Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Makalah Pada Mata Kuliah Sejarah
Pendidikan Islam Klasik hingga Modern Semester 2 Program Studi
Pendidikan Agama Islam
Oleh
Zakiah Khairunnisa Y
861082021009
Dosen pembimbing
Dr. Ridhwan, M.Ag
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt. yang telah
senantiasa melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad saw. yang menjadi teladan para umat manusia yang merindukan
keindahan surga. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Sejarah
Pendidikan Islam Klasik hingga Modern yang berjudul “Pendidikan Islam pada
Masa Bani Umayyah”.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak terlepas dari berbagai hambatan dan
kesulitan yang pada dasarnya memberikan hikmah tersendiri bagi penulis. Oleh
karena itu, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Untuk itu, penulis harapkan masukan dan kritikan untuk perbaikan
makalah selanjutnya. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua orang. Amīn
Zakiah Khairunnisa Y.
NIM. 861082021009
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
Bani Umayyah 7
A. Simpulan 19
B. Saran 20
DAFTAR RUJUKAN 21
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam merupakan suatu hal yang paling utama bagi warga
suatu negara, karena maju dan keterbelakangan suatu negara akan ditentukan oleh
tinggi dan rendahnya tingkat pendidikan warga negaranya. Salah satu bentuk
adalah modal dasar yang merupakan tenaga penggerak yang tidak ternilai
21
2
pendidikan agama secara baik akan membawa dampak terhadap pemahaman dan
membentuk manusia yang seutuhnya yakni manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Allah Swt, dan untuk memelihara nilai-nilai kehidupan sesama manusia
Allah dan Rasul-Nya, demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat atau dengan
manusia, supaya sesuai dengan kehendak Allah yang menciptakan sebagai hamba
sejarah Islam. Periodesasi pendidikan Islam selalu berada dalam periode sejarah
Islam itu sendiri. Secara garis besarnya Harun Nasution membagi sejarah Islam ke
dalam tiga periode, yaitu periode klasik, pertengahan dan modern. Kemudian
perinciannya dapat dibagi lima periode, yakni periode Nabi Muhammad SAW
dilanjutkan pada periode Khulafa ar Rasyidin dan Bani Umayyah yang merupakan
1
Ahmad Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam (Cet. V; Jakarta: Pustaka al-Husna,
1988), h.12.
2
Suwedi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), h. 15.
21
3
Umayyah.
B. Rumusan Masalah
Umayyah?
C. Tujuan
di atas adalah:
Bani Umayyah.
3
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 21.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Ibn Abi Sofyan adalah pendiri Dinasti Umayyah yang berasal dari suku Quraisy
keturunan Bani Umayyah yang merupakan khalifah pertama dari tahun 661-750
M, nama lengkapnya ialah Muawwiyah bin Abi Harb bin Umayyah bin Abdi
Syam bin Manaf. Ibu kota negara dipindahkan Muawiyyah dari Madinah ke
terhadap pergulatan politik di dunia Islam, dan terjadinya perang shiffin tersebut
diawali dari terjadinya polemik antara Ali Bin Abi Thalib dan Muawiyah. Padahal
jika ditinjau dari garis keturunan keduanya masih satu garis keturunan. Dalam
peristiwa inilah Ali Bin Abi Thalib mengalami kekalahan secara politik dari pihak
Ali r.a itu sendiri, juga menimbulkan problem perpecahan dikalangan umat Islam
yang diawali oleh keluarnya sejumlah besar pendukung dan simpatisan Ali r.a
bahwa mereka akan membersihkan komunitas Islam dari tiga tokoh yang terlibat
4
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam (Cet. I; Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1997), h.
27.
5
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Melacak akar-akar
Sejarah,Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam (Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004),
h. 34.
3
4
dalam arbitrase tersebut, yaitu Ali bin abi thalib, Muawiyah bin abu sofyan, dan
Amr Bin Ash. Untuk melancarkan misi tersebut pihak Khawarij mengirimkan tiga
orang yaitu Abdullah Bin Muljam yang berangkat ke Kuffah untuk membunuh
Ali bin abi thalib, al-Baraq Ibn Abdillah AtTamimi berangkat ke Syam untuk
membunuh Muawiyah, dan Amr ibn Bakr At-Taimi berangkat ke Mesir untuk
membunuh Amr bin Al-Ash. Ketiga orang tersebut-lah diduga sebagai penyebab
ketika Ali sedang dalam perjalanan menuju mesjid Kuffah, Ia terkena hantaman
pedang beracun didahinya yang diayunkan oleh Abd al-Rahman ibn Muljam.
