berarti upaya pembarian bantuan kepada guru agar dapat
membantu peserta didiknya belajar untuk menjadi lebuh baik. Konsep supervisi jika dipandang
dari arti katanya yang berarti supervision ( inggris), yang terdiri dari dua suku kata, yakni super
dan vision. Super artinya atas, hebat, lebih, sedangkan vision berarti melihat. Sehingga kata
supervision berarti “melihat dari atas” atau “melihat kelebihan” dengan demikian kata supervisi
tidak sama lagi dengan mengawasi yang dalam bahasa inggris “controlling”. Dalam kehidupan
sehari-hari guru, supervisi ini sering disamakan dengan kata pengawasan, sehingga pengawas
pendidikan disebut supervisor.

Neagley dan evans (1980) mendefinsikan supervisi dengan bantuan yang diberikan
kepada guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, pendidikan, dan kurikulum. Glickamna
(1981) mendefinisikan supervisi pendidikan sebagai upaya yang dilakukan untuk membantu guru
agar mau terus belajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaranya. Lebih lanjut Glickman
menjelaskan bentuk-bentuk bantuan yang diberikan harus disesuaikan dengan tinggi rendahnya
komitmen dan kemapuan berpikir abstrak guru.

Supervisi sebagai aktivitas yang dirancang untuk memperbaiki pengajaran pada semua
jenjang persekolahan, berkaitan dengan perkembangan dan pertumbuhan peserta didik, supervisi
juga merupakan bantuan dalam perkembangan dan pertumbuhan peserta didik, supervisi juga
merupakan bantuan dalam pengembangan dari belajar mengajar dengan baik (Kimbal Willes,
1983). Dari sudut pandang manajerial supervisi adalah usaha menstimulir, mengkoordinasi, dan
membimbing guru secara terus-menerus, baik individu maupun kolektif, agar dapat bekerja
dengan baik, meningkatkan koordinasi dalam rangka pengembangan siswa secara kontiniu
(Boardman, 1953). Untuk mempelajari semua hal, penyelia harus melakukan penelitian dulu.
Jika sudah diketahui kelemahan-kelemahannya, barulah dicarikan cara memperbaiki dan
meningkatkan belajar mengajar. Karena itu menurut Ben Haris (1975) supervisi sebagai apa
yang dilakukan olst personel orang dewasa atau benda untuk memperbaiki di operasi sekolah
dengan cara yang langsung danat mengubah dan meningkatkan proses guna meningkatkan
kualitas belajar siswa. Jadi, supervisi adalah ilmu dan langkah-langkah yang dikeluarkan untuk
perubahan yang ada di dalam yang diharapkan. Berlandaskan istilah supervisi pembagian di atas
(1) supervisi merupakan seluruh usaha yang dirancang oleh petugas sekolah Ke arah penyediaan
kepemimpinan bagi guru-guru dan pekerja sekolah lain; dan (2) supervisi memiliki target pada
usaha perbaikan, pertumbuhan jabatan, mengembangkan guru-guru, revisi tujuan pendidikan dan
bahan-bahan pengajaran. . Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 Supervisi yang
memuat supervisi manajerial dan akademik yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan
oleh pengawas atau satuan pendidikan dan kepala satuan pendidikan. Kepala sekolah sebagai
pengawas dalam melakukan supervisi harus mengetahui apa saja yang harus disupervisi. Karena
inti kegiatan sekolah adalah pembelajaran, maka aspek yang paling penting untuk disupervisi
dan penilaian kegiatan pendidikan adalah yang terkait dengan pembelajaran. PP No. 19 tahun
2005 Pasal 63 ayat 1 membahas pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri
atas (1) penilaian hasil belajar oleh pendidik (2) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
(3) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah

Berbagai upaya baik melalui kegiatan pelatihan, seminar, atau kegiatan yang lain penting
dilakukan agar pengawas (PPAI) yang ada saat ini memiliki kompetensi yang memadai. Terlebih
lagi saat ini forum pertemuan pengawas (KKPS) maupun Kelompok Kerja Kepala Sekolah
(KKKS) tidak berjalan dengan baik. Sementara pertemuan ini nenting untuk membahas berbagai
hal terkait dengan kegiatan belajar. Masalah yang muncul dalam pembelajaran dapat dipecahkan
di sini.

Kepala sekolah sebagai pengawas harus mempelajari hasil belajar oleh pendidik. Pasal
19 ayat 2005 pasal 64 ayat 1 pendidik yang disetujui dalam Pasal 63 ayat 1 butir a dilakukan
secara berkelanjutan untuk mendukung proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk
ulangan harian, ulangan tengah semester, ülangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Ayat 2 disetujui untuk disetujui pada ayat (1) digunakan untuk: menghargai persetujuan
kompetensi peserta didik; bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan memperbaiki
proses pembelajaran ayat 3 menyatakan kemajuan hasil belajar kelompok mata pelajaran
kewarganegaran dan ahlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian melalui (a) pengamatan terhadap prubahan perilaku dan sikap menilai
perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik dan (b) ujian, ulangan, dan/atau penugasan
aspek kognitif peserta didik. Ayat 4 menyatakan penilaian hsil belajar kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang
sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai. Ayat 5 mengevaluasi hasil belajar kelompok mata
pelajaran estetika dilakukan melalui penilaian terhadap perubahan dan penilaian terhadap
perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik. Kemudian ayat (6)
mendeklarasikan hasil belajar kelompok pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan dilakukan
peserta didik

Pengawasan menurut UUSPN Pasal 66 ayat penyelenggaraan (1) Pemerintah, Pemerintah


Daerah, dewan pendidikan, dan dukungan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan
sesuai dengan kompetensi masing-masing. Pengawasan yang disetujui ayat (1) dilakukan
dengan prinsip persetujuan dan akuntabilitas publik Dn No. 19 tahun 2005 Pasal 55 Pengawasan
satuan pendidikan meliputi pengawasan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut basi
ditegaskan PP No. 19 tahun 2005 Pasal 64. sekolah / madrasah melakukan pengawasan atas
pengawasan. Pasal 56 Pemantauan dilakukan oleh pimpinan unit pendidikan dan komite sekolah
/ madrasah atau badan lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan terkait
secara berkelanjutan dan berkelanjutan untuk mendukung efisiensi, pemanfaatan, dan
akuntabilitas satuan pendidikan. Supervisi pendidikan memiliki dua karekteristik yaitu (1)
berlaku terapan; dan (2) melibatkan aktivitas manusia dengan menempatkan keperluan yang
unik pada pengamatan dan pengembangan atau resep untuk praktik supervisi.