Sesudah wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib, berarti habislah masa
masyarakat Arab, Irak dan Iran mencoba mengangkat Hasan ibn Ali untuk
Saad dan diikuti oleh masyarakat Irak yang berkhianat membuat kekacauan
merampas harta bendanya.7 Ditambah lagi dengan persoalan yang urgen bahwa
persoalan dan peperangan yang lebih besar lagi di kalangan umat Islam, maka
6
Yusnadi, “Pendidikan Islam Masa Daulah Bani Umayyah”, At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah
Prodi Pendidikan Agama Islam, Vol. 12, No. 02, Desember 2020, h. 165.
7
Ahmad Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, h.33.
5
taat dan patuh kepada Muawiyah dan akan mengundurkan diri serta menyerahkan
disaksikan oleh Hasan dan Husen. Dengan demikian, secara resmi penerimaan
Muawiyah ibn Abi Sofyan sebagai khalifah setelah Hasan ibn Ali mendapat
dukungan dari kaum Syi’ah dan telah dipegangnya beberapa bulan lamanya
sehingga peristiwa kesepakatan antara Hasan ibn Ali dengan Muawiyah ibn Abi
Sofyan lebih dikenal dengan peristiwa “Am al Jamaah” dan sekaligus menjadikan
batas pemisah antara masa Khulafaur Rasyidin (632-661 M) dengan masa Dinasti
Sesudah itu Muawiyah masuk ke kota Kufah pada bulan Rabiul akhir tahun
41 H, sedangkan Hasan dan Husen pergi dan tinggal di Madinah sampai wafatnya
pada tahun 50 H. Namun dalam versi yang lain menyatakan bahwa al-Hasan wafat
Husain (adik laki-laki Hasan) yang hidup di Madinah yang konsisten tidak mau
Yazid. Suatu saat pada tahun 680 ia pergi ke Kuffah untuk memenuhi seruan
penduduk Irak, yang telah menobatkan sebagai Khalifah yang sah setelah Ali dan
lama Umar anak Ibn Abi Waqas (komando pasukan Muawiyah) dating dengan
membawa 4000 pasukan, mengepung pasukan Husain yang berjumlah 200 orang
dan membantai rombongan tersebut di daerah Karbala karena mereka tidak mau
menyerah.9
yang diselenggarakan dalam dua babak, yang pertama disebut asyuara (Hari
Walaupun dengan menggunakan berbagai cara dan strategi yang kurang baik yaitu
dengan cara kekerasan, diplomasi dan tipu daya serta tidak dengan pemilihan
yang demokrasi Muawiyah tetap dianggap sebagai pendiri Dinasti Umayyah yang
tokoh umat Islam, kecuali setelah ia mengangkat anaknya Yazid menjadi putra
mahkota.
Sebelum adanya peristiwa tersebut kondisi secara umum tetap stabil dan
10
Philip K. Hitti, History Of Arabic (Bandung: Sinar Baru, 1984), h.237.
11
Firdaus dan Maidir Harun, Sejarah Peradaban Islam (Cet. I; Padang: IAIN-IB Press,
2001), h. 81.
7
ada sisi perbedaan dan perkembangannya sendiri. Pada masa ini pola pendidikan
meliputi tiga Benua, yaitu sebagian Eropa, sebagian Afrika dan sebagian besar
Asia yang kesemuanya itu di persatukan dengan bahasa Arab sebagai bahasa
resmi negara. Dengan kata lain Periode Dinasti Umayyah ini merupakan masa
Adapun Corak pendidikan pada Dinasti Umayyah yang dikutip dari Hasan
Langgulung yaitu;
a. Bersifat Arab
karena pada saat itu unsur-unsur Arab yang memberi arah pemerintahan secara
politis, agama dan budaya. Meskipun hal ini tidak semuanya diterapkan pada
semua pemerintahan Dinasti Umayyah hal ini terbukti dengan masa Muawiyah
muncul
Hal ini berawal dari pandangan mereka bahwa Islam adalah agama,
negara, sekaligus sebagai budaya, maka wajar dalam periode ini banyak
12
Yusnadi, “Pendidikan Islam Masa Daulah Bani Umayyah”, h. 165.