B. Latar Belakang belakang Pentingnya Supervisi Pendidikan

. Namun demikian, di bawah ini, dapat dibuat tentang latar belakang tentang supervisi bagi
guru-guru dan tenaga pendidik lainnya di lembaga pendidikan. Kenyataan-tantangan yang
disetujui, antara lain: Penyelenggaran pendidikan melibatkan peran orang yang nerlu
dikembangkan dalam kerjasama. Pengendalian yang disetujui dalam kerangka tujuan pendidikan
yang efektif dan efisien. Untuk ini diperlukan pembinaan yang kontinu, terarah, dan sistematis
terhadap pribadi dalam lembaga pendidikan yang disetujui. Kenyataan-tantangan yang disetujui,
antara lain:

a. Penyelenggaran pendidikan melibatkan peran orang yang nerlu dikembangkan dalam


kerjasama.
b. "Semua ini", saat guru melaksanakan tugas. Namun, karena berbagai faktor penghambat
seperti persiapan untuk menjadi guru, pengalaman yang kurang membantu dalam
pengembangan pribadi, kondisi kerja yang kurang memenuhi yang mengakitbatkan
pertumbuhan profesionalnya kurang memadai, potensi-potensi tersebut tidak / tidak tumbuh
dan berkembang .
c. Para pengajar tidak mungkin selalu dapat melakukan tugasnya dengan baik. Guru tidak
lepas dari berbagai masalah / kesulitan dalam menjalankan aktivitasnya. Faktor-faktor luar
dan diri sendiri sering ienjadi penyebab guru-guru ini terkait berbagai masalah / kesulitan
dalam melaksanakan kegiatannya, seperti penjabaran tujuan, pertemuan umum, tujuan
khusus, pengajuan pertanyaan yang benar dan tepat, dan sebagainya. Dalam hal ini guru
setuju, dan kembali supervisi pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk hal
tersebut.menerima pelayanan manajer atau supervisor untuk membantu dia memperbaiki
belajar-mengajar yang dilaksanakannya.
d. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan tuntutan kebutuhan
masyarakat yang semkain kompleks telah menyebabkan adanya perkembangan tuntutan
tanggung jawab guru.

C. Tujuan Supervisi Pendidikan

Tujuan supervisi pendidikan tidak menyodorkan suatu teori, tetapi mengikutsertakan sesuai
dengan kebutuhan dan untuk menjelaskan beberapa fakta yang diperlukan. Supervisi pendidikan
sebagai salah satu instrumen yang dapat digunakan dan menjamin terpenuhinya kualitas
penyelenggaraan pendidikan maupun penyelenggaraan pembelajaran. Sebagai bantuan
menambah pengalaman perlu dicermati tujuan supervisi menurut para pakar antara lain yaitu
Glickman (1981) untuk membantu guru-guru belajar meningkatkan kemampuan dan
kapasitasnya, agar siswa-siswanya dapat mengembangkan tujuan belajar yang telah ditetapkan.
Sahertian dan Mataheru (1981) mengemukakan tujuan supervisi :
(1) membantu para guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan;
(2) membantu para guru dalam membimbing pengalaman belajar;
(3) membantu para guru menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar;
(4) membantu para guru dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa;
(5) membantu para guru dalam menggunakan alat, metode, dan model mengajar;
(6) membantu para guru dalam mendukung siswa-murid dan hasil pekerjaan guru itu
sendiri;
(7) membantu para guru membina reaksi mental atau moral para guru dalam rangka
pertumbuhan pribadi jabatanya;
(8) membantu para guru di sekolah membantu para güru ägar lebih mudah untuk membantu
mereka dengan senang hati dengan tugas yang diembannya,
(9) menggunakan sumber masyarakat dan cara-cara seterusnya; dan
(10) membantu para guru agar waktu dan tenaga guru dicurahkan didukung dalam
membina sekolah.
Tujuan supervisi pendidikan menurut Oliva (1894) adalah:
(1) membantu guru dalam mengembangkan proses kegiatan belajar mengajar;
(2) membantu guru dalam menterjemahkan dan mengembangkan kurikulum dalam proses
belajar mengajar; dan
(3) membantu guru dalam mengembangkan staf sekolah.
Tujuan supervisi menurut Nawawi (1985) adalah menolong para guru dengan kesadarannya
sehingga dapat mengembangkan dan menumbuhkan masyarakat dan menjadi guru yang lebih
cakap dan lebih baik dalam membantu para guru dalam menjalankan tugas-tugasnya.
menganjurkan tujuan supervisi mengundang para guru untuk bertumbuh dan mengembangkan
dalam kelas pengajaran dan kehidupan kelas, memperbaiki keterampilan mengajar mereka serta
menggunakan persiapan mengajar.
Secara umum tujuan supervisi dapat dirumuskan adalah "untuk membantu guru
meningkatkan kemampuannya agar menjadi guru yang lebih baik dan profesional dalam
pelaksanaan mendukung". Jadi dapat ditegaskan vanwa tujuan supervisi adalah untuk
meningkatkan tingkat dan proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

D. Fungsi Supervisi Pendidikan

Mengacu pada tujuan supervisi mengumpulkan yaitu memberikan layanan dan membantu
meningkatkan kualitas guru yang mengajar meningkatkan kualitas belajar siswa. Maka perlu
diketahui fungsi supervisi pendidikan. . Supervisi memiliki fungsi penilaian (evaluasi) dengan
jalan penelitian (penelitian) dan merupakan usaha dilaksanakan ikut aktifkan kreasinya. Menurut
Swearingen fungsi supervisi pendidikan adalah mengkoordinir semua usaha sekolah, melengkapi
pimpinan sekolah, membantu perkembangan guru, menstimulasi usaha-usaha yang membantu,
menyediakan fasilitas dan penilaan terus berkesinambungan, lanjutkan mempelajari belajar
mengajar, berikan pengetahuan kepada setiap anggota, dapat ditegaskan bahwa fungsi dan
spesifikasi supervisi harus menyediakan supervisi persetujuan untuk guru untuk menumbuhkan
proses belajar mengajar yang berkualitas baik, menyenangkan, inovatif dan dapat mendukung
implementasi tugas staf pengajar. Tugas pengawas ini memberi petunjuk tentang manajemen
pendidikan pada intinya adalah pembelajaran dan menyediakan layanan pembelajaran yang
berkualitas. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga memenuhi kualitas yang
dipersyaratkan, maka peran kepala sekolah otomatis berfungst sebagai pengawas, dibantu oleh
para pengawas (pengawas sekola) yang ditunjuk oleh pemerintah. Tanggung jawab mereka
sebagai supervisor adalah memohon dan menyediakan pembelajaran belajar memenuhi standar
yang dipersyartkan, dan melakukan kegiatan administrasi dengan terkontrol dengan baik dan
benar

E. Prinsip supervisi pendidikan

Supervisi bersama menciptakan pembelajaran belajar yang lebih baik tentang sumber
dikumpulkan dari kelompok, dari usaha-usaha pengawas sendiri menunjukkan profesionalitas
bukan dari hubungan prbadi Supervisi juga harus progresif, menantang melangkah maju,
đilaksanakan bertahap atas keaadaan dan menantang yang sebenarnya. Prinsip dasar tentang
supervisi modern yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk diskusi lebih lanjut dapat
dicermati Prinsip supervisi yang dikemukakan oleh Sutisna (1983) adalah: (1) supervisi
merupakan bagian integral dari program pendidikan, ia adalah program bantuan yang dikelola
dengan bantuan usaha g koperasi; (2) semua guru meminta dan berhak atas bantuan supervisi;
(3) supervisi sesuai kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan perseorangan dari sekolah; (4)
supervisi mengambilnya membantu menjelaskan tujuan-tujuan dan sarana-pendidikan, dan
berusaha menerangkan implikasi-implikasi dari tujuan-tujuan dan tujuan-tujuan itu; (5) supervisi
mengambilnya membantu memperbaiki hubungan dan semua anggota staf sekolah, dan
mendorongnya membantu mengembangkan hubungan sekolah-masyarakat yang baik; (6)
tanggung jawab dalam pengembangan program supervisi berada di kepala sekolah untuk
sekolahnya dan pada penilik / pengawas untuk sekolah- sekolah yang berada di wilayahnya; (7)
harus ada dana yang memadai untuk program kegiatan supervisi dalam anggaran tahunan; (8)
program dukungan yang supervisi yang disponsori oleh para peserta; dan (9) Supervisi meminta
bantuan menjelaskan dan menerapkan dalam penelitian penemuan pendidikan mutakhir.

Sementara prinsip-prinsip yang menetapkan pengawasan supervisi menurut Sergiovani


(1990) adalah (1) tujuan akhir supervisi adalah pertumbuh siswa sebagai pembinaan sumber daya
manusia dan pada akhim perbaikan masyarakat; (2) tujuan umum supervisi pendidikan adalah
mensuplay kepemimpinan dalam penyelenggaraan kelanjutan dan kekonstanan adaptasi ulang
dalam program pendidikan melalui periode tahun; dan (3) tujuan jangka menengah supervisi
kolaborasi untuk pengembangan yang menyenangkan bagi pembelajaran.

F. Permasalahan pada Supervisi Guru


Marsudi W. Kisworo (2013) menjelaskan masalah kemerosotan karena pembinaan yang
diabaikan. Sumber Menuna ini, kompetensi tergolong guru tergolong rendah. 60 persen lebih
guru harus mendapat pembinaan serius.Dewey mengumumkan bahwa mengajar bukan hanya
membahas bahan tetapi juga mengundang banyak proses (Sergiovanni, 1982). Hal yang penting
adalah mengatur para guru melaksanakan tugas profesional tetap pada standar yang ditentukan
dan kualitas disetujui memenuhi standar. Lebih guru menurut Keith dan Meredith (1987) tidak
suka untuk diawasi, walaupun hal tersebut diperlukan dalam pelatihan dan pekerjaan. Bila
ditelusuri pengalaman guru-guru dalam kehidupan sehari hari yang memang mendapat
kesempatan didampingi oleh supervisor yang profesional merasa mendapatkan untung dari
supervisi, dan beberapa pengawas pendidikan yang dikenal sebagai supervisior yang populer
dan efektif bekerja

G. Pendekatan Supervisi Pendidikan

Sistem supervisi yang efektif, sebagai berikut:

(1) supervisi merupakan usaha membantu dan melayani guru meningkatkan kemampuan
keguruannya mengembangkan kurikulum melalui penyusunan strategi pembelajaran

(2) supervisi tidak langsung diarahkan kepada murid, tetapi kepada guru yang membina murid
itu dengan menggunakan nendekatan yang benar-benar mampu meningkatkan kualitas mengajar
guru

(3) supervisi tidak bersifat direktif (mengarahkan) atau memenuhi kehendak supervisor, tetapi
lebih banyak bersifat konsultatif (memberikan dorongan, saran dan bimbingan) dengan
menjamin bantuan yang diberikan supervisor betul-betul ada manfaatnya bagi guru
meningkatkan kualitasnya mengajar.

Ada beberapa model yang berkembang dalam supervisi pengajaran:

1. Supervisi konvensional merupakan model supervisi yang dilakukan untuk mencari


kesalahan dan menemukan kesalahan guru. Kadang bersifat memata-matai, yang oleh
Peter F. Oliva (1976) diistilahkan dengan snoopervision. Sering juga disebut dengan
supervisi yang korektif.

2. Supervisi ilmiah merupakan model supervisi yang dilakukan dengan menggunakan


instrumen pengumpulan data (Sahertian, 1998). Peningkatan kemampuan supervisi bagi
supervisor tentu dimulai dari kemampuannya melakukan pendekatan supervisi
pengajaran.

3. Supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan
membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui
observasi dan analisis data secara objektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah
perilaku mengajar guru.

4. Supervisi artistik, yaitu mengajar selain sebagai knowledge dan skill, tetapi juga art
(kiat), begitu juga dengan supervisi yang merupakan pengetahuan, keterampilan dan juga
suatu kiat.

Ada beberapa pendekatan yang berkembang dalam supervisi pengajaran, antara lain pendekatan
direktif, pendekatan non direktif, dan pendekatan lain kolaboratif. Glickman (1981)
menggambarkan kontinum secara jelas perilaku yang digunakan oleh supervisor yang meliputi
pendekatan directive, nondirective, dan collaborative yang beradasar pada kontinum. Kontinum
menggambarken pendekatan:

a. non directive dimulai dari mendengarkan, mengklarifikasi, menganjurkan, dan


mempresentasikan.

b. kolaboratif dengan cara mengidentifikasi dan memecahkan masalah, melakukan


negosiasi, dan mendemostrasikan kembali cara-cara mengajar yang baik dan menarik.

c. directive memberi pengarahan langsung dengan memberi penguatan mengacu standar


yang memenuhi kaidah pembelajaran

I. Pendekatan Non-direktive

Pendekatan non direktif merupakan pendekatan terhadap permasalahan yang bersifat tidak
langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tetapi terlebih
dahulu mendengarkan secara aktif dan menggali apa permasalahan mengajar yang dikemukakan
oleh guru. Dipihak lain supervisor mencatat cermat berbagai problematika mengajar yang
dikemukakan dan mendiskusikan pemecahan masalahnya, sampai guru menemukan solusi yang
sesuai bagi dirinya. Supervisor memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk
mengemuka secara detail permasalahan yang mereka hadapi. Perilaku supervise menurut
Sahertian (2000) dalam pendekatan non direktif ben mendengarkan, memberi penguatan,
menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan masalah.

II. Pendekatan Direktive

Pendekatan direktif merupakan pendekatan terhadap masalah vang bersifat langsung dihadapi
guru saat melaksanakan tugas mengajar Dalam praktiknya supervisor mengamati guru saat
mengajar, saat mengamati guru mengajar, maka supervisor mencatat hal-hal penting yang
menjadi titik lemah guru itu memperaktikkan caranya mengajar. Seperti masalah penggunaan
metode dan strategi mengajar yang sedang digunakan oleh guru, membuka dan menutup
pelajaran oleh guru, berbagai permasalahan lainnya dalam hal mengajar yang dilakukan oleh
guru. Supervisor mengamati secara langsung saat guru mengajar dan memberikan arahan secara
langsung segera setelah melaksanakan pengajaran. Sehingga supervisor lebih dominan berada
pada posisi membantu memecahkan masalah guru dalam mengajar. Pendekatan ini menurut
Sahertian, (2000) dilakukan dengan perilaku supervisor berupa menjelaskan, menyajikan,
mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur, dan menguatkan.

III. Pendekatan Collaborative

Pendekatan kolaboratif merupakan pendekatan yang memadukan pendekatan direktif dan non
direktif. Dalam pendekatan ini, supervisor dan guru secara bersama-sama, bersepakat
menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap
masalah yang dihadapi guru. Guru secara terbuka mengemukakan permasalane yang dihadapi
guru berkaitan dalam hal mengajar. Sebaliknya supervisor secara ikhlas dan dengan kerendahan
hati mendengarkan than hal mengenai problematika yang dihadapi oleh guru dalam
melaksanakan kegiatan mengajar. Selanjutnya secara hati-hati supervisor memberikan
pandangannya berkaitan dengan solusi bagi permasalahan mengajar yang dilakukan oleh guru.
Keangkuhan, kesombongan dan ingin menang sendiri yang ditampakkan oleh supervisor,
sebaliknya ketertutupan, acuh tak acuh, dan malas yang diperankan oleh guru akan merendahkan
kualitas kolaborasi yang dibangun bersama oleh supervisor dengan guru. Oleh karena itu
perilaku supervisor dalam pendekatan ini adalah menyajikan dengan metode yang menarik,
menjelaskan dengan komunikasi yang jelas, mendengarkan dengan saling menghargai,
memecahkan masalah secara bersama-sama, dan melakukan negosiasi atau tidak memaksakan
kehendaknya masing-masing.

H. Tugas Supervisor Pendidikan

Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh supervisor untuk membantu guru dalam
meningkatkan kinerjanya menurut Oliva (1984), yaitu: (1) membantu guru membuat
perencanaan pembelajaran; (2) membantu guru untuk menyajikan pembelajaran; (3) membantu
guru untuk mengevaluasi pembelajaran; (4) membantu guru untuk mengelola kelas; (5)
membantu guru dalam mengembangkan kurikulum; (6) membantu guru dalam mengevaluasi
kurikulum; (7) membantu guru melalui program pelatihan; (8) membantu guru untuk melakukan
kerja sama; dan (9) membantu guru untuk mengevaluasi dirinya sendiri.

Burton mencatat bahwa seorang supervisor mempunyai tugas:

(1) ingkatkan aktifitas pembelajaran; (2) meningkatkan pelayanan guru: (3) menseleksi dan
mengorganisir materi-materi pembelajaran; (4) melakukan pengetesan dan pengukuran; dan (5)
menentukan peringkat guru.

Senada dengan pendapat Burton, maka Ben. M. Haris (1975) mengemukakan 10 bidang kembali
(redesign) apa yang diajarkan, siapa yang menagajar, bagaimana tugas supervisor yaitu
(1) mengembangkan kurikulum.
Mendesain kembali apa yang diajarkan, siaa yang mengajar, bagaimana polanya, bila diajarkan,
dan membimbing pengembangan kurikula menetapkan standar, merencanakan unit pelajaran,
dan melembagakan pelajaran.

(2) pengorganisasian pengajaran.

Pengelola murid, staf. belajar, dan bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan se
kordinatif dilaksanakan dengan efisien dan efektif.

(3) pengadaan

Menyediakan staf pengajaran dengan jumlah yang cukup sesuai kompetensi bidang pengajaran
dan melakukan pembinaan secara terus menerus.

(4) menyedikan fasilitas.

Mendesign perlengkapan dan fasilitas untuk kepentingan pengajaran dan memilih fasilitas sesuai
keperluan pengajaran.

(5) penyediaan bahan-bahan, memilih dan mendesain bahan-bahan yang digunakan dan
diimplementasikan untuk pengajaran

(6) penyusunan penataran pendidikan.

Merencanakan dan mengimplementasikan pengalaman-pengalaman belajar untuk memperbaiki


kemampuan staf pengajaran dalam menumbuhkan pengajar.

(7) pemberian orientasi anggota-anggota staf.

Memberi informasi pada staf pengajar atas bahan dan fasilitas yang ada untuk melakukan
tanggung jawab pengajaran

(8) pelayanan murid.

Secara kordinatif memberikan pelayanan yang optinum dan hati-hati terhadap murid untuk
mengembangkan pertumbuhan belajar.

(9) hubungan masyarakat.

Memberikan dan menerima informasi dari masyarakat untuk meningkatkan pengajaran lebih
optimum.

(10) penilaian pengajaran terhadap perencanaan pengajaran.

Implementasi pengajaran, menganalisis dan menginterprestasikan data, mengambil keputusan,


dan melakukan penilaian hasil belajar murid, untuk memperbaiki pengajaran (Oliva,1984).
Pada intinya tugas supervisor menurut Burton dan Harris adalah meningkatkan aktifitas
pembelajaran, mengembangkan kurikulum, dan mengevaluasi pembelajaran. Semakin spesifik
yang digambarkan hasil evaluasi, maka semakin berarti.

1) Teknik Supervisi Pendidikan

Supervisor secara teliti, mengidentifikasi masalah kegiatan belajar mengajar, dan


menentukan pemecahan masalah KBM dengan cara-cara yang profesional Pendidik bertanggung
jawab dalam proses pembelajaran dengan ro.cara yang mendidik. Kepala sekolah
bertanggungjawab dalam nenyelenggaraan pendidikan dengan cara menjamin terselenggaranya
layanan belajar dan layanan lainnya untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar. Kemudian
bertanggungjawab dalam membina kemampuan profesional guru dengan cara membantu
mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugasnya memberi layanan belajar untuk mempertinggi
mutu pembelajaran dan membina kepala sekolah dalam meningkatkan mutu penyelenggaraan
pendidikan.

Sahertian dan Mataheru (1985) membedakan teknik-teknik supervisi pengajaran menjadi

1. Teknik kelompok

Teknik kelompok diterapkan jika banyak guru mengalami masalah yang sama pada mata
pelajaran yang sama atau berbeda. Teknik yang dapat diterapkan antara lain (1) rapat para guru;
(2) workshop; (3) seminar; (4) kepemimpinan; (5) konseling kelompok; (6) bulletin board; (7)
melaksanakan karya wisata; (8) questionaire; dan (9) penataran atau penyegaran.

2. Teknik perorangan.

Teknik perorangan dipergunakan apabila masalah khusus yang dihadapi seorang guru meminta
bimbingan tersendiri dari supervisor. Teknik yang dapat digunakan (1) orientasi guru baru; (2)
kunjungan kelas; (3) individual conference atau pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru
yang bersangkutan; (4) kunjungan rumah; dan (5) intervisitation atau saling mengunjungi.
Caranya, dapat dibedakan menjadi teknik langsung dan tak langsung. Teknik langsung yaitu
antara supervisor dengan guru yang dibimbing berkomunikasi secara langsung, misalnya (1)
menyelenggarakan rapat guru; (2) menyelenggarakan workshop; (3) mengunjungi kelas; dan (4)
mengadakan konferensi. Sementara tidak langsung misalnya melalui (1) papan pengumuman;
(2) kuesioner: dan (3) membaca terpimpin.

Kemudian Pidarta (1986) mengemukakan ada 1l buah teknik supervisi pertimbangan yang
dapat dilakukan, yaitu (1) observasi kelas: (2) kunjungan kelas; (3) pertemuan formal; (4)
pertemuan informal; (5) rapat guru; (6) supervisi yang telah disetujui; (7) supervisi klinis; (8)
teknik supervisi teman sebaya; (9) teknik memakai pendapat siswa; (10) teknik kunjungan
sekolah yang lain; dan (11) teknik melalui pertemuan pendidikan.
Sedangkan Nurtain (1989) mengutip teknik supervisi engajaran meliputi (1) mengetahui cara
memulai supervisi; (2) berusaha memenuhi permintaan terarah; (3) memperoleh bantuan dari
pengikut; (4) berikhtiar mengambil keputusan secara akurat; (5) berusaha memenuhi kritik
humanis: (6) berusaha menyelesaikan keluhan pengikut; (7) berusaha mengatasi pengikut yang
suka membuat masalah; (8) berusaha mengatasi pelanggaran serius (9) berusaha mengatasi
pemborosan; dan (10) berusaha untuk melakukan supervisi jarak jauh.

Dari pendapat para ahli tersebut ternyata teknik-teknik supervisi dan pendidikan yang
menunjukkan keragaman, yang mendukung peningkatan kualitas pengajaran yang dilakukan oleh
guru. Menurut Glickman (1981) sarana untuk kelompok yang terdiri dari komite, kursus kerja,
laboratorium kurikulum, bacaan terbuka, pengajaran demontrasi, kunjungan lapangan untuk staf
pribadi, melembagakan dan memberi kuliah, panel atau diskusi, organisasi profesional, buletin
pengawas, pertemuan guru, lokakarya atau konferensi kelompok. Sedangkan sarana untuk
individu terdiri dari observasi kelas, eksperimen kelas, konferensi, intervisitasi dan observasi,
pemilihan bahan untuk pengajaran dan evaluasi diri.

Teknik supervisi pendidikan diterapkan di sekolah sangat ditentukan oleh model dan
disetujui yang digunakan. Teknik ini sangat beraneka ragam jenisnya, namun demikian, garis
besar dapat dikelompokkan atas dua bagian besar, yaitu:

1. Teknik yang disebut Kelompok, yang terdiri dari: Pertemuan Orientasi, Rapat guru latih,
Studi kelompok antar guru latih, Diskusi sebagai proses kelompok, Tukar-menukar
pengalaman, Lokakarya, Diskusi panel, Seminar, Simposium, Demonstrasi mengajar,
Perpustakaan jabatan, Buletin supervise, Membaca langsung, Mengikuti kursus,
Organisasi Kepemimpinan, Laboratorium kurikulum, Perjalanan sekolah (karyawisata)

2. Teknik yang menghubungkan individu yang terdiri dari: Perkunjungan kelas, Observasi
kelas, Percakapan pribadi, Inter-kunjunganasi, Menilai diri sendiri

1. Teknik Supervisi Bersifat Kelompok

Berbagai teknik dapat digunakan pengawas dalam membantu guru meningkatkan


pembelajaran, mengajar kelompok, teknik individu, atau dengan cara langsung bertukar muka,
dan cara mengambil langsung melalui media komunikasi (visual, audial, audiovisual). Teknik-
teknik supervisi yang melibatkan kelompok yang diintrodusir oleh Pangaribuan (2005) dari
berbagai pendapat ahli antara lain dengan cara melakukan (1) Pertemuan Orientasi (2) rapat
guru latih; (3) studi kelompok antara guru latih; (4) diskusi sebagai proses kelompok; (5) tukar
menukar pengalaman; lokakarya; (7) panel diskusi; (8) seminar; (9) simposium; (10)
demonstrasi mengajar, (11) perpustakaan pendaftaran; (12) buletin supervisi3; (13) membaca
langsung; (14) mengikuti kursus; (15) Kegiatan-kegiatan organisasi dalam jabatan; (16)
laboratorium kurikulum; dan (17) perjalanan sekolah. Teknik kelompok ini dapat digunakan
pada saat Supervisor mengalihkan banyak guru yang membahas masalah yang sama.

a. Pertemuan Orientasi

Pertemuan yang diarahkan adalah pertemuan penyelia dengan pengawas (yang ditunjuk oleh
guru yang ditunjuk) yang ingin dihadiri tersebut. Pada pertemuan orientasi, memberikan
penjelasan hal-hal penting yang perlu dilakukan dalam meningkatkan kualitas profesionalisme
guru dalam melaksanakan tugas pengajaran. Setelah supervisor memberikan penjelasan yang
penting selanjutnya supervisor meminta masukan dari supervisee tentang apa saja yang perlu
dilakukan untuk memperbaiki layanan belajar.

Pada pertemuan orientasi, supervisor diharapkan data menyampaikan kepada supervisee


(1) sistem kerja yang diterapkan di sekolah; (2) proses dan administrasi administrasi dan
organisasi di sekolah; (3) risiko-risiko yang dapat timbul jika suatu prosedur kerja atau sistem
kerja tidak dilakukan sebagai mana mestinya; (4) Peluang-peluang yang dapat digunakan untuk
mengawasi mengembangkan sendiri; (5) hak dan kewajiban supervisi selama melakukan
pekerjaannya; dan (6) hal lain yang diperlukan dapat membantu pengawasan dalam melakukan
pekerjaannya efektif dan efisien tanpa banyak masalah atau kesulitan .

b. Rapat Guru

Perencanaan rapat yang baik diawali dengan usaha-usaha yang serius dalam pengumpulan
data tentang (a) penting yang sangat menonjol dan berpengaruh terhadap kehidupan dan
pendidikan, (b) alat bantu yang dapat digunakan saat rapat dilaksanakan, dan (c) minat ,
perhatian, kecakapan-kecakapan, dan kepribadian umumnya serta masalah-masalah yang
dihadapi guru latih baik secara individual maupun kelompok.

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan suatu rapat guru latih,
antara lain (1) tujuan-tujuan yang hendak dicapai harus jelaas dan konkret; (2) masalah-masalah
yang akan menjadi bahan rapat harus merupakan masalah yang timbul dari guru latih-guru latih
yang dianggap penting oleh mereka dan sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri; (3) masalah-
masalah pribadi guru latih yang menyangkut masalah rapat perlu mendapat perhatian; (4)
pengalaman-pengalaman baru yang diperoleh guru latih-guru latih dalam rapat tersebut harus
membawa mereka pada pertumbuhan pribadi dan jabatan yang sebaik-baiknya; (5) partisipasi
guru etih sejak perencanaan sampai pelaksanaan rapat hendaknya dipikirkan dengan sebaik-
baiknya; dan (6) persoalan kondisi setempat, waktu, dan tempat rapat perlu menjadi bahan
pertimbangan dalam perencanaan suatu rapat.

Pada saat rapat guru latih berlangsung, pimpinan rapat (supervisor) diharapkan memiliki
kemampuan yang tinggi dalam (1) menciptakan situasi yang baik dengan sikap ramah-tamah,
menjadi pendengar yang baik terhadap pendapat-pendapat atau saran-saran dari peserta; (2)
menguasai ruang lingkup masalah/materi yang dibicarakan dalam rapat dan menghadapkan-
masalah-masalah yang sudah direncanakan kepada para peserta untuk dibahas
menumbuhkembangkan motivasi pada diri para peserta untuk berpartisipasi dan dicari alternatif
pemecahannya; (3) secara aktif selama rapat berlangsung, dan berusaha membantu mereka,
terutama yang kurang berpengalaman, dalam mengemukakan ide-ide atau pendapat pada rapat;
(4) mengatur arah pembicaraan selama rapat berlangsung, penyimpangan dari ruang lingkup
masalah yang dibahas dapat dihindari; (5) memberikan penjelasan tambahan dan/atau interpretasi
objektif tentang pendapat dan/atau usul anggota rapat yang dirasakan kurang jelas sehingga dapat
dimengerti dan diterima olch seluruh anggota rapat; (6) mencari titik-titik persamaan dan
menetralisir perbedaan pendapat yang menonjol di kalangan peserta rapat dan mengarahkannya
kepada AEsepakatan pendapat; dan (7) menutup atau mengakhiri suatu rapat dalam Suasana
yang dapat memuaskan dan merumuskan tindaklanjut yang jelas.

Dengan perencanaan dan pelaksanaan rapat sedemikian rupa diharapkan tujuan rapat, sebagai
teknik supervisi pendidikan, bagi guru latih dapat tercapai secara maksimal. Tujuan yang
dimaksud menurut Sahertian, (2000) antara lain (1) menyatukan pandangan-pandangan guru
latih tentang suatu masalah, atau lebih luas lagi dengan konsep umum makna pendidikan dan
proses sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan; (2) mendorong guru latih menerima dan
melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik mendorong pertumbuhan mereka; dan (3)
menyatukan pendapat tentang metode kerja yang akan membawa mereka ke arah pencapaian
tujuan pengajaran yang maksimal dilembaga pendidikan tersebut.

c. Studi Kelompok Antar Guru

Studi kelompok antar guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan sejumlah guru yang
memiliki keahlian dibidang studi tertentu, seperti Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, dan sebagainya. Kelompok guru latih ini melakukan pertemuan, baik secara rutin
maupun insidentil, untuk mempelajari atau mengkaji suatu atau sejumlah masalah yang
menyangkut penyajian dan pengembangan materi bidang studi. Topik- topik yang dibahas dalam
pertemuan tersebut, telah dirumuskan sebelumnya, baik oleh guru latih, atau supervisor, atau
guru latih bersama- sama supervisor. Pembahasan masalah atau topik yang telah ditetapkan
tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai cara, sebelum pertemuan masing-masing guru
latih mempelajarinya secara individual. Pada sat pertemuan diadakan, maka salah seorang
diantara mereka menyajikan materi pelajaran yang diasuhnya di depan. Setelah penyajian materi
itu dilakukan, maka supervisor dengan guru mengkaji bersama dengan memberi kesempatan
kepada setiap guru latin mengemukakan pendapatnya. Saran dari kajian bersama ini, adalah isu-
isu penting berkaitan dengan materi pelajaran yang disampaikan da sebagainya. Semua aktivitas
tersebut perlu diketahui dan dikendalikan olen supervisor agar kegiatan tidak berubah menjadi
ngobrol hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan materi. Kehadiran supervisor dapat mendorone
perolehan hasil yang maksimal. Kehadiran supervisor sangat diharap sebagai inspirator untuk
memperbaiki pengajaran. Dengan demikian stat kelompok antar guru penting dilakukan untuk
meningkatkan kua penguasaan materi pelajaran dan kualitas dalam memberi layanan bela
Kemauan dan kemampuan supervisor memfasilitasi studi kelompok mempersiapkan diri dengan
menyediakan sumber-sumber buku, dan sumber-sumber lainnya. Jika memungkinkan mencari
dan menghadirkan hara sumber yang memang ahli dibidang atau topik yang dibahas oleh para
guru latih.

d. Diskusi sebagai Pertukaran Pikiran atau Pendapat

Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu proses percakapan antara dua
atau lebih individu tentang suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi
merupakan salah satu alat bagi supervisor untuk mengembangkan berbagai keterampilan pada
diri para guru yang berlatih menghadapi berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan
tukar pikiran antara satu dengan yang lain. Apa dan bagaimana gaya kepemimpinan yang tepat
diterapkan untuk membuat anggota diskusi menjadi bagian dari proses diskusi. Hal ini menjadi
kajian penting bagi para supervisor. Supervisor sebagai pemimpin diskusi harus mampu berperan
sebagai leader atau chairman, recorder, oserver dan analyser (pengamat dan penguraian), dan
evaluator. Oleh Sebab itu, supervisor diharapkan mampu (1) menentukan tema Perbincangan
yang lebis spesifik; (2) melihat bahwa setiap anggota diskusi nang dengan keadaan tempat yang
disediakan, dan senang pula dengan k yang dibahas atau didiskusikan: (3) melihat bahwa
masalah yang dibahas dapat dimengerti oleh semua anggota dan dapat memecahkan beberapa
masalah pengajaran; (3) melihat bahwa kelompok merasa diperlukan atau diikutsertakan untuk
mencapai hasil bersama; dan (4) supervisor mengakui pentingnya peranan setiap anggota yang
dipimpinnya.

Agar pengalaman dan wawasan supervisor lebih baik dibanding guru, maka sangat
diharapkan bahwa supervisor lebih rajin membaca buku-buku sumber yang membahas seluk
beluk kepemimpinan dan buku-buku yang berkaitan dengan mata pelajaran yang menjadi
bidangnya. Keterampilan memimpin diskusi antara lain mampu memfokuskan materi yang
didiskusikan, sehingga tidak melebar pada hal-hal yang tidak perlu, mampu menyerap aspirasi
anggota diskusi dan mengambil makna terbaik dari ide, saran, dan pendapat peserta diskusi. Oleh
karena itu, supervisor (sebagai pemimpin diskusi) harus memiliki keterampilan diskusi.

e. Workshop (Lokakarya)

Workshop pendidikan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi
dari sejumlah petugas pendidikan yang sedang memecahkan suatu masalah melalui percakapan
dan bekerja secara kelompok maupun bersifat perseorangan. Ciri-ciri dari workshop ini, antara
lain (1) masalah yang dibahas bersifat "life centred dan muncul dari peserta sendiri (guru latih);
(2) selalu menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatannya, sehingga
tercapai taraf pertumbuhan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik dari semula- terjadi
perubahan yang berarti pada diri mereka setelah mengikuti kegiatan ini; (3) metode yang
digunakan dalam bekerja adalah "metode pemecahan masalan, musyawarah, dan penyelidikan";
(4) diadakan berdasarkan kebutuhan bersama; (5) menggunakan nara sumber- resource perseon
the resource material yang memberi bantuan yang besar sekali dalam mencapai hasil dan (6)
senantiasa memelihara kehidupan memperkembangkan pengetahuan, kecakapan, dan perubahan
tingkah laku.

Prosedur pelaksanaan Workshop yang benar seperti: merumuskan tujuan workshop (hasil
yang akan dicapai) yang jelas dan spesifik, merumuskan pokok-pokok masalah yang akan
dibahas secara terperinci, seimbang disamping menentukan prosedur pemecahan masalah dengan
cara merumuskan masalah yang akan dibahas, menentukan tujuan pembahasan, menggunakan
metode pembahasan yang menarik dan menyenangkan; membaca buku yang berkaitan dengan
materi yang dibahas, para peserta mendengar pengarahan dari narasumber; peserta difasilitasi
supervisor mengerjakan tugas-tugas: dan merumuskan kesimpulan materi yang dibahas;
menentukan alat dan bahan perlengkapan yang dipakai; merumuskan kesulitan-kesulitan yang
dihadapı; dan merumuskan rencana tindak lanjut sebagai follow up kegiatan.

f. Tukar Menukar Pengalaman (Sharing of Experience)

Tukar menukar pengalaman "sharing of experience" suatu teknik perjumpaan dimana guru
saling memberi dan menerima, saling belajar satu dengan lainnya. Prosedur sharing harus
dipersiapkan secara teratur agar tujuan dapat dicapai. Sahertian (2000) mengatakan langkah-
langkah sharing antara lain adalah (1) menentukan tujuan yang akan dicapai; (2) menentukan
pokok masalah yang akan dibahas dalam bentuk problema: (3) memberikan kesempatan pada
setiap peserta untuk menymbangkan pendapat mereka; dan (4) merumuskan kesimpulan
sementara dan membahas problema baru.

2. Teknik Supervisi yang Bersifat Individual

Teknik individual menurut Sahertian (1981) adalah teknik yang digunakan pada pribadi
seorang guru latih yang mengalami masalah khusus dan memerlukan bimbingan tersendiri dari
supervisor. Teknik-teknik supervisi yang bersifat individual antara lain (1) kunjungan kelas; (2)
observasi kelas; (3) percakapan pribadi; (4) inter-visitasi, (5) penyeleksi berbagai sumber materi
untuk mengajar; dan (6) menilai diri sendiri.

Masing-masing teknik tersebut di atas akan diuraikan beberapa diantaranya yang dianggap
harus dilaksanakan öleh supervisor dalam memperbaiki situasi belajar mengajar melalui
pembinaan tenaga guru di sekolah

a. Kunjungan Kelas

Kunjungan kelas, yakni suatu kunjungan yang dilakukan supervisor (kepala sekolah) ke
dalam suatu kelas pada saat guru latih sedang mengajar dengan tujuan untuk membantu guru
latih yang bersangkutan menghadapi masalah/kesulitan selama mengadakan kegiatan
pembelajaran. Kunjungan kelas dilakukan dalam upaya supervisor memperoleh data tentang
keadaan sebenarnya mengenai kemampuan dan keterampilan guru latih mengajar. Dengan data
tersebut, di antara guru latih dengan supervisor akan terjadi perbincangan tentang kesulitan-
kesulitan yang dihadapi guru latih untuk kemudiannya mencari alternatif pemecahannya dengan
baik, sehingga situasi belajar-mengajar dapat ditingkatkan ke arah yang lebih baik.

Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan tiga cara, yakni (1) kunjungan kelas tanpa
diberitahu (unannounced visitation), di mana supervisor tiba- tiba datang ke kelas tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu, sedangkan latihnya sedang mengajar; (2) kunjungan dengan
pemberitahuan terlebih dahulu (announced visitation), sebelum mengadakan kunjungan
supervisor memberitahu guru latih bahwa dia akan mengunjungi kelas pada wak yang telah
ditetapkan; (3) kunjungan atas undangan guru latih (visit uon invitation), artinya guru latihlah
yang mengundang supervisor unta mengunjungi kelas pada saat ia mengajar dengan prinsip ingin
dibant dalam upayanya meningkatkan kualitas diri dalam situasi belajar-mengate dan (4) saling
mengunjungi kelas.

Antara guru latih yang satu dengan yang lain dapat melakukan perbaikan situasi belajar-
mengajar dengan melakukan kunjungan ke kelas malah sekolah masing-masing secara
bergantian. Dengan teknik ini, masing-masing guru latih (1) memperoleh kesempatan untuk
mengamati rekannya yang sedang mengajar: (2) memberi kesempatan kepada rekannya untuk
mengamati penampilannya selama mengajar; dan (3) membantu guru latih lain yang ingin
memperoleh pengalaman atau keterampilan penggunaan teknik dan metode mengajar yang baru
memberi motivasi yang terarah bagi guru latih terhadap aktivitas mengajar.

Kunjungan kelas secara berencana untuk dapat memperoleh gambaran tentang kegiatan
belajar mengajar di kelas yaitu (1) rapat antara supervisor dengan para guru sekolah, biasanya
untuk membicarakan masalah-masalah umum yang menyangkut perbaikan dan/atau peningkatan
mutu pendidikan; dan (2) pertemuan-pertemuan dikelompok kerja penilik, kemolpok kerja
kepala sekolah, pertemuan kerja guru, pusat kegiatan guru dan sebagainya. Pertemuan-
pertemuan tersebut dapat dilakukan masing-masing kelompok kerja, atau gabungan yang
terutama dimaksudkan untuk menemukan masalah, mencari alternatif penyelesaian, serta
menerapkan alternai masalah yang tepat guru di

b. Observasi kelas

Observasi kelas dilakukan bersamaan dengan kunjungan kelas adalah suatu kegiatan yang
dilakukan supervisor untuk mengamati guru yang sedang mengajar disuatu kelas. Selama berada
di kelas, supervisor melakukan pengamatan yang teliti, dengan menggunakan instrumen tertentu,
lerhadap suasana kelas yang diciptakan dan dikembangkan oleh guru latih selama jam pelajaran
berlangsung dengan tujuan untuk memperoleh data yang objektif. Percakapan pribadi adalah
suatu teknik dalam pemberian layanan kepada guru latih dengan mengadakan pembicaraan
tentang masalah yang dihadapi guru latih. Pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru
untuk

c. Percakapan Pribadi
Teknik percakapan ini dilakukan dengan menerapkan supervisor berusaha menyadarkan guru
latih akan kelebihan dan yang keliru agar diupayakan untuk pendekatan-pendekatan supervisi
seperti teknik directive, non-directive, dan colaborativie.

d. Inter Visitasi

Kunjungan antar kelas dalam satu sekolah atau antar sekolah sejenis merupakan suatu
kegiatan yang terutama saling menukarkan pengalaman Sesama guru atau kepala sekolah tentang
usaha perbaikan dalam proses belajar mengajar. Manfaatnya kunjungan antar kelas ini dapat
saling membandingkan dan belajar atas keunggulan dan kelebihan berdasarkan pengalaman
masing-masing. Sehingga masing-masing dapat memperbaiki kualitas guru memberi layanan
belajar kepada peserta didiknya.

e. Menilai Diri Sendiri

Dalam teknik , guru latih sendiri melakukan penilaian terhadap penampilannya pada sedang
mengajar dengan meminta para pesertadidiknya mengamati, mengomentari, dan menilai
tindakan-tindakan atau perilaku yang ditampilkannya selama mengajar. Atau dengan cara lain
yang menurut guru latih bersangkutan dapat membantunya mengetahui keadaan sebenarnya dan
memperbaiki tentang perlakuannya terhadap kegiatan belajar-mengajar.

J. Supervisi Klinis

Supervisi klinis merupakan model supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar
melalui sarana siklus yang sistematik dalam perencanaan, pengamatan, dan analisis yang intensif
terhadap penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan melaksanakan perubahan dengan cara
yang rasional (Acheson dan Gall,1980). Supervisi klinis berusaha untuk memperkecil
kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
Supervisi klinis adalah suatu proses J. Supervisi Klinis bimbingan bertujuan membantu
pengembangan profesional gurucalon guru, dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi
dan analiasis secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah la tersebut.
Dalam prakteknya supervisi klinis mempersyaratkan hubungan intens antara supervisor dan guru
ketimbang yang terjadi pada evaluasi tradisional. Agar proses supervisi klinis ini menjadi efektif,
maka pikiran, emosi dan bantuan yang lebih intensif lagi. Tindakan supervisor klinis harus
berjalan beriringan untuk mencapai tujuan utama dari supervisi klinis; yiatu pengembangan
profesional dari para guru. Walaupun diketahui sifat dasar pemersatu dari supervisi klinis, namun
pendekatan ini berguna sebagai suatu alat instruksional, tetapi masih sulit untuk memandang
supervisi klinis secara keseluruhan. Tujuan supervisi klinis memiliki tujuan berkaitan pada
pengembangan profesi para guru, dengan suatu penekanan pada peningkatan kinerja guru di
ruang kelas. Bertitik tolak pada pemikiran tersebut, maka pada bagian ini pembahasan meliputi
permasalahan pada supervisi guru, karakteristik supervisi klinis, tujuan supervisi klinis, dan
kriteria dan teknik supervisi klinis. Dengan model seperti ini, guru diperlakukan sebagaimana
adanya tanpa dicampuradukan dengan kepentingan supervisor. Semua aktiivitas diarahkan
kepada pemberian layanan atau bantuan kepada guru agar nantinya ia mampu memperbaiki
situasi belajar mengajar ke arah yang lebih baik. Model ini umumnya digunakan pada saat guru
membutuhkan an tentang penguasaan kemampuan menguasai keterampilan mengajar di kelas.
Model supervisi ini dikembangkan sesuai dengan Prosedur klinis, yang diawali dengan
pertemuan awal (pre-conference), dilanjutkan dengan pengamatan (Observation) kegatian
pembelajaran di kelas, dan diakhiri dengan pertemuan balikan (post-conference).

a. Karakteristik Supervisi Klinis

Untuk memandu pelaksanaan supervisi klinis bagi supervisor dan guru diperlukan
karakteristik agar arah yang ditempuh sejalan dengan rencana program yang ditentukan
sebelumnya, adapun karakteristiknya ienurut Sagala (2008) adalah sebagai berikut:

1. Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru mempelajari keterampilan intelektual dan


bertingkah laku yang spesifik.

2. Fungsi utama supervisor adalah mengajarkan berbagai keterampilan kepada guru atau calon
guru yaitu: (a) keterampilan mengamati dan memahami (mempersepsi) proses pengajaran anlitis;
(b) keteram menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti pengamatan yang
jelas dan tepat; (c) keterampilan dalam kurik pelaksanaan, serta pencobaannya; dan (d)
keterampilan dalam mengai

3. Fokus supervisi klinis adalah perbaikan cara guru mengajar dan bukan mengubah kepribadian
guru.

4. Fokus supervisi klinis dalam perencanaan dan analisis merupakan pegangan dalam pembuatan
dan pengujian hipotesis mengajar yang didasarkan atas bukti-bukti pengamatan.