13
Yusnadi, “Pendidikan Islam Masa Daulah Bani Umayyah”, h. 167.
8
memperkokoh ajaran Islam. Hal ini terbukti ketika pada masa pemerintahan
Umar bin abd Aziz pernah mengutus 10 orang ahli Fiqh ke Afrika utara untuk
naqliyah seperti baca tulis al-Quran, pemahaman fiqih dan tasyri, kemudian
aspek budaya pendidikan Islam ini sejalan dengan ciri pertama bahwa
pendidikan pada masa ini bercorak Arab dan Islam tulen yang terutama
komunikasi
itu Nabi Muhammad saw. hendak menulis wahyu dan ayat-ayat yang
diturunkan. Atas dasar itu, beliau mengangkat orang-orang yang tahu menulis
untuk memegang jabatan ini. Ibrahim bin al-ibyari dalam ensiklopedia al-
Qur’an mencatatkan sedikitnya ada dua puluh empat penulis Rasulullah saw.
Diantaranya adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin
Abi Thalib, Sa'ad bin Abi Waqqas, Mu'awiyah bin Abi Sufyan, Zaid bin
dalam lima bidang, yaitu: penulis surat-surat, penulis harta, penulis tentara,
penulis polisi dan penulis hakim. Penulis surat - surat adalah yang paling tinggi
14
Yusnadi, “Pendidikan Islam Masa Daulah Bani Umayyah”, h. 167.
15
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, h. 32.
9
pangkatnya sehingga posisi ini tidak diberikan kecuali kepada keluarga dan
pengaraban kantor di negeri-negeri Islam pada masa Abd. Malik bin Marwan.
dewan-dewan di Mesir ke dalam Bahasa Arab yang sebelum itu dalam bahasa
resmi Mesir.16
kemunculan Islam yang pertama kali walaupun hanya dalam ruang lingkup
terbatas. Hal ini terjadi sebagai akibat dari interaksi Islam dengan negeri-negeri
Arab sampai beliau bersabda: "Barang siapa yang mempelajari bahasa suatu
Afrika Utara dan Cina serta negeri-negeri lainnya yang jelas-jelas bahasa
bahasa asing menjadi suatu keharusan bagi pendidikan Islam masa itu dalam
16
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, h. 33.
17
Suwedi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), h.42.
10
bahkan perluasan dengan teratur diikuti oleh ulama-ulama dan guru-guru agama
yang turut bersama-sama tentara Islam. Pusat pendidikan telah tersebar dan
kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik dan Palestina (Syam),
seorang demi seorang. Baik di Kuttab atau di Masjid pada tingkat menengah. Pada
tingkat tinggi pelajaran diberikan oleh guru dalam satu halaqah yang dihadiri oleh
pelajar bersama-sama.18
a. Pendidikan Kuttab, yaitu tempat belajar menulis. Pada masa awal Islam
umum tidak dipungut bayaran alias gratis, akan tetapi pada masa dinasti
yang diajarkan adalah baca tulis yang pada umumnya diambil dari
dua tingkatan yaitu menegah dan tinggi. Materi pelajaran yang ada
seperti al-Qur’an dan tafsirnya, hadis dan fiqh serta syariat Islam.
c. Pendidikan Badiah, yaitu tempat belajar bahasa Arab yang fasih dan
murni. Hal ini terjadi ketika khalifah Abdul Malik ibn Marwan
18
Rahimi, “Pola Pendidikan Islam Pada Periode Dinasti Umayyah”, Heuristik: Jurnal
Pendidikan Sejarah, Vol. 1, No. 1, Februari 2021, h. 48.
11
badui di Padang Sahara mereka masih fasih dan murni sesuai dengan
Nasir.
e. Majelis Sastra, yaitu suatu majelis khusus yang diadakan oleh khalifah
f. Bamaristan, yaitu rumah sakit tempat berobat dan merawat orang serta
Mu’adz bin Jabal yang mengajarkan Al Qur’an dan Fiqh. Pada masa
Tafsir, Fiqh dan Sastra. Abdullah bin Abbaslah yang kemudian terkenal
Rasyidin dipimpin oleh Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin
Musa Al-asy’ari dan Anas bin Malik. Abu Musa Al-Asy’ari adalah ahli
Fiqih dan ahli Hadist, serta ahli Al Qur’an. Sedangkan Abas bin Malik
12
termasyhur dalam ilmu Hadis. Al-Hasan Basry sebagai ahli Fiqh, juga
ahli pidato dan kisah, ahli fikir dan ahli Tasawuf. Ia bukan saja
Basrah.
j. Madrasah Kufah, ulama sahabat yang tinggal di Kufah ialah Ali bin Abi
Thalib dan Abdullah bin Mas’ud. Ali bin Abi Thalib mengurus masalah
sebagai guru agama di Kufah. Beliau adalah seorang ahli tafsir, fiqh,
agama Islam. Maka negeri Syam menjadi perhatian para Khilafah Umar
bin Khattab sehingga mengirimkan tiga orang guru agama ke negeri ini,
yaitu Muaz bin Jabal, Ubadah dan Abu Darda’. Madrasah ini
madrasah ini dan menjadi guru di Mesir adalah Abdurrahman bin Amr
bin Al-Ash. Madrasah ini melahirkan Abdullah bin Lahi’ah dan Al-lais
Bani Umayyah
19
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusurti Jejak Era Rasullah Sampai
Indonesia (Cet. I; Jakarta: Kencana, 2007), h. 62
13
seperti di zaman permulaan Islam, hanya ada sedikit peningkatan sesuai dengan
berlangsung sejak Nabi Muhammad saw wafat sampai masa akhir bani Umayyah.
Sehingga karena masih dalam masa pertumbuhan, maka hanya ada sedikit
Naqliyah yaitu filsafat dan ilmu eksakta disamping juga ilmu-ilmu agama yang
Pada masa Khalifah Rasyidin dan Umayyah sebenarnya telah ada tingkat
pengajaran, hampir sama seperti masa sekarang. Tingkat pertama ialah Kuttab,
tempat anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal Alquran serta belajar
pelajaran ke masjid. Pelajaran di masjid itu terdiri dari tingkat menengah dan
tingkat tinggi. Pada tingkat menengah gurunya belumlah ulama besar, sedangkan
keadaan sederhana, yaitu: (a) Belajar membaca dan menulis, (b) Membaca al-
Qur’an dan menghafalnya, (c) Belajar pokok-pokok agama Islam, seperti cara
wudhu, shalat, puasa dan sebagainya. Adapun Ilmu-ilmu yang diajarkan pada
tingkat menengah dan tinggi terdiri dari: (a) al-Qur’an dan tafsirannya. (b) Hadis
20
Firdaus dan Maidir Harun, Sejarah Peradaban Islam, h. 80.
21
Firdaus dan Maidir Harun, Sejarah Peradaban Islam, h. 81
14
Hadis terjadi pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz sejak saat itulah
b. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang
d. Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari
bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan
Yunani, sebagian dari Persia. Adapun daftar dokter pertama pada masa
Dinasti Umayyah ditempati oleh al-Harits ibn Kaladah (w. 634), yang
f. Perkembangan seni rupa, prestasi lukis yang gemilang dalam bidang ini
geometris. Sehingga apa yang kita sebut dengan seni rupa Islam adalah
unsur gabungan dari berbagai sumber motif, dan gaya, sedangkan seni
15
Al-Quran yang telah dikodifikasi pada masa Abu Bakar dan Utsman
ibn Affan ditulis tanpa titik. Menurut salah satu riwayat, ulama yang pertama
kali memberikan baris dan titik pada huruf-huruf al Quran adalah Hasan al-
Bashri dibantu oleh Yahya Ibn Ya'mura (murid Abu al-Aswad al-Duwali).
Sedangkan dalam riwayat lain. dikatakan bahwa yang pertama kali membuat
barid dan titik pada huruf-huruf al Quran adalah Abu al-Aswad al-Duwali.23
b. Penulisan Hadits
22
Suwito dan Fauzan, Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2005), h. 104.