5. Fokus supervisi klinis adalah pada masalah mengajar dalam jumlah keterampilan yang tidak
terlalu banyak, mempunyai arti vital bagi pendidikan, berada dalam jangkauan intelektual serta
dapat diubah bila perlu.

6. Fokus supervisi klinis adalah analisis konstruktif dan memberi penguatan (reinforcement)
pada pola-pol berhasil dari "mencela" atau "menghukum" pola-pola atau tingkah laku yang
belum sukses.

7. Fokus supervisi klinis didasarkan atas bukti pengamatan dan bukan atas keputusan/penilaian
yang tidak dudukung oleh bukti nyata.

8. Siklus dalam merencanakan, mengajar dan menganalisis merupakan suatu komunitas dan
dibangun atas dasar pengalaman masa lampau.
9. supervisi klinis merupakan suatu proses memberi dan menerima yang dinamis. Dalam hal ini
supervisor dan guru merupakan teman sejawat dan mencari pengertian bersama yang
berhubungan dengan pendidikan

10. Proses supervisi klinis terutama berpusat pada interaksi verbal mengenai analisis jalannya
pengajaran

11. Tiap guru mempunyai kebebasan maupun tanggung jawab untuk mengemukakan pokok
persoalan, mengajarnya sendiri. mengembangkan gaya mengajarnya.

12. Supervisi mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk menganalisis maupun
mengevaluasi cara supervisinya sendiri dengan caranya yang sama seperti menganalisis dan
mengevaluasi cara mengajar guru.

Agar proses supervisi klinis dapat berjalan dengan baik dan lancar menurut Sagala (2008)
perlu kriteria serta teknik tertentu. Teknik observasi berusaha "menangkap" apa yang terjadi
selama berlangsung secara lengkap agar supervisor dan guru dapat secara tepat mengingat
kembali pelajaran bacian dari pada pelajaran dengan tujuan mengadakan analisis yang objektif.
Kinerja dan teknik balikan fungsi balikan dan hubungannya Janean supervisi klinis adalah untuk
menolong guru memperhatikan nerubahan atau lebih tepat peningkatan dalam tingkah laku
mengajarnya. balikan merupakan suatu informasi kepada guru tentang bagaimana guru
mempengaruhi siswanya dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk mencapai maksud tersebut
maka balikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Lebih bersifat deskriptif dari pada evaluatif. Balikan hendaknya lebih bersifat deskriptif
dari pada evaluatif karena fungsinya adalah memberi gambar yang terperinci tentang
penampilan guru selama mengajar, bukan menilai penampilan guru gambaran terperinci
akan membantu guru menyadari kemampuannya tanpa merasa dihakimi, sehingga
muncul keinginan untuk meningkatkan kemampuannya. Lagi pula dengan menghindari
bahasa yang lebih bersifat evaluatif akan terkurangi reaksi atau sikap defensif guru.

b. Bersifat spesifik adalah kurang tepat apabila kepada seorang guru dikatakan bahwa cara
memberi peringatan kurang tepat, sebab dengan cara demikian guru tidak mengetahui
dalam segi apa ia memberikan penguatan secara tidak tepat misalnya apakah dalam
penguatan verbal, gerakan badan atau lainnya.

c. Memenuhi kebutuhan baik supervisor maupun guru. Suatu balikan tidak akan bermanfaat
apabila ia hanya memenuhi kebutuhan supervisor scbagai pemberi balikan dan
mengabaikan kebutuhan guru sebagai penerima balikan tersebut.

d. Ditujukan untuk tingkah guru akan dapat dikendalikannya. Seseorang guru akan
mengalami frustasi apabila ia diingatkan tentang sesuatu kekurangan yang berada diluar
kemampuan untuk mengatasi atau memecahkannya, misalnya supervisor menegur karena
tubuhnya yang pendek sehingga dia sukar menguasai kelas dengan baik. Untuk hal ini
tentu guru tidak membuat apa-apa.

e. Isi balikan merupakan permintaan guru dan bukan yang diadakan oleh supervisi.

f. Tepat waktunya. Bahkan akan lebih bermanfaat apabila diberikan setelah melaksanakan
mengajar.

g. Harus terkomunikasikan secara jelas kepada guru. Untuk melakukan ini maka guru
diminta untuk mengatakan kembali apa yang menis target serta perhatian utama guna
dibandingkan dengan yang dimake supervisor.

h. Apabila balikan itu diberikan oleh kelompok maka guru dan supervise harus mempunyai
kesempatan untuk mencocokkannya dengan yang diberikan untuk kelompok untuk
menguji ketepatan balikan. Dengan demikian dapat diketahui apabila balikan tersebut
merupakan kesan satu orang atau merupakan kesan orang lain juga.

i. Harus dapat menolong guru memperhatikan kelebihan-kelebihannya untuk


mengembangkan gaya mengajarnya sendiri. Dalam hal ini perlu diberi penguatan untuk
cara mengajar yang efektif tersebut.

j. Hendaknya dimulai dulu dengan menunjukkan keunggulan-keunggulan atau segi-segi


yang menimbulkan masalah baginya.

k. Data balikan dalam bentuk instrument observasi harus disimpan dengan baik oleh
supervisor dan merupakan catatan mengenai perkembangan keterampilan mengajar guru.
Seperti kartu status pasien bagi seorang dokter yang sewaktu-waktu dapat digunakan bila
diperlukan.

Dari sebelas kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa balikan merupakan suatu cara dan alat
untuk memberikan pertolongan kepada guru yang mengalami kesulitan baik aspek pedagogik
maupun materi pelajaran.

b. Tujuan Supervisi Klinis

Tujuan khusus supervisi klinis menurut Sagala (2008) adalah sebagai berikut (1) menyediakan
guru suatu balikan yang objektif dari kegiatan mereka yang baru saja mereka jalankan, ini
merupakan cermin agar guru dapat melihat apa yang sebenarnya yang mereka perbuat sementara
mengajar, sebab apa yang mereka lakukan mungkin sekali sangat berbeda dengan perkiraan
mereka; (2) mendiaknosis, memecahkan atau membantu, memecahkan masalah mengajar; (3)
membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi-strategi mengajar;
(4) sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promosi, jabatan atau
pekerjaan mereka; (5) membantu guru hengembangkan sikap positif terhadap pengembangan diri
secara terus menerus dalam karier dan profesi mereka secara mandiri; dan (6) perhatian utama
pada kebutuhan guru. suatu kegiatan yang dapat dikendalikan.

Pada waktu seorang guru mempersiapkan dirinya mengajar, Sang mengajar maupun
sudah mengajar, ada dua hal yang utama menurut gala (2008) menjadi perhatian utama maupun
kebutuhan yaitu: kesadaran dan kepercayaan akan dirinya serta keterampilan-keterampilan dasar
yang diperlukan dalam mengajar.
Supervisi klinis dilaksanakan dalam tiga siklus, yang meliputi (1) siklus satu - pertemuan awal
(pre-confrence) dengan tujuan untuk membuat kontrak antara guru dengan supervisor tentang
keterampilan yang akan diperbaharui, (2) siklus dua - observasi (observation) dengan tujun untuk
mengamati secara cermat, obyektif, dan akurat implementasi kontra pada siklus satu, dan (3)
siklus tiga – pertemuan balikan (post- confrence) dengan tujuan untuk membantu guru
mengetahui secara jelas segala kelebihan dan kelemahan dalam menampilkan keterampilan.

DAFTAR PUSTAKA
https://ardinanblog.wordpress.com/2016/10/13/model-model-supervisi-pendidikan/

Wau, Yasaratodo, dkk. 2019. Profesi Kependidikan. Medan: Unimed Press.

Anda mungkin juga menyukai