23
Rahimi, “Pola Pendidikan Islam Pada Periode Dinasti Umayyah”, h. 50.
16
Bin Muhammad bin Amr Ibn Hajm (117 H) yang ada dalam hapalan-hapalan
oleh ulama. Diantaranya adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Muslim Ibn
Ubaidillah Ibn Syihab al-Zuhri (guru Imam Malik). Akan tetapi, buku hadits
yang dikumpulkan oleh Iman al-Zuhri tidak diketahui dan tidak sampai kepada
kita. Dalam sejarah tercatat bahwa ulama yang pertama membukukan hadits
pemikiran Islam. Timbul dalam Islam pemikiran yang bersifat teologis, yang
kemudian terkenal dengan sebutan Ilmu Kalam. Semula Ilmu Kalam bertujuan
yang berawal dari pertentangan politis di tubuh umat Islam sendiri yang
d. Gerakan Ijtihad
24
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Cet.
I; Jakarta: Kencana, 2004), h. 41.
25
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, h. 42.
17
bangsa lain, pola kehidupan masyarakat muslim banyak terjadi perubahan dan
ada dicari dalam Sunnah atau Hadits, dan jika tidak ada terdapat dalam
hukum.26
petunjuk petunjuk yang bersifat umum. Penjelasan yang rinci terdapat dalam
lengkap. Kesulitan tersebut menjadi lebih nampak jika sesuatu perkara terjadi
pada daerah yang jauh dari sahabat atau kebetulan sahabat atau tabi'in yang
26
Rahimi, “Pola Pendidikan Islam Pada Periode Dinasti Umayyah”, h.51.
18
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Islam merupakan suatu hal yang paling utama bagi warga
suatu negara, karena maju dan keterbelakangan suatu negara akan ditentukan oleh
sebelumnya. Muawwiyah Ibn Abi Sofyan adalah pendiri Dinasti Umayyah yang
berasal dari suku Quraisy keturunan Bani Umayyah yang merupakan khalifah
pertama dari tahun 661-750 M, nama lengkapnya ialah Muawwiyah bin Abi Harb
bin Umayyah bin Abdi Syam bin Manaf. Pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan Islam pada masa ini berjalan seperti di zaman permulaan Islam, hanya
masa Bani Umayyah ada tiga macam yaitu: 1) Kuttab, 2) Mesjid, 3) Masjelis
Sastra. Disamping itu, pada Masa Bani Umayyah juga telah melaksanakan
tingkatannya masing-masing.
adanya gerakan penerjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam bahasa Arab,
19
21
20
praktis, seperti ilmu kimia, kedokteran, ilmu tata laksana dan seni bangunan. Pada
atas usaha sendiri, bukan atas dorongan negara dan tidak dilembagakan.
B. Saran
mengetahui dan memahami lebih mendalam tentang pendidikan Islam pada masa
Bani Umayyah. Selain itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dewan Redaksi. Ensiklopedi Islam. Cet. I; Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1997.
Firdaus dan Maidir Harun. Sejarah Peradaban Islam. Cet. I; Padang: IAIN-IB
Press, 2001.
K. Hitti, Philip. History Of Arabic. Bandung: Sinar Baru, 1984.
Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusurti Jejak Era Rasullah
Sampai Indonesia. Cet. I; Jakarta: Kencana, 2007.
Rahimi. “Pola Pendidikan Islam Pada Periode Dinasti Umayyah”. Heuristik:
Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 1, No. 1, Februari 2021.
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam. Cet. I; Jakarta: Kencana, 2004.
Suwedi. Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004.
Suwedi. Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004.
Suwito dan Fauzan. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2005.
Syalabi, Ahmad. Sejarah Dan Kebudayaan Islam. Cet. V; Jakarta: Pustaka al-
Husna, 1988.
Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Melacak akar-
akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam. Cet. I; Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2004.
Yusnadi. “Pendidikan Islam Masa Daulah Bani Umayyah”. At-Ta’dib: Jurnal
Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam, Vol. 12, No. 02, Desember 2020.
Zuhairini. Sejarah Pendidikan Islam. Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
